SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi pada
anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella Zoster. Varicella pada
anak, mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal yang pendek bahkan tidak ada
dan dengan adanya bercak gatal disertai dengan papul, vesikel, pustula, dan pada akhirnya,
crusta, walaupun banyak juga lesi kult yang tidak berkembang sampai vesikel.Normalnya
pada anak, gejala sistemik biasanya ringan. Komplikasi yang serius biasanya terjadi pada
dewasa dan pada anak dengan defisiensi imunitas seluler, dimana penyakit dapat
bermanifestasi klinis berupa, erupsi sangat luas, gejala konstitusional berat, dan pneumonia.
Terdapat kemungkinan fatal jika tidak ada terapi antivirus yang diberikan.
2. Epidemiology
Sebelum pengenalan vaksin pada tahun 1995, varisella merupakan penyakit infeksi
paling sering pada anak-anak di USA. Kebanyakan anak terinfeksi pada umur 15 tahun,
dengan persentasi dibawah 5% pada orang dewasa. Epidemik Varicella terjadi pada musim
dingin dan musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian
tiap tahunnya. Varicella merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan
kematian tinggi pada balita, dewasa, dan dengan orang imun yang terkompromi. Pada rumah
tangga, persentasi penularan dari virus ini berkisar 65%-86%
Manusia merupakan host alami yang diketahui untuk VZV, dimana dikaitkan dengan
dua bentuk kesakitan- yang bentuk primer sebagai varisela (chickenpox) dan bentuk
sekunder sebagai herpes zoster. VZV merupakan infeksi yang sangat menular dan menyebar
biasanya dari oral udara atau sekresi respirasi atau terkadang melalui transfer langsung dari
lesi kulit melalui transmisi fetomaternal. Serangan sekunder meningkat pada kontak rumah
yang rentan melebihi 85%.
Meskipun infeksi primer asimptomatik adalah jarang, studi serologis mendukung
bahwa reinfeksi subklinis adalah sering. Jarangnya, pasien dengan imunokompeten dapat
mengalami episode kedua dari varicella. Varicella dalam iklim temperatur lebih sering
timbul pada usia sebelum sekolah dan anak usia sekolah kurang dari usia 10 tahun dengan
insidensi tertinggi pada kelompok usia 3-6 tahun. Disamping prevalensi varisela pada anak-
anak, beberapa orang pada iklim temperatur dapat menenai orang dewasa tanpa adanya
paparan : sebuah studi rekrut militer di United States pada era prevaksin menunjukkan
bahwa 8% tentara yang direkrut adalah seronegatif, dengan peningkatn angka seronegative
pada non kulit putih dan lebih tinggi angka seronegative pada tentara yang asalnya di luar
United States.
3. Etiologi
Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk kelompok
Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 – 200 nm. Inti virus disebut capsid yang
berbentuk icosahedral, terdiri dari protein dan DNA yang mempunyai rantai ganda yaitu
rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan merupakan suatu garis dengan berat molekul
100 juta dan disusun dari 162 capsomer. Lapisan ini bersifat infeksius.
Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster. Kontak
pertama dengan virus ini akan menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella dikatakan
infeksi akut primer, sedangkan bila penderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan
kemudian terjadi serangan kembali maka yang akan muncul adalah Herpes Zoster.
4. Patogenesis
Virus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian
replikasi virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ( viremia pertama ) kemudian
berkembang biak di sel retikulo endhotellial setelah itu menyebar melalui pembuluh darah
(viremia ke dua) maka timbullah demam dan malaise.Permulaan bentuk lesi pada kulit
mungkin infeksi dari kapiler endothelial pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel
pada epidermis, folikel kulit dan glandula sebacea dan terjadi pembengkakan. Lesi pertama
ditandai dengan adanya makula yang berkembang cepat menjadi papula, vesikel da akhirnya
menjadi crusta. Jarang lesi yang menetap dalam bentuk makula dan papula saja.
Vesikel ini akan berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada
stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih
dalam.Degenarasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak, dimana
kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear type A. Penularan
secara airborne droplet. Virus dapat menetap dan laten pada sel syaraf. Lalu dapat terjadi
reaktivitas maka dapat terjadi herpes Zooster.
5. Gejala Klinis
Gejala mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi pada anak-anak yang
berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala demam sedang dan rasa tidak
enak badan, gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang lebih musa. Pada
permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan
lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa
didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah
kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan
perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding
tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak
sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng
(krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap
(hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu
kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk
lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri
terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan
menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa
muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.
Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang sering
menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga dapat ditemukan di kelopak mata, saluran
pernapasan bagian atas, rectum dan vagina.
Papula pada pita suara dan saluran pernapasan atas kadang menyebabkan gangguan
pada pernapasan. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening dileher bagian samping.
Cacar air jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada hanya berupa
lekukan kecil di sekitar mata. Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya
disebabkan oleh staphylococcus.Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah.
Tetapi pada orang dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa
berat atau bahkan berakibat fatal.
Pada anak sehat yang sebelumnya nirmal, penyakit ini secara umum dan biasanya
jinak, dengan komplikasi yang paling sering adalah infesi sekunder bakteri dari lesi kult.
Jaringan parut merupakan komplikasi lain yang sering. Komplikasi neurologis meliputi
encephalitis dan ataxia cerebellar akut. Varisela encephalitis dengan insiden 0,1% secara
umum tampak mengalami nyeri kepala, kejang, pola pemikiran yang terganggu, dan muntah,
dengan angka mortalitas sebear 5 hingga 20%. Ataxia serebelar akut sedikit lebih jarang
(0,025% insidensi) dibandingkan ensefalitis dan secara umum tampak dalam 1 minggu ruam
dengan ataxia, muntah, pembicaraan yang terganggu, vertigo, dan atau tremor, dengan
resolusi dalam 2 hingga 4 minggu.
Pada anak defisiensi imun atau kurang gizi yang tidak ditangani dengan asiklovir
intravena, angka kematian berkisar antara 15 hingga 18%. Kasus ini dikarakteristikan
dengan penyebaran, dengan pneumonia, miokarditis, artritis, hepatitis, perdarahan, dan
ensefalopaty (ataxia serebelar lebih sering). Super infeksi lesi kulit dengan Staphylococcus
aureus atau Streptococcus pyogenes dapat menyebabkan pioderma, impetigo, erysipelas,
nephritis, gangrene, atau sepsis. Pada tropis Amerika, varisella pada anak usia muda, anak
kekurangan gizi dapat berkomplikasi menjadi diare berat.
Orang dewasa tampak mempunyai penyakit yang lebih berat dibandingkan dengan
anak-anak. Dengan peningkatan 15 kali lipat pada mortalitasnya. Varisella onset dewasa
lebih sering berkomplikasi dengan pneumonitis dan ensefalitis, dengan secara klinis
pneumonitis lebih dari 15 % kasus.
Orang dari area tropis yang pindah ke area temperatur berada dalam resiko untuk
varisela onset dewasa, terutama jika kontak dengan anak usia muda. Varisela ibu pada
gestasi awal menimbulkan secara jarang ke sindrom varisela kongenital yang ditandai
dengan defek kulit, atrofi ekstremitas, dan disfungsi sistem otonom. Maternal varisela pada
gestasi akhir dapat menimbulkan varisela neonatus, dengan angka mortalitas sama tingginya
dengan 30% pada bayi yang tidak diterapi.
Infeksi VZV rekuren bermanifestasi sebagai herpes zoster (shingles), sebuah
penyakit yang biasanya terlihat pada orang dewasa dengan usia lebih dari 50 tahun. Data
menunukkan perbedaan rasial dalam resiko timbulnya zoster, dengan orang tua kulit putih
lebih sering berada dalam resiko dibandingkan dengan orang tua berkulit hitam. Zoster juga
dapat timbul jarang pada anak-anak. Zoster pada pasien imunnocompromise dapat menjadi
lebih berat.
Peningkatan insidensi zoster pada usia sama halnya dengan pasien
imunocompromised dikarenakan penurunan anti-VZV cell-mediated immunity. Menariknya,
ada bukti bahwa paparan pada orang yang seropositive terhadap varisela terlindungi dari
perkembangan zoster, tertama dengan menambah respon imunnya. Setelah infeksi primer,
VZV (seperti HSV) timbul pada keadaan latent dengan ganglia saraf kranial dan spinal.
Stimuli non spesifik seperti stress, imunodefisiensi atau malignansi dapat mengaktivasi virus
laten dengan keterlibatan distribusi saraf yang disalurkan melalui ganglion yang terkena.
Herpes zoster timbul setelah 3- to 4-day gejala prodromal demam, lesu, dan gangguan
gastrointestinal dan erupsi vesikular kutaneus yang nyerei pada distribusi dermatomal. Ruam
biasanya unilateral dan sepanjang hanya satu dermatom. Pada kasus yang berat, erupsi dapat
menjadi lebih umum dan variseliform. Vesikel sembuh dalam 5 hari, tetapi postherpetic
neuralgia dapat saja ada. Postherpetic neuralgia, terlihat pada lebih dari 50% pasien diatas
50 tahun, didefinisikan sebagai nyeri konstan atau intermiten lebih dari durasi satu bulan
pada area yang melibatkan dermatom. Infeksi dari mata, Herpes zoster
ophthalmicusmerupakan kondisi yang serius karena dapat menyebabkan kebutaan. Sindroma
Ramsay Hunt didefinisikan sebagai keterlibatan trias dari meatus auditorius eksternal,
hilangnya rasa pada lidah dan palsy fasialis ipsilateral. Keterlibatan dari medula spinalis
dapat menyebabkan kelumpuhan atau palsy saraf kranial.
Resiko dari ensefalitis meningkat pada orang tua dengan keterlibatan saraf kranial
dan pada pasien AIDS. Postzoster ensefalitis dapat timbul dalam 3 bentuk : infark yang
dikarenakan vaskulitis pembuluh darah besar, leukoensefalopati multifokal dan ventrikulitis.
6. DIAGNOSIS
Diagnosis klinik varisela pada anak-anak, saat ini variola (smallpox) telah
dieradikasi, biasanya tidaklah sulit. Ruam mempunyai karakteristik dan jarangkali
dibutuhkan untuk dibedakan dari eksantem enterovral, infeksi S. aureus, rekasi obat,
dermatitis kontak dan penyebaran infeksi HSV-1. Diagnosis dengan kultur dari cairan
vesikel kurang sensitif untuk HSV atau CMV dan dapat membutuhkan waktu 7 hari.
Metode ini telah diganti dengan metode shellvial sensitive dan ebih cepat, dimana
hasilnya diberikan dalam waktu 1-3 hari. Deteksi yang lebih cepat, sensitif, dan spedifik
dapat membentu sistem dasar kultur dimasa depan sebagaimana pewarnaan PCR multiple
menjadi lebih sering untuk digunakan. Mengambil dasar vesikel mungkin dapat
menunjukkan sel raksasa multinukleasi, dimana tidak dapat jelas dibedakan dari HSV.
Bagaimanapun, immunofluorescence pada kultur atau mengambil dengan menggunakan
antibodi spesifik dapat membedakan antara HSV-1, HSV-2, dan VZV. Deteksi serologis
IgM dan tingginya titer atau empatkali peningkatan IgG anti VZV antibodi dapat berguna
dalam beberapa kasus.
Deteksi dari IgM dapat meunjukkan infeksi primer (chicken pox), dimana baik tinggi
titernya atau empat kali peningkatan igG mengindikasikan rekurensi. Bagaimanapun,
peningkatan IgM juga dapat terlihat pada rekurensi. Diagnosis klinis herpes zoster virus
pada orang dewasa juga biasanya tidak sulit dalam memberikan karakteristik pola
dermatom.
7. Differensial Diagnosis
Differensial diagnosis dari infeksi varicella sendiri termasuk infeksi yang dapat
menimbulkan vesikular exanthema, seperti infeksi herpes secara umum, hand-foot-mouth
infection dan exanthema enteroviral lainnya. Dahulu, variola dan vaccinia merupakan
differensial diagnosis yang penting namun infeksi ini sudah sangat jarang ditemukan. Herpes
simpleks dapat dibedakan dari pengelompokan vesikelnya, lokasi, dan tes immunoflorescent
atau kultur, jika perlu. Tes Tzanck dapat membantu membedakan varicella dengan
enteroviral penyebab exanthem lainnya dengan memperlihatkan multinucleated giant cell
pada infeksi Herpes zoster.
8. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah tidak memberikan gambaran yang spesifik.
Untuk pemeriksaan varicella bahan diambil dari dasar vesikel dengan cara kerokan atau
apusan dan dicat dengan Giemsa dan Hematoksilin Eosin, maka akan terlihat sel-sel raksasa
(giant cell) yang mempunyai inti banyak dan epitel sel berisi Acidophilic Inclusion Bodies
atau dapat juga dilakukan pengecatan dengan pewarnaan imunofluoresen, sehingga terlihat
antigen virus intrasel.Isolasi virus dapat dilakukan dengan menggunakan fibroblast pada
embrio manusia. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel, kadang-kadang ada darah.
Antibodi terhadap varicella dapat dideteksi dengan pemeriksaan Complemen Fixation Test,
Neurailization Test, FAMA, IAHA, dan ELISA.
9. Pengobatan
Meskipun vidarabine dan interferon-α telah digunakan pada terapi infeksi VZV yang
berat, asiklovir tetaplah merupakan obat pilihan. Asiklovir lebih efektif pada infeksi VZV
yang berat jika diberikan secara intravena dalam 24 jam setelah timbul ruam. Terapi
asiklovir oral dari anak sehat dengan chickenpox sebaiknya dipertimbangkan , terutama pada
remaja dan kontak dengan orang rumah secara sekunder, meskipun keuntunggannya tetap
ada. Dikarenakan strain resisten asiklovor pada pasiein dengan AIDS, foscaranet harus
dipertimbangkan untuk infeksi berat dalam keadaan ini.
Untuk herpes zoster, obat pilihan adalah famciclovir dan valacyclovir. Terapi awal
dari zoster telah menunjukkan untuk memperpendek perjalan penyakit kutaneus dan
menurunkan durasi serta keparahan post herpetil neuralgia. Steorid topikal juga dapat
berguna pada uveitis herpetik dan keratitis. Zoster yang sangat nyeri dapat diterapi dengan
kompres basah dan analgesik yang menganduk kodein. Gabapentin, analog struktural
neurotransmitter gamma-aminobutyric acid, berguna dalam mengatasi postherpetic
neuralgia. Antihistamin dapat berguna untuk menyingkirkan rasa gatal varisella pada anak-
anak. Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres
dingin. Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya yang
mengandung mentol atau fenol.
Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya: kulit dicuci sesering
mungkin dengan ait dan sabun, menjaga kebersihan tangan, kuku dipotong pendek, pakaian
tetap kering dan bersih. Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika
terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti-
virus asiklovir.
Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan aspirin. Karena
aspirin dapat memberikan efek samping yang buruk pada anak-anak Obat anti-virus boleh
diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir biasanya diberikan kepada
remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih berat. Asikloir bisa mengurangi beratnya
penyakit jika diberikan dalam wakatu 24 jam setelah munculnya ruam yang pertama.
Mekanisme Kerja Anti Herpes
Secara garis besar, asiklovir dan pensiklovir memiliki mekanisme antivirus yang
sama dalam melawan HSV. Keduanya, secara selektif diposforilasi oleh thymidine kinase
(TK) hanya dalam sel yang terinfeksi virus. Posforilasi lebih lanjut oleh enzim seluler
mengacu pada produksi asiklovir atau pensiklovir triposfat. Setelah itu keduanya
berkompetisi dengan natural nucleotide (dGTP), sehingga bisa menghambat DNA
polymerase virus. Penggabungan analog triposfat pada rantai DNA tadi, akan mencegah
perpanjangan rantai DNA lebih lanjut.
Meski demikian, beberapa studi telah mengamati ada perbedaan pada kerja kedua
obat tersebut. Pensiklovir ternyata memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap HSV TK
ketimbang asiklovir, makanya kadar pensiklovir triposfat pada sel terinfeksi lebih tinggi
dibandingkan asiklovir triposfat. Pensiklovir triposfat juga lebih stabil ketimbang asiklovir
triposfat pada sel terinfeksi, sehingga waktu paruh intraselulernya lebih lama sekitar 10-20
kali lipat. Selain itu, HSV DNA polymerase tampak memiliki afinitas yang lebih tinggi
terhadap asiklovir triposfat. Dalam beraksi, asiklovir triposfat lebih bertindak sebagai suatu
obligate DNA chain terminator. Sedangkan pensiklovir triposfat bertindak membatasi
perpanjangan rantai DNA (short-chain terminator) dengan memperbaiki gugus 3-hidroksil
pada sisi rantai asikliknya.
Semua mekanisme tersebut terjadi terutama pada sel terinfeksi dan terbatas pada sel
normal. Posforilasi asiklovir atau pensiklovir ditemukan minimal pada sel yang tidak
terinfeksi. Tak hanya itu, afinitas celluler DNA polymerase juga jauh lebih rendah terhadap
antivirus triposfat ketimbang HSV DNA polymerase. Hal ini merefleksikan bagaimana
selektifnya aksi dari asiklovir, pensiklovir, dan prodrug keduanya. Alhasil profil keamanan
obat ini cukup baik.
Penggunaan Klinis
Pemberian oral asiklovir, valasiklovir, dan famsiklovir ditujukan untuk pengobatan
episode pertama infeksi HSV genital, infeksi HSV genital berulang, herpes zoster, dan
sebagai terapi supresif mencegah kekambuhan HSV genital. Ketiganya juga biasa
diresepkan untuk mengobati mucocutaneous herpesvirus infection pada
immunocompromised patient. Sedangkan formulasi intravena asiklovir diberikan pada
pasien HSV atau varicella-zoster virus (VZV) parah, termasuk ensefalitis dan herpes
neonatus.
Selain secara oral dan intravena, pemberian topikal ternyata juga cukup membantu.
Formulasi topikal pensiklovir dan asiklovir efektif pada pasien herpes labialis berulang.
Salep asiklovir yang telah disahkan FDA sejak 15 tahun silam, diindikasikan untuk
tatalaksana awal infeksi genital dan infeksi mucocutaneous HSV tertentu pada
immunocompromised patient. Belakangan ini juga telah ada formulasi okular dari asiklovir.
Penggunaan klinis asiklovir secara luas tersebut tak lepas dari profil keamanannya
yang cukup baik. Khusus untuk famsiklovir, meski pengalaman klinisnya lebih pendek,
namun profil keamanannya sama dengan plasebo. Asiklovir, pensiklovir, dan prodrug-nya
juga digunakan secara luas, karena dikenal aman dan efektif mengobati infeksi virus herpes
pada populasi immunocompetent dan immunocompromised.
10. Strategi Tatalaksana
Pemberian profilaksi antivirus sangat efektif menurunkan risiko infeksi HSV pada
pasien dengan immunosuppression parah, semisal pasien yang menjalani transplantasi
sumsum tulang dan kemoterapi yang intensif. Biasanya insiden infeksi HSV simptomatik
berkurang dari 70% hingga 5-20%. Alhasil terapi profilaksis antivirus memiliki potensi lebih
rendah berkembang menjadi resisten ketimbang terapi akut.
Untuk pasien yang sakit parah, pemberian asiklovir intravena efektifdengan dosis 5
mg/kg setiap 12 jam. Risiko infeksi juga berkurang sangat baik pada pemberian oral;
asiklovir 400 mg tiga kali sehari; valasiklovir 500 mg dua kali sehari; famciclovir 500 mg
dua atau tiga kali sehari. Terapi profilaksis ini tidak disahkan oleh FDA untuk pasien
immunocompromised.
Asiklovir intravena (5 [atau 10] mg/kg [atau 250 mg/m2] tiga kali sehari)
diindikasikan untuk pasien dengan penyakit yang ekstensif, termasuk semua infeksi
sistemik. Pengobatan harus diteruskan sampai terbukti infeksi telah sembuh. Terapi oral
tambahan bisa dipertimbangkan sampai terjadi penyembuhan komplit. Untuk pasien dengan
infeksi HSV ringan sampai sedang, pemberian terapi oral saja cukup efektif. Dan, pemberian
oral prodrug valasiklovir dan famsiklovir lebih menguntungkan karena profil
farmakokinetiknya lebih baik. Meski demikian harganya lebih mahal dan asiklovir adalah
pilihan termurah.
11. Komplikasi
Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air adalah:
 Pneumonia karena virus
 Peradangan jantung
 Peradangan sendi
 Peradangan hati
 Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa)
 Ensefalitis (infeksi otak).
12. Prognosis
Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis
yang baik dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit. Angka kematian pada
anak normal di Amerika 5,4 – 7,5 dari 10.000 kasus varicella.Pada neonatus dan anak
yang menderita leukimia, immunodefisiensi, sering menimbulkan komplikasi dan angka
kematian yang meningkat.
Angka kematian pada penderita yang mendapatkan pengobatan immunosupresif
tanpa mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus antar 7 – 27% dan sebagian besar
penyebab kematian adalah akibat komplikasi pneumonitis dan ensefalitis.
13. Pencegahan
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum
pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami
komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa diberikan
immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varisela biasanya
diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan.
BAB II
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta : 2005
2. Mehta, Parang. Varicella. Emedicine from WebMD. Sept 2007
3. Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta : 2005
4. Schachner, Lawrence. Pediatric Dermatology Third Edition. Mosby. 2003
5. von Bakay J: Über den aetiologischen Zusammenhang der Varizelllen met gewissen
Fällen von Herpes zoster. Wien Klin Wochenschr 22:1323, 1909.
6. Kundratitz K: Experimentelle Übertagungen von Herpes zoster auf Menschen and die
Beziehungen von Herpes zoster zu Varizellen. Z Kinderheilkol 39:379, 1925.
7. Weller TH, Witton HM, Bell EJ: The etiologic agents of varicella and herpes zoster. J
Exp Med 108:843, 1958.
8. Straus SE, Reinhold W, Smith HA, et al: Endonuclease analysis of viral DNAs from
varicella and subsequent zoster infections in the same patient. N Engl J Med 311:1362,
1984.
9. Davison AJ, Scott J: The complete DNA sequence of varicella-zoster virus. J Gen Virol
67:1759, 1986.
10. Davison AJ, Wilkie NM: Location and orientation of homologous sequences in the
genomes of five herpesviruses. J Gen Virol 64:1927, 1983.
11. Grose C: Glycoproteins of varicella-zoster virus and their herpes simplex virus homologs.
Rev Infect Dis 13:S960, 1991.
12. Hope-Simpson RE: Infectiousness of communicable diseases in the household (measles,
chickenpox, and mumps). Lancet 2:549, 1952.
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Melani / perempuan/ 12 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : -/ SD
c. Alamat : Lubuk Buaya
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : belum menikah
b. Jumlah Anak : -
c. Status Ekonomi Keluarga : kurang mampu
d. KB : -
e. Kondisi Rumah :
- Rumah semi permanen berlantai semen
- Perkarangan kecil, bersih dan kurang terawat
- Listrik ada
- Sumber air : air sumur gali, jarak sumur ke jamban ±4 meter
- Jamban ada 1 buah, di luar rumah,berlantai semen, kebersihan kurang
- Sampah di kumpulkan kemudian dibakar di pekarangan rumah
Kesan : higine dan sanitasi kurang baik
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Jumlah penghuni 2 orang, pasien dan ibu pasien. Ibu pasien bekerja sebagai penjahit di rumah.
- Ayah pasien dan 2 saudara pasien tinggal di Jawa
3. Aspek Psikologis di keluarga
- Pasien tinggal dengan ibunya
- Hubungan dengan keluarga baik
- Faktor stress dalam keluarga (-)
4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
- Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
5. Keluhan Utama
Gelembung-gelembung berisi cairan yang gatal di tubuh, tangan dan kaki sejak 2 hari yang lalu
6. Riwayat Penyakit Sekarang
• Gelembung-gelembung berisi cairan yang gatal di tubuh, tangan dan kaki sejak 2 hari yang lalu
• Awalnya pasien demam tidak tinggi, tidak menggigil dan tidak berkeringat, kemudian timbul
gelembung-gelembung berisi cairan bening, ukuran sebesar kepala jarum pentul, berdinding tipis
dan terasa gatal di wajah,leher, dada,tangan dan kaki. nyeri tidak ada
• Badan terasa lemas, nafsu makan tidak ada, nyeri-nyeri di persendian sejak 2 hari yang lalu
• Keluhan mata dan telinga tidak ada
• Riwayat tetangga dengan keluhan yang sama (+)
• Riwayat di gigit serangga (-),alergi obat dan makanan (-)
7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 80x/ menit
Nafas : 19x/menit
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 37,6 0C
BB : 28 Kg
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit baik , sianosis (-)
Dada :
Paru :
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V Kanan : LSD Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
Status Dermatologikus :
Lokasi : wajah, leher, dada, perut, tangan dan kaki
Distribusi : generalisata
Bentuk : khas
Susunan : Tidak khas
Batas : Tegas
Ukuran : lentikuler
Efloresensi : vesikel dengan dasar makula eritem , skuama halus (+)
8. Laboratorium Anjuran : Tzank test
9. Diagnosis Kerja
Varisella zooster
10. Diagnosis Banding : variola
11. Manajemen
a. Preventif :
- Jaga daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi
- Menjaga kebersihan badan
- Jangan memecahkan gelembung dengan jangan digaruk atau dengan memakai bedak
b. Promotif :
- menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya dan cara penularannya
c. Kuratif :
- asiklovir tablet 400 mg (5 x 1 tablet/hari)
- paracetamol tablet 250 mg (3 x ½ tablet/hari)
- CTM tablet 4mg (2 x ½ tablet/hari)
- Bedak salisil talk
d. Rehabilitatif :
- Jaga kebersihan kulit agar tidak infeksi
PUSKESMAS LUBUK BUAYA
Dokter : Dinny
Tanggal : 22 februari 2011
R/ Asiklovir tab 400 mg No. XV
S 5 dd tab I £
-------------------------------------------------------------------------
R/ Paracetamol tab 500mg No.V
S 3 dd tab ½ £
-------------------------------------------------------------------------
R/ CTM tab 4 mg No. X
S 2 dd tab ½ £
-------------------------------------------------------------------------
R/ Salicyl talk No.I
S u e £
-------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------
Pro : Melani
Umur : 12 tahun
Alamat : Lubuk Buaya
Case Report Session Rotasi II
Varisella Zooster
Oleh :DinnyFitriany 05923088
Preseptor :Dr.Arina
KEPANITERAAN KLINIKROTASI TAHAP II
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS LUBUK BUAYA
PADANG
2011
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Math homework help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Algebra Help
https://www.homeworkping.com/
Calculus Help
https://www.homeworkping.com/
Accounting help
https://www.homeworkping.com/
Paper Help
https://www.homeworkping.com/
Writing Help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutor
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Math homework help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Algebra Help
https://www.homeworkping.com/
Calculus Help
https://www.homeworkping.com/
Accounting help
https://www.homeworkping.com/
Paper Help
https://www.homeworkping.com/
Writing Help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutor
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/

More Related Content

What's hot

Siphilis adalah sebuah infeksi sistemik yang disebabkan oleh treponema pallid...
Siphilis adalah sebuah infeksi sistemik yang disebabkan oleh treponema pallid...Siphilis adalah sebuah infeksi sistemik yang disebabkan oleh treponema pallid...
Siphilis adalah sebuah infeksi sistemik yang disebabkan oleh treponema pallid...
Ajo Yayan
 
81071297 limfadenitis-tuberkulosis
81071297 limfadenitis-tuberkulosis81071297 limfadenitis-tuberkulosis
81071297 limfadenitis-tuberkulosis
beusav
 
Askep dengan kasus Herpes zoster
Askep dengan kasus Herpes zosterAskep dengan kasus Herpes zoster
Askep dengan kasus Herpes zoster
ervinpramita
 

What's hot (19)

Siphilis adalah sebuah infeksi sistemik yang disebabkan oleh treponema pallid...
Siphilis adalah sebuah infeksi sistemik yang disebabkan oleh treponema pallid...Siphilis adalah sebuah infeksi sistemik yang disebabkan oleh treponema pallid...
Siphilis adalah sebuah infeksi sistemik yang disebabkan oleh treponema pallid...
 
Measles
MeaslesMeasles
Measles
 
81071297 limfadenitis-tuberkulosis
81071297 limfadenitis-tuberkulosis81071297 limfadenitis-tuberkulosis
81071297 limfadenitis-tuberkulosis
 
Ulkus kornea
Ulkus korneaUlkus kornea
Ulkus kornea
 
Makalah penyakit
Makalah penyakitMakalah penyakit
Makalah penyakit
 
Semoga Bermamfaat :) Penyakit
Semoga Bermamfaat :) PenyakitSemoga Bermamfaat :) Penyakit
Semoga Bermamfaat :) Penyakit
 
Lp campak
Lp campakLp campak
Lp campak
 
Ulkus kornea
Ulkus korneaUlkus kornea
Ulkus kornea
 
Askep pada anak dengan campak
Askep pada anak dengan campakAskep pada anak dengan campak
Askep pada anak dengan campak
 
Konsep medis kasus morbili AKPER PEMKAB MUNA
Konsep medis kasus morbili  AKPER PEMKAB MUNA Konsep medis kasus morbili  AKPER PEMKAB MUNA
Konsep medis kasus morbili AKPER PEMKAB MUNA
 
Intan shahifa akbid paramata muna
Intan shahifa akbid paramata muna Intan shahifa akbid paramata muna
Intan shahifa akbid paramata muna
 
Refrat tb
Refrat tbRefrat tb
Refrat tb
 
Keratitis
KeratitisKeratitis
Keratitis
 
Presentasi difteri
Presentasi difteriPresentasi difteri
Presentasi difteri
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
 
Case report session difteri
Case report session   difteriCase report session   difteri
Case report session difteri
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
 
Askep dengan kasus Herpes zoster
Askep dengan kasus Herpes zosterAskep dengan kasus Herpes zoster
Askep dengan kasus Herpes zoster
 
Rim7
Rim7Rim7
Rim7
 

Viewers also liked (12)

Pp varisella
Pp varisellaPp varisella
Pp varisella
 
Lapsus varicella
Lapsus varicellaLapsus varicella
Lapsus varicella
 
Cacar air
Cacar airCacar air
Cacar air
 
Bab 2 virus by poslen simbolon,S.Pd
Bab 2 virus by poslen simbolon,S.PdBab 2 virus by poslen simbolon,S.Pd
Bab 2 virus by poslen simbolon,S.Pd
 
Varicella – zoster virus
Varicella – zoster virusVaricella – zoster virus
Varicella – zoster virus
 
GEJALA KLINIS CACAR AIR
GEJALA KLINIS CACAR AIRGEJALA KLINIS CACAR AIR
GEJALA KLINIS CACAR AIR
 
Varicella
VaricellaVaricella
Varicella
 
Cacar air ppt
Cacar air pptCacar air ppt
Cacar air ppt
 
Chickenpox Presentation
Chickenpox PresentationChickenpox Presentation
Chickenpox Presentation
 
Chickenpox
ChickenpoxChickenpox
Chickenpox
 
chickenpox
 chickenpox chickenpox
chickenpox
 
Imunisasi LENGKAP
Imunisasi LENGKAPImunisasi LENGKAP
Imunisasi LENGKAP
 

Similar to 50815971 case-varisella

Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhanVirus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan
Iyens Syeikhbu
 
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan 2
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan 2Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan 2
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan 2
Iyens Syeikhbu
 

Similar to 50815971 case-varisella (20)

VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
 
LAPORAN KASUS VERUKA VULGARIS FATTIA PRATIWI 22360180.docx
LAPORAN KASUS VERUKA VULGARIS FATTIA PRATIWI 22360180.docxLAPORAN KASUS VERUKA VULGARIS FATTIA PRATIWI 22360180.docx
LAPORAN KASUS VERUKA VULGARIS FATTIA PRATIWI 22360180.docx
 
206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1
 
PPT VARICELLA.pptx
PPT VARICELLA.pptxPPT VARICELLA.pptx
PPT VARICELLA.pptx
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Konsep dasar virologi
Konsep dasar virologiKonsep dasar virologi
Konsep dasar virologi
 
Lp pemfigus vulgaris
Lp pemfigus vulgarisLp pemfigus vulgaris
Lp pemfigus vulgaris
 
Ensefalitis tb
Ensefalitis tbEnsefalitis tb
Ensefalitis tb
 
Kb 1 askeb neonatus dengan imunisasi
Kb 1 askeb neonatus dengan imunisasiKb 1 askeb neonatus dengan imunisasi
Kb 1 askeb neonatus dengan imunisasi
 
KELOMPOK 1 TROPIS.pptx
KELOMPOK 1 TROPIS.pptxKELOMPOK 1 TROPIS.pptx
KELOMPOK 1 TROPIS.pptx
 
Rinitis akut
Rinitis akutRinitis akut
Rinitis akut
 
Askep varisela
Askep variselaAskep varisela
Askep varisela
 
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhanVirus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan
 
mempelajari tentang Varicella pada ibu hamil
mempelajari tentang Varicella pada ibu hamilmempelajari tentang Varicella pada ibu hamil
mempelajari tentang Varicella pada ibu hamil
 
Jenis jenis penyakit infeksi
Jenis jenis penyakit infeksiJenis jenis penyakit infeksi
Jenis jenis penyakit infeksi
 
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan 2
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan 2Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan 2
Virus yang merugikan manusia hewan dan tumbuhan 2
 
Imunisasi campak pada anak
Imunisasi campak pada anakImunisasi campak pada anak
Imunisasi campak pada anak
 
Edi
EdiEdi
Edi
 
jenis jenis penyakit infeksi di sekitar kita
jenis jenis penyakit infeksi di sekitar kitajenis jenis penyakit infeksi di sekitar kita
jenis jenis penyakit infeksi di sekitar kita
 
Presentasi penyakit_menular_pptx (1).pptx
Presentasi penyakit_menular_pptx (1).pptxPresentasi penyakit_menular_pptx (1).pptx
Presentasi penyakit_menular_pptx (1).pptx
 

More from homeworkping4

More from homeworkping4 (20)

242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study242269855 dell-case-study
242269855 dell-case-study
 
242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil242266287 case-study-on-guil
242266287 case-study-on-guil
 
242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases242259868 legal-research-cases
242259868 legal-research-cases
 
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
241999259 case-hemstoma-sukonjungtiva
 
241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study241985748 plm-case-study
241985748 plm-case-study
 
241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd241946212 case-study-for-ocd
241946212 case-study-for-ocd
 
241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon241941333 case-digest-statcon
241941333 case-digest-statcon
 
241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency241909563 impact-of-emergency
241909563 impact-of-emergency
 
241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report241905839 mpcvv-report
241905839 mpcvv-report
 
241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases241767629 ethics-cases
241767629 ethics-cases
 
241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases241716493 separation-of-powers-cases
241716493 separation-of-powers-cases
 
241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final241603963 drug-study-final
241603963 drug-study-final
 
241585426 cases-vii
241585426 cases-vii241585426 cases-vii
241585426 cases-vii
 
241573114 persons-cases
241573114 persons-cases241573114 persons-cases
241573114 persons-cases
 
241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study241566373 workshop-on-case-study
241566373 workshop-on-case-study
 
241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases241524597 succession-full-cases
241524597 succession-full-cases
 
241356684 citibank
241356684 citibank241356684 citibank
241356684 citibank
 
241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2241299249 pale-cases-batch-2
241299249 pale-cases-batch-2
 
241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis241262134 rubab-thesis
241262134 rubab-thesis
 
241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests241259161 citizenship-case-digests
241259161 citizenship-case-digests
 

Recently uploaded

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
saptari3
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 

Recently uploaded (20)

vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 

50815971 case-varisella

  • 1. Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella Zoster. Varicella pada anak, mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal yang pendek bahkan tidak ada dan dengan adanya bercak gatal disertai dengan papul, vesikel, pustula, dan pada akhirnya, crusta, walaupun banyak juga lesi kult yang tidak berkembang sampai vesikel.Normalnya pada anak, gejala sistemik biasanya ringan. Komplikasi yang serius biasanya terjadi pada dewasa dan pada anak dengan defisiensi imunitas seluler, dimana penyakit dapat bermanifestasi klinis berupa, erupsi sangat luas, gejala konstitusional berat, dan pneumonia. Terdapat kemungkinan fatal jika tidak ada terapi antivirus yang diberikan. 2. Epidemiology
  • 2. Sebelum pengenalan vaksin pada tahun 1995, varisella merupakan penyakit infeksi paling sering pada anak-anak di USA. Kebanyakan anak terinfeksi pada umur 15 tahun, dengan persentasi dibawah 5% pada orang dewasa. Epidemik Varicella terjadi pada musim dingin dan musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya. Varicella merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan kematian tinggi pada balita, dewasa, dan dengan orang imun yang terkompromi. Pada rumah tangga, persentasi penularan dari virus ini berkisar 65%-86% Manusia merupakan host alami yang diketahui untuk VZV, dimana dikaitkan dengan dua bentuk kesakitan- yang bentuk primer sebagai varisela (chickenpox) dan bentuk sekunder sebagai herpes zoster. VZV merupakan infeksi yang sangat menular dan menyebar biasanya dari oral udara atau sekresi respirasi atau terkadang melalui transfer langsung dari lesi kulit melalui transmisi fetomaternal. Serangan sekunder meningkat pada kontak rumah yang rentan melebihi 85%. Meskipun infeksi primer asimptomatik adalah jarang, studi serologis mendukung bahwa reinfeksi subklinis adalah sering. Jarangnya, pasien dengan imunokompeten dapat mengalami episode kedua dari varicella. Varicella dalam iklim temperatur lebih sering timbul pada usia sebelum sekolah dan anak usia sekolah kurang dari usia 10 tahun dengan insidensi tertinggi pada kelompok usia 3-6 tahun. Disamping prevalensi varisela pada anak- anak, beberapa orang pada iklim temperatur dapat menenai orang dewasa tanpa adanya paparan : sebuah studi rekrut militer di United States pada era prevaksin menunjukkan bahwa 8% tentara yang direkrut adalah seronegatif, dengan peningkatn angka seronegative pada non kulit putih dan lebih tinggi angka seronegative pada tentara yang asalnya di luar United States. 3. Etiologi Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 – 200 nm. Inti virus disebut capsid yang berbentuk icosahedral, terdiri dari protein dan DNA yang mempunyai rantai ganda yaitu
  • 3. rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan merupakan suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 162 capsomer. Lapisan ini bersifat infeksius. Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster. Kontak pertama dengan virus ini akan menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella dikatakan infeksi akut primer, sedangkan bila penderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan kemudian terjadi serangan kembali maka yang akan muncul adalah Herpes Zoster. 4. Patogenesis Virus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian replikasi virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ( viremia pertama ) kemudian berkembang biak di sel retikulo endhotellial setelah itu menyebar melalui pembuluh darah (viremia ke dua) maka timbullah demam dan malaise.Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan glandula sebacea dan terjadi pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan adanya makula yang berkembang cepat menjadi papula, vesikel da akhirnya menjadi crusta. Jarang lesi yang menetap dalam bentuk makula dan papula saja. Vesikel ini akan berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam.Degenarasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak, dimana kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear type A. Penularan secara airborne droplet. Virus dapat menetap dan laten pada sel syaraf. Lalu dapat terjadi reaktivitas maka dapat terjadi herpes Zooster. 5. Gejala Klinis Gejala mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi pada anak-anak yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala demam sedang dan rasa tidak enak badan, gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang lebih musa. Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa
  • 4. didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah. Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi. Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang. Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang sering menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga dapat ditemukan di kelopak mata, saluran pernapasan bagian atas, rectum dan vagina. Papula pada pita suara dan saluran pernapasan atas kadang menyebabkan gangguan pada pernapasan. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening dileher bagian samping. Cacar air jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada hanya berupa lekukan kecil di sekitar mata. Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus.Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau bahkan berakibat fatal. Pada anak sehat yang sebelumnya nirmal, penyakit ini secara umum dan biasanya jinak, dengan komplikasi yang paling sering adalah infesi sekunder bakteri dari lesi kult. Jaringan parut merupakan komplikasi lain yang sering. Komplikasi neurologis meliputi encephalitis dan ataxia cerebellar akut. Varisela encephalitis dengan insiden 0,1% secara
  • 5. umum tampak mengalami nyeri kepala, kejang, pola pemikiran yang terganggu, dan muntah, dengan angka mortalitas sebear 5 hingga 20%. Ataxia serebelar akut sedikit lebih jarang (0,025% insidensi) dibandingkan ensefalitis dan secara umum tampak dalam 1 minggu ruam dengan ataxia, muntah, pembicaraan yang terganggu, vertigo, dan atau tremor, dengan resolusi dalam 2 hingga 4 minggu. Pada anak defisiensi imun atau kurang gizi yang tidak ditangani dengan asiklovir intravena, angka kematian berkisar antara 15 hingga 18%. Kasus ini dikarakteristikan dengan penyebaran, dengan pneumonia, miokarditis, artritis, hepatitis, perdarahan, dan ensefalopaty (ataxia serebelar lebih sering). Super infeksi lesi kulit dengan Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes dapat menyebabkan pioderma, impetigo, erysipelas, nephritis, gangrene, atau sepsis. Pada tropis Amerika, varisella pada anak usia muda, anak kekurangan gizi dapat berkomplikasi menjadi diare berat. Orang dewasa tampak mempunyai penyakit yang lebih berat dibandingkan dengan anak-anak. Dengan peningkatan 15 kali lipat pada mortalitasnya. Varisella onset dewasa lebih sering berkomplikasi dengan pneumonitis dan ensefalitis, dengan secara klinis pneumonitis lebih dari 15 % kasus. Orang dari area tropis yang pindah ke area temperatur berada dalam resiko untuk varisela onset dewasa, terutama jika kontak dengan anak usia muda. Varisela ibu pada gestasi awal menimbulkan secara jarang ke sindrom varisela kongenital yang ditandai dengan defek kulit, atrofi ekstremitas, dan disfungsi sistem otonom. Maternal varisela pada gestasi akhir dapat menimbulkan varisela neonatus, dengan angka mortalitas sama tingginya dengan 30% pada bayi yang tidak diterapi. Infeksi VZV rekuren bermanifestasi sebagai herpes zoster (shingles), sebuah penyakit yang biasanya terlihat pada orang dewasa dengan usia lebih dari 50 tahun. Data menunukkan perbedaan rasial dalam resiko timbulnya zoster, dengan orang tua kulit putih lebih sering berada dalam resiko dibandingkan dengan orang tua berkulit hitam. Zoster juga dapat timbul jarang pada anak-anak. Zoster pada pasien imunnocompromise dapat menjadi lebih berat.
  • 6. Peningkatan insidensi zoster pada usia sama halnya dengan pasien imunocompromised dikarenakan penurunan anti-VZV cell-mediated immunity. Menariknya, ada bukti bahwa paparan pada orang yang seropositive terhadap varisela terlindungi dari perkembangan zoster, tertama dengan menambah respon imunnya. Setelah infeksi primer, VZV (seperti HSV) timbul pada keadaan latent dengan ganglia saraf kranial dan spinal. Stimuli non spesifik seperti stress, imunodefisiensi atau malignansi dapat mengaktivasi virus laten dengan keterlibatan distribusi saraf yang disalurkan melalui ganglion yang terkena. Herpes zoster timbul setelah 3- to 4-day gejala prodromal demam, lesu, dan gangguan gastrointestinal dan erupsi vesikular kutaneus yang nyerei pada distribusi dermatomal. Ruam biasanya unilateral dan sepanjang hanya satu dermatom. Pada kasus yang berat, erupsi dapat menjadi lebih umum dan variseliform. Vesikel sembuh dalam 5 hari, tetapi postherpetic neuralgia dapat saja ada. Postherpetic neuralgia, terlihat pada lebih dari 50% pasien diatas 50 tahun, didefinisikan sebagai nyeri konstan atau intermiten lebih dari durasi satu bulan pada area yang melibatkan dermatom. Infeksi dari mata, Herpes zoster ophthalmicusmerupakan kondisi yang serius karena dapat menyebabkan kebutaan. Sindroma Ramsay Hunt didefinisikan sebagai keterlibatan trias dari meatus auditorius eksternal, hilangnya rasa pada lidah dan palsy fasialis ipsilateral. Keterlibatan dari medula spinalis dapat menyebabkan kelumpuhan atau palsy saraf kranial. Resiko dari ensefalitis meningkat pada orang tua dengan keterlibatan saraf kranial dan pada pasien AIDS. Postzoster ensefalitis dapat timbul dalam 3 bentuk : infark yang dikarenakan vaskulitis pembuluh darah besar, leukoensefalopati multifokal dan ventrikulitis. 6. DIAGNOSIS Diagnosis klinik varisela pada anak-anak, saat ini variola (smallpox) telah dieradikasi, biasanya tidaklah sulit. Ruam mempunyai karakteristik dan jarangkali dibutuhkan untuk dibedakan dari eksantem enterovral, infeksi S. aureus, rekasi obat, dermatitis kontak dan penyebaran infeksi HSV-1. Diagnosis dengan kultur dari cairan vesikel kurang sensitif untuk HSV atau CMV dan dapat membutuhkan waktu 7 hari.
  • 7. Metode ini telah diganti dengan metode shellvial sensitive dan ebih cepat, dimana hasilnya diberikan dalam waktu 1-3 hari. Deteksi yang lebih cepat, sensitif, dan spedifik dapat membentu sistem dasar kultur dimasa depan sebagaimana pewarnaan PCR multiple menjadi lebih sering untuk digunakan. Mengambil dasar vesikel mungkin dapat menunjukkan sel raksasa multinukleasi, dimana tidak dapat jelas dibedakan dari HSV. Bagaimanapun, immunofluorescence pada kultur atau mengambil dengan menggunakan antibodi spesifik dapat membedakan antara HSV-1, HSV-2, dan VZV. Deteksi serologis IgM dan tingginya titer atau empatkali peningkatan IgG anti VZV antibodi dapat berguna dalam beberapa kasus. Deteksi dari IgM dapat meunjukkan infeksi primer (chicken pox), dimana baik tinggi titernya atau empat kali peningkatan igG mengindikasikan rekurensi. Bagaimanapun, peningkatan IgM juga dapat terlihat pada rekurensi. Diagnosis klinis herpes zoster virus pada orang dewasa juga biasanya tidak sulit dalam memberikan karakteristik pola dermatom. 7. Differensial Diagnosis Differensial diagnosis dari infeksi varicella sendiri termasuk infeksi yang dapat menimbulkan vesikular exanthema, seperti infeksi herpes secara umum, hand-foot-mouth infection dan exanthema enteroviral lainnya. Dahulu, variola dan vaccinia merupakan differensial diagnosis yang penting namun infeksi ini sudah sangat jarang ditemukan. Herpes simpleks dapat dibedakan dari pengelompokan vesikelnya, lokasi, dan tes immunoflorescent atau kultur, jika perlu. Tes Tzanck dapat membantu membedakan varicella dengan enteroviral penyebab exanthem lainnya dengan memperlihatkan multinucleated giant cell pada infeksi Herpes zoster. 8. Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan darah tidak memberikan gambaran yang spesifik. Untuk pemeriksaan varicella bahan diambil dari dasar vesikel dengan cara kerokan atau apusan dan dicat dengan Giemsa dan Hematoksilin Eosin, maka akan terlihat sel-sel raksasa (giant cell) yang mempunyai inti banyak dan epitel sel berisi Acidophilic Inclusion Bodies
  • 8. atau dapat juga dilakukan pengecatan dengan pewarnaan imunofluoresen, sehingga terlihat antigen virus intrasel.Isolasi virus dapat dilakukan dengan menggunakan fibroblast pada embrio manusia. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel, kadang-kadang ada darah. Antibodi terhadap varicella dapat dideteksi dengan pemeriksaan Complemen Fixation Test, Neurailization Test, FAMA, IAHA, dan ELISA. 9. Pengobatan Meskipun vidarabine dan interferon-α telah digunakan pada terapi infeksi VZV yang berat, asiklovir tetaplah merupakan obat pilihan. Asiklovir lebih efektif pada infeksi VZV yang berat jika diberikan secara intravena dalam 24 jam setelah timbul ruam. Terapi asiklovir oral dari anak sehat dengan chickenpox sebaiknya dipertimbangkan , terutama pada remaja dan kontak dengan orang rumah secara sekunder, meskipun keuntunggannya tetap ada. Dikarenakan strain resisten asiklovor pada pasiein dengan AIDS, foscaranet harus dipertimbangkan untuk infeksi berat dalam keadaan ini. Untuk herpes zoster, obat pilihan adalah famciclovir dan valacyclovir. Terapi awal dari zoster telah menunjukkan untuk memperpendek perjalan penyakit kutaneus dan menurunkan durasi serta keparahan post herpetil neuralgia. Steorid topikal juga dapat berguna pada uveitis herpetik dan keratitis. Zoster yang sangat nyeri dapat diterapi dengan kompres basah dan analgesik yang menganduk kodein. Gabapentin, analog struktural neurotransmitter gamma-aminobutyric acid, berguna dalam mengatasi postherpetic neuralgia. Antihistamin dapat berguna untuk menyingkirkan rasa gatal varisella pada anak- anak. Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres dingin. Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya yang mengandung mentol atau fenol. Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya: kulit dicuci sesering mungkin dengan ait dan sabun, menjaga kebersihan tangan, kuku dipotong pendek, pakaian tetap kering dan bersih. Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti- virus asiklovir.
  • 9. Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan aspirin. Karena aspirin dapat memberikan efek samping yang buruk pada anak-anak Obat anti-virus boleh diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir biasanya diberikan kepada remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih berat. Asikloir bisa mengurangi beratnya penyakit jika diberikan dalam wakatu 24 jam setelah munculnya ruam yang pertama. Mekanisme Kerja Anti Herpes Secara garis besar, asiklovir dan pensiklovir memiliki mekanisme antivirus yang sama dalam melawan HSV. Keduanya, secara selektif diposforilasi oleh thymidine kinase (TK) hanya dalam sel yang terinfeksi virus. Posforilasi lebih lanjut oleh enzim seluler mengacu pada produksi asiklovir atau pensiklovir triposfat. Setelah itu keduanya berkompetisi dengan natural nucleotide (dGTP), sehingga bisa menghambat DNA polymerase virus. Penggabungan analog triposfat pada rantai DNA tadi, akan mencegah perpanjangan rantai DNA lebih lanjut. Meski demikian, beberapa studi telah mengamati ada perbedaan pada kerja kedua obat tersebut. Pensiklovir ternyata memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap HSV TK ketimbang asiklovir, makanya kadar pensiklovir triposfat pada sel terinfeksi lebih tinggi dibandingkan asiklovir triposfat. Pensiklovir triposfat juga lebih stabil ketimbang asiklovir triposfat pada sel terinfeksi, sehingga waktu paruh intraselulernya lebih lama sekitar 10-20 kali lipat. Selain itu, HSV DNA polymerase tampak memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap asiklovir triposfat. Dalam beraksi, asiklovir triposfat lebih bertindak sebagai suatu obligate DNA chain terminator. Sedangkan pensiklovir triposfat bertindak membatasi perpanjangan rantai DNA (short-chain terminator) dengan memperbaiki gugus 3-hidroksil pada sisi rantai asikliknya. Semua mekanisme tersebut terjadi terutama pada sel terinfeksi dan terbatas pada sel normal. Posforilasi asiklovir atau pensiklovir ditemukan minimal pada sel yang tidak terinfeksi. Tak hanya itu, afinitas celluler DNA polymerase juga jauh lebih rendah terhadap antivirus triposfat ketimbang HSV DNA polymerase. Hal ini merefleksikan bagaimana
  • 10. selektifnya aksi dari asiklovir, pensiklovir, dan prodrug keduanya. Alhasil profil keamanan obat ini cukup baik. Penggunaan Klinis Pemberian oral asiklovir, valasiklovir, dan famsiklovir ditujukan untuk pengobatan episode pertama infeksi HSV genital, infeksi HSV genital berulang, herpes zoster, dan sebagai terapi supresif mencegah kekambuhan HSV genital. Ketiganya juga biasa diresepkan untuk mengobati mucocutaneous herpesvirus infection pada immunocompromised patient. Sedangkan formulasi intravena asiklovir diberikan pada pasien HSV atau varicella-zoster virus (VZV) parah, termasuk ensefalitis dan herpes neonatus. Selain secara oral dan intravena, pemberian topikal ternyata juga cukup membantu. Formulasi topikal pensiklovir dan asiklovir efektif pada pasien herpes labialis berulang. Salep asiklovir yang telah disahkan FDA sejak 15 tahun silam, diindikasikan untuk tatalaksana awal infeksi genital dan infeksi mucocutaneous HSV tertentu pada immunocompromised patient. Belakangan ini juga telah ada formulasi okular dari asiklovir. Penggunaan klinis asiklovir secara luas tersebut tak lepas dari profil keamanannya yang cukup baik. Khusus untuk famsiklovir, meski pengalaman klinisnya lebih pendek, namun profil keamanannya sama dengan plasebo. Asiklovir, pensiklovir, dan prodrug-nya juga digunakan secara luas, karena dikenal aman dan efektif mengobati infeksi virus herpes pada populasi immunocompetent dan immunocompromised. 10. Strategi Tatalaksana Pemberian profilaksi antivirus sangat efektif menurunkan risiko infeksi HSV pada pasien dengan immunosuppression parah, semisal pasien yang menjalani transplantasi sumsum tulang dan kemoterapi yang intensif. Biasanya insiden infeksi HSV simptomatik berkurang dari 70% hingga 5-20%. Alhasil terapi profilaksis antivirus memiliki potensi lebih rendah berkembang menjadi resisten ketimbang terapi akut.
  • 11. Untuk pasien yang sakit parah, pemberian asiklovir intravena efektifdengan dosis 5 mg/kg setiap 12 jam. Risiko infeksi juga berkurang sangat baik pada pemberian oral; asiklovir 400 mg tiga kali sehari; valasiklovir 500 mg dua kali sehari; famciclovir 500 mg dua atau tiga kali sehari. Terapi profilaksis ini tidak disahkan oleh FDA untuk pasien immunocompromised. Asiklovir intravena (5 [atau 10] mg/kg [atau 250 mg/m2] tiga kali sehari) diindikasikan untuk pasien dengan penyakit yang ekstensif, termasuk semua infeksi sistemik. Pengobatan harus diteruskan sampai terbukti infeksi telah sembuh. Terapi oral tambahan bisa dipertimbangkan sampai terjadi penyembuhan komplit. Untuk pasien dengan infeksi HSV ringan sampai sedang, pemberian terapi oral saja cukup efektif. Dan, pemberian oral prodrug valasiklovir dan famsiklovir lebih menguntungkan karena profil farmakokinetiknya lebih baik. Meski demikian harganya lebih mahal dan asiklovir adalah pilihan termurah. 11. Komplikasi Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air adalah:  Pneumonia karena virus  Peradangan jantung  Peradangan sendi  Peradangan hati  Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa)  Ensefalitis (infeksi otak). 12. Prognosis Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit. Angka kematian pada anak normal di Amerika 5,4 – 7,5 dari 10.000 kasus varicella.Pada neonatus dan anak yang menderita leukimia, immunodefisiensi, sering menimbulkan komplikasi dan angka kematian yang meningkat.
  • 12. Angka kematian pada penderita yang mendapatkan pengobatan immunosupresif tanpa mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus antar 7 – 27% dan sebagian besar penyebab kematian adalah akibat komplikasi pneumonitis dan ensefalitis. 13. Pencegahan Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varisela biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan. BAB II DAFTAR PUSTAKA 1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2005 2. Mehta, Parang. Varicella. Emedicine from WebMD. Sept 2007 3. Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 2005 4. Schachner, Lawrence. Pediatric Dermatology Third Edition. Mosby. 2003 5. von Bakay J: Über den aetiologischen Zusammenhang der Varizelllen met gewissen Fällen von Herpes zoster. Wien Klin Wochenschr 22:1323, 1909.
  • 13. 6. Kundratitz K: Experimentelle Übertagungen von Herpes zoster auf Menschen and die Beziehungen von Herpes zoster zu Varizellen. Z Kinderheilkol 39:379, 1925. 7. Weller TH, Witton HM, Bell EJ: The etiologic agents of varicella and herpes zoster. J Exp Med 108:843, 1958. 8. Straus SE, Reinhold W, Smith HA, et al: Endonuclease analysis of viral DNAs from varicella and subsequent zoster infections in the same patient. N Engl J Med 311:1362, 1984. 9. Davison AJ, Scott J: The complete DNA sequence of varicella-zoster virus. J Gen Virol 67:1759, 1986. 10. Davison AJ, Wilkie NM: Location and orientation of homologous sequences in the genomes of five herpesviruses. J Gen Virol 64:1927, 1983. 11. Grose C: Glycoproteins of varicella-zoster virus and their herpes simplex virus homologs. Rev Infect Dis 13:S960, 1991. 12. Hope-Simpson RE: Infectiousness of communicable diseases in the household (measles, chickenpox, and mumps). Lancet 2:549, 1952. UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- STATUS PASIEN 1. Identitas Pasien
  • 14. a. Nama/Kelamin/Umur : Melani / perempuan/ 12 tahun b. Pekerjaan/pendidikan : -/ SD c. Alamat : Lubuk Buaya 2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga a. Status Perkawinan : belum menikah b. Jumlah Anak : - c. Status Ekonomi Keluarga : kurang mampu d. KB : - e. Kondisi Rumah : - Rumah semi permanen berlantai semen - Perkarangan kecil, bersih dan kurang terawat - Listrik ada - Sumber air : air sumur gali, jarak sumur ke jamban ±4 meter - Jamban ada 1 buah, di luar rumah,berlantai semen, kebersihan kurang - Sampah di kumpulkan kemudian dibakar di pekarangan rumah Kesan : higine dan sanitasi kurang baik f. Kondisi Lingkungan Keluarga - Jumlah penghuni 2 orang, pasien dan ibu pasien. Ibu pasien bekerja sebagai penjahit di rumah. - Ayah pasien dan 2 saudara pasien tinggal di Jawa 3. Aspek Psikologis di keluarga - Pasien tinggal dengan ibunya - Hubungan dengan keluarga baik - Faktor stress dalam keluarga (-) 4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
  • 15. - Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. 5. Keluhan Utama Gelembung-gelembung berisi cairan yang gatal di tubuh, tangan dan kaki sejak 2 hari yang lalu 6. Riwayat Penyakit Sekarang • Gelembung-gelembung berisi cairan yang gatal di tubuh, tangan dan kaki sejak 2 hari yang lalu • Awalnya pasien demam tidak tinggi, tidak menggigil dan tidak berkeringat, kemudian timbul gelembung-gelembung berisi cairan bening, ukuran sebesar kepala jarum pentul, berdinding tipis dan terasa gatal di wajah,leher, dada,tangan dan kaki. nyeri tidak ada • Badan terasa lemas, nafsu makan tidak ada, nyeri-nyeri di persendian sejak 2 hari yang lalu • Keluhan mata dan telinga tidak ada • Riwayat tetangga dengan keluhan yang sama (+) • Riwayat di gigit serangga (-),alergi obat dan makanan (-) 7. Pemeriksaan Fisik Status Generalis Keadaan Umum : Baik Kesadaran : CMC Nadi : 80x/ menit Nafas : 19x/menit TD : 120/80 mmHg Suhu : 37,6 0C BB : 28 Kg Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik Kulit : Turgor kulit baik , sianosis (-)
  • 16. Dada : Paru : Inspeksi : simetris kiri = kanan Palpasi : fremitus kiri = kanan Perkusi : sonor Auskultasi : suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-) Jantung Inspeksi : iktus tidak terlihat Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V Kanan : LSD Atas : RIC II Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-) Abdomen Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - ) Perkusi : Timpani Auskultasi : BU (+) N Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/- Status Dermatologikus : Lokasi : wajah, leher, dada, perut, tangan dan kaki Distribusi : generalisata Bentuk : khas Susunan : Tidak khas Batas : Tegas Ukuran : lentikuler
  • 17. Efloresensi : vesikel dengan dasar makula eritem , skuama halus (+) 8. Laboratorium Anjuran : Tzank test 9. Diagnosis Kerja Varisella zooster 10. Diagnosis Banding : variola 11. Manajemen a. Preventif : - Jaga daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi - Menjaga kebersihan badan - Jangan memecahkan gelembung dengan jangan digaruk atau dengan memakai bedak b. Promotif : - menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya dan cara penularannya c. Kuratif : - asiklovir tablet 400 mg (5 x 1 tablet/hari) - paracetamol tablet 250 mg (3 x ½ tablet/hari) - CTM tablet 4mg (2 x ½ tablet/hari) - Bedak salisil talk d. Rehabilitatif : - Jaga kebersihan kulit agar tidak infeksi
  • 18. PUSKESMAS LUBUK BUAYA Dokter : Dinny Tanggal : 22 februari 2011 R/ Asiklovir tab 400 mg No. XV S 5 dd tab I £ ------------------------------------------------------------------------- R/ Paracetamol tab 500mg No.V S 3 dd tab ½ £ ------------------------------------------------------------------------- R/ CTM tab 4 mg No. X S 2 dd tab ½ £ ------------------------------------------------------------------------- R/ Salicyl talk No.I S u e £ ------------------------------------------------------------------------- -------------------------------------------------------------------------------------------- Pro : Melani Umur : 12 tahun Alamat : Lubuk Buaya
  • 19. Case Report Session Rotasi II Varisella Zooster Oleh :DinnyFitriany 05923088 Preseptor :Dr.Arina
  • 20. KEPANITERAAN KLINIKROTASI TAHAP II FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG 2011 Homework Help https://www.homeworkping.com/ Math homework help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Algebra Help https://www.homeworkping.com/ Calculus Help https://www.homeworkping.com/ Accounting help https://www.homeworkping.com/ Paper Help https://www.homeworkping.com/ Writing Help https://www.homeworkping.com/
  • 21. Online Tutor https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ Homework Help https://www.homeworkping.com/ Math homework help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Algebra Help https://www.homeworkping.com/ Calculus Help https://www.homeworkping.com/ Accounting help https://www.homeworkping.com/ Paper Help https://www.homeworkping.com/ Writing Help https://www.homeworkping.com/