Dokumen tersebut membahas model pengembangan kurikulum administrative. Model ini menggunakan pendekatan top-down di mana inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari pejabat tingkat atas. Model ini memiliki kelemahan karena bersifat tidak demokratis dan kurang efektif untuk perubahan signifikan. Dokumen tersebut juga membahas alternatif model pengembangan kurikulum seperti model grass roots.
Makalah ini membahas tentang model dan pendekatan pengembangan kurikulum, yang meliputi pengertian pendekatan dan pengembangan kurikulum, macam-macam pendekatan kurikulum seperti pendekatan top down dan grass root, serta beberapa model pengembangan kurikulum seperti model Tyler."
Dokumen tersebut membahas tentang strategi implementasi kurikulum 2013 dengan menjelaskan tiga hal utama yaitu: 1) strategi implementasi kurikulum secara umum meliputi pengorganisasian kurikulum, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian; 2) manajemen implementasi kurikulum; 3) strategi dan metode khusus implementasi kurikulum 2013 meliputi penyiapan dan pembinaan guru serta penyiapan buku.
Makalah ini membahas tentang model dan pendekatan pengembangan kurikulum, yang meliputi pengertian pendekatan dan pengembangan kurikulum, macam-macam pendekatan kurikulum seperti pendekatan top down dan grass root, serta beberapa model pengembangan kurikulum seperti model Tyler."
Dokumen tersebut membahas tentang strategi implementasi kurikulum 2013 dengan menjelaskan tiga hal utama yaitu: 1) strategi implementasi kurikulum secara umum meliputi pengorganisasian kurikulum, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian; 2) manajemen implementasi kurikulum; 3) strategi dan metode khusus implementasi kurikulum 2013 meliputi penyiapan dan pembinaan guru serta penyiapan buku.
Modul ini membahas kurikulum dan pengembangan materi pembelajaran. Terdiri dari 16 pertemuan yang mencakup pengertian kurikulum, komponen-komponennya, proses pengembangan, jenis-jenis kurikulum, KTSP, silabus dan RPP. Modul ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi calon guru terutama dalam bidang kurikulum dan pembelajaran.
Dokumen tersebut membahas mengenai prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, dan model-model pengembangan kurikulum. Beberapa prinsip pengembangan kurikulum yang disebutkan antara lain fleksibilitas, kesinambungan, mudah dilaksanakan, dan efisiensi. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan masy
Buku ini membahas konsep dasar manajemen kurikulum dan peran kepala sekolah dalam manajemen kurikulum. Fungsi-fungsi manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum untuk mengembangkan potensi siswa. Kepala sekolah bertugas menyusun perencanaan sekolah dan mengelola sumber daya sekolah dalam rangka pengembangan kurikulum.
Unsur-unsur pengembangan kurikulum terdiri dari tujuan, materi pelajaran, metode, dan evaluasi. Dokumen ini juga membahas pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum seperti administrator pendidikan, ahli, guru, dan orang tua murid.
Makalah Kurikulum Dan Pembelajaran kelompok 4IRMA HERDIANTI
Makalah ini membahas pentingnya prinsip-prinsip pengembangan KTSP dan implementasi kurikulum dalam sistem pembelajaran di sekolah. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain perbaikan dan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, pentingnya visi dan misi sekolah dalam pengembangan kurikulum, serta tantangan dalam implementasi KTSP di sekolah."
Dokumen tersebut membahas tentang kurikulum dan pembelajaran yang mencakup beberapa bab seperti konsep dan landasan kurikulum, komponen-komponen kurikulum, prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, model-model pengembangan kurikulum, evaluasi kurikulum, konsep dasar pembelajaran, sistem proses pembelajaran, prinsip-prinsip pembelajaran, pendekatan dan model pembelajaran serta inovasi pembelajaran.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen kurikulum, yang mencakup pengertian kurikulum dan manajemen kurikulum, komponen pengembangan kurikulum, prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, kendala dalam pengembangan kurikulum, dan tahapan pengelolaan kurikulum.
Langkah langkah pengemb kurikulum (Oleh Dr. Sukiman, M.Pd.)sadirun
Langkah-langkah pengembangan kurikulum meliputi studi kelayakan, penyusunan draf, uji coba terbatas, implementasi, dan monitoring serta evaluasi untuk perbaikan berkelanjutan."
Komponen utama kurikulum meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Teori-teori belajar yang relevan dalam paradigma baru adalah teori kognitivisme dan gestalt. Ragam pembelajaran mencakup konstruktivisme, kontekstual, aktif, dan kooperatif. Peran guru meliputi manajer, fasilitator, dan motivator pembelajaran. Kompetensi guru terdiri atas pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional
1. KTSP merupakan kurikulum terbaru di Indonesia yang mengacu pada pencapaian kompetensi dan menyempurnakan KBK.
2. Dokumen ini menjelaskan pengertian, karakteristik, tujuan, dasar penyusunan, dan komponen KTSP.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Dokumen tersebut merangkum penelitian tentang iklan politik para kandidat dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan iklan setiap kandidat, frekuensi pemasangan iklan, indikasi black campaign, dan pengaruh iklan terhadap pemilih. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dan wawancara dengan tim kamp
Undangan untuk bergabung dalam acara pembacaan Maulid Al-Barzanji yang diselenggarakan oleh Jam'iyyah Maulid Al-Barzanji dan Silaturahim Purwokerto pada Sabtu, 3 Nopember 2012 di Ponpes Ath-Thohiriyyah. Acara dimaksudkan untuk meningkatkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW melalui pembacaan syair pujian kepada beliau. Hadirin diharapkan membawa alat musik tradisional.
Dokumen tersebut membahas hubungan antara bahasa dan manusia, serta perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa digunakan manusia untuk berkomunikasi dan menyampaikan ide, sedangkan bahasa Indonesia berawal dari bahasa Melayu dan secara resmi ditetapkan sebagai bahasa persatuan melalui Sumpah Pemuda pada 1928.
Modul ini membahas kurikulum dan pengembangan materi pembelajaran. Terdiri dari 16 pertemuan yang mencakup pengertian kurikulum, komponen-komponennya, proses pengembangan, jenis-jenis kurikulum, KTSP, silabus dan RPP. Modul ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi calon guru terutama dalam bidang kurikulum dan pembelajaran.
Dokumen tersebut membahas mengenai prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, dan model-model pengembangan kurikulum. Beberapa prinsip pengembangan kurikulum yang disebutkan antara lain fleksibilitas, kesinambungan, mudah dilaksanakan, dan efisiensi. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan masy
Buku ini membahas konsep dasar manajemen kurikulum dan peran kepala sekolah dalam manajemen kurikulum. Fungsi-fungsi manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum untuk mengembangkan potensi siswa. Kepala sekolah bertugas menyusun perencanaan sekolah dan mengelola sumber daya sekolah dalam rangka pengembangan kurikulum.
Unsur-unsur pengembangan kurikulum terdiri dari tujuan, materi pelajaran, metode, dan evaluasi. Dokumen ini juga membahas pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum seperti administrator pendidikan, ahli, guru, dan orang tua murid.
Makalah Kurikulum Dan Pembelajaran kelompok 4IRMA HERDIANTI
Makalah ini membahas pentingnya prinsip-prinsip pengembangan KTSP dan implementasi kurikulum dalam sistem pembelajaran di sekolah. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain perbaikan dan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, pentingnya visi dan misi sekolah dalam pengembangan kurikulum, serta tantangan dalam implementasi KTSP di sekolah."
Dokumen tersebut membahas tentang kurikulum dan pembelajaran yang mencakup beberapa bab seperti konsep dan landasan kurikulum, komponen-komponen kurikulum, prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, model-model pengembangan kurikulum, evaluasi kurikulum, konsep dasar pembelajaran, sistem proses pembelajaran, prinsip-prinsip pembelajaran, pendekatan dan model pembelajaran serta inovasi pembelajaran.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen kurikulum, yang mencakup pengertian kurikulum dan manajemen kurikulum, komponen pengembangan kurikulum, prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, kendala dalam pengembangan kurikulum, dan tahapan pengelolaan kurikulum.
Langkah langkah pengemb kurikulum (Oleh Dr. Sukiman, M.Pd.)sadirun
Langkah-langkah pengembangan kurikulum meliputi studi kelayakan, penyusunan draf, uji coba terbatas, implementasi, dan monitoring serta evaluasi untuk perbaikan berkelanjutan."
Komponen utama kurikulum meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Teori-teori belajar yang relevan dalam paradigma baru adalah teori kognitivisme dan gestalt. Ragam pembelajaran mencakup konstruktivisme, kontekstual, aktif, dan kooperatif. Peran guru meliputi manajer, fasilitator, dan motivator pembelajaran. Kompetensi guru terdiri atas pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional
1. KTSP merupakan kurikulum terbaru di Indonesia yang mengacu pada pencapaian kompetensi dan menyempurnakan KBK.
2. Dokumen ini menjelaskan pengertian, karakteristik, tujuan, dasar penyusunan, dan komponen KTSP.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Dokumen tersebut merangkum penelitian tentang iklan politik para kandidat dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan iklan setiap kandidat, frekuensi pemasangan iklan, indikasi black campaign, dan pengaruh iklan terhadap pemilih. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dan wawancara dengan tim kamp
Undangan untuk bergabung dalam acara pembacaan Maulid Al-Barzanji yang diselenggarakan oleh Jam'iyyah Maulid Al-Barzanji dan Silaturahim Purwokerto pada Sabtu, 3 Nopember 2012 di Ponpes Ath-Thohiriyyah. Acara dimaksudkan untuk meningkatkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW melalui pembacaan syair pujian kepada beliau. Hadirin diharapkan membawa alat musik tradisional.
Dokumen tersebut membahas hubungan antara bahasa dan manusia, serta perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa digunakan manusia untuk berkomunikasi dan menyampaikan ide, sedangkan bahasa Indonesia berawal dari bahasa Melayu dan secara resmi ditetapkan sebagai bahasa persatuan melalui Sumpah Pemuda pada 1928.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya peran pendidik dalam pengembangan kurikulum dan beberapa model pengembangan kurikulum. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa pendidik memegang peranan sentral dalam pengembangan kurikulum dan ada beberapa model pengembangan kurikulum seperti model administratif, grass roots, demonstrasi, dan sistem Beauchamp.
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”Dedy Wiranto
Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, system nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan,kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternative prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan. (Ruhimat, T. dkk 2009: 74).
Dokumen tersebut membahas tentang kurikulum dan pembelajaran. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan bahwa kurikulum adalah dokumen perencanaan yang menetapkan tujuan, materi, dan evaluasi pembelajaran, serta peran kurikulum dalam mengarahkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kurikulum, pengembangan kurikulum, perkembangan kurikulum di Indonesia, dan beberapa model pengembangan kurikulum seperti model administratif, model dari bawah, model Beauchamp, model Taba, dan model penelitian tindakan sistemik.
K5_Indralaya_Model Pengembangan Kurikulum.pptxTriOktariana2
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas beberapa model pengembangan kurikulum dan pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum seperti model Tyler, Taba, Wheeler, Nicholls, Skillbek, Saylor, serta pendekatan subjek akademis, humanistik, teknologi, dan rekonstruksi sosial.
Dokumen tersebut membahas dua model pengembangan kurikulum, yaitu model administratif dan model grass roots. Model administratif mengikuti pendekatan top-down di mana inisiatif berasal dari atasan, sedangkan model grass roots mengikuti pendekatan dari bawah ke atas di mana inisiatif berasal dari guru. Kedua model memiliki kelebihan dan kekurangan dalam implementasinya.
Landasan filosofis kurikulum pendidikan kejuruanKrisdianto Hadi
Makalah ini membahas proses penetapan isi kurikulum pendidikan kejuruan yang meliputi pemilihan desain kurikulum, penentuan isi berdasarkan faktor-faktor seperti waktu, dana, tekanan internal dan eksternal, persyaratan pemerintah, serta tingkat kompetensi yang diharapkan; strategi penentuan isi meliputi model kurikulum tematik dan performance-based instruction; serta landasan filosofis penentuan isi.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian kurikulum dan pengembangan kurikulum. Secara singkat, kurikulum adalah rencana pembelajaran yang menjadi pedoman pelaksanaan pendidikan di sekolah, terdiri dari tujuan, isi, dan evaluasi. Pengembangan kurikulum melibatkan perumusan tujuan, penentuan isi, pemilihan metode, dan evaluasi berkelanjutan.
PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.Grace Ginting
this is the presentation that I've made. mmmm.. hope You like it and I Hope too this Presentation Useful for you.
Me : Grace Clara Lydia Br. Ginting, Students of Universitas Prima Indonesia Medan. :)
Buku ini membahas tentang pengembangan kurikulum di sekolah. Terdiri dari 6 bab yang membahas tentang pandangan kurikulum, landasan pengembangan kurikulum, prosedur pengembangan kurikulum, pengembangan tujuan dan isi kurikulum, serta evaluasi kurikulum. Buku ini menjelaskan proses pengembangan kurikulum secara sistematis mulai dari perumusan tujuan, penentuan isi, hingga evaluasi untuk meningkatkan kualitas
Buku ini membahas tentang pengembangan kurikulum di sekolah. Terdiri dari 6 bab yang membahas tentang pengertian kurikulum, komponen-komponennya, prosedur pengembangan, tujuan, isi, organisasi, dan evaluasi kurikulum. Buku ini bertujuan memberikan panduan dalam merancang kurikulum sekolah yang efektif.
Makalah ini membahas tentang implementasi kurikulum di satuan pendidikan. Terdiri dari empat bab yang membahas pengertian implementasi kurikulum, aspek-aspek penerapan kurikulum mencakup perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, persyaratan penerapan kurikulum, serta tahapan implementasi kurikulum.
Dokumen ini membahas tentang pengertian kalimat dalam bahasa Arab dan pembagiannya menjadi tiga, yaitu isim, fi'il, dan huruf. Isim adalah kata yang menunjukkan makna tanpa diikuti waktu, sedangkan fi'il menunjukkan makna dengan diikuti waktu. Huruf menunjukkan makna selain isim dan fi'il. Dokumen ini juga menjelaskan tanda-tanda pengenal masing-masing kalimat.
Dokumen ini berisi tentang foto teman yang bernama Ayu yang digambarkan sebagai orang yang imut dan manis. Dokumen ini juga memberikan beberapa link situs web terkait.
MUBADZIR
Saya pernah menghadiri bahkan membantu nglidig dalam suatu hajatan tertentu. Dan saya tertegun demi melihat piring-piring tamu undangan yang menyisakan makanannya dan kemudian dibuang kedalam kantong tertentu. Katanya untuk diberikan kepada ternak bebeknya ketika saya tanyakan untuk apa. Dan lebih tertegun lagi ketika hampir semua piring-piring tamu undangan yang diambil dari meja-meja menyisakan makanannya masing-masing kemudian saya bertanya dalam hati, untuk apa mengambil jika akhirnya tidak dihabiskan, ditinggalkan untuk dibuang. Toh jika memang tidak kersa ya tidak akan ada yang akan memaksa.
Sayang memang kalau melihat sisa makanan harus dibuang hanya karena perut sudah tidak memungkinkan untuk menampung, terlanjur kenyang. Namun jika dikasihkan kepada orang lain, siapa pula yang mau mencicipi bekas sisa makanan kita kan. Dan akhirnyalah mau dikemanakan lagi kalau tidak dibuang secara mubadzir, sedangkan mubadzir itu adalah termasuk saudaranya syetan, sebagaimana termaktub didalam Al-Qur’an.
Maka kalau sudah begitu, berarti pola makan kita haruslah dirubah sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad SAW. sebagai teladan yaitu makan sebelum lapar dan berhenti (makan) sebelum kenyang dan apabila masih tersisa maka simpanlah untuk kemudian. Artinya, makanlah makanan kita sesuai porsi atau kebutuhan kita.
1. Acara dialog dan seni mengangkat topik akulturasi budaya Tionghoa dan Indonesia di Yogyakarta.
2. Interaksi antara budaya Tionghoa dan Jawa telah berlangsung berabad-abad sejak abad ke-4 M, dan telah membentuk budaya baru di Yogyakarta.
3. Kerukunan antar-budaya dapat mendukung kemajuan dan kenyamanan bersama jika didasari saling menghormati dan menghargai.
Seseorang yang menjadi immigran mengalami menjadi minoritas,
baik sebagai "immigrant sojourn" (tinggal selama perjalanan jangka
pendek), "immigrant refugee" (pengungsi), maupun "immigrant
voluntary" (karena kehendak sendiri).
Dalam salah satu ajaran Islam terdapat hadist Nabi yang menyebutkan “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Pertanyaannya, kenapa yang disebut Cina, bukan negara-negara Eropa atau lainnya ? Padahal menurut Prof Dr Ahmad Baiquni, negeri Cina ketika itu belum Islam.
Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari serta membentuk siswa menjadi Muslim yang beriman dan bertakwa. Metode pengajaran yang tepat diperlukan untuk mencapai tujuan ini namun guru seringkali hanya menggunakan metode ceramah yang membosankan siswa. Guru perlu memahami berbagai metode guna menciptakan situasi pembel
Membahas mengenai minoritas , maka yang ada di benak kita adalah mereka yang selalu terkalahkan hak dan kepentingannya yang disebabkan oleh banyak hal tentunya. Bisa saja karena jumlah mereka yang sedikit , atau mungkin jumlah yang banyakk namun berada di bawah kekangan pemerintahan yang berkuasa, atau mungkin keberadaan mereka yang bukan merupakan penduduk asli daerah/Negara tersebut sehingga selalu kesusahan dalam berinteraksi dengan penduduk asli karena bahasa, budaya , dan kebiasaan yang jauh berbeda di antra keduanya.
This document provides the class schedule for Madrasah Diniyyah Pon Pes "Ath-Thohiriyyah" for the 2013/2014 school year (Semesters I and II). It lists the classes offered each day of the week from Monday to Sunday from 8:00-9:30pm. Subjects include Tajwid, Nahwu, I'lal, Fiqh, Qowaid Fiqh, Shorof, Ushul Fiqih, Tauhid, and Imrity. The teachers for each subject are also provided. The schedule is signed by the school head, Ustadz Ari Ristianto, and secretary, Al Hafidz Werdi Ag
This document provides the class schedule for Madrasah Diniyyah Pon Pes "Ath-Thohiriyyah" for the 2013/2014 school year (Semesters I and II). It lists the classes, days of the week, times, subjects, and teachers. Classes are held from 8:00-9:30pm from Monday to Sunday. Subjects include Tajwid, Nahwu, I'lal, Fiqh, Qowaid Fiqh, Shorof, Ushul Fiqih, Tauhid, and Imrity. The teachers' names and their assigned subjects are also provided. The schedule is signed by the headmaster and secretary of the madrasah.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Aji pk
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum secara umum didefinisikan sebagai rencana (plan) yang dikembangkan untuk memperlancar
proses belajar dan mengajar dengan arahan dan bimbingan sekolah serta anggota stafnya.
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang esensial dalam proses pendidikan. Sasaran yang
ingin dicapai bukan semata-mata memproduksi bahan pelajaran melainkan lebih dititikberatkan untuk
meningkatkan kualiatas pendidikan.
Kegiatan pengembangan kurikulum sekolah memerlukan model yang dijadikan lambang teroritis untuk
melaksanakan suatu kegiatan. Model atau konstruksi merupakan ulasan teroritis tentang suatu konsepsi
dasar. Dalam makalah ini akan dikemukakan salah satu model pengembangan kurikulum, yang
hendaknya bisa dipergunakan untuk mengembangkan kurikulum menuju proses belajar mengajar untuk
mencapai dan meningkatkan kualitas pendidikan. Model pengembangan kurikulum tersebut adalah
administrative model.
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum administrative model?
2. Apakah fungsi dari pengembangan kurikulum administrative model?
3. Apakah kelemahan dari pengembangan kurikulum administrative model?
C. Batasan Masalah
Dalam makalah ini hanya akan membahas tentang pengembangan kurikulum administrative model.
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari pengembangan kurikulum administrative model.
2. Untuk mengetahui fungsi pengembangan kurikulum administrative model.
3. Untuk mengetahui kelemahan dari pengembangan kurikulum administrative model
BAB II
PEMBAHASAN
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak dikenal. Model
administratif sering pula disebut sebagai model “garis staf” (line staff) atau “dari atas ke bawah” (top
down), karena inisiatif dan gagasan dari pada administrator pendidikan dan menggunakan prosedur
administrasi. Model admistratif pengembangan kurikulum menggunakan prosedur atas-bawah, lini staf
(Topdown, line-staff procedure). Inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari pejabat tingkat atas
(Superintendent). Pejabat tersebut membuat keputusan tentang kebutuhan suatu program
pengembangan kurikulum dan implementasinya, lalu mengadakan pertemuan dengan staf lini
(bawahannya) dan meminta dukungan dari dewan pendidikan (Board of education). Langkah
berikutnya adalah membentuk suatu panitia pengarah yang terdiri dari pejabat administratif tingkat
atas, seperti asisten superintendent, principals, supervisor, dan guru-guru inti. Panitia pengarah
merumuskan rencana umum, mengembangkan panduan kerja, dan menyiapkan rumusan filsafat dan
tujuan bagi seluruh sekolah didaerahnya (District). Disamping itu, panitia pengarah dapat
mengikutsertakan organisasi diluar sekolah / tokoh masyarakat sebagai panitia penasehat yang bekerja
2. bersama dengan personel sekolah dalam rangka merumuskan berbagai rencana, petunjuk dan tujuan
yang hendak dicapai.
Setelah kebijakan kurikulum dikembangkan, maka panitia pengarah memilih dan menugaskan
stafpengajar sebagai panitia pelaksana (panitia kerja) yang bertanggung jawab mengkonstruksikan
kurikulum. Panitia im merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum, isi (materi), kegiatan-
kegiatan belajar dan sebagainya sesuai dengan pedoman / acuan kebijakan yang telah ditentukan oleh
panitia pengarah. Panitia mengerjakan tugasnya diluar jam kerja biasa dan tidak mendapat kompensasi.
Kondisi ini diterapkan karena berkaitan dengan tanggung jawab guru untuk memahami dengan benar
kurikulum dan meningkatkan mutu kurikulum itu sendiri.
Setelah panitia kerja (guru-guru) melaksanakan penyusunan kurikulum melalui proses tertentu,
selanjutnya kurikulum yang dihasilkan tersebut direvisi oleh panitia pengarah atau panitia tingkat atas
lainnya sesuai dengan maksud diadakannya review tersebut. Panitia ini melaksanakan berbagai fungsi-
fungsi, sebagai berikut:
1) Memberi koherensi pada ruang lingkup dan urutan dalam program bidang studi dengan koordinasi
bersama panitia guru-guru masing-masing bidang;
2) Memeriksa kesesuaiannya dengan kebijakan kurikulum yang telah ditetapkan oleh panitia pengarah;
3) Menyiapkan gaya dan bentuk susunan material yang siap untuk dipublikasikan
Rencana kurikulum yang telah direvisi dan final tersebut selanjutnya ditugaskan kepada suatu panitia
yang terdiri dari para admimstrator (principals) dan guru-guru untuk melaksanakannya dalam rangka
uji coba. Para pelaksana adalah tenaga profesional yang tidak dilibatkan dalam penyusunan kurikulum
(mencakup filsafat rasional, tujuan dan metodologinya) uji coba dilaksanakan dalam kondisi
pengajaran senyatanya dan keefektifannya dimonitor dengan cara kunjungan kelas, diskusi, evaluasi
siswa dan alat-alat lainnya. Berdasarkan hasil uji coba dilakukan modifikasi, dan selanjutnya kurikulum
baru tersebut diresmikan pelaksanaanya secara nyata dalam sistem sekolah.
Kelemahan model ini terdapat pada tiga hal, yakni :
1) Pada prinsipnya pengembangan kurikulum dengan model ini bersifat tidak demokratis, Karena
prakarsa, inisiatif dan arahan dilakukan melalui garis staf hirarkis dari atas ke bawah, bukan
berdasarkan kebutuhan dan aspirasi dari bawah ke atas;
2) Pengalaman menunjukkan bahwa model ini bukan alat yang efektif dalam perubahan kurikulum
secara signifikan, karena perubahan kurikulum tidak mengacu pada perubahan masyarakat, melainkan
semata-mata melalui manipulasi organisasi dengan pembentukkan macam-macam kepanitian.
3) Kelemahan utama dari model administratif adalah diterapkannya konsep dua fase, yakni konsep
yang mengubah kurikulum lama menjadi kurikulum baru secara uniform melalui sistem sekolah dalam
dua fase sendiri-sendiri, yakni penyiapan dokumen kurikulum baru, dan fase pelaksanaan dokumen
kurikulum tersebut.
KESIMPULAN
Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-
kebaikannya, serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal tetapi juga perlu disesuaikan dengan
sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model kosep pendidikan mana
yang digunakan.
Pengembangan kurikulum administrative model mudah dilaksanakan pada negara yang menganut
sistem sentralisasi dan negara yang kemampuan profesional tenaga pengajarnya masih rendah.
DAFTAR PUSTAKA
3. http://soegiartho.cybermq.com/post/detail/9925/model-model-pengembangan-kurikulum (tanggal
unduh 12 Oktober 2009)
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/model-pengembangan-kurikulum/ (tanggal unduh 12
Oktober 2009)
Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran.
Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.
Model Pengembangan Kurikulum Grass Roots
Diposkan oleh Agunk Prayogo di 04:55 Jumat, 30 Maret 2012
BAB V
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Model atau rancangan bahkan model dalam kurikulum adalah komponen yang sangat menentukan keberhasilan sebuah proses pendidikan. Mendesain
kurikulum bukanlah pekerjaan yang ringan. Ia membutuhkan kajian yang komprehensif dalam rangka mendapatkan hasil yang dapat mengakomodir
tuntutan dan perubahan zaman. Mendesain kurikulum berarti menyusun model kurikulum sesuai dengan misi dan visi sekolah. Tugas dan peran seorang
desainer kurikulum, sama seperti arsitek. Sebelum menentukan bahan dan cara mengkonstruksi bangunan terlebih dahulu seorang arsitek harus merancang
model bangunan yang akan dibangun.
Kurikulum yang ada pada pendidikan tinggi akuntansi di beberapa atau hampir semua perguruan tinggi, baik Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia mengalami stagnasi, statis, dan berorientasi pada materialitas. Stagnasi terlihat dari adopsi dan replikasi
kurikulum dari beberapa PTN terkenal pada PTN-PTN maupun PTS-PTS yang kurang terkenal atau agak terkenal. Nuansa hegemoni pada dunia
pendidikan tinggi akuntansi terasa mengental, bahkan menuju ke arah status quo kurikulum pendidikan tinggi akuntansi. Parahnya lagi, kurikulum yang
digunakan oleh beberapa PTN terkenal sudah mengalami perubahan, pengurangan, dan penambahan muatan materi. Akan tetapi, baik PTN-PTN maupun
PTS-PTS yang dulunya mengekor kurikulum beberapa PTN terkenal tidak melakukan perubahan kurikulum atau mengalami stagnasi kurikulum yang
berkelanjutan.
Kenikmatan dan kenyamanan karena adanya hegemoni tersebut membuat pola pikir dan arah nalar para pendidik dan anak didik terpasung dalam
”pendidikan yang menjerumuskan” bukannya ”pendidikan yang membebaskan”. Untuk itu, internalisasi sikap, perilaku, dan tindakan kritis pada
kurikulum pendidikan tinggi akuntansi mutlak dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan melakukan kajian kritis pada setiap adopsi dan replikasi kurikulum
yang digunakan oleh beberapa PTN terkenal.
Kestatisan pada kurikulum pendidikan tinggi akuntansi terlihat dari tidak adanya kreativitas dalam kurikulum tersebut. Kalau terdapat kreativitas, itu pun
mengarah pada materialitas yang selama ini sudah didoktrinkan oleh beberapa pendidik kepada anak didik. Ketiadaan kreativitas ini terbelenggu dengan
adanya pembatasan kurikulum yang semata-mata mengacu pada hal-hal yang berbau ekonomi dan hitungan saja. Pengembangan intuisi, imajinasi, dan
inspirasi yang mengarah pada inovasi tidak atau kurang diinternalisasi pada kurikulum. Begitu pula keterkaitan pendidikan tinggi akuntansi dengan ilmu-
ilmu sosial lainnya kurang begitu diperhatikan, apalagi dengan ilmu-ilmu yang bersifat pasti. Bukankah satu bidang keilmuan terkait dengan bidang
keilmuan lainnya, mengapa kemudian kurikulum pendidikan tinggi akuntasi masih bersifat egois. Adanya pemasungan kreativitas pada kurikulum tersebut
mengakibatkan terhambatnya daya inovasi, inspirasi, dan imajinasi sekaligus menumpulkan intuisi dalam pengembangan pendidikan tinggi akuntansi.
Keterjebakan kurikulum pendidikan tinggi akuntansi pada stagnasi dan statis ternyata diperparah dengan mengarahkannya kepada materialitas semata.
Nilai-nilai mentalitas, seperti kejujuran, keadilan, kasih, dan sayang masih terasa ”kering dan hambar” di dalam kurikulum pendidikan tinggi akuntansi.
Hampir semua kurikulum pada pendidikan tinggi akuntansi menafikan nilai-nilai mentalitas, tetapi mengutamakan nilai-nilai materialitas. Keseimbangan
muatan kurikulum pada nilai materialitas dan mentalitas berjalan berat sebelah. Strategi balanced scorecard yang diajarkan pada intinya dimuarakan pada
kepentingan materialitas bukannya keseimbangan antara materialitas dan mentalitas. Akibatnya, dapat ditebak bahwa keluaran dari pendidikan tinggi
akuntansi adalah insan-insan yang dicekoki dengan materilitas dan distigma sebagai bibit-bibit kapitalis yang tak bermental. Untuk itu, strategi
pembelajaran pada pendidikan tinggi akuntansi harus diberi fondasi terlebih dahulu dengan internalisasi sosiologi kritis, kreativitas, dan mentalitas. Hal ini
tidak berhenti pada fondasi saja, tetapi juga diupayakan merasuki kurikulum-kurikulum yang ada pendidikan tinggi akuntansi. Selain itu, juga mengubah
strategi pembelajaran yang selama ini berdasarkan pada konsep reproductive view of learning menjadi constructive view of learning. Konsep ini pada
dasarnya membangun tanpa merusak fondasi yang sudah baik pada proses belajar mengajar selama ini. Konsep reproductive view of learning yang selama
ini dihasilkan hanya menghasilkan keluar an yang bersifat membebek tanpa mampu bersikap kritis, kreatif dan mempunyai nilai-nilai mental. Ini berbeda
dengan konsep constructive view of learning yang berpegang pada nilai-nilai kritis, kreatif, dan nuansa mentalitas. Dalam konsep ini agar dihasilkan mutu
pendidikan tinggi akuntansi yang berkualitas, maka anak didik diinternalisasi dengan sikap kritis. Salah satu diantaranya adalah dengan paradigma
dekonstruksi, keluar dari kotak awal pengetahuan yang membelenggu, serta dijiwai nilai-nilai mentalitas berupa kejujuran, keadilan, kasih, dan sayang.
Para ahli kurikulum berupaya merumuskan macam-macam desain kurikulum. Eisner dan Vallance (1974) menyebutnya menjadi lima jenis, yaitu model
pengembangan proses kognitif, kurikulum sebagai teknologi, kurikulum sebagai aktualisasi diri, kurikulum sebagai rekonstruksi sosial, dan kurikulum
rasionalisasi akademis. Mc Neil (1977) membagi desain kurikulum menjadi empat model, yaitu model kurikulum humanistis, kurikulum rekonstruksi
sosial, kurikulum teknologi, dan kurikulum subjek akademik.
4. Saylor, Alexander, dan Lewis (1981) membagi desain kurikulum menjadi kurikulum subject matter disiplin, kompetensi yang barsifat spesifik atau
kurikulum teknologi, kurikulum sebagai proses, kurikulum sebagai fungsi sosial, dan kurikulum yang berdasarkan minat individu. Sedangkan Shane
(1993) membagi desain kurikulum menjadi empat desain, yaitu desain kurikulum yang berorientasi pada masyarakat, desain kurikulum yang berorientasi
pada anak, desain kurikulum yang berorientasi pada pengetahuan, dan desain kurikulum yang bersifat eklektik.
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas
kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem
pengolahan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan
pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda
dengan kurikulum humanistik, teknologis dan rekonstruksi sosial.
Ada beberapa model pengembangan kurikulum :
1. Admistrative Model
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administratif atau line staff karena
inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi.
1. Grass Root Model
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah,
yaitu guru-guru atau sekolah. Diberi nama Grass root karena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum datang dari seorang guru sekelompok guru
atau keseluruhan guru di suatu sekolah.
Mencermati hal diatas maka penulis tidak dalam upaya untuk menyajikan kurikulum dari asfek model-modelnya secara keseluruhan. Namun akan lebih
mencermati sekaligus mengkaji kurikulum sesuai dengan judul yang ditugaskan kepada penulis, yaitu model pengembangan kurikulum dengan
menggunakan pendekatan Grass Roots.
1. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian kurikulum Grass Roots
2. Menjelaskan sejarah kurikulum Grass Roots
Menjelaskan ciri khas kurikulum Grass Roots
The grass root model Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari
atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama, digunakan dalam sistem pengelolaan
pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi.
Dalam model pengembangan yang bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya
pengembangan kurikulum. Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi
ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum. Apabila kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, fasilitas
biaya maupun bahan-bahan kepustakaan, pengembangan kurikulum model grass root tampaknya akan lebih baik. Hal itu didasarkan atas pertimbangan
bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karena itu
dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya. Pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots, mungkin hanya berlaku untuk
bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk seluruh bidang studi pada sekolah atau daerah lain. Pengembangan
kurikulum yang bersifat desentralistik dengan model grass roots-nya, memungkinkan terjadinya kompetisi dalam meningkatkan mutu dan sistem
pendidikan, yang pada gilirannya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif. Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, tampaknya lebih cenderung dilakukan dengan menggunakan pendekatan the grass-root model. Kendati demikian, agar pengembangan
kurikulum dapat berjalan efektif tentunya harus ditopang oleh kesiapan sumber daya, terutama sumber daya manusia yang tersedia di sekolah.
Sejarah Grass Roots
Dilihat dari cakupan pengembangannya ada dua pendekatan yang dapat diterapkan. Pertama, pendekatan top down atau pendekatan administrative, yaitu
pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah; dan kedua adalah pendekatan grass root, atau pengembangan kurikulum yang diawali oleh inisiatif
dari bawah lalu disebarluaskan pada tingkat atau skala yang lebih luas, dengan istilah singkat sering dinamakan pengembangan kurikulum dari bawah ke
atas.
Kalau pada pendekatan administratif inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari para pemegang kebijakan kemudian turun ke stafnya atau dari atas ke
bawah, maka dalam model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian
menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pendekatan ini dinamakan juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh karena sifatnya
yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum (curriculum improvement), walaupun dalam skala yang
terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum construction).
Dalam kondisi yang bagaimana kiri-kira guru dapat berinisiatif memperbarui dan atau menyempurnakan kurikulum dengan pendekatan semacam ini ? Ya,
minimal ada syarat sebagai kondisi yang memungkinkan pendekatan grass roots dapat berlangsung. Pertama, manakala kurikulum itu benar-benar bersifat
lentur sehingga memberikan kesempatan kepada setiap guru secara lebih terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan kurikulum yang sedang
5. diberlakukan. Kurikulum yang bersifat kaku, yang hanya mengandung petunjuk dan persyaratan teknis sangat sulit dilakukan pengembangannya dengan
pendekatan ini.
Kedua, pendekatan grass roots hanya mungkin terjadi manakala guru memiliki sikap professional yang tinggi disertai kemampuan yang memadai. Sikap
professional itu biasanya ditandai dengan keinginan untuk mencoba dan mencoba sesuatu yang baru dalam upaya untuk meningkatkan kinerjanya. Seorang
professional itu akan selalu berusaha menambah pengetahuan dan wawasannya dengan menggali sumber-sumber pengetahuan. Ia juga akan selalu
mencoba dan mencoba untuk mencapai kesempurnaan. Ia tidak akan puas dengan hasil yang minimal. Ia akan bisa tenang manakala hasil kinerjanya sesuai
dengan target maksimalnya. Dalam kondisi yang demikianlah grass roots akan terjadi.
Kemudian bagaimana dengan kenyataan di Indonesia ? banyakkah guru-guru yang mempunyai kemauan dan kemampuan seperti ini ? Baiklah sekarang
jangan terlalu hiraukan keadaan itu secara berlebihan, yang terpenting adalah kita harus mulai memahami bagaimana pelaksanaan pendekatan grass roots
ini dilakukan. Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang dapat kita lakukan manakala menggunakan pendekatan grass roots ini.
Pertama, menyadari adanya masalah. Pendekatan grass roots biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya dirasakan
ketidakcocokan penggunaan strategi pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau masalah kurangnya motivasi belajar siswa
sehingga kita merasa terganggu, dan lain sebaginya. Pemahaman dan kesadaran guru akan adanya suatu masalah merupakan kunci dalam grass roots.
Tanpa adanya kesadaran masalah tidak mungkin grass roots dapat berlangsung. Kedua, mengadakan refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah, maka
selanjutnya kita berusaha mencari penyebab munculnya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan
membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan latar belakangnya. Dengan pemahaman tersebut, akan memudahkan bagi guru dalam
mendesain lingkungan yang dapat mengaktifkan siswa memperoleh pengalaman belajar.
Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa. Pertama, pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap
tujuan akan menentukan pengalaman pembelajaran.
Kedua, setiap penglaman belajar harus memuaskan siswa.
Ketiga, Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa. Keempat, mungkin dalam satu penglaman belajar dapat mencapai tujuan
yang berbeda. Terdapat beberapa bentuk pengalaman belajar yang dapat dikembangkan, misalkan pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan
berpikir siswa, pengalaman belajar untuk membantu siswa dalam mengumpulkan sejumlah informasi, pengalaman belajar untuk membantu
mengembangkan sikap sosial, dan pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan minat.
Untuk lebih merinci, penulis akan mengulas kembali secara rinci, bahwa inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari
bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Diberi nama Grass roots karena inisiatif dan gagasan pengembangan kurikulum datang dari seorang guru sekelompok
guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah : Perencana, pelaksana, penyempurna dari
pengajaran di kelasnya. Dari beberapa kajian di atas, maka dapat ditemukan ciri-ciri dari grass roots model yaitu :
1.Guru memiliki kemampuan yang professional.
2.Keterlibatan langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan dan penentuan
evaluasi.
3.Muncul konsensus tujuan, prinsip – prinsip maupun rencana – rencana diantara
para guru.
4.Bersifat desentralisasi dan demokratis.
MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, pemilihan suatu model
pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikanya serta
kemungkinan tercapainya hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan
dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan.
Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi
berbeda dengan desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis
berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis dan rekontruksi sosial.
Sekurang-kurangnya dikenal enam model pengembangan kurikulum yaitu:
1. The Administrative Model.
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak dikenal.
Diberi nama model administratif atau line staf, karena inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari
para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang
administrasinya, administrator pendidikan (apakah dirjen, direktur atau kepala kantor wilayah
pendidikan dan kebudayaan) membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum.
6. Anggota-anggota komisi atau tim ini terdiri atas, pejabat dibawahnya, para ahli pendidikan, ahli
kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan, tugas tim atau komisi ini
adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama dalam
pengembangan kurikulum. Setelah hal-hal mendasar ini terumuskan dan mendapat pengakajian yang
seksama, administrator pendidikan menyusun tim atau komisi kerja pengembangan kurikulum. Para
anggota tim atau komisi ini terdiri atas para ahli pendidikan/kurikulum, ahli disiplin ilmu dari
perguruan tinggi, guru-guru bidang studi yang senior.
Tim kerja pengembangan kurikulum bertugas menyusun kurikulum yang sesungguhnya yang lebih
operasional, yang dijabarkan dari konsep-konsep dan kebijaksanaan dasar yang telah digariskan oleh
tim pengarah. Tugas tim kerja ini merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan-tujuan
yang lebih umum, memilih dan menyusun sekuens bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan
evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi para guru.
Setelah semua tugas dari tim kerja pengembangan kurikulum tersebut selesai, hasilnya dikaji ulang
oleh tim pengarah serta para ahli lain yang berwewenang atau pejabat yang kompeten. Setelah
mendapat beberapa penyempurnaan, dan dinilai telah cukup baik, administrator pemberi tugas
menetapkan berlakunya kurikulum tersebut serta memerintahkan sekolah-sekolah untuk melaksanakan
kurikulum tersebut. Karena sifatnya yang datang dari atas, model pengembangan kurikulum
demikian disebut juga model “top down” atau “line staff”. Pengembangan kurikulum dari atas, tidak
selalu segera berjalan, sebab menuntut kesiapan dari pelaksanaanya, terutama guru-guru. Mereka perlu
mendapatkan petunujuk-petunjuk dan penjelasan atau mungkin juga peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan. Kebutuhan akan adanya penataran sering tidak dapat dihindarkan.
Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, selama tahun-tahun permulaan diperlukan pula adanya
kegiatan monitoring pengamatan dan pengawasan serta bimbingan dalam pelaksanaanya. Setelah
berjalan beberapa saat perlu juga dilakukan evaluasi, untuk menilai baik validitas komponen-
komponenya prosedur pelaksanaan maupun keberhasilanya. Penilaian menyeluruh dapat dilakukan
oleh tim khusus dari tingkat pusat atau daerah. Sedang penilaian persekolah dapat dilakukan oleh tim
khusus sekolah yang bersangkutan. Hasil penilaian tersebut merupakan umpan balik, baik bagi instansi
pendidikan di tingkat pusat, daerah maupun sekolah.
2. The Grass Roots Model
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan
kurikulum, bukan datang dari atas tetapi datang dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Model
pengembangan kurikulum yang pertama,digunakan dalam sistim pengelolaan pendidikan/kurikulum
yang bersifat sentralisasi, sedangkan Grass Roots Model akan berkembang dalam sistem pendidikan
yang bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan Grass Roots seorang guru, sekelompok guru
atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum.
Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau
beberapa bidang studi atau seluruh bidang studi dan keseluruhan komponen kurikulum. Apabil
kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, vasilitas, biaya maupun
bahan-bahan kepustakaan, pengembangan kerikulum Grass Roots Model akan lebih baik. Hal ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari
pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh karna itu dialah yang paling
berkompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya. Hal itu sesuai dengan prinsip-prinsip pengembang
7. kurikulum yang deikemukakan oleh smith, stanley dan shores (1957:429) dalam pengembangan
kurikulum karangan Prof. DR. Nana Syaodih Sukmadinata.
Pengembangan kurikulum yg bersifat Grass Roots Model mungkin hanya berlaku untuk bidang studi
tertentu atau sekolah tertentu tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk bidang studi sejenis pada
sekolah lain, atau keseluruhan bidang studi pada sekolah atau daerah lain. Pengembangan kurikulum
yang bersifat desentralisasi dengan model grass rootsnya, memungkinkan terjadinya kompetisi di
dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan yang pada giliranya akan melahirkan manusia-
manusia yang lebih mandiri dan kreatif.