3. I. PENGANTAR
Kaum muda adalah sosok yang selalu menarik perhatian
banyak orang: segala masalah dan persoalan yang
menghinggapi kehidupan mereka.
Kaum muda adalah sosok yang sangat menentukan adanya
masa depan. Kaum muda tidak hanya ada dan hadir , tetapi
banyak pihak yang menaruh harapan kepada mereka.
4. Masa muda adalah masa transisi dan pada saat ini mereka mencari
identitas diri mereka yang sesungguhnya. Karena mereka sedang mencari
identitas, maka tak jarang mereka selalu memberdayakan segala sesuatu
untuk menemukan siapa diri mereka sesungguhnya berhadapan dengan
sesama, dunia dan alam semesta.
Mereka berusaha agar meraka ada dan bukan sekedar ada tetapi
keberadaan mereka diperhitungkan serta diterima oleh orang lain. Mereka
berusaha merasa diterima dalam arti bahwa keberadaan mereka
diperhitungkan oleh orang lain. Ketika mereka diperhitungkan, maka
muncul rasa betah yang membuat mereka tidak mau lari menjauh dan
merasa bahwa inilah tempat tingal mereka untuk meletakan hidup dan
mengekspresikan segala daya yang mereka miliki.
5. Dalam kehidupan menggereja , yang dimaksud dengan gereja adalah semua umat
beriman dan kaum muda juga termasuk di dalamnya. Kaum muda adalah
kumpulan pribadi dari keluarga-keluarga yang sering disebut sebagai gereja kecil.
Keluarga adalah inti dari masyarakat, gereja dan komunitas. Dalam ketiga pilar ini,
egoisme individu dapat dikontrol oleh rasa cinta, kewajiban, tanggung jawab,
saling menghargai dan saling percaya. Kaum mudapun harus menjadi agen yang
menggerakkan ketiga pilar ini terutama dalam hidup menggereja. Oleh karena
kaum muda bukan umat yang berada di luar gereja, tetapi mereka adalah bagian
dari gereja atau dalam arti yang lebih dalam bahwa mereka adalah gereja itu
sendiri.
6. II. KEGELISAHAN KAUM MUDA
Kaum muda adalah penerus atau pawaris masa depan gereja. Kaum muda harus
masuk ke dalam sisi terdalam dari gereja. Kaum muda harus sadar bahwa mereka
bukan sebagai pribadi pasif dalam hidup menggereja, tetapi pribadi yang aktif .
Keaktifan mereka tampak dalam cara mereka menghayati hidup sebagai anggota
gereja yang penuh kesadaran dan bertanggungjawab.
Namun persoalan yang muncul adalah bahwa mereka merasa kurang disapa dan
tidak mendapat pelayanan yang bersifat pengayoman serta tidak membuat mereka
merasa betah. Liturgi sangat menjenuhkan, membosankan dan kurang gaul,
katanya.
OMK lantas menjadi salah satu WADAH bagi kaum muda untuk terlibat dalam
hidup menggereja.
7. III. KAUM MUDA BERBICARA TENTANG
GEREJA
GEREJA itu bagiku seperti apa?
Apa yang dapat AKU sumbangkan bagi GEREJA?