SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
DISLOKASI BAHU DAN PANGGUL
Pembimbing:
Dr.Triarto Budi S. Sp.OT
pendahuluan
 kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan
melindungi beberapa organ lunak.
 Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada
gerakan dan menyediakan permukaan untuk kaitan
otot-otot kerangka
 macam trauma pada sendi:
Kontusio
sendi
Joint
strain
Joint
sprain
Ruptur
ligamen
dislokasi
Rumusan masalah
1. Apa Pengertian dari dislokasi?
2. Apa Etiologi dari dislokasi?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada dislokasi?
4. Apa diagnosa dari dislokasi?
5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
6. Apa saja komplikasi nya ?
definisi
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi
• Kongenital
• Patologik
• Paralitik
• traumatik
klasifikasi
• Akut
• kronik
• berulang
Tipe klinik
Etiologi dan patofisiologi
 Cedera olahraga
 Trauma
 Patologi terjadinya ‘tear’ligament dan
kapsul articuler yang merupakan kompenen vital
penghubung tulang
Anatomi
diagnosa
 Anamnesa : 1. Ada trauma?
2. Mekanisme trauma
3. ada rasa sendi yang keluar
4. bila trauma minimal menjad dislokasi recurrens
 Pemeriksaan klinik dan tanda :
1.Terjadi pembatasan gerak
2. deforrmitas hilangnya benjolan tulang yang normal
pemendekan
kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu
3. nyeri
4. ada pembengkakan
5. ROM terbatas
 Pemeriksaan penunjang
radiologi arah dislokasi
fraktur?
spasme otot
 Komplikasi yang dapat menyertai dislokasi
antara lain :
 Fraktur
 Kontraktur
 Trauma jaringan
penatalaksanaan
 Reposisi segera
 Dislokasi reduksi : dikembalikan ke tempat
semula, perlu memakai anestesi jika dislokasi
berat.
 Kaput tulang yang mengalami dislokasi
dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga
sendi
 Dimobilisasi  gips, bidai, traksi
 Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi
dilakukan mobilisasi halus 3-4x sehari.
Dislokasi Bahu
 ANATOMI
Sendi Sternoklavikular
Sendi Akromioklavikular
sendi bahu  anterior
posterior
inferior
Dislokasi sendi bahu anterior
 Terjadi sering pada usia muda
 Humerus terdorong ke depan, merobek
kapsul atau menyebabkan tepi glenoid
teravulsi.
gejala klinik
 Lengan yang cedera ditopang oleh tangan sebelahnya
 Deformitas, posisi px miring ke posisi yang sakit
 Nyeri
 Tonjolan teraba pada klavikula
 Px tidak mampu menggerakan lengannya
 Pada palpasi  di bawah akromion teraba kosong
Sinar - x
 Foto AP : Bayangan yang tumpang tindih
antara kaput humerus dan fossa glenoid,
kaput biasanya terletak dibawah dan medial
terhadap mangkuk sendi.
penatalaksanaan
 Reposisi segera
 Dengan indikasi :
 tidak ada fraktur
 tidak adanya defisit neurologi
1. nervus axilarry  sensorik di m.deltoideus
2. n.radialis  ekstensi tangan
3. a.brachialis  denyut nadi radialis
Reposisi tertutup
STIMPSON
(tidak perlu anestesi)
Tidur terlentang
(lengan tergelantung ke bawah)
Lengan diberi beban seberat
5 - 7,5 kg
Selama 20-25 menit
HIPPOCRATES
Tidur terlentang
Lengan ditarik ke distal,dan
sedikit abduksi
Kaki penolong ditekan ke axila
(mengungkit kaput humerus
ke lateral dan posterior)
Bahu dipertahankan posisi
endorotasi dengan penyangga
dada min 3 minggu
KOCHER(anatesi lokal)
posisi siku fleksi, penolong
menarik lengan atas ke arah distal
gerakan eksorotasi dari sendi
bahu
gerakan adduksi dan fleksi pada
sendi bahu
gerakan endorotasi sendi bahu
Difiksasi di dada dengan verband
dan digantung sling 3 minggu
komplikasi
 Cedera plexus brachialis dan n. Axilaris yang
menyebabkan terganggunya m.deltoid
sehingga bahu tidak dapat diangkat abduksi
 Robeknya muskulus tendineus cuff ( cuff
rotator )
 Patah tulang humerus
 Rekurrens dislokasi bahu anterior
Dislokasi bahu posterior
 Jarang terjadi
 Gaya tak langsung yang menyebabkan rotasi
internal dan aduksi kuat.
Gambaran klinis
 Lengan tampak bengkak dan deformitas
terkunci pada posisi aduksi dan rotasi interna,
penonjolan kaput humeri dibagian posterior,
bagian subakromion kosong
 Aduksi terbatas tak dapat dirotasi ke arah
external
Pemeriksaan radiologi
 Kaput humeris karena berotasi ke medial,
bentuknya tampak abnormal (seperti bola
lampu), jauh dari fossa glenoid (tanda glenoid
kosong)
penatalaksaan
penderita tidur terlentang
dengan lengan pada posisi aduksi
lateral traksi sekaligus traksi
searah sumbu lengan
eksorotasi humerus setelah
tereposisi
Imobilisasi dengan mitela selama
3 minggu
dislokasi bahu inferior
 Kaput humerus terperangkap dibawah
kavitas glenoidale sehingga terkunci dalam
posisi abduksi.
Dislokasi sendi panggul
 Tersering pada traumatik  35 tahun
 Dislokasi bawaan sekitar 2 – 4 kasus per
1000 kelahiran, 80 – 85 % perempuan
Definisi
Suatu keadaan dimana caput
femoralis tulang paha keluar dari
acetabulum
Dislokasi panggul posterior
Pada trauma lebih banyak
Terjadi pada axis longitudinal pada femur flexi 90º dan sedikit adduksi
Klinis
Kaki berotasi internal, adduksi, sedikit
berfleksi dan tungkai lebih pendek
Sinar – x
Pada foto AP kaput femoris terlihat di luar
mangkuknya dan di atas acetabullum.
Pada kasus cedera berat atau pada fraktur
femur sebaiknya dilakukan foto pelvis.
KlasifikasiThompson-Epstein didasarkan pada penemuan
radiografi, yaitu:
Type I dislokasi tanpa fraktur atau dengan fragmen tulang yang
kecil.
Type II dislokasi dengan fragmen tulang yang besar pada bagian
posterior asetabulum
Type III dislokasi dengan fraktur bibir asetabulum yang komunitif.
Type IV dislokasi dengan fraktur dasar asetabulum.
TypeV dislokasi dengan fraktur kaput femur.
Penatalaksanaan
THE BIGELOW MANEUVER
telentang
Asisten menekan crista iliaca
ke arah meja
Operator melakukan manuver
traksi femur searah sumbu
endorotasi
eksorotasi
Ekstensi sendi panggu;
komplikasi
 Dini  lesi n. ischiadicus
 Lanjut  nekrosis avaskuler
 artrosis degeneratif
Dislokasi panggul anterior
 terjatuh dari suatu tempat tinggi dan menggeserkan
kaput femur di depan acetabulum.
Gejala klinis dan pemeriksaan
 Kaki dibaringkan eksorotasi, dalam posisi
abduksi
 Penderita tidak dapat bergerak fleksi secara
aktif ketika dalam keadaan dislokasi. Kaput
femur jelas berada di depan triangle femur.
sinar – x
Klasifikasi dislokasi sendi panggul
anterior menurut Epstein yaitu:
 Type I: Superior dislocations, including pubic
and subspinous
 IA No associated fractures
 IB Associated fracture or impaction of the
femoral head
 IC Associated fracture of the acetabulum
 Type II: Inferior dislocations, including
obturator, and perineal
 IIA No associated fractures
 IIB Associated fracture or impaction of the
femoral head
 IIC Associated fracture of the acetabulum
Penatalaksanaan
REVERSE BIGELOW
telentang
Fiksasi crista iliaca ke arah meja operasi
Traksi femur searah sumbu
(adduksi dan eksorotasi)
Endorotasi dan adduksi
femur
METODE ALLIS
telentang
Fiksasi crista iliaca ke arah
meja operasi
Traksi searah sumbu femur
+ endorotasi femur
Immobilisasi dengan skin
traksi dengan sedikit fleksi
sendi panggul
Endorotasi selama 2-3 minggu
Mobilisasi non weight bearing
2 – 3 minggu
Dislokasi panggul central
 karena gerakan abduksi yang berlebihan dari panggul
yang normal yang disebabkan karena trochanter mayor
bergerak berlawanan dengan pelvis untuk mengungkit
kaput femur keluar dari acetabulum.
• Gejala klinis dan pemeriksaan
• posisi abduksi dan tidak
dapat dibawa ke posisi
normal tanpa penyesuaian
dari pelvis
• Trochanter dan daerah
pinggul terasa nyeri sedikit
gerakan yang dapat
dilakukan
penatalaksanaan
Mengubah dislokasi ini menjadi dislokasi
panggul anterior / posterior
direduksi dengan cara yang tepat
Dislokasi panggul bawaan
 didiagnosis segera setelah bayi lahir
 Penyebab masalah ini masih belum diketahui
Gejala klinis
 kaki yang terkena akan terlihat lebih pendek dari yang lain, lipatan
kulit di paha akan muncul tidak merata, dan anak akan memiliki
fleksibilitas lebih sedikit pada sisi yang terkena
 Ketika ia mulai berjalan, dia akan mungkin lemas, berjalan di atas
jari-jari kakinya, atau "goncangan" seperti bebek
 tulang pinggul seringkali dapat didorong kembali ke
tempatnya pada anak berumur 6 bulan sampai 2 tahun
dan dilakukan di bawah anestesi.
 Jika pengurangan tertutup gagal untuk memperbaiki
masalah, operasi terbuka untuk memposisikan pinggul
mungkin diperlukan.
 Setelah anak lebih dari 2 tahun, reduksi tertutup tidak
lagi pilihan.
Dislokasi Siku
 Sendi siku umumnya sangat stabil dan
membutuhkan tenaga yang besar untuk dapat
terjadi dislokasi, paling banyak terjadi karena
jatuh dengan tangan posisi out-strechted.
 Posterior : siku hiperekstensi, abduksi lengan, supinasi
lengan bawah yang menyebabkan pergerakan
olecranon.
 Anterior: tenaga langsung yang terjadi pada lengan
posterior ketika siku dalam kondisi fleksi.
Definisi dislokasi siku
 Terlepasnya ulna dari humerus.
Epidemiologi
 Sering terjadi pada anak-anak.Most common
dislocation in children
 Pada dewasa merupakan tempat ke2 paling
tersering terjadinya dislokasi ini (bahu nomor 1)
 Jenis posterolateral dislokasi merupakan yang
paling sering terjadi
 Kejadian tertinggi pada umur 10-20 tahun,
berhubungan dengan olahraga.
 Lebih dari 50% disertai oleh fraktur.
Gejala Klinis
 Bengkak, deformitas, dan
tidak stabil.
 Posterior : ketika siku flexi
dengan penonjolan
olecranon, pada palpasi
olecranon berpindah dari
epikondilus.
 Anterior: siku tertahan
dalam ekstensi penuh,
lengan atas tampak
memendek dengan lengan
dalam posisi supinasi dan
elongasi.
Sinar - X
Klasifikasi
 Simple vs kompleks:
 Simple: hanya dislokasi
 Kompleks: dislokasi
dengan patah tulang
 Berdasarkan arah dari
perpindahan ulna
terhadap humerus :
 Posterior, posterolateral,
posteromedial, lateral,
medial, anterior
Penatalaksanaan
 Reduksi tertutup : koreksi
pergeseran medial atau
lateral diikuti dengan traksi
longitudinal dan fleksikan.
 Metode Parvin: pasien
berbaring secara pronasi
dengan seluruh ekstrimitas
atas menggantung dari kasur,
kemudian dilakukan traksi ke
bawah dengan menggunakan
pergelangan tangan selama
beberapa menit (metode A)
Penatalaksanaan (2)
 Metode Meyn & Quigley
: lengan bawah
menggantung dari kasur,
secara perlahan
dilakukan traksi pada
pergelangan tangan ke
arah bawah, olecranon
diarahkan menggunakan
tangan satunya. (metode
B)
• Dilakukan imobilisasi dengan long arm posterior splint
dengan siku membentuk 90o selama 1-2 minggu.
Komplikasi
 Lesi neurovaskuler
 Patah tulang terbuka
 Patah tulang yang berhubungan dengan
dislokasinya
 Ketiga komplikasi di atas harus segera diketahui
dan membutuhkan manajemen operasi
 Dislokasi simple dan tidak ada komplikasi dapat
ditatalaksana dengan reduksi tertutup, splinting,
dan di follow up tiap 1-2 minggu.
Terima kasih

More Related Content

Similar to PPT_ADP_DISLOK.pptx

CTEV Merupakan suatu kolwen euoewuwoirfw
CTEV Merupakan suatu kolwen euoewuwoirfwCTEV Merupakan suatu kolwen euoewuwoirfw
CTEV Merupakan suatu kolwen euoewuwoirfw
TharieEl1
 
6. trauma musculoscletal
6. trauma musculoscletal6. trauma musculoscletal
6. trauma musculoscletal
agus raharjo
 
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
Yulvi Hasrianti
 

Similar to PPT_ADP_DISLOK.pptx (20)

Presentation1(gulat)
Presentation1(gulat)Presentation1(gulat)
Presentation1(gulat)
 
Laminektomi
LaminektomiLaminektomi
Laminektomi
 
Biologi modul 1 kb 4
Biologi modul 1 kb 4Biologi modul 1 kb 4
Biologi modul 1 kb 4
 
Blok 5 skoliosis
Blok 5 skoliosisBlok 5 skoliosis
Blok 5 skoliosis
 
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptx
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptxPPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptx
PPT PATOBIOLOGI G. MUSKOLUSKELETAL.pptx
 
320844327 tibial-plateau
320844327 tibial-plateau320844327 tibial-plateau
320844327 tibial-plateau
 
Sistem Otot Kerangka
Sistem Otot KerangkaSistem Otot Kerangka
Sistem Otot Kerangka
 
365432788-slide-nyeri-bahu-pptx.pptx
365432788-slide-nyeri-bahu-pptx.pptx365432788-slide-nyeri-bahu-pptx.pptx
365432788-slide-nyeri-bahu-pptx.pptx
 
105810253 case
105810253 case105810253 case
105810253 case
 
Kebutuhan-Mobilisasii dan transfortasi pada lansia
Kebutuhan-Mobilisasii dan transfortasi pada lansiaKebutuhan-Mobilisasii dan transfortasi pada lansia
Kebutuhan-Mobilisasii dan transfortasi pada lansia
 
CTEV Merupakan suatu kolwen euoewuwoirfw
CTEV Merupakan suatu kolwen euoewuwoirfwCTEV Merupakan suatu kolwen euoewuwoirfw
CTEV Merupakan suatu kolwen euoewuwoirfw
 
JUMPER'S KNEE SURYANI.pptx
JUMPER'S KNEE SURYANI.pptxJUMPER'S KNEE SURYANI.pptx
JUMPER'S KNEE SURYANI.pptx
 
6. trauma musculoscletal
6. trauma musculoscletal6. trauma musculoscletal
6. trauma musculoscletal
 
Spondilitis tb
Spondilitis tbSpondilitis tb
Spondilitis tb
 
16 trauma-sendi-10-april-2013
16 trauma-sendi-10-april-201316 trauma-sendi-10-april-2013
16 trauma-sendi-10-april-2013
 
Sistem otot manusia
Sistem otot manusiaSistem otot manusia
Sistem otot manusia
 
Presentation THR
Presentation THRPresentation THR
Presentation THR
 
Kamis
KamisKamis
Kamis
 
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
 
Anatomi
AnatomiAnatomi
Anatomi
 

Recently uploaded

BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
Zuheri
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 

Recently uploaded (20)

MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
LAPSUS VERTIGO))))))))))))))))))))))))))
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptxPPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
PPT KELOMPOKperkembggannanan sdidtk pada anak1.pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 

PPT_ADP_DISLOK.pptx

  • 1. DISLOKASI BAHU DAN PANGGUL Pembimbing: Dr.Triarto Budi S. Sp.OT
  • 2. pendahuluan  kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi beberapa organ lunak.  Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka  macam trauma pada sendi: Kontusio sendi Joint strain Joint sprain Ruptur ligamen dislokasi
  • 3. Rumusan masalah 1. Apa Pengertian dari dislokasi? 2. Apa Etiologi dari dislokasi? 3. Bagaimanakah patofisiologis pada dislokasi? 4. Apa diagnosa dari dislokasi? 5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ? 6. Apa saja komplikasi nya ?
  • 4. definisi terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi • Kongenital • Patologik • Paralitik • traumatik klasifikasi • Akut • kronik • berulang Tipe klinik
  • 5. Etiologi dan patofisiologi  Cedera olahraga  Trauma  Patologi terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital penghubung tulang
  • 7. diagnosa  Anamnesa : 1. Ada trauma? 2. Mekanisme trauma 3. ada rasa sendi yang keluar 4. bila trauma minimal menjad dislokasi recurrens  Pemeriksaan klinik dan tanda : 1.Terjadi pembatasan gerak 2. deforrmitas hilangnya benjolan tulang yang normal pemendekan kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu 3. nyeri 4. ada pembengkakan 5. ROM terbatas
  • 8.  Pemeriksaan penunjang radiologi arah dislokasi fraktur? spasme otot  Komplikasi yang dapat menyertai dislokasi antara lain :  Fraktur  Kontraktur  Trauma jaringan
  • 9. penatalaksanaan  Reposisi segera  Dislokasi reduksi : dikembalikan ke tempat semula, perlu memakai anestesi jika dislokasi berat.  Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi  Dimobilisasi  gips, bidai, traksi  Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4x sehari.
  • 10. Dislokasi Bahu  ANATOMI Sendi Sternoklavikular Sendi Akromioklavikular sendi bahu  anterior posterior inferior
  • 11. Dislokasi sendi bahu anterior  Terjadi sering pada usia muda  Humerus terdorong ke depan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.
  • 12. gejala klinik  Lengan yang cedera ditopang oleh tangan sebelahnya  Deformitas, posisi px miring ke posisi yang sakit  Nyeri  Tonjolan teraba pada klavikula  Px tidak mampu menggerakan lengannya  Pada palpasi  di bawah akromion teraba kosong
  • 13.
  • 14. Sinar - x  Foto AP : Bayangan yang tumpang tindih antara kaput humerus dan fossa glenoid, kaput biasanya terletak dibawah dan medial terhadap mangkuk sendi.
  • 15. penatalaksanaan  Reposisi segera  Dengan indikasi :  tidak ada fraktur  tidak adanya defisit neurologi 1. nervus axilarry  sensorik di m.deltoideus 2. n.radialis  ekstensi tangan 3. a.brachialis  denyut nadi radialis
  • 16. Reposisi tertutup STIMPSON (tidak perlu anestesi) Tidur terlentang (lengan tergelantung ke bawah) Lengan diberi beban seberat 5 - 7,5 kg Selama 20-25 menit
  • 17. HIPPOCRATES Tidur terlentang Lengan ditarik ke distal,dan sedikit abduksi Kaki penolong ditekan ke axila (mengungkit kaput humerus ke lateral dan posterior) Bahu dipertahankan posisi endorotasi dengan penyangga dada min 3 minggu
  • 18. KOCHER(anatesi lokal) posisi siku fleksi, penolong menarik lengan atas ke arah distal gerakan eksorotasi dari sendi bahu gerakan adduksi dan fleksi pada sendi bahu gerakan endorotasi sendi bahu Difiksasi di dada dengan verband dan digantung sling 3 minggu
  • 19. komplikasi  Cedera plexus brachialis dan n. Axilaris yang menyebabkan terganggunya m.deltoid sehingga bahu tidak dapat diangkat abduksi  Robeknya muskulus tendineus cuff ( cuff rotator )  Patah tulang humerus  Rekurrens dislokasi bahu anterior
  • 20. Dislokasi bahu posterior  Jarang terjadi  Gaya tak langsung yang menyebabkan rotasi internal dan aduksi kuat. Gambaran klinis  Lengan tampak bengkak dan deformitas terkunci pada posisi aduksi dan rotasi interna, penonjolan kaput humeri dibagian posterior, bagian subakromion kosong  Aduksi terbatas tak dapat dirotasi ke arah external
  • 21.
  • 22. Pemeriksaan radiologi  Kaput humeris karena berotasi ke medial, bentuknya tampak abnormal (seperti bola lampu), jauh dari fossa glenoid (tanda glenoid kosong)
  • 23. penatalaksaan penderita tidur terlentang dengan lengan pada posisi aduksi lateral traksi sekaligus traksi searah sumbu lengan eksorotasi humerus setelah tereposisi Imobilisasi dengan mitela selama 3 minggu
  • 24. dislokasi bahu inferior  Kaput humerus terperangkap dibawah kavitas glenoidale sehingga terkunci dalam posisi abduksi.
  • 25. Dislokasi sendi panggul  Tersering pada traumatik  35 tahun  Dislokasi bawaan sekitar 2 – 4 kasus per 1000 kelahiran, 80 – 85 % perempuan Definisi Suatu keadaan dimana caput femoralis tulang paha keluar dari acetabulum
  • 26. Dislokasi panggul posterior Pada trauma lebih banyak Terjadi pada axis longitudinal pada femur flexi 90º dan sedikit adduksi
  • 27. Klinis Kaki berotasi internal, adduksi, sedikit berfleksi dan tungkai lebih pendek Sinar – x Pada foto AP kaput femoris terlihat di luar mangkuknya dan di atas acetabullum. Pada kasus cedera berat atau pada fraktur femur sebaiknya dilakukan foto pelvis.
  • 28. KlasifikasiThompson-Epstein didasarkan pada penemuan radiografi, yaitu: Type I dislokasi tanpa fraktur atau dengan fragmen tulang yang kecil. Type II dislokasi dengan fragmen tulang yang besar pada bagian posterior asetabulum Type III dislokasi dengan fraktur bibir asetabulum yang komunitif. Type IV dislokasi dengan fraktur dasar asetabulum. TypeV dislokasi dengan fraktur kaput femur.
  • 29. Penatalaksanaan THE BIGELOW MANEUVER telentang Asisten menekan crista iliaca ke arah meja Operator melakukan manuver traksi femur searah sumbu endorotasi eksorotasi Ekstensi sendi panggu;
  • 30. komplikasi  Dini  lesi n. ischiadicus  Lanjut  nekrosis avaskuler  artrosis degeneratif
  • 31. Dislokasi panggul anterior  terjatuh dari suatu tempat tinggi dan menggeserkan kaput femur di depan acetabulum.
  • 32. Gejala klinis dan pemeriksaan  Kaki dibaringkan eksorotasi, dalam posisi abduksi  Penderita tidak dapat bergerak fleksi secara aktif ketika dalam keadaan dislokasi. Kaput femur jelas berada di depan triangle femur. sinar – x
  • 33. Klasifikasi dislokasi sendi panggul anterior menurut Epstein yaitu:  Type I: Superior dislocations, including pubic and subspinous  IA No associated fractures  IB Associated fracture or impaction of the femoral head  IC Associated fracture of the acetabulum  Type II: Inferior dislocations, including obturator, and perineal  IIA No associated fractures  IIB Associated fracture or impaction of the femoral head  IIC Associated fracture of the acetabulum
  • 34. Penatalaksanaan REVERSE BIGELOW telentang Fiksasi crista iliaca ke arah meja operasi Traksi femur searah sumbu (adduksi dan eksorotasi) Endorotasi dan adduksi femur
  • 35. METODE ALLIS telentang Fiksasi crista iliaca ke arah meja operasi Traksi searah sumbu femur + endorotasi femur Immobilisasi dengan skin traksi dengan sedikit fleksi sendi panggul Endorotasi selama 2-3 minggu Mobilisasi non weight bearing 2 – 3 minggu
  • 36.
  • 37. Dislokasi panggul central  karena gerakan abduksi yang berlebihan dari panggul yang normal yang disebabkan karena trochanter mayor bergerak berlawanan dengan pelvis untuk mengungkit kaput femur keluar dari acetabulum. • Gejala klinis dan pemeriksaan • posisi abduksi dan tidak dapat dibawa ke posisi normal tanpa penyesuaian dari pelvis • Trochanter dan daerah pinggul terasa nyeri sedikit gerakan yang dapat dilakukan
  • 38. penatalaksanaan Mengubah dislokasi ini menjadi dislokasi panggul anterior / posterior direduksi dengan cara yang tepat
  • 39. Dislokasi panggul bawaan  didiagnosis segera setelah bayi lahir  Penyebab masalah ini masih belum diketahui Gejala klinis  kaki yang terkena akan terlihat lebih pendek dari yang lain, lipatan kulit di paha akan muncul tidak merata, dan anak akan memiliki fleksibilitas lebih sedikit pada sisi yang terkena  Ketika ia mulai berjalan, dia akan mungkin lemas, berjalan di atas jari-jari kakinya, atau "goncangan" seperti bebek
  • 40.  tulang pinggul seringkali dapat didorong kembali ke tempatnya pada anak berumur 6 bulan sampai 2 tahun dan dilakukan di bawah anestesi.  Jika pengurangan tertutup gagal untuk memperbaiki masalah, operasi terbuka untuk memposisikan pinggul mungkin diperlukan.  Setelah anak lebih dari 2 tahun, reduksi tertutup tidak lagi pilihan.
  • 41.
  • 42. Dislokasi Siku  Sendi siku umumnya sangat stabil dan membutuhkan tenaga yang besar untuk dapat terjadi dislokasi, paling banyak terjadi karena jatuh dengan tangan posisi out-strechted.  Posterior : siku hiperekstensi, abduksi lengan, supinasi lengan bawah yang menyebabkan pergerakan olecranon.  Anterior: tenaga langsung yang terjadi pada lengan posterior ketika siku dalam kondisi fleksi.
  • 43. Definisi dislokasi siku  Terlepasnya ulna dari humerus. Epidemiologi  Sering terjadi pada anak-anak.Most common dislocation in children  Pada dewasa merupakan tempat ke2 paling tersering terjadinya dislokasi ini (bahu nomor 1)  Jenis posterolateral dislokasi merupakan yang paling sering terjadi  Kejadian tertinggi pada umur 10-20 tahun, berhubungan dengan olahraga.  Lebih dari 50% disertai oleh fraktur.
  • 44. Gejala Klinis  Bengkak, deformitas, dan tidak stabil.  Posterior : ketika siku flexi dengan penonjolan olecranon, pada palpasi olecranon berpindah dari epikondilus.  Anterior: siku tertahan dalam ekstensi penuh, lengan atas tampak memendek dengan lengan dalam posisi supinasi dan elongasi. Sinar - X
  • 45. Klasifikasi  Simple vs kompleks:  Simple: hanya dislokasi  Kompleks: dislokasi dengan patah tulang  Berdasarkan arah dari perpindahan ulna terhadap humerus :  Posterior, posterolateral, posteromedial, lateral, medial, anterior
  • 46. Penatalaksanaan  Reduksi tertutup : koreksi pergeseran medial atau lateral diikuti dengan traksi longitudinal dan fleksikan.  Metode Parvin: pasien berbaring secara pronasi dengan seluruh ekstrimitas atas menggantung dari kasur, kemudian dilakukan traksi ke bawah dengan menggunakan pergelangan tangan selama beberapa menit (metode A)
  • 47. Penatalaksanaan (2)  Metode Meyn & Quigley : lengan bawah menggantung dari kasur, secara perlahan dilakukan traksi pada pergelangan tangan ke arah bawah, olecranon diarahkan menggunakan tangan satunya. (metode B) • Dilakukan imobilisasi dengan long arm posterior splint dengan siku membentuk 90o selama 1-2 minggu.
  • 48. Komplikasi  Lesi neurovaskuler  Patah tulang terbuka  Patah tulang yang berhubungan dengan dislokasinya  Ketiga komplikasi di atas harus segera diketahui dan membutuhkan manajemen operasi  Dislokasi simple dan tidak ada komplikasi dapat ditatalaksana dengan reduksi tertutup, splinting, dan di follow up tiap 1-2 minggu.