SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Referat Trauma
Departemen Orthopaedi & Traumatologi FKUP/RSHS
Oleh : Iwan Hipsa Achmad
Pembimbing : dr. Ghuna A. Utoyo, SpOT
MANAGEMENT FRACTURE OF TIBIAL PLATEAU
Anatomy
Tibial plateau terdiri dari permukaan artikuler lateral dan medial tibial
plateau, yang merupakan cartilaginous menisci. Medial plateau bentuknya besar dan
konkaf baik pada bidang sagital maupun coronal. Lateral plateau lebih tinggi dan
konveks pada bidang sagital maupun coronal. Tibial plateau normal memiliki
posteroinferior slope sebsar 10°. Kedua plateau dipisahkan satu dengan yang lain
oleh intercondylar eminence, yang berfungsi sebagai perlekatan tibial dari cruciate
ligaments. Terdapat bony prominences 2 – 3 cm distal dari tibial plateau. Anterior
dari tibial tubercle dimana merupaka insersi patellar ligament. Medial dari
pesanserinus sebagai perlekatan medial hamstring. Lateral, Gerdy tubercle
merupakan insersi dari iliotibial band.1
Gambar 1 : Anatomy Tibial (Anterior)2
Gambar 2 : Anatomy Tibial (Posterior)2
Gambar 3 : Anterior Posterior Slope
Permukaan articular medial dan penyokong medial condyle lebih kuat
dibandingkan sisi lateral. Oleh karena itu fraktur pada bagian lateral plateau lebih
sering terjadi. Fraktur pada bagian medial plateau berhubungan dengan cedera
berkekuatan tinggi dan sering disertai dengan cedera soft tissue, seperti disrupsi dari
lateral collateral ligamen, lesi peroneal nerve dan kerusakan dari pembuluh darah
popliteal.1
Fracture of Tibial Plateau
Epidemiology
Fraktur tibial plateau terjadi sebanyak 1% dari semua fraktur dan 8 % pada
orang lanjut usia. Kejadian pada lateral plateau 55% - 70% dari fraktur tibial plateau,
dibandingkan 10% - 25% fraktur medial plateau dan 10% - 30 % lesi bicondylar. Dari
1% - 3% merupakan fraktur terbuka1
. Rupture ligamen partial atau komplit 15-45%,
lesi meniscus 5-37%.
Faktor Risiko
Faktor risiko untuk terjadinya fraktur tibial plateau adalah3
:
a) Pasien-pasien memiliki resiko untuk cedera ini adalah trauma dengan
kecepatan tinggi (usia muda, laki-laki, alcohol dan pecandu obat)
b) Usia lebih tua dengan kualitas tulang yang jelek memiki resiko fraktur.
Mekanisme
Fraktur dari tibial plateau disebabkan oleh tekanan varus atau valgus yang
dikombnasikan dengan axial loading. 80 % terjadi karena kecelakaan kendaraan
bermotor dan sisanya karena cedera olahraga. Trauma dapat terjadi langsung, jatuh
dari ketinggian, kecelakaan industri, atau cedera olahraga. Fraktur tibial pateau terjadi
kerena low energy seperti pada usia tua karena osteoporotic dan biasanya terjadi
fraktur depres, maupun high energy karena kecelakaan kendaraan dan biasanya
terjadi fraktur spliting.4
Gambar 4 : Mekanisme trauma pada tibial plateau4
Klasifikasi
Klasifikasi Hohl and Moore5
Gambar 5 : Klasifikasi Hohl and Moore5
Klasifikasi Schatzker1
Tipe I : Lateral plateau, split fracture
Tipe II : Lateral plateau, split depression fracture
Tipe III : Lateral plateau, depression fracture
Tipe IV : Medial plateau fracture
Tipe V : Bicondylar plateau fracture
Tipe VI : Plateau fracture with separation of the metaphysis from the
diaphysis.
Gambar 6 : Klasifikasi Schatzker5
Kalsifikasi AO
A : Non articular
A1 – Avulsion
A2 – Simple metaphyseal
A3 – Comminuted metaphyseal
Gambar 7 : Klasifikasi AO Tibial plateau
B : Partial articular
B1 – Pure split
B2 – Pure depression
B3 – Split depression
C : Complete articular
C1 – Simple
C2 – Articular simple, metaphyseal comminuted
C3 - Articular comminution
Klinis dan Pemeriksaan Penunjang
Pada fraktur tibial plateau biasanya ditemukan nyeri, bengkak dan deformitas
pada lutut. Keluhan lain yang dipaparkan oleh pasien adalah tidak mampu untuk
menggerakkan lutut secara seluruhan ataupun sebagian. Pemeriksaan x-ray dilakukan
untuk menilai fraktur. Namun untuk melihat kominus atau depresi plateau dilakukan
CT scan5
. CT-scan potongan sagital meningkatkan akurasi diagnosis dari fraktur
tibial plateau dan diindikasikan pada kasus dengan depresi artikular. Magnetic
resonance imaging (MRI) digunakan untuk mengevaluasi trauma ataupun sebagai
alternatif dari CT-scan atau arthroscopy. MRI dapat mengevaluasi tulang serta
komponen jaringan lunak dari lokasi trauma. Merupakan modal pilihan jika ada
curiga cedera meniscus maupun ligamen4
.
Gambar 8 : CT-scan Posisi AP, dan sagital menunjukkan fraktur kompres lateral6
Treatment
Terapi pada fraktur tibial plateau dibagi menjadi non-operative dan operative.
• Non-operative
Fraktur yang non-displaced dan stabil baik untuk diterapi non-operative.
Pemakaian hinged cast-brace untuk melindungi pergerakan lutut dan beban tubuh
merupakan salah satu metode pilihan. Latihan isometrik untuk quadricep, pasif,
aktif,dan pergerakan aktif dari lutut sebagai stabilitas dapat dilakukan. Dibolehkan
untuk memikul beban tubuh secara partial selama 8-12 minggu, dan progressif hingga
memikul beban tubuh secara keseluruhan. Terapi dengan long leg cast juga dapat
digunakan1,4
.
Fraktur yang tidak bergeser atau sedikit bergeser biasanya menimbulkan
hemathrosis. Hemathrosis diaspirasi dan pembalut kompresi dipasang. Tungkai
diistirahatkan pada mesin gerakan pasif kontinyu dan gerakan lutut dimulai. Segera
setelah nyeri dan pembengkakan akut telah mereda, hinged cast-brace dipasang dan
pasien diperbolehkan menahan beban sebagian dengan tongkat penopang5
.
• Operative
Indikasi operasi pada fraktur tibial plateau adalah1
:
- Depressi pada articular yang dapat ditoleransi adalah <2mm sampai 1 cm.
- Instabilitas >10 derajat dari lutut yang diperpanjang dibandingkan dengan sisi
sebaliknya. Fraktur yang retak lebih tidak stabil dibandingkan fraktur yang
hanya kompresi.
- Fraktur terbuka
- Sindrom kompartemen
- Adanya kerusakan vascular.
• Tipe I
Tipe I undisplaced dapat ditangani dengan konserfatif. Haemarthrosis di
aspirasi dan dilakukan kompresi dengan verban. Tungkai bawah
diistirahatkan.Setelah nyeri dan bengkak berkurang (biasanya dalam 1 minggu),
hinged cast brace diberikan, dan pasien dapat berdiri. Weightbearing belum
dilakukan hingga 3 minggu. Kemudian dapat dilakukan parsial weightbearing,,
kemudian setelah 8 minggu dapat dilakukan weightbearing penuh5
.
Jika ada displaced maka dilakukan open reduction internal fixation.
Permukaan condylar diperiksa dan fragmen yang berada disekitarnya dilepaskan. Hal
ini dilakukan untuk reduksi yang akurat. Biasanya untuk fiksasi digunakan leg screw
atau buttress plate5
.
• Tipe II
Jika terjadi depresi <5 mm dan lutut unstable, atau jika pasein usia tua dan
osteoporotik, fraktur ditangani dengan tujuan mengembalikan mobilitas dan
fungsinya, Setelah aspirasi dan pembalutan kompresi, dilakukan skeletal traksi
melewati tibia dengan 7 cm dibawah daerah fraktur. Kemudian lutut di fleksikan dan
ekstensi kan beberapa kali. Kaki diletakkan pada bantal dan dengan 5 kg traksi,
latihan aktif harus dilakuakn tiap hari. Setelah 3 – 4 minggu, pin traksi dilepaskan,
hinged cast-brace dilakukan dan pasien dapat berdiri, full weightbearing dilakukan
setelah 6 minggu berikutnya5
.
Pada pasien usia muda dengan senral depresi lebih dari 5 mm. reduksi terbuka
dengan elevasi dari plateau dan internal fixation dilakukan. Bone graft biasanya
diperlukan untuk mendukung fragmen yang terelevasi, screw 3.5 mm di insersi secara
parealel dibawah subchondral menahan fragmen yang elevasi (‘raft’ screws).
Alternatif lain digunakan cannulated screw, kemudian di fiksasi dengan buttress
plate5
.
• .Tipe III
Pada tipe ini prinsip penanganan sama dengan tipe II. Lateral rim dari condyle
masih intak mengartikan bahwa lutut stabil. Fragmen yang depress memerlukan
elevasi. Dibantu dengan bone graft dan ‘raft’ screw. Exercise dilakukan segera
mungkin setelah operasi, dan pasien dapat mengunakan cast-brace5
.
• Tipe IV
Fraktur dengan osteoporotik pada medial plateau sulit untuk direduksi, dapat
terjadi varus deformity pada jangka panjang. Fraktur tipe ini biasa terjadi pada usia
muda dengan trauma berkekuatan besar. Sering terdapat cedera ligament pada sisi
lateral. Prinsip penanganan fraktur ini sama dengan tipe II5
.
• Tipe V – VI
Cedera berat yang berisiko terjadinya compartment syndrome. Pada usia tua
penanganan fraktur simple bicondylar direduksi dengan traksi kemudian dilakukan
penganganan sama dengan tipe II. Dilakukan eksterna fiksasi hingga keadaan soft
tissue membaik (2-3 minggu). Kemudian dilakukan pemasangan buttress plates.
Alternative lain dapat dilakukan articular reduction, dan untuk menstabilkan metafisis
hingga diafisis dapat digunakan circular external fixator5
.
Gambar 9 : Terapi Non-operative5
Pasca operasi, tungkai bawah di elevasi dan di splint hingga bengkak
menurun. Pergerakan dilakukan segera mungkin dan dilanjutkan dengan pergerakan
aktif. Pada akhir minggu ke 6 pasien dapat partial weightbearing dengan tongkat, dan
biasanya 12-16 minggu dapat full weightbearing5
.
Gambar 10 : Fraktur tibial plateau yang kompleks – fiksasi internal5
Tehnik Operasi
Ada dua pendekatan utama untuk tehnik operasi tibial plateau. Anterior
approach yang sering digunakan karena akses mudah pada permukaan subkutan dari
tulang. Posterolateral approach jarang digunakan nemun dapat dilakukan saat terdapat
luka pada kulit sehingga tidak mungkin dilakukan anterior approach.
Anterolateral approach lateral tibial plateau
Posisi pasien supine. Lutut di fleksikan sekitar 600
. Tempatkan bantalan
dibawah bokong untuk mendapatkan eksternal rotasi normal dari tungkai bawah. Hal
ini memastikan patella menghadap ke depan. Untuk menentukan garis insisi, palpasi
proximal tibia sepanjang anterior border. Identifikasi posisi garis lateral sendi dengan
fleksikan dan ekstensikan lutut. Palpasi Gerdy’s tubercle lateral dari tendon patella.
Insisi dilakukan dengan bentuk S. dimulai 3-5 cm proximal garis sendi, lateral dari
batas patella tendon. Lengkungkan insisi secara anterior melewati gerdy’s tubercle
dan perpanjang 1 cm lateral dari batas anterior tibia.
Gambar 11 : Posisi anterolateral approach
Gambar 12 : Insisi anterolateral approach
Insisi diperdalam melewati subcutaneous untuk mengekspos aspek lateral
dari kapsul sendi lutut. Insisi kapsul sendi lutut dengan panjang hingga batas superior
lateral meniscus. Insisi fasia pada otot tibialis anterior. Pastikan anterior meniscus
intak. Gunakan elevator, lepaskan beberapa origin dari tibialis anterior. Bahaya dari
approach ini adalah peroneal nerve.
Posteromedial approach medial tibial plateau
Pada tehnik ini pasien diposisikan supine. Posisikan bantalan pada panggul
yang berlawanan sehingga pasein miring 200.
Hal ini akan menambahkan eksternal
rotasi, sehingga sudut posteromedial tibia terlihat. Insisi dibuat 6 cm panhang daerah
posteromedial pada proximal tibia. Kedalaman insisi hingga sibkutan. Terdapat vena
saphenous dan saphenous nerve. Untuk mendekati tibia, bias digunakan pembagian
pad apes anserinus atau indentifikasi batas anterior pes dan reseksi dari insersinya.
Bahaya dari approach ini adalah nerve saphenous dan saphenous vein.
Gambar 13 : Posisi dan insisi posterolateral approach
Pendekatan lain yang bisa digunakan adalah pendekatan pada knee joint
yaitu, midline central dan tehnik Mercedes benz.
Prognosis
Prognosis pada fraktur tibial plateau adalah3
:
1. Fraktur tibial plateau dapat menyebabkan kerusakan yang parah
2. Insidensi arthritis post trauma dihubungkan dengan usia pasien, lokasi dari
pergeseran, dan reduksi.
3. Fraktur karena energy tinggi yang diterapi dengan fiksasi eksternal hanya
memiliki insidensi sebesar 5% mengenai masalah luka
Komplikasi
Komplikasi pada fraktur tibial plateau dapat dibagi menjadi dua yaitu dini dan lanjut.
1. Komplikasi dini
- Sindroma kompartemen. Pada fraktur bikondilus tertutup terdapat banyak
perdarahan dan resiko munculnya sindrom kompartemen. Kaki dan ujung kaki
harus diperiksa secara terpisah untuk mencari tanda-tanda iskemia5
.
- Kerusakan dari nervus peroneal. Hal ini umum terjadi pada trauma di aspek
lateral dimana nervus peroneal berjalan dari proksimal ke bagian atas dari
fibula dan lateral dari tibial plateau1
.
- Laserasi arteri popliteal1
.
2. Komplikasi lanjut
- Kekakuan sendi.
o Pada fraktur komunitif berat dan setelah operasi yang kompleks,
terdapat banyak resiko timbulnya kekakuan lutut. Resiko ini dicegah
dengan (1) menghindari imobilisasi gips yang lama dan (2)
mendorong dilakukannya gerakan secepat mungkin5
.
- Deformitas.
o Deformitas varus atau valgus yang tersisa amat sering ditemukan baik
karena reduksi fraktur tak sempurna ataupun karena meskipun telah
direduksi dengan memadai, fraktur mengalami pergeseran ulang
selama terapi. Untungnya, deformitas yang moderat dapat member
fungsi yang baik, meskipun pembebanan berlebihan pada satu
kompartemen secara terus menerus dapat menyebabkan predisposisi
untuk osteoarthritis di kemudian hari5
.
- Osteoartritis.
o Jika pada akhir pengobatan ditemukan depresi atau deformitas pada
lutut, atau ligament yang tidak stabil, osteoarthritis sekunder dapat
berkembang setelah 5 hingga 10 tahun, Hal ini memerlukan operasi
rekonstruktif5
.
- Malunion atau non-union.
o Hal in sering terjadi pada Schatzker VI dimana terjadi fraktur diantara
metafisis-diafisis, kominusi, fiksasi tidak stabil, kegagalan implant,
atau infeksi1
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Koval, Kenneth J. Handbook of Fractures 3rd
edition. Lippincolt William &
Wilkins. 2006
2. Netter, Frank H. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy 2nd
edition. Saunders
Elseiver.
3. Frassica, Frank et al. The 5-Minute Orthopaedic Consult 2nd
edition.
Lippuncolt William & Wilkins. 2007
4. Chapman, Michael W. Chapman’s Orthopaedic Surgery 3rd
edition.
Lippincolt William & Wilkins. 2001
5. Alan Graham Apley. Appley’s System of Orthopedics and Fracture 9th
edition. Butterworths Medical Publications. 2010.
6. Reznik, Alan M. Tibial Plateau Fractures. The Orthopaedic Group. 2011
7. Kingsley Chin, et al. Orthopaedic Key Review Concept, 1st
edition. Lippincolt
William & Wilkins. 2008
8. Dirchsl Douglas, et al. Staged Management of Tibial Plateau. American
Journal of Orthopaedic. 2007

More Related Content

What's hot

Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesarRectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Pangestu S
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
yudhasetya01
 

What's hot (20)

Peri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltratPeri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltrat
 
Ileus obstruktif
Ileus obstruktifIleus obstruktif
Ileus obstruktif
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
 
trauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaantrauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaan
 
Ppt fraktur
Ppt frakturPpt fraktur
Ppt fraktur
 
Dasar dasar anatomi
Dasar dasar anatomiDasar dasar anatomi
Dasar dasar anatomi
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien
 
Pemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anangPemeriksaan fisik abdomen anang
Pemeriksaan fisik abdomen anang
 
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesarRectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
 
Fraktur tibia
Fraktur tibiaFraktur tibia
Fraktur tibia
 
Ppt kti
Ppt ktiPpt kti
Ppt kti
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Rbd fraktur edit
Rbd fraktur editRbd fraktur edit
Rbd fraktur edit
 
Anatomi mata
Anatomi mataAnatomi mata
Anatomi mata
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
Elektrolit
ElektrolitElektrolit
Elektrolit
 

Similar to 320844327 tibial-plateau

PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptx
PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptxPPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptx
PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptx
cobadulu007123
 
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
Yulvi Hasrianti
 

Similar to 320844327 tibial-plateau (20)

Presentation THR
Presentation THRPresentation THR
Presentation THR
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System MuskuluskeletalAsuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 
Total knee replacement
Total knee replacementTotal knee replacement
Total knee replacement
 
DISLOKASI ARTICULATIO GLENOHUMERALE
DISLOKASI ARTICULATIO GLENOHUMERALEDISLOKASI ARTICULATIO GLENOHUMERALE
DISLOKASI ARTICULATIO GLENOHUMERALE
 
PPT_ADP_DISLOK.pptx
PPT_ADP_DISLOK.pptxPPT_ADP_DISLOK.pptx
PPT_ADP_DISLOK.pptx
 
Dislokasi Panggul.pptx
Dislokasi Panggul.pptxDislokasi Panggul.pptx
Dislokasi Panggul.pptx
 
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptxReferat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
 
Fraktur1
Fraktur1Fraktur1
Fraktur1
 
Kamis
KamisKamis
Kamis
 
PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptx
PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptxPPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptx
PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptx
 
Acl copy
Acl   copyAcl   copy
Acl copy
 
JUMPER'S KNEE SURYANI.pptx
JUMPER'S KNEE SURYANI.pptxJUMPER'S KNEE SURYANI.pptx
JUMPER'S KNEE SURYANI.pptx
 
105810253 case
105810253 case105810253 case
105810253 case
 
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
 
Terapi Bedah pada CP.pptx
Terapi Bedah pada CP.pptxTerapi Bedah pada CP.pptx
Terapi Bedah pada CP.pptx
 
7. fraktur
7. fraktur7. fraktur
7. fraktur
 
M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9
 
Laminektomi
LaminektomiLaminektomi
Laminektomi
 
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docxAskan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
 

Recently uploaded

distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
PutriKemala3
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
DwiDamayantiJonathan1
 
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
cheatingw995
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
PeniMSaptoargo2
 

Recently uploaded (20)

HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
 
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptxTata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
 
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
 
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
 
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptxCRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 

320844327 tibial-plateau

  • 1. Referat Trauma Departemen Orthopaedi & Traumatologi FKUP/RSHS Oleh : Iwan Hipsa Achmad Pembimbing : dr. Ghuna A. Utoyo, SpOT MANAGEMENT FRACTURE OF TIBIAL PLATEAU Anatomy Tibial plateau terdiri dari permukaan artikuler lateral dan medial tibial plateau, yang merupakan cartilaginous menisci. Medial plateau bentuknya besar dan konkaf baik pada bidang sagital maupun coronal. Lateral plateau lebih tinggi dan konveks pada bidang sagital maupun coronal. Tibial plateau normal memiliki posteroinferior slope sebsar 10°. Kedua plateau dipisahkan satu dengan yang lain oleh intercondylar eminence, yang berfungsi sebagai perlekatan tibial dari cruciate ligaments. Terdapat bony prominences 2 – 3 cm distal dari tibial plateau. Anterior dari tibial tubercle dimana merupaka insersi patellar ligament. Medial dari pesanserinus sebagai perlekatan medial hamstring. Lateral, Gerdy tubercle merupakan insersi dari iliotibial band.1
  • 2. Gambar 1 : Anatomy Tibial (Anterior)2 Gambar 2 : Anatomy Tibial (Posterior)2 Gambar 3 : Anterior Posterior Slope
  • 3. Permukaan articular medial dan penyokong medial condyle lebih kuat dibandingkan sisi lateral. Oleh karena itu fraktur pada bagian lateral plateau lebih sering terjadi. Fraktur pada bagian medial plateau berhubungan dengan cedera berkekuatan tinggi dan sering disertai dengan cedera soft tissue, seperti disrupsi dari lateral collateral ligamen, lesi peroneal nerve dan kerusakan dari pembuluh darah popliteal.1 Fracture of Tibial Plateau Epidemiology Fraktur tibial plateau terjadi sebanyak 1% dari semua fraktur dan 8 % pada orang lanjut usia. Kejadian pada lateral plateau 55% - 70% dari fraktur tibial plateau, dibandingkan 10% - 25% fraktur medial plateau dan 10% - 30 % lesi bicondylar. Dari 1% - 3% merupakan fraktur terbuka1 . Rupture ligamen partial atau komplit 15-45%, lesi meniscus 5-37%. Faktor Risiko Faktor risiko untuk terjadinya fraktur tibial plateau adalah3 : a) Pasien-pasien memiliki resiko untuk cedera ini adalah trauma dengan kecepatan tinggi (usia muda, laki-laki, alcohol dan pecandu obat) b) Usia lebih tua dengan kualitas tulang yang jelek memiki resiko fraktur.
  • 4. Mekanisme Fraktur dari tibial plateau disebabkan oleh tekanan varus atau valgus yang dikombnasikan dengan axial loading. 80 % terjadi karena kecelakaan kendaraan bermotor dan sisanya karena cedera olahraga. Trauma dapat terjadi langsung, jatuh dari ketinggian, kecelakaan industri, atau cedera olahraga. Fraktur tibial pateau terjadi kerena low energy seperti pada usia tua karena osteoporotic dan biasanya terjadi fraktur depres, maupun high energy karena kecelakaan kendaraan dan biasanya terjadi fraktur spliting.4 Gambar 4 : Mekanisme trauma pada tibial plateau4
  • 5. Klasifikasi Klasifikasi Hohl and Moore5 Gambar 5 : Klasifikasi Hohl and Moore5 Klasifikasi Schatzker1 Tipe I : Lateral plateau, split fracture Tipe II : Lateral plateau, split depression fracture Tipe III : Lateral plateau, depression fracture Tipe IV : Medial plateau fracture Tipe V : Bicondylar plateau fracture Tipe VI : Plateau fracture with separation of the metaphysis from the diaphysis.
  • 6. Gambar 6 : Klasifikasi Schatzker5 Kalsifikasi AO A : Non articular A1 – Avulsion A2 – Simple metaphyseal A3 – Comminuted metaphyseal
  • 7. Gambar 7 : Klasifikasi AO Tibial plateau B : Partial articular B1 – Pure split B2 – Pure depression B3 – Split depression C : Complete articular C1 – Simple C2 – Articular simple, metaphyseal comminuted C3 - Articular comminution
  • 8. Klinis dan Pemeriksaan Penunjang Pada fraktur tibial plateau biasanya ditemukan nyeri, bengkak dan deformitas pada lutut. Keluhan lain yang dipaparkan oleh pasien adalah tidak mampu untuk menggerakkan lutut secara seluruhan ataupun sebagian. Pemeriksaan x-ray dilakukan untuk menilai fraktur. Namun untuk melihat kominus atau depresi plateau dilakukan CT scan5 . CT-scan potongan sagital meningkatkan akurasi diagnosis dari fraktur tibial plateau dan diindikasikan pada kasus dengan depresi artikular. Magnetic resonance imaging (MRI) digunakan untuk mengevaluasi trauma ataupun sebagai alternatif dari CT-scan atau arthroscopy. MRI dapat mengevaluasi tulang serta komponen jaringan lunak dari lokasi trauma. Merupakan modal pilihan jika ada curiga cedera meniscus maupun ligamen4 . Gambar 8 : CT-scan Posisi AP, dan sagital menunjukkan fraktur kompres lateral6
  • 9. Treatment Terapi pada fraktur tibial plateau dibagi menjadi non-operative dan operative. • Non-operative Fraktur yang non-displaced dan stabil baik untuk diterapi non-operative. Pemakaian hinged cast-brace untuk melindungi pergerakan lutut dan beban tubuh merupakan salah satu metode pilihan. Latihan isometrik untuk quadricep, pasif, aktif,dan pergerakan aktif dari lutut sebagai stabilitas dapat dilakukan. Dibolehkan untuk memikul beban tubuh secara partial selama 8-12 minggu, dan progressif hingga memikul beban tubuh secara keseluruhan. Terapi dengan long leg cast juga dapat digunakan1,4 . Fraktur yang tidak bergeser atau sedikit bergeser biasanya menimbulkan hemathrosis. Hemathrosis diaspirasi dan pembalut kompresi dipasang. Tungkai diistirahatkan pada mesin gerakan pasif kontinyu dan gerakan lutut dimulai. Segera setelah nyeri dan pembengkakan akut telah mereda, hinged cast-brace dipasang dan pasien diperbolehkan menahan beban sebagian dengan tongkat penopang5 . • Operative Indikasi operasi pada fraktur tibial plateau adalah1 : - Depressi pada articular yang dapat ditoleransi adalah <2mm sampai 1 cm.
  • 10. - Instabilitas >10 derajat dari lutut yang diperpanjang dibandingkan dengan sisi sebaliknya. Fraktur yang retak lebih tidak stabil dibandingkan fraktur yang hanya kompresi. - Fraktur terbuka - Sindrom kompartemen - Adanya kerusakan vascular. • Tipe I Tipe I undisplaced dapat ditangani dengan konserfatif. Haemarthrosis di aspirasi dan dilakukan kompresi dengan verban. Tungkai bawah diistirahatkan.Setelah nyeri dan bengkak berkurang (biasanya dalam 1 minggu), hinged cast brace diberikan, dan pasien dapat berdiri. Weightbearing belum dilakukan hingga 3 minggu. Kemudian dapat dilakukan parsial weightbearing,, kemudian setelah 8 minggu dapat dilakukan weightbearing penuh5 . Jika ada displaced maka dilakukan open reduction internal fixation. Permukaan condylar diperiksa dan fragmen yang berada disekitarnya dilepaskan. Hal ini dilakukan untuk reduksi yang akurat. Biasanya untuk fiksasi digunakan leg screw atau buttress plate5 .
  • 11. • Tipe II Jika terjadi depresi <5 mm dan lutut unstable, atau jika pasein usia tua dan osteoporotik, fraktur ditangani dengan tujuan mengembalikan mobilitas dan fungsinya, Setelah aspirasi dan pembalutan kompresi, dilakukan skeletal traksi melewati tibia dengan 7 cm dibawah daerah fraktur. Kemudian lutut di fleksikan dan ekstensi kan beberapa kali. Kaki diletakkan pada bantal dan dengan 5 kg traksi, latihan aktif harus dilakuakn tiap hari. Setelah 3 – 4 minggu, pin traksi dilepaskan, hinged cast-brace dilakukan dan pasien dapat berdiri, full weightbearing dilakukan setelah 6 minggu berikutnya5 . Pada pasien usia muda dengan senral depresi lebih dari 5 mm. reduksi terbuka dengan elevasi dari plateau dan internal fixation dilakukan. Bone graft biasanya diperlukan untuk mendukung fragmen yang terelevasi, screw 3.5 mm di insersi secara parealel dibawah subchondral menahan fragmen yang elevasi (‘raft’ screws). Alternatif lain digunakan cannulated screw, kemudian di fiksasi dengan buttress plate5 . • .Tipe III Pada tipe ini prinsip penanganan sama dengan tipe II. Lateral rim dari condyle masih intak mengartikan bahwa lutut stabil. Fragmen yang depress memerlukan
  • 12. elevasi. Dibantu dengan bone graft dan ‘raft’ screw. Exercise dilakukan segera mungkin setelah operasi, dan pasien dapat mengunakan cast-brace5 . • Tipe IV Fraktur dengan osteoporotik pada medial plateau sulit untuk direduksi, dapat terjadi varus deformity pada jangka panjang. Fraktur tipe ini biasa terjadi pada usia muda dengan trauma berkekuatan besar. Sering terdapat cedera ligament pada sisi lateral. Prinsip penanganan fraktur ini sama dengan tipe II5 . • Tipe V – VI Cedera berat yang berisiko terjadinya compartment syndrome. Pada usia tua penanganan fraktur simple bicondylar direduksi dengan traksi kemudian dilakukan penganganan sama dengan tipe II. Dilakukan eksterna fiksasi hingga keadaan soft tissue membaik (2-3 minggu). Kemudian dilakukan pemasangan buttress plates. Alternative lain dapat dilakukan articular reduction, dan untuk menstabilkan metafisis hingga diafisis dapat digunakan circular external fixator5 .
  • 13. Gambar 9 : Terapi Non-operative5 Pasca operasi, tungkai bawah di elevasi dan di splint hingga bengkak menurun. Pergerakan dilakukan segera mungkin dan dilanjutkan dengan pergerakan aktif. Pada akhir minggu ke 6 pasien dapat partial weightbearing dengan tongkat, dan biasanya 12-16 minggu dapat full weightbearing5 . Gambar 10 : Fraktur tibial plateau yang kompleks – fiksasi internal5 Tehnik Operasi Ada dua pendekatan utama untuk tehnik operasi tibial plateau. Anterior
  • 14. approach yang sering digunakan karena akses mudah pada permukaan subkutan dari tulang. Posterolateral approach jarang digunakan nemun dapat dilakukan saat terdapat luka pada kulit sehingga tidak mungkin dilakukan anterior approach. Anterolateral approach lateral tibial plateau Posisi pasien supine. Lutut di fleksikan sekitar 600 . Tempatkan bantalan dibawah bokong untuk mendapatkan eksternal rotasi normal dari tungkai bawah. Hal ini memastikan patella menghadap ke depan. Untuk menentukan garis insisi, palpasi proximal tibia sepanjang anterior border. Identifikasi posisi garis lateral sendi dengan fleksikan dan ekstensikan lutut. Palpasi Gerdy’s tubercle lateral dari tendon patella. Insisi dilakukan dengan bentuk S. dimulai 3-5 cm proximal garis sendi, lateral dari batas patella tendon. Lengkungkan insisi secara anterior melewati gerdy’s tubercle dan perpanjang 1 cm lateral dari batas anterior tibia. Gambar 11 : Posisi anterolateral approach
  • 15. Gambar 12 : Insisi anterolateral approach Insisi diperdalam melewati subcutaneous untuk mengekspos aspek lateral dari kapsul sendi lutut. Insisi kapsul sendi lutut dengan panjang hingga batas superior lateral meniscus. Insisi fasia pada otot tibialis anterior. Pastikan anterior meniscus intak. Gunakan elevator, lepaskan beberapa origin dari tibialis anterior. Bahaya dari approach ini adalah peroneal nerve. Posteromedial approach medial tibial plateau Pada tehnik ini pasien diposisikan supine. Posisikan bantalan pada panggul yang berlawanan sehingga pasein miring 200. Hal ini akan menambahkan eksternal rotasi, sehingga sudut posteromedial tibia terlihat. Insisi dibuat 6 cm panhang daerah posteromedial pada proximal tibia. Kedalaman insisi hingga sibkutan. Terdapat vena saphenous dan saphenous nerve. Untuk mendekati tibia, bias digunakan pembagian pad apes anserinus atau indentifikasi batas anterior pes dan reseksi dari insersinya. Bahaya dari approach ini adalah nerve saphenous dan saphenous vein.
  • 16. Gambar 13 : Posisi dan insisi posterolateral approach Pendekatan lain yang bisa digunakan adalah pendekatan pada knee joint yaitu, midline central dan tehnik Mercedes benz. Prognosis Prognosis pada fraktur tibial plateau adalah3 : 1. Fraktur tibial plateau dapat menyebabkan kerusakan yang parah 2. Insidensi arthritis post trauma dihubungkan dengan usia pasien, lokasi dari pergeseran, dan reduksi. 3. Fraktur karena energy tinggi yang diterapi dengan fiksasi eksternal hanya memiliki insidensi sebesar 5% mengenai masalah luka Komplikasi Komplikasi pada fraktur tibial plateau dapat dibagi menjadi dua yaitu dini dan lanjut. 1. Komplikasi dini
  • 17. - Sindroma kompartemen. Pada fraktur bikondilus tertutup terdapat banyak perdarahan dan resiko munculnya sindrom kompartemen. Kaki dan ujung kaki harus diperiksa secara terpisah untuk mencari tanda-tanda iskemia5 . - Kerusakan dari nervus peroneal. Hal ini umum terjadi pada trauma di aspek lateral dimana nervus peroneal berjalan dari proksimal ke bagian atas dari fibula dan lateral dari tibial plateau1 . - Laserasi arteri popliteal1 . 2. Komplikasi lanjut - Kekakuan sendi. o Pada fraktur komunitif berat dan setelah operasi yang kompleks, terdapat banyak resiko timbulnya kekakuan lutut. Resiko ini dicegah dengan (1) menghindari imobilisasi gips yang lama dan (2) mendorong dilakukannya gerakan secepat mungkin5 . - Deformitas. o Deformitas varus atau valgus yang tersisa amat sering ditemukan baik karena reduksi fraktur tak sempurna ataupun karena meskipun telah direduksi dengan memadai, fraktur mengalami pergeseran ulang selama terapi. Untungnya, deformitas yang moderat dapat member fungsi yang baik, meskipun pembebanan berlebihan pada satu kompartemen secara terus menerus dapat menyebabkan predisposisi untuk osteoarthritis di kemudian hari5 . - Osteoartritis.
  • 18. o Jika pada akhir pengobatan ditemukan depresi atau deformitas pada lutut, atau ligament yang tidak stabil, osteoarthritis sekunder dapat berkembang setelah 5 hingga 10 tahun, Hal ini memerlukan operasi rekonstruktif5 . - Malunion atau non-union. o Hal in sering terjadi pada Schatzker VI dimana terjadi fraktur diantara metafisis-diafisis, kominusi, fiksasi tidak stabil, kegagalan implant, atau infeksi1 . DAFTAR PUSTAKA 1. Koval, Kenneth J. Handbook of Fractures 3rd edition. Lippincolt William & Wilkins. 2006 2. Netter, Frank H. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy 2nd edition. Saunders Elseiver. 3. Frassica, Frank et al. The 5-Minute Orthopaedic Consult 2nd edition. Lippuncolt William & Wilkins. 2007 4. Chapman, Michael W. Chapman’s Orthopaedic Surgery 3rd edition. Lippincolt William & Wilkins. 2001 5. Alan Graham Apley. Appley’s System of Orthopedics and Fracture 9th edition. Butterworths Medical Publications. 2010. 6. Reznik, Alan M. Tibial Plateau Fractures. The Orthopaedic Group. 2011 7. Kingsley Chin, et al. Orthopaedic Key Review Concept, 1st edition. Lippincolt William & Wilkins. 2008 8. Dirchsl Douglas, et al. Staged Management of Tibial Plateau. American Journal of Orthopaedic. 2007