SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
Referat
“Terapi Bedah pada Cerebral Palsy”
Pembimbing:
dr. Iwan Sutanto, Sp.OT (K)
Disusun oleh:
Mitchell Theny 1522321022
1
• Gangguan fungsi motor dan postur akibat lesi anatomi otak yang
bersifat statis non-progresif pada saat perkembangan otak, sehingga
mengakibatkan perubahan tonus dan kelemahan otot, gerakan
involunter, ataksia atau kombinasi abnormalitas.
• Etiologi dari cerebral palsy sebenarnya belum dapat diketahui secara
pasti. Namun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kejadian cerebral palsy, yaitu prenatal, perinatal, pascanatal.
2
• Klasifikasi Cerebral Palsy dibagi berdasarkan gejala klinis (spastik,
diskinetik, ataksik, campuran) dan berdasarkan lokasi anatomi
(monoplegia, diplegia, triplegia, kuadriplegia, hemiplegia, whole body
involvement)
• Manifestasi yang menonjol pada cerebral palsy adalah kelainan gerak
dan postur.
• Tipe Spastik: tanda upper motor neuron (kelemahan, hipertonisitas,
hiperefleksia, klonus, refleks patologis, dan kecenderungan mengalami
kontraktur).
• Tipe Diskinetik: atetosis, korea, koreoatetosis, dystonia
• Ataksia: disfungsi koordinasi, gaya jalan, gerakan ekstremitas distal yang
cepat.
• Tipe Campuran: atetoid spastik (spastisitas dan atetoid) dan ataksik spastik
(keadaan goyah, nystagmus, gerakan tak terkoordinasi dan diskinetik)
3
• Diagnosis cerebral palsy: berdasarkan adanya keterlambatan
perkembangan motorik. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan
kelumpuhan tipe upper motor neuron dan/atau adanya gerakan dan
postur abnormal serta refleks primitif yang menetap.
• Komorbiditas yang menyertai: epilepsy (30-87%), disabilitas
intelektual (50%), gangguan pengelihatan (30%), gangguan
pendengaran (10%), gangguan perilaku (26%), gangguan kontrol miksi
dan defekasi (24%), gangguan tidur (23%), drooling berat (22%),
dislokasi panggul (8%), dan masalah makan yang memerlukan
pemberian alat bantu makan (8%).
4
• Pemeriksaan penunjang ultrasonografi, CT scan dan MRI dibutuhkan
untuk mendeteksi kelainan anatomik intracranial. Hasil MRI normal
ditemukan pada 12-14% penderita cerebral palsy.
• Gross Motor Functional Classification System (GMFCS) pada kasus
Cerebral Palsy berdasarkan kemampuan pasien sendiri yang terdiri
dari duduk (keseimbangan tubuh) dan berjalan.
• Derajat 1: jalan tanpa hambatan, limitasi terhadap fungsi motorik lebih lanjut
• Derajat 2: jalan tanpa alat bantu, limitasi untuk jalan diluar rumah dan
dimasyarakat.
• Derajat 3: jalan dengan alat bantu, limitasi untuk jalan di luar dan di
masyarakat
• Derajat 4: menggunakan alat mobilitas di luar dan di masyarakat
• Derajat 5: mobilisasi mandiri sangat terbatas walaupun menggunakan alat
bantu.
5
• Prognosis cerebral palsy dapat
diprediksi atas dasar klasifikasi
kemampuan motorik
fungsionalnya berdasarkan sistem
skoring gross motor functioning
measure (GMFM).
• Anak yang tergolong GMFCS level I
dan II, yaitu yang dapat berjalan
tanpa alat bantu baik dengan atau
tanpa keterbatasan, tidak akan
mengalami perburukan fungsi.
• Sebaliknya, anak yang tergolong
GMFCS level III, IV, dan V yang
tidak mampu berjalan sendiri akan
mencapai puncak fungsi motorik
kasar pada usia tertentu, diikuti
penurunan fungsi.
6
Tatalaksana
7
• Penatalaksanaan penderita CP bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan yang ada pada anak tersebut seoptimal mungkin
sehingga diharapkan anak dapat melakukan Aktivitas Kehidupan
Sehari-hari (AKS) tanpa bantuan atau dengan sedikit bantuan.
8
• usia 2 – 6 tahun, disarankan untuk
dilakukan injeksi Botulinum Toxin A
pada target otot yang spesifik dan
minor selective dorsal rhizotomi.
Pada anak usia antara 7 – 11 tahun,
hampir sebagian besar menggunakan
SEMSL untuk mengkoreksi deformitas
dan meningkatkan gait
• Terapi medikamentosa dapat terindikasi apabila terdapat epilepsi,
spastisitas, atau movement disorder.
• Obat antiepilepsi diberikan sesuai dengan tipe dan karakteristik kejang dan
sesuai panduan tata laksana epilepsi pada umumnya.
• Adanya movement disorder, misalnya distonia, mioklonus, korea, atau
athetosis, dapat menjadi indikasi pemberian obat antiparkinson,
antidopaminergik, obat antiepilepsi tertentu, atau golongan antidepresan.
• Beberapa alasan pemberian obat antispastisitas antara lain apabila spastisitas
otot menyebabkan nyeri, untuk memfasilitasi penggunaan ortosis (misalnya
brace), memperbaiki postur, mencegah kontraktur dan deformitas,
mempermudah mobilisasi dan perawatan higiene pasien, serta optimalisasi
fisioterapi dan terapi okupasi.
9
10
• Pemberian rehabilitasi medik bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan dan fungsi fisik dan psikis penderita dan bila perlu
mengembangkan mekanisme kompensasinya agar penderita dapat
mandiri.
• Teknik tradisional
• Teknik neurodevelopmental
• Manipulasi dan casting
• Peregangan ketegangan atau kontraksi dari muskulotendineous atau kapsul
sendi terkadang dapat diperoleh dengan melakukan pengulangan peregangan
secara pasif secara lembut, tidak nyeri, yang diikuti dengan koreksi dengan
cast, splints atau penggunaan alat ortotik.
11
Upper Limb Surgery
12
Shoulder
13
For the modified Sever-L’Episcopo procedure, Z-
lengthening of the pectoralis major is performed
( A ), the subscapularis is lengthened on the
“flat” ( B ), and the latissimus dorsi and teres
major are transferred to the posterolateral
humerus using 1 incision ( C ) or 2 incisions
Elbow
14
Z-lengthening of the biceps tendon
and fractional lengthening of the
musculotendinous portion of the
brachialis with or without flexor
pronator release is appropriate for
elbow flexion contractures
Forearm
15
The PT may be detached
from the radius and
rerouted to improve
supination of the forearm.
Wrist
16
Transfer of the FCU to the ECRB
(A) or transfer of FCU to the
EDC (B) improves wrist
extension. The tendon may be
transferred subcutaneously to
provide a supination moment
or through the interosseous
membrane to provide more
dorsiflexion without supination
Thumb
17
The adductor pollicis may be released from its origin on the third metacarpal
through a volar incision (A); alternatively, the adductor tendon may be Z-lengthened
or transferred proximally to the first metacarpal to increase the first web space, (B)
the first dorsal interosseous may be released from the first metacarpal
Fingers
18
Transfer of the ECU from its
insertion on the fifth metacarpal
to the fourth metacarpal
decreases ulnar deviation and
assist extension of the wrist. The
extensor retinaculum should be
released to allow dorsal
translation of the ECU tendon.
Spine Surgery
• Insiden skoliosis paling tinggi pada pasien dengan cerebral palsy
spastik (sekitar 70%), pada pasien dengan dislokasi pinggul (75%) dan
GMFCS Level IV dan V.
• Penyebab terjadinya skoliosis: merupakan kombinasi dari kelemahan
otot, ketidakseimbangan truncal, dan tonus asimetris pada otot
paraspinous dan intercostal
• Klasifikasi:
• Kelompok I: Lengkungan adalah lekukan toraks tunggal atau toraks ganda dan
lumbal dengan panggul yang rata. Jenis kurva ini biasanya dikaitkan dengan
pasien rawat jalan (GMFCS II–III)
• Kelompok II: Lekukan adalah lekukan torakolumbal atau berbentuk C yang
panjang dengan kemiringan panggul yang terkait, biasanya dikaitkan dengan
pasien yang tidak dapat berjalan (GMFCS IV-V).
19
Hip Surgery
20
• Perubahan ini termasuk peningkatan relatif pada sudut neckshaft pada bidang
koronal (coxa valga), anteversi femoral yang berlebihan pada bidang transversal,
displasia acetabular posterolateral, kontraktur fleksi-adduksi psoas dan adduktor
pinggul, dan kelemahan abduktor dan ekstensor pinggul.
a 9-year-old girl with spastic quadriplegic CP
(GMFCS level IV) with a right hip dislocation and
windswept hip deformity. b Post-operative
bilateral hip adductor and flexor lengthenings
(adductor longus, gracilis, iliopsoas), bilateral
proximal femoral varus derotational
osteotomies, right San Diego acetabuloplasty.
Both hips are now concentrically reduced with
improvements of pain and care-giving realized
Lower Limb Surgery
21
• Soft-tissue surgery: tendon
lengthening
• Lengthening of the psoas ‘over the
brim’ (POTB)
• Percutaneous lengthening of adductor
longus
• Medial hamstring lengthening (MHS)
• Lengthening of the gastrocnemius
aponeurosis (strayer)
• Soft-tissue surgery: tendon transfer
• Transfer of rectus femoris to the
semitendinosus
• Split transfer of tibialis anterior
(SPLATT) for the varus foot
Bony Procedure
22
• Bony surgery: rotational osteotomies
• External rotation osteotomy of femur
• Internal rotation osteotomy of tibia
• Bony surgery: joint stabilization
• Proximal femur varus derotation osteotomy
(VDRO)
• Os Calcis lengthening
• Subtalar fusion
23
Nerve Procedure
• Selective Dorsal Rhizotomy (SDR)
sangat berguna bagi sebagian grup
anak dengan spastik diplegik yang
mengalami predictive outcome
yang baik, yaitu spastisitas sedang
hingga berat, memiliki kekuatan
yang baik, kognitif yang baik,
dukungan keluarga yang baik, dan
akses ke fisioterapi dan rehabilitasi
yang baik.
• Komplikasi yang signifikan berupa
deformitas orthopaedi yang
progresif, scoliosis, lordosis,
subluksasi hip dan deformitas
pada kaki. 24
Single Event Multi Level Surgery (SEMLS) pada
Cerebral Palsy
• Suatu metode tindakan operasi yang dilakukan pada dua atau lebih level
atau lokasi anatomi yang berbeda, baik berupa soft tissue procedure atau
bony procedure, yang dilakukan dalam satu waktu.
• Operasi dilakukan bergantung pada tingkat maturasi dari Central Nervous
System (CNS), potensi berjalan pada anak, dan rata-rata perkembangan
deformitas.
• Idealnya operasi dilakukan sesudah pola berjalan (gait pattern) sudah stabil
yaitu sekitar usia 4-5 tahun, baik untuk anak yang menderita atau tidak
menderita Cerebral Palsy, dan dilakukan operasi sebelum usia 8 tahun.
Operasi ini bertujuan untuk meningkatkan kecepatan berjalan (walking
velocity) dan rentang langkah (stride length) pada anak kecil.
25
TERIMA KASIH
26

More Related Content

Similar to Terapi Bedah pada Cerebral Palsy

Piriformis Syndrome, Lumbar Spinal Stenosis, Lumbar Facet Joint Pain
Piriformis Syndrome, Lumbar Spinal Stenosis, Lumbar Facet Joint PainPiriformis Syndrome, Lumbar Spinal Stenosis, Lumbar Facet Joint Pain
Piriformis Syndrome, Lumbar Spinal Stenosis, Lumbar Facet Joint PainFatia Ramadhana
 
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptxKELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptxGaniDwiCahya2
 
320844327 tibial-plateau
320844327 tibial-plateau320844327 tibial-plateau
320844327 tibial-plateauobim09
 
Penyuluhan Lower.pptx
Penyuluhan Lower.pptxPenyuluhan Lower.pptx
Penyuluhan Lower.pptxabidharma1
 
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)Yulvi Hasrianti
 
ASKEP Osteoporosis_2.pdf
ASKEP Osteoporosis_2.pdfASKEP Osteoporosis_2.pdf
ASKEP Osteoporosis_2.pdfMuhamadRazan
 
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docxAskan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docxsalmanalfarisi637456
 
FISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptx
FISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptxFISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptx
FISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptxJulfiana Mardatillah
 
Konsep dasar terapi manual
Konsep dasar terapi manualKonsep dasar terapi manual
Konsep dasar terapi manualYanto Physio
 
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...Putri Nugraheni
 
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptxReferat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptxDediKurniawan173037
 
Asuhan Keperawatan Trauma Medulla Spinalis
Asuhan Keperawatan Trauma Medulla SpinalisAsuhan Keperawatan Trauma Medulla Spinalis
Asuhan Keperawatan Trauma Medulla SpinalisFransiska Oktafiani
 
74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf
74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf
74-Article Text-214-1-10-20211023.pdfmuarif5
 
19807-51396-1-SM.pdf
19807-51396-1-SM.pdf19807-51396-1-SM.pdf
19807-51396-1-SM.pdfrahmadwahyu1
 

Similar to Terapi Bedah pada Cerebral Palsy (20)

Piriformis Syndrome, Lumbar Spinal Stenosis, Lumbar Facet Joint Pain
Piriformis Syndrome, Lumbar Spinal Stenosis, Lumbar Facet Joint PainPiriformis Syndrome, Lumbar Spinal Stenosis, Lumbar Facet Joint Pain
Piriformis Syndrome, Lumbar Spinal Stenosis, Lumbar Facet Joint Pain
 
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptxKELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
KELAINAN KONGENITAL MUSKULOSKELETAL.pptx
 
320844327 tibial-plateau
320844327 tibial-plateau320844327 tibial-plateau
320844327 tibial-plateau
 
Ppt kti
Ppt ktiPpt kti
Ppt kti
 
Penyuluhan Lower.pptx
Penyuluhan Lower.pptxPenyuluhan Lower.pptx
Penyuluhan Lower.pptx
 
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
 
ASKEP Osteoporosis_2.pdf
ASKEP Osteoporosis_2.pdfASKEP Osteoporosis_2.pdf
ASKEP Osteoporosis_2.pdf
 
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docxAskan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
 
FISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptx
FISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptxFISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptx
FISIOTERAPI PEDIATRI - CEREBRAL PALSY.pptx
 
Konsep dasar terapi manual
Konsep dasar terapi manualKonsep dasar terapi manual
Konsep dasar terapi manual
 
Pengkajian keperawatan sistem persarafan
Pengkajian keperawatan sistem persarafanPengkajian keperawatan sistem persarafan
Pengkajian keperawatan sistem persarafan
 
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
Penatalaksanaan radiografi vertebrae thoracolumbal dengan klinis skoliosis di...
 
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptxReferat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
 
Power poin fraktur
Power poin frakturPower poin fraktur
Power poin fraktur
 
Skoliosis presentasi
Skoliosis presentasiSkoliosis presentasi
Skoliosis presentasi
 
Asuhan Keperawatan Trauma Medulla Spinalis
Asuhan Keperawatan Trauma Medulla SpinalisAsuhan Keperawatan Trauma Medulla Spinalis
Asuhan Keperawatan Trauma Medulla Spinalis
 
74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf
74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf
74-Article Text-214-1-10-20211023.pdf
 
Konsep dasar mobilisasi
Konsep dasar mobilisasiKonsep dasar mobilisasi
Konsep dasar mobilisasi
 
19807-51396-1-SM.pdf
19807-51396-1-SM.pdf19807-51396-1-SM.pdf
19807-51396-1-SM.pdf
 
Askep low back pain
Askep low back painAskep low back pain
Askep low back pain
 

Recently uploaded

Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 

Recently uploaded (18)

Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 

Terapi Bedah pada Cerebral Palsy

  • 1. Referat “Terapi Bedah pada Cerebral Palsy” Pembimbing: dr. Iwan Sutanto, Sp.OT (K) Disusun oleh: Mitchell Theny 1522321022 1
  • 2. • Gangguan fungsi motor dan postur akibat lesi anatomi otak yang bersifat statis non-progresif pada saat perkembangan otak, sehingga mengakibatkan perubahan tonus dan kelemahan otot, gerakan involunter, ataksia atau kombinasi abnormalitas. • Etiologi dari cerebral palsy sebenarnya belum dapat diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian cerebral palsy, yaitu prenatal, perinatal, pascanatal. 2
  • 3. • Klasifikasi Cerebral Palsy dibagi berdasarkan gejala klinis (spastik, diskinetik, ataksik, campuran) dan berdasarkan lokasi anatomi (monoplegia, diplegia, triplegia, kuadriplegia, hemiplegia, whole body involvement) • Manifestasi yang menonjol pada cerebral palsy adalah kelainan gerak dan postur. • Tipe Spastik: tanda upper motor neuron (kelemahan, hipertonisitas, hiperefleksia, klonus, refleks patologis, dan kecenderungan mengalami kontraktur). • Tipe Diskinetik: atetosis, korea, koreoatetosis, dystonia • Ataksia: disfungsi koordinasi, gaya jalan, gerakan ekstremitas distal yang cepat. • Tipe Campuran: atetoid spastik (spastisitas dan atetoid) dan ataksik spastik (keadaan goyah, nystagmus, gerakan tak terkoordinasi dan diskinetik) 3
  • 4. • Diagnosis cerebral palsy: berdasarkan adanya keterlambatan perkembangan motorik. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan kelumpuhan tipe upper motor neuron dan/atau adanya gerakan dan postur abnormal serta refleks primitif yang menetap. • Komorbiditas yang menyertai: epilepsy (30-87%), disabilitas intelektual (50%), gangguan pengelihatan (30%), gangguan pendengaran (10%), gangguan perilaku (26%), gangguan kontrol miksi dan defekasi (24%), gangguan tidur (23%), drooling berat (22%), dislokasi panggul (8%), dan masalah makan yang memerlukan pemberian alat bantu makan (8%). 4
  • 5. • Pemeriksaan penunjang ultrasonografi, CT scan dan MRI dibutuhkan untuk mendeteksi kelainan anatomik intracranial. Hasil MRI normal ditemukan pada 12-14% penderita cerebral palsy. • Gross Motor Functional Classification System (GMFCS) pada kasus Cerebral Palsy berdasarkan kemampuan pasien sendiri yang terdiri dari duduk (keseimbangan tubuh) dan berjalan. • Derajat 1: jalan tanpa hambatan, limitasi terhadap fungsi motorik lebih lanjut • Derajat 2: jalan tanpa alat bantu, limitasi untuk jalan diluar rumah dan dimasyarakat. • Derajat 3: jalan dengan alat bantu, limitasi untuk jalan di luar dan di masyarakat • Derajat 4: menggunakan alat mobilitas di luar dan di masyarakat • Derajat 5: mobilisasi mandiri sangat terbatas walaupun menggunakan alat bantu. 5
  • 6. • Prognosis cerebral palsy dapat diprediksi atas dasar klasifikasi kemampuan motorik fungsionalnya berdasarkan sistem skoring gross motor functioning measure (GMFM). • Anak yang tergolong GMFCS level I dan II, yaitu yang dapat berjalan tanpa alat bantu baik dengan atau tanpa keterbatasan, tidak akan mengalami perburukan fungsi. • Sebaliknya, anak yang tergolong GMFCS level III, IV, dan V yang tidak mampu berjalan sendiri akan mencapai puncak fungsi motorik kasar pada usia tertentu, diikuti penurunan fungsi. 6
  • 8. • Penatalaksanaan penderita CP bertujuan untuk mengembangkan kemampuan yang ada pada anak tersebut seoptimal mungkin sehingga diharapkan anak dapat melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) tanpa bantuan atau dengan sedikit bantuan. 8 • usia 2 – 6 tahun, disarankan untuk dilakukan injeksi Botulinum Toxin A pada target otot yang spesifik dan minor selective dorsal rhizotomi. Pada anak usia antara 7 – 11 tahun, hampir sebagian besar menggunakan SEMSL untuk mengkoreksi deformitas dan meningkatkan gait
  • 9. • Terapi medikamentosa dapat terindikasi apabila terdapat epilepsi, spastisitas, atau movement disorder. • Obat antiepilepsi diberikan sesuai dengan tipe dan karakteristik kejang dan sesuai panduan tata laksana epilepsi pada umumnya. • Adanya movement disorder, misalnya distonia, mioklonus, korea, atau athetosis, dapat menjadi indikasi pemberian obat antiparkinson, antidopaminergik, obat antiepilepsi tertentu, atau golongan antidepresan. • Beberapa alasan pemberian obat antispastisitas antara lain apabila spastisitas otot menyebabkan nyeri, untuk memfasilitasi penggunaan ortosis (misalnya brace), memperbaiki postur, mencegah kontraktur dan deformitas, mempermudah mobilisasi dan perawatan higiene pasien, serta optimalisasi fisioterapi dan terapi okupasi. 9
  • 10. 10
  • 11. • Pemberian rehabilitasi medik bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan fungsi fisik dan psikis penderita dan bila perlu mengembangkan mekanisme kompensasinya agar penderita dapat mandiri. • Teknik tradisional • Teknik neurodevelopmental • Manipulasi dan casting • Peregangan ketegangan atau kontraksi dari muskulotendineous atau kapsul sendi terkadang dapat diperoleh dengan melakukan pengulangan peregangan secara pasif secara lembut, tidak nyeri, yang diikuti dengan koreksi dengan cast, splints atau penggunaan alat ortotik. 11
  • 13. Shoulder 13 For the modified Sever-L’Episcopo procedure, Z- lengthening of the pectoralis major is performed ( A ), the subscapularis is lengthened on the “flat” ( B ), and the latissimus dorsi and teres major are transferred to the posterolateral humerus using 1 incision ( C ) or 2 incisions
  • 14. Elbow 14 Z-lengthening of the biceps tendon and fractional lengthening of the musculotendinous portion of the brachialis with or without flexor pronator release is appropriate for elbow flexion contractures
  • 15. Forearm 15 The PT may be detached from the radius and rerouted to improve supination of the forearm.
  • 16. Wrist 16 Transfer of the FCU to the ECRB (A) or transfer of FCU to the EDC (B) improves wrist extension. The tendon may be transferred subcutaneously to provide a supination moment or through the interosseous membrane to provide more dorsiflexion without supination
  • 17. Thumb 17 The adductor pollicis may be released from its origin on the third metacarpal through a volar incision (A); alternatively, the adductor tendon may be Z-lengthened or transferred proximally to the first metacarpal to increase the first web space, (B) the first dorsal interosseous may be released from the first metacarpal
  • 18. Fingers 18 Transfer of the ECU from its insertion on the fifth metacarpal to the fourth metacarpal decreases ulnar deviation and assist extension of the wrist. The extensor retinaculum should be released to allow dorsal translation of the ECU tendon.
  • 19. Spine Surgery • Insiden skoliosis paling tinggi pada pasien dengan cerebral palsy spastik (sekitar 70%), pada pasien dengan dislokasi pinggul (75%) dan GMFCS Level IV dan V. • Penyebab terjadinya skoliosis: merupakan kombinasi dari kelemahan otot, ketidakseimbangan truncal, dan tonus asimetris pada otot paraspinous dan intercostal • Klasifikasi: • Kelompok I: Lengkungan adalah lekukan toraks tunggal atau toraks ganda dan lumbal dengan panggul yang rata. Jenis kurva ini biasanya dikaitkan dengan pasien rawat jalan (GMFCS II–III) • Kelompok II: Lekukan adalah lekukan torakolumbal atau berbentuk C yang panjang dengan kemiringan panggul yang terkait, biasanya dikaitkan dengan pasien yang tidak dapat berjalan (GMFCS IV-V). 19
  • 20. Hip Surgery 20 • Perubahan ini termasuk peningkatan relatif pada sudut neckshaft pada bidang koronal (coxa valga), anteversi femoral yang berlebihan pada bidang transversal, displasia acetabular posterolateral, kontraktur fleksi-adduksi psoas dan adduktor pinggul, dan kelemahan abduktor dan ekstensor pinggul. a 9-year-old girl with spastic quadriplegic CP (GMFCS level IV) with a right hip dislocation and windswept hip deformity. b Post-operative bilateral hip adductor and flexor lengthenings (adductor longus, gracilis, iliopsoas), bilateral proximal femoral varus derotational osteotomies, right San Diego acetabuloplasty. Both hips are now concentrically reduced with improvements of pain and care-giving realized
  • 21. Lower Limb Surgery 21 • Soft-tissue surgery: tendon lengthening • Lengthening of the psoas ‘over the brim’ (POTB) • Percutaneous lengthening of adductor longus • Medial hamstring lengthening (MHS) • Lengthening of the gastrocnemius aponeurosis (strayer) • Soft-tissue surgery: tendon transfer • Transfer of rectus femoris to the semitendinosus • Split transfer of tibialis anterior (SPLATT) for the varus foot
  • 22. Bony Procedure 22 • Bony surgery: rotational osteotomies • External rotation osteotomy of femur • Internal rotation osteotomy of tibia • Bony surgery: joint stabilization • Proximal femur varus derotation osteotomy (VDRO) • Os Calcis lengthening • Subtalar fusion
  • 23. 23
  • 24. Nerve Procedure • Selective Dorsal Rhizotomy (SDR) sangat berguna bagi sebagian grup anak dengan spastik diplegik yang mengalami predictive outcome yang baik, yaitu spastisitas sedang hingga berat, memiliki kekuatan yang baik, kognitif yang baik, dukungan keluarga yang baik, dan akses ke fisioterapi dan rehabilitasi yang baik. • Komplikasi yang signifikan berupa deformitas orthopaedi yang progresif, scoliosis, lordosis, subluksasi hip dan deformitas pada kaki. 24
  • 25. Single Event Multi Level Surgery (SEMLS) pada Cerebral Palsy • Suatu metode tindakan operasi yang dilakukan pada dua atau lebih level atau lokasi anatomi yang berbeda, baik berupa soft tissue procedure atau bony procedure, yang dilakukan dalam satu waktu. • Operasi dilakukan bergantung pada tingkat maturasi dari Central Nervous System (CNS), potensi berjalan pada anak, dan rata-rata perkembangan deformitas. • Idealnya operasi dilakukan sesudah pola berjalan (gait pattern) sudah stabil yaitu sekitar usia 4-5 tahun, baik untuk anak yang menderita atau tidak menderita Cerebral Palsy, dan dilakukan operasi sebelum usia 8 tahun. Operasi ini bertujuan untuk meningkatkan kecepatan berjalan (walking velocity) dan rentang langkah (stride length) pada anak kecil. 25