Dokumen tersebut membahas mengenai prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, dan model-model pengembangan kurikulum. Beberapa prinsip pengembangan kurikulum yang disebutkan antara lain fleksibilitas, kesinambungan, mudah dilaksanakan, dan efisiensi. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan masy
2. PENGEMBANGAN KURIKULUM
Prinsip-Prinsip
Pengembangan
Kurikulum
Pengembang Kurikulum
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Artikulasi dan
Hambatan
Model-Model
Pengembangan
Kurikulum
4. Internal: Komponen-
komponen kurikulum (tujuan,
bahan, strategi, organisasi
dan evaluasi).
Eksternal: Epistomologis
tuntutan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Psikologis
tuntutan dan potensi peserta
didik. Sosilogis tuntutan dan
kebutuhan perkembangan
masyarakat
5. Mengusahakan agar yang
dihasilkan memiliki sifat
luwes, lentur dan fleksibel
dalam pelaksanaannya,
memungkinkan penyesuaian
berdasarkan situasi dan
kondisi tempat dan waktu
yang selalu berkembang, serta
kemampuan dan latar
bekang peserta didik.
6. Kesinambungan, baik secara
vertikal, maupun secara
horizontal.
Pengalaman-pengalaman
belajar memperhatikan
kesinambungan, baik yang di
dalam tingkat kelas, antar
jenjang pendidikan, maupun
antara jenjang pendidikan
dengan jenis pekerjaan.
7. Mudah dilaksanakan,
menggunakan alat-alat
sederhana dan biayanya juga
murah.
Prinsip ini juga disebut prinsip
efisiensi yakni
mendayagunakan waktu,
biaya, dan sumber-sumber
lain yang ada secara optimal,
cermat dan tepat sehingga
hasilnya memadai.
8. Mengusahakan agar
kegiatan pengembangan
kurikulum mencapai tujuan
tanpa kegiatan yang sia-
sia, baik secara kualitas
maupun kuantitas.
10. Pemilihan isi kurikulum perlu
mempertimbangkan:
1) Perlu penjabaran tujuan
pembelajaran ke dalam bentuk
perbuatan hasil belajar yang
khusus dan sederhana.
2) Isi bahan harus mencakup segi
kognitif, afektif dan psikomotor.
3) Unit-unit kurikulum harus disusun
dalam urutan yang logis dan
sistematis.
11. Pemilihan proses pembelajaran
1) Kesesuaian
2) Kegiatan yang bervariasi
3) Urutan kegiatan bertingkat.
4) Mencapai tujuan kognitif, afektif dan
psikomotor.
5) Apakah lebih mengaktifkan siswa
6) Mendorong kemampuan baru
7) Menimbulkan hubungan luar sekolah.
8) Menekankan “learning by doing” di
samping “learning by seeing and
knowing”.
12. Didukung media & alat2 bantu
pembelajaran:
1) Ketersediaan alat/media
pembelajaran.
2) Pembuatan alat/media
3) Pengorganisasian alat dalam
bahan ajar
4) Pengintegrasian dalam
keseluruhan kegiatan belajar.
5) Hasil yang terbaik akan diperoleh
degan menggunakan multi media.
13. 1) Penyusunan alat penilaian (test).langkahnya:
merumusan tujuan (kognitif, afektif dan
psikomotor), diuraikan ke dalam bentuk tingkah
laku murid yang dapat diamati, dihubungkan
dengan bahan ajar, menuliskan butir-butir test.
2) Memperhatikan: Bagaimana kelas, usia, dan
tingkat kemampuan kelompok yang akan ditest?
waktu, bentuk dan jumlah butir test yang perlu
disusun?
3) Pengolahan hasil test memperhatikan: Norma apa
yang digunakan dalam pengolahan hasil test
tersebut, Apakah digunakan formula guessing?
Bagaimana pengubahan skor ke dalam kor masak,
Skor standar apa yang digunakan, Untuk apakah
hasil-hasil test digunakan.
14. Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak
yang turut berpartisipasi, yaitu: Administrator pendidikan,
Ahli pendidikan, Ahli kurikulum, Ahli bidang ilmu
pengetahuan, Guru dan Orang tua murid serta tokoh
masyarakat.
Administrator, guru dan
orang tua adalah pihak-
pihak yang secara terus-
menerus turut terlibat
dalam pengembangan
kurikulum.
15. FAKTOR-FAKTOR YANG
BERPENGARUH PADA
PENGEMBANGAN KURIKULUM
: Pengembang
ilmu pengetahuan dan pengembang
LPTK
: Sekolah harus
melayani aspirasi masyarakat (terutama
dunia usaha sangat berpengaruh )
: nilai-nilai yang dianut
oleh masyarakat harus terintegrasi
16. Artikulasi dalam pendidikan berarti
“Kesatupaduan dan koordinasi segala
pengalaman belajar”.
Untuk merealisasikan artikulasi kurikulum, perlu:
1. meneliti kurikulum secara menyeluruh
2. membuang hal-hal yang tidak diperlukan,
3. menghilangkan duplikasi,
4. merevisi metode serta isi pembelajaran,
5. mengusahakan perluasan dan kesinambungan
kurikulum.
17. Hambatan-hambatan Pengembangan Kurikulum:
Guru kurang berpartisipasi dalam
pengembangan kurikulum, yaitu: kurang waktu,
kekurangsesuaian pendapat, baik antara sesama
guru maupun dengan kepala sekolah dan
administrator, dan karena kemampuan dan
pengetahuan guru itu sendiri.
Kurangnya dukungan masyarakat baik dalam
pembiayaan dan kurangnya umpan balik
terhadap sistem pendidikan atau kurikulum yang
sedang berjalan.
Untuk pengembangan kurikulum, apalagi yang
berbentuk eksperimen baik metode, isi atau
sistem secara keseluruhan membutuhkan biaya
18.
19. ADMINISTRASI
/PEMERINTAH
PUSAT Hasilnya dikaji uang
Tim Pengarah
TIM PENGARAH
PENGEMBANG TIM KERJA
KURIKULUM PENGEMBANG
ANGGOTANNYA: Pejabat KURIKULUM
Dibawahnya, Para Ahli ANGGOTANNYA: Para Ahli
Pendidikan, Ahli Kurikulum, Ahli Pendidikan, Ahli Kurikulum, Ahli
Disiplin Ilmu, Tokoh Dunia Kerja Disiplin Ilmu, Perguruan Tinggi,
Guru Senior
TUGASNYA: Merumuskan,
konsep Dasar, Landasan- TUGASNYA: Menyusun Kurikulum
landasan, Kebijakan & Strategi sesungguhnya yang kebih
Utama dlm Pengembangan operasional, menjabarkan konsep
Kurikulum dn kebijakan dasar Tim Pengarah
Setelah penyempurnaan dan dinilai MONITORING,
telah cukup baik, administrator PENGAWASAN, DAN
menetapkan berlakunya kurikulum BIMBINGAN
20. Lawan dari . Inisiatif dan upaya
pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi
dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah.
Pengembangan atau penyempurnaan berkenaan suatu
komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi
ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen
kurikulum.
Hal itu didasarkan bahwa guru adalah perencana,
pelaksana, dan juga penyempurna dari pembelajaran di
kelasnya. Gurulah yang paling tahu kebutuhan kelasnya,
oleh karena itu gurulah yang paling kompeten menyusun
kurikulum bagi kelasnya.
21. Pengembangan kurikulum yang
bersifat grass roots, mungkin hanya
berlaku untuk bidang studi tertentu
atau sekolah tertentu, tetapi
mungkin pula dapat digunakan
untuk seluruh bidang studi pada
sekolah atau daerah lain.
Pengembangan kurikulum yang bersifat
desentralistik dengan model grass rootsnya,
memungkinkan terjadinya kompetisi dalam
meningkatkan mutu dan sistem pendidikan,
yang pada gilirannya akan melahirkan manusia-
manusia yang lebih mandiri dan kreatif.
22. Ahli kurikulum pusat
pengembangan kurikulum, ahli
pendidikan perguruan tinggi/sekolah
Menetapkan arena atau dan guru-guru terpilih,
lingkup wilayah profesional dalam sistem
pendidikan,
Profesional lain dan tokoh
Menetapkan Personalia masyarakat
1) Membentuk tim pengembang
kurikulum
Organisasi & Prosedur 2) Mengadakan peniliaan atau
Pengembangan Kurikulum penelitian terhadap kurikulum yg
ada dan yang sedang digunakan
3) Studi penjajagan kemungkinan
Implementasi Kurikulum penyusunan kurikulum baru
4) Merumuskan kriteria-kreteria
bagi penetuan kuirkulum baru
Evaluasi Kurikulum 5) Penyusunan dan penulisan
kurikulum baru
Evaluasi pelaksanaan kurikulum oleh guru, Desain
Kurikulum, evaluasi hasil belajar siswa, Evaluasi dari
keseluruhan kurikulum.
23. Model ini pada dasarnya bersifat grass
roots, yang datang dari bawah.
Bedanya pada model pengembangan
kurikulum ini adalah murni dari orang-
orang yang berada dalam suatu sekolah
tanpa campur tangan oleh pemerintah.
Model ini diprakarsai oleh guru atau
sekelompok guru yang bekerja sama
dengan ahli yang bermaksud
mengadakan perbaikan kurikulum.
24. Menurut Smith, Stanley dan Shores ada dua
variasai dalam model ini yaitu:
pertama, sekelompok guru dari suatu
sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk
oleh pengambil kebijaksaan untuk
melakukan percobaan tentang salah satu
atau beberapa segi/komponen kurikulum
kedua, beberapa orang guru merasa
kurang puas dengan kurikulum yang ada,
kemudian mereka mencoba mengadakan
penelitian, perbaikan dan pengembangan
sendiri.
25. Ada beberapa kebaikan model ini:
1. Karena kurikulum disusun dan dilaksanakan
dalam situasi tertentu yang nyata, maka akan
dihasilkan kurikulum yang lebih praktis.
2. Perubahan/penyempurnaan kurikulum dalam
skala kecil/aspek tertentu yang khusus, sedikit
sekali ditolak administrator, dibanding secara
menyeluruh.
3. Pengembangan dalam skala kecil dengan model
demontrasi dapat menembus hambatan yang
sering dialami yaitu dokumentasinya bagus tapi
pelaksanaannya tidak ada.
4. Model ini menempatkan guru sebagai pengambil
inisiatif dan nara sumber yang dapat menjadi
26. Kelemahan model ini:
Bagi guru-guru yang tidak turut
berpartisipasi dalam pengembangan,
mereka akan menerimanya dengan
engan-engan, dalam keadaan
terburuk mungkin akan terjadi
apatisme.
27. Menurut Taba pengembangan model ini lebih
mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru,
karena bersifat induktif, yang merupakan inverse
atau arah terbalik dari model tradisional.
Cara-cara lama/deduktif, antara lain:
1. Penentuan prinsip-prinsip dan
kebijaksanaan dasar
2. Merumuskan desain kurikulum yang
berisifat menyeluruh didasarkan atas
komitmen-komitmen tertentu
3. Menyusun unit-unit kurikulum sejalan
dengan desain yang menyeluruh
4. Melaksanakan kurikulum di dalam
kelas
28. Model Taba terdiri dari lima langkah yaitu:
1. Mengadakan unit-unit eksprimen bersama guru-guru,
unit yang dieksprimen meliputi: mendiagnosis
kebutuhan, merumuskan tujuan-tujuan khusus,
memilih isi, mengorganisasi isi, memilih pengalaman
belajar, mengorganisasi pengalaman belajar,
mengevaluasi dan melihat sekuens dan
keseimbangan.
2. Menguji unit eksprimen, yang bertujuan untuk
mengetahui validitas, keperaktisan serta serta
kelayakan penggunaannya.
3. Mengadakan revisi dan konsolidasi (tahap perbaikan
dan penyempurnaan serta penarikan kesimpulan).
4. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
yang dilakukan untuk mengetahui apakah konsep-
konsep dasar atau landasan-landasan teori yang
29. Roger: Bahwa manusia berada dalam proses
perubahan (becoming, developing, changing),
mempunyai kekuatan dan potensi untuk
berkembang sendiri, tetapi karena hambatan-
hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk
membantu memperlancar/mempercepat perubahan
• Pendidikan merupakan upaya
tersebut.
memperlancar dan mempercepat
perubahan ke arah
perkembangan. Guru/pendidik
bukan pemberi informasi apalagi
penentu perkembangan anak,
mereka hanyalah pendorong dan
pemelancar perkembangan anak.
30. Partisipasi Pengembangan Partisipasi
Pemilihan
Guru Dalam Pengalaman Orang Tua
Target Dari
Pengalaman Kelompok Yg Dalam
Sistem
Kelompok Yang Intensif Untuk Satu Kegiatan
Pendidikan
Intensif Kelas/Unit Pelajaran Kelompok
Adanya kesediaan dari pejabat pendidikan
untuk ikut dalam kegiatan kelompok yang
intensif.
Selama satu minggu para pejabat
pendidikan/administrator melakukan kegiatan
kelompok dalam suasana yang relaks, tidak
formal
31. Partisipasi Pengembangan Partisipasi
Pemilihan
Guru Dalam Pengalaman Orang Tua
Target Dari
Pengalaman Kelompok Yg Dalam
Sistem
Kelompok Yang Intensif Untuk Satu Kegiatan
Pendidikan
Intensif Kelas/Unit Pelajaran Kelompok
Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok
yang intensif. Guru dan pejabat pendidikan
bersama-sama mengikuti kegiatan kelompok yang
intesif, dari pertemuan tersebut diperoleh hal-hal
yang merupakan ide-ide dalam pengembangan
kurikulum di lapangan
32. Partisipasi Pengembangan Partisipasi
Pemilihan
Guru Dalam Pengalaman Orang Tua
Target Dari
Pengalaman Kelompok Yg Dalam
Sistem
Kelompok Yang Intensif Untuk Satu Kegiatan
Pendidikan
Intensif Kelas/Unit Pelajaran Kelompok
Pengembangan pengalaman kelompok yang
intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran.
Siswa dilibatkan dalam pertemuan kelompok
intensif antara pejabat pendidikan dan guru
33. Partisipasi Pengembangan Partisipasi
Pemilihan
Guru Dalam Pengalaman Orang Tua
Target Dari
Pengalaman Kelompok Yg Dalam
Sistem
Kelompok Yang Intensif Untuk Satu Kegiatan
Pendidikan
Intensif Kelas/Unit Pelajaran Kelompok
Partisipasi orang tua dalam kegiatan
kelompok, artinya orang tua telibat juga
dalam kegiatan intensif kelompok
tersebut
34. Model ini didasarkan pada asumsi
bahwa Perkembangan Kurikulum
Merupakan Perubahan Sosial.
Sesuai dengan asumsi tersebut
model ini menekankan pada:
hubungan insani, sekolah dan
organisasi masyarakat, dan wibawa
dari pengetahuan profesional.
35. Mengkaji masalah kurikulum, berupa pengumpulan
data menyeluruh, dan mengidentifikasi faktor-faktor,
kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah.
Implementasi tindakan pertama, segera diikuti
dengan pegumpulan data dan fakta, yang berfungsi
sbg bahan: evaluasi tindakan, pemahaman
masalah yg dihadapi, untuk menilai kembali dan
mengadakan modifikasi, dan acuan menentukan
tindakan lebih lanjut.
36. Perkembangan bidang teknologi dan ilmu
pengetahuan serta nilai-nilai efesiensi dan
efektivitas dalam bisnis, juga mepengaruhi
perkembangan model-model kurikulum.
Tumbuh kecenderungan-
kecenderungan baru yang
didasarkan atas hal itu, di
antaranya::
• The berhavioral Analisys
model
• The system analisys
model
37. Menekankan penguasaan prilaku atau
kemampuan.
Suatu kemampuan atau prilaku yang kompleks
diuraikan menjadi prilaku-prilaku yang sederhana,
yang tersusun secara hirarkis.
1. 2. 3.
The behavioral The system The Computer-
Analisys model analisys model Based Model
38. Berasal Dari Gerakan Efesiensi Bisnis.
1. Menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang
harus dikuasai siswa.
2. Menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian-
ketercapaian hasil belajar yang harus dikuasai siswa.
3. Mengedintifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta
perkiraan biaya yang diperlukan
4. Membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa
program pendidikan.
1. 2. 3.
The behavioral The system The Computer-
Analisys model analisys model Based Model
39. Model Pengembangan Kurikulum Dengan
Memanfaatkan Komputer.
Pengembangan dimulai dengan mengidentifikasi
seluruh unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah
memiliki rumusan tentang hasil-hasil yang
diharapkan. Setelah diadakan pengelolaan
disesuaikan dengan kemampuan dan hasil-hasil
yang dicapai siswa disimpan dalam komputer.
1. 2. 3.
The behavioral The system The Computer-
Analisys model analisys model Based Model