Makalah ini membahas proses penetapan isi kurikulum pendidikan kejuruan yang meliputi pemilihan desain kurikulum, penentuan isi berdasarkan faktor-faktor seperti waktu, dana, tekanan internal dan eksternal, persyaratan pemerintah, serta tingkat kompetensi yang diharapkan; strategi penentuan isi meliputi model kurikulum tematik dan performance-based instruction; serta landasan filosofis penentuan isi.
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
ISIKURIKULUM
1. PENETAPAN ISI KURIKULUM
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Kurikulum Pendidikan Kejuruan
Yang dibina oleh Bapak Dr. Dwi Agus Sudjimat, M.Pd
Oleh
Ikwanudin 130511605799
Irma Susanti 130511605791
Khozinatus Zadah 110544433027
Krisdianto Hadi 130511605795
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
September 2014
2. BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kurikulum merupakan suatu rancangan dalam pendidikan yang memiliki fungsi
sebagai penentu arah dalam pendidikan. kurikulum sangat penting untuk menentukan arah
pendidikan untuk dibawa dimana tujuan pendidikan tersebut. dalam kurikulum terdapat
beberapa komponen, yang setiap komponennya selalu berkaitan satu sama lain. Komponen
dalam kurikulum mencakup tujuan, isi, metode, dan evaluasi. Komponen ini akan saling
mengaitkan seperti contoh tujuan dari pendidikan teknologi dan kejuruan untuk membentuk
lulusan yang berkopeten dalam suatu bidang tertentu. Hal tersebut membutuhkan kejelasan
tujuan, isi dari kurikulum, bagaimana menerapkanya, dan evaluasi sebagai bahan
pertimbangan dan pengembangan lebih lanjut.
Kurikulum akan menjadi titik acuan dalam penyelenggaraan pendidikan yang
memerlukan landasan yang sesuai dan tepat. Karena kurikulum merupakan inti dari suatu
pendidikan. Dalam penyusunan, pengembangan, dan penentuan isi kurikulum memerlukan
landasan yang kuat dan merupakan hasil pemikiran para ahli. Dengan demikian penyusunan,
pengembangan, maupun penetapan kurikulum hendaknya menyesuaikan dengan kondisi
atau situasi pada masa sekarang.
Dalam makalah ini penulis akan membahas proses penetapan isi kurikulum, seperti :
pemilihan desain kurikulum, menentukan isi kurikulum, pemilihan strategi isi kurikulum,
dan landasan filosofis dalam penentuan isi kurikulum.
RUMUSAN MASALAH
Dalam penetapan kurikulum terdapat rumusan masalah yang berkaitan dengan isi
kurikulum.
1. Bagaimana pemilihan desain kurikulum?
2. Bagaimana menentukan isi kurikulum serta faktor apa saja yang mempengaruhi
penentuan isi kurikulum?
3. Bagaimana strategi menentukan isi kurikulum?
4. Bagaimana menentukan isi kurikulum dalam landasan filosofis?
5. Apa yang dilakukan pengembang kurikulum dalam menentukan isi kurikulum
dengan berintrospeksi?
3. TUJUAN
Makalah ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui dan memahami
1. Pemilihan desain isi kurikulum.
2. Penentuan isi kurikulum dan faktor-faktor penentuan isi kurikulum.
3. Pemilihan strategi penentuan isi kurikulum.
4. Landasan filosifis penentuan isi kurikulum.
5. Serta intropeksi sebagai penentuan isi kurikulum.
4. BAB II PEMBAHASAN
A. Pemilihan Desain Isi Kurikulum
Penetapan isi kurikulum diawali dengan pemilihan desain kurikulum, pemilihan strategi
dan metode pembelajaran serta penetapan sasaran kompetensi yang dirumuskan secara
tenteratif. Desain kurikulum adalah isi pokok dan pengorganisasian dari sasaran-sasaran dan
muatan budaya yang diatur sedemikian rupa untuk mengungkapakan potensi kemajuan
melalui tingkat pembelajaran. Pengorganisasian materi pembelajaran berkaitan erat dengan
upaya mencapai tujuan instruksional yang efektif dan efisien serta relevan dengan aktivitas
sehari-hari dalam pendidikan dan pelatihan kejuruan.
Dewasa ini berkembang pendekatan sistem dalam pengembangan kurikulum. Suatu
sistem merupakan kumpulan sejumlah elemen yang berinteraksi satu dengan lainnya untuk
mencapai sasaran bersama. Pendekatan sistem dalam pendidikan berkaitan dengan sejumlah
bidang kegiatan sebagai contoh sistem perencanaan, sistem instruksional, sistem
implementasi, sistem kurikulum, dan sistem penilaian. Apapun jenis sistemnya pada
dasarnya akan mengacu pada bentuk dasar sistem yang terdiri dari input (masukan), process
(proses), output (keluaran), dan feed back (umpan balik). Seperti pada gambar berikut :
INPUT OUTPUT
(students) (Program Graduate)
FEEDBACK
Gambar Konsep Dasar Suatu Sistem
1. Sistem Kurikulum Dan Sistem Instruksional
Pendekatan sistem dalam desain kurikulum dan desain instruksional dapat
meningkatakan mutu serta secara bersamaan menyediakan sarana untuk memperbaiki
penyimpangan-penyimpangan secara terorganisasi. Untuk membedakan antara
penyimpangan termasuk sistem kurikulum dan sistem instruksional dapat dilihat
berdasarkan fokus permasalahannya, sistem kurikulum berkaitan dengan apa yang harus
diajarkan, sementara sistem instruksional menekankan pada bagaimana proses pembelajaran
diselenggarakan. Masukan untuk sistem kurikulum dapat mencakup filsafat ilmu, persepsi,
PROCESS
(Program)
5. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tata nilai dan yang dianut oleh para
pengembang kurikulum, sementara masukan untuk sistem instruksional cenderung berfokus
pada kurikulum. Berlanjut ke aspek proses dari sistem, sistem kurikulum memfokuskan
pada perencanaan, pemilihan, dan pengurutan materi. Sedangakan pada sistem instruksional
titik berat dalam proses adalah pada pemilihan sumber-sumber instruksional, perencanaan
pembelajaran, metode pembelajaran dan evaluasi kemajuan siswa. Keluaran dari sistem
kurikulum adalah suatu sistem, sedangkan keluaran dari sistem instruksional adalah hasil
belajar siswa. Perbedaan sistem ini juga bisa dilihat dari umpan balik, umpan balik
digunakan untuk penyempurnaan kurikulum, sedangakan untuk sistem instruksional umpan
balik untuk meningkatakan mutu hasil belajar siswa. Dari uraian diatas hubungan antara
kedua sistem sangatlah erat dan menggambarkan dinamika persekolahan untuk
menghasilkan lulusan yang kompeten untuk kebutuhan dunia usaha dan industri.
2. Model
Model adalah suatu sarana presentasi yang disederhanakan dari suatu kondisi nyata
kepada mereka yang berkepentingan. Model dikatakan berguna jika dapat menjelaskan apa
yang terjadi. Suatu model mengkomunikasikan suatu kejadian dengan beberapa cara, yakni
secara sistemik, prosedural, dan konseptual. Berikut ini beberapa model yang banyak
digunakan dalam peningkatan kinerja pendidikan :
2.a Model untuk meningkatkan kinerja
Model ini dikembangkan oleh R.A.Swanson (1994:19) dengan sebutan “Sysetms Model
for Performance Improvement” berdasarkan konsep teori sistem diagnosis kinerja dan
sistem dokumentasi kepakaran yang berkaitan dengan masalah kinerja kompleks.
2.b Performance-based instructional design system (PBID)
Model ini dikembangkan oleh David Pucel (1989).Sistem PBID dapat digunakan untuk
mengembangkan sekuens program pembelajaran, pelatihan dan pembelajaran individual.
Sistem ini mencakup tujuh komponen utama yakni: deskripsi program,analisis materi,
pemilihan materi, urutan materi, struktur pelajaran, format pembelajaran, dan
pengembangan prosedur evaluasi dan umpan balik. Hasil PBID merupakan sebuah rencana
pembelajaran yang merupakan kontribusi dari semua komponen sistem.
Desain pembelajaran diawali dengan persiapan pembuatan deskripsi program termasuk
maksud dan konteks. Kemudian dilanjutkan dengan analisis materi dengan fokus pada
6. identifikasi materi yang spesifik untuk digunakan dalam program. Berikutnya dilakukan
pemilihan materi dan penetapan materi yang secara definitif dimasukkan ke dalam program,
dilanjutkan dengan pengaturan meteri sedemikian rupa sehingga memberikan dampak
efektifitas penguasaan oleh siswa. Dengan prosedur tersebut, maka diperoleh mata pelajaran
yang terstruktur yang memungkinkan proses pembelajaran dalam berbagai format. Tahapan
terakhir adalah merumuskan metode evaluasi serta pemberian umpan balik kepada siswa
tentang kemajuan selama dan sesudah proses pembelajaran.
2.c Thematic Curriculum Framework
Fokus utama kurikulum tematik adalah membawa para siswa dari metode pembelajaran
tradisional dengan model langkah-langkah tunggal yang tertutup (lockstep of schooling) ke
arah model yang menyajikan kesempatn yang bermakna (meaningful opportunities) pada
saat para siswa memperoleh pengalaman menyelidiki tema dengan beragam
kontekstualisasi.
B. Menentukan Isi Kurikulum
Menentukan Isi kurikulum merupakan langkah berikutnya dalam penetapan isi
kurikulum. Isi kurikulum merupakan sistem instruksional yang secara sadar diterapkan
dalam proses pembelajaran dengan keyakinan dapat membantu peserta didik
mengembangkan potensinya secara maksimal. Sehingga, menentukan sebuah isi kurikulum
pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Dalam menentukan isi kurikulum
pendidikan teknologi dan kejuruan sangatlah sulit. Haltersebut dikarenakan pada pendidikan
teknologi dan kejuruan, peserta didik dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja setelah
lulus. Oleh sebab itu, dalam menentukan isi kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan
harus ada upaya untuk mengidentifikasi kesesuaian kondisi pembelaajaran yang ada
disekolah dengan kebutuhan dunia kerja.
Dalam menentukan isi kurikulum pendidikan kejuruan, terdapat beberapa faktor yang
harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi keseluruhan proses. Faktor-faktor tersebut
antara lain :
1. Waktu dan Dana Operasional
Dalam menentukan isi kurikulum waktu akan menjadi unsur yang kritis dalam
keseluruhan proses pengembangan kurikulum, sehingga menjadi pusat kepedulian para
7. pengembang kurikulum pada saat menentukan isi kurikulum. Hal tersebut disebabkan
adanya pola panduan yang dikeluarkan Depdiknas yang antara lain tertuang dalam standar
isi (SI), standar kompetensi lulusan (SKL), dan lain-lain. Demikian pula dalam pengolahan
dana operasional bagi penentuan isi kurikulum perlu pula memerhatikan cakupan dan
kedalaman materi yang perlu dimasukkan dalam suatu mata pelajaran serta disesuaikan
dengan sarana pembelajaran yang tersedia. Jika dalam suatu materi memerlukan dukungan
sarana pembelajaran baru, maka pengembang kurikulum harus mengajukannya kepada
manajemen sekolah untuk selanjutnya diajukan kepada kadisdik kabupaten/kota yang secara
hierarkis akan mengajukannya kepada kasidik provinsi. Jika dalam menentukan isi
kurikulum tidak memerhatikan waktu dan dana operasional, kemungkinan yang akan terjadi
adalah dapat menghambat kesesuaian isi kurikulum dengan tujuan institusional dan
kesesuaiannya dengankompetensi yang dipersyaratkan dalam dunia kerja.
2. Tekanan Internal dan Eksternal
Tekanan internal dan eksternal merupakan faktor lain dalam menentukan isi kurikulum.
Tekanan tersebut datang dari kepedulian individu ataupun kelompok individu akan dunia
pendidikan, baik dari dalam maupun luar lingkungan pendidikan yang meminta untuk
dimasukannya materi-materi yang mereka pandang penting. Materi yang disarankan
umumnya merupakan peristiwa-peristiwa yang sedang berkembang, seperti pemberantasan
korupsi dan sebagainya. Meskipun materi yang disarankan dianggap baik, akan tetapi para
pengembang kurikulum yang menentukan isi kurikulum masih perlu untuk mengkaji lagi
untuk menentukan jenis materi yang layak dan dibenarkan sebagai isi kurikulum.
3. Persyaratan yang Ditetapkan oleh Pemerintah
Dalam penetapan isi kurikulum, faktor yang harus diperhatikan selanjutnya adalah
persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah. Dalam pengembangan kurikulum pendidikan,
pengembang kurikulum harus memerhatikan peraturan pemerintah, baik pada tingkat
nasional (Depdiknas), Provinsi maupun kabupaten/kota (Disdik). Sehingga, isi dari
kurikulum tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni : muatan nasional yang diatur
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan muatan lokal yang diatur oleh Disdik
kabupaten/kota. Muatan nasional umumnya berkaitan dengan perkembangan pendidikan
yang berorientasi pada pembangunan nasional secara keseluruhan. Sedangkan muaan lokal
berorientasi pada pembangunan dan pengembangan pendidikan berdasarkan karakteristik
potensi sumber daya alam dan manusia didaerah masing-masing. Contoh muatan lokal yang
8. sesuai dengan keadaan daerah Pekalongan misalnya, terdapat mata pelajaran batik pada
muatan lokal sekolah-sekolahnya, karena sesuai dengan daerah pekalongan yang terkenal
dengan batiknya. Kesesuaian muatan kurikulum sekolah dan kebutuhan dunia kerja tidak
hanya bermanfaat bagi alumni, tetapi juga bagi perusahaan, sekolah, dan masyarakat
disekitarnya
4. Tingkat Kompetensi yang Harus Dicapai
Faktor berikutnya adalah tingkat kompetensi yang harus dicapai. Faktor tersebut
merupakan penjelasan bahwa isi kurikulum pendidikan menengah kejuruan harus selaras
dengan dunia kerja. Oleh sebab itu, institusi pendidikan menengah kejuruan seharusnya
mempersiapkan siswa dengan muatan kuikulum yang relevan dengan kegiatan di dunia
kerja, baik dalam aspek kognitif, psikomoto maupun afektif. Hal tersebut dikarenakan
prasyarat memasuki dunia industri merupakan kompetensi minimum pada bidang kejuruan
tertentu. Berdasarkan Kepmendiknas No.045/U/2002 pasal1 menjelaskan bahwa
“kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas tertentu”. Sedangkan Finch & Crunkilton (1979 :220) mendefinisikan bahwa
kompetensi dirumuskan dengan berorientasi pada tugas-tugas dalam pekerjaan tertentu.
Adapun unsur-unsur pembentuk kompetensi, yaitu : skills yang mencakup ketrampilan
psikomotor, kognitif, afektif, tata nilai, dan menghargai pekerjaan. Adapun pendapat dari
Spencer & Spencer (1994 : 9) yang mengemukakan bahwa sifat-sifat yang menetap dalam
pribadi seseorang dapat digunakan untuk memprediksi perilaku seseorang dalam kondisi
kritis. Kompetensi seseorang diukur berdasarkan kriteria atau standar tertentu. Dari
pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi
merupakan kemampuan individu dalam meghadapi situasi kritis dengan karakteristik serta
tanggung jawabnya yang tidak berubah dimana saat individu tersebut tidak dalam situasi
kritis.
C. Pemilihan Strategi Penentuan Isi Kurikulum
Dalam perencanaan isi kurikulum tidak terlepas dari konsep dan strategi Pendidikan
Teknologi Kejuruan. Penekanan yang paling utama yaitu relevansi kurikulum terhadap
konteks pendidikan dan lapangan pekerjaan. Relevansi kurikulum terhadap konteks
pendidikan yang melingkupi persoalan ketersediaan guru tenaga kependidikan, kualitas
masukan (siswa), dan hal-hal yang menyangkut administrasi akademik. Sedangkan relevansi
9. kurikulum terhadap lapangan pekerjaan yang melingkupi persoalan ketersediaannya
dukungan dari dunia usaha dan industri sebagai dewan penasehat pembentukan kurikulum
kejuruan.
Berikut ada 5 poin penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan isi kurikulum
pendidikan teknologi kejuruan.
1. Pendekatan filosofis
Dalam sejarah penentuan isi kurikulum pernah didominasi oleh ahli-ahli filsafat atau
orang yang bukan ahli filsafat serta orang-orang yang diyakini dapat merubah keadaan kea
rah yang lebih baik. Secara praktis filosofi dapat diartikan seperangkat keyakinan yang
dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang kemudian segenap sikap dan perbuatannya.
Jika dalam penentuan isi terdisi dari banyak filsafat tentu akan muncul beraneka ragam
ide. Untuk menyatukan ide-ide yang berbeda ini perlu adanya sifat komprehensif dan
konsensus dari masing-masing individu yang terlibat dalam sistem. Hal ini bertujuan untuk
dapat memberikan landasan yang kokoh untuk implementasi, keseragaman kerangka
berfikir, serta kesamaan pandangan dalam menentukan tujuan dapat dicapai.
2. Pendekatan Introspektif
Konsep pendekatan Introspektif ini hamper sama dengan konsep filosofis. Pendekatan
Introspektif penentuan isi kurikulum terdiri dari perorangan ataupun kelompok. Tetapi
fokusan pada pemikirn dan perasaan orang-orang yang terlibat langsung dengan pendidikan
kejuruan seperti guru dan administrator.
3. Pendekatan Dacum (Developing a Curriculum)
Pendekatan Dacum ini sama dengan pendekatan sebelumnya, tetapi orang-orang yang
terlibat untuk penentuan isi kurikulum didatangkan dari luar sekolah yaitu para pengusaha
atau pekerja dari industri tanpa melibatkan personil sekolah. Hal ini berasumsi bahwa dalam
penentuan isi kurikulum PTK diharapkan mempunyai relevansi yang tinggi terhadap dunia
kerja.
4. Pendekatan fungsional
Pendekatan fungsional ini penentuan isi kurum dilakukan secara subyektif. Pendekatan
ini diasumsikan seorang siswa harus mempelajari fungsi-fungsi yang dapat menjamin
keberlangsungan kerja di industri atau dunia usaha. Kemudian fungsi-fungsi ini dijabarkan
menjadi penampilan-penampilan yang nantinya dapat menjadi masukan bagi pembuat
perencana kurikulum.
5. Pendekatan analisis tugas
10. Pendekatan ini diambil dari analisis tugas yang sangat tinggi. Pelaksanaan analisis ini
diambil dari pekerja yang telah lama menduduki jabatan atau pekerjaan ditempak kerjanya.
Dengan menganalisis pekerja yang benar-benar masih bertugas ditempat kerja dijamin data
yang diambil adalah data yang dapat diandalkan tentanag apa, siapa, bagaimana, dan
mengapa suatu pekerjaan dilaksanakan. Namun pendekatan ini sangat sulit sekali dilakukan
selain membutuhkan biaya yang cukup besar pendekatan ini juga membutuhkan ketelitian
analisis yang yang akurat dan dapat diandalkan.
Menurut Hilda Taba ( dalam A. Herry dkk 2003 : 1.21) dalam pengembangan isi
kurikulum ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi antar lain:
a. Isi kurikulum harus valid dan signifikan
b. Isi kurikulum berpegang kepada kenyataan – kenyataan sosial
c. Kedalam dan keluasan isi kurikulum harus seimbang
d. Isi kurikulum menjangkau tujuan yang luas, meliputi pengetahuan, keterampilan dan
sikap
e. Isi kurikulum harus dapat dipelajari dan disesuaikan dengan pengalaman siswa
f. Isi kurikulum harus dapat memenuhi kebutuhan dan menarik minat siswa
Dalam mengkaji isi atau materi kurikulum, terdapat dua pertimbangan yaitu scope dan
sequence. Scope atau ruang lingkup isi kurikulum dimaksudkan untuk menyatakan keluasan
dan kedalaman bahan, sedangan sequence menyangkut urusan isi kurikulum. Menurut S.
Nasution (dalam A. Herry dkk 2013 : 1. 22) pengurutan bahan kurikulum tersebut dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Urutan secara kronologis, yaitu menurut terjadinya suatu peristiwa
b. Urutan secara logis yang dilakukan menurut logika
c. Urutan bahan dari sederhana menuju yang lebih kompleks
d. Urutan bahan dari yang mudah menuju yang lebih sulit
e. Urutan bahan dari spesifik menuju yang lebih umum.
f. Urutan bahan berdasarkan psikologi unsur, yaitu dari bagian – bagian kepada
keseluruhan
g. Urutan bahan berdasarkan psikologi gestalt, yaitu dari keseluruhan menuju bagian –
bagian.
11. Sejalan dengan pendapat di atas, Sukmadinata (dalam A. Herry dkk 2003 : 1.22)
berdasarkan beberapa sumber, mengungkapkan beberapa cara menyusun sekuen bahan
kurikulum sebagai berikut :
a. Urutan kroologis ,yaitu untuk mengurutkan bahan ajar yang mengandung waktu,seperti
peristiwa-peristiwa sejarah,penemuan-penemuan,dan sebagainya.
b. Urutan kausal,yaitu urutan bahan ajar yang mengandung sebab-akibat.
c. Urutan struktural,yaitu urutan bahan ajar yang disesuaikan dengan strukturnya.
d. Urutan logis dan pisikologis,yaitu urutan bahan ajar yang disusun dari yang sederhana
kepada yang rumit/kompleks (logis) dan dari yang rumit/kompleks kepada yang
sederhana (pisikologis).
e. Urutan spiral,yaitu urutan bahan ajar yang dipusatkan pada topik-topik
tertentu,kemudian diperluas dan diperdalam.
f. Urutan rangkaian ke belakang,yaitu urutan bahan ajar yang dimulai dari langkah
terakhir,kemudian ke belakang.
g. Urutan berdasarkan hierarki belajar, yaitu urutan bahan yang menggambarkan urutan
perilaku yang mula-mula harus dikuasai siswa,berturut-turut sampai perilaku terakhir.
Penetapan sekuen atau urutan mana yang akan dipilih tampaknya sangat tergantung pada
sifat - sifat mater / isi kurikulum sebagaimana telah diungkapkan pada bagian terdahulu,
juga harus memiliki konsistensi dengan tujuan yang telah dirumuskan.
D. Landasan Filosifis Penentuan Isi Kurikulum
Filsafat adalah apa yang diyakini sebagai pandangan hidup dan landasan berpikir yang
danggap benar dan baik. Landasan penetapan isi kurikulum harus didasarkan pada
pemikiran para filosofis dan para peimikir dari hasil penelitian. Namun masalah pokok dari
landasan berpikir secara filsafati adalah perumusan tentang hasil akhir pada tujuan
pendidikan yang mendukung kemajuan bangsa. Hasil pemikiran ini harus diawali dengan
merumuskan suatu pernyataan keyakinan atau kebenaran sebagai landasan berpikir
selanjutnya.
Landasan berpikir sangat erat hubungannya dengan penentuan isi kurikulum. Hubungan
tersebut adalah sebagai landasan awal bagaimana menentukan hasil akhir dari pendidikan
yaitu tujuan yang hendak dicapai dan bagaimana pengalaman belajar dapat disesuaikan
dengan tujuan tersebut. landasan filosofis ini merupakan landasan sebagai pemikir tentang
12. kebenaran penentuan isi kurikulum berdasarkan keluaran (output) dari pendidikan
menengah teknologi dan kejuruan yang diarahkan untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja.
Tujuan tersebut mencakup tujuan intruksional, tujuan institusional, dan tujuan pendidkan
nasional.
Pengalaman belajar juga perlu diselaraskan dalam penentuan hasil akhir yang ingin
dikehendaki berupa pengalaman belajar pada suatu kompetensi tertentu. Betapa pentingnya
pengalaman belajar peserta didik dalam mengkonstruk pengetahuan agar menjadi
pengalaman belajar sesuai disiplin ilmunya. Akan tetapi pengetahuan saja tidak cukup
peserta didik juga harus diberi bekal ketrampilan psikomotor dan sikap (atttitude) yang baik.
Ketrampilan psikomotor dapat dilakukan pelatihan dan pendidikan sesuai kejuruan masing-
masing seperti pendidikan sistem ganda (PSG). Sedangkan untuk membangun sikap
memerlukan bimbingan khusus dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Jika
pengetahuan, ketrampilan psikomotor, sikap (attitude) dikaitkan dengan pendidikan akan
memperoleh kompetensi yang diharapkan didunia industri untuk mengisi kebutuhan tenaga
kerja sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Berdasarkan uraian tersebut landasan untuk menentukan isi kurikulum sangat erat
hubunganya dengan keyakinan atau kebenaran dari pakar pendidikan. untuk menentukan isi
kurikulum perlu diketahui karakteristik pendidikan teknologi dan kejuruan. Berikut adalah
karakteristik pendidikan teknologi dan kejuruan menurut Finch dan Crukilton (1999) yang
dikutip reksoatmojo dalam buku pengembangan kurikulum pendidikan teknologi dan
kejuruan. Terdapat lima karakteristik sebagai berikut.
1. Memiliki keuntungan untuk mempersiapkan tenaga kerja dibawah tingkat sarjana
muda.
2. Meliputi pengembangan ketrampilan akademis didalam sistem dengan
pengembangan ketrampilan yang spesifik.
3. satu set pengalaman belajar seumur hidup mulai dari eksplorasi dan persiapan kerja
untuk pada pengembangan kerja.
4. untuk menghubungkan persiapan kerja pada tingkat menengah dan pasca sekunder.
5. memberikan pondasi dan pekerjaan untuk karir di samping persiapan untuk
pekerjaan pada level tertentu.
Karakteristik tersebut menggambarkan bagaimana struktur kurikulum dikembangkan
untuk pendidikan menengah teknologi dan kejuruan. Jika pendidikan teknologi dan kejuruan
13. diarahkan untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja maka untuk mepersiapkan tenaga kerja
harus dikaitkan dengan kurikulum yang akan dikembangkan. Isi kurikulum perlu
diselaraskan dengan ragam dan struktur dunia industri dan dunia usaha serta prasarat
kompetensi minimum yang harus dimiliki lulusan sekolah menengah kejuruan. Unsur
pementuk kompetensi pada bahasan diatas telah dikemukakan bahwa ketrampilan ilmu
pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan sikap (attitude) dapat diperoleh di dalam
pembelajaran sekolah maupun masyarakat. Sedangkan ketrampilan praktik / psikmotor bisa
didapat saat praktik di bengkel atau laboratorium dan juga tempat prakerin dalam
pendidikan sistem ganda (PSG) dimana peserta didik dapat berinteraksi dengan dunia nyata.
E. INTROSPEKSI
Instropeksi pengkajian isi kurikulum adalah pengkajian ulang pemkiran, tindakan-
tindakan terhadap permasalahan dalam menetapkan isi kurikulum. Introspeksi mencakup
seluruh pengalaman mengajar, pengalaman selama bekerja di dunia industri untuk mencari
isi kurikulum yang layak yang digunakan sebagai peningkat mutu pendidikan.
Intropeksi ini sebaiknya menggunakan kerja kelompok antar guru (group process),
sehingga pendapat-pendapat dari guru dapat dihimpun untuk mengembangkan kurikulum
untuk meningkatkan mutu pendidikan. mekanisme dalam mengembangkan isi kurikulum
adalah sebagai berikut :
1. Guru mengembangkan pemikiran sesuai dengan isi kurikulum.
2. Setelah setiap individu menemukan gagasan tertentu, maka dikumpulkanlah group
process tersebut untuk mengumpulkan gagasan-gagasan untuk merumuskan format
isi kurikulum yang hendak dikembangkan.
Dengan demikian kurikulum tersebut akan berjalan sesuai dengan yang dikehendaki
karena kesepakatan guru dari beberapa pengalaman lapangan yang telah diperolehnya.
Namun perkumpulan guru ini kurang memadai dalam menentukan isi kurikulum, hendaknya
guru dan para instruktur dari pihak industri mengikuti pengkajian gagasan-gagasan bersama
sehingga gagasan-gagasan oleh guru tersebut dapat disetujui pula dengan pihak industri
menyangkut masalah isi kurikulum tersebut.
14. BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam menentukan isi kurikulum terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi
penentuan isi kurikulum. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan dan dianalisa dan diteliti
untuk menentukan isi kurikulum tersebu. Seperti halnya waktu yang memengaruhi
menentukan materi yang harus dimasukkan sebagai isi kurikulum. Begitu pula dengan dana
atau biaya yang tersediadapat menghambat kesesuaian kurikulum dengan tujuan
institusional (sekolah) dan kesesuaianya dengankompetensi yang dipersyaratkan. Dan juga
tekanan dari pihak internal dan eksternal yang memberikan berbagai masukan dan kritikan,
hal ini harus pula dikaji untuk menentukan jenis materi yang layak valid dan benar sebagai
kurikulum.
Landasan filosofis sebagai landasan berpikir yang digunakan dalam menentukan isi
kurikulum umumnya adalah untuk memberikan kebenaran tentang pendidikan menengah
teknologi dan kejuruan. Jika pendidikan menengah teknologi dan kejuruan diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja, maka isi kurikulumnya juga harus disesuaikan dengan
perkembangan teknologi dari suatu industri. Untuk melakukan penyesuaian tersebut
dibutuhkan instropeksi sebagai bahan evaluasi dari penetapan isi kurikulum sehingga
kurikulum dapat diselaraskan dalam waktu yang akan datang dan berkelanjutan.
SARAN
Bagi pengembang kurikulum hendaknya mengetahui karakteristik pendidikan menengah
teknologi dan kejuruan dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan isi
kurikulum. Dengan mengetahui asumsi-asumsi tersebut akan lebih mudah mengambil
keputusan dalam menetapkan isi kurikulum.
15. Daftar Rujukan
..........2013.Online.http://kenzorahman.blogspot.com/2013/06/kurikulum-
pembelajaran-komponen.html
Ahmad septiono. 2013. Online.
http://ahmadseptiono.blogspot.com/2013/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.htm.Diakses pada tanggal 1 September 2014
Asep Herry, 2003. “Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran” . Jakarta :
Universitas Terbuka
Hamalik, Oemar. 2013. “Kurikulum dan Pembelajaran”. Jakarta: PT Bumi Aksara
Idi, Abdullah. “Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik”. Jogjakarta: Ar-ruzz
Media.
Indah Triwinahyu. 2013. Online.
http://indahtriwinahyu.wordpress.com/2013/10/13/landasan-filosofi-pengembangan-
kurikulum/. Diakses pada tanggal 31 agustus 2014
Reksoatmodjo, Tedjo Narsoyo.2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan”. Bandung : Refika Aditama
suwilah M.Pd. 2014. Online. http://suwilah.wordpress.com/2014/03/28/landasan-
pengembangan-kurikulum-2/. Diakses pada tanggal 31 agustus 2014
Zaeni muhammad. 2013. Online. http://siepais.blogspot.com/2013/03/landasan-
filosofis-pengembangan.html. Diakses pada tanggal 31 agustus 2014