Dokumen tersebut merangkum metodologi ilmu politik behavioralisme dan kelebihan serta kekurangannya. Behavioralisme meyakini bahwa perilaku politik manusia dapat diukur dan diuji secara empiris dengan berbagai metode seperti analisis isi, wawancara, dan statistik. Mereka juga beranggapan bahwa hasil penelitian dapat digunakan untuk memprediksi perilaku politik di masa depan. Akan tetapi, pendekatan behavioralis
Jual Cytotec Di Majalengka Ori👗082322223014👗Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Kelp ika kurnia r. kelebihan dan kekurangan behavioralisme
1. Metodologi Ilmu Politik
Kelebihan dan Kekurangan Behavioralisme
Disusun Oleh :
Ika Kurnia Riswandari 22441
Wening Hapsari 22402
Erisandi Arditama 22247
Sita Pertiwi A 22255
Afif Akhda L 22512
Galih Ananta R 22451
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Gadjah Mada
2008
2. A. Pengantar
Perilaku manusia bisa diukur dan diuji menurut indikator tertentu secara empiris. Pengukuran ini
bisa saja berupa analisa isi, analisa kasus, wawancara dan pengamatan, serta statistik.
1
Dua
kalimat di atas setidaknya dapat menjelaskan bagaimana model berpikir kaum behavioralis.
Mereka percaya bahwa segala sesuatunya dinilai “ilmiah” jika dapat dikuantifikasi, diolah, dan
menemukan regularitas. Di level selanjutnya, sebuah keajegan akan digeneralisasi menjadi teori,
jika ia menghasilkan kesimpulan yang sama, bagaimanapun perlakuannya. Di kalangn ilmuwan
sosial, “mazhab pinjaman ilmu alam“ tersebut menjadi sesuatu yang debatable. Bahkan
keunggulannya diklaim menjadi kritik-kritik yang berbalik menyerang mereka.
A. Behavioralisme : Keunggulan yan Dikritik
Perilaku manusia bisa diukur dan diuji menurut indikator tertentu secara empiris. Pengukuran ini
bisa berupa analisa isi, analisa kasus, wawancara dan pengamatan, serta statistik
2
. Dua kalimat
di atas setidaknya dapat menjelaskan bagaimana model berpikir kaum behavioralis. Mereka
percaya bahwa segala sesuatunya dinilai “ilmiah” jika dapat dikuantifikasi, diolah, dan
menemukan regularitas. Mereka--kaum behavioralis— percaya terdapat keseragaman tertentu
dalam perilaku politik yang dapat ekspresikan dalam generalisasi atau teori yang mampu
menjelaskan serta meramalkan fenomena politik. Dengan kata lain kaum behavioralis percaya
bahwa ada pola tertentu dari perilaku politik manusia yang kesemuanya itu dapat diukur.
Hal tersebutlah yang belum pernah tersentuh oleh kaum tradisionalis. Bagaimana dengan
kepentingan dan nilai yang mereka miliki pada waktu melakukan pengukuran dan pengujian?
Dengan menggunakan metode yang matematis, dimana data diolah dan dikuantifikasi secara
matematis, peneliti bisa mengesampingkan kepentingan dan nilai yang mereka miliki untuk
merencanakan, melaksanakan, dan menganalisis penelitian.
Seperti yang telah dijelaskan, dengan generalisasi yang dibuat atas dasar penelitian
keteraturan atau keajegan suatu perilaku, maka kita akan dapat menjelaskan dan meramalkan
fenomena politik yang terjadi dan yang akan terjadi.
3
Lebih jelas lagi dicontohkan misalnya,
1
Varma SP, Teori Politik Modern, halaman 30
2
Varma SP, Teori Politik Modern, halaman 30
3
Ibid. Hlm.74.
3. dilakukan penelitian tentang faktor kemenangan Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan
presiden pada Pemilu 2004. Dari penelitian yang dilakukan terdapat beberapa alasan mengapa
pemilih cenderung memilih SBY, sebagai contoh, karena kewibawaan, tingkat pendidikan, latar
belakang politik dan lain-lain. Pada Pemilu 2009 apabila dihubungkan dengan variabel-variabel
tertentu, maka dapat diramalkan pemenang Pemilu 2009 untuk pemilihan presiden adalah yang
memiliki kriteria seperti di atas. Dengan ini kaum behavioralis menganggap bahwa ilmu politik
benar-benar merupakan ilmu yang mampu meramalkan atau memprediksi. Namun demikian,
ilmu politik tetap belum bisa disamakan dengan ilmu alam seperti fisika atau kimia, tetapi dalam
hal ini ilmu politik seakan dianggap sama dengan ilmu biologi atau astronomi yang mampu
memprediksi fenomena yang akan terjadi selanjutnya.
Jika membicarakan pendekatan yang dilakukan ilmuwan untuk memahami suatu masalah, maka
terkuak berbagai macam teknik pendekatan yang beragam. Sehingga salah satunya
memunculkan wacana unifikasi ilmu-ilmu yang ada, yang berdiri di atas akar teori sistem
umum.
4
Karena pendukung gagasan ini yakin dan percaya, dari berbagai disiplin ilmu, ada
sejumlah hal yang sama, dan kiranya dibentuk suatu tori yang bersifat umum dan abstrak.
Mereka berpendapat pula bahwa terdapat penggolongan berbagai macam disiplin ilmu yang
cenderung kaku, sehingga ia terasa “ekslusif” dan cenderung rendahnya interaksi antar bidang
ilmu yang satu dengan yang lainnya.
Dari uraian di atas, implikasinya atas perkembangan ilmu pengetahuan adalah, akan
didapatkannya teori yang bersifat umum dan bersifat abstrak, yang pada akhirnya dapat
membantu setiap disiplin ilmu memahami masalah-masalah yang mereka hadapi dengan lebih
baik. Atau dalam suatu perspektif umum, bisa digunakan sebagai petunjuk koferensi, sebelum ia
memasuki penelitian-penelitian yang lebih rinci.
5
Kebebasnilaian sebagai salah satu aspek yang sering kali dikatakan sebagai keunggulan
mahzab positivis, ternyata menurun juga dalam metodologi behavioral. Orang-orang penganut
mahzab ini percaya seorang ilmuan harus benar-benar netral (bebas nilai) dalam melakukan
suatu penelitian. Namun hal ini menjadi terpatahkan ketikan ternyata hasil penelitian orang-
orang penganut paradigma ini dijadikan alat kepentingan pihak-pihak lain.
4
Revolusi behavioralism dlm ilmu politik – teori politik modern, Varma, Bab 2, hlm. 58
5
ibid
4. Contoh: hasil poling mengenai pemilu yang dilakukan orang-orang behavioral ternyata
sering kali sering kali digunakan elit-elit politik. Nah, hal inilah yang dijadikan orang-orang
post-behavioral untuk mengkritik dan mempertanyakan kebebas nilaian tersebut. Hal ini
dikarenakan orang-orang post positivis percaya bahwa dalam ilmu social tidak ada yang bebas
nilai, dan setiap tindakan manusia pasti melibatkan nilai.
Empiris merupakan salah satu kelebihan dari metodologi behavioralisme. Dimana hasilnya
adalah sebuah data yang validitasnya didasarakan atas observasi dan diperoleh melalui
penggunaan panca-indra atau peralatan mekanis. Selain itu hasilnya bisa dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, dimana jelas metodenya jelas pula. Namun empiris tadi merupakan kekurangan
dari metodologi behavioralisme, karena metode ini hanya melihat dari luarnya saja tanpa ingin
mengetahui lebih dalam atas penelitiannya. Karena menurut para ilmuwan post-behavioralism
sebuah ilmu atau penelitian sosial tidak bisa dilihat secara objektif namun subyektif sehingga
mengakibatkan behavioralisme tercabut dari realitasnya.
Pernyataan lain yang akhirnya menjadi kritik bagi behavioralisme menyoal rational
comprehensive. Pada titik ini, behavioralis mengklaim bahwa pendekatannya bersifat
menyeluruh. Artinya ia bisa memandang sebuah objek dari segala sisi. Mempertimbangkan
semua faktor dan memproyeksikan seluruh kemungkinan dengan rasionalitas yang
menguntungkan untuk mencapai benefit.
6
Padahal mustahil untuk melihat secara komprehensif,
jika yang menjadi target adalah perilaku manusia.
B. Catatan Akhir
Behavioralisme adalah satu dari dua aliran pemikiran besar di dunia. Ia berkembang dikritik,
menyempurnakan, dan seterusnya. Tak ada yang salah dengan mazhab berpikirnya. kesalahan
adalah ketika seseorang tidak konsisten dalam menggunakannya. bisa dengan berpindah-pindah,
atau mencampuradukkan berbagai logika berpikir.
6
Diskusi dengan Joas, di taman fisipol 23 September 2008 13.00
5. Referensi :
Buku :
SP. Varma. 1999. Teori Politik Modern : Raja Grafindo Perkasa
Diskusi :
dengan Yodha, 20 September 2008, pukul 10.15, di PLOD
dengan Joas, 23 September 2008, pukul 13.00, di taman depan Fisipol