2. • Panggilan disebut vocatio: panggilan dari Allah kepada
seseorang atau sekelompok orang demi tugas tertentu.
Panggilan itu dimaksudkan untuk ikut serta di dalam seluruh
proses penciptaan (bdk. Kej 1:27) dan keselamatan.
• Dengan menjadi manusia orang dipanggil, diundang, diajak
untuk memenuhi pangilannya sebagai manusia. Penciptaan
Adam adalah gambaran tentang panggilan Allah terhadap
manusia untuk bersatu dengan Dia. Panggilan manusia itu
kemudian berkembang menjadi panggilan untuk menjadi umat
Allah.
• Dengan panggilan Abraham, panggilan itu dimaksudkan untuk
menjadi umat kesayangan Allah. Umat itu mendasarkan diri
pada panggilan untuk percaya kepada peranan Allah Yahweh,
satu-satunya Sembahan.
3. • Perjalanan umat Israel yang tidak selalu stabil memaksa
Yahweh untuk memanggil orang-orang khusus untuk
menjadi duta utusanNya. Allah memanggil mereka untuk
menyampaikan FirmanNya kepada umatNya. Di sinilah
muncul panggilan para nabi. Mereka dengan caranya
sendiri membantu Yahweh untuk menyadarkan umat itu.
• Panggilan kristiani adalah panggilan yang didasari oleh
kehadiran Kristus Yesus sebagai Allah yang menjadi
manusia.
• Kristus menghendaki supaya Gereja suci sebab Kristus
sendiri suci yaitu hidup bersatu dengan Bapa dalam Roh.
Semua orang dipanggil kepada kesucian menurut
kedudukannya (LG 40) masing-masing dan semua
dipanggil untuk merealisasikan kesucian itu.
4. • Panggilan khusus diberikan kepada orang-orang khusus agar mereka
mampu untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Penyerahan
diri yang total itu terwujud dalam kehidupan yang tidak terbagi-bagi
agar ia mempersembahkan diri seutuhnya tanpa melihat lagi ke
belakang (bdk. Lk 9:57-62).
• Secara konkrit orang menyerahkan diri kepada Allah lewat Yesus
Kristus dalam seluruh hidupnya dengan hidup sebagai perawan, miskin
dan taat.
• Hidup monastik kristiani sebagai suatu gerakan yang terpolakan secara
baku pertama kali muncul di padang gurun Mesir pada akhir abad
ketiga. Semangat monastik itu dipengaruhi secara mendalam oleh dua
peristiwa yang membentuk sebenarnya radikalisme kristiani, yakni
kemartiran dan hidup asketik yang dikonsakrirkan dalam kehidupan
keluarga.
• Tanda hidup bakti mereka: silentium dan askese (praksis keutamaan).
5. Selama abad ke-4 dan ke-5, hidup monastik Mesir menarik
minat banyak orang. Bentuk kehidupan macam itu
berkembang dalam bentuk institusional (atau lebih tepat
diinstitusionalisir oleh), khususnya oleh Pakhomeus dari
Tabenisi. Praksis hidupnya sederhana dan silentium.
Perkembangan hidup monastik pada Permulaan Abad
Pertengahan diwarnai oleh munculnya semangat hidup
monastik yang teratur.
Mereka menekankan tema-tema tentang pengosongan diri
seperti Kristus sebagai bentuk solidaritas dengan manusia
dan partisipasi kita di dalam hidupNya melalui hidup mistik
dan martabat kita sebagai anak adopsi dari Allah (Isac).
6. Setelah jaman keemasan berlalu muncul krisis spiritualitas
berhubungan dengan munculnya krisis Gereja sendiri berhadapan
dengan Protestan. Dalam sejarah hidup monastik bagian ini disebut
sebagai spiritualitas kontra reformasi.
hidup monastik hubungan pribadi seseorang dengan Allah secara
intensif sebagai jalan kesucian demi mencapai indentifikasi diri
dengan Kristus. Hidup monastik dipakai sebagai saran untuk
mengembangkan kesempurnaan khususnya lewat kontemplasi
penderitaan Kristus. Dua tahap mencapai kesempurnaan (theosis,
pengilahian manusia): kontemplasi dan transformasi.
Hidup monastik modern, memfokuskan diri pada kontemplasi dan
kemiskinan yang ekstrim
7. Dalam sejarah religius nampak dengan jelas bahwa langkah
pertama yang diambil oleh tokoh-tokoh religius bukanlah
untuk hidup miskin, taat dan selibat. Langkah pertama adalah
kehendak dan tekad untuk menghayati Injil sepenuh-
penuhnya.
Untuk itu, orang perlu mempunyai motivasi yang kuat dalam
mengikuti Kristus. Motivasi adalah suatu tenaga atau
dorongan yang ada di dalam diri manusia yang menimbulkan,
mengarahkan dan mengorganisasi tingkah laku manusia. Dari
kata ini muncul kata motif yang berarti alasan yang
menyebabkan seseorang bertindak. Oleh karena itu kata
motivasi berhubungan erat dengan kata “mengapa.”
8. Dalam hidup membiara, konkritisasi dari penyerahan diri
diwujudkan dengan mengikrarkan ketiga kaul: kemiskinan,
ketaatan, selibat (keprawanan).
Maksud ketiga kaul ini adalah agar mereka yang mengikrarkan
tidak terbagi hati dan terus-menerus mengarahkan dirinya melulu
kepada Allah. Ketiga kaul ini kemudian dilihat sebagai penyerahan
diri kita seperti yang ditunjukkan oleh kedua belas rasul: hadir dan
berjalan bersama Yesus kemana saja
Sebelum Konsili Vatikan II, rumusan kaul mempunyai urutan
sebagai berikut: kemiskinan-keprawanan-ketaatan. Rumusan ini
diinspirasi oleh teologi korban.
Konsili Vatikan II mengubah urutannya menjadi: keprawanan-
kemiskinan-ketaatan yang didasarkan pada teologi cinta sebagai
bentuk penyerahan diri.
9. Hidup rohani adalah ikut serta dalam hidup Tritunggal Maha
Kudus, yang bersemayam dalam diri kita supaya kita
dijadikan serupa dengan citra Putera Allah.
Hidup religius apapun bentuknya adalah “hidup yang
dibaktikan kepada Allah”. Arah dan orientasinya adalah Allah
sendiri. Allah menjadi pusat dan dasar hidup itu.
Doa dan hidup bersama saling membantu, saling mendukung
dan saling melengkapi serta menyempurnakan demi
perkembangan hidup bakti itu sendiri. Doa yang sejati akan
menyuburkan hidup bersama dan hidup bersama yang sejati
akan semakin memperdalam doa.
10. Kesucian adalah panggilan hidup yang berlaku untuk semua
orang. Tidak orang yang mengklaim bahwa kesucian itu milik
kelompok tertentu. Semua manusia dipanggil untuk menjadi
suci.
Dalam terang pendapat di atas kita ingin membangun fokus
perhatian kita kepada kemuridan. Kemuridan berarti menjadi
murid dari seseorang atau dari sebuah sekolah. Dengan
menjadi murid berarti orang belajar dari sang guru atau dari para
guru di sebuah sekolah.
Panggilan menjadi murid pertama-tama didasarkan pada
hubungan pribadi dengan Sang Guru. Panggilan kepada
kesucian pertama-tama adalah panggilan untuk menjadi Murid
Kristus. Kebersamaan hidup denganNya menjadi jaminan utama
untuk menjadi suci.
11. Ada tiga kriteria bagi kesucian secara moral, yakni:
1) setiap tindakan dari orang itu adalah “sedapat mungkin baik secara
moral” (as morally good as possible).
2) orang itu sendiri adalah secara moral layak sebagaimana adanya
(morally worthy as can be).
3) kehidupannya didominasi oleh komitmennya untuk memperbaiki
kesejahteraan sesamanya atau masyarakat sekitarnya sebagai suatu
keseluruhan.
Pada umumnya, seorang suci jelaslah sebagai seorang “agak aneh”
(eksentrik) dan seorang yang membosankan.
Hidup mereka tranparan: dalam keberadaan dan tindakannya, cinta
dan kehadiran ilahi bersinar melalui mereka sedemikian luas sehingga
orang lain mengakui ini dan melihat mereka sebagai paradigma dalam
kemuridan kristiani.
12. Citra: gamabran atau penilaian terhadap orang
secara normatif layak diidam-idamkan sesuai
panggilannya.
Maka citra Imam Indonesia: “Cita rasa Indonesia”
Yakni: sbg pemimpin rohani, pendoa, pelayan,
nabi dan misionaris
13. Masyarakat Indonesia religius: imam haruslah seorang
pembimbing rohani karena ia ahli dlm hidup dalam roh
spy umat mendapat pengalaman iman akan Tuhan dan
bukan takhyul (bdk EF 3:18-19)
Memberi makna pd peristiwa hidup
Memiliki wawasan yg luas ketuhanan di Indonesia
Bekerja sama dg pemuka masyarakat atau pemuka
agama
Bersatu dg uskup dan presbyterium
Karena ia harus: sabar dan lemah lembut (2Tim 2:25),
mahir dalam teologi, menjadi sahabat dan terbuka
14. Imam adalah pendoa. Hidup doanya meresapi
hidup dan pastoralnya
Budaya Indonesia menghargai doa karena
dianggap sbg kekuatan “magis” dariseorang imam
Teladan doa seorang sangat diharapkan
15. Imam harus melawan arus feodal: imam dihormati
karena pemimpin imam pelayan (Mrk 10:45)
Imam memberi “orintasi iman” kepada umat saling
melayani, melihat aspek iman di balik tindakan
dan kegiatannya
Membina kerterlibatan sosial
16. Menyuarakan suara kenabian dg menempatkan
diri di pihak mereka yang lemah, tertindas, miskin
dan tersingkir
Mengusahakan apa yg benar dan baik
Menghindari konflik, tidak kehilangan arah dan
mengatasi kesulitan dg baik
17. Imam terus menerus mempelajari nilai-nilai injili yg
di dalam masyarakat kita dan
mengintegrasikannya dlm karya pastoral mereka
(AG, EN, RM)
Menyelami masyarakat dan gejolak (tahu peta
masyarakat)
So, matang dalam berpikir, inovasi dan mahir
dalam berpastoral
18. SAAT INI SEMINARI MENENGAH DI INDONESIA TERCATAT 33
BH DENGAN JUMLAH SEMINARIS 4216 (2009: 3.819) SISWA
CALON IMAM TINGKAT SEMINARI MENENGAH ADALAH
LULUSAN SMP USIA RATA-RATA 15-17 TAHUN
USIA REMAJA SEDANG DALAM PROSES KEMATANGAN
FISIK, SEKSUAL, SOSIAL DAN PSIKOLOGIS. BILA TIDAK ADA
MASALAH MAKA CALON AKAN BERTUMBUH DAN
BERKEMBANG MENJADI SEORANG REMAJA YANG SEHAT
SECARA SOSIAL, CALON BERADA DALAM TAHAP MENCARI
TEMAN SEBAYA (PEER-GROUP)
SECARA PSIKOLOGIS, CALON SEDANG BERADA DALAM
PROSES MENCARI IDENTITAS DIRI SEHINGGA CENDERUNG
MEMPERTANYAKAN SOAL NILAI-NILAI, ATURAN DAN
OTORITAS DI LINGKUNGANNYA
19. SAAT INI SEMINARI TINGGI DI INDONESIA
BERJUMLAH 12 DAN SEKOLAH TINGGI
FILSAFAT TEOLOGI/FAKULTAS
FILSAFAT/FAKULTAS TEOLOGI BERJUMLAH
11. JUMLAH FRATER DIOSESAN 1229
TOTAL FRATER SEKITAR 2450 ORANG
PEMATANG SIANTAR, JAKARTA, BANDUNG,
YOGYAKARTA, MALANG, PONTIANAK,
FLORES, KUPANG, MANADO, PAPUA,
SURABAYA
20. 1. TAHUN ORIENTASI ROHANI (TOR/NOVISIAT)
2. TAHUN STUDI FILSAFAT
3. TAHUN ORIENTASI PASTORAL/PRAKTEK
PASTORAL (S1)
4. TAHUN STUDI TEOLOGI (BACHELORIAT)
5. TAHUN DIAKONAT (AD AUDIENDAS)
6. TAHUN TAHBISAN IMAM
21. KEADAAN UMUM SEMINARI MENEGAH RELATIF
BAIK NAMUN SEMINARI2 DI JAWA MEMPUNYAI
KECENDRUNGAN MENURUN 15-20%
MINIMNYA PANGGILAN ITU BISA JADI DISEBABKAN
OLEH: KB (2 ANAK SAJA), KEHIDUPAN KOTA
RELATIF MAKMUR, SIKAP HIDUP HEDONIS (TIDAK
MAU BERKORBAN UTK ORANG LAIN), EMAN2
MEMBERIKAN ANAK KE SEMINARI (APALG KALAU
PINTAR), TERLANJUR MENGENAL “PACAR” SEJAK
KECIL, KURANG ORIENTASI KEAGAMAAN/ROHANI,
TIDAK MENARIK MENJADI IMAM, IMAM JG TIDAK
MEMBERI KESAKSIAN HIDUP YG LEBIH BAIK,
MATERIALISTIS, BIAYA SEMINARI MAHAL, DLL
22. UMUMNYA DARI KELUARGA PETANI
(SEDERHANA), DARI DESA, TERLIBAT DI
DALAM KEHIDUPAN KEAGAMAAN/ROHANI,
BELUM “TERKONTAMINASI” DG HIDUP
MODERN, KESAKSIAN IMAM DI DESA2
MASIH MENARIK PERHATIAN, SENANG
MELAYANI, DEKAT DG ALAM, DLL
UMUMNYA DARI LUAR JAWA, SECARA
KHUSUS DARI INDONESIA TIMUR
UMUMNYA SEDERHANA (MENENGAH KE
BAWAH)
23. UTK BEROPERASINYA SEBUAH SEMINARI
DIBUTUHKAN BIAYA YG CUKUP TINGGI.
UTK SEBUAH SEMINARI MENENGAH -TINGGI: SEKITAR
1-2 MILYAR SETAHUN DG RINCIAN: GAJI
GURU/KARYAWAN, MAKAN-MINUM, UANG KULIAH,
PERPUSTAKAAN, SAKIT, LISTRIK,MOBIL, DLL
SUMBER DANA; UANG SEKOLAH/ASRAMA,
PROPAGANDA FIDE, KEUSKUPAN, GOTAUS,
DONATUR???
UTK MENJADI SEORANG IMAM DIBUTUHKAN SEKITAR
800-900 JUTA SECARA KESELURUHAN
BIARA? CARI SENDIRI....