SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-65 57
57
MEMAHAMI METODE KUALITATIF
Gumilar Rusliwa Somantri
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
E-mail: gsomantri@yahoo.com
Abstrak
Metode penelitian kualitatif secara luas telah digunakan dalam berbagai penelitian sosial termasuk sosiologi. Terdapat
beberapa kesimpangsiuran dalam memahami metode kualitatif yang seringkali dianggap sebagai pelengkap dari metode
kuantitatif. Penelitian pustaka ini ingin mendiskusikan beragam isu terkait dengan kelebihan dan kekurangan dalam
metode penelitian kualitatif. Kami menyimpulkan bahwa metode kualitatif secara potensial dapat berguna dalam
menyumbangkan pembangunan teori-teori ilmu sosial serta metodologi dalam konteks ke-Indonesiaan. Lebih dari itu,
penggunaan metode penelitian kualitatif dapat membawa ilmu sosial khususnya sosiologi di Indonesia berada dalam
posisi setara dalam dialog peradaban dengan sesama komunitas akademik di Barat.
Abstract
Qualitative method has been widely be adopted in research practices in Indonesian tradition of social sciences including
sociology. However, it seems there is misunderstanding on the method that is seen as additional to the quantitative one.
This literature study intend to discuss related issues to the strengths and weaknesses of qualitative method. We do
conclude here, that the method has productive potential for fostering the develomment of social theories as well as
methodology in the context of Indonesian world. Hence, it is possible to bring Indonesian social sciences especially
sociology into equal position of future dialog with the counterparts from the Western communities.
Keywords: qualitative method, method in practice, theorizing, contextualization, relevancy
1. Pendahuluan
Metodologi secara umum didefinisikan sebagai ”a body
of methods and rules followed in science or discipline”.
Sedangkan metode sendiri adalah ”a regular systematic
plan for or way of doing something”. Kata metode
berasal dari istilah Yunani methodos (meta+bodos)
yang artinya cara.1
Jadi, metode penelitian sosial adalah
cara sistematik yang digunakan peneliti dalam
pengumpulan data yang diperlukan dalam proses
identifikasi dan penjelasan fenomena sosial yang tengah
ditelisiknya. Secara dikotomis, dalam ilmu sosial
dikenal dua jenis metode penelitian yaitu kuantitatif dan
kualitatif.2
1
Lihat Webster’s New Encyclopedic Dictionary , (New York:
Black Dog and Leventhan Publ. Inc, 1994), hlm. 631.
2
Dalam metode penelitian sosial, dimungkinkan seorang
peneliti menggabungkan kedua metode tersebut. Penjelasan
yang cukup lengkap mengenai hal tersebut dapat dilihat dalam
Abbas Tashakkori & Charles Teddlie(eds), Handbook of
Mixed Methods in Social & Behavioral Research, (Thousand
Oaks, California: Sage Publ. Inc, 2003).
2. Metode Penelitian
Tulisan ini merupakan penelitian pustaka yang
memusatkan perhatian pada isu-isu penting seputar
metode kualitatif. Kajian ini berangkat dari suatu cara
pandang bahwa metode kualitatif banyak disalahartikan
secara aneka ragam, seperti ”gampangan”, rumit,
bahkan dianggap inferior dan marginal dibandingkan
saudara tirinya, metode kuantitatif. Salah satu penyebab
mendasar dari hal ini adalah para peneliti kualitatif
gagal memahami dan menerapkan prinsip-prinsip
metode ini secara benar. Pertanyaan penelitian kami
adalah bagaimana kita memahami metode kualitatif agar
dapat menghasilkan kajian produktif dan berguna dalam
ilmu sosial, khususnya sosiologi di Indonesia?
Dalam rangka menjawab pertanyaan di atas, kami
melakukan penelusuran pustaka yang akan dituangkan
dalam beberapa sub bahasan. Diskusi kritis mengenai
kekuatan dan kelemahan metode kualitatif dan
kuantitatif akan dibahas pada bagian dua. Bagian ini
penting dikemukakan, agar kita semua melihat secara
jelas kesetaraan metodologi. Yaitu, masing-masing
metode mempunyai paradigma teoritik, gaya, asumsi
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-65 58
paradimatik, serta kekuatan dan kelemahan sendiri.
Bagian tiga dari tulisan ini akan menguraikan secara
lengkap jenis, orientasi dan prinsip dasar metode
kualitatif. Diskusi mengenai hal ini adalah mendasar,
karena seringkali kita keliru dalam menempatkan
metode dalam konteks penelitian yang bersifat
idiografis. Sedangkan perdebatan seputar metode
kualitatif dalam praktek penelitian sosial dibahas pada
bagian keempat. Pada bagian ini akan diskusikan
metode sebagai proses “sell” and “trade”, ranah data
kualitatif dan dimensi etika. Bagian kelima akan diisi
oleh uraian mengenai “penteorian” metode kualitatif.
Diskusi di bagian ini memperlihatkan keterjalinan
antara metode dan teori yang merupakan ciri dari
sosiologi kualitatif. Bagian penutup akan berisi catatan
mengenai kontribusi metode kualitatif pada
pengembangan ilmu sosial khususnya sosiologi di
Indonesia.
3. Analisis dan Interpretasi Data
3.1. Metode Kuantitatif dan Kualitatif dalam
Perbandingan
Metode kuantitatif dan kualitatif berkembang terutama
dari akar filosofis dan teori sosial abad ke-20. Kedua
metode penelitian di atas mempunyai paradigma
teoritik, gaya, dan asumsi paradigmatik penelitian yang
berbeda. Masing-masing memuat kekuataan dan
keterbatasan, mempunyai topik dan isu penelitian
sendiri, serta menggunakan cara pandang berbeda untuk
melihat realitas sosial.
Metode kuantitatif berakar pada paradigma tradisional,
positivistik, eksperimental atau empiricist. Metode ini
berkembang dari tradisi pemikiran empiris Comte, Mill,
Durkeim, Newton dan John Locke. “Gaya” penelitian
kuantitatif biasanya mengukur fakta objektif melalui
konsep yang diturunkan pada variabel-variabel dan
dijabarkan pada indikator-indikator dengan
memperhatikan aspek reliabilitas. Penelitian kuantitatif
bersifat bebas nilai dan konteks, mempunyai banyak
“kasus” dan subjek yang diteliti, sehingga dapat
ditampilkan dalam bentuk data statistik yang berarti.
Hal penting untuk dicatat di sini adalah, peneliti
“terpisah” dari subjek yang ditelitinya.
Sementara metode kualitatif dipengaruhi oleh
paradigma naturalistik-interpretatif Weberian,
perspektif post-positivistik kelompok teori kritis serta
post-modernisme seperti dikembangkan oleh
Baudrillard, Lyotard, dan Derrida (Cresswell, 1994).
“Gaya” penelitian kualitatif berusaha mengkonstruksi
realitas dan memahami maknanya. Sehingga, penelitian
kualitatif biasanya sangat memperhatikan proses,
peristiwa dan otentisitas. Memang dalam penelitian
kualitatif kehadiran nilai peneliti bersifat eksplisit dalam
situasi yang terbatas, melibatkan subjek dengan jumlah
relatif sedikit. Dengan demikian, hal yang umum
dilakukan ia berkutat dengan analisa tematik. Peneliti
kualitatif biasanya terlibat dalam interaksi dengan
realitas yang ditelitinya.3
Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya, metode penelitian mempunyai pula asumsi
paradigmatik. John W. Cresswell menilik beberapa
dimensi asumsi paradigmatik yang membedakan
penelitian kuantitatif dengan kualitatif. Dimensi-
dimensi tersebut mencakup ontologis, epistemologis,
axiologis, retorik, serta pendekatan metodologis. Secara
ontologis, peneliti kuantitatif memandang realitas
sebagai “objektif” dan dalam kacamata “out there”,
serta independen dari dirinya. Sementara itu, peneiliti
kualitatif memandang realitas merupakan hasil
rekonstruksi oleh individu yang terlibat dalam situasi
sosial. Secara epistemologis, peneliti kuantitatif
bersikap independen dan menjaga jarak (detachment)
dengan realitas yang diteliti. Sementara peneliti
kualitatif, menjalin interaksi secara intens dengan
realitas yang ditelitinya. Secara retoris atau penggunaan
bahasa, penelitian kuantitatif biasanya menggunakan
bahasa-bahasa penelitian yang bersifat formal dan
impersonal melalui angka atau data-data statistik.
Dengan demikian, terminologi atau konsep-konsep yang
jamak ditemukan dalam penelitian kuantitatif misalnya
“relationship” dan ”comparison”. Sementara, penelitian
kualitatif kerap ditandai penggunaan bahasa informal
dan personal seperti “understanding”, “discover”, dan
“meaning”. Secara metodologis, penelitian kuantitatif
lekat dengan penggunaan logika deduktif dimana teori
dan hipotesis diuji dalam logika sebab akibat. Desain
yang bersifat statis digunakan melalui penetapan
konsep-konsep, variabel penelitian serta hipotesis.
Sementara itu, penelitian kualitatif lebih mengutamakan
penggunaan logika induktif dimana kategorisasi
dilahirkan dari perjumpaan peneliti dengan informan di
lapangan atau data-data yang ditemukan. Sehingga
penelitian kualitatif bericirikan informasi yang berupa
ikatan konteks yang akan menggiring pada pola-pola
atau teori yang akan menjelaskan fenomena sosial
(Creswell, 1994: 4-7).
3.2. Jenis, Orientasi dan Prinsip Dasar Metode
Kualitatif
Setidaknya, terdapat lima jenis metode penelitian
kualitatif yang banyak dipergunakan, yaitu: (1)
observasi terlibat; (2) analisa percakapan; (3) analisa
3
Keterlibatan dan interaksi peneliti kualitatif dengan realitas
yang diamatinya merupakan salah satu ciri mendasar dari
metode penelitian ini. Jary and Jary mendefinisikan istilah
qualitative research techniques sebagai setiap penelitian di
mana ilmuwan sosial mencurahkan kemampuan sebagai
pewawancara atau pengamat empatis dalam rangka
mengumpulkan data yang unik mengenai permasalahan yang
ia investigasi, lihat David Jary and Julia Jary, Dictionary of
Sociology, (Glasgow: HarperCollins Publishers, 1991), hlm.
513.
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-6559
Tabel 1. “Gaya” Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Kuantitatif Kualitatif
Mengukur fakta-fakta objektif Mengkonstruksikan realitas dan makna kultural
Fokus pada variabel-variabel Fokus pada proses dan peristiwa secara interaktif
Reliabilitas adalah kunci Otentisitas adalah kunci
Bebas nilai Hadirnya nilai secara eksplisit
Bebas dari konteks Dibatasi situasi
Banyak kasus dan subjek Sedikit kasus dan subjek
Analisis statistik Analisis tematik
Peneliti terpisah Peneliti terlibat
Sumber: W. Lawrence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches,
(Needham Heights, MA: Allyn& Bacon, 1997), hlm. 14.
Tabel 2. Asumsi Paradigmatik Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Asumsi Pertanyaan Kuantitatif Kualitatif
Asumsi ontologis Apakah sifat dasar
realitas?
Realitas bersifat
objektif dan singular,
terpisah dari peneliti
Realitas bersifat subjektif
dan ganda sebagaimana
terlihat oleh partisipan
dalam studi
Asumsi
epistemologis
Bagaimana
hubungan antara
peneliti dengan
yang diteliti?
Peneliti independen dari
yang diteliti
Peneliti berinteraksi dengan
yang diteliti
Asumsi aksiologis Bagaimana
peranan dari nilai?
Bebas nilai dan
menghindarkan bias
Sarat nilai dan bias
Asumsi retoris Bagaimana
penggunaan bahasa
penelitian?
• Formal
• Berdasar definisi
• Impersonal
• Menggunakan
bahasa kuantitatif
• Informal
• Mengembangkan
keputusan-keputusan
• Personal
• Menggunakan bahasa
kualitatif
Asumsi
metodologis
Bagaimana dengan
proses penelitian?
Proses deduktif
Sebab akibat
Desain statis-kategori
membatasi sebelum
studi
Bebas konteks
Generalisasi mengarah
pada prediksi,
eksplanasi dan
pemahaman
Akurasi dan reliabilitas
melalui validitas dan
reliabilitas
• Proses induktif
• Faktor-faktor dibentuk
secara simultan
• Desain berkembang-
kategori diidentifikasi
selama proses penelitian
• Ikatan konteks
• Pola dan teori dibentuk
untuk pemahaman
• Akurasi dan reliabilitas
dibentuk melalui
verifikasi
Sumber: John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches, (California: Sage
Publications, Inc, 1994), hlm. 5.
wacana; (4) analisa isi; dan (5) pengambilan data
ethnografis. Observasi terlibat biasanya melibatkan
seorang peneliti kualitatif langsung dalan setting sosial.
Ia mengamati, secara lebih kurang “terbuka”, di dalam
aneka ragam keanggotaan dari peranan-peranan subjek
yang ditelitinya (Gubrium et.al., 1992: 1577). Analisa
percakapan pada umumnya memusatkan perhatian pada
percakapan dalam sebuah interaksi. Peneliti
memperhatikan analisa dari kompetensi-kompetensi
komunikatif yang mendasari aktivitas sosial sehari-hari
(Gubrium et.al.,, 1992: 1577).
Discourse analysis lebih tertarik pada penggunaan
bahasa. Peneliti, dalam kaitan ini, mempunyai perhatian
yang besar pada praktek dan kontekstualitas (Gubrium
et.al., 1992: 1577).
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-65 60
Content analysis (analisa isi) mengkaji dokumen-
dokumen berupa kategori umum dari makna. Peneliti
dapat menganalisis aneka ragam dokumen, dari mulai
kertas pribadi (surat, laporan psikiatris) hingga sejarah
kepentingan manusia (Gubrium et.al., 1992: 1577).
Pengambilan data ethnografis relatif tidak terstruktur.
Peneliti biasanya memfokuskan diri pada penggalian
tekstur dan alir pengalaman-pengalaman selektif dari
responden melalui proses interaksi peneliti dan subjek
yang ditelitinya dengan teknik wawancara mendalam
secara “bebas” (Gubrium et.al., 1992: 1577). Dalam
sosiologi, penelitian ethnografis mulai berkembang pada akhir
1960an-1970an ketika metodologi survey dan dasar filosofis
pendorongnya menjadi sasaran kritik (Goldthorpe, 2000: 65).
W. Lawrence Neuman mencoba mengidentifikasi 4
faktor yang terkait dengan orientasi dalam penelitian
yang menggunakan metode kualitatif. Orientasi
pertama terkait dengan pendekatan yang digunakan
terhadap data. Metode kualitatif memperlakukan data
sebagai sesuatu yang bermakna secara intrinsik. Dengan
demikian, data yang ada dalam penelitian kualitatif
bersifat “lunak”, tidak sempurna, imaterial, kadangkala
kabur dan seorang peneliti kualitatif tidak akan pernah
mampu mengungkapkan semuanya secara sempurna.
Namun demikian, data yang ada dalam penelitian
kualitatif bersifat empiris, terdiri dari dokumentasi
ragam peristiwa, rekaman setiap ucapan, kata dan
gestures dari objek kajian, tingkah laku yang spesifik,
dokumen-dokumen tertulis, serta berbagai imaji visual
yang ada dalam sebuah fenomena sosial (Neuman,
1997: 328).
Orientasi kedua adalah penggunaan perspektif yang
non-positivistik. Penelitian kualitatif secara luas
menggunakan pendekatan interpretatif dan kritis pada
masalah-masalah sosial. Peneliti kualitatif memfokuskan
dirinya pada makna subjektif, pendefinisian, metapora,
dan deskripsi pada kasus-kasus yang spesifik (Neuman,
1997: 329). Peneliti kualitatif berusaha menjangkau
berbagai aspek dari dunia sosial termasuk atmosfer yang
membentuk suatu objek amatan yang sulit ditangkap
melalui pengukuran yang presisif atau diekspresikan
dalam angka. Dengan demikian, penelitian kualitatif
lebih bersifat transendental, termasuk di dalamnya
memiliki tujuan menghilangkan keyakinan palsu yang
terbentuk pada sebuah objek kajian. Penelitian kualitatif
berusaha memperlakukan objek kajian tidak sebagai
objek, namun lebih sebagai proses kreatif dan mencerna
kehidupan sosial sebagai sesuatu yang “dalam” dan
penuh gelegak.
Orientasi ketiga adalah penggunaan logika penelitian
yang bersifat “logic in pratice”. Penelitian sosial
mengikuti dua bentuk logika yaitu logika yang
direkonstruksi (reconstructed logic) dan logika dalam
praktek (logic in practice). Metode kuantitatif
mengikuti logika yang direkonstruksi dimana metode
diorganisir, diformalkan dan disistematisir secara ketat.
Sementara pada metode kualitatif, penelitian secara
aktual dijalankan secara tidak teratur, lebih ambigu, dan
terikat pada kasus-kasus spesifik. Hal ini tentu saja,
mengurangi perangkat aturan dan menggantungkan diri
pada prosedur informal yang dibangun oleh
pengalaman-pengalaman di lapangan yang ditemukan si
peneliti (Neuman, 1997: 330).
Orientasi keempat dari metode kualitatif adalah
ditempuhnya langkah-langkah penelitian yang bersifat
non-linear. Dalam metode kuantitatif, seorang peneliti
biasanya dihadapkan pada langkah-langkah penelitian
yang bersifat pasti dan tetap dengan panduan yang jelas
sehingga disebut sebagai langkah yang linear.
Sementara itu, metode penelitian kualitatif lebih
memberikan ruang bagi penelitinya untuk menempuh
langkah non-linear dan siklikal, kadangkala melakukan
upaya “kembali” pada langkah-langkah penelitian yang
sudah ditempuhnya dalam menjalani proses penelitian
(Neuman, 1997: 330-331). Hal ini tidak berarti kualitas
riset menjadi rendah, namun lebih pada cara untuk dapat
menjalankan orientasi dalam mengkonstruksikan
makna.
Sementara itu, Lincoln dan Guba mengajukan empat hal
penting yang merefleksikan paradigma kualitatif ketika
seorang peneliti hendak mengajukan proposal penelitian
kualitatifnya. Pertama, kredibilitas yang bertujuan untuk
mendemonstrasikan bahwa penyelidikan yang dilakukan
telah selaras dengan kaidah-kaidah ilmiah. Hal ini untuk
memastikan identifikasi dan deskripsi masalah
penelitian secara akurat. Penyelidikan dan penelitian
harus mengikuti aturan main “credible to the
constructors and the original multiple realities”
(Marshall et.al., 1989: 144-147)
Kedua, transferability yang menyangkut kemampuan
untuk demostrasi aplikasi temuan penelitian dalam
konteks yang berbeda. Triangulasi dapat dijadikan
rujukan untuk dapat mencapai transferability dari suatu
penelitian kualitatif. Ketiga, dependability dimana
peneliti berusaha untuk mencermati perubahan kondisi
pada fenomena sosial yang dikajinya sebagaimana ia
menyesuaikan desai studi untuk menyaring pemahaman
pada setting sosial. Yang terakhir adalah confirmability,
yang bisa disepadankan dengan objektivitas. Dalam hal
ini, peneliti kualitatif dituntut untuk menghasilkan
temuan yang dapat dikonfirmasikan oleh pihak lain
(Marshall et.al., 1989: 144-147).
3.3. Metode Kualitatif dalam Praktek
Metode kualitatif berkembang mengikuti suatu dalil
sebagai proses yang tidak pernah berhenti (unfinished
process). Ia berkembang dari proses pencarian dan
penangkapan makna yang diberikan oleh suatu realitas
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-6561
dan fenomena sosial.4
Seorang peneliti yang
berkecimpung dalam penelitian kualitatif “konvensional”
sering mengalami proses sell and trade. Proses ini dapat
difahami pada dua gejala. Pertama, peneliti terlibat
secara interaktif dengan subjek, dan berperan dalam
membentuk realitas baru. Demikian juga sebaliknya,
realitas secara interaktif memperkaya pengetahuan dan
makna sosial seorang peneliti. Kedua, peneliti dan
“subjek” terlibat dalam proses “pertukaran” sehingga
interaksi dapat berjalan.
Hal yang seringkali terjadi pada peneliti kualitatif
adalah lepasnya kontrol untuk menjaga sikap dan
statusnya ketika ia terjun ke lapangan. Positioning
seorang peneliti kualitatif menjadi salah satu kunci
keberhasilan untuk mendapatkan data-data yang otentik.
Kerap terjadi hubungan unequal antara peneliti dengan
realitas yang ditelitinya. Tentu saja, hal ini dapat
mengakibatkan bias dari data yang digali bahkan proses
interaksi berlangsung secara tidak wajar dan memuat
struktur “hiden feodalism”. Sebagai contoh, seorang
peneliti yang memiliki status sosial sebagai kelas
menengah atas, mengenakan pakaian yang sangat bersih
dan rapi, berbicara dengan bahasa formal dan
menunjukkan otoritas pengetahuan yang “berbeda” saat
meneliti petani kecil di pedesaan. Ketika “uniformitas”
sosial, ekonomi, dan budaya yang lekat pada si peneliti
lupa untuk ditanggalkan dalam proses penelitian, maka
akan terjadi hubungan timpang yang dilegalisasi oleh
kultur patron-klien petani.
Terkait dengan pencarian data di lapangan, seorang
peneliti kualitatif dituntut untuk secara jeli
mengumpulkan data-data yang ada. Hal ini kerapkali
menyulitkan karena tidak setiap permasalahan
penelitian yang menarik dan signifikan, mudah
dilakukan pencarian datanya. Data di lapangan dapat
dipetakan ke dalam 4 ranah: front stage-disclosed
(FSD), back stage-disclosed (BSD), front stage-
enclosed (FSE), serta back stage-enclosed (BSE). Pada
ranah data FSD, data relatif mudah didapatkan dan
dikumpulkan. Dalam ranah data FSD ini, peneliti
kualitatif pemula yang tidak terlalu berpengalaman
dapat memperoleh informasi karena yang dibutuhkan
hanya data-data yang ada di permukaan. Misalnya data-
data informan yang terkait dengan usia dan pekerjaan
(kecuali pekerjaan-pekerjaan tertentu yang ilegal/
melanggar norma) bisa dengan mudah didapatkan
seorang peneliti kualitatif. Pada ranah data BSD, tingkat
kesulitan sudah lebih tinggi. Di ranah ini, seorang
4
Metode kualitatif merupakan bagian dari proses pengetahuan
yang dapat dianggap sebagai produk sosial dan juga proses
sosial. Pengetahuan sebagai sebuah proses setidaknya
memiliki tiga prinsip dasar yakni empirisisme yang berpangku
pada fakta dan data, objektivitas dan kontrol. Lihat Royce
Singleton, Jr, Bruce C. Straits, Margaret M. Straits and Ronald
J. McAllister, Approaches to Social Research, (New York:
Oxford University Press, 1988), hlm. 28-37
peneliti kualitatif tidak saja membutuhkan keahlian
(skill) dan pengalaman penelitian. Namun ia dituntut
untuk menumbuhkan rasa percaya (trust) dengan subjek
yang ditelitinya. Disamping itu, pada ranah data BSD
seringkali peneliti perlu melakukan triangulasi untuk
mendapatkan data yang akurat dan otentik.
Pada ranah data FSE, seorang peneliti kualitatif
seringkali dihadapkan pada permasalahan etika dan
hubungannya dengan informan. Dalam konteks ini,
seringkali muncul data yang berpengaruh pada
penelitian namun bersifat tertutup. Sebagai contoh,
ketika seorang peneliti kualitatif mengkaji masalah
pengambilan putusan di dalam keluarga, ia dihadapkan
pada fakta bahwa seorang anak si informan hamil di
luar nikah. Tentu saja, hal ini bisa ditanyakan pada si
informan karena secara “objektif” fakta ini dapat
dianggap memiliki hubungan dengan bagaimana si
informan mengambil keputusan di dalam keluarganya.
Masalah muncul ketika si peneliti mencoba melihat
dimensi etis dalam pertanyaannya serta implikasinya
terhadap “kedekatan” hubungannya dengan informan.
Jalan tengah yang dapat dilakukan adalah dengan
merahasiakan identitas informan melalui pseudonim,
walaupun langkah ini belum tentu akan menghilangkan
gangguan hubungan selanjutnya antara si peneliti
dengan informan. Ranah data terakhir adalah BSE yang
merupakan ranah data yang paling sulit untuk
didapatkan. Pada ranah data ini, seorang peneliti
kualitatif membutuhkan waktu, keahlian, pengalaman,
kesabaran, ketekunan yang ekstra untuk dapat
mengungkapkan realitas yang ditelitinya. Skandal
hubungan politik, kolusi, korupsi, “tabu”, adalah
contoh-contoh realitas sosial pada ranah data ini.
Metode kualitatif sebagaimana metode-metode
penelitian lainnya, dipagari dengan etika penelitian.
Perlu disampaikan bahwa dalam setiap penelitian, baik
dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif
maupun kualitatif seorang peneliti dihadapkan pada dua
sikap profesional yang harus melekat. Sikap pertama
adalah pengetahuan yang mencukupi untuk memahami
teknik-teknik penelitian. Sikap kedua adalah sensitivitas
pada aspek etika dalam melakukan penelitian (Neuman,
1997: 443-444). Etika penelitian memiliki akar tradisi
yang kuat dalam ilmu sosial sebagaimana terungkap
dalam sifat bebas nilai dari eksperimetalisme, netralitas
dari tradisi Weberian hingga etika utilitarian (Christians,
“Ethics and Politics in Qualitative Research”, dalam Denzin
et.al.,(eds), 2000: 133-152).
Dalam menjaga sikap kedua ini, seorang peneliti
kualitatif sering dihadapkan pada serangkaian dilema.
Dilema-dilema tersebut antara lain penyamaran identitas
informan, kerahasiaan, keterlibatan dengan para deviant,
hubungan dengan kekuasaan, serta dalam proses
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-65 62
Gambar 1. Pemetaan data lapangan: front stage-disclosed (FSD), back stage-disclosed (BSD), front stage-enclosed
(FSE), serta back stage-enclosed (BSE).
diseminasi hasil penelitiannya. Identitas dan kerahasiaan
informan dapat dilakukan dengan menggunakan anonim
atau pseudonim. Dalam konteks hubungan kekuasaan,
seorang peneliti harus berani menembus elit kekuasaan
yang berpotensi melakukan blokade atas penelitian
terutama yang terkait dengan kelompok-kelompok yang
nir kekuasaan. Masalah yang cukup pelik adalah ketika
seorang peneliti dihadapkan pada dilema tanggung
jawab menjaga privasi informan dengan tanggung jawab
bahwa pengetahuan akan sebuah fakta sosial harus
diketahui. Posisi kompromis yang dapat dilakukan
adalah melakukan publikasi atas material yang tak
mengenakkan tersebut hanya jika dibutuhkan ketika
seorang peneliti hendak membangun argumen yang kuat
dan luas. Perhatian pada masalah etika bergerak ke
persoalan penyimpangan yang bisa terjadi dalam
penelitian kualitatif, mulai dari penyimpangan ilmiah
dalam hal pengumpulan data, metode atau plagiarisme
(Neuman, 1997: 443-473)
Dalam hubungan dengan informan atau realitas yang
ditelitinya, seorang peneliti kualitatif dituntut untuk
mengedepankan prinsip kesukarelaan informan untuk
memberikan data yang dibutuhkan. Kesukarelaan ini
harus dibarengi dengan keharusan peneliti menjaga
privasi, identitas serta kerahasiaan informan. Demikian
juga halnya dalam hubungan peneliti dengan pemerintah
dan funding yang memiliki otoritas dan kekuasaan
untuk membatasi proses penelitian. Pegangan peneliti
kualitatif pada aspek-aspek etika merupakan hal yang
sangat fundamental. Prinsip kesukarelaan juga berarti
seorang peneliti kualitatif dituntut untuk tidak
merugikan subjek penelitian, menjaga privasinya, serta
menghindarkan konflik kepentingan (conflict of
interest). Prinsip lain yang tidak kalah pentingnya
adalah memperhatikan prinsip persetujuan memberi
informasi (informed consent) dari subjek penelitian.
Dalam prinsip ini, partisipan penelitian diberikan
informasi yang utuh mengenai berbagai aspek penelitian
yang dapat mempengaruhi terlibat tidaknya subjek
tersebut berpartisipasi dalam penelitian tersebut (Ruane,
2005: 16-29).
3.4. “Penteorian” Metode Kualitatif
Konsep “penteorian metode kualitatif” merujuk pada
keterjalinan antara teori dengan metode. Dalam konteks
ini, teori dan metode dilihat sebagai dua hal yang tidak
dapat dipisahkan (insparable). Dalam tradisi sosiologi
kualitatif terdapat dua pola dikotomis keterjalinan.
Pertama, metode pengumpulan data seperti wawancara
ethnografis, pengamatan dan lain-lain dapat
dipergunakan dengan “warna” yang berbeda tergantung
oleh bagaimana ia secara teoritik diinformasikan.
Kedua, teori pada saat yang bersamaan juga adalah
metode. Pada bagian tulisan ini akan dibahas
“penteorian” metode mulai dari yang klasik hingga
perkembangan baru.
Bentuk paling klasik “penteorian” metode dapat
ditemukan dalam tradisi interaksionisme simbolik.
BSD
FSD FSE
BSE
BACK STAGE
FRONT STAGE
DISCLOSED ENCLOSED
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-6563
Herbert Blumer membangun suatu landasan teoritis
yang pada dasarnya “mensituasikan” makna dalam
interaksi sosial. Ia berangkat dari tiga premis pokok: (1)
aktor bertindak dalam ruang dan makna yang diberikan
objek serta peristiwa; (2) makna biasanya muncul di
luar interaksi sosial, dan aktor mengkonstruksi makna
secara masing-masing; (3) makna dirubah dalam proses
interaksi. Landasan teoritik Blumer implisit
memperlihatkan, bahwa interaksionisme simbolik
tertarik mengkaji makna historis dan organisasi sosial
dari makna yang bersifat “jadi”, berserakan, dan
menjadi pembentuk utama realitas sosial. Secara metode
pengumpulan data, tradisi ini banyak melakukan proses
ethnografis termasuk mengembangkan “life-history”,
pengamatan terlibat, bahkan analisa dokumen.
Salah satu perkembangan penting dari interaksionisme
simbolik pada waktu itu adalah mereka menaruh minat
yang dalam pada definisi dan pemahaman asli (native
understanding) dari makna dan organisasi sosialnya.
Memang pandangan ini bersifat “naturalistik” dan
dianut secara luas dalam interaksionisme simbolis.
Mereka memegang semboyan “go out there, to where
the action is” (Gubrium et.al., 1992: 1579). Dengan
menggunakan metode pengumpulan data
“konvensional” (partisipasi terlibat, analisa dokumen
pribadi, dan wawancara ethnografis), mereka
mengungkap aneka makna dari kehidupan dalam bahasa
masing-masing makna tersebut melalui pencarian detil
dan deskripsi yang akurat (Babbie, 2001: 281-282).
Perunutan teoritis dari metode, yang mendasari
“naturalisme” di atas, pada mulanya hanya merupakan
desain informal dari riset. Ia lebih merupakan “tradisi
oral” ketimbang metodologi “formal”. Hingga akhirnya
Barney Glaser dan Anselm Strauss secara eksplisit
mengemukakan strategi penelitian kualitatif, yang
mereka beri nama grounded theory approach (Gubrium
et.al., 1992: 1579). Menurut mereka tujuan dari sosiologi
kualitatif adalah menemukan teori dari empiri. Jadi,
seorang peneliti bukan memformulasikan teori sebelum
ia mengamati secara empiris, namun ia masuk dalam
kehidupan nyata kemudian menggali, mengidentifikasi,
serta mengangkat makna-makna dan organisasi
sosialnya ke permukaan.
Penteorian metode kualitatif dapat pula ditemukan
dalam ethnomedologi Harold Garfinkel yang
memusatkan perhatian pada mendokumentasikan
proses-proses yang bertalian dengan produksi dan
pengelolaan karakter terorganisir dari realitas sehari-
hari. Tradisi ini kontras dengan interaksionisme
simbolik yang menerima bulat-bulat bahwa makna
adalah “out there” serta dapat ditemukan dalam
sirkumstansi asli para subjek. Ethnometodologi
membongkar “asumsi” tersebut melalui pendokumen-
tasian proses-proses “by which meaning are assigned to
experince to produce a sense of reality or social order”.
Aspek kualitatif dari pendekatan ini adalah
mensfesifikasi metode para subjek untuk
mengartikulasikan dan memahami realitas dalam
domain pengalaman tertentu. Garfinkel memperlihat-
kan melalui eksperimennya bagaimana para subjek
memproduksi dan melanjutkan “a sense of reality”
dalam situasi tertentu. Eksperimen, dikenal sebagai
“breaching experiment”, memperlihatkan bagaimana
subjek mengembangkan perilaku anomalis terhadap
suatu keadaan yang selama ini diterima begitu saja.
Perbedaan antara interaksionisme simbolis dan
ethnomethodologi seperti dibahas di atas menggugah
beberapa sosiolog kualitatif untuk melakukan
kombinasi. Tradisi ini dikenal sebagai ethnografi praktis
(Gubrium et.al., 1992: 1579). Produksi makna
diperlakukan sebagai persoalan praktis terletak dalam,
dan dipengaruhi oleh, setting-setting kongkrit.
Gambaran aktor adalah sebagai seorang pelaksana dari
kehidupan sehari-hari. Tugas seorang pelaksana adalah
mempergunakan perhitungan, ide-ide, dan kategori-
kategori yang diakui secara luas serta tersedia secara
lokal pada jenis, desain dan pelaksanaan dari rencana
sebuah tindakan bermakna. Melalui proses ini maka
seseorang menjalani kehidupan sehari-hari dengan
kesadaran atas realitas. Konsep dan kategori tersedia
secara terus menerus namun berkembang. Hal inilah
yang dirujuk sebagai kebudayaan dan memberikan
sumber bagi pemaknaan peristiwa dan objek.
Kebudayaan lokal terdiri dari makna-makna dari benda
yang bersifat “mungkin”, dan bukan aktual. Penekanan
ini bukan saja dekat dengan fokus subtantif dari
interaksionisme simbolis dalam mengkaji makna, tetapi
juga menekankan kerja komunikatif sehari-hari dalam
memilih, mendisain, dan membentuk makna melalui
praktek interaksional yang membangun realitas sehari-
hari. Makna yang “mungkin” dari objek dan peristiwa
tersedia secara lokal amat aneka ragam. Ia secara sosial
didistribusikan. Keanekaragaman di atas memungkinkan
pelaksana dan pengelolaan makna dalam kehidupan
sehari hari penuh keleluasaan. Penekanan ini jelas
meminjam dari pemikiran ethnometodologis: realitas
kehidupan sehari-hari merupakan sebuah pembentukan
yang penuh seni. Dalam proses pembentukan ini,
kualitas produktif interaksi dihubungkan dengan konsen
kualitatif tradisional pada struktur dunia sosial.
Orientasi analitis dari ethnografi praktis didasarkan pada
tehnik ethnografi tradisional dari metodologi kualitatif
(partisipasi terlibat, wawancara ethnografis, dan analisa
isi). Akan tetapi ia mengembangkan suatu pendekatan
ke arah praktek deskriptif (analisa percakapan biasa dan
practical reasoning)
“Penteorian” metode dalam sosiologi kualitatif kini
berkembang luas sejalan dengan munculnya tradisi-
tradisi pemikiran baru dalam sosiologi kualitatif.
Misalnya kita dapat merujuk pada tradisi feminis.
Mereka mendasari diri pada argumen bahwa berbicara
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-65 64
dan mendengarkan dari kaca mata wanita mempunyai
implikasi pada metode kualitatif. Marjorie Devault
mengemukakan bahwa metode kualitatif berguna secara
khusus untuk membedakan dan menganalisa kualitas
pengalaman yang bertalian dengan gender. Metode di
atas tampaknya kini tidak mencukupi lagi. Interview
ethnografis tradisional tidak mampu menyentuh
keanekaragaman eksistensial dan kategorikal. Ia
mengatakan observasi terlibat dan wawancara
ethnografis bukan saja hanya menggali data dari seting
dan subjek, namun mengarahkan pewawancara dan
yang diwawancarai mengkonstruksi pengalaman secara
berbeda. Wanita mengkonstruksi pengalaman secara
berbeda dengan pria. Ia dikenal dengan ungkapan:
“technique itself is gendered” (Gubrium et.al., 1992: 1579)
Penteorian dari metode berkembang pesat di tradisi
dekonstruksionis seperti Jacques Derrida, Jean
Baudrillard, dan Norman Denzin (Baudrillard, 1983,
Derrida, 1993, Denzin, 1990: 1577-1580). Mereka
memperkenalkan “indeterminancy of meaning”. Denzin
berangkat dari dekonstruksi kesusastraan dan
mengaitkannya secara langsung dengan kehidupan
sosial. Ia mengatakan bahwa tidak terdapat tata aturan
tindakan yang menentukan bagi berlakunya makna dari
objek dan peristiwa (Denzin, 1990: 1577-1580). Kita
hanya menemukan “continuous play of difference”.
Sementara posisi ini menggarisbawahi variasi dan
diskresi, ia mengabaikan makna dari organisasi sosial.
Metode tradisional sosiologi kualitatif digantikan
analisa inventif-reflesif dari teks: dekat pada tradisi the
new literary criticism.
Perkembangan lain terjadi di bidang semiotik: the
science of sign. Peter Manning menawarkan opsi lain
dari metode kualitatif. Manning bergerak dari detail data
ethnografis menuju taksonomi formal praktek-praktek
yang bertalian dengan kehidupan sehari-hari. Sistem
“signs” dan “sign” memberikan sejumlah isi dari makna
dalam kehidupan sosial. Mengambil “bahasa” sebagai
model kehidupan, pendekatan ini tidak memberikan
tawaran pemahaman yang dicari, yaitu mengidentifikasi
tata aturan dan prinsip yang mengarahkan kita pada
pemahaman proses objek mengkomunikasikan makna.
4. Kesimpulan
Penelitian kualitatif berusaha untuk mengangkat secara
ideografis berbagai fenomena dan realitas sosial.
Pembangunan dan pengembangan teori sosial
khususnya sosiologi dapat dibentuk dari empiri melalui
berbagai fenomena atau kasus yang diteliti. Dengan
demikian teori yang dihasilkan mendapatkan pijakan
yang kuat pada realitas, bersifat kontekstual dan
historis. Metode penelitian kualitatif membuka ruang
yang cukup bagi dialog ilmu dalam konteks yang
berbeda, terutama apabila ia difahami secara mendalam
dan “tepat”. Dalam kaitan ini, serangkaian karakter,
jenis dan dimensi dalam metode kualitatif memberikan
janji kepada ilmuwan sosial di Indonesia, terutama di
bidang sosiologi, untuk dapat mengembangkan ilmu
sosial dan metode pada format yang lebih otonom.
Ilmu sosial di tanah air seringkali dihadapkan pada
persoalan-persoalan kurangnya orisinalitas, ketidak-
sesuaian antara asumsi dan kenyataan, ketidakterapan,
alienasi, terjebak pada kajian yang remeh, dan
kekeliruan yang mewabah dalam berbagai tingkat:
mulai dari tingkat metaanalisis, teori, kajian empiris,
dan pada ilmu sosial terapan (Alatas, 2003: 1-23). Hal
ini berakibat pada munculnya ketergantungan akademik
dan ”mental tahanan”. Dengan penggunaan metode
kualitatif yang bersandar pada kaidah-kaidah ilmiah,
diharapkan ilmu sosial dalam hal ini sosiologi,
menemukan jati dirinya dalam menangkap orisinalitas,
ketepatan, dan membumi atas semesta permasalahan
sosial di bumi Indonesia.
Dengan demikian, mencari relevansi dan
kontekstualisasi adalah penting sebagai orientasi ilmu
sosial Indonesia ke depan. Dengan strategi seperti ini
diharapkan ilmu sosial Indonesia terutama sosiologi,
mampu berdiri sejajar dalam dialog peradaban dengan
ilmu serupa yang berkembang di belahan dunia lain
termasuk Barat. Kesetaraan tersebut pada dasarnya
bertalian dengan langkah “lanjutan” pijakan pada
perspektif pasca-kolonial yang menekankan
kontekstualisasi seiring diskursus ilmu sosial pasca-
modern. Pendek kata, kita mulai menancapkan jangkar
perspektif “the end of post-colonial” yang menuntun
ilmu sosial pada kemampuan membedah dan mengurai
kenyataan sosial dengan menggunakan teori dan metode
yang relevan dengan konteks kebudayaan dan
peradaban kita sendiri (Soemardjan, 1981: 16.)
Daftar Acuan
Alatas, Syed Farid. 2003. “Pengkajian Ilmu-Ilmu Sosial:
Menuju ke Pembentukkan Konsep Tepat”, dalam Jurnal
Antropologi Indonesia, Tahun XXVII No. 72,
September-Desember, halaman 1-23.
Babbie, Earl.2001. The Practice of Social Research, 9th
Edition. Belmon, CA: Wadsworth.
Baudrillard Jean.1983. Simulations. New York:
Semiotext (e), Inc.
Christians, Clifford G. 2000. “Ethics and Politics in
Qualitative Research”, dalam Handbook of Qualitative
Research. Second Edition. Thousand Oaks, California:
Sage.
Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative
and Quantitative Approaches. California: Sage
Publications, Inc.
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-6565
Denzin, Norman K. 1990. “Reading Cultural Texts:
Comment on Griswold”, dalam American Journal of
Sociology 95, halaman 1577-1580.
Derrida, Jacques. 1993. Writing and Difference.
London: Routledge.
Goldthorpe, John H. 2000. On Sociology: Numbers,
Narratives, and Integration of Research and Theory.
Oxford: Oxford University Press.
Gubrium, Jaber F and James A. Holstein, 1992.
“Qualitative Methods”, dalam Encyclopedia of
Sociology, Vol. 3. New York: Macmillan Publishing
Company.
Jary, David and Julia Jary. 1991. Dictionary of
Sociology. Glasgow: HarperCollins Publishers.
Marshall, Catherine and Gretchen B. Rossman. 1989.
Designing Qualitative Research. Newbury Park,
California: Sage.
Ruane, Janet M. Essentials of Research Methods: A
Guide to Social Science Research. 2005. Malden, MA:
Blackwell Publishing.
Singleton, Jr, Royce Bruce C. Straits, Margaret M.
Straits and Ronald J. McAllister. 1988. Approaches to
Social Research. New York: Oxford University Press.
Soemardjan, Selo, Perubahan Sosial di Yogyakarta.
1981. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tashakkori, Abbas & Charles Teddlie(eds). 2003.
Handbook of Mixed Methods in Social & Behavioral
Research. Thousand Oaks, California: Sage Publ. Inc.
Webster’s New Encyclopedic Dictionary. 1994. New
York: Black Dog and Leventhan Publ. Inc.

More Related Content

What's hot

SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -...
SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -...SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -...
SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -...Sri Suwanti
 
Penelitian menurut metode historis
Penelitian menurut metode historisPenelitian menurut metode historis
Penelitian menurut metode historisKepli Mancs
 
Penelitian Kualitatif
Penelitian KualitatifPenelitian Kualitatif
Penelitian KualitatifADHP
 
Penelitian kuantitatif dan kualitatif
Penelitian kuantitatif dan kualitatifPenelitian kuantitatif dan kualitatif
Penelitian kuantitatif dan kualitatifputralaksana
 
Pengertian metode penelitian kualitatif
Pengertian metode penelitian kualitatifPengertian metode penelitian kualitatif
Pengertian metode penelitian kualitatifsuryadi man ic
 
Metode penelitian kualitatif 2
Metode penelitian kualitatif 2Metode penelitian kualitatif 2
Metode penelitian kualitatif 2Pustaka Literasi
 
Konsep dasar penelitian kualitatif
Konsep dasar penelitian kualitatifKonsep dasar penelitian kualitatif
Konsep dasar penelitian kualitatifSiti Sahati
 
Elsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. Sos
Elsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. SosElsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. Sos
Elsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. SosElsaApriliani4
 
Penelitian kuantitatif dan kualitatif
Penelitian kuantitatif dan kualitatifPenelitian kuantitatif dan kualitatif
Penelitian kuantitatif dan kualitatiftegarputra15
 
Makalah penelitian kualitatif
Makalah penelitian kualitatifMakalah penelitian kualitatif
Makalah penelitian kualitatifNora Indrasari
 
Grounded research baren barnabas copy
Grounded research baren barnabas   copyGrounded research baren barnabas   copy
Grounded research baren barnabas copyBaren Barnabas
 
Paradigma penelitian
Paradigma penelitianParadigma penelitian
Paradigma penelitianbudieto
 
Kelp ika kurnia r. kelebihan dan kekurangan behavioralisme
Kelp ika kurnia r.   kelebihan dan kekurangan behavioralismeKelp ika kurnia r.   kelebihan dan kekurangan behavioralisme
Kelp ika kurnia r. kelebihan dan kekurangan behavioralismeBuntaran wasi
 
Qualitative approaches/abshor marantika/kelompok 14 : Muhammad Iqbal (2201846...
Qualitative approaches/abshor marantika/kelompok 14 : Muhammad Iqbal (2201846...Qualitative approaches/abshor marantika/kelompok 14 : Muhammad Iqbal (2201846...
Qualitative approaches/abshor marantika/kelompok 14 : Muhammad Iqbal (2201846...iqbalbale02
 
Analisis data kualitatif
Analisis data kualitatifAnalisis data kualitatif
Analisis data kualitatifM Ridho Taqwa
 

What's hot (20)

SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -...
SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -...SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -...
SRI SUWANTI - study kasus dan studi sejarah - METHODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN -...
 
Penelitian menurut metode historis
Penelitian menurut metode historisPenelitian menurut metode historis
Penelitian menurut metode historis
 
Penelitian Kualitatif
Penelitian KualitatifPenelitian Kualitatif
Penelitian Kualitatif
 
Penelitian kuantitatif dan kualitatif
Penelitian kuantitatif dan kualitatifPenelitian kuantitatif dan kualitatif
Penelitian kuantitatif dan kualitatif
 
Pertemuan ke 5 bab iii penelitian kualitatif
Pertemuan ke 5 bab iii penelitian kualitatifPertemuan ke 5 bab iii penelitian kualitatif
Pertemuan ke 5 bab iii penelitian kualitatif
 
Pengertian metode penelitian kualitatif
Pengertian metode penelitian kualitatifPengertian metode penelitian kualitatif
Pengertian metode penelitian kualitatif
 
Metode penelitian kualitatif 2
Metode penelitian kualitatif 2Metode penelitian kualitatif 2
Metode penelitian kualitatif 2
 
Konsep dasar penelitian kualitatif
Konsep dasar penelitian kualitatifKonsep dasar penelitian kualitatif
Konsep dasar penelitian kualitatif
 
Elsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. Sos
Elsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. SosElsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. Sos
Elsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. Sos
 
Macam -
Macam -Macam -
Macam -
 
Paradigma & ragam penelitian kualitatif
Paradigma & ragam penelitian kualitatifParadigma & ragam penelitian kualitatif
Paradigma & ragam penelitian kualitatif
 
Penelitian kuantitatif dan kualitatif
Penelitian kuantitatif dan kualitatifPenelitian kuantitatif dan kualitatif
Penelitian kuantitatif dan kualitatif
 
Makalah penelitian kualitatif
Makalah penelitian kualitatifMakalah penelitian kualitatif
Makalah penelitian kualitatif
 
Grounded research baren barnabas copy
Grounded research baren barnabas   copyGrounded research baren barnabas   copy
Grounded research baren barnabas copy
 
Paradigma penelitian
Paradigma penelitianParadigma penelitian
Paradigma penelitian
 
Analisis wacana
Analisis wacanaAnalisis wacana
Analisis wacana
 
Kelp ika kurnia r. kelebihan dan kekurangan behavioralisme
Kelp ika kurnia r.   kelebihan dan kekurangan behavioralismeKelp ika kurnia r.   kelebihan dan kekurangan behavioralisme
Kelp ika kurnia r. kelebihan dan kekurangan behavioralisme
 
Metodologi
MetodologiMetodologi
Metodologi
 
Qualitative approaches/abshor marantika/kelompok 14 : Muhammad Iqbal (2201846...
Qualitative approaches/abshor marantika/kelompok 14 : Muhammad Iqbal (2201846...Qualitative approaches/abshor marantika/kelompok 14 : Muhammad Iqbal (2201846...
Qualitative approaches/abshor marantika/kelompok 14 : Muhammad Iqbal (2201846...
 
Analisis data kualitatif
Analisis data kualitatifAnalisis data kualitatif
Analisis data kualitatif
 

Similar to Metode Kualitatif dalam Penelitian Sosial

METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIFMETODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIFSanjaya Koembara
 
42-Article Text-79-1-10-20191209.pdf
42-Article Text-79-1-10-20191209.pdf42-Article Text-79-1-10-20191209.pdf
42-Article Text-79-1-10-20191209.pdfALINIMANIALCHUSNA
 
metodepenelitiankualitatifdankuantitatif-230924152615-c70f21f5.pdf
metodepenelitiankualitatifdankuantitatif-230924152615-c70f21f5.pdfmetodepenelitiankualitatifdankuantitatif-230924152615-c70f21f5.pdf
metodepenelitiankualitatifdankuantitatif-230924152615-c70f21f5.pdframaagungprabowo
 
Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.pptx
Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.pptxMetode penelitian kualitatif dan kuantitatif.pptx
Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.pptxRiriMurniati2
 
Penelitian kualitatif
Penelitian kualitatifPenelitian kualitatif
Penelitian kualitatifocwunj_fip
 
Dikotomi kualitatif – kuantitatif dan paradigmanya
Dikotomi kualitatif – kuantitatif dan paradigmanyaDikotomi kualitatif – kuantitatif dan paradigmanya
Dikotomi kualitatif – kuantitatif dan paradigmanyarsd kol abundjani
 
1. Metode Penelitian Kualitatif.pptx
1. Metode Penelitian Kualitatif.pptx1. Metode Penelitian Kualitatif.pptx
1. Metode Penelitian Kualitatif.pptxsosialisman
 
Paparan Tentang Penelitian Kualitatif .pptx
Paparan Tentang Penelitian Kualitatif .pptxPaparan Tentang Penelitian Kualitatif .pptx
Paparan Tentang Penelitian Kualitatif .pptxrahmameisya99
 
FUNDASI PENELITIAN KUALITATIF_tugas kelompok.pptx
FUNDASI PENELITIAN KUALITATIF_tugas kelompok.pptxFUNDASI PENELITIAN KUALITATIF_tugas kelompok.pptx
FUNDASI PENELITIAN KUALITATIF_tugas kelompok.pptxMARSIH4
 
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdfAbdulMuttalib31
 
Kelompok 1 Presentasi.pdf
Kelompok 1 Presentasi.pdfKelompok 1 Presentasi.pdf
Kelompok 1 Presentasi.pdfMuhamadSoleh33
 
Jenis penelitian kualitatif etnografi
Jenis penelitian kualitatif etnografiJenis penelitian kualitatif etnografi
Jenis penelitian kualitatif etnografiellyna hafizah
 
FIX munculnya pendekatan penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed method dan...
FIX munculnya pendekatan penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed method dan...FIX munculnya pendekatan penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed method dan...
FIX munculnya pendekatan penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed method dan...abrahamabrar26
 
Pengertian metode dan metodologi penelitian
Pengertian metode dan metodologi penelitianPengertian metode dan metodologi penelitian
Pengertian metode dan metodologi penelitianTri Ramdani
 
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) finalMetodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) finalMirza Shahreza
 

Similar to Metode Kualitatif dalam Penelitian Sosial (20)

METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIFMETODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
 
42-Article Text-79-1-10-20191209.pdf
42-Article Text-79-1-10-20191209.pdf42-Article Text-79-1-10-20191209.pdf
42-Article Text-79-1-10-20191209.pdf
 
metodepenelitiankualitatifdankuantitatif-230924152615-c70f21f5.pdf
metodepenelitiankualitatifdankuantitatif-230924152615-c70f21f5.pdfmetodepenelitiankualitatifdankuantitatif-230924152615-c70f21f5.pdf
metodepenelitiankualitatifdankuantitatif-230924152615-c70f21f5.pdf
 
Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.pptx
Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.pptxMetode penelitian kualitatif dan kuantitatif.pptx
Metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.pptx
 
Penelitian kualitatif
Penelitian kualitatifPenelitian kualitatif
Penelitian kualitatif
 
Kelompok 2
Kelompok 2Kelompok 2
Kelompok 2
 
Dikotomi kualitatif – kuantitatif dan paradigmanya
Dikotomi kualitatif – kuantitatif dan paradigmanyaDikotomi kualitatif – kuantitatif dan paradigmanya
Dikotomi kualitatif – kuantitatif dan paradigmanya
 
1. Metode Penelitian Kualitatif.pptx
1. Metode Penelitian Kualitatif.pptx1. Metode Penelitian Kualitatif.pptx
1. Metode Penelitian Kualitatif.pptx
 
fenomenologi.pdf
fenomenologi.pdffenomenologi.pdf
fenomenologi.pdf
 
Metode Kualitatif
Metode KualitatifMetode Kualitatif
Metode Kualitatif
 
Metode Kualitatif
Metode KualitatifMetode Kualitatif
Metode Kualitatif
 
Paparan Tentang Penelitian Kualitatif .pptx
Paparan Tentang Penelitian Kualitatif .pptxPaparan Tentang Penelitian Kualitatif .pptx
Paparan Tentang Penelitian Kualitatif .pptx
 
Makalah mpk ii
Makalah mpk iiMakalah mpk ii
Makalah mpk ii
 
FUNDASI PENELITIAN KUALITATIF_tugas kelompok.pptx
FUNDASI PENELITIAN KUALITATIF_tugas kelompok.pptxFUNDASI PENELITIAN KUALITATIF_tugas kelompok.pptx
FUNDASI PENELITIAN KUALITATIF_tugas kelompok.pptx
 
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf
2. PPT Materi Ajar Metodologi Penelitian (Ganjil 2018-2019).pdf
 
Kelompok 1 Presentasi.pdf
Kelompok 1 Presentasi.pdfKelompok 1 Presentasi.pdf
Kelompok 1 Presentasi.pdf
 
Jenis penelitian kualitatif etnografi
Jenis penelitian kualitatif etnografiJenis penelitian kualitatif etnografi
Jenis penelitian kualitatif etnografi
 
FIX munculnya pendekatan penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed method dan...
FIX munculnya pendekatan penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed method dan...FIX munculnya pendekatan penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed method dan...
FIX munculnya pendekatan penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed method dan...
 
Pengertian metode dan metodologi penelitian
Pengertian metode dan metodologi penelitianPengertian metode dan metodologi penelitian
Pengertian metode dan metodologi penelitian
 
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) finalMetodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
 

More from Cha Aisyah

Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiUnimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiCha Aisyah
 
Pai 117310011-abs
Pai 117310011-absPai 117310011-abs
Pai 117310011-absCha Aisyah
 
P 18 pendidikan(nila k)
P 18 pendidikan(nila k)P 18 pendidikan(nila k)
P 18 pendidikan(nila k)Cha Aisyah
 
Muh hafidz guru dan profesinya dalam perspektif islam 3
Muh hafidz   guru dan profesinya dalam perspektif islam 3Muh hafidz   guru dan profesinya dalam perspektif islam 3
Muh hafidz guru dan profesinya dalam perspektif islam 3Cha Aisyah
 
Modul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaModul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaCha Aisyah
 
Matematika 3-hal.-312-473
Matematika 3-hal.-312-473Matematika 3-hal.-312-473
Matematika 3-hal.-312-473Cha Aisyah
 
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Cha Aisyah
 
Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...
Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...
Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...Cha Aisyah
 
Hasil akhir-interaksi-januari-2014
Hasil akhir-interaksi-januari-2014Hasil akhir-interaksi-januari-2014
Hasil akhir-interaksi-januari-2014Cha Aisyah
 
Bab i, iv, daftar pustaka 2
Bab i, iv, daftar pustaka 2Bab i, iv, daftar pustaka 2
Bab i, iv, daftar pustaka 2Cha Aisyah
 
Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689
Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689
Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689Cha Aisyah
 
Artikel1 b38e977f3512c05b4df6426cd3b167f
Artikel1 b38e977f3512c05b4df6426cd3b167fArtikel1 b38e977f3512c05b4df6426cd3b167f
Artikel1 b38e977f3512c05b4df6426cd3b167fCha Aisyah
 
2013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
2013 2-2-84202-411409095-bab2-120320140128272013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
2013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827Cha Aisyah
 
1757 3456-2-pb
1757 3456-2-pb1757 3456-2-pb
1757 3456-2-pbCha Aisyah
 

More from Cha Aisyah (19)

Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiUnimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
 
Pai 117310011-abs
Pai 117310011-absPai 117310011-abs
Pai 117310011-abs
 
P 18 pendidikan(nila k)
P 18 pendidikan(nila k)P 18 pendidikan(nila k)
P 18 pendidikan(nila k)
 
Muh hafidz guru dan profesinya dalam perspektif islam 3
Muh hafidz   guru dan profesinya dalam perspektif islam 3Muh hafidz   guru dan profesinya dalam perspektif islam 3
Muh hafidz guru dan profesinya dalam perspektif islam 3
 
Modul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaModul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polya
 
Matematika 3-hal.-312-473
Matematika 3-hal.-312-473Matematika 3-hal.-312-473
Matematika 3-hal.-312-473
 
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
 
Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...
Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...
Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...
 
Hasil akhir-interaksi-januari-2014
Hasil akhir-interaksi-januari-2014Hasil akhir-interaksi-januari-2014
Hasil akhir-interaksi-januari-2014
 
Bab i, iv, daftar pustaka 2
Bab i, iv, daftar pustaka 2Bab i, iv, daftar pustaka 2
Bab i, iv, daftar pustaka 2
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Artikel14
Artikel14Artikel14
Artikel14
 
Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689
Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689
Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689
 
Artikel1 b38e977f3512c05b4df6426cd3b167f
Artikel1 b38e977f3512c05b4df6426cd3b167fArtikel1 b38e977f3512c05b4df6426cd3b167f
Artikel1 b38e977f3512c05b4df6426cd3b167f
 
73511013 bab2
73511013 bab273511013 bab2
73511013 bab2
 
2013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
2013 2-2-84202-411409095-bab2-120320140128272013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
2013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
 
1757 3456-2-pb
1757 3456-2-pb1757 3456-2-pb
1757 3456-2-pb
 
09 e01096
09 e0109609 e01096
09 e01096
 

Recently uploaded

Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 

Recently uploaded (20)

Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 

Metode Kualitatif dalam Penelitian Sosial

  • 1. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-65 57 57 MEMAHAMI METODE KUALITATIF Gumilar Rusliwa Somantri Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail: gsomantri@yahoo.com Abstrak Metode penelitian kualitatif secara luas telah digunakan dalam berbagai penelitian sosial termasuk sosiologi. Terdapat beberapa kesimpangsiuran dalam memahami metode kualitatif yang seringkali dianggap sebagai pelengkap dari metode kuantitatif. Penelitian pustaka ini ingin mendiskusikan beragam isu terkait dengan kelebihan dan kekurangan dalam metode penelitian kualitatif. Kami menyimpulkan bahwa metode kualitatif secara potensial dapat berguna dalam menyumbangkan pembangunan teori-teori ilmu sosial serta metodologi dalam konteks ke-Indonesiaan. Lebih dari itu, penggunaan metode penelitian kualitatif dapat membawa ilmu sosial khususnya sosiologi di Indonesia berada dalam posisi setara dalam dialog peradaban dengan sesama komunitas akademik di Barat. Abstract Qualitative method has been widely be adopted in research practices in Indonesian tradition of social sciences including sociology. However, it seems there is misunderstanding on the method that is seen as additional to the quantitative one. This literature study intend to discuss related issues to the strengths and weaknesses of qualitative method. We do conclude here, that the method has productive potential for fostering the develomment of social theories as well as methodology in the context of Indonesian world. Hence, it is possible to bring Indonesian social sciences especially sociology into equal position of future dialog with the counterparts from the Western communities. Keywords: qualitative method, method in practice, theorizing, contextualization, relevancy 1. Pendahuluan Metodologi secara umum didefinisikan sebagai ”a body of methods and rules followed in science or discipline”. Sedangkan metode sendiri adalah ”a regular systematic plan for or way of doing something”. Kata metode berasal dari istilah Yunani methodos (meta+bodos) yang artinya cara.1 Jadi, metode penelitian sosial adalah cara sistematik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam proses identifikasi dan penjelasan fenomena sosial yang tengah ditelisiknya. Secara dikotomis, dalam ilmu sosial dikenal dua jenis metode penelitian yaitu kuantitatif dan kualitatif.2 1 Lihat Webster’s New Encyclopedic Dictionary , (New York: Black Dog and Leventhan Publ. Inc, 1994), hlm. 631. 2 Dalam metode penelitian sosial, dimungkinkan seorang peneliti menggabungkan kedua metode tersebut. Penjelasan yang cukup lengkap mengenai hal tersebut dapat dilihat dalam Abbas Tashakkori & Charles Teddlie(eds), Handbook of Mixed Methods in Social & Behavioral Research, (Thousand Oaks, California: Sage Publ. Inc, 2003). 2. Metode Penelitian Tulisan ini merupakan penelitian pustaka yang memusatkan perhatian pada isu-isu penting seputar metode kualitatif. Kajian ini berangkat dari suatu cara pandang bahwa metode kualitatif banyak disalahartikan secara aneka ragam, seperti ”gampangan”, rumit, bahkan dianggap inferior dan marginal dibandingkan saudara tirinya, metode kuantitatif. Salah satu penyebab mendasar dari hal ini adalah para peneliti kualitatif gagal memahami dan menerapkan prinsip-prinsip metode ini secara benar. Pertanyaan penelitian kami adalah bagaimana kita memahami metode kualitatif agar dapat menghasilkan kajian produktif dan berguna dalam ilmu sosial, khususnya sosiologi di Indonesia? Dalam rangka menjawab pertanyaan di atas, kami melakukan penelusuran pustaka yang akan dituangkan dalam beberapa sub bahasan. Diskusi kritis mengenai kekuatan dan kelemahan metode kualitatif dan kuantitatif akan dibahas pada bagian dua. Bagian ini penting dikemukakan, agar kita semua melihat secara jelas kesetaraan metodologi. Yaitu, masing-masing metode mempunyai paradigma teoritik, gaya, asumsi
  • 2. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-65 58 paradimatik, serta kekuatan dan kelemahan sendiri. Bagian tiga dari tulisan ini akan menguraikan secara lengkap jenis, orientasi dan prinsip dasar metode kualitatif. Diskusi mengenai hal ini adalah mendasar, karena seringkali kita keliru dalam menempatkan metode dalam konteks penelitian yang bersifat idiografis. Sedangkan perdebatan seputar metode kualitatif dalam praktek penelitian sosial dibahas pada bagian keempat. Pada bagian ini akan diskusikan metode sebagai proses “sell” and “trade”, ranah data kualitatif dan dimensi etika. Bagian kelima akan diisi oleh uraian mengenai “penteorian” metode kualitatif. Diskusi di bagian ini memperlihatkan keterjalinan antara metode dan teori yang merupakan ciri dari sosiologi kualitatif. Bagian penutup akan berisi catatan mengenai kontribusi metode kualitatif pada pengembangan ilmu sosial khususnya sosiologi di Indonesia. 3. Analisis dan Interpretasi Data 3.1. Metode Kuantitatif dan Kualitatif dalam Perbandingan Metode kuantitatif dan kualitatif berkembang terutama dari akar filosofis dan teori sosial abad ke-20. Kedua metode penelitian di atas mempunyai paradigma teoritik, gaya, dan asumsi paradigmatik penelitian yang berbeda. Masing-masing memuat kekuataan dan keterbatasan, mempunyai topik dan isu penelitian sendiri, serta menggunakan cara pandang berbeda untuk melihat realitas sosial. Metode kuantitatif berakar pada paradigma tradisional, positivistik, eksperimental atau empiricist. Metode ini berkembang dari tradisi pemikiran empiris Comte, Mill, Durkeim, Newton dan John Locke. “Gaya” penelitian kuantitatif biasanya mengukur fakta objektif melalui konsep yang diturunkan pada variabel-variabel dan dijabarkan pada indikator-indikator dengan memperhatikan aspek reliabilitas. Penelitian kuantitatif bersifat bebas nilai dan konteks, mempunyai banyak “kasus” dan subjek yang diteliti, sehingga dapat ditampilkan dalam bentuk data statistik yang berarti. Hal penting untuk dicatat di sini adalah, peneliti “terpisah” dari subjek yang ditelitinya. Sementara metode kualitatif dipengaruhi oleh paradigma naturalistik-interpretatif Weberian, perspektif post-positivistik kelompok teori kritis serta post-modernisme seperti dikembangkan oleh Baudrillard, Lyotard, dan Derrida (Cresswell, 1994). “Gaya” penelitian kualitatif berusaha mengkonstruksi realitas dan memahami maknanya. Sehingga, penelitian kualitatif biasanya sangat memperhatikan proses, peristiwa dan otentisitas. Memang dalam penelitian kualitatif kehadiran nilai peneliti bersifat eksplisit dalam situasi yang terbatas, melibatkan subjek dengan jumlah relatif sedikit. Dengan demikian, hal yang umum dilakukan ia berkutat dengan analisa tematik. Peneliti kualitatif biasanya terlibat dalam interaksi dengan realitas yang ditelitinya.3 Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, metode penelitian mempunyai pula asumsi paradigmatik. John W. Cresswell menilik beberapa dimensi asumsi paradigmatik yang membedakan penelitian kuantitatif dengan kualitatif. Dimensi- dimensi tersebut mencakup ontologis, epistemologis, axiologis, retorik, serta pendekatan metodologis. Secara ontologis, peneliti kuantitatif memandang realitas sebagai “objektif” dan dalam kacamata “out there”, serta independen dari dirinya. Sementara itu, peneiliti kualitatif memandang realitas merupakan hasil rekonstruksi oleh individu yang terlibat dalam situasi sosial. Secara epistemologis, peneliti kuantitatif bersikap independen dan menjaga jarak (detachment) dengan realitas yang diteliti. Sementara peneliti kualitatif, menjalin interaksi secara intens dengan realitas yang ditelitinya. Secara retoris atau penggunaan bahasa, penelitian kuantitatif biasanya menggunakan bahasa-bahasa penelitian yang bersifat formal dan impersonal melalui angka atau data-data statistik. Dengan demikian, terminologi atau konsep-konsep yang jamak ditemukan dalam penelitian kuantitatif misalnya “relationship” dan ”comparison”. Sementara, penelitian kualitatif kerap ditandai penggunaan bahasa informal dan personal seperti “understanding”, “discover”, dan “meaning”. Secara metodologis, penelitian kuantitatif lekat dengan penggunaan logika deduktif dimana teori dan hipotesis diuji dalam logika sebab akibat. Desain yang bersifat statis digunakan melalui penetapan konsep-konsep, variabel penelitian serta hipotesis. Sementara itu, penelitian kualitatif lebih mengutamakan penggunaan logika induktif dimana kategorisasi dilahirkan dari perjumpaan peneliti dengan informan di lapangan atau data-data yang ditemukan. Sehingga penelitian kualitatif bericirikan informasi yang berupa ikatan konteks yang akan menggiring pada pola-pola atau teori yang akan menjelaskan fenomena sosial (Creswell, 1994: 4-7). 3.2. Jenis, Orientasi dan Prinsip Dasar Metode Kualitatif Setidaknya, terdapat lima jenis metode penelitian kualitatif yang banyak dipergunakan, yaitu: (1) observasi terlibat; (2) analisa percakapan; (3) analisa 3 Keterlibatan dan interaksi peneliti kualitatif dengan realitas yang diamatinya merupakan salah satu ciri mendasar dari metode penelitian ini. Jary and Jary mendefinisikan istilah qualitative research techniques sebagai setiap penelitian di mana ilmuwan sosial mencurahkan kemampuan sebagai pewawancara atau pengamat empatis dalam rangka mengumpulkan data yang unik mengenai permasalahan yang ia investigasi, lihat David Jary and Julia Jary, Dictionary of Sociology, (Glasgow: HarperCollins Publishers, 1991), hlm. 513.
  • 3. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-6559 Tabel 1. “Gaya” Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Kuantitatif Kualitatif Mengukur fakta-fakta objektif Mengkonstruksikan realitas dan makna kultural Fokus pada variabel-variabel Fokus pada proses dan peristiwa secara interaktif Reliabilitas adalah kunci Otentisitas adalah kunci Bebas nilai Hadirnya nilai secara eksplisit Bebas dari konteks Dibatasi situasi Banyak kasus dan subjek Sedikit kasus dan subjek Analisis statistik Analisis tematik Peneliti terpisah Peneliti terlibat Sumber: W. Lawrence Neuman, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, (Needham Heights, MA: Allyn& Bacon, 1997), hlm. 14. Tabel 2. Asumsi Paradigmatik Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Asumsi Pertanyaan Kuantitatif Kualitatif Asumsi ontologis Apakah sifat dasar realitas? Realitas bersifat objektif dan singular, terpisah dari peneliti Realitas bersifat subjektif dan ganda sebagaimana terlihat oleh partisipan dalam studi Asumsi epistemologis Bagaimana hubungan antara peneliti dengan yang diteliti? Peneliti independen dari yang diteliti Peneliti berinteraksi dengan yang diteliti Asumsi aksiologis Bagaimana peranan dari nilai? Bebas nilai dan menghindarkan bias Sarat nilai dan bias Asumsi retoris Bagaimana penggunaan bahasa penelitian? • Formal • Berdasar definisi • Impersonal • Menggunakan bahasa kuantitatif • Informal • Mengembangkan keputusan-keputusan • Personal • Menggunakan bahasa kualitatif Asumsi metodologis Bagaimana dengan proses penelitian? Proses deduktif Sebab akibat Desain statis-kategori membatasi sebelum studi Bebas konteks Generalisasi mengarah pada prediksi, eksplanasi dan pemahaman Akurasi dan reliabilitas melalui validitas dan reliabilitas • Proses induktif • Faktor-faktor dibentuk secara simultan • Desain berkembang- kategori diidentifikasi selama proses penelitian • Ikatan konteks • Pola dan teori dibentuk untuk pemahaman • Akurasi dan reliabilitas dibentuk melalui verifikasi Sumber: John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches, (California: Sage Publications, Inc, 1994), hlm. 5. wacana; (4) analisa isi; dan (5) pengambilan data ethnografis. Observasi terlibat biasanya melibatkan seorang peneliti kualitatif langsung dalan setting sosial. Ia mengamati, secara lebih kurang “terbuka”, di dalam aneka ragam keanggotaan dari peranan-peranan subjek yang ditelitinya (Gubrium et.al., 1992: 1577). Analisa percakapan pada umumnya memusatkan perhatian pada percakapan dalam sebuah interaksi. Peneliti memperhatikan analisa dari kompetensi-kompetensi komunikatif yang mendasari aktivitas sosial sehari-hari (Gubrium et.al.,, 1992: 1577). Discourse analysis lebih tertarik pada penggunaan bahasa. Peneliti, dalam kaitan ini, mempunyai perhatian yang besar pada praktek dan kontekstualitas (Gubrium et.al., 1992: 1577).
  • 4. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-65 60 Content analysis (analisa isi) mengkaji dokumen- dokumen berupa kategori umum dari makna. Peneliti dapat menganalisis aneka ragam dokumen, dari mulai kertas pribadi (surat, laporan psikiatris) hingga sejarah kepentingan manusia (Gubrium et.al., 1992: 1577). Pengambilan data ethnografis relatif tidak terstruktur. Peneliti biasanya memfokuskan diri pada penggalian tekstur dan alir pengalaman-pengalaman selektif dari responden melalui proses interaksi peneliti dan subjek yang ditelitinya dengan teknik wawancara mendalam secara “bebas” (Gubrium et.al., 1992: 1577). Dalam sosiologi, penelitian ethnografis mulai berkembang pada akhir 1960an-1970an ketika metodologi survey dan dasar filosofis pendorongnya menjadi sasaran kritik (Goldthorpe, 2000: 65). W. Lawrence Neuman mencoba mengidentifikasi 4 faktor yang terkait dengan orientasi dalam penelitian yang menggunakan metode kualitatif. Orientasi pertama terkait dengan pendekatan yang digunakan terhadap data. Metode kualitatif memperlakukan data sebagai sesuatu yang bermakna secara intrinsik. Dengan demikian, data yang ada dalam penelitian kualitatif bersifat “lunak”, tidak sempurna, imaterial, kadangkala kabur dan seorang peneliti kualitatif tidak akan pernah mampu mengungkapkan semuanya secara sempurna. Namun demikian, data yang ada dalam penelitian kualitatif bersifat empiris, terdiri dari dokumentasi ragam peristiwa, rekaman setiap ucapan, kata dan gestures dari objek kajian, tingkah laku yang spesifik, dokumen-dokumen tertulis, serta berbagai imaji visual yang ada dalam sebuah fenomena sosial (Neuman, 1997: 328). Orientasi kedua adalah penggunaan perspektif yang non-positivistik. Penelitian kualitatif secara luas menggunakan pendekatan interpretatif dan kritis pada masalah-masalah sosial. Peneliti kualitatif memfokuskan dirinya pada makna subjektif, pendefinisian, metapora, dan deskripsi pada kasus-kasus yang spesifik (Neuman, 1997: 329). Peneliti kualitatif berusaha menjangkau berbagai aspek dari dunia sosial termasuk atmosfer yang membentuk suatu objek amatan yang sulit ditangkap melalui pengukuran yang presisif atau diekspresikan dalam angka. Dengan demikian, penelitian kualitatif lebih bersifat transendental, termasuk di dalamnya memiliki tujuan menghilangkan keyakinan palsu yang terbentuk pada sebuah objek kajian. Penelitian kualitatif berusaha memperlakukan objek kajian tidak sebagai objek, namun lebih sebagai proses kreatif dan mencerna kehidupan sosial sebagai sesuatu yang “dalam” dan penuh gelegak. Orientasi ketiga adalah penggunaan logika penelitian yang bersifat “logic in pratice”. Penelitian sosial mengikuti dua bentuk logika yaitu logika yang direkonstruksi (reconstructed logic) dan logika dalam praktek (logic in practice). Metode kuantitatif mengikuti logika yang direkonstruksi dimana metode diorganisir, diformalkan dan disistematisir secara ketat. Sementara pada metode kualitatif, penelitian secara aktual dijalankan secara tidak teratur, lebih ambigu, dan terikat pada kasus-kasus spesifik. Hal ini tentu saja, mengurangi perangkat aturan dan menggantungkan diri pada prosedur informal yang dibangun oleh pengalaman-pengalaman di lapangan yang ditemukan si peneliti (Neuman, 1997: 330). Orientasi keempat dari metode kualitatif adalah ditempuhnya langkah-langkah penelitian yang bersifat non-linear. Dalam metode kuantitatif, seorang peneliti biasanya dihadapkan pada langkah-langkah penelitian yang bersifat pasti dan tetap dengan panduan yang jelas sehingga disebut sebagai langkah yang linear. Sementara itu, metode penelitian kualitatif lebih memberikan ruang bagi penelitinya untuk menempuh langkah non-linear dan siklikal, kadangkala melakukan upaya “kembali” pada langkah-langkah penelitian yang sudah ditempuhnya dalam menjalani proses penelitian (Neuman, 1997: 330-331). Hal ini tidak berarti kualitas riset menjadi rendah, namun lebih pada cara untuk dapat menjalankan orientasi dalam mengkonstruksikan makna. Sementara itu, Lincoln dan Guba mengajukan empat hal penting yang merefleksikan paradigma kualitatif ketika seorang peneliti hendak mengajukan proposal penelitian kualitatifnya. Pertama, kredibilitas yang bertujuan untuk mendemonstrasikan bahwa penyelidikan yang dilakukan telah selaras dengan kaidah-kaidah ilmiah. Hal ini untuk memastikan identifikasi dan deskripsi masalah penelitian secara akurat. Penyelidikan dan penelitian harus mengikuti aturan main “credible to the constructors and the original multiple realities” (Marshall et.al., 1989: 144-147) Kedua, transferability yang menyangkut kemampuan untuk demostrasi aplikasi temuan penelitian dalam konteks yang berbeda. Triangulasi dapat dijadikan rujukan untuk dapat mencapai transferability dari suatu penelitian kualitatif. Ketiga, dependability dimana peneliti berusaha untuk mencermati perubahan kondisi pada fenomena sosial yang dikajinya sebagaimana ia menyesuaikan desai studi untuk menyaring pemahaman pada setting sosial. Yang terakhir adalah confirmability, yang bisa disepadankan dengan objektivitas. Dalam hal ini, peneliti kualitatif dituntut untuk menghasilkan temuan yang dapat dikonfirmasikan oleh pihak lain (Marshall et.al., 1989: 144-147). 3.3. Metode Kualitatif dalam Praktek Metode kualitatif berkembang mengikuti suatu dalil sebagai proses yang tidak pernah berhenti (unfinished process). Ia berkembang dari proses pencarian dan penangkapan makna yang diberikan oleh suatu realitas
  • 5. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-6561 dan fenomena sosial.4 Seorang peneliti yang berkecimpung dalam penelitian kualitatif “konvensional” sering mengalami proses sell and trade. Proses ini dapat difahami pada dua gejala. Pertama, peneliti terlibat secara interaktif dengan subjek, dan berperan dalam membentuk realitas baru. Demikian juga sebaliknya, realitas secara interaktif memperkaya pengetahuan dan makna sosial seorang peneliti. Kedua, peneliti dan “subjek” terlibat dalam proses “pertukaran” sehingga interaksi dapat berjalan. Hal yang seringkali terjadi pada peneliti kualitatif adalah lepasnya kontrol untuk menjaga sikap dan statusnya ketika ia terjun ke lapangan. Positioning seorang peneliti kualitatif menjadi salah satu kunci keberhasilan untuk mendapatkan data-data yang otentik. Kerap terjadi hubungan unequal antara peneliti dengan realitas yang ditelitinya. Tentu saja, hal ini dapat mengakibatkan bias dari data yang digali bahkan proses interaksi berlangsung secara tidak wajar dan memuat struktur “hiden feodalism”. Sebagai contoh, seorang peneliti yang memiliki status sosial sebagai kelas menengah atas, mengenakan pakaian yang sangat bersih dan rapi, berbicara dengan bahasa formal dan menunjukkan otoritas pengetahuan yang “berbeda” saat meneliti petani kecil di pedesaan. Ketika “uniformitas” sosial, ekonomi, dan budaya yang lekat pada si peneliti lupa untuk ditanggalkan dalam proses penelitian, maka akan terjadi hubungan timpang yang dilegalisasi oleh kultur patron-klien petani. Terkait dengan pencarian data di lapangan, seorang peneliti kualitatif dituntut untuk secara jeli mengumpulkan data-data yang ada. Hal ini kerapkali menyulitkan karena tidak setiap permasalahan penelitian yang menarik dan signifikan, mudah dilakukan pencarian datanya. Data di lapangan dapat dipetakan ke dalam 4 ranah: front stage-disclosed (FSD), back stage-disclosed (BSD), front stage- enclosed (FSE), serta back stage-enclosed (BSE). Pada ranah data FSD, data relatif mudah didapatkan dan dikumpulkan. Dalam ranah data FSD ini, peneliti kualitatif pemula yang tidak terlalu berpengalaman dapat memperoleh informasi karena yang dibutuhkan hanya data-data yang ada di permukaan. Misalnya data- data informan yang terkait dengan usia dan pekerjaan (kecuali pekerjaan-pekerjaan tertentu yang ilegal/ melanggar norma) bisa dengan mudah didapatkan seorang peneliti kualitatif. Pada ranah data BSD, tingkat kesulitan sudah lebih tinggi. Di ranah ini, seorang 4 Metode kualitatif merupakan bagian dari proses pengetahuan yang dapat dianggap sebagai produk sosial dan juga proses sosial. Pengetahuan sebagai sebuah proses setidaknya memiliki tiga prinsip dasar yakni empirisisme yang berpangku pada fakta dan data, objektivitas dan kontrol. Lihat Royce Singleton, Jr, Bruce C. Straits, Margaret M. Straits and Ronald J. McAllister, Approaches to Social Research, (New York: Oxford University Press, 1988), hlm. 28-37 peneliti kualitatif tidak saja membutuhkan keahlian (skill) dan pengalaman penelitian. Namun ia dituntut untuk menumbuhkan rasa percaya (trust) dengan subjek yang ditelitinya. Disamping itu, pada ranah data BSD seringkali peneliti perlu melakukan triangulasi untuk mendapatkan data yang akurat dan otentik. Pada ranah data FSE, seorang peneliti kualitatif seringkali dihadapkan pada permasalahan etika dan hubungannya dengan informan. Dalam konteks ini, seringkali muncul data yang berpengaruh pada penelitian namun bersifat tertutup. Sebagai contoh, ketika seorang peneliti kualitatif mengkaji masalah pengambilan putusan di dalam keluarga, ia dihadapkan pada fakta bahwa seorang anak si informan hamil di luar nikah. Tentu saja, hal ini bisa ditanyakan pada si informan karena secara “objektif” fakta ini dapat dianggap memiliki hubungan dengan bagaimana si informan mengambil keputusan di dalam keluarganya. Masalah muncul ketika si peneliti mencoba melihat dimensi etis dalam pertanyaannya serta implikasinya terhadap “kedekatan” hubungannya dengan informan. Jalan tengah yang dapat dilakukan adalah dengan merahasiakan identitas informan melalui pseudonim, walaupun langkah ini belum tentu akan menghilangkan gangguan hubungan selanjutnya antara si peneliti dengan informan. Ranah data terakhir adalah BSE yang merupakan ranah data yang paling sulit untuk didapatkan. Pada ranah data ini, seorang peneliti kualitatif membutuhkan waktu, keahlian, pengalaman, kesabaran, ketekunan yang ekstra untuk dapat mengungkapkan realitas yang ditelitinya. Skandal hubungan politik, kolusi, korupsi, “tabu”, adalah contoh-contoh realitas sosial pada ranah data ini. Metode kualitatif sebagaimana metode-metode penelitian lainnya, dipagari dengan etika penelitian. Perlu disampaikan bahwa dalam setiap penelitian, baik dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif maupun kualitatif seorang peneliti dihadapkan pada dua sikap profesional yang harus melekat. Sikap pertama adalah pengetahuan yang mencukupi untuk memahami teknik-teknik penelitian. Sikap kedua adalah sensitivitas pada aspek etika dalam melakukan penelitian (Neuman, 1997: 443-444). Etika penelitian memiliki akar tradisi yang kuat dalam ilmu sosial sebagaimana terungkap dalam sifat bebas nilai dari eksperimetalisme, netralitas dari tradisi Weberian hingga etika utilitarian (Christians, “Ethics and Politics in Qualitative Research”, dalam Denzin et.al.,(eds), 2000: 133-152). Dalam menjaga sikap kedua ini, seorang peneliti kualitatif sering dihadapkan pada serangkaian dilema. Dilema-dilema tersebut antara lain penyamaran identitas informan, kerahasiaan, keterlibatan dengan para deviant, hubungan dengan kekuasaan, serta dalam proses
  • 6. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-65 62 Gambar 1. Pemetaan data lapangan: front stage-disclosed (FSD), back stage-disclosed (BSD), front stage-enclosed (FSE), serta back stage-enclosed (BSE). diseminasi hasil penelitiannya. Identitas dan kerahasiaan informan dapat dilakukan dengan menggunakan anonim atau pseudonim. Dalam konteks hubungan kekuasaan, seorang peneliti harus berani menembus elit kekuasaan yang berpotensi melakukan blokade atas penelitian terutama yang terkait dengan kelompok-kelompok yang nir kekuasaan. Masalah yang cukup pelik adalah ketika seorang peneliti dihadapkan pada dilema tanggung jawab menjaga privasi informan dengan tanggung jawab bahwa pengetahuan akan sebuah fakta sosial harus diketahui. Posisi kompromis yang dapat dilakukan adalah melakukan publikasi atas material yang tak mengenakkan tersebut hanya jika dibutuhkan ketika seorang peneliti hendak membangun argumen yang kuat dan luas. Perhatian pada masalah etika bergerak ke persoalan penyimpangan yang bisa terjadi dalam penelitian kualitatif, mulai dari penyimpangan ilmiah dalam hal pengumpulan data, metode atau plagiarisme (Neuman, 1997: 443-473) Dalam hubungan dengan informan atau realitas yang ditelitinya, seorang peneliti kualitatif dituntut untuk mengedepankan prinsip kesukarelaan informan untuk memberikan data yang dibutuhkan. Kesukarelaan ini harus dibarengi dengan keharusan peneliti menjaga privasi, identitas serta kerahasiaan informan. Demikian juga halnya dalam hubungan peneliti dengan pemerintah dan funding yang memiliki otoritas dan kekuasaan untuk membatasi proses penelitian. Pegangan peneliti kualitatif pada aspek-aspek etika merupakan hal yang sangat fundamental. Prinsip kesukarelaan juga berarti seorang peneliti kualitatif dituntut untuk tidak merugikan subjek penelitian, menjaga privasinya, serta menghindarkan konflik kepentingan (conflict of interest). Prinsip lain yang tidak kalah pentingnya adalah memperhatikan prinsip persetujuan memberi informasi (informed consent) dari subjek penelitian. Dalam prinsip ini, partisipan penelitian diberikan informasi yang utuh mengenai berbagai aspek penelitian yang dapat mempengaruhi terlibat tidaknya subjek tersebut berpartisipasi dalam penelitian tersebut (Ruane, 2005: 16-29). 3.4. “Penteorian” Metode Kualitatif Konsep “penteorian metode kualitatif” merujuk pada keterjalinan antara teori dengan metode. Dalam konteks ini, teori dan metode dilihat sebagai dua hal yang tidak dapat dipisahkan (insparable). Dalam tradisi sosiologi kualitatif terdapat dua pola dikotomis keterjalinan. Pertama, metode pengumpulan data seperti wawancara ethnografis, pengamatan dan lain-lain dapat dipergunakan dengan “warna” yang berbeda tergantung oleh bagaimana ia secara teoritik diinformasikan. Kedua, teori pada saat yang bersamaan juga adalah metode. Pada bagian tulisan ini akan dibahas “penteorian” metode mulai dari yang klasik hingga perkembangan baru. Bentuk paling klasik “penteorian” metode dapat ditemukan dalam tradisi interaksionisme simbolik. BSD FSD FSE BSE BACK STAGE FRONT STAGE DISCLOSED ENCLOSED
  • 7. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-6563 Herbert Blumer membangun suatu landasan teoritis yang pada dasarnya “mensituasikan” makna dalam interaksi sosial. Ia berangkat dari tiga premis pokok: (1) aktor bertindak dalam ruang dan makna yang diberikan objek serta peristiwa; (2) makna biasanya muncul di luar interaksi sosial, dan aktor mengkonstruksi makna secara masing-masing; (3) makna dirubah dalam proses interaksi. Landasan teoritik Blumer implisit memperlihatkan, bahwa interaksionisme simbolik tertarik mengkaji makna historis dan organisasi sosial dari makna yang bersifat “jadi”, berserakan, dan menjadi pembentuk utama realitas sosial. Secara metode pengumpulan data, tradisi ini banyak melakukan proses ethnografis termasuk mengembangkan “life-history”, pengamatan terlibat, bahkan analisa dokumen. Salah satu perkembangan penting dari interaksionisme simbolik pada waktu itu adalah mereka menaruh minat yang dalam pada definisi dan pemahaman asli (native understanding) dari makna dan organisasi sosialnya. Memang pandangan ini bersifat “naturalistik” dan dianut secara luas dalam interaksionisme simbolis. Mereka memegang semboyan “go out there, to where the action is” (Gubrium et.al., 1992: 1579). Dengan menggunakan metode pengumpulan data “konvensional” (partisipasi terlibat, analisa dokumen pribadi, dan wawancara ethnografis), mereka mengungkap aneka makna dari kehidupan dalam bahasa masing-masing makna tersebut melalui pencarian detil dan deskripsi yang akurat (Babbie, 2001: 281-282). Perunutan teoritis dari metode, yang mendasari “naturalisme” di atas, pada mulanya hanya merupakan desain informal dari riset. Ia lebih merupakan “tradisi oral” ketimbang metodologi “formal”. Hingga akhirnya Barney Glaser dan Anselm Strauss secara eksplisit mengemukakan strategi penelitian kualitatif, yang mereka beri nama grounded theory approach (Gubrium et.al., 1992: 1579). Menurut mereka tujuan dari sosiologi kualitatif adalah menemukan teori dari empiri. Jadi, seorang peneliti bukan memformulasikan teori sebelum ia mengamati secara empiris, namun ia masuk dalam kehidupan nyata kemudian menggali, mengidentifikasi, serta mengangkat makna-makna dan organisasi sosialnya ke permukaan. Penteorian metode kualitatif dapat pula ditemukan dalam ethnomedologi Harold Garfinkel yang memusatkan perhatian pada mendokumentasikan proses-proses yang bertalian dengan produksi dan pengelolaan karakter terorganisir dari realitas sehari- hari. Tradisi ini kontras dengan interaksionisme simbolik yang menerima bulat-bulat bahwa makna adalah “out there” serta dapat ditemukan dalam sirkumstansi asli para subjek. Ethnometodologi membongkar “asumsi” tersebut melalui pendokumen- tasian proses-proses “by which meaning are assigned to experince to produce a sense of reality or social order”. Aspek kualitatif dari pendekatan ini adalah mensfesifikasi metode para subjek untuk mengartikulasikan dan memahami realitas dalam domain pengalaman tertentu. Garfinkel memperlihat- kan melalui eksperimennya bagaimana para subjek memproduksi dan melanjutkan “a sense of reality” dalam situasi tertentu. Eksperimen, dikenal sebagai “breaching experiment”, memperlihatkan bagaimana subjek mengembangkan perilaku anomalis terhadap suatu keadaan yang selama ini diterima begitu saja. Perbedaan antara interaksionisme simbolis dan ethnomethodologi seperti dibahas di atas menggugah beberapa sosiolog kualitatif untuk melakukan kombinasi. Tradisi ini dikenal sebagai ethnografi praktis (Gubrium et.al., 1992: 1579). Produksi makna diperlakukan sebagai persoalan praktis terletak dalam, dan dipengaruhi oleh, setting-setting kongkrit. Gambaran aktor adalah sebagai seorang pelaksana dari kehidupan sehari-hari. Tugas seorang pelaksana adalah mempergunakan perhitungan, ide-ide, dan kategori- kategori yang diakui secara luas serta tersedia secara lokal pada jenis, desain dan pelaksanaan dari rencana sebuah tindakan bermakna. Melalui proses ini maka seseorang menjalani kehidupan sehari-hari dengan kesadaran atas realitas. Konsep dan kategori tersedia secara terus menerus namun berkembang. Hal inilah yang dirujuk sebagai kebudayaan dan memberikan sumber bagi pemaknaan peristiwa dan objek. Kebudayaan lokal terdiri dari makna-makna dari benda yang bersifat “mungkin”, dan bukan aktual. Penekanan ini bukan saja dekat dengan fokus subtantif dari interaksionisme simbolis dalam mengkaji makna, tetapi juga menekankan kerja komunikatif sehari-hari dalam memilih, mendisain, dan membentuk makna melalui praktek interaksional yang membangun realitas sehari- hari. Makna yang “mungkin” dari objek dan peristiwa tersedia secara lokal amat aneka ragam. Ia secara sosial didistribusikan. Keanekaragaman di atas memungkinkan pelaksana dan pengelolaan makna dalam kehidupan sehari hari penuh keleluasaan. Penekanan ini jelas meminjam dari pemikiran ethnometodologis: realitas kehidupan sehari-hari merupakan sebuah pembentukan yang penuh seni. Dalam proses pembentukan ini, kualitas produktif interaksi dihubungkan dengan konsen kualitatif tradisional pada struktur dunia sosial. Orientasi analitis dari ethnografi praktis didasarkan pada tehnik ethnografi tradisional dari metodologi kualitatif (partisipasi terlibat, wawancara ethnografis, dan analisa isi). Akan tetapi ia mengembangkan suatu pendekatan ke arah praktek deskriptif (analisa percakapan biasa dan practical reasoning) “Penteorian” metode dalam sosiologi kualitatif kini berkembang luas sejalan dengan munculnya tradisi- tradisi pemikiran baru dalam sosiologi kualitatif. Misalnya kita dapat merujuk pada tradisi feminis. Mereka mendasari diri pada argumen bahwa berbicara
  • 8. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-65 64 dan mendengarkan dari kaca mata wanita mempunyai implikasi pada metode kualitatif. Marjorie Devault mengemukakan bahwa metode kualitatif berguna secara khusus untuk membedakan dan menganalisa kualitas pengalaman yang bertalian dengan gender. Metode di atas tampaknya kini tidak mencukupi lagi. Interview ethnografis tradisional tidak mampu menyentuh keanekaragaman eksistensial dan kategorikal. Ia mengatakan observasi terlibat dan wawancara ethnografis bukan saja hanya menggali data dari seting dan subjek, namun mengarahkan pewawancara dan yang diwawancarai mengkonstruksi pengalaman secara berbeda. Wanita mengkonstruksi pengalaman secara berbeda dengan pria. Ia dikenal dengan ungkapan: “technique itself is gendered” (Gubrium et.al., 1992: 1579) Penteorian dari metode berkembang pesat di tradisi dekonstruksionis seperti Jacques Derrida, Jean Baudrillard, dan Norman Denzin (Baudrillard, 1983, Derrida, 1993, Denzin, 1990: 1577-1580). Mereka memperkenalkan “indeterminancy of meaning”. Denzin berangkat dari dekonstruksi kesusastraan dan mengaitkannya secara langsung dengan kehidupan sosial. Ia mengatakan bahwa tidak terdapat tata aturan tindakan yang menentukan bagi berlakunya makna dari objek dan peristiwa (Denzin, 1990: 1577-1580). Kita hanya menemukan “continuous play of difference”. Sementara posisi ini menggarisbawahi variasi dan diskresi, ia mengabaikan makna dari organisasi sosial. Metode tradisional sosiologi kualitatif digantikan analisa inventif-reflesif dari teks: dekat pada tradisi the new literary criticism. Perkembangan lain terjadi di bidang semiotik: the science of sign. Peter Manning menawarkan opsi lain dari metode kualitatif. Manning bergerak dari detail data ethnografis menuju taksonomi formal praktek-praktek yang bertalian dengan kehidupan sehari-hari. Sistem “signs” dan “sign” memberikan sejumlah isi dari makna dalam kehidupan sosial. Mengambil “bahasa” sebagai model kehidupan, pendekatan ini tidak memberikan tawaran pemahaman yang dicari, yaitu mengidentifikasi tata aturan dan prinsip yang mengarahkan kita pada pemahaman proses objek mengkomunikasikan makna. 4. Kesimpulan Penelitian kualitatif berusaha untuk mengangkat secara ideografis berbagai fenomena dan realitas sosial. Pembangunan dan pengembangan teori sosial khususnya sosiologi dapat dibentuk dari empiri melalui berbagai fenomena atau kasus yang diteliti. Dengan demikian teori yang dihasilkan mendapatkan pijakan yang kuat pada realitas, bersifat kontekstual dan historis. Metode penelitian kualitatif membuka ruang yang cukup bagi dialog ilmu dalam konteks yang berbeda, terutama apabila ia difahami secara mendalam dan “tepat”. Dalam kaitan ini, serangkaian karakter, jenis dan dimensi dalam metode kualitatif memberikan janji kepada ilmuwan sosial di Indonesia, terutama di bidang sosiologi, untuk dapat mengembangkan ilmu sosial dan metode pada format yang lebih otonom. Ilmu sosial di tanah air seringkali dihadapkan pada persoalan-persoalan kurangnya orisinalitas, ketidak- sesuaian antara asumsi dan kenyataan, ketidakterapan, alienasi, terjebak pada kajian yang remeh, dan kekeliruan yang mewabah dalam berbagai tingkat: mulai dari tingkat metaanalisis, teori, kajian empiris, dan pada ilmu sosial terapan (Alatas, 2003: 1-23). Hal ini berakibat pada munculnya ketergantungan akademik dan ”mental tahanan”. Dengan penggunaan metode kualitatif yang bersandar pada kaidah-kaidah ilmiah, diharapkan ilmu sosial dalam hal ini sosiologi, menemukan jati dirinya dalam menangkap orisinalitas, ketepatan, dan membumi atas semesta permasalahan sosial di bumi Indonesia. Dengan demikian, mencari relevansi dan kontekstualisasi adalah penting sebagai orientasi ilmu sosial Indonesia ke depan. Dengan strategi seperti ini diharapkan ilmu sosial Indonesia terutama sosiologi, mampu berdiri sejajar dalam dialog peradaban dengan ilmu serupa yang berkembang di belahan dunia lain termasuk Barat. Kesetaraan tersebut pada dasarnya bertalian dengan langkah “lanjutan” pijakan pada perspektif pasca-kolonial yang menekankan kontekstualisasi seiring diskursus ilmu sosial pasca- modern. Pendek kata, kita mulai menancapkan jangkar perspektif “the end of post-colonial” yang menuntun ilmu sosial pada kemampuan membedah dan mengurai kenyataan sosial dengan menggunakan teori dan metode yang relevan dengan konteks kebudayaan dan peradaban kita sendiri (Soemardjan, 1981: 16.) Daftar Acuan Alatas, Syed Farid. 2003. “Pengkajian Ilmu-Ilmu Sosial: Menuju ke Pembentukkan Konsep Tepat”, dalam Jurnal Antropologi Indonesia, Tahun XXVII No. 72, September-Desember, halaman 1-23. Babbie, Earl.2001. The Practice of Social Research, 9th Edition. Belmon, CA: Wadsworth. Baudrillard Jean.1983. Simulations. New York: Semiotext (e), Inc. Christians, Clifford G. 2000. “Ethics and Politics in Qualitative Research”, dalam Handbook of Qualitative Research. Second Edition. Thousand Oaks, California: Sage. Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. California: Sage Publications, Inc.
  • 9. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 9, NO. 2, DESEMBER 2005: 57-6565 Denzin, Norman K. 1990. “Reading Cultural Texts: Comment on Griswold”, dalam American Journal of Sociology 95, halaman 1577-1580. Derrida, Jacques. 1993. Writing and Difference. London: Routledge. Goldthorpe, John H. 2000. On Sociology: Numbers, Narratives, and Integration of Research and Theory. Oxford: Oxford University Press. Gubrium, Jaber F and James A. Holstein, 1992. “Qualitative Methods”, dalam Encyclopedia of Sociology, Vol. 3. New York: Macmillan Publishing Company. Jary, David and Julia Jary. 1991. Dictionary of Sociology. Glasgow: HarperCollins Publishers. Marshall, Catherine and Gretchen B. Rossman. 1989. Designing Qualitative Research. Newbury Park, California: Sage. Ruane, Janet M. Essentials of Research Methods: A Guide to Social Science Research. 2005. Malden, MA: Blackwell Publishing. Singleton, Jr, Royce Bruce C. Straits, Margaret M. Straits and Ronald J. McAllister. 1988. Approaches to Social Research. New York: Oxford University Press. Soemardjan, Selo, Perubahan Sosial di Yogyakarta. 1981. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tashakkori, Abbas & Charles Teddlie(eds). 2003. Handbook of Mixed Methods in Social & Behavioral Research. Thousand Oaks, California: Sage Publ. Inc. Webster’s New Encyclopedic Dictionary. 1994. New York: Black Dog and Leventhan Publ. Inc.