2. TATTOO BUKAN KRIMINAL
Tulisan ini saya buat untuk menjelaskan latar belakang dan alasan kenapa saya
memutuskan untuk mengambil pilihan hidup dengan tattoo di tubuh saya. Semoga
dengan tulisan ini akan memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang pilihan
hidup saya. Saya berharap mendapat pengertian dan sangat bersyukur jika keberadaan
saya dapat diterima apa adanya. Saya mencoba menyampaikan bahwa saya bukan
seorang kriminal demi orang-orang yang saya sayangi.
TATTOO berasal dari bahasa Tahiti “tatu” yang konon artinya tanda/ menandakan
sesuatu. Tattoo adalah sebuah karya seni menghias bagian tubuh dengan gambar-
gambar tertentu untuk membuat bagian tubuh tersebut tampak indah. Tattoo adalah
suatu tanda/gambar/lukisan pada bagian (anggota) tubuh yang dibuat dengan
memasukkan pigmen ke dalam kulit. Seni tattoo ini sudah ada sejak 12.000 tahun
sebelum masehi. Pada hakikatnya, semula tattoo digunakan oleh kalangan suku-suku di
dunia sebagai kebanggaan, penandaan wilayah, derajat, pangkat, simbol keberanian,
keberuntungan, status sosial, kecantikan, kedewasaan, harga diri, bahkan menandakan
kesehatan seseorang.
Zaman dahulu tattoo merupakan ritual bagi suku-suku kuno seperti Maori, Inca,
Ainu, Polynesians, dll. Bangsa Yunani kuno memakai tattoo sebagai tanda pengenal para
anggota dari badan intelijen mereka, alias mata-mata perang pada saat itu. Di sini tattoo
menunjukan pangkat dari si mata-mata tersebut. berbeda dengan bangsa Romawi,
mereka memakai tattoo sebagai tanda bahwa seseorang itu berasal dari golongan budak,
dan Tattoo juga dirajahi ke setiap tubuh para tahanannya. Suku Maori di New Zealand
membuat Tattoo berbentuk ukiran-ukiran spiral pada wajah dan pantat. Menurut mereka,
ini adalah tanda bagi keturunan yang baik. Di Kepulauan Solomon, Tattoo ditorehkan di
wajah perempuan sebagai ritus untuk menandai tahapan baru dalam kehidupan mereka.
Hampir sama seperti di atas, orang-orang Suku Nuer di Sudan memakai Tattoo untuk
menandai ritus inisiasi pada anak laki-laki. Orang-orang Indian melukis tubuh dan
mengukir kulit mereka untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status sosial
tertentu.
Di Indonesia orang-orang Mentawai di kepulauan Mentawai, suku Dayak di
Kalimantan, dan suku Sumba di NTB, sudah mengenal tattoo sejak jaman dulu. Menurut
para peneliti “tattoo” di Indonesia, Tattoo Mentawai adalah yang tertua di dunia yang
dikenal sebagai Titi. Jadi, tattoo merupakan budaya “ASLI” Indonesia, bukan di-impor
dari budaya barat. Di kalimantan, seni tattoo digunakan sebagai lambang atau penanda
kedewasaan seseorang, terutama bagi kaum pria di daerah tersebut. Di suku Mentawai,
tattoo memiliki fungsi sebagai simbol keseimbangan alam dan tidak dibuat dengan
sembarangan. Sebelum pembuatan tattoo dilaksanakan, ada Panen Enegaf alias upacara
3. inisiasi yang dilakukan di Puturkaf Uma (galeri rumah tradisional suku mentawai).
Upacara ini dipimpin oleh Sikerei (dukun). Setelah upacara ini selesai, barulah proses
Tattoo-nya dilaksanakan.
Secara umum, fungsi tattoo terdiri dari dua kelompok besar, yaitu fungsi pribadi
dan fungsi sosial. Fungsi pribadi meliputi: Tattoo sebagai sebuah karya seni. Dalam
batasan ini tattoo berfungsi sebagai ekspresi pengalaman hidup, yang berfungsi juga
sebagai “pengingat/kenangan” dan hiasan tubuh. Fungsi lainnya adalah sebagai ekspresi
religiusitas, terapi dan relaksasi, pekerjaan bagi sang seniman, jimat, daya tarik seks,
keamanan diri, dan sebagai cover up. Dalam hubungannya dengan fungsi sosial, tattoo
berfungsi sebagai lambang kelompok suatu komunitas. Fungsi lainnya sebagai sarana
sosialisasi dan menumbuhkan rasa percaya diri (pede) individu baik di dalam maupun di
luar kelompok. Makna tanda pada setiap tattoo memiliki arti yang pada umumnya
berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan seperti cinta, ketulusan, pengorbanan,
kebenaran, kesalahan masa lalu, dan obsesi/tujuan hidup. Ada juga penggambaran dunia
sesudah kematian sebagai ungkapan religius.
Image tentang tattoo, masih beraneka ragam. Tapi umumnya masyarakat masih
menilai tattoo itu menyeramkan karena sangat bersahabat dengan pelaku kriminal. Lalu
kenapa tattoo identik dengan symbol kriminal? Awalnya, tattoo identik dengan symbol
kriminal karena ketika zaman Romawi, para tahanan dirajahi (mentattoo) tubuh mereka
agar mudah dikenali. Di Indonesia, image tattoo menjadi buruk karena adanya stempel
yang dilekatkan pada kriminal kambuhan (gali) di masa proyek intelejen penembakan
misterius (petrus) dekade 80-an yang kebanyakan memiliki tattoo. Yang menjadi
pertanyaan adalah : Apakah semua orang bertatto adalah penjahat? Apakah semua
penjahat selalu punya tattoo? Seandainya penjahat sekalipun, apakah mereka tidak
punya hak untuk bertobat? Bukankan Tuhan selalu memberi kesempatan dan sangat
senang melihat umat-Nya kembali kepada jalan-Nya? Bukankah banyak juga orang yang
tidak bertattoo tetapi tidak bertanggung jawab, membunuh, pecandu narkoba, koruptor
atau kejahatan yang lainnya? Kenapa sebagian orang menilai orang lain hanya dari
luarnya saja? Bukankah lebih baik mantan penjahat menjadi orang baik, daripada orang
baik berubah menjadi orang jahat? Apakah ada manusia yang sempurna di dunia ini?
Bagi saya, tattoo merupakan sebuah ungkapan hati yang paling dalam sebagai
simbol untuk berfilsafat dan mengenang suatu peristiwa hidup yang berperan besar
dalam membentuk karakter saya. Tattoo menggambarkan suatu nilai hidup yang sangat
berharga dari pengalaman manis-pahit masa lalu saya dan menjadi ispirasi yang
mendalam bagi saya dalam meniti perjalanan hidup ke depan yang lebih baik. Komitmen
seumur hidup yang saya ikat dengan tattoo merupakan cerminan tekad yang bulat
sebagai bentuk apresiasi terhadap sesuatu yang patut saya perjuangkan dan diabadikan
dalam kehidupan saya. Tanda gambar yang terpatri dalam tubuh saya merupakan
motivasi dan tongkat waspada yang kuat dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan hidup
yang tersirat pada makna yang dikandung di dalam tattoo saya.
4. Saya dibesarkan di sebuah pelosok desa sebagai warga minoritas. Keluarga kami
hidup sederhana dengan perjuangan yang sangat keras. Saya kurang mendapatkan
bimbingan rohani dari siapapun. Orang tua saya sibuk berjuang melawan sulitnya
kehidupan kami, sehingga mereka jarang punya waktu hanya untuk sekedar mengajari
saya berdoa. Untuk pergi ke tempat ibadah harus menempuh jarak yang sangat jauh
dengan sarana dan prasarana yang terbatas pada saat itu, sehingga kami jarang ke
gereja. Di sekolah sejak SD sampai dengan SMP tidak tersedia guru agama katholik
karena siswa katholik sangat terbatas, sehingga saya tidak pernah dididik dan dikenalkan
dengan Tuhan Yesus secara baik. Baru setelah SMA saya mulai belajar sendiri tentang
Alkitab dari teman-teman. Saat saya baru kelas II SMA, ibu saya meninggal. Mulai saat
itu kehidupan keluarga kami terasa makin berat dan hati saya sangat terpukul. Mulai
saat itu saya selalu protes kepada Tuhan dan mencari alasan yang kuat untuk
meninggalkan Tuhan. Saya makin serius mempelajari dan mengkaji Alkitab dengan
tujuan untuk mencari kelemahan dalam Alkitab supaya saya punya dalih untuk
meninggalkan Tuhan.
Saya kaji Alkitab tiap malam selama 5 tahun hingga saya berada di bangku
kuliah. Pada tahun 2005, hati saya makin bergejolak, marah, gelisah dan tidak tenang
dengan hasil kajian saya selama ini. Di dalam Alkitab yang saya obok-obok, tidak ada
satupun kelemahan yang saya temukan, tetapi justru kebenaran yang makin terlihat
dengan jelas. Saya makin terpuruk dengan makin beratnya kehidupan yang saya alami.
Dengan sangat terpaksa oleh keadaan saya sering tidak aktif kuliah hanya untuk bekerja,
bahkan sampai saya sempat jadi cleaning service membersihkan toilet di Ambarukmo
Plaza.
Pada puncaknya saya
menyerah, jatuh tersungkur di
hadapan Tuhan dan menyerahkan
segala beban saya di bawah kaki-
Nya. Betapa indahnya mujizat
Tuhan, pada saat itu juga hati
saya terasa jauh lebih damai dan
kuat daripada sebelumnya. Saya
mulai melihat anugerah-anugerah Tuhan yang di limpahkan kepada saya, dimana
sebelumnya tidak pernah saya syukuri. Saya baru sadar bahwa Tuhan selalu
mendampingi dan mencari saya walaupun saya berusaha untuk lari dari-Nya. Mulai saat
itu pula saya bertekad dan berkomitmen untuk meluapkan kebahagiaan saya dalam
ekspresi seni sebuah tattoo. Saya sudah memikirkan masak-masak dan saya tidak akan
pernah menyesalinya karena saya merasa bukan penjahat, tidak pernah membunuh,
tidak pernah bergaul dengan narkoba, anti korupsi atau kejahatan yang lainnya.
5. ARTI TATTOO SAYA :
Tulisan “JESUS A KING” :
Merupakan pengakuan iman bahwa hanya Tuhan Yesus Kristus yang menjadi Raja
dalam hidup saya, yang memimpin, menjaga dan membimbing setiap jejak langkah
dalam mengarungi kehidupan di dunia ini dan saat saya mati.
Gambar “Salib yang berdarah dihimpit belukar berduri” berada di punggung:
Merupakan kisah perjalanan iman saya yang dihimpit oleh pahitnya kehidupan namun
wajib saya panggul, dimana setiap tetes darah yang tertumpah merupakan suatu
tanda kehidupan oleh karena saya senantiasa menggantungkan hidup kepada Tuhan
Yesus Kristus.
6. Tribal
Tunas/Kuncup
Semak Belukar
Kilat Api
Sinar/Cahaya
Kayu Salib
Iesus Nazareus Rex Iudaeorum
Bunga Mawar
Daun Mawar
Gambar “Opera Kehidupan” :
Saya sebagai umat katholik (Kayu Salib) yang konservatif (Tribal) senantiasa
berusaha taat kepada nilai-nilai yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus (INRI).
Hidup harus berjuang melawan kerasnya himpitan kehidupan (Semak Belukar).
Namun Roh Kudus (Kilat Api) senantiasa membimbing langkah saya dan menjaga
iman saya supaya tetap hidup (Daun Mawar). Saya akan selalu berusaha semoga
mampu berkembang (Bunga Mawar) memberi keharuman dalam keluarga dan
masyarakat melalui karya-karya saya. Bersama Tuhan Yesus Kristus selalu ada
harapan-harapan baru (Tunas/Kuncup) yang lebih baik, dan semoga dalam
perjalanan saya mampu menjadi terang (Sinar/Cahaya) bagi sesama.
Tattoo adalah bagian dari seni, bukan lagi untuk dunia kekerasan dan
kriminalitas. Tattoo sebuah ajang ekspresi seseorang, baik si artist (pembuat tattoo)
atau pecinta tattoo sendiri. Layaknya lukisan, tattoo sendiri mempunyai makna dibalik
sebuah gambarnya. Dan adalah tugas para pecinta tattoo untuk membuat dan
mempertahankan image postif di kalangan masyarakat.
***** TERIMA KASIH *****