2. 2
BAHAN PEMBELAJARAN III
PENANGANAN TERHADAP KASUS COVID-19
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah
penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona
adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID-19 ini sampai saat ini masih belum diketahui.
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke
manusia melalui kontak erat dan droplet, tidak melalui udara. Orang yang
paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan
pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19. Rekomendasi
standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan
secara teratur, menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak
secara langsung dengan ternak dan hewan liar serta menghindari kontak
dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan
seperti batuk dan bersin. Selain itu, menerapkan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas kesehatan terutama unit
gawat darurat. Di Indoensia sendiri sampai dengan hari kamis tanggal 19
Maret 2020 pukul 00.00 kasus coronavirus mencapai 309 orang dengan 25
kasus kematian dan sembuh 15 orang (sumber:kemenkes.go.id). Oleh karena
itu mari bersama-sama mencegah penyebaran virus corona dengan berbagai
usaha. Dalam hal ini BKKBN mempunyai Penyuluh KB/Petugas Lapangan
KB sebagai "ujung tombak" atau "garda terdepan" yang bertugas
memberikan Penyuluhan, Pelayanan, Penggerakan dan Pengembangan
terkait Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
3. 3
Keluarga ke individu masyarakat/stakeholder. Oleh karenanya PKB dapat
berpartisipasi untuk mencegah penyebaran virus corona, agar tidak semakin
meluas dan mengurangi dampak yang ditimbulkan, sehingga dinamakan PKB
SIAGA COVID-19.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi pembelajaran Penanganan terhadap kasus Covid-
19 peserta mampu menerapkan penanganan Covid-19.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi pembelajaran ini peserta dapat:
1. Menjelaskan PKB SIAGA Cegah Covid-19.
2. Membantu memfasilitasi penanganan Covid-19 di Puskesmas/fasyankes.
II. WAKTU : 135 menit (3 JP)
III. RINCIAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Topik Waktu Metode Media
1 Penanganan
Terhadap Kasus
Covid-19
a. PKB SIAGA
Cegah Covid-19
b. SOP
Penanganan
Covid-19 di
Puskesmas/
Fasyankes
135 menit Live Chat Belajar
mandiri
1. Bahan
Pembelajaran
2. Bahan Tayang
3. Video singkat
IV. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
a. Peserta menyiapkan komputer/laptop.
b. Menyiapkan koneksi internet.
c. Memastikan jaringan lancer.
4. 4
V. MATERI PEMBELAJARAN
A. PKB SIAGA COVID-19
1. Pengertian
Perkembangan situasi dan kondisi dunia saat ini, di tengah merebaknya
wabah virus corona, maka PKB turut berpartisipasi dalam pencegahan penularan
virus corona khususnya di wilayah kerja masing-masing dan di Indonesia pada
umumnya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa kompetensi Penyuluh Keluarga Berencana
mempunyai kewajiban melaksanakan tugas fungsinya maka dituntut mampu
mengelola perubahan, komunikasi dan pelayanan publik, yang harus cepat dan
tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Seiring dengan pelaksanaan
tanggung jawab pada wilayah kerjanya untuk itu dicetuskan sebutan nama:
PKB SIAGA COVID-19, dengan akronim:
SI = SIap selalu
A = Antisipasi
G = Gangguan
A = CoronA
PKB SIAGA COVID-19 adalah PKB yang SIAP ANTISIPASI GANGGUAN
CORONA yang juga selalu siap mengedukasi, membantu dan memfasilitasi
masyarakat terhadap penyebaran, pencegahan dan penanganan virus corona di
wilayah tugasnya masing-masing.
2. Tujuan dibentuknya PKB SIAGA COVID-19 adalah:
a. PKB memiliki pengetahuan mengenai konsep dan penyebaran virus corona,
b. PKB memiliki rasa tanggung jawab dalam upaya pencegahan penyebaran virus
corona,
c. PKB memiliki keterampilan dalam upaya membantu penanganan memutus mata
rantai penyebaran virus corona.
3. Manfaat PKB SIAGA COVID-19, di antaranya:
a. Membantu masyarakat mendapatkan pemahaman terkait virus corona dengan
baik dan benar,
b. Membantu memperkecil potensi penyebaran virus corona di tengah masyarakat,
c. Membantu mencegah masyarakat terpapar virus corona,
5. 5
d. Membantu memfasilitasi masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
apabila ada masyarakat yang terpapar gejala virus corona.
4. Langkah-langkah tugas PKB SIAGA COVID-19 yaitu;
a. Senantiasa memantau perkembangan penyebaran virus corona di lingkup
tugasnya masing-masing, baik melalui internet maupun secara langsung,
b. Berkoordinasi dengan dinas kesehatan dan dinas yang terkait lainnya dalam
mencegah dan menangani wabah virus corona,
c. Melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pencegahan terjangkitnya virus
corona melalui media cetak dan media elektronik. Melalui media cetak dapat
berupa brosur/leafleat/poster. Melalui media elektronik dapat berupa media
sosial seperti WhatsApp, Youtube, Instagram dll, dengan sumber informasi dari
pelatihan yang telah diikuti,
d. Melaporkan kepada dinas kesehatan apabila mengetahui ada masyarakat
terpapar gejala virus corona,
e. Membantu masyarakat dalam penanganan paparan gejala virus corona untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan terdekat seperti di Puskesmas.
B. SOP Penanganan Pasien COVID-19
Pada BAB sebelumnya yang memaparkan tentang penggolongan orang
dengan kriteria Pasien Dalam Pengawasan (PDP) atau Orang Dalam Pengawasan
(ODP) (dalam BAB tentang konsep dan penyebaran Covid-19) yang akan
mempermudah dalam menindaklanjuti langkah apa yang akan diambil oleh tenaga
medis ketika pasien datang ke fasilitas kesehatan untuk memeriksakan diri dari
infeksi Covid-19. Pemeriksaan yang dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat
pertama (FKTP) seperti Puskesmas adalah dalam rangka pemilahan pasien apakah
tergolong ke dalam PDP atau ODP yang selanjutnya hanya akan dilakukan
pengawasan atau langsung di rujuk ke rumah sakit yang menjadi rujukan Covid-19.
1. Kasus Pasien dalam Pengawasan (PDP)
Ketika seorang pasien memenuhi kriteria PDP maka perlu dilakukan
pengawasan terhadap kontak erat keluarga ataupun petugas kesehatan yang
merawat pasien. Berikut kegiatan yang dilakukan terhadap kontak erat:
• Kontak erat risiko rendah
6. 6
Pengawasan dilakukan selama selama 14 hari sejak kontak terakhir dengan
pasien dalam pengawasan dan wajib melakukan karantina. Kontak erat risiko
rendah tidak memerlukan pengambilan spesimen. Apabila pasien dalam
pengawasan dinyatakan negatif COVID-19 maka kegiatan surveilans dan
pemantauan terhadap kontak erat dihentikan. Apabila pasien dalam
pengawasan dinyatakan probabel/positif COVID-(konfirmasi) maka pemantauan
dilanjutkan menjadi kontak erat risiko tinggi.
• Kontak erat risiko tinggi.
Pengawasan dilakukan selama 14 hari sejak kontak terakhir dengan probabel/
konfirmasi. Kontak erat ini wajib dikarantina dan dilakukan pengambilan
spesimen (hari ke-1 dan hari ke-14). Pengambilan spesimen dilakukan oleh
petugas laboratorium setempat yang berkompeten dan berpengalaman di lokasi
observasi Bila hasil pemeriksaan laboratorium positif maka pasien dirujuk ke
rumah sakit rujukan.
Langkah-langkah di Puskemas apabila menemukan Orang dalam kriteria PDP,
maka perlu perlu melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Tatalaksana sesuai kondisi pasien dan koordinasi dengan RS rujukan untuk
merujuk pasien menggunakan mobil ambulans.
b. Memberikan komunikasi risiko mengenai penyakit COVID-19 pasien,
keluarga dan
Masyarakat.
c. Fasyankes segera melaporkan dalam waktu 24 jam ke Dinkes Kab/Kota
setempat. Selanjutnya Dinkes Kab/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan
Provinsi.
d. Mengidentifikasi kontak erat yang berasal dari masyarakat maupun petugas
kesehatan
e. Melakukan penyelidikan epidemiologi selanjutnya, mengidentifikasi dan
pemantauan kontak erat berkoordinasi dengan Dinkes kabupaten/kota.
f. Melakukan pemantauan kontak erat.
g. Mencatat dan melaporkan hasil pemantauan kontak secara rutin dan
berjenjang.
2. Kasus Orang Dalam Pemantauan (ODP)
Orang dalam pemantauan wajib melakukan isolasi diri di rumah dan
dilakukan pengambilan spesimen (hari ke-1 dan hari ke-2). Pengawasan ini
7. 7
dilakukan berkala untuk mengevaluasi adanya perburukan gejala selama 14 hari.
Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium setempat yang
berkompeten dan berpengalaman baik di fasyankes atau lokasi pemantauan. Bila
hasil pemeriksaan menunjukkan positif maka pasien di rujuk ke RS Rujukan. Begitu
pula bila apabila orang dalam pemantauan berkembang memenuhi kriteria pasien
dalam pengawasan dalam 14 hari terakhir maka segera rujuk ke RS rujukan untuk
tatalaksana lebih lanjut. Petugas kesehatan dapat melakukan pemantauan melalui
telepon namun idealnya melakukan kunjungan secara berkala (harian) dan dicatat
pada formulir pemantauan harian Pemantauan dilakukan dalam bentuk
pemeriksaan suhu tubuh dan skrining gejala harian. Pemantauan dilakukan oleh
petugas kesehatan layanan primer dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan
setempat. Orang dalam pemantauan yang sudah dinyatakan sehat dan tidak
bergejala, ditetapkan melalui surat pernyataan yang diberikan oleh Dinas
Kesehatan.
Langkah-langkah yang dilakukan Puskesmas apabila menemukan Orang dalam
kriteria ODP, maka perlu perlu melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Tatalaksana sesuai kondisi pasien.
b. Komunikasi risiko mengenai penyakit COVID-19 baik kepada pasien, keluarga
dan masyarakat.
c. Pasien melakukan isolasi diri di rumah (lakukan edukasi cara isolasi mandiri)
tetapi tetap dalam pemantauan petugas kesehatan puskesmas (setiap hari)
berkoordinasi dengan Dinkes setempat. Bila terjadi perburukan segera rujuk ke
RS rujukan.
d. Fasyankes segera melaporkan secara berjenjang dalam waktu 24 jam ke Dinkes
Kabupaten/Kota/Provinsi.
e. Pengambilan spesimen di fasyankes atau lokasi pemantauan berkoordinasi
dengan Dinkes terkait pengiriman spesimen.
Bila kasus tidak memenuhi kriteria definisi operasional maka dilakukan:
1) Tatalaksana sesuai kondisi pasien
2) Komunikasi risiko kepada pasien
3. Pelaku Perjalanan Dari Negara/Area Terjangkit
Pelaku perjalanan dari negara/area transmisi lokal yang tidak bergejala wajib
melakukan monitoring mandiri terhadap kemungkinan munculnya gejala selama
8. 8
14 hari sejak kepulangan. Setelah kembali dari negara/area transmisi lokal
sebaiknya mengurangi aktivitas yang tidak perlu dan menjaga jarak kontak (≥ 1
meter) dengan orang lain. Jika dalam 14 hari timbul gejala, maka segera datangi
fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
VI. EVALUASI
1. Dilakukan selama proses pembelajaran e-learning melalui live chat.
2. Menjawab seluruh pertanyaan melalui link Quiz di E-Learning.
VII. REFERENSI
1. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID 19, Kemenkes 16 Maret 2020
2. Perban nomor 19 tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional
Penyuluh Keluarga Berencana
3. Surat Edaran Nomor 04 Tahun 2020 Tentang Mekanisme Bekerja Penyuluh
KB/Petugas Lapangan KB Dalam Kondisi Wabah Corona Virus Disease
(COVID-19).
4. www.kemenkes.go.id