1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kondisi kritis merupakan suatu kondisi krusial yang memerlukan
penyelesaian atau jalan keluar dalam waktu yang terbatas. Pasien kritis
adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem
tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi.
Pasien dalam kondisi gawat membutuhkan pemantauan yang canggih dan
terapi yang intensif. Suatu perawatan intensif yang menggabungkan
teknologi tinggi dengan keahlian khusus dalam bidang keperawatan dan
kedokteran gawat darurat dibutuhkan untuk merawat pasien yang sedang
kritis (Vicky, 2011).
Intensive Care Unit (ICU) atau Ruang Rawat Intensife merupakan
bagian yang tidak akan pernah terlepaskan dari pengembangan sebuah
rumah sakit. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Intesive Care Unit (ICU) di rumah sakit
menyebutkan bahwa ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang
mandiri (instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus
dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan
dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-
penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa
dengan prognosis dubia (Kepmenkes No. 1778, 2010).
Isu yang dihadapi oleh perawat keperawatan kritis yaitu
peningkatan pasien berpenyakit kritis, peningkatan teknologi yang makin
kompleks, peningkatan populasi usia lanjut, dilema etik, tekanan biaya dan
perubahan dalam sistem pemberian pelayanan termasuk keperawatan
(Hudak dan Gallo, 2011). Seorang perawat kritis yaitu perawat
1
2. profesional yang bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis
serta keluarganya dalam mendapatkan pelayanan keperawatan yang
optimal. Untuk pasien yang kritis, waktu adalah vital.
Perawat intensive dalam memberikan pelayanannya mengacu pada
standar keperawatan kritikal, serta memiliki peran dan fungsi yang penting
dalam keperawatan kritis agar dapat melakukan perawatan dengan tepat
sesuai dengan kompetensi perawat intensive.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
membuat makalah yang berjudul “Peran dan Fungsi Keperawatan Kritis”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu bagaimana pemahaman dan
penerapan tentang peran dan fungsi keperawatan kritis.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep peran dan fungsi keperawatan kritis
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini yaitu:
a. Menjelaskan konsep peran keperawatan kritis
b. Menjelaskan konsep fungsi keperawatan kritis
D. Manfaat
1. Teoritis
Dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi perawat yang berada di
pelayanan keperawatan kritis dalam memahami peran dan fungsi
dalam memberikan pelayanan keperawatan.
2. Praktisi
Dapat digunakan sebagai dasar dalam mengaplikasikan peran dan
fungsi peawat dalam menangani penyakit di area keperawatan kritis
2
3. E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini terdiri dari empat bab yaitu bab I
terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan
sistematika penulisan, bab II terdiri dari telaah pustaka, bab III terdiri dari
pembahasan dan bab IV penutup terdiri dari kesimpulan dan penutup
3
4. BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Peran Keperawatan Kritis
Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan
pasien yang berkualitas tinggi dan komprehensif. Untuk pasien yang kritis,
waktu adalah sesuatu hal yang vital. Proses keperawatan memberikan
suatu pendekatan yang sistematis, dimana perawat keperawatan kritis
dapat mengevaluasi masalah pasien dengan cepat.
ICU atau intensive care unit dimulai pertama kali pada tahun 1950-an.
Kegawat daruratan dalam keperawatan berkembang sejak tahun 1970-an.
Sebagai contoh, kegawatan di unit operasi kardiovaskuler, pediatric, dan
unit neonates. Keperawatan gawat darurat secara khusus berkonsentrasi
pada respon manusia pada masalah yang mengancam hidup seperti trauma
atau operasi mayor. Pencegahan terhadap masalah kesehatan merupakan
hal penting dalam praktik keperawatan gawat darurat.
1. Peran Perawat Secara Umum
menurut UU Keperawatan No. 38 Tahun 2014 peran perawat meliputi:
a. pemberi Asuhan Keperawatan
b. penyuluh dan konselor bagi Klien
c. Pengelola Pelayanan Keperawatan
d. Peneliti Keperawatan;
e. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
f. pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
4
5. 2. Peran Perawat Keperawatan Intensif
menurut standar pelayanan keperawatan di ICU Menurut Depkes
(2006) peran perawat sejalan dengan tujuan keperawatan
intensifmeliputi:
a. Menyelamatkan kehidupan
b. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui
observasi dan monitoring yang ketat disertai kemampuan
menginterpretasikan setiap data yang didapat dan melakukan
tindak lanjut.
c. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan
kehidupan
d. Mengoptimalkan kemmapuan fungsi organ tubuh pasien
e. Mengurangi angka kematian dan kecacatan pasien kritis dan
mempercepat proses penyembuhan pasien.
3. Kompetensi Perawat Intensif
Untuk dapat memberikan pelayanan sesuai dengan kompleksitas
pasien di ICU maka di butuhkan perawat yang memiliki kompetensi
klinis ICU. Kompetensi minimal/dasar dan khusus/lanjut dapat dilihat.
KOMPETENSI DASAR MINIMAL KOMPETENSI
KHUSUS/LANJUT
1. Memahami konsep
keperawatan intensif
2. Memahami issue etik dan
hukum pada perawatan intensif
3. Mempergunakan keterampilan
komunikasi yang efektif untuk
mencapai asuhan yang
optimal.
4. Melakukan pengkajian dan
menganalisa data yang di dapat
1. Seluruh kompetensi
dasar no 1 s/d 23
2. Mengelola pasien
yang menggunakan
ventilasi mekanik
3. Mempersiapkan
pemasangan keteter
arteri
4. Mempersiapkan
pemasangan kateter
5
6. khususnya mengenai: henti
nafas dan jantung, status
pernafasan, gangguan irama
jantung, status hemodinamik
pasien dan status kesadaran
pasien
5. Mempertahankan, bersihkan
jalan nafas pada pasien yang
terpasang ETT
(Endo Trackeal Tube)
6. Mempertahankan potensi jalan
nafas dengan menggunakan
ETT
7. Melakukan fisioterapi dada
8. Memberikan terapi inhalasi
9. Mengukur saturasi oksigen
dengan menggunakan pulse
oxymetri
10. Memberikan terapi oksigen
dengan berbagai metode
11. Melakukan monitoring
hemodinamik non invasive
12. Memberikan BLS (Basic Life
Support) dan ALS (advanced
life support)
13. Melakukan perekaman
elektrokardiogram (EKG)
14. Melakukan interprestasi hasil
rekaman EKG:
15. Melakukan pengambilan
contoh darah untuk
pemeriksaan analisa gas darah
(AGD)
16. Melakukan interprestasi hasil
pemeriksaan AGD
17. Melakukan pengambilan
terhadap hasil analisa untuk
pemeriksaan elektrolit
18. Mengetahui koreksi terhadap
hasil analisa gas darah yang
tidak normal
19. Melakukan interprestasi hasil
foto thorax
20. Melakukan persiapan
pemasangan Water Seal
vena sentral
5. Mempersiapkan
pemasangan kateter
arteri pulmonal
6. Melakukan
pengukuran curah
jantung
7. Melakukan
pengukuran tekanan
vena sentral
8. Melakukan
persiapan
pemasangan Intra
Aortic Baloon Pump
(IABP)
9. Melakukan
pengelolaan asuhan
keperawatan pasien
yang terpasang
IABP
10. Melakukan
persiapan
pemasangan alat
hemodialysis,
hemofiltrasi
(Continous Arterial
Venous
Hemofiltration
[CAVH]/ Continous
Venous Venous
Hemofiltration
[CVVH])
11. Melakukan
pengelolaan
pengukuran tekanan
intra kranial
12. Melakukan
pengelolaan pasien
yang terpasang
kateter invasive
(Arteri line, Cup
line, kateter Swan
Ganz)
13. Melakukan
pengelolaan pasien
yang menggunakan
6
7. Drainage (WSD)
21. Mempersiapkan pemberian
terapi melakukan syringe
pump dan infus pump
22. Melakukan pengelolaan pasien
dengan nutrisi parenteral
23. Melakukan pengelolaan pasien
dengan terapi cairan intra vena
24. Melakukan pengelolaan pasien
dengan sindroma coroner akut
25. Melakukan penanggulangan
infeksi nasokomial di ICU
terapi trombolik
14. Melakukan
pengukuran
PETCO2
(Konsentrasi CO2
pada akhir ekspirasi)
Tabel 1.1 Kompetensi Perawat Intensif
Kompetensi tersebut diatas dapat di aplikasikan tergantung pada
masalah pasien yang di hadapi.
4. Ruang lingkup pelayanan di keperawatan kritis
a. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit - penyakit akut
yang
mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam
beberapa menit
sampai beberapa hari
b. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus
melakukan
penatalaksanaan spesifik problema dasar
c. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap
komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenik
d. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya
sangat
tergantung pada alat/mesin dan orang lain.
7
8. 5. Kemampuan Perawat Kritis
Menurut T.E.OH (1997), perhatian seorang perawat kritis meliputi
antara lain:
a. Support hidup
b. Monitoring pasien kritis serta respon pasien terhadap tindakan
yangg diberikan
c. Mencegah komplikasi
d. Penatalaksanaan HAIs
e. Perhatian padad kenyamanan pasien
f. Dapat mengerti bekerjasama dan memberi informasi dan
penyuluhan pada keluarga
B. Fungsi Keperawatan Kritis
1. Fungsi Perawat secara umum:
a. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,
dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara
sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan
kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi,
pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan
dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan
kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri
b. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas
pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan
pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya silakukan oleh
8
9. perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke
perawat pelaksana.
c. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat
terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam
pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan
pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak
dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter
ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan
pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi
obat yang telah diberikan.
C. Peran dan fungsi Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pelayanan
Kritis
a. Tujuan
Untuk mempertahankan hidup (maintaining life)
b. Proses Keperawatan
1) Pengkajian
Komponen kunci dan pondasi proses keperawatan adalah
pengkajian. Pengkajian membuat data dasar dan merupakan
proses dinamis. Suatu pengkajian yang mendalam
memungkinkan perawat kritikal untuk mendeteksi perubahan
cepat, melakukan intervensi dini dan melakukan asuhan.
Prioritas pasien yang dikatakan kritis yaitu:
a) Pasien prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis ,tidak
stabil,yang memerlukan perawatan inensif dengan
bantuan alat – alat ventilasi, monitoring dan obat –
obatan vasoakif kontinyu dan lain – lain, misalnya
9
10. pasien bedah kardiotorasik,atau pasien shock septik.
Pertimbangkan juga derajat hipoksemia, hipotensi,
dibawah tekanan darah tertentu
b) Pasien prioritas 2
Pasien ini memerluakn pelayanan pemantauan canggih
dari icu.jenis pasien ini beresiko sehingga memerlukan
terapi segera,karenanya pemantauan intensif
menggunakan metoda seperti pulmonary arteri cateteter
sangat menolong misalnya pada pasien penyakit jantung,
paru, ginjal, yang telah mengalami pembedahan mayor.
Pasien prioritas 2 umumnya tidak terbatas macam terapi
yang diterimanya.
c) Pasien prioritas 3
Pasien jenis ini sakit kritis dan tidak stabil, dimana
status kesehatan sebelumnya,penyakit yang
mendasarinya atau penyakit akutnya, baik masing –
masing atau kombinasinya, sangat mengurangi
kemungkinan sembuh dan atau mendapat manfaat dari
terapi icu
2) Diagnosa keperawatan
Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari tanda
dan gejala yang sulit diketahui untuk mencegah kerusakan/
gangguan yang lebih luas.
3) Perencanaan keperawatan
Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi pasien secara
konstan terhadap status yang selalu berubah.
4) Intervensi
Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali
untuk pencegahan krisis dan secara terus-menerus dalam
jangka waktu yang lama sampai dapat beradaptasi dengan
10
11. tercapainya tingkat kesembuhan yang lebih tinggi atau
terjadi kematian.
5) Implementasi
Perencanaan dimasukkan dalam tindakan selama fase ini.
Implementasi merupakan fase kerja aktual dari proses
keperawatan.
6) Evaluasi
Dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu
yang lama untuk mencapai keefektifan masing-masing
tindakan/ terapi, secara terus-menerus menilai kriteria hasil
untuk mengetahui perubahan status pasien.
11
12. Gambar 1. Conceptual Frame work for critical care competency requirements
BAB III
12
13. PENUTUP
A. Simpulan
a. Peran keperawatan kritis adalah menyelamatkan kehidupan, mencegah
terjadinya kondisi memburuk, meningkatkan kualitas hidup pasien dan
mempertahankan kehidupan, mengoptimalkan kemmapuan fungsi organ
tubuh pasien serta engurangi angka kematian dan kecacatan pasien kritis
dan mempercepat proses penyembuhan pasien.
b. Fungsi keperawatan kritis merupakan bagian penting dalam mencapai
perawatan pasien yang komprehensif meliputi fungsi independen,
dependen dan interdependen
B. Saran
a. Agar pelayanan perawat di area keperawatan kritis dapat dilaksanakan
secara maksimal maka perawat harus lebih memahami apa saja peran
seorang perawat kritis dan berusaha menjalankan peran tersebut secara
maksimal.
b. Agar pelayanan keperawatan pada pasien kritis berjalan secara
komprehensif maka perawat harus mengkolaborasi seluruh fungsi
keperawatan kritis, baik fungsi independen, dependen maupun
interdependen
13