SlideShare a Scribd company logo
1 of 71
Download to read offline
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG
DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
OLEH :
SURYA AMRI SIREGAR
040306020/ PETERNAKAN
DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG
DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
OLEH :
SURYA AMRI SIREGAR
040306020/PETERNAKAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana
Di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
2009
Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di
Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.
Nama : Surya Amri Siregar
NIM : 040306020
Program Studi : Ilmu Produksi Ternak
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
(Ir. Iskandar Sembiring, MM) (Ir. Edhy Mirwandhono,MSi)
Ketua Anggota
Mengetahui,
(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP)
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Ketua Departemen
ABSTRACT
Surya Amri Siregar, 2008. Analisys of Income’s Farmers who arise beef
cattle in Subdistrict of Stabat District of Langkat, guided by Mr. Ir. Iskandar
Sembiring, MM as the leader of Guidance Commission and Mr. Ir. Edhy
Mirwandhono, M.Si as the member of Guidance commission.
This research conduct in subdistrict of Stabat, District of Langkat, North
Sumatera, started since December 14st
2008 until January 31st
2009. These
research aims to know analisys of income’s Farmers who arise beef cattle in
subdistrict of Stabat, District of Langkat.
This research used survey method by analysing the families, who keep the
cattles. The writer used Proportional Stratified Random Sampling as the method
to take the Respondens. That was by choosing 3 villages based on cattle’s
population, that were Banyumas village (high population), Perdamean village
(medium population), and Kwala Begumit village (low population). The writer
took 53 family as farmers arise cattle’s as the samples, wich gotten from 30%
families in each village. Banyumas (30 farmers beef cattle), Perdamean
(17 farmers beef cattle) and Stabat (6 farmers beef cattle).
The parameter inclusive of : owning mixfarming (sum of cows), age that
farmers beef catlle, education that farmers beef cattle, experience that farmers
beef cattle, family’s obligation that farmers beef catlle, motivation that farmers
beef cattle, and the workers to influence of income’s farmers beef cattle in
subdistrict of Stabat, District of Langkat.
The result of the data analyzing found that scale of owning mixfarming
(sum of cows) very significant effected (P<0,01) on the income’s farmers beef
catlle. Where as age that farmers beef cattle, education that farmer beef cattle,
experience that farmers beef catlle, motivation that farmers beef cattle, family’s
obligation that farmers beef cattle, and the workers no significant effect (P>0,05)
on the income’s farmers beef cattle.
In spite of F-test found that scale of owning mixfarming (sum of cows),
age that farmers beef cattle, education that farmers beef cattle, experience that
farmers beef cattle, family’s obligation that farmers beef cattle, motivation that
farmers beef cattle, and the workers to enclose entirely significant effect (P<0,05)
on the income’s farmers beef cattle.
Key Word : Income’s farmers beef cattle, scale of owning mixfarming (sum of
cows), age that farmers beef cattle, education that farmers beef
cattle, experience that farmers beef cattle, family’s obligation that
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
farmers beef cattle, motivation that farmers beef cattle, and the
workers
ABSTRAK
Surya Amri Siregar, 2008. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong
Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, dibawah bimbingan Bapak Ir.
Iskandar Sembiring, MM sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. Edhy
Mirwandhono, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini dilaksanakan Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
Sumatera Utara yang dimulai dari tanggal 14 Desember 2008 sampai 31 Januari
2009. tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan peternak
sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit
analisis keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode penarikan sampel
yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu dengan
cara memilih 3 buah desa berdasarkan populasi ternak sapinya, yaitu desa
Banyumas (populasi tinggi), desa Perdamean ( populasi sedang) dan desa Kwala
Begumit (populasi rendah). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 53 keluarga
peternak sapi potong yang didapat dari 30% peternak masing-masing desa, yaitu
desa Banyumas (30 peternak), desa Perdamean (17 peternak) dan desa Kwala
Begumit (6 peternak).
Parameter yang diamati meliputi : skala usaha (jumlah ternak sapi), umur
peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga,
motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja yang mempengaruhi pendapatan
peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa skala usaha (jumlah
ternak sapi) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pendapatan peternak sapi
potong. Sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak,
motivasi beternak, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah tenaga kerja tidak
berpengaruh (P>0,05) terhadap pendapatan peternak sapi potong.
Namun dari uji F diperoleh skala usaha, umur peternak, tingkat
pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi
beternak, dan jumlah tenaga kerja secara bersama berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap pendapatan peternak sapi potong.
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Kata Kunci : Pendapatan peternak sapi potong, skala usaha, umur peternak,
tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan
keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala rahmah dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan , sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “ANALISIS PENDAPATAN
PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN
LANGKAT “ yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar
sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kepada
Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM, selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak
Ir. Edhy Mirwandhono, M.Si, selaku anggota komisi pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar,
MP selaku ketua Departemen Peternakan dan Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc
selaku sekretaris Departemen peternakan, Fakultas Pertanian.
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Akhirnya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
kita semua.
Medan, Februari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT ......................................................................................................... i
ABSTRAK............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
PENDAHULUAN ................................................................................................1
Latar Belakang..............................................................................................1
Kerangka Pemikiran......................................................................................6
Identifikasi Masalah......................................................................................8
Tujuan Penelitian ..........................................................................................8
Kegunaan Penelitian......................................................................................9
Hipotesa Penelitian........................................................................................9
TINJAUAN LITERATUR...................................................................................10
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Usaha Peternakan Rakyat .............................................................................10
Panca Usaha Ternak Potong..........................................................................15
Analisis Usaha ..............................................................................................19
Pendapatan Usaha Ternak .............................................................................20
Biaya Produksi..............................................................................................21
Penerimaan dan Pendapatan ..........................................................................22
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ............................................................23
Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................23
Metode Penentuan Responden Penelitian ......................................................23
Metode Pengumpulan Data ...........................................................................24
Metode Analisis Data....................................................................................24
Defenisi dan Batasan Operasional .................................................................28
HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................30
Karakteristik Responden ..............................................................................30
Sistem Pemeliharaan Pada Usahaternak Sapi Potong Di Daerah Penelitian....39
Pemberian Pakan/Minum......................................................................39
Pembersihan Kandang ..........................................................................41
Pembersihan Ternak Sapi .....................................................................41
Pengendalian Penyakit..........................................................................42
Pemasaran Ternak Sapi.........................................................................42
Pengaruh Variabel Bebas/Independent Terhadap Pendapatan Peternak ..................43
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan...................................................................................................52
Saran............................................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................54
LAMPIRAN
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Hal
1. Kandungan gizi dalam tiap gram daging dari beberapa jenis ternak..............3
2. Perkembangan populasi sapi potong di Sumatera Utara................................3
3. Jenis dan populasi ternak besar di Kabupaten Langkat
provinsi Sumatera Utara dari tahun 2004 – 2006 ..........................................4
4. Populasi ternak sapi potong menurut kecamatan di Kabupaten Langkat
tahun 2005 – 2007........................................................................................5
5. Karekteristik responden di daerah penelitian ................................................30
6. Rata-rata penerimaan peternak dari usahaternak sapi potong
per responden per tahun (Rp/tahun)..............................................................38
7. Rata-rata pendapatan bersih peternak dari usahaternak sapi potong
per responden per tahun (Rp/tahun)..............................................................39
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
8. Analisis varian pendapatanb
dan hasil penduga parameter ............................43
9. Analisis regresi linier berganda pengaruh jumlah ternak, jumlah tenaga kerja,
Jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, motivasi, umur, dan pengalaman
Beternak ......................................................................................................44
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Karekteristik responden di daerah penelitian (2008) ..................................57
2. Perkembangan ternak sapi potong selama kurun waktu 1 tahun
(Desember 2007-Desember 2008) .............................................................58
3. Nilai Perkembangan ternak sapi potong selama kurun waktu 1 tahun
(Desember 2007-Desember 2008) .............................................................59
4. Curahan tenaga kerja dewasa dan anak-anak pada setiap kegiatan
usahaternak sapi potong per peternak per tahun (HKP/tahun) ....................60
5 Total biaya produksi pada usahaternak sapi potong per peternak per tahun
(Rp/Tahun)................................................................................................63
6. Jumlah investasi pada usahaternak sapi potong per peternak di daerah
penelitian tahun 2008 ................................................................................64
7. Biaya kandang pada usahaternak sapi potong per peternak di daerah
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
penelitian tahun 2008 ................................................................................65
8. Biaya perlengkapan dan peralatan pada usahaternak sapi potong
peternak di daerah penelitian tahun 2008...................................................66
9. Penerimaan usahaternak sapi potong per peternak di daerah penelitian
Tahun 2008...............................................................................................68
10. Pendapatan bersih usahaternak sapi potong per peternak di daerah
penelitian tahun 2008 ................................................................................69
11. Analisis regresi linier Berganda.................................................................70
DAFTAR GAMBAR
Hal
1. Skema kerangka pemikiran analisis pendapatan peternak sapi potong........7
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Strategi pembangunan peternakan mempunyai prospek yang baik dimasa
depan, karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak akan terus
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan, dan
kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan bergizi tinggi sebagai
pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan rata-rata penduduk (Santosa, 1997).
Pembangunan dan pengembangan tersebut salah satunya adalah
pembangunan di bidang pertanian yang meliputi pembangunan di bidang
peternakan, dimana salah satu usaha peternakan yang banyak di lakukan oleh
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
masyarakat di pedesaan adalah beternak sapi potong, yang berbentuk usaha
peternakan rakyat.
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diidentifikasi alternatif pola
pengembangan peternakan rakyat yang mempunyai skala usaha yang ekonomis
yang mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga yang cukup
memadai. Dalam perspektif kedepan, usaha peternakan rakyat harus mengarah
menopang dalam pengembangan agribisnis peternakan, sehingga tidak hanya
sebagai usaha sampingan, namun sudah mengarah pada usaha pokok dalam
perekonomian keluarga. Dengan kata lain, usaha ternak rakyat diharapkan
menjadi sumber pendapatan utama rakyat peternak (paling tidak) dan dapat
memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan kelurga peternak, seperti
pada kegiatan ekonomi keluarga lainnya dan bahkan mengarah pada usaha
peternakan keluarga.
Usaha pengembangan ternak sapi potong tidak terlepas dari usaha ternak
rakyat. Dirjen Peternakan (1998) melaporkan bahwa potensi besar pengembangan
peternakan Ruminansia di Indonesia hingga saat ini dan kemungkinan di masa
mendatang berasal dari peternakan rakyat (skala usaha kecil). Hal ini ditegaskan
lagi dengan laporan Dwi Yanto (2002) yang menyatakan bahwa 99% produksi
sapi bakalan dalam negeri dilakukan oleh peternakan rakyat.
Sektor pertanian secara nasional, masih merupakan faktor yang signifikan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena mayoritas penduduk masih
memperoleh pendapatan utamanya di sektor ini. Peternakan merupakan salah satu
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
sub-sektor yang terkandung didalamnya, memiliki peranan cukup penting dalam
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara ini.
Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor peternakan
adalah upaya untuk mencukupi kebutuhan protein hewani. Pada akhirnya, upaya
ini akan berpengaruh terhadap peningkatan kecerdasan bangsa (Santoso, 1997).
Ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya
penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis yang
tingggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Ternak sapi bisa
menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan
berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kompos,
biogas, kulit, tulang dan lain sebagainya.
Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein
hewani. Namun penyediaan daging sapi belum mencukupi kebutuhan konsumsi
yang terus meningkat. Salah satu penyebabnya adalah laju pertumbuhan populasi
manusia yang tinggi tidak diikuti dengan laju pertumbuhan populasi sapi potong.
Laju pertumbuhan populasi sapi yang menurun ini diakibatkan oleh pengelolalaan
yang masih bersifat tradisional. Demikian juga lahan usaha peternakan dan pakan
ternak yang semakin sempit. Kandungan gizi daging beberapa jenis ternak dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Gizi dalam Tiap 100 Gram Daging Dari Beberapa Jenis
Ternak
No Daging Kalori (cal) Protein Lemak
1 Sapi 281 13,8 17,7
2 Domba 254 12,6 22,2
3 Kambing 86 12,2 15,9
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
4 Kerbau 96 14,2 3,9
5 Ayam 193 11,5 16,0
6 Kelinci 111 16-20 2,5-6,5
Sumber : Hatardi,dkk, 1986
Ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah produksi daging masih
rendah, antara lain populasi dan produksi sapi rendah. Khususnya daerah
Sumatera Utara yang masih mengalami rendahnya tingkat penyebaran populasi
ternak sapi potong yang dihasilkan, dimana dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Populasi Sapi Potong Di Sumatera Utara
Tahun Populasi Ternak Sapi Potong (Ekor)
2002 248.375
2003 248.673
2004 248.971
2005 250.465
2006 251.488
Sumber : Dinas Peternakan Sumatera Utara ( 2007 )
Kabupaten Langkat di Sumatera Utara merupakan salah satu kabupaten
yang menjadi sentra produksi ternak sapi potong. Perkembangan populasi ternak
sapi potong di Kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara dari tahun 2004 –
2007 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis dan Populasi Ternak Besar Di Kabupaten Langkat Provinsi
Sumatera Utara Dari Tahun 2004-2006
No. Tahun
Jenis Ternak
Sapi Kerbau Kuda Sapi Perah
1 2004 49.270 8.048 17 99
2 2005 60.200 8.362 0 0
3 2006 77.250 9.616 17 0
4 2007 88.838 10.578 20 0
Sumber : Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Langkat Dalam Angka
(2008)
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Sumatera Utara memiliki beberapa daerah yang sangat padat, ada yang
sedang, tetapi ada yang sangat jarang atau terbatasnya populasi ternak sapi
potong. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi besarnya pendapatan masyarakat
pada daerah tersebut sehingga timbulnya perbedaan dalam pemenuhan gizi
hewani khususnya daging sapi di setiap daerah. Sehubungan dengan hal diatas
maka penulis mencoba untuk meneliti dan menganalisis faktor - faktor yang
mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong pada suatu daerah yang
berdasarkan jumlah kepemilikan ternak sapi potong. Perkembangan populasi
ternak besar menurut jenis ternak dan Kecamatan di Kabupaten Langkat tahun
2007 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Populasi Ternak Sapi Potong Menurut Kecamatan di Kabupaten
Langkat Tahun 2005 – 2007
No Kecamatan
Jumlah Populasi (Ekor)
2005 2006 2007
1 Bahorok 1.569 4.069 4.383
2 Salapian 4.142 4.142 4.970
3 Sei Bingei 3.752 3.752 4.502
4 Kuala 5.646 6.649 6.076
5 Selesai 4.003 5.003 6.004
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
6 Binjai 2.373 2.373 2.848
7 Stabat 9.662 11.662 16.995
8 Wampu 1.031 6.031 7.237
9 Batang serangan 983 5.054 5.962
10 Sawit seberang 1.114 1.859 2.231
11 Padang tualang 9.172 3.754 4.005
12 Hinai 1.834 2.944 2.533
13 Secanggang 5.494 8.983 10.780
14 Tanjung pura 1.211 1.211 1.453
15 Gebang 2.250 2.250 1.787
16 Babalan 1.475 1.475 1.200
17 Sei.lapan 477 2.027 1.832
18 Brandan barat 477 477 572
19 Besitang 1.760 1.760 2.112
20 Pangkalan susu 1775 1.775 1.356
Jumlah Total 60.200 77.250 88.838
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Langkat Dalam Angka
(2008)
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa jumlah populasi ternak sapi potong
di Kecamatan Stabat selama tahun 2005 – 2007 mengalami peningkatan dari
tahun ketahunnya dimana pada tahun 2005 populasi ternak sapi potong sebanyak
9.662 ekor, pada tahun 2006 meningkat menjadi 11.662 ekor dan pada tahun 2007
populasi ternak sapi potong meningkat sebanyak 16.995 ekor. Seiring dengan
peningkatan jumlah populasi ternak sapi potong dari tahun ketahunnya yang
selalu meningkat maka penulis mencoba untuk mengetahui dan menganalisis
seberapa besar menguntungkan usaha yang dilakukan peternak sapi potong di
daerah Kecamatan Stabat serta faktor - faktor yang mempengaruhi pendapatan
peternak sapi potong di daerah Kecamatan Stabat yang berdasarkan jumlah
kepemilikan ternak sapi potong.
Kerangka Pemikiran
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Bertani merupakan pekerjaan utama bagi sebagian besar penduduk
Indonesia yang tinggal di pedesaan. Disamping kegiatan bercocok tanam, petani
memelihara ternak sebagai usaha tambahan untuk memanfaatkan kelebihan tenaga
kerja keluarga. Ternak merupakan komponen penting dalam sistem usahatani
yang ditangani para petani secara keseluruhan.
Dalam melaksanakan usahaternak sapinya, peternak berfungsi sebagai
pembuat keputusan yang berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efisien
dalam menjalankan dan mengelola usaha ternaknya. Karakteristik sosial ekonomi
peternak (Jumlah ternak, umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah
tanggungan keluarga, jumlah tenaga kerja, luas kandang, jumlah invastasi, total
penerimaan produksi dan total biaya produksi) dapat mempengaruhi peternak
dalam mengambil keputusan yang dapat memberikan keuntungan bagi usaha
ternaknya.
Peternak berusaha untuk mengalokasikan faktor produksi (lahan, modal
dan tenaga kerja) seefisien mungkin untuk memperoleh hasil dan keuntungan
maksimal. Proses pemeliharaan ternak juga perlu diperhatikan seperti
perkandangan, seleksi bibit, pemberian pakan dan minum, kebersihan ternak, dan
obat-obatan.
Pendapatan peternak dipengaruhi oleh faktor permintaan dan harga jual.
Harga akan naik ketika permintaan terhadap suatu komoditi meningkat, apabila
harga naik maka permintaan akan menurun.
Penerimaan akan diperoleh peternak tergantung pada jenis usahaternaknya
baik sebagai ternak potong atau perah. Pada umunya peternak menjual sapi yang
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
masih anakan, mereka akan menjual ternaknya ketika mereka membutuhkan uang
tunai untuk keperluan keluarganya.
Pendapatan bersih usaha ternak sapi diperoleh dari hasil pengurangan
dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi/ pemeliharaan.
Secara singkat dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:
Keterangan:
Pengaruh
Hubungan
Gambar 1. Skema kerangka Pemikiran
Identifikasi Masalah
Usaha Ternak Sapi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi :
- Jumlah Ternak
- Umur Peternak
- Tingkat Pendidikan
- Pengalaman Beternak
- Jumlah Tanggungan
Keluarga
- Motivasi Beternak
- Jumlah Tenaga Kerja
Pendapatan
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Usaha ternak sapi dalam bentuk usahatani merupakan salah satu usaha
yang dikelola oleh petani/peternak dengan peran ekonomi yang relatif terbatas.
Usaha ternak sapi potong merupakan salah satu jenis usaha yang dilakukan oleh
sebagian masyarakat Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Usaha peternakan
ini ada yang dijadikan sebagai pekerjaan utama, dan ada juga yang dijadikan
sebagai pekerjaan sampingan.
Permasalahan umum yang perlu diketahui antara lain berkaitan dengan
hal–hal penting yang menyangkut segi ekonomi peternak sapi potong di
Kecamatan Stabat. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk
menjawab pertanyaan berikut :
Apakah ada pengaruh skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak,
tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi
beternak, dan jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan peternak sapi potong di
Kecamatan Stabat Kabupaten langkat.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh
skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman
beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja
terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten
Langkat.
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Kegunaan Penelitian
1. Bagi peternak dapat menjadi acuan dalam menentukan jumlah
kepemilikan ternak untuk mengembangkan usaha ternak sapi potong guna
meningkatkan pendapatan dengan menganalisis faktor–faktor yang
mempengaruhinya.
2. Bagi Instansi yang terkait khususnya, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi dimasa mendatang, terutama bagi para pengambil
keputusan dan para pembuat kebijakan yang sesuai dengan kondisi daerah
yang bersangkutan dan dapat menjadi acuan dalam rangka pembangunan
usaha ternak sapi potong di wilayah tersebut atau di daerah lain.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
kalangan akademisi dan peneliti lainnya.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengambil dugaan sementara
bahwa ada pengaruh skala usaha (jumlah kepemilikan ternak sapi), umur
peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga,
motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan peternak sapi
potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
TINJAUAN LITERATUR
Rendahnya populasi ternak sapi merupakan salah satu faktor penyebab
volume produksi daging masih rendah. Pada umumnya, selama ini di Negara kita
sebagian besar ternak sapi potong yang dipelihara oleh peternak masih dalam
skala kecil, dengan lahan dan modal yang sangat terbatas (Parakkasi, 1998).
Menurut Sugeng (2000), tingkat produksi yang rendah diakibatkan
beberapa faktor sebagai berikut : faktor tujuan pemeliharaan, faktor bibit dan
faktor pakan tersedia yang terbatas.
Disamping itu, ternak sapi yang dipelihara ini masih merupakan bagian
kecil dari seluruh usaha pertanian dan pendapatan total. Tentu saja usaha berskala
kecil ini terdapat banyak kelemahan. Diantarannya adalah sebagai produsen
perorangan pasti tidak dapat memanfaatkan sumber daya produktivitas yang tinggi
seperti pada sektor usaha besar dan modern. Sebab pada usaha kecil ini baik
dalam pengadaan pakan, bibit, transportasi, pemeliharaan, dan lain sebagainya
akan menjadi jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan usaha skala besar
(Tafal, 1981).
Menurut Berg dan Butterfield (1976) bahwa faktor–faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan pertambahan berat badan adalah bangsa ternak,
umur ternak, jenis kelamin dan makanan serta lingkungannya.
Usaha Peternakan Rakyat
Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain : skala usaha
kecil dengan cabang usaha, teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
produk kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka
terhadap perubahan–perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1988).
Tujuan pokok dari sebuah usahatani keluarga adalah untuk memperoleh
hasil setinggi mungkin guna mencukupi kebutuhan bagi pelaksanaan usahataninya
dan pembentukan modal. Maka selain berusahatani peternak juga memiliki usaha
tani lain untuk mendukung usahanya (Tohir, 1991).
Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak
(Mubyarto, 1991). Pada umumnya, ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia
berlahan sempit, permodalan terbatas, tingkat pengetahuan petani yang terbatas
dan kurang dinamik, serta pendapatan petani yang rendah
(Soekartawi, dkk, 1986).
Di dalam pertanian rakyat, hampir tidak ada usahatani yang yang
memproduksi satu macam hasil saja. Disamping hasil–hasil tanaman, usaha
pertanian rakyat meliputi pula usaha–usaha peternakan, perikanan, dan kadang-
kadang usaha pencarian hasil hutan (Mubyarto, 1991).
Usahatani atau usaha peternakan mempunyai ciri khas yang
mempengaruhi prinsip–prinsip manajemen dan teknik–teknik yang digunakan.
Usahatani dan usaha peternakan sering dianggap sebagai usaha yang lebih banyak
resikonya dalam hal output dan perubahan harga serta pengaruh cuaca terhadap
keseluruhan proses produksi (Kay dan Edward, 1994).
Menurut Kay dan Edward (1994), dalam usahatani dan usaha peternakan,
pembagian kerja dan tugas manajemen jarang dilakukan, kecuali untuk skala
usaha besar. Petani dalam usahatani tidak hanya menyumbangkan tenaga saja,
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
tetapi lebih dari itu. Dia adalah pemimpin (manager) usahatani yang mengatur
organisasi produksi secara keseluruhan (Mubyarto, 1991).
Beberapa karekteristik sosial peternak yang diduga berpengaruh terhadap
pendapatan para peternak yaitu :
a. Skala Kepemilikan
Menurut Prawirokusumo (1991), usaha yang bersifat tradisional diwakili
oleh para petani dengan lahan sempit yang mempunyai 1-2 ekor ternak.
Berdasarkan kepemilikan lainnya, petani Indonesia dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu: (1) petani yang tidak memilki lahan (landless labor); (2) petani
pemilik lahan; dan (3) petani pemilik penyewa penggarap, artinya selain menyewa
lahan, juga memiliki lahan sendiri (Mubyarto, 1991).
Tipe lahan yang akan digunakan untuk usahatani, termasuk usaha
peternakan harus diselidiki dahulu tingkat kesuburannya. Pada dasarnya lahan
yang baik dapat ditingkatkan kesuburannya, tetapi lahan yang kurus juga dapat
ditingkatkan kesuburannya. Lahan harus sesuai untuk ditanami jagung, rumput–
rumputan dan leguminosa (Sudono, 1999).
b. Umur
Semakin tinggi usia seseorang semakin kecil ketergantungannya kepada
orang lain atau semakin mandiri. Chamdi (2003) mengemukakan, semakin muda
usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap
sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi
semakin tinggi. (Soekartawi (e), 2002), menyatakan bahwa para petani yang
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
berusia lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan
pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara
hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru.
c. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan peternak maka akan semakin tinggi
kualitas sumberdaya manusia, yang pada gilirannya akan semakin tinggi pula
produktivitas kerja yang dilakukannya. Oleh karena itu, dengan semakin tingginya
pendidikan peternak maka diharapkan kinerja usaha peternakan akan semakin
berkembang (Syafaat, et al, 1995).
Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang
kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya.
Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan
kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003).
Seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mampu
memanfaatkan potensi didalam maupun diluar dirinya dengan lebih baik. Orang
itu akan menemukan pekerjaan yang paling tidak setara dengan pendidikannya
(Soekartawi (d), 1996).
Menurut Soekartawi (1986), menyatakan bahwa tingkat pendidikan
peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka
terhadap inovasi dan teknologi baru.
d. Pengalaman Beternak
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap
penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman
diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan
usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian
(Fauzia dan Tampubolon, 1991).
Menurut Abidin dan Simanjuntak (1997), faktor penghambat
berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-
faktor topografi, iklim, keadaaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan
rerumputan atau penguat, disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak
masyarakat sangat menentukan pula perkembangan peternakan didaerah itu.
e. Motivasi Beternak
Menurut Fathoni (2004), kekuatan motivasi dari sumber daya manusia
sangat dipengaruhi oleh faktor extrinsic (motivasi yang timbul oleh dorongan
yang ditimbulkan dari dalam dirinya) dan lingkungannya. Demikian juga menurut
Sudrajad (2005) yang menyatakan bahwa tanpa ada motivasi dari diri sendiri jelas
tipe orang yang sulit untuk diajak bekerja atau berusaha. Jadi, orang-orang yang
demikian perlu diberikan motivasi atau dorongan sehingga timbul niat untuk
bekerja.
f. Jumlah Tanggungan Keluarga
Semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat pula beban
hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi
keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang lahan
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan bertambahnya anggota keluarga
sementara kebutuhan akan produksi terutama pangan semakin bertambah
(Daniel, 2002).
Menurut Bossard and Boll yang disitir Ahmadi (2003), bahwa masyarakat
itu mula-mula terdiri dari small family (keluarga kecil), yaitu suatu keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu dan anaknya paling banyak 2 atau 3 anak. Pada keluarga
kecil ini anak-anak lebih banyak menikmati segi sosial ekonomi dan lebih banyak
diperhatikan orang tuanya.
g. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak
dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja
berkaitan erat dengan konsep penduduk, dalam hal ini pengertian tenaga kerja
adalah semua penduduk usia kerja (15-64 tahun) yakni penduduk yang potensial
dapat bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk bekerja atau yang sedang
mencari pekerjaan (Hernanto, 1993).
Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja pria, wanita dan tenaga kerja anak-
anak yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Satu hari kerja setara
pria (1 HKP) menggunakan jumlah jam kerja selama 8 jam dengan standard :
Tenaga kerja pria dewasa > 15 Tahun = 1 HKP
Tenaga kerja wanita dewasa > 15 Tahun = 0.8 HKP
Tenaga kerja anak-anak 10-15 Tahun = 0.5 HKP
(Hernanto,1993).
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Panca Usaha Ternak Potong
Bibit
Menurut Sugeng (2000), dalam hal pemilihan bibit dengan cara seleksi
dan penyingkiran sapi–sapi yang kurang baik dari kelompok sapi yang dipelihara
perlu dilakukan. Laju pertumbuhan sapi macam apapun kerapkali tidak
dihiraukan, dan yang terpenting bagi peternak ialah kelompok sapi yang
dipelihara itu tetap bisa berkembang biak.
Salah satu faktor keberhasilan beternak adalah keterampilan memilih bibit
ternak. Pejantan yang digunakan sebagai pemacek seyogianya adalah milik desa
atau milik pemerintah atau dengan Inseminasi Buatan (Dinas Peternakan, 1983).
Pakan
Keberhasilan usaha ternak sapi, baik sapi potong atau kerja hanya
mungkin tercapai apabila fakto –faktor penunjangnya memperoleh perhatian yang
penuh. Salah satu faktor utama ialah makanan, disamping faktor genetik dan
manajemen. Oleh karena itu, bibit sapi yang baik dari jenis unggul hasil seleksi
harus diimbangi dengan pemberian makanan yang baik pula (AAk, 1991).
Terbatasnya pakan ternak sapi, terutama pakan hijauan yang tersedia
sepanjang tahun merupakan kendala besar dalam memproduksi daging
(Sugeng, 2000).
Sistem pencernaan dari berbagai jenis – jenis ternak mencerminkan pula
macam bahan makanan yang dapat dimakannya. Ternak ruminansia/pemamahbiak
mempunyai alat pencernaan yang berbeda dari non ruminansia. Ruminansia
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
menggunakan hijauan sebagai bahan makanan utama sebaliknya ternak–ternak
non ruminansia menggunakan konsentrat sebagai bahan makanan pokok
(Abidin dan Simanjuntak, 1997).
Ternak sapi sebagai salah satu hewan ruminansia beralat pencernaan yang
terbagi atas empat bagian, yakni rumen, reticulum, omasum, dan abomasum.
Dengan alat ini sapi mampu menampung jumlah bahan pakan yang lebih besar
dan mampu mencerna bahan pakan yang kandungan serat kasarnya tinggi.
Sehingga pakan pokok hewan ini berupa hijauan atau rumput dan pakan penguat
sebagai tambahan. Pada umumnya bahan pakan hijauan diberikan dalam jumlah
10% dari berat badan dan pakan penguat cukup 1% dari berat badan
(Sugeng, 2000).
Dinegara kita pemberian makanan pada ternak belum begitu diperhatikan.
Pada umumnya ternak hanya diberikan makanan hijauan dengan cara
menggembalakan di lapangan ataupun diarit untuk diberikan kepada ternaknya.
Pada umumnya kualitas rumput tersebut sangat rendah, karena jarang terdapat
pemeliharaan rumput–rumputan hijauan makanan ternak secara khusus untuk
makanan ternaknya (Abidin dan Simanjuntak, 1997).
Kandang
Perkandangan dan peralatan sangat penting dalam menentukan sukses
tidaknya suatu perusahaan ternak sapi. Oleh karena itu sangat perlu untuk
merencanakan pembuatan kandang dengan peralatan seefisien mungkin.
Peternakan sapi dengan sistem pemeliharaan di pasture (padang penggembalaan),
kandang diperlukan hanya untuk malam hari dimana sapi–sapi tersebut pada pagi
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
harinya dilepas pada padang penggembalaan ini dapat dibuat pula kandang yang
dilengkapi dengan atap yang bisa terbuat dari genteng atau rumbia atau bisa juga
tanpa atap. Lantainya sebaiknya disemen. Sebagai patokan umum seekor sapi
dewasa membutuhkan tempat seluas 2,5 sampai 3 m2
(kira–kira 1,5 x 2 m )/
ekornya (Abidin dan Simanjuntak, 1977).
Kontruksi kandang menurut Sugeng (2000), dibangun dengan perencanaan
yang benar akan menjamin kenyamanan hidup ternak sebab bangunan kandang
sangat erat hubungannya dengan kehidupan ternak.
Sehubungan dengan kebutuhan hidup ternak sapi untuk beradaptasi ini,
maka perencanaan bangunan kandang yang perlu diperhatikan ialah : iklim
setempat, konstruksi dan bahan bangunan. Ketiga faktor ini perlu diperhatikan
karena faktor–faktor tersebut akan membawa kenyamanan bagi ternak apabila
kesemuannya tadi dipadu dengan baik (AAK, 1991).
Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Penyakit yang timbul pada sapi potong biasanya dibagi atas empat macam
yaitu (1) external parasitis; (2) internal parasitis; (3) penyakit menular;
(4) penyakit tidak menular. Pencegahan terhadap timbulnya penyakit lebih
penting daripada mengobati. Oleh karena itulah maka para peternak selalu
menjaga kesehatan daripada ternak–ternaknya melalui sanitasi yang baik,
penyemprotan dengan desinfektan, vaksinasi secara teratur. Ternak–ternak akan
mudah tertular penyakit bila manajemenya kurang baik. Parasit–parasit dan
penyakit biasanya berkembang baik pada ternak–ternak yang kondisinya tidak
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
baik dan dapat menyebar pada ternak–ternak yang sehat lainnya
(Abidin dan Simanjuntak, 1977).
Pemasaran
Permintaan pasar akan daging sapi meningkat terus dari tahun ketahun
sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan taraf hidup rakyat
disertai dengan pengertian mengenai kepentingan pangan dan gizi. Biasanya
kebutuhan daging dipasaran. Hal tersebut sangat erat hubungannya dengan
kehidupan sosial dan agama, seperti musim haji, musim hajatan (pernikahan dan
lain–lain), hari natal dan tahun baru, dan puncaknya adalah hari raya Idul Fitri
atau bulan Syawal (Darmono, 1993).
Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan pengetahuan
masyarakat tentang gizi berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat kearah
gizi berimbang sehingga memberikan peluang pemasaran hasil–hasil peternakan.
Disamping itu, terbukanya perdagangan international mengakibatkan
kemungkinan ekspor ternak dan hasil semakin meningkat bila diikuti dengan
peningkatan kualitas (Gunawan, dkk, 1993).
Analisis Usaha
Analisis usaha ternak merupakan pendekatan yang sangat penting bagi
suatu usaha ternak komersil. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah
pemecahan berbagai kendala yang di hadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan
mencari titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil
analisis ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
cabang usaha atau memperbesar skala usaha. Hernanto (1996) menyatakan bahwa
analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh.
Ada tiga laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu : (1) cash flow
(arus biaya dan penerimaan), (2) neraca (balance sheet), (3) pertelaan pendapatan
(income statement).
Pertelaan pendapatan (income statement) lebih menunjukkan kepada
sumber–sumber penerimaan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai
penerimaan tersebut. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha
dan tersedianya dana riil untuk periode selanjutnya. Menurut Suharno dan
Nazaruddin (1994), gambaran mengenai usaha ternak yang memilki prospek cerah
dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis usaha juga dapat memberikan
informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya
untuk bibit, pakan, dan kandang, lamanya modal akan kembali dan tingkat
keuntungan yang diperoleh.
Pendapatan Usaha Ternak
Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu
kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen
itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila
pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi.
Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan
pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993).
Analisis usahaternak sapi sangat penting sebagai kegiatan rutin suatu
uasahaternak komersil. Dengan adanya analisis usaha dapat dievaluasi dan
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
mencari langkah pemecahan berbagai kendala, baik usaha untuk mengembangkan,
rencana penjualan maupun mengurangi biaya-biaya yang tak perlu
(Murtidjo, 1993).
Usaha ternak sapi telah memberi kontribusi dalam peningkatan pendapatan
keluarga peternak. Soekartawi (c), (1995) menyatakan bahwa peningkatan
pendapatan keluarga peternak sapi tidak dapat dilepaskan dari cara mereka
menjalankan dan mengelola usahaternaknya yang sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor sosial dan faktor ekonomi.
Pendapatan usahaternak sapi sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak
yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak sapi
maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh ( Soekartawi, 1995).
Biaya Produksi
Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan,
yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan, dan dapat diukur untuk
menghasilkan suatu produk (Cyrilla dan Ismail, 1988).
Menurut Boediono (1998), biaya mencakup suatu pengukuran nilai
sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas–aktivitas yang
bertujuan untuk mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya
dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel).
a. Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan
produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu seperti
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
depresiasi asuransi, perbaikan rutin, pajak, dan bunga modal termasuk kedalam
biaya tetap (Widjaja, 1999).
b. Biaya variabel (variable cost)
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah–ubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan (Widjaja, 1999).
Seperti pakan, pupuk, bibit, dan obat–obatan, bahan bakar, dan kesehatan
ternak termasuk kedalam biaya tidak tetap (Kay dan Edward, 1994).
Pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan secara produksi (input)
yang diperlukan pada proses produksi. Untuk sarana produksi yang dibeli
dimasukkan dalam biaya tunai, sedangkan untuk sarana produksi yang tidak
dibeli, dimasukkan dalam biaya diperhitungkan (Soeharjo dan Patong, 1973).
Penerimaan dan Pendapatan
Soekartawi, dkk (1986), menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai
produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun
yang tidak dijual. Soeharjo dan Patong (1973), menyatakan bahwa penerimaan
merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga peroleh satuan.
Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga
pada tingkat usahatani atau harga jual petani.
Penerimaan dalam usahatani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan
selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan
dengan biaya produksi (Kay dan Edward, 1994).
Soeharjo dan Patong (1973), menyebutkan bahwa dalam analisis
pendapatan diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa
tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan
keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis
pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
Sumatera Utara. Kecamatan Stabat terdapat diantara Kotamadya Medan,
Kotamadya Binjai, dan Selat Malaka. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Secanggang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Binjai, sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Wampu dan sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Deli Serdang (Kecamatan Hamparan Perak) Luas wilayah lebih kurang
9064 Ha (90,64 Km2
) hektar dari luas Kabupaten Langkat. Iklim di daerah ini
seperti umumnya daerah–daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara,
Kabupaten Langkat termasuk daerah yang beriklim tropis.
(Badan Pusat Statistik, 2007).
Metode Penentuan Responden Penelitian
Persyaratan responden adalah para peternak sapi potong di Kecamatan
Stabat Kabupaten Langkat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
survey dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode
penarikan responden yang digunakan adalah sebagai berikut :
- Pada tahap pertama pemilihan 3 buah desa dari beberapa desa yang ada di
kecamatan Stabat dengan metode penarikan responden secara
Proportional Stratified Random Sampling (Soekartawi, 1995), yaitu desa
yang populasi ternak sapinya tinggi Desa Banyumas, sedang Desa
Perdamean dan jarang Desa Kwala Begumit . Dimana penentuan populasi
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
ternak sapi yang tinggi, sedang dan jarang tersebut ditentukan dengan
melihat data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten langkat dalam angka
2007.
- Pada tahap kedua pemilihan responden secara acak sederhana, diambil
masing-masing 30% dari seluruh peternak dari setiap desa sampel.
Wirartha, (2006) menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan
menggunakan data statistik ukuran sampel paling kecil 30 % sudah dapat
mewakili populasi.
Metode Pengumpulan Data
Data yang di peroleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder
- Data Primer diperoleh langsung dari monitoring responden terhadap
kegiatan usaha ternak sapi potong melalui wawancara dan pengisian daftar
Kuesioner.
- Data Sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Badan
Pusat Statistik Medan, Kantor Kecamatan Stabat, Kantor Kepala Desa
Kwala Begumit, Kantor Kepala Desa Banyumas dan Kantor Kepala Desa
Perdamean di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden dilapangan diolah
dan ditabulasi. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode analisis
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
pendapatan dan diolah dengan model pendekatan ekonometri dan dijelaskan
secara metode deskriptif.
Adapun untuk menghitung pendapatan dari kegiatan beternak sapi, dapat
dihitung dengan rumus:
Pd = TR - TC
Keterangan:
Pd adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak sapi
potong (rupiah/tahun).
TR adalah total revenue atau penerimaan yang diperoleh peternak sapi potong
(rupiah/tahun)
TC adalah biaya yang dikeluarkan peternak sapi potong (rupiah/tahun)
(Soekartawi (c), 1995).
Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan menghitung
pendapatan peternak pada usaha beternak sapi terhadap pendapatan keluarga di
daerah penelitian.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan Model
Pendekatan Teknik Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda (alat bantu Software (SPSS 13) Statistical Package for Social Sciences)
dengan model penduga sebagai berikut:
Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6D1 + b7X7 + µ
Keterangan:
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
( ) ( )1/1
/
2
2
−−−
=
knr
kr
F
Ŷ adalah pendapatan peternak (Y : topi) yang dipengaruhi berbagai faktor
dalam memelihara ternak sapi potong (rupiah)
a adalah koefisien Intercept (konstanta)
b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 adalah koefisien regresi
X1 adalah skala usaha (jumlah ternak sapi) dalam ST
X2 adalah umur peternak (tahun)
X3 adalah tingkat pendidikan (tahun)
X4 adalah pengalaman beternak (tahun)
X5 adalah jumlah tangunggan keluarga (jiwa)
D1 adalah motivasi beternak (Variabel Dummy, untuk Motivasi Sendiri =1,
untuk yang lain = 0)
X7 adalah jumlah tenaga kerja (jiwa)
µ adalah Variabel lain yang tidak diteliti
( Djalal dan Usman, 2002 ).
Variabel-variabel pada hipotesis di uji secara serempak dan parsial untuk
mengetahui apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh dominan atau tidak.
Jika variabel tersebut berpengaruh secara serempak maka digunakan uji F yakni :
yakni :
Keterangan :
r2
= Koefisien determinasi
n = Jumlah responden
k = Derajat bebas pembilang
n-k-1 = Derajat bebas penyebut
Kriteria uji:
F-hit ≤ F-tabel............................................. H0 diterima (H1 ditolak)
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
F-hit > F-tabel............................................. H0 ditolak (H1 diterima)
Jika variabel berpengaruh secara parsial dapat diuji dengan uji t yakni :
Keterangan:
b = Parameter (i = 1,2,3,4)
n-k-1 = derajat bebas
S2
bi = Standart error parameter b
S2
y1234 = Standart error estimates
xi = Variabel bebas (i = 1,2,3,4)
Kriteria uji:
t-hit ≤ t-tabel........................................... H0 diterima (H1 ditolak)
t-hit > t-tabel........................................... H0 ditolak (H1 diterima)
(Sudjana., 2002).
Karakteristik sosial peternak sebagai variabel bebas/independent penelitian
ini meliputi :
- Skala usaha adalah jumlah ternak sapi yang dipelihara (Satuan ternak).
- Umur peternak adalah umur peternak yang memelihara ternak sapi yang
diukur berdasarkan usia kerja produktif yaitu 16-60 tahun.
- Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan yang ditempuh peternak
(tahun).
- Pengalaman beternak adalah lamanya peternak dalam memelihara ternak
sapi (tahun).
- Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah tanggungan yang ditanggung
peternak dalam satu kepala keluarga (jiwa).
1
1
Sb
b
Thit =
S2
y123 =
1
2
−−






−∑
∧
kn
yy S2
b1
( )∑ −
= 22
123
2
1 ii RX
yS
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
- Motivasi beternak adalah asal atau dorongan niat untuk memulai usaha
ternak sapi (dorongan orang tua atau inisistif sendiri).
- Jumlah tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja dalam keluarga atau
upahan yang dibiayai oleh peternak (jiwa).
Data dianalisis secara metode deskriptif.
Defenisi Dan Batasan Operasional
Defenisi
1. Pendapatan adalah total semua pemasukan yang diperoleh dikurang biaya
yang dikeluarkan
2. Sapi Potong adalah ternak sapi yang bertujuan untuk memproduksi daging
3. Karekteristik sosial peternak adalah faktor yang ada pada diri peternak
sebagai responden yang dapat mempengaruhi pendapatan peternak dalam
usahaternaknya.
4. Ekonometrika adalah ilmu yang mempelajari analisis kuantitatif dari
fenomena ekonomi dalam artian secara umum
5. Model Regresi Linier Berganda adalah model regresi yang digunakan
untuk membuat hubungan antara satu variabel terikat dan beberapa
variabel bebas.
6. Analisis Pendapatan berguna untuk mengetahui atau mengukur berapa
besar pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode tertentu. Pendapatan
tersebut dapat dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
menguntungkan usaha yang dilakukan apakah pendapatan tersebut dapat
memberikan sumbangan bagi kehidupan yang layak.
7. Karekteristik sosial peternak adalah faktor yang ada pada diri peternak
sebagai responden yang dapat mempengaruhi pendapatan peternak dalam
usahaternaknya.
8. Investasi adalah merupakan nilai kandang, perlengkapan, peralatan, modal
peternak dan pertambahan nilai ternak per tahun.
9. Total penerimaan pada usahaternak sapi meliputi penerimaan dari
penjualan ternak sapi, penerimaan dari penjualan pupuk kandang dan
pertambahan nilai ternak.
10. Total biaya produksi meliputi biaya investasi atau biaya tetap yakni biaya
penyusutan (kandang, perlengkapan dan peralatan) dan biaya variabel
meliputi biaya bahan pakan, biaya atau upah tenaga kerja, obat-
obatan/Vaksinasi dan biaya Inseminasi Buatan (IB) dihitung per tahun.
11. Pendapatan bersih usahaternak sapi merupakan selisih antara penerimaan
usahaternak per tahun dengan biaya produksi per tahun.
Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan pada tanggal 14 Desember 2008 - 31 Januari 2009
di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.
2. Responden Penelitian adalah peternak yang memelihara ternak sapi
sebagai pekerjaan utama maupun sampingan yang bertempat tinggal di
Desa Banyumas, Desa Perdamaean dan Desa Kwala Begumit di
Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
3. Responden Penelitian adalah peternak yang tidak melakukan sistem bagi
hasil (sistem belah) tetapi milik pribadi
4. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data
skunder dimana data primer langsung diperoleh dari para peternak
sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi–instansi yang berkaitan.
HASIL DAN PEMBAHASAAN
Karekteristik Responden
Karekteristik responden dalam penelitian ini meliputi karekteristik sosial
dan ekonomi. Karekteristik sosial peternak yang dianalisis meliputi umur, tingkat
pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak
dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan karekteristik ekonomi responden yang
dianalisis meliputi luas kandang, jumlah ternak, jumlah investasi, total
penerimaan dari usahaternak sapi dan total biaya produksi. Karekteristik sosial
ekonomi responden di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Karekteristik Responden di Daerah Penelitian Tahun 2008
No. Karakteristik Peternak Satuan Rentang Rataan
1. Umur Tahun 29-70 46,34
2. Tingkat Pendidikan Tahun 6-12 7,98
3. Pengalaman Beternak Tahun 1-30 9,98
4. Jumlah Tanggungan Orang 0-4 2,32
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
keluarga
5. Motivasi Beternak Orang 0-1 0,81
6. Jumlah Tenaga kerja Orang 1-3 2,15
7. Jumlah Ternak Satuan Ternak (ST) 1.25 - 6.25 2,91
8. Luas Kandang M2
9 – 32 18,15
9. Jumlah Investasi Rp/Thn 2.464.000 –
46.562.999
15.476.207
10 Total Penerimaan dari
usahaternak sapi
Rp/Thn 4.144.000 –
34.839.999
10.335.735
11. Total Biaya Produksi Rp/Thn 2.171.250 –
4.569.250
3.100.746
12. Pendapatan Bersih Usaha
Ternak Sapi
Rp/Thn 1.336.000 –
31.237.257
7.229.989
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 (Lampiran 1)
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa umur responden di daerah penelitian
berkisar antara 29-70 tahun dengan rataan sebesar 46 tahun dari total responden.
Bila dikaji dari karakteristik umur di atas, sebagian besar peternak dalam kategori
usia yang produktif (16-60 tahun), sehingga potensi untuk bekerja dan mengelola
usahaternaknya masih sangat besar.
Tingkat pendidikan peternak sapi menyebar antara 6-12 tahun dengan
rataan 8 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden
umumnya tergolong rendah dengan kisaran tidak pernah sekolah hingga tamat
sekolah dasar. Rata-rata hanya tamat sekolah dasar (SD), dimana tingkat
pendidikan responden masih tergolong sangat rendah oleh karena itu sangat
diperlukan sekali tenaga teknis lapangan khususnya penyuluh lapangan dari dinas
yang terkait di daerah tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
dari para peternak dalam menjalankan usahaternaknya.
Berdasarkan tingkat pengalaman peternak, hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar pengalaman beternak menyebar antara 1-30 tahun dengan
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
rataan 10 tahun. Pada umumnya pengalaman beternak di daerah penelitian
diperoleh dari orang tuanya secara turun-temurun. Dengan pengalaman beternak
yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan
peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang
lebih baik.
Jumlah tanggungan keluarga responden berkisar antara 0-4 orang dengan
rataan sebesar 2 orang. Berdasarkan data tersebut bahwa jumlah tangggungan
keluarga responden di daerah penelitian dapat dikatakan relatif sedang.
Dari hasil wawancara dengan responden di daerah penelitian diperoleh
bahwa motivasi beternak responden pada rentang skor 1-0 dimana kriteria angka
(1) merupakan motivasi dari diri sendiri sedangkan (0) adalah untuk yang lain
misal dorongan dari orang tua atau dari orang lain dengan rata-rata 0,811. dengan
demikian responden di daerah penelitian ini umumnya memiliki motivasi sendiri
dalam menjalankan usaha ternaknya.
Jumlah tenaga kerja responden di daerah penelitian ini berkisar antara 1-3
orang dengan rataan 2,15 orang. Tenaga kerja yang digunakan oleh peternak di
kelompokkan menjadi dua yaitu tenaga kerja dalam keluarga yang tidak dibayar
dan tenaga kerja luar keluarga (upahan). Dimana kriteria tenaga kerja dalam
keluarga ditunjukkan dengan angka 1 artinya yang bekerja sendiri yaitu bapak,
sedangkan angka 2 adalah bapak/anak dan bapak/ibu sedangkan angka 3
menunjukkan bahwa bapak, ibu dan anak ikut bekerja dalam mengelola
ternaknya. Sedangkan tenaga kerja upahan disini bukanlah tenaga kerja tetap
melainkan tenaga kerja yang menggantikan tenaga kerja dalam keluarga apabila
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
berhalangan tidak dapat mengerjakan rutinitas sehari-hari umumnya dalam
mencari hijauan.
Luas kandang sapi di daerah penelitian menyebar antara 9-32 m2
dengan
rataan sebesar 18,15 m2
. dengan jumlah ternak sapi yang dipelihara menyebar
antara 1,25-6,5 ST dengan rataan sebesar 2,91 ST.
Pada usahaternak sapi di daerah penelitian diperoleh jumlah investasi per
peternak per tahun menyebar antara Rp. 2.464.000 sampai Rp. 46.562.999 dengan
rataan jumlah total investasi sebesar Rp. 15.476.207 per tahun.
Total penerimaan peternak selama 1 tahun dari usahaternak sapi berkisar
antara Rp.4.144.000 sampai Rp. 34.839.999 dengan rataan sebesar Rp. 10.335.735
per tahun. Sedangkan total biaya produksi peternak selama 1 (satu) tahun dari
usahaternak sapi per responden berkisar antara Rp. 2.171.250 sampai dengan
Rp.4.569.250 dengan rataan sebesar Rp.3.100.746 per tahun.
Pendapatan bersih peternak di daerah penelitian selama 1 tahun dari
usahaternak sapi per peternak berkisar antara Rp. 1.336.000 sampai
Rp.31.237.257 dengan rataan sebesar Rp. 7.229.989 per tahun.
Total Biaya Produksi Pada Usaha ternak Sapi
Total biaya produksi pada usaha ternak sapi meliputi biaya investasi atau
biaya tetap yakni biaya penyusutan (kandang, perlengkapan dan peralatan) dan
biaya variabel meliputi biaya bahan pakan, biaya upah tenaga kerja dan obat-
obatan/Vaksinasi, biaya inseminasi buatan, biaya operasional (bahan bakar dan
perawatan kendaraan) yang dihitung per tahun.
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Biaya Variabel
Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, misalnya biaya untuk sarana produksi
(pakan, obat-obatan, biaya operasional kendaraan, dan upah).
Bahan Pakan
Pada usaha ternak sapi responden menggunakan bahan pakan berupa
hijauan yang diambil sendiri dengan cara diarit. Dalam memperoleh hijauan ini
responden tidak mengeluarkan biaya karena diperoleh langsung dari alam dan
diambil sendiri. Peternak hanya mengeluarkan biaya bahan bakar untuk
mengambil pakan hijuan tersebut.
Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan oleh peternak dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga
(upahan). Dalam hal ini tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan tidak diupah.
Pada usaha ternak sapi ini hanya dikeluarkan upah untuk tenaga kerja luar
keluarga (TKLK) sebesar Rp. 30.000,00/HKP. Peternak memakai tenaga kerja
luar keluarga disebabkan karena kurangnya tenaga kerja keluarga. TKLK yang
digunakan untuk usahaternak sapi ini bekerja untuk mencari hijauan dan
kegiatan pembuatan kandang serta kegiatan pengendalian penyakit.
Biaya Lain-Lain
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Biaya ini mencakup biaya obat-obatan/vaksinasi, biaya Inseminasi Buatan
(IB) dan biaya operasional (bahan bakar dan perawatan kendaraan).
Obat-obatan yang digunakan hanya pada saat ternak mengalami sakit dan
obat yang digunakan tergolong sederhana biasanya peternak melakukannya
dengan pengobatan tradisional saja. Dan vaksinasi dilakukan dengan tujuan agar
ternak tidak mudah terserang penyakit. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan
responden per tahun dapat dilihat pada lampiran 5.
Sedangkan untuk biaya Inseminasi Buatan (IB) dapat dilihat pada
lampiran 5, kebanyakan responden di daerah penelitian tidak memiliki pejantan
sendiri untuk mengawinkan ternaknya. Untuk menghasilkan keturunan yang baik,
mereka menggunakan sistem perkawinan buatan (inseminasi buatan). Dengan
perkawinan buatan, peternak bisa memilih jenis semen sapi apa yang akan
digunakan.
Kebanyakan peternak memilih mengawinkan sapi betinanya dengan hasil
persilangan dengan bangsa sub-tropik seperti Simmental dan Limosin atau yang
berjenis lokal seperti Brahman dan Peranakan ongole. Perkawinan buatan ini
merupakan solusi dari peternak untuk mendapatkan keturunan sapi dengan bobot
tubuh yang lebih tinggi dan harga sapi hasil dari perkawinan Buatan (IB) jauh
lebih mahal dibandingkan dengan sapi lokal, oleh kerana itu mayoritas responden
didaerah penelitian lebih banyak memilih memelihara sapi dari hasil kawin suntik
menurut Darmono (2000), perkawinan silang antara bangsa sapi tipe pedaging
dapat menghasilkan berat badan yang memuaskan. Misalnya kawin silang dengan
bangsa sapi yang mempunyai laju pertumbuhan cepat, maka keturunan dari hasil
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
kawin silang tersebut berat badanya akan naik. Perkawinan buatan dilakukan oleh
Inseminator Dinas Peternakan yang ada di Kecamatan Stabat, Besarnya biaya
variabel yang dikeluarkan responden per tahun dapat dilihat pada lampiran 5.
Berdasarkan lampiran 5 dapat dilihat besarnya biaya bahan bakar plus
perawatan kendaraaan yang dikeluarkan peternak untuk mengangkut hijauan
biaya tersebut menyebar antara Rp. 1.551.250,00 sampai Rp 2.007.500,00 per
tahun.
Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang relative tetap jumlahnya dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak atau sedikit. Jadi besarnya
biaya tetap tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh,
misalnya bunga modal, sewa tanah dan pajak.
Biaya Penyusutan
Nilai kandang ternak sapi bervariasi tergantung pada bahan yang
digunakan dan ukuran kandangnya. Bahan yang digunakan untuk pembuatan
kandang sapi pada usahaternak responden adalah beton, papan, kayu atau bambu
untuk bagian dinding, seng atau rumbia untuk atap dan pada lantai ada yang
menggunakan semen dan ada juga langsung ke tanah. Peternak lebih banyak
mendapatkan bahan-bahan dari alam sekitar. Ini mengakibatkan biaya kandang
dapat ditekan lebih murah. Pemakaian beton ditujukan untuk menjaga keamanan
ternak dari pencurian.
Nilai kandang sapi per unit yang dimiliki responden dapat dilihat pada
lampiran 7 yang menyebar antara Rp.500.000,00 sampai Rp.6.500.000,00 dengan
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
rataan sebesar Rp.1.889.622,64. dalam satu tahun terakhir ada juga peternak
memperbaiki kandangnya, dimana biaya perbaikan kandang tersebut menyebar
antara Rp.100.000,00 sampai dengan Rp.2.000.000,00 dengan rataan sebesar
Rp.497.169,81. biaya penyusutan kandang yang dikeluarkan ditentukan oleh luas
kandang yang dimiliki peternak dan juga umur ekonomis atau masa pakai
kandang tersebut. Biaya kandang diperoleh dari dari penjumlahan biaya
penyusutan kandang dan biaya perbaikan kandang per responden. Biaya kandang
yang dimiliki responden menyebar antara Rp.270.000,00 sampai Rp.2.300.000,00
dengan rataan Rp.804.339,62.
Usahaternak sapi ini menggunakan perlengkapan kandang seperti tempat
makan dan tempat minum. Berdasarkan data yang sudah diolah pada lampiran 8
Dapat dilihat bahwa usahaternak ini menggunakan tempat makan yang nilainya
menyebar antara Rp. 50.000,00 sampai Rp. 350.000,00 per unit dan tempat
minum yang nilainya sebesar Rp.15.000,00.
Biaya penyusutan dan perlengkapan yang dikeluarkan ditentukan oleh
jumlah perlengkapan yang dimiliki responden dan juga umur ekonomis atau masa
tahan pakai perlengkapan tersebut. Biaya penyusutan perlengkapan pada
usahaternak sapi responden menyebar antara Rp.20.000,00 sampai Rp.90.000,00.
Peralatan yang digunakan pada usaha ternak sapi responden meliputi Arit,
cangkul, kereta sorong (angkong), sapu lidi, sekop dan tali. Harga arit per unit
menyebar antara Rp.20.000,00 sampai Rp. 50.000,00, harga cangkul per unit
Rp. 25.000,00, harga kereta sorong (angkong) per unit menyebar antara
Rp.200.000,00 sampai Rp. 250.000,00, harga sapu lidi per unit menyebar antara
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Rp. 3.000,00 sampai Rp. 8.000,00, harga sekop per unit menyebar antara
Rp. 20.000,00 sampai Rp. 30.000,00 dan harga tali per unit sebesar
Rp. 25.000,00.
Biaya penyusutan peralatan yang dikeluarkan ditentukan oleh banyaknya
peralatan yang dimilki peternak sapi dan juga umur ekonomis atau masa tahan
pakai peralatan tersebut. Total biaya penyusutan peralatan per responden per
tahun menyebar antara Rp. 124.666,67 sampai Rp. 168.000,00 dengan rataan
sebesar Rp. 75.132,08. Pada usahaternak sapi di daerah penelitian total biaya
produksi yang dikeluarkan per responden selama satu tahun rata-rata sebesar
Rp. 3.100.746,48.
Jumlah Investasi Pada Usaha Ternak Sapi
Jumlah investasi pada usahternak sapi meliputi nilai investasi kandang,
perlengkapan, peralatan, modal peternak dan pertambahan nilai ternak per athun.
Pada usahaternak sapi di daerah penelitian sperti terlihat di lampiran 6 diperoleh
total jumlah investasi per responden per tahun menyebar antara Rp. 2.464.000,00
sampai Rp. 37.563.000,00 dengan rata-rata total jumlah investasi sebesar
Rp. 14.212.056,60 per tahun.
Penerimaan Pada Usahaternak Sapi
Penerimaan pada usaha ternak sapi meliputi penerimaan dari penjualan
ternak sapi, penerimaan dari penjualan feses (pupuk kandang) dan pertambahan
nilai ternak. Pada usahaternak sapi di daerah penelitian dapat dilihat pada
lampiran 9 diperoleh total penerimaan per peternak menyebar antara
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Rp. 4.144.000,00 sampai Rp. 28.648.000,00 dengan rata-rata total penerimaan per
peternak sebesar Rp. 9.316.867,00 per tahun. Rataan penerimaan responden dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata-Rata Penerimaan Peternak dari Usahaternak Sapi Potong Per
Responden Per Tahun (Rp/Tahun)
No Jenis Penerimaan Total
Peneriamaan
(Rp/Tahun)
Rataan
Penerimaan
(Rp/Tahun)
Persentase
rataan (%)
1 Penjualan Pupuk Kandang 10.884.000,00 205.358,49 2,20
2 Penjualan Ternak 407.000.000,00 7.679.245,28 82,41
3 Pertambahan Nilai Ternak 75.999.999,00 1.433.962,25 15,39
Jumlah 493.883.999,00 9.318.566,02 100
Sumber : Data Primer Diolah 2008 (Lampiran 9)
Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa untuk usahaternak sapi per responden
nilai rataan penerimaan terbesar berasal dari penjualan ternak sapi sebesar
82,41%, penerimaan dari pertambahan nilai ternak sebesar 15,39% dan
penerimaan dari penjualan pupuk kandang sebesar 2,20%.
Pendapatan Bersih Pada Usahaternak Sapi
Pendapatan bersih merupakan selisih antara penerimaan usahaternak per
tahun dengan total biaya produksi per tahun. Pendapatan bersih usahaternak
merupakan hasil terhadap manajemen ternak dalam pelaksanaan usahaternak sapi.
Dari hasil analisis di daerah penelitian seperti yang terlihat pada lampiran
diperoleh pendapatan bersih per responden per tahun menyebar antara
Rp. 1.502.750,00 sampai Rp. 25.127.667,00 dengan rataan pendapatan bersih
sebesar Rp. 6.212.121,43 per tahun. Rataan pendapatan bersih dari usahaternak
sapi ini dapat dilihat pada Tabel 7.
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Tabel 7. Rata-Rata Pendapatan Bersih Peternak Dari Usahaternak Sapi Potong
per Responden Per Tahun (Rp/Tahun)
No Kriteria
Range Pend.Bersih
(Rp/Tahun)
Rataan
Pend.Bersih
(Rp/Tahun)
1 Penerimaan Usahaternak 4.144.000,00 – 28.648.000,00 9.316.867,91
2 Biaya Produksi 2.245.583,00 – 4.569.250,00 3.105.746,67
Pendapatan Bersih 1.502.750,00 – 25.127.667,00 6.212.121,43
Sumber : Data Diolah 2008 (Lampiran 10)
Sistem Pemeliharaan Usahaternak Sapi Di Daerah Penelitian
Umumnya sistem pemeliharaan sapi di Kecamatan Stabat sudah bersifat
intensif dimana ternak tidak lagi di gembalakan. Ternak umumnya dikandangkan
seluruh kebutuhan hidupnya diatur oleh manusia.
Adapun kegiatan–kegiatan yang dilakukan peternak sapi potong yang
terdapat di daerah penelitian sebagai berikut :
1. Pemberian Pakan dan Minum
Sapi akan tumbuh sehat dan produktif dalam menghasilkan daging bila
volume pakan yang diperoleh cukup dan bergizi. Pakan merupakan unsur yang
sangat vital dalam usaha peternakan. Pemeberian pakan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi ternak dapat menyebabkan defisiensi makanan sehingga ternak
mudah terserang penyakit. Ketersediaan pakan yang cukup akan menghasilkan
ternak yang sehat dan produktif. Jenis pakan sapi ada dua macam yaitu pakan
pokok yang terdiri dari hiajuan (rumput, legume, dan limbah pertanian) dan pakan
penguat ( suplemen, konsentrat, dan pakan tambahan).
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Air untuk minum ternak juga mempunyai fungsi yang vital untuk proses
pertumbuhan dan perkembangan tubuh ternak. Penyediaan air minum harus terus
menerus untuk semua kelompok umur ternak.
Pemberian pakan dan minum ternak di daerah penelitian dilakukan oleh
peternak sendiri yang dibantu oleh anggota keluarganya sendiri seperti ibu dan
anak-anaknya. Umumnya responden memberikan pakan hijauan yang berupa
rumput-rumputan yang telah diarit dan memberi sedikit garam yang telah
dilarutkan dengan air yang kemudian dicampurkan ke dalam tempat air minum
ternak. Garam diperlukan untuk menyimpan air dan sebagai sumber mineral di
dalam tubuh serta mempermudah proses pencernaan dan penyerapan zat-zat
makanan. Garam juga dapat digunakan untuk menarik sapi agar mau memakan
hijauan yang belum pernah diberikan. Hanya satu responden (2,04%) yang
memberikan pakan konsentrat pada ternaknya, yaitu pada peternak dengan skala
kepemilikan ternak 1,75 ST. sedangkan 97,96% responden lainnya hanya
memberi pakan hijauan berupa rumput benggala, rumput lapangan dan juga
terkadang daun jagung yang didapat dari ladang perternak. Pemberian pakan
hijauan biasanya diberikan satu ikat/gulungan rumput (± 30-40 kg)/ untuk
beberapa ekor ternak.
2. Pembersihan kandang
Kandang adalah tempat tinggal ternak sehingga kandang menjadi salah
satu factor penting dalam beternak. Dimana kebersihan kandang dapat
menghindarkan ternak dari serangan penyakit. Kandang sangat berpengaruh
terhadap kesehatan sapi, terutama factor kelembaban, kebecekan, dan sarang lalat
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
yang dapat mengganggu kenyamanan serta keleluasaan sapi. Letak kandang harus
terpisah dari rumah namun di daerah penelitian masih ada beberapa responden
yang membuat kandangnya menyatu dengan rumahnya
Di daerah penelitian kebersihan kandang dilakukan setiap hari dengan
menggunakan sapu lidi, sekop, dan angkong. Kotoran dibersihkan dengan
menggunakan sekop yang kemudian diangkat dengan menggunakan angkong.
kotoran tersebut dikumpulkan di lubang sementara yang biasanya berada di
belakang kandang. Setelah dikumpulkan beberapa hari, feses akan dijual
nantinya kepada pembeli. Penjualan feses bukan berdasarkan berat melainkan
volume feses di dalam kereta sorong (angkong). Pada umunya peternak tidak
melakukan penyemprotan desinfektan pada kandangnya yang bertujuan untuk
membunuh kuman-kuman pembawa penyakit.
3. Pembersihan Ternak Sapi
Tujuan pembersihan ternak sapi adalah untuk mencegah timbulnya
berbagai macam penyakit dari parasit yang dapat membuat produktivitas ternak
menurun. Di daerah penelitian pembersihan ternak dilakukan dengan cara
memandikan ternak. Kegiatan ini dilakukan bila tubuh ternak sudah kelihatan
kotor. Namun tidak semua peternak yang ada di daerah penelitian memandikan
ternaknya mereka membiarkan tubuh ternak dalam keadaan kotor hal ini dapat
mengakibatkan ternak terserang penyakit kurap, kudis, cacingan, dan penyakit
mata.
4. Pengendalian Penyakit
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Serangan penyakit dapat menimbulkan masalah yang berkepanjangan,
seperti menghambat pertumbuhan ternak sehingga dapat mengurangi keuntungan
peternak. Penyakit yang sering menyerang ternak sapi di daerah penelitian adalah
penyakit mencret. selain itu ada penyakit lain seperti masuk angin, cacingan dan
kaki lemah. Biasanya apabila ternak sakit peternak pertama kali melakukan
pengobatan secara tradisional dengan ramuan alami. Apabila ternak tidak sembuh
juga , maka peternak memanggil petugas dari Dinas Peternakan dimana petugas
kesehatan ini diwakili oleh inseminator untuk memberikan obat-obatan.
5. Pemasaran Ternak Sapi
Pemasaran ternak sapi di daerah penelitian ini dilakukan dengan penjualan
sapi hidup. Pada umumnya peternak menjual ternaknya melalui agen ternak yang
langsung datang kerumah peternak atau kepada calon pembelinya langsung.
Penjualan ternak biasanya dilakukan pada saat umur ternak < 1 tahun (anakan)
dan umur 1-2 tahun (muda/dara). Pada umur tersebut bobot rata-rata karkas 90-
125 kg. penjualan sapi didasarkan pada bobot karkas ternak yang nilai setiap
kilogram karkas sapi adalah Rp.60.000,-. Penjualan ternak biasanya dilakukan
pada saat musim haji, musim hajatan (pernikahan, dan lain-lain), untuk
kebutuhan anak sekolah dan lainnya. Selain itu penjualan ternak muda juga
dilakukan untuk dijadikan bibit indukan bagi calon pembeli. Untuk pejantan
biasanya penjualan bertujuan untuk dijadikan bibit pejantan sebgai tipe pekerja.
Pengaruh Variabel Bebas/Independent Terhadap Pendapatan Peternak
Untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak
sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat digunakan analisis regresi
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
linier berganda, dimana yang menjadi variabel bebas (independent) adalah jumlah
ternak (X1), umur peternak (X2), tingkat pendidikan (X3), pengalaman beternak
(X4), jumlah tanggungan keluarga (X5), motivasi beternak (D1), jumlah tenaga
kerja (X6), sedangkan yang menjadi variabel terikat/tidak bebas (dependent)
adalah pendapatan (Y).
Adapun hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat dapat di lihat pada
Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 8. Analisis varian pendapatanb
dan hasil penduga parameter
Sumber Derajat Bebas F tabel F hitung Tingkat Signifikansi
Regresi 7 2.72 8.104 0.000a
Residual 45
Total 52
Sumber : Lampiran (11)
Keterangan : a. Predictors: (constant), jumlah tenaga kerja, jumlah tanggungan
keluarga, pendidikan, motivasi beternak, jumlah ternak,
pengalaman beternak,umur.
b. Dependent Variabel : Pendapatan Bersih
Tabel 9. Analisis Regresi Linier Berganda Pengaruh Jumlah Ternak, Jumlah
Tenaga Kerja, Jumlah Tanggungan Keluarga, Pendidikan, Motivasi,
Umur, dan Pengalaman Beternak terhadap Pendapatan Peternak Sapi
Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Variabel Koefisien
Regresi
Std.Error t-hitung Signifikan
Konstanta 2196248 5751671 0.382 0.704
X1 3524652 558806.8 6.307 0.000
X2 -18162.3 81684.037 -0.222 0.825
X3 -376583 296907.8 -1.268 0.211
X4 -113907 95596.168 -1.192 0.240
X5 -876534 650634.1 -1.347 0.185
D1 -603043 1736565 -3.47 0.730
X6 1069250 1066446 1.003 0.321
R square 0.558
Regresion 1E+015
Residual 1E+015
F Ratio 8.104
F-tabel (α=0,05) 2.72
T-tabel (α=0,05) 2.02
Sumber : (Lampiran 12)
Berdasarkan Tabel 12 di atas di peroleh persamaan sebagai berikut:
Ŷ = 2196248 + 3524652X1 – 18162.3X2 – 376583 X3 – 113907 X4 – 876534 X5
– 603043D1 + 1069250X6 + µ
Keterangan:
Ŷ : pendapatan peternak sapi potong (baca : Y topi)
X1 : skala usaha (jumlah ternak sapi) dalam ST
X2 : umur peternak (tahun)
X3 : tingkat pendidikan (tahun)
X4 : pengalaman beternak (tahun)
X5 : jumlah tangunggan keluarga (jiwa)
D1 : motivasi beternak (variable dummy)
X6 : jumlah tenaga kerja (jiwa)
Berdasarkan Hasil Regresi di atas dapat diketahui:
1. Nilai Konstanta/Intersept adalah sebesar 2196248. Artinya apabila variabel
bebas yaitu skala usaha (jumlah ternak), umur peternak, tingkat pendidikan,
pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan
jumlah tenaga kerja tidak ada maka peternak sapi potong tetap memperoleh
pendapatan sebesar nilai Konstanta yaitu 2196248.
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
2. R Square bernilai 0.558, artinya bahwa semua variabel bebas skala usaha
(jumlah ternak), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak,
jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja
mempengaruhi variabel terikat sebesar 55.8% dan selebihnya yaitu sebesar
44.2% dijelaskan oleh variabel lain (µ) yang tidak diteliti dalam penelitian
ini.
3. Secara serempak nilai F-hitung (8.104) lebih besar daripada F-tabel (2.72).
Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak ketujuh variabel tersebut yaitu
skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak,
jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja
berpengaruh secara nyata (ada pengaruh positif) terhadap pendapatan
peternak sapi potong dengan taraf signifikansi 0.000 dan pada taraf
kepercayaan 95%.
4. Secara partial nilai t-hitung variabel yang mempengaruhi adalah variabel
jumlah ternak (6.307), variabel umur peternak (-0.222), variabel tingkat
pendidikan (-1.268), variabel pengalaman beternak (-1.268), variabel
jumlah tanggungan keluarga (-1,347), variabel motivasi beternak (-0.730)
dan variabel jumlah tenaga kerja (0,321).
a. Variabel jumlah ternak sapi berpengaruh nyata terhadap pendapatan
peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang
ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X1) sebesar 6.307 lebih besar dari nilai
t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar 2.02. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin banyak jumlah ternak yang dipelihara maka akan semakin
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
besar pula pendapatan yang akan diperoleh peternak sapi potong.
Menurut Soekartawi (1995), bahwa pendapatan usahaternak sapi
sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu
sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak sapi maka semakin
tinggi pendapatan bersih yang dipeoleh.
b. Variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak
sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang
ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X2) sebesar -0.222 lebih kecil dari nilai
t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar 2.02. Variabel ini bernilai negatif
karena disebabkan karena kriteria umur peternak tidak mendorong
peternak dalam mengembangkan usahaternak sapi potong di
Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Faktor umur biasanya lebih
diidentikkan dengan produktivitas kerja, dan jika seseorang masih
tergolong usia produktif ada kecenderungan produktivitasnya juga
tinggi. Chamdi (2003) mengemukakan, semakin muda usia peternak
(usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap
sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap
introduksi teknologi semakin tinggi.
c. Variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan
peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang
ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X3) sebesar -1.268 lebih kecil dari nilai
t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar 2.02. Hal ini menunjukkan bahwa
pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Menurut
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Soekartawi (1986), menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak
cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka
terhadap inovasi dan teknologi baru. Peternak yang tingkat
pendidikannya lebih tinggi seharusnya dapat meningkatkan lebih besar
pendapatan peternak namun kenyataan di lapangan berbeda seperti
yang telah diuraikan diatas karena pada dasarnya pernak yang ada di
daerah peneltian masih tergolong berpendidikan rendah.
d. Variabel pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat
kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X4) sebesar
-1,192 lebih kecil dari nilai t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar 2.02.
Berdasarkan tingkat pengalaman peternak, hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar peternak memiliki pengalaman
beternak 10-20 tahun (39.62%) dari total responden, dengan rata-rata
pengalaman beternak sekitar 14 tahun. Selain itu, sebanyak 52.83%
yang berpengalaman dalam beternak kurang dari 10 tahun dan
sebanyak 7,54% responden yang berpengalaman beternak 21-30
tahun. Umumnya pengalaman beternak diperoleh dari orang tuanya
secara turun-temurun. Dengan pengalaman beternak yang cukup lama
memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak
terhadap manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan
yang lebih baik. Namun di lapangan tidak diperoleh pengaruh seperti
yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan banyak peternak yang
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
memiliki pengalaman yang memadai namun masih mengelola usaha
tersebut dengan kebiasaan-kebiasaan lama yang sama dengan sewaktu
mereka mengawali usahanya sampai sekarang. Menurut Abidin dan
Simanjuntak (1997), faktor penghambat berkembangnya peternakan
pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-faktor topografi,
iklim, keadaaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan
atau penguat, disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak
masyarakat sangat menentukan pula perkembangan peternakan
didaerah itu.
e. Variabel jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata
terhadap pendapatan peternak dalam memelihara ternak sapi. jika
diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai
t-hitung (X5) sebesar -1,347 lebih kecil dari nilai t-tabel (α = 0.05)
yakni sebesar 2.02. Hal ini menyatakan bahwa tanggungan anak
dalam keluarga peternak tidak dapat memberikan dorongan positif
terhadap peningkatan pendapatan peternak. Menurut Bossard and Boll
yang disitir Ahmadi (2003), bahwa masyarakat itu mula-mula terdiri
dari small family (keluarga kecil), yaitu suatu keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu dan anaknya paling banyak 2 atau 3 anak. Pada keluarga
kecil ini anak-anak lebih banyak menikmati segi sosial ekonomi dan
lebih banyak diperhatikan orang tuanya.
f. Variabel motivasi beternak tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan peternak sapi potong di daerah penelitian. jika diukur pada
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (D1)
sebesar -0.347, lebih kecil dari nilai t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar
2.02. Berdasarkan motivasi beternak, hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar peternak memiliki motivasi beternak karena
inisiatif (keinginan) sendiri sebesar 81,13% responden dan sebesar
18,86% motivasi beternak berasal dari dorongan orang tua. Umumnya
motivasi beternak (dari dorongan orang tua) diperoleh dari orang
tuanya secara turun-temurun. Menurut Fathoni (2004), kekuatan
motivasi dari sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh faktor
extrinsic (motivasi yang timbul oleh dorongan yang ditimbulkan dari
dalam dirinya) dan lingkungannya. Demikian juga menurut Sudrajad
(2005) yang menyatakan bahwa tanpa ada motivasi dari diri sendiri
jelas tipe orang yang sulit untuk diajak bekerja atau berusaha. Jadi,
orang-orang yang demikian perlu diberikan motivasi atau dorongan
sehingga timbul niat untuk bekerja.
g. Variabel jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap
pendapatan peternak sapi potong di daerah penelitian. Jika diukur pada
tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X6)
sebesar 1.003 lebih kecil dari nilai t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar
2.02. Hal ini menunjukkan, walaupun penambahan jumlah tenaga kerja
peternak menyebabkan penurunan tingkat pendapatan namun tidak
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan peternak di daerah
penelitian. Hal ini di duga karena skala pemeliharaan ternak sapi dalam
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
skala kecil, dimana menurut Dinas Peternakan (1983), bahwa dengan
pemeliharaan ternak sapi secara intensif 29 ekor sapi dapat dikelola
oleh 1 orang tenaga kerja. Dapat juga disebabkan karena tenaga kerja
dalam keluarga digunakan tidak ada bedanya dengan tenaga kerja
upahan melainkan menambah jumlah tenaga kerja. Volume kerja
masing masing peternak hampir sama, begitupun untuk tenaga kerja
upahan. Disini upahan bukanlah sebagai pekerja tetap melainkan
tenaga pekerja yang menggantikan tenaga kerja keluarga yang
berhalangan. Demikian juga menurut Sembel (1999), yang menyatakan
bagi banyak orang, penurunan aktivitas bisnis ini berarti tersedianya
banyak waktu luang. Selain itu, saat aktivitas bisnis menurun,
opportunity cost penggunaan waktu untuk aktivitas non bisnis semakin
kecil. Yang dimaksud opportuniy cost disini adalah penghasilan yang
bisa diperoleh kalau waktu tersebut digunakan untuk kegiatan yang
langsung menghasilkan pekerjaan.
5. Arti dari nilai persamaan berikut adalah :
Ŷ = 2196248 + 3524652X1 – 18162.3X2 – 376583 X3 – 113907 X4 – 876534 X5
– 603043D1 + 1069250X6 + µ
Bedasarkan model persamaan diatas dapat diinterpretasi bahwa:
a. Apabila variabel bebas Jumlah Ternak (X1) mengalami kenaikan sebesar 1
ST, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 3.524.652
b.Apabila variabel bebas Umur (X2) mengalami penurunan sebesar 1 tahun,
maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 18.162,3
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
c. Apabila variabel bebas Pendidikan (X3) mengalami penurunan sebesar 1
tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 376.583.
d.Apabila variabel bebas Pengalaman Beternak (X4) mengalami penurunan
sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar
Rp. 113.907.
e. Apabila variabel bebas Jumlah Tanggungan (X5) mengalami penurunan
sebesar 1 jiwa, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar
Rp. 876.534.
f. Apabila variabel bebas Motivasi Beternak (D1) mengalami kenaikan sebesar
1%, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 603.043
g. Apabila variabel bebas Jumlah Tenaga Kerja (X6) mengalami kenaikan
sebesar 1 orang, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar
Rp. 1.069.250
h. Apabila variabel X1, X2, X3, X4, X5, D1, dan X6 yang dianalisis dianggap
nol (tidak melakukan aktivitas), maka peternak sapi potong akan
menanggung biaya sebesar Rp 2.196.248/tahun atau Rp 183.020/bulan.
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian analisis pendapatan peternak sapi potong di
Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Skala usaha (jumlah ternak sapi) merupakan faktor yang sangat berpengaruh
dalam meningkatkan pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat
Kabupaten Langkat.
2. Umur peternak, motivasi beternak,tingkat pendidikan peternak, pengalaman
beternak, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah tenaga kerja peternak tidak
berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat
Kabupaten Langkat.
Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah :
Untuk Peternak :
Untuk lebih meningkatkan pendapatan peternak di daerah Kecamatan Stabat
diharapkan peternak di daerah penelitian dapat meningkatkan lagi jumlah
kepemilikan ternak sapi potong.
Untuk Pemerintah :
Kendala utama yang ada dalam pendapatan peternak sapi potong di daerah
Kecamatan Stabat antara lain permodalan yang sedikit maka untuk itu perlu
pemerintah membuka kran kredit dari semua sumber yang dapat meningkatkan
pendapatan peternak seperti lembaga keuangan mikro misalnya lembaga formal
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
antara lain Koperasi Simpan Pinjam, Lembaga Dana Kredit Pedesaan dan
lembaga non formal baik perorangan maupun bentuk perkumpulan ( Lembaga
Arisan, Kelompok Swadaya Masyarakat dan lain-lain).
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Penerbit Kanisius, Jakarta.
Abidin, A. dan Simanjuntak, D., 1997. Ternak Sapi Potong. Direktorat Jenderal
Peternakan, Jakarta.
Ahmadi, A. H., 2003. Sosiologi Pendidikan. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Aritonang, D., 1993. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Badan Pusat Statistik., 2007. Kecamatan Stabat Dalam Angka 2007. BPS
Sumatera Utara, Medan.
Badan Pusat Statistik., 2008. Kecamatan Stabat Dalam Angka 2008. BPS
Kabupaten langkat Sumatera Utara, Medan.
Berg, R. T. dan Butterfield. R. M., 1976. New Conseps of Cattle Growth. Sydney
University Press, Sydney.
Boediono, 1998. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No: 1.
BPFE – Yogyakarta, Yogyakarta.
Chamdi, A.N., 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing Di
Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003.
Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.
Cyrilla, L., dan Ismail. A., 1998. Usaha Peternakan. Diktat Kuliah. Jurusan Sosial
Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Daniel, Moehar., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.
Darmono, 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kreman. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Dinas Peternakan., 1983. Usaha Peternakan Perencanaan Usaha, Analisa dan
Pengelolaan. Direktorat Jenderal Peternakan eq Direktorat Bina Usaha
Petani Ternak dan Pengolahan Hasil Peternakan, Aceh Tengah.
Dinas Peternakan., 2007. Buku Statistik Peternakan Tahun 2007. Dinas
Peternakan Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara, Medan.
Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat,
2009.
USU Repository © 2009
Djalal Nachrowi dan Usman Hardius., 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri.
Edisi I. Cetakan I. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Fathoni, A. H., 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Rineka
Cipta, Jakarta.
Fauzia, L., dan H. Tampubolon., 1991. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi Petani
Terhadap Keputusan Petani Dalam Penggunaan Sarana Produksi.
Universitas Sumatera Utara Press, Medan.
Gunawan, Pamungkas, D., Affandhy. L. S., 1993. Sapi Bali Potensi. Produktivitas
dan Nilai Ekonomi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Hatardi, H., Reksohadiprojo, S. dan Tilman, A.D., 1986. Tabel Komposisi Bahan
Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hernanto, F., 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
, 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kay, R. D. dan Edward, W. M., 1994. Farm Management. Third Edition. Mc.
Graw-Hill. Inc, Singapore
Mubyarto., 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
Murtidjo, B.A., 1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah.
Kanisius, Yogyakarta.
Pane dan Ismed., 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Penerbit Gramedia, Jakarta.
Parakkasi, A., 1998. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI – Press,
Jakarta.
Prawirokusumo, Y. B., 1991. Ilmu Usahatani. BPFE, Yogyakarta.
Santosa, U., 1997. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya ,
Jakarta.
Sembel, R., 1999. Berpikir Ekonomis Di Masa Kritis. Penerbit Gramedia, Jakarta.
Soeharjo dan Patong., 1973. Sendi-sendi Pokok Usahatani. Departemen Ilmu-ilmu
Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Soekartawi, A., Soeharjo, Dillon, j. L., hardaker, J. B., 1986. Ilmu Usahatani dan
Penelitian Untuk Perkembangan Petani Kecil. UI – Press, Jakarta.
(c), 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia, Jakarta.
09 e01096
09 e01096

More Related Content

What's hot

Pemetaan potensi wilayah pedesaan
Pemetaan potensi wilayah pedesaanPemetaan potensi wilayah pedesaan
Pemetaan potensi wilayah pedesaanAnriPenielAngkat
 
Poster makalah pemilihan jenis Hijauan makanan ternak
Poster makalah  pemilihan jenis Hijauan makanan ternakPoster makalah  pemilihan jenis Hijauan makanan ternak
Poster makalah pemilihan jenis Hijauan makanan ternakGufroni Arsjad Lalu Muhammad
 
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayah
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayahFadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayah
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayahFadhlyDzilIkram2
 
Selayang pandang tsm
Selayang pandang tsmSelayang pandang tsm
Selayang pandang tsm0265331701
 
Pemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1B
Pemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1BPemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1B
Pemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1BMkhairulIhsan
 

What's hot (6)

Pemetaan potensi wilayah pedesaan
Pemetaan potensi wilayah pedesaanPemetaan potensi wilayah pedesaan
Pemetaan potensi wilayah pedesaan
 
Poster makalah pemilihan jenis Hijauan makanan ternak
Poster makalah  pemilihan jenis Hijauan makanan ternakPoster makalah  pemilihan jenis Hijauan makanan ternak
Poster makalah pemilihan jenis Hijauan makanan ternak
 
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayah
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayahFadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayah
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayah
 
Selayang pandang tsm
Selayang pandang tsmSelayang pandang tsm
Selayang pandang tsm
 
Slide Seminar Hasil
Slide Seminar HasilSlide Seminar Hasil
Slide Seminar Hasil
 
Pemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1B
Pemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1BPemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1B
Pemetaan ternak kerbau ( M. Khairul Ihsan. Tan 1B
 

More from Cha Aisyah

Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiUnimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiCha Aisyah
 
Pai 117310011-abs
Pai 117310011-absPai 117310011-abs
Pai 117310011-absCha Aisyah
 
P 18 pendidikan(nila k)
P 18 pendidikan(nila k)P 18 pendidikan(nila k)
P 18 pendidikan(nila k)Cha Aisyah
 
Muh hafidz guru dan profesinya dalam perspektif islam 3
Muh hafidz   guru dan profesinya dalam perspektif islam 3Muh hafidz   guru dan profesinya dalam perspektif islam 3
Muh hafidz guru dan profesinya dalam perspektif islam 3Cha Aisyah
 
Modul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaModul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaCha Aisyah
 
Matematika 3-hal.-312-473
Matematika 3-hal.-312-473Matematika 3-hal.-312-473
Matematika 3-hal.-312-473Cha Aisyah
 
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Cha Aisyah
 
Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...
Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...
Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...Cha Aisyah
 
Hasil akhir-interaksi-januari-2014
Hasil akhir-interaksi-januari-2014Hasil akhir-interaksi-januari-2014
Hasil akhir-interaksi-januari-2014Cha Aisyah
 
Bab i, iv, daftar pustaka 2
Bab i, iv, daftar pustaka 2Bab i, iv, daftar pustaka 2
Bab i, iv, daftar pustaka 2Cha Aisyah
 
Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689
Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689
Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689Cha Aisyah
 
Artikel1 b38e977f3512c05b4df6426cd3b167f
Artikel1 b38e977f3512c05b4df6426cd3b167fArtikel1 b38e977f3512c05b4df6426cd3b167f
Artikel1 b38e977f3512c05b4df6426cd3b167fCha Aisyah
 
2013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
2013 2-2-84202-411409095-bab2-120320140128272013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
2013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827Cha Aisyah
 
1757 3456-2-pb
1757 3456-2-pb1757 3456-2-pb
1757 3456-2-pbCha Aisyah
 

More from Cha Aisyah (19)

Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiUnimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
 
Pai 117310011-abs
Pai 117310011-absPai 117310011-abs
Pai 117310011-abs
 
P 18 pendidikan(nila k)
P 18 pendidikan(nila k)P 18 pendidikan(nila k)
P 18 pendidikan(nila k)
 
Muh hafidz guru dan profesinya dalam perspektif islam 3
Muh hafidz   guru dan profesinya dalam perspektif islam 3Muh hafidz   guru dan profesinya dalam perspektif islam 3
Muh hafidz guru dan profesinya dalam perspektif islam 3
 
Modul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaModul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polya
 
Matematika 3-hal.-312-473
Matematika 3-hal.-312-473Matematika 3-hal.-312-473
Matematika 3-hal.-312-473
 
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
 
Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...
Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...
Hasil analisis-kesalahan-siswa-dalam-menyelesaikan-soal-matematika--pada-mate...
 
Hasil akhir-interaksi-januari-2014
Hasil akhir-interaksi-januari-2014Hasil akhir-interaksi-januari-2014
Hasil akhir-interaksi-januari-2014
 
Bab i, iv, daftar pustaka 2
Bab i, iv, daftar pustaka 2Bab i, iv, daftar pustaka 2
Bab i, iv, daftar pustaka 2
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Artikel14
Artikel14Artikel14
Artikel14
 
Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689
Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689
Artikel9 eec8feb3f87ac825c375098e45cb689
 
Artikel1 b38e977f3512c05b4df6426cd3b167f
Artikel1 b38e977f3512c05b4df6426cd3b167fArtikel1 b38e977f3512c05b4df6426cd3b167f
Artikel1 b38e977f3512c05b4df6426cd3b167f
 
73511013 bab2
73511013 bab273511013 bab2
73511013 bab2
 
2013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
2013 2-2-84202-411409095-bab2-120320140128272013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
2013 2-2-84202-411409095-bab2-12032014012827
 
1757 3456-2-pb
1757 3456-2-pb1757 3456-2-pb
1757 3456-2-pb
 
122 244-1-sm
122 244-1-sm122 244-1-sm
122 244-1-sm
 

Recently uploaded

PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 

Recently uploaded (19)

PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 

09 e01096

  • 1. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI OLEH : SURYA AMRI SIREGAR 040306020/ PETERNAKAN DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009
  • 2. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI OLEH : SURYA AMRI SIREGAR 040306020/PETERNAKAN Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
  • 3. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 2009 Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Nama : Surya Amri Siregar NIM : 040306020 Program Studi : Ilmu Produksi Ternak Disetujui Oleh Komisi Pembimbing (Ir. Iskandar Sembiring, MM) (Ir. Edhy Mirwandhono,MSi) Ketua Anggota Mengetahui, (Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP)
  • 4. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Ketua Departemen ABSTRACT Surya Amri Siregar, 2008. Analisys of Income’s Farmers who arise beef cattle in Subdistrict of Stabat District of Langkat, guided by Mr. Ir. Iskandar Sembiring, MM as the leader of Guidance Commission and Mr. Ir. Edhy Mirwandhono, M.Si as the member of Guidance commission. This research conduct in subdistrict of Stabat, District of Langkat, North Sumatera, started since December 14st 2008 until January 31st 2009. These research aims to know analisys of income’s Farmers who arise beef cattle in subdistrict of Stabat, District of Langkat. This research used survey method by analysing the families, who keep the cattles. The writer used Proportional Stratified Random Sampling as the method to take the Respondens. That was by choosing 3 villages based on cattle’s population, that were Banyumas village (high population), Perdamean village (medium population), and Kwala Begumit village (low population). The writer took 53 family as farmers arise cattle’s as the samples, wich gotten from 30% families in each village. Banyumas (30 farmers beef cattle), Perdamean (17 farmers beef cattle) and Stabat (6 farmers beef cattle). The parameter inclusive of : owning mixfarming (sum of cows), age that farmers beef catlle, education that farmers beef cattle, experience that farmers beef cattle, family’s obligation that farmers beef catlle, motivation that farmers beef cattle, and the workers to influence of income’s farmers beef cattle in subdistrict of Stabat, District of Langkat. The result of the data analyzing found that scale of owning mixfarming (sum of cows) very significant effected (P<0,01) on the income’s farmers beef catlle. Where as age that farmers beef cattle, education that farmer beef cattle, experience that farmers beef catlle, motivation that farmers beef cattle, family’s obligation that farmers beef cattle, and the workers no significant effect (P>0,05) on the income’s farmers beef cattle. In spite of F-test found that scale of owning mixfarming (sum of cows), age that farmers beef cattle, education that farmers beef cattle, experience that farmers beef cattle, family’s obligation that farmers beef cattle, motivation that farmers beef cattle, and the workers to enclose entirely significant effect (P<0,05) on the income’s farmers beef cattle. Key Word : Income’s farmers beef cattle, scale of owning mixfarming (sum of cows), age that farmers beef cattle, education that farmers beef cattle, experience that farmers beef cattle, family’s obligation that
  • 5. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 farmers beef cattle, motivation that farmers beef cattle, and the workers ABSTRAK Surya Amri Siregar, 2008. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, dibawah bimbingan Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. Edhy Mirwandhono, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing. Penelitian ini dilaksanakan Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang dimulai dari tanggal 14 Desember 2008 sampai 31 Januari 2009. tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu dengan cara memilih 3 buah desa berdasarkan populasi ternak sapinya, yaitu desa Banyumas (populasi tinggi), desa Perdamean ( populasi sedang) dan desa Kwala Begumit (populasi rendah). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 53 keluarga peternak sapi potong yang didapat dari 30% peternak masing-masing desa, yaitu desa Banyumas (30 peternak), desa Perdamean (17 peternak) dan desa Kwala Begumit (6 peternak). Parameter yang diamati meliputi : skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa skala usaha (jumlah ternak sapi) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pendapatan peternak sapi potong. Sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, motivasi beternak, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap pendapatan peternak sapi potong. Namun dari uji F diperoleh skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja secara bersama berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pendapatan peternak sapi potong.
  • 6. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Kata Kunci : Pendapatan peternak sapi potong, skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmah dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan , sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT “ yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kepada Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM, selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Edhy Mirwandhono, M.Si, selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP selaku ketua Departemen Peternakan dan Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc selaku sekretaris Departemen peternakan, Fakultas Pertanian.
  • 7. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Akhirnya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Medan, Februari 2009 Penulis DAFTAR ISI Hal ABSTRACT ......................................................................................................... i ABSTRAK............................................................................................................ii KATA PENGANTAR..........................................................................................iii DAFTAR ISI ........................................................................................................iv DAFTAR TABEL ................................................................................................v DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................vi DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii PENDAHULUAN ................................................................................................1 Latar Belakang..............................................................................................1 Kerangka Pemikiran......................................................................................6 Identifikasi Masalah......................................................................................8 Tujuan Penelitian ..........................................................................................8 Kegunaan Penelitian......................................................................................9 Hipotesa Penelitian........................................................................................9 TINJAUAN LITERATUR...................................................................................10
  • 8. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Usaha Peternakan Rakyat .............................................................................10 Panca Usaha Ternak Potong..........................................................................15 Analisis Usaha ..............................................................................................19 Pendapatan Usaha Ternak .............................................................................20 Biaya Produksi..............................................................................................21 Penerimaan dan Pendapatan ..........................................................................22 BAHAN DAN METODE PENELITIAN ............................................................23 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................23 Metode Penentuan Responden Penelitian ......................................................23 Metode Pengumpulan Data ...........................................................................24 Metode Analisis Data....................................................................................24 Defenisi dan Batasan Operasional .................................................................28 HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................30 Karakteristik Responden ..............................................................................30 Sistem Pemeliharaan Pada Usahaternak Sapi Potong Di Daerah Penelitian....39 Pemberian Pakan/Minum......................................................................39 Pembersihan Kandang ..........................................................................41 Pembersihan Ternak Sapi .....................................................................41 Pengendalian Penyakit..........................................................................42 Pemasaran Ternak Sapi.........................................................................42 Pengaruh Variabel Bebas/Independent Terhadap Pendapatan Peternak ..................43 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan...................................................................................................52 Saran............................................................................................................. 52 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................54 LAMPIRAN
  • 9. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 DAFTAR TABEL Hal 1. Kandungan gizi dalam tiap gram daging dari beberapa jenis ternak..............3 2. Perkembangan populasi sapi potong di Sumatera Utara................................3 3. Jenis dan populasi ternak besar di Kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara dari tahun 2004 – 2006 ..........................................4 4. Populasi ternak sapi potong menurut kecamatan di Kabupaten Langkat tahun 2005 – 2007........................................................................................5 5. Karekteristik responden di daerah penelitian ................................................30 6. Rata-rata penerimaan peternak dari usahaternak sapi potong per responden per tahun (Rp/tahun)..............................................................38 7. Rata-rata pendapatan bersih peternak dari usahaternak sapi potong per responden per tahun (Rp/tahun)..............................................................39
  • 10. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 8. Analisis varian pendapatanb dan hasil penduga parameter ............................43 9. Analisis regresi linier berganda pengaruh jumlah ternak, jumlah tenaga kerja, Jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, motivasi, umur, dan pengalaman Beternak ......................................................................................................44 DAFTAR LAMPIRAN Hal 1. Karekteristik responden di daerah penelitian (2008) ..................................57 2. Perkembangan ternak sapi potong selama kurun waktu 1 tahun (Desember 2007-Desember 2008) .............................................................58 3. Nilai Perkembangan ternak sapi potong selama kurun waktu 1 tahun (Desember 2007-Desember 2008) .............................................................59 4. Curahan tenaga kerja dewasa dan anak-anak pada setiap kegiatan usahaternak sapi potong per peternak per tahun (HKP/tahun) ....................60 5 Total biaya produksi pada usahaternak sapi potong per peternak per tahun (Rp/Tahun)................................................................................................63 6. Jumlah investasi pada usahaternak sapi potong per peternak di daerah penelitian tahun 2008 ................................................................................64 7. Biaya kandang pada usahaternak sapi potong per peternak di daerah
  • 11. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 penelitian tahun 2008 ................................................................................65 8. Biaya perlengkapan dan peralatan pada usahaternak sapi potong peternak di daerah penelitian tahun 2008...................................................66 9. Penerimaan usahaternak sapi potong per peternak di daerah penelitian Tahun 2008...............................................................................................68 10. Pendapatan bersih usahaternak sapi potong per peternak di daerah penelitian tahun 2008 ................................................................................69 11. Analisis regresi linier Berganda.................................................................70 DAFTAR GAMBAR Hal 1. Skema kerangka pemikiran analisis pendapatan peternak sapi potong........7
  • 12. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 PENDAHULUAN Latar Belakang Strategi pembangunan peternakan mempunyai prospek yang baik dimasa depan, karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan, dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan bergizi tinggi sebagai pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan rata-rata penduduk (Santosa, 1997). Pembangunan dan pengembangan tersebut salah satunya adalah pembangunan di bidang pertanian yang meliputi pembangunan di bidang peternakan, dimana salah satu usaha peternakan yang banyak di lakukan oleh
  • 13. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 masyarakat di pedesaan adalah beternak sapi potong, yang berbentuk usaha peternakan rakyat. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diidentifikasi alternatif pola pengembangan peternakan rakyat yang mempunyai skala usaha yang ekonomis yang mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga yang cukup memadai. Dalam perspektif kedepan, usaha peternakan rakyat harus mengarah menopang dalam pengembangan agribisnis peternakan, sehingga tidak hanya sebagai usaha sampingan, namun sudah mengarah pada usaha pokok dalam perekonomian keluarga. Dengan kata lain, usaha ternak rakyat diharapkan menjadi sumber pendapatan utama rakyat peternak (paling tidak) dan dapat memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan kelurga peternak, seperti pada kegiatan ekonomi keluarga lainnya dan bahkan mengarah pada usaha peternakan keluarga. Usaha pengembangan ternak sapi potong tidak terlepas dari usaha ternak rakyat. Dirjen Peternakan (1998) melaporkan bahwa potensi besar pengembangan peternakan Ruminansia di Indonesia hingga saat ini dan kemungkinan di masa mendatang berasal dari peternakan rakyat (skala usaha kecil). Hal ini ditegaskan lagi dengan laporan Dwi Yanto (2002) yang menyatakan bahwa 99% produksi sapi bakalan dalam negeri dilakukan oleh peternakan rakyat. Sektor pertanian secara nasional, masih merupakan faktor yang signifikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena mayoritas penduduk masih memperoleh pendapatan utamanya di sektor ini. Peternakan merupakan salah satu
  • 14. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 sub-sektor yang terkandung didalamnya, memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara ini. Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor peternakan adalah upaya untuk mencukupi kebutuhan protein hewani. Pada akhirnya, upaya ini akan berpengaruh terhadap peningkatan kecerdasan bangsa (Santoso, 1997). Ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis yang tingggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kompos, biogas, kulit, tulang dan lain sebagainya. Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani. Namun penyediaan daging sapi belum mencukupi kebutuhan konsumsi yang terus meningkat. Salah satu penyebabnya adalah laju pertumbuhan populasi manusia yang tinggi tidak diikuti dengan laju pertumbuhan populasi sapi potong. Laju pertumbuhan populasi sapi yang menurun ini diakibatkan oleh pengelolalaan yang masih bersifat tradisional. Demikian juga lahan usaha peternakan dan pakan ternak yang semakin sempit. Kandungan gizi daging beberapa jenis ternak dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Gizi dalam Tiap 100 Gram Daging Dari Beberapa Jenis Ternak No Daging Kalori (cal) Protein Lemak 1 Sapi 281 13,8 17,7 2 Domba 254 12,6 22,2 3 Kambing 86 12,2 15,9
  • 15. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 4 Kerbau 96 14,2 3,9 5 Ayam 193 11,5 16,0 6 Kelinci 111 16-20 2,5-6,5 Sumber : Hatardi,dkk, 1986 Ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah produksi daging masih rendah, antara lain populasi dan produksi sapi rendah. Khususnya daerah Sumatera Utara yang masih mengalami rendahnya tingkat penyebaran populasi ternak sapi potong yang dihasilkan, dimana dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Populasi Sapi Potong Di Sumatera Utara Tahun Populasi Ternak Sapi Potong (Ekor) 2002 248.375 2003 248.673 2004 248.971 2005 250.465 2006 251.488 Sumber : Dinas Peternakan Sumatera Utara ( 2007 ) Kabupaten Langkat di Sumatera Utara merupakan salah satu kabupaten yang menjadi sentra produksi ternak sapi potong. Perkembangan populasi ternak sapi potong di Kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara dari tahun 2004 – 2007 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis dan Populasi Ternak Besar Di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara Dari Tahun 2004-2006 No. Tahun Jenis Ternak Sapi Kerbau Kuda Sapi Perah 1 2004 49.270 8.048 17 99 2 2005 60.200 8.362 0 0 3 2006 77.250 9.616 17 0 4 2007 88.838 10.578 20 0 Sumber : Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Langkat Dalam Angka (2008)
  • 16. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Sumatera Utara memiliki beberapa daerah yang sangat padat, ada yang sedang, tetapi ada yang sangat jarang atau terbatasnya populasi ternak sapi potong. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi besarnya pendapatan masyarakat pada daerah tersebut sehingga timbulnya perbedaan dalam pemenuhan gizi hewani khususnya daging sapi di setiap daerah. Sehubungan dengan hal diatas maka penulis mencoba untuk meneliti dan menganalisis faktor - faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong pada suatu daerah yang berdasarkan jumlah kepemilikan ternak sapi potong. Perkembangan populasi ternak besar menurut jenis ternak dan Kecamatan di Kabupaten Langkat tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Populasi Ternak Sapi Potong Menurut Kecamatan di Kabupaten Langkat Tahun 2005 – 2007 No Kecamatan Jumlah Populasi (Ekor) 2005 2006 2007 1 Bahorok 1.569 4.069 4.383 2 Salapian 4.142 4.142 4.970 3 Sei Bingei 3.752 3.752 4.502 4 Kuala 5.646 6.649 6.076 5 Selesai 4.003 5.003 6.004
  • 17. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 6 Binjai 2.373 2.373 2.848 7 Stabat 9.662 11.662 16.995 8 Wampu 1.031 6.031 7.237 9 Batang serangan 983 5.054 5.962 10 Sawit seberang 1.114 1.859 2.231 11 Padang tualang 9.172 3.754 4.005 12 Hinai 1.834 2.944 2.533 13 Secanggang 5.494 8.983 10.780 14 Tanjung pura 1.211 1.211 1.453 15 Gebang 2.250 2.250 1.787 16 Babalan 1.475 1.475 1.200 17 Sei.lapan 477 2.027 1.832 18 Brandan barat 477 477 572 19 Besitang 1.760 1.760 2.112 20 Pangkalan susu 1775 1.775 1.356 Jumlah Total 60.200 77.250 88.838 Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Langkat Dalam Angka (2008) Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa jumlah populasi ternak sapi potong di Kecamatan Stabat selama tahun 2005 – 2007 mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya dimana pada tahun 2005 populasi ternak sapi potong sebanyak 9.662 ekor, pada tahun 2006 meningkat menjadi 11.662 ekor dan pada tahun 2007 populasi ternak sapi potong meningkat sebanyak 16.995 ekor. Seiring dengan peningkatan jumlah populasi ternak sapi potong dari tahun ketahunnya yang selalu meningkat maka penulis mencoba untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar menguntungkan usaha yang dilakukan peternak sapi potong di daerah Kecamatan Stabat serta faktor - faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di daerah Kecamatan Stabat yang berdasarkan jumlah kepemilikan ternak sapi potong. Kerangka Pemikiran
  • 18. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Bertani merupakan pekerjaan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan. Disamping kegiatan bercocok tanam, petani memelihara ternak sebagai usaha tambahan untuk memanfaatkan kelebihan tenaga kerja keluarga. Ternak merupakan komponen penting dalam sistem usahatani yang ditangani para petani secara keseluruhan. Dalam melaksanakan usahaternak sapinya, peternak berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efisien dalam menjalankan dan mengelola usaha ternaknya. Karakteristik sosial ekonomi peternak (Jumlah ternak, umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tenaga kerja, luas kandang, jumlah invastasi, total penerimaan produksi dan total biaya produksi) dapat mempengaruhi peternak dalam mengambil keputusan yang dapat memberikan keuntungan bagi usaha ternaknya. Peternak berusaha untuk mengalokasikan faktor produksi (lahan, modal dan tenaga kerja) seefisien mungkin untuk memperoleh hasil dan keuntungan maksimal. Proses pemeliharaan ternak juga perlu diperhatikan seperti perkandangan, seleksi bibit, pemberian pakan dan minum, kebersihan ternak, dan obat-obatan. Pendapatan peternak dipengaruhi oleh faktor permintaan dan harga jual. Harga akan naik ketika permintaan terhadap suatu komoditi meningkat, apabila harga naik maka permintaan akan menurun. Penerimaan akan diperoleh peternak tergantung pada jenis usahaternaknya baik sebagai ternak potong atau perah. Pada umunya peternak menjual sapi yang
  • 19. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 masih anakan, mereka akan menjual ternaknya ketika mereka membutuhkan uang tunai untuk keperluan keluarganya. Pendapatan bersih usaha ternak sapi diperoleh dari hasil pengurangan dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi/ pemeliharaan. Secara singkat dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut: Keterangan: Pengaruh Hubungan Gambar 1. Skema kerangka Pemikiran Identifikasi Masalah Usaha Ternak Sapi Faktor-faktor yang mempengaruhi : - Jumlah Ternak - Umur Peternak - Tingkat Pendidikan - Pengalaman Beternak - Jumlah Tanggungan Keluarga - Motivasi Beternak - Jumlah Tenaga Kerja Pendapatan
  • 20. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Usaha ternak sapi dalam bentuk usahatani merupakan salah satu usaha yang dikelola oleh petani/peternak dengan peran ekonomi yang relatif terbatas. Usaha ternak sapi potong merupakan salah satu jenis usaha yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Usaha peternakan ini ada yang dijadikan sebagai pekerjaan utama, dan ada juga yang dijadikan sebagai pekerjaan sampingan. Permasalahan umum yang perlu diketahui antara lain berkaitan dengan hal–hal penting yang menyangkut segi ekonomi peternak sapi potong di Kecamatan Stabat. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut : Apakah ada pengaruh skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten langkat. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.
  • 21. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Kegunaan Penelitian 1. Bagi peternak dapat menjadi acuan dalam menentukan jumlah kepemilikan ternak untuk mengembangkan usaha ternak sapi potong guna meningkatkan pendapatan dengan menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhinya. 2. Bagi Instansi yang terkait khususnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dimasa mendatang, terutama bagi para pengambil keputusan dan para pembuat kebijakan yang sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan dan dapat menjadi acuan dalam rangka pembangunan usaha ternak sapi potong di wilayah tersebut atau di daerah lain. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi kalangan akademisi dan peneliti lainnya. Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengambil dugaan sementara bahwa ada pengaruh skala usaha (jumlah kepemilikan ternak sapi), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.
  • 22. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 TINJAUAN LITERATUR Rendahnya populasi ternak sapi merupakan salah satu faktor penyebab volume produksi daging masih rendah. Pada umumnya, selama ini di Negara kita sebagian besar ternak sapi potong yang dipelihara oleh peternak masih dalam skala kecil, dengan lahan dan modal yang sangat terbatas (Parakkasi, 1998). Menurut Sugeng (2000), tingkat produksi yang rendah diakibatkan beberapa faktor sebagai berikut : faktor tujuan pemeliharaan, faktor bibit dan faktor pakan tersedia yang terbatas. Disamping itu, ternak sapi yang dipelihara ini masih merupakan bagian kecil dari seluruh usaha pertanian dan pendapatan total. Tentu saja usaha berskala kecil ini terdapat banyak kelemahan. Diantarannya adalah sebagai produsen perorangan pasti tidak dapat memanfaatkan sumber daya produktivitas yang tinggi seperti pada sektor usaha besar dan modern. Sebab pada usaha kecil ini baik dalam pengadaan pakan, bibit, transportasi, pemeliharaan, dan lain sebagainya akan menjadi jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan usaha skala besar (Tafal, 1981). Menurut Berg dan Butterfield (1976) bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pertambahan berat badan adalah bangsa ternak, umur ternak, jenis kelamin dan makanan serta lingkungannya. Usaha Peternakan Rakyat Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain : skala usaha kecil dengan cabang usaha, teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu
  • 23. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 produk kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap perubahan–perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1988). Tujuan pokok dari sebuah usahatani keluarga adalah untuk memperoleh hasil setinggi mungkin guna mencukupi kebutuhan bagi pelaksanaan usahataninya dan pembentukan modal. Maka selain berusahatani peternak juga memiliki usaha tani lain untuk mendukung usahanya (Tohir, 1991). Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak (Mubyarto, 1991). Pada umumnya, ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia berlahan sempit, permodalan terbatas, tingkat pengetahuan petani yang terbatas dan kurang dinamik, serta pendapatan petani yang rendah (Soekartawi, dkk, 1986). Di dalam pertanian rakyat, hampir tidak ada usahatani yang yang memproduksi satu macam hasil saja. Disamping hasil–hasil tanaman, usaha pertanian rakyat meliputi pula usaha–usaha peternakan, perikanan, dan kadang- kadang usaha pencarian hasil hutan (Mubyarto, 1991). Usahatani atau usaha peternakan mempunyai ciri khas yang mempengaruhi prinsip–prinsip manajemen dan teknik–teknik yang digunakan. Usahatani dan usaha peternakan sering dianggap sebagai usaha yang lebih banyak resikonya dalam hal output dan perubahan harga serta pengaruh cuaca terhadap keseluruhan proses produksi (Kay dan Edward, 1994). Menurut Kay dan Edward (1994), dalam usahatani dan usaha peternakan, pembagian kerja dan tugas manajemen jarang dilakukan, kecuali untuk skala usaha besar. Petani dalam usahatani tidak hanya menyumbangkan tenaga saja,
  • 24. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 tetapi lebih dari itu. Dia adalah pemimpin (manager) usahatani yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan (Mubyarto, 1991). Beberapa karekteristik sosial peternak yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan para peternak yaitu : a. Skala Kepemilikan Menurut Prawirokusumo (1991), usaha yang bersifat tradisional diwakili oleh para petani dengan lahan sempit yang mempunyai 1-2 ekor ternak. Berdasarkan kepemilikan lainnya, petani Indonesia dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: (1) petani yang tidak memilki lahan (landless labor); (2) petani pemilik lahan; dan (3) petani pemilik penyewa penggarap, artinya selain menyewa lahan, juga memiliki lahan sendiri (Mubyarto, 1991). Tipe lahan yang akan digunakan untuk usahatani, termasuk usaha peternakan harus diselidiki dahulu tingkat kesuburannya. Pada dasarnya lahan yang baik dapat ditingkatkan kesuburannya, tetapi lahan yang kurus juga dapat ditingkatkan kesuburannya. Lahan harus sesuai untuk ditanami jagung, rumput– rumputan dan leguminosa (Sudono, 1999). b. Umur Semakin tinggi usia seseorang semakin kecil ketergantungannya kepada orang lain atau semakin mandiri. Chamdi (2003) mengemukakan, semakin muda usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi. (Soekartawi (e), 2002), menyatakan bahwa para petani yang
  • 25. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 berusia lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru. c. Tingkat pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan peternak maka akan semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia, yang pada gilirannya akan semakin tinggi pula produktivitas kerja yang dilakukannya. Oleh karena itu, dengan semakin tingginya pendidikan peternak maka diharapkan kinerja usaha peternakan akan semakin berkembang (Syafaat, et al, 1995). Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003). Seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mampu memanfaatkan potensi didalam maupun diluar dirinya dengan lebih baik. Orang itu akan menemukan pekerjaan yang paling tidak setara dengan pendidikannya (Soekartawi (d), 1996). Menurut Soekartawi (1986), menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru. d. Pengalaman Beternak
  • 26. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian (Fauzia dan Tampubolon, 1991). Menurut Abidin dan Simanjuntak (1997), faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor- faktor topografi, iklim, keadaaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan atau penguat, disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak masyarakat sangat menentukan pula perkembangan peternakan didaerah itu. e. Motivasi Beternak Menurut Fathoni (2004), kekuatan motivasi dari sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh faktor extrinsic (motivasi yang timbul oleh dorongan yang ditimbulkan dari dalam dirinya) dan lingkungannya. Demikian juga menurut Sudrajad (2005) yang menyatakan bahwa tanpa ada motivasi dari diri sendiri jelas tipe orang yang sulit untuk diajak bekerja atau berusaha. Jadi, orang-orang yang demikian perlu diberikan motivasi atau dorongan sehingga timbul niat untuk bekerja. f. Jumlah Tanggungan Keluarga Semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang lahan
  • 27. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan bertambahnya anggota keluarga sementara kebutuhan akan produksi terutama pangan semakin bertambah (Daniel, 2002). Menurut Bossard and Boll yang disitir Ahmadi (2003), bahwa masyarakat itu mula-mula terdiri dari small family (keluarga kecil), yaitu suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anaknya paling banyak 2 atau 3 anak. Pada keluarga kecil ini anak-anak lebih banyak menikmati segi sosial ekonomi dan lebih banyak diperhatikan orang tuanya. g. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja berkaitan erat dengan konsep penduduk, dalam hal ini pengertian tenaga kerja adalah semua penduduk usia kerja (15-64 tahun) yakni penduduk yang potensial dapat bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan (Hernanto, 1993). Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja pria, wanita dan tenaga kerja anak- anak yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Satu hari kerja setara pria (1 HKP) menggunakan jumlah jam kerja selama 8 jam dengan standard : Tenaga kerja pria dewasa > 15 Tahun = 1 HKP Tenaga kerja wanita dewasa > 15 Tahun = 0.8 HKP Tenaga kerja anak-anak 10-15 Tahun = 0.5 HKP (Hernanto,1993).
  • 28. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Panca Usaha Ternak Potong Bibit Menurut Sugeng (2000), dalam hal pemilihan bibit dengan cara seleksi dan penyingkiran sapi–sapi yang kurang baik dari kelompok sapi yang dipelihara perlu dilakukan. Laju pertumbuhan sapi macam apapun kerapkali tidak dihiraukan, dan yang terpenting bagi peternak ialah kelompok sapi yang dipelihara itu tetap bisa berkembang biak. Salah satu faktor keberhasilan beternak adalah keterampilan memilih bibit ternak. Pejantan yang digunakan sebagai pemacek seyogianya adalah milik desa atau milik pemerintah atau dengan Inseminasi Buatan (Dinas Peternakan, 1983). Pakan Keberhasilan usaha ternak sapi, baik sapi potong atau kerja hanya mungkin tercapai apabila fakto –faktor penunjangnya memperoleh perhatian yang penuh. Salah satu faktor utama ialah makanan, disamping faktor genetik dan manajemen. Oleh karena itu, bibit sapi yang baik dari jenis unggul hasil seleksi harus diimbangi dengan pemberian makanan yang baik pula (AAk, 1991). Terbatasnya pakan ternak sapi, terutama pakan hijauan yang tersedia sepanjang tahun merupakan kendala besar dalam memproduksi daging (Sugeng, 2000). Sistem pencernaan dari berbagai jenis – jenis ternak mencerminkan pula macam bahan makanan yang dapat dimakannya. Ternak ruminansia/pemamahbiak mempunyai alat pencernaan yang berbeda dari non ruminansia. Ruminansia
  • 29. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 menggunakan hijauan sebagai bahan makanan utama sebaliknya ternak–ternak non ruminansia menggunakan konsentrat sebagai bahan makanan pokok (Abidin dan Simanjuntak, 1997). Ternak sapi sebagai salah satu hewan ruminansia beralat pencernaan yang terbagi atas empat bagian, yakni rumen, reticulum, omasum, dan abomasum. Dengan alat ini sapi mampu menampung jumlah bahan pakan yang lebih besar dan mampu mencerna bahan pakan yang kandungan serat kasarnya tinggi. Sehingga pakan pokok hewan ini berupa hijauan atau rumput dan pakan penguat sebagai tambahan. Pada umumnya bahan pakan hijauan diberikan dalam jumlah 10% dari berat badan dan pakan penguat cukup 1% dari berat badan (Sugeng, 2000). Dinegara kita pemberian makanan pada ternak belum begitu diperhatikan. Pada umumnya ternak hanya diberikan makanan hijauan dengan cara menggembalakan di lapangan ataupun diarit untuk diberikan kepada ternaknya. Pada umumnya kualitas rumput tersebut sangat rendah, karena jarang terdapat pemeliharaan rumput–rumputan hijauan makanan ternak secara khusus untuk makanan ternaknya (Abidin dan Simanjuntak, 1997). Kandang Perkandangan dan peralatan sangat penting dalam menentukan sukses tidaknya suatu perusahaan ternak sapi. Oleh karena itu sangat perlu untuk merencanakan pembuatan kandang dengan peralatan seefisien mungkin. Peternakan sapi dengan sistem pemeliharaan di pasture (padang penggembalaan), kandang diperlukan hanya untuk malam hari dimana sapi–sapi tersebut pada pagi
  • 30. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 harinya dilepas pada padang penggembalaan ini dapat dibuat pula kandang yang dilengkapi dengan atap yang bisa terbuat dari genteng atau rumbia atau bisa juga tanpa atap. Lantainya sebaiknya disemen. Sebagai patokan umum seekor sapi dewasa membutuhkan tempat seluas 2,5 sampai 3 m2 (kira–kira 1,5 x 2 m )/ ekornya (Abidin dan Simanjuntak, 1977). Kontruksi kandang menurut Sugeng (2000), dibangun dengan perencanaan yang benar akan menjamin kenyamanan hidup ternak sebab bangunan kandang sangat erat hubungannya dengan kehidupan ternak. Sehubungan dengan kebutuhan hidup ternak sapi untuk beradaptasi ini, maka perencanaan bangunan kandang yang perlu diperhatikan ialah : iklim setempat, konstruksi dan bahan bangunan. Ketiga faktor ini perlu diperhatikan karena faktor–faktor tersebut akan membawa kenyamanan bagi ternak apabila kesemuannya tadi dipadu dengan baik (AAK, 1991). Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Penyakit yang timbul pada sapi potong biasanya dibagi atas empat macam yaitu (1) external parasitis; (2) internal parasitis; (3) penyakit menular; (4) penyakit tidak menular. Pencegahan terhadap timbulnya penyakit lebih penting daripada mengobati. Oleh karena itulah maka para peternak selalu menjaga kesehatan daripada ternak–ternaknya melalui sanitasi yang baik, penyemprotan dengan desinfektan, vaksinasi secara teratur. Ternak–ternak akan mudah tertular penyakit bila manajemenya kurang baik. Parasit–parasit dan penyakit biasanya berkembang baik pada ternak–ternak yang kondisinya tidak
  • 31. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 baik dan dapat menyebar pada ternak–ternak yang sehat lainnya (Abidin dan Simanjuntak, 1977). Pemasaran Permintaan pasar akan daging sapi meningkat terus dari tahun ketahun sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan taraf hidup rakyat disertai dengan pengertian mengenai kepentingan pangan dan gizi. Biasanya kebutuhan daging dipasaran. Hal tersebut sangat erat hubungannya dengan kehidupan sosial dan agama, seperti musim haji, musim hajatan (pernikahan dan lain–lain), hari natal dan tahun baru, dan puncaknya adalah hari raya Idul Fitri atau bulan Syawal (Darmono, 1993). Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan pengetahuan masyarakat tentang gizi berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat kearah gizi berimbang sehingga memberikan peluang pemasaran hasil–hasil peternakan. Disamping itu, terbukanya perdagangan international mengakibatkan kemungkinan ekspor ternak dan hasil semakin meningkat bila diikuti dengan peningkatan kualitas (Gunawan, dkk, 1993). Analisis Usaha Analisis usaha ternak merupakan pendekatan yang sangat penting bagi suatu usaha ternak komersil. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang di hadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah
  • 32. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 cabang usaha atau memperbesar skala usaha. Hernanto (1996) menyatakan bahwa analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh. Ada tiga laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu : (1) cash flow (arus biaya dan penerimaan), (2) neraca (balance sheet), (3) pertelaan pendapatan (income statement). Pertelaan pendapatan (income statement) lebih menunjukkan kepada sumber–sumber penerimaan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai penerimaan tersebut. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana riil untuk periode selanjutnya. Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994), gambaran mengenai usaha ternak yang memilki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis usaha juga dapat memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit, pakan, dan kandang, lamanya modal akan kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh. Pendapatan Usaha Ternak Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993). Analisis usahaternak sapi sangat penting sebagai kegiatan rutin suatu uasahaternak komersil. Dengan adanya analisis usaha dapat dievaluasi dan
  • 33. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 mencari langkah pemecahan berbagai kendala, baik usaha untuk mengembangkan, rencana penjualan maupun mengurangi biaya-biaya yang tak perlu (Murtidjo, 1993). Usaha ternak sapi telah memberi kontribusi dalam peningkatan pendapatan keluarga peternak. Soekartawi (c), (1995) menyatakan bahwa peningkatan pendapatan keluarga peternak sapi tidak dapat dilepaskan dari cara mereka menjalankan dan mengelola usahaternaknya yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial dan faktor ekonomi. Pendapatan usahaternak sapi sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak sapi maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh ( Soekartawi, 1995). Biaya Produksi Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan, yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan, dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk (Cyrilla dan Ismail, 1988). Menurut Boediono (1998), biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas–aktivitas yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel). a. Biaya tetap (fixed cost) Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu seperti
  • 34. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 depresiasi asuransi, perbaikan rutin, pajak, dan bunga modal termasuk kedalam biaya tetap (Widjaja, 1999). b. Biaya variabel (variable cost) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah–ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan (Widjaja, 1999). Seperti pakan, pupuk, bibit, dan obat–obatan, bahan bakar, dan kesehatan ternak termasuk kedalam biaya tidak tetap (Kay dan Edward, 1994). Pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan secara produksi (input) yang diperlukan pada proses produksi. Untuk sarana produksi yang dibeli dimasukkan dalam biaya tunai, sedangkan untuk sarana produksi yang tidak dibeli, dimasukkan dalam biaya diperhitungkan (Soeharjo dan Patong, 1973). Penerimaan dan Pendapatan Soekartawi, dkk (1986), menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Soeharjo dan Patong (1973), menyatakan bahwa penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga peroleh satuan. Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga pada tingkat usahatani atau harga jual petani. Penerimaan dalam usahatani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan dengan biaya produksi (Kay dan Edward, 1994). Soeharjo dan Patong (1973), menyebutkan bahwa dalam analisis pendapatan diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan
  • 35. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.
  • 36. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Kecamatan Stabat terdapat diantara Kotamadya Medan, Kotamadya Binjai, dan Selat Malaka. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Secanggang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Binjai, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Wampu dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang (Kecamatan Hamparan Perak) Luas wilayah lebih kurang 9064 Ha (90,64 Km2 ) hektar dari luas Kabupaten Langkat. Iklim di daerah ini seperti umumnya daerah–daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara, Kabupaten Langkat termasuk daerah yang beriklim tropis. (Badan Pusat Statistik, 2007). Metode Penentuan Responden Penelitian Persyaratan responden adalah para peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode penarikan responden yang digunakan adalah sebagai berikut : - Pada tahap pertama pemilihan 3 buah desa dari beberapa desa yang ada di kecamatan Stabat dengan metode penarikan responden secara Proportional Stratified Random Sampling (Soekartawi, 1995), yaitu desa yang populasi ternak sapinya tinggi Desa Banyumas, sedang Desa Perdamean dan jarang Desa Kwala Begumit . Dimana penentuan populasi
  • 37. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 ternak sapi yang tinggi, sedang dan jarang tersebut ditentukan dengan melihat data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten langkat dalam angka 2007. - Pada tahap kedua pemilihan responden secara acak sederhana, diambil masing-masing 30% dari seluruh peternak dari setiap desa sampel. Wirartha, (2006) menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan data statistik ukuran sampel paling kecil 30 % sudah dapat mewakili populasi. Metode Pengumpulan Data Data yang di peroleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder - Data Primer diperoleh langsung dari monitoring responden terhadap kegiatan usaha ternak sapi potong melalui wawancara dan pengisian daftar Kuesioner. - Data Sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Medan, Kantor Kecamatan Stabat, Kantor Kepala Desa Kwala Begumit, Kantor Kepala Desa Banyumas dan Kantor Kepala Desa Perdamean di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden dilapangan diolah dan ditabulasi. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode analisis
  • 38. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 pendapatan dan diolah dengan model pendekatan ekonometri dan dijelaskan secara metode deskriptif. Adapun untuk menghitung pendapatan dari kegiatan beternak sapi, dapat dihitung dengan rumus: Pd = TR - TC Keterangan: Pd adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak sapi potong (rupiah/tahun). TR adalah total revenue atau penerimaan yang diperoleh peternak sapi potong (rupiah/tahun) TC adalah biaya yang dikeluarkan peternak sapi potong (rupiah/tahun) (Soekartawi (c), 1995). Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan menghitung pendapatan peternak pada usaha beternak sapi terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan Model Pendekatan Teknik Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear berganda (alat bantu Software (SPSS 13) Statistical Package for Social Sciences) dengan model penduga sebagai berikut: Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6D1 + b7X7 + µ Keterangan:
  • 39. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 ( ) ( )1/1 / 2 2 −−− = knr kr F Ŷ adalah pendapatan peternak (Y : topi) yang dipengaruhi berbagai faktor dalam memelihara ternak sapi potong (rupiah) a adalah koefisien Intercept (konstanta) b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 adalah koefisien regresi X1 adalah skala usaha (jumlah ternak sapi) dalam ST X2 adalah umur peternak (tahun) X3 adalah tingkat pendidikan (tahun) X4 adalah pengalaman beternak (tahun) X5 adalah jumlah tangunggan keluarga (jiwa) D1 adalah motivasi beternak (Variabel Dummy, untuk Motivasi Sendiri =1, untuk yang lain = 0) X7 adalah jumlah tenaga kerja (jiwa) µ adalah Variabel lain yang tidak diteliti ( Djalal dan Usman, 2002 ). Variabel-variabel pada hipotesis di uji secara serempak dan parsial untuk mengetahui apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh dominan atau tidak. Jika variabel tersebut berpengaruh secara serempak maka digunakan uji F yakni : yakni : Keterangan : r2 = Koefisien determinasi n = Jumlah responden k = Derajat bebas pembilang n-k-1 = Derajat bebas penyebut Kriteria uji: F-hit ≤ F-tabel............................................. H0 diterima (H1 ditolak)
  • 40. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 F-hit > F-tabel............................................. H0 ditolak (H1 diterima) Jika variabel berpengaruh secara parsial dapat diuji dengan uji t yakni : Keterangan: b = Parameter (i = 1,2,3,4) n-k-1 = derajat bebas S2 bi = Standart error parameter b S2 y1234 = Standart error estimates xi = Variabel bebas (i = 1,2,3,4) Kriteria uji: t-hit ≤ t-tabel........................................... H0 diterima (H1 ditolak) t-hit > t-tabel........................................... H0 ditolak (H1 diterima) (Sudjana., 2002). Karakteristik sosial peternak sebagai variabel bebas/independent penelitian ini meliputi : - Skala usaha adalah jumlah ternak sapi yang dipelihara (Satuan ternak). - Umur peternak adalah umur peternak yang memelihara ternak sapi yang diukur berdasarkan usia kerja produktif yaitu 16-60 tahun. - Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan yang ditempuh peternak (tahun). - Pengalaman beternak adalah lamanya peternak dalam memelihara ternak sapi (tahun). - Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah tanggungan yang ditanggung peternak dalam satu kepala keluarga (jiwa). 1 1 Sb b Thit = S2 y123 = 1 2 −−       −∑ ∧ kn yy S2 b1 ( )∑ − = 22 123 2 1 ii RX yS
  • 41. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 - Motivasi beternak adalah asal atau dorongan niat untuk memulai usaha ternak sapi (dorongan orang tua atau inisistif sendiri). - Jumlah tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja dalam keluarga atau upahan yang dibiayai oleh peternak (jiwa). Data dianalisis secara metode deskriptif. Defenisi Dan Batasan Operasional Defenisi 1. Pendapatan adalah total semua pemasukan yang diperoleh dikurang biaya yang dikeluarkan 2. Sapi Potong adalah ternak sapi yang bertujuan untuk memproduksi daging 3. Karekteristik sosial peternak adalah faktor yang ada pada diri peternak sebagai responden yang dapat mempengaruhi pendapatan peternak dalam usahaternaknya. 4. Ekonometrika adalah ilmu yang mempelajari analisis kuantitatif dari fenomena ekonomi dalam artian secara umum 5. Model Regresi Linier Berganda adalah model regresi yang digunakan untuk membuat hubungan antara satu variabel terikat dan beberapa variabel bebas. 6. Analisis Pendapatan berguna untuk mengetahui atau mengukur berapa besar pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode tertentu. Pendapatan tersebut dapat dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar
  • 42. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 menguntungkan usaha yang dilakukan apakah pendapatan tersebut dapat memberikan sumbangan bagi kehidupan yang layak. 7. Karekteristik sosial peternak adalah faktor yang ada pada diri peternak sebagai responden yang dapat mempengaruhi pendapatan peternak dalam usahaternaknya. 8. Investasi adalah merupakan nilai kandang, perlengkapan, peralatan, modal peternak dan pertambahan nilai ternak per tahun. 9. Total penerimaan pada usahaternak sapi meliputi penerimaan dari penjualan ternak sapi, penerimaan dari penjualan pupuk kandang dan pertambahan nilai ternak. 10. Total biaya produksi meliputi biaya investasi atau biaya tetap yakni biaya penyusutan (kandang, perlengkapan dan peralatan) dan biaya variabel meliputi biaya bahan pakan, biaya atau upah tenaga kerja, obat- obatan/Vaksinasi dan biaya Inseminasi Buatan (IB) dihitung per tahun. 11. Pendapatan bersih usahaternak sapi merupakan selisih antara penerimaan usahaternak per tahun dengan biaya produksi per tahun. Batasan Operasional 1. Penelitian dilakukan pada tanggal 14 Desember 2008 - 31 Januari 2009 di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. 2. Responden Penelitian adalah peternak yang memelihara ternak sapi sebagai pekerjaan utama maupun sampingan yang bertempat tinggal di Desa Banyumas, Desa Perdamaean dan Desa Kwala Begumit di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.
  • 43. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 3. Responden Penelitian adalah peternak yang tidak melakukan sistem bagi hasil (sistem belah) tetapi milik pribadi 4. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data skunder dimana data primer langsung diperoleh dari para peternak sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi–instansi yang berkaitan. HASIL DAN PEMBAHASAAN Karekteristik Responden Karekteristik responden dalam penelitian ini meliputi karekteristik sosial dan ekonomi. Karekteristik sosial peternak yang dianalisis meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan karekteristik ekonomi responden yang dianalisis meliputi luas kandang, jumlah ternak, jumlah investasi, total penerimaan dari usahaternak sapi dan total biaya produksi. Karekteristik sosial ekonomi responden di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Karekteristik Responden di Daerah Penelitian Tahun 2008 No. Karakteristik Peternak Satuan Rentang Rataan 1. Umur Tahun 29-70 46,34 2. Tingkat Pendidikan Tahun 6-12 7,98 3. Pengalaman Beternak Tahun 1-30 9,98 4. Jumlah Tanggungan Orang 0-4 2,32
  • 44. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 keluarga 5. Motivasi Beternak Orang 0-1 0,81 6. Jumlah Tenaga kerja Orang 1-3 2,15 7. Jumlah Ternak Satuan Ternak (ST) 1.25 - 6.25 2,91 8. Luas Kandang M2 9 – 32 18,15 9. Jumlah Investasi Rp/Thn 2.464.000 – 46.562.999 15.476.207 10 Total Penerimaan dari usahaternak sapi Rp/Thn 4.144.000 – 34.839.999 10.335.735 11. Total Biaya Produksi Rp/Thn 2.171.250 – 4.569.250 3.100.746 12. Pendapatan Bersih Usaha Ternak Sapi Rp/Thn 1.336.000 – 31.237.257 7.229.989 Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 (Lampiran 1) Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa umur responden di daerah penelitian berkisar antara 29-70 tahun dengan rataan sebesar 46 tahun dari total responden. Bila dikaji dari karakteristik umur di atas, sebagian besar peternak dalam kategori usia yang produktif (16-60 tahun), sehingga potensi untuk bekerja dan mengelola usahaternaknya masih sangat besar. Tingkat pendidikan peternak sapi menyebar antara 6-12 tahun dengan rataan 8 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden umumnya tergolong rendah dengan kisaran tidak pernah sekolah hingga tamat sekolah dasar. Rata-rata hanya tamat sekolah dasar (SD), dimana tingkat pendidikan responden masih tergolong sangat rendah oleh karena itu sangat diperlukan sekali tenaga teknis lapangan khususnya penyuluh lapangan dari dinas yang terkait di daerah tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dari para peternak dalam menjalankan usahaternaknya. Berdasarkan tingkat pengalaman peternak, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengalaman beternak menyebar antara 1-30 tahun dengan
  • 45. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 rataan 10 tahun. Pada umumnya pengalaman beternak di daerah penelitian diperoleh dari orang tuanya secara turun-temurun. Dengan pengalaman beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik. Jumlah tanggungan keluarga responden berkisar antara 0-4 orang dengan rataan sebesar 2 orang. Berdasarkan data tersebut bahwa jumlah tangggungan keluarga responden di daerah penelitian dapat dikatakan relatif sedang. Dari hasil wawancara dengan responden di daerah penelitian diperoleh bahwa motivasi beternak responden pada rentang skor 1-0 dimana kriteria angka (1) merupakan motivasi dari diri sendiri sedangkan (0) adalah untuk yang lain misal dorongan dari orang tua atau dari orang lain dengan rata-rata 0,811. dengan demikian responden di daerah penelitian ini umumnya memiliki motivasi sendiri dalam menjalankan usaha ternaknya. Jumlah tenaga kerja responden di daerah penelitian ini berkisar antara 1-3 orang dengan rataan 2,15 orang. Tenaga kerja yang digunakan oleh peternak di kelompokkan menjadi dua yaitu tenaga kerja dalam keluarga yang tidak dibayar dan tenaga kerja luar keluarga (upahan). Dimana kriteria tenaga kerja dalam keluarga ditunjukkan dengan angka 1 artinya yang bekerja sendiri yaitu bapak, sedangkan angka 2 adalah bapak/anak dan bapak/ibu sedangkan angka 3 menunjukkan bahwa bapak, ibu dan anak ikut bekerja dalam mengelola ternaknya. Sedangkan tenaga kerja upahan disini bukanlah tenaga kerja tetap melainkan tenaga kerja yang menggantikan tenaga kerja dalam keluarga apabila
  • 46. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 berhalangan tidak dapat mengerjakan rutinitas sehari-hari umumnya dalam mencari hijauan. Luas kandang sapi di daerah penelitian menyebar antara 9-32 m2 dengan rataan sebesar 18,15 m2 . dengan jumlah ternak sapi yang dipelihara menyebar antara 1,25-6,5 ST dengan rataan sebesar 2,91 ST. Pada usahaternak sapi di daerah penelitian diperoleh jumlah investasi per peternak per tahun menyebar antara Rp. 2.464.000 sampai Rp. 46.562.999 dengan rataan jumlah total investasi sebesar Rp. 15.476.207 per tahun. Total penerimaan peternak selama 1 tahun dari usahaternak sapi berkisar antara Rp.4.144.000 sampai Rp. 34.839.999 dengan rataan sebesar Rp. 10.335.735 per tahun. Sedangkan total biaya produksi peternak selama 1 (satu) tahun dari usahaternak sapi per responden berkisar antara Rp. 2.171.250 sampai dengan Rp.4.569.250 dengan rataan sebesar Rp.3.100.746 per tahun. Pendapatan bersih peternak di daerah penelitian selama 1 tahun dari usahaternak sapi per peternak berkisar antara Rp. 1.336.000 sampai Rp.31.237.257 dengan rataan sebesar Rp. 7.229.989 per tahun. Total Biaya Produksi Pada Usaha ternak Sapi Total biaya produksi pada usaha ternak sapi meliputi biaya investasi atau biaya tetap yakni biaya penyusutan (kandang, perlengkapan dan peralatan) dan biaya variabel meliputi biaya bahan pakan, biaya upah tenaga kerja dan obat- obatan/Vaksinasi, biaya inseminasi buatan, biaya operasional (bahan bakar dan perawatan kendaraan) yang dihitung per tahun.
  • 47. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Biaya Variabel Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, misalnya biaya untuk sarana produksi (pakan, obat-obatan, biaya operasional kendaraan, dan upah). Bahan Pakan Pada usaha ternak sapi responden menggunakan bahan pakan berupa hijauan yang diambil sendiri dengan cara diarit. Dalam memperoleh hijauan ini responden tidak mengeluarkan biaya karena diperoleh langsung dari alam dan diambil sendiri. Peternak hanya mengeluarkan biaya bahan bakar untuk mengambil pakan hijuan tersebut. Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan oleh peternak dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga (upahan). Dalam hal ini tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan tidak diupah. Pada usaha ternak sapi ini hanya dikeluarkan upah untuk tenaga kerja luar keluarga (TKLK) sebesar Rp. 30.000,00/HKP. Peternak memakai tenaga kerja luar keluarga disebabkan karena kurangnya tenaga kerja keluarga. TKLK yang digunakan untuk usahaternak sapi ini bekerja untuk mencari hijauan dan kegiatan pembuatan kandang serta kegiatan pengendalian penyakit. Biaya Lain-Lain
  • 48. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Biaya ini mencakup biaya obat-obatan/vaksinasi, biaya Inseminasi Buatan (IB) dan biaya operasional (bahan bakar dan perawatan kendaraan). Obat-obatan yang digunakan hanya pada saat ternak mengalami sakit dan obat yang digunakan tergolong sederhana biasanya peternak melakukannya dengan pengobatan tradisional saja. Dan vaksinasi dilakukan dengan tujuan agar ternak tidak mudah terserang penyakit. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan responden per tahun dapat dilihat pada lampiran 5. Sedangkan untuk biaya Inseminasi Buatan (IB) dapat dilihat pada lampiran 5, kebanyakan responden di daerah penelitian tidak memiliki pejantan sendiri untuk mengawinkan ternaknya. Untuk menghasilkan keturunan yang baik, mereka menggunakan sistem perkawinan buatan (inseminasi buatan). Dengan perkawinan buatan, peternak bisa memilih jenis semen sapi apa yang akan digunakan. Kebanyakan peternak memilih mengawinkan sapi betinanya dengan hasil persilangan dengan bangsa sub-tropik seperti Simmental dan Limosin atau yang berjenis lokal seperti Brahman dan Peranakan ongole. Perkawinan buatan ini merupakan solusi dari peternak untuk mendapatkan keturunan sapi dengan bobot tubuh yang lebih tinggi dan harga sapi hasil dari perkawinan Buatan (IB) jauh lebih mahal dibandingkan dengan sapi lokal, oleh kerana itu mayoritas responden didaerah penelitian lebih banyak memilih memelihara sapi dari hasil kawin suntik menurut Darmono (2000), perkawinan silang antara bangsa sapi tipe pedaging dapat menghasilkan berat badan yang memuaskan. Misalnya kawin silang dengan bangsa sapi yang mempunyai laju pertumbuhan cepat, maka keturunan dari hasil
  • 49. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 kawin silang tersebut berat badanya akan naik. Perkawinan buatan dilakukan oleh Inseminator Dinas Peternakan yang ada di Kecamatan Stabat, Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan responden per tahun dapat dilihat pada lampiran 5. Berdasarkan lampiran 5 dapat dilihat besarnya biaya bahan bakar plus perawatan kendaraaan yang dikeluarkan peternak untuk mengangkut hijauan biaya tersebut menyebar antara Rp. 1.551.250,00 sampai Rp 2.007.500,00 per tahun. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang relative tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh, misalnya bunga modal, sewa tanah dan pajak. Biaya Penyusutan Nilai kandang ternak sapi bervariasi tergantung pada bahan yang digunakan dan ukuran kandangnya. Bahan yang digunakan untuk pembuatan kandang sapi pada usahaternak responden adalah beton, papan, kayu atau bambu untuk bagian dinding, seng atau rumbia untuk atap dan pada lantai ada yang menggunakan semen dan ada juga langsung ke tanah. Peternak lebih banyak mendapatkan bahan-bahan dari alam sekitar. Ini mengakibatkan biaya kandang dapat ditekan lebih murah. Pemakaian beton ditujukan untuk menjaga keamanan ternak dari pencurian. Nilai kandang sapi per unit yang dimiliki responden dapat dilihat pada lampiran 7 yang menyebar antara Rp.500.000,00 sampai Rp.6.500.000,00 dengan
  • 50. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 rataan sebesar Rp.1.889.622,64. dalam satu tahun terakhir ada juga peternak memperbaiki kandangnya, dimana biaya perbaikan kandang tersebut menyebar antara Rp.100.000,00 sampai dengan Rp.2.000.000,00 dengan rataan sebesar Rp.497.169,81. biaya penyusutan kandang yang dikeluarkan ditentukan oleh luas kandang yang dimiliki peternak dan juga umur ekonomis atau masa pakai kandang tersebut. Biaya kandang diperoleh dari dari penjumlahan biaya penyusutan kandang dan biaya perbaikan kandang per responden. Biaya kandang yang dimiliki responden menyebar antara Rp.270.000,00 sampai Rp.2.300.000,00 dengan rataan Rp.804.339,62. Usahaternak sapi ini menggunakan perlengkapan kandang seperti tempat makan dan tempat minum. Berdasarkan data yang sudah diolah pada lampiran 8 Dapat dilihat bahwa usahaternak ini menggunakan tempat makan yang nilainya menyebar antara Rp. 50.000,00 sampai Rp. 350.000,00 per unit dan tempat minum yang nilainya sebesar Rp.15.000,00. Biaya penyusutan dan perlengkapan yang dikeluarkan ditentukan oleh jumlah perlengkapan yang dimiliki responden dan juga umur ekonomis atau masa tahan pakai perlengkapan tersebut. Biaya penyusutan perlengkapan pada usahaternak sapi responden menyebar antara Rp.20.000,00 sampai Rp.90.000,00. Peralatan yang digunakan pada usaha ternak sapi responden meliputi Arit, cangkul, kereta sorong (angkong), sapu lidi, sekop dan tali. Harga arit per unit menyebar antara Rp.20.000,00 sampai Rp. 50.000,00, harga cangkul per unit Rp. 25.000,00, harga kereta sorong (angkong) per unit menyebar antara Rp.200.000,00 sampai Rp. 250.000,00, harga sapu lidi per unit menyebar antara
  • 51. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Rp. 3.000,00 sampai Rp. 8.000,00, harga sekop per unit menyebar antara Rp. 20.000,00 sampai Rp. 30.000,00 dan harga tali per unit sebesar Rp. 25.000,00. Biaya penyusutan peralatan yang dikeluarkan ditentukan oleh banyaknya peralatan yang dimilki peternak sapi dan juga umur ekonomis atau masa tahan pakai peralatan tersebut. Total biaya penyusutan peralatan per responden per tahun menyebar antara Rp. 124.666,67 sampai Rp. 168.000,00 dengan rataan sebesar Rp. 75.132,08. Pada usahaternak sapi di daerah penelitian total biaya produksi yang dikeluarkan per responden selama satu tahun rata-rata sebesar Rp. 3.100.746,48. Jumlah Investasi Pada Usaha Ternak Sapi Jumlah investasi pada usahternak sapi meliputi nilai investasi kandang, perlengkapan, peralatan, modal peternak dan pertambahan nilai ternak per athun. Pada usahaternak sapi di daerah penelitian sperti terlihat di lampiran 6 diperoleh total jumlah investasi per responden per tahun menyebar antara Rp. 2.464.000,00 sampai Rp. 37.563.000,00 dengan rata-rata total jumlah investasi sebesar Rp. 14.212.056,60 per tahun. Penerimaan Pada Usahaternak Sapi Penerimaan pada usaha ternak sapi meliputi penerimaan dari penjualan ternak sapi, penerimaan dari penjualan feses (pupuk kandang) dan pertambahan nilai ternak. Pada usahaternak sapi di daerah penelitian dapat dilihat pada lampiran 9 diperoleh total penerimaan per peternak menyebar antara
  • 52. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Rp. 4.144.000,00 sampai Rp. 28.648.000,00 dengan rata-rata total penerimaan per peternak sebesar Rp. 9.316.867,00 per tahun. Rataan penerimaan responden dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-Rata Penerimaan Peternak dari Usahaternak Sapi Potong Per Responden Per Tahun (Rp/Tahun) No Jenis Penerimaan Total Peneriamaan (Rp/Tahun) Rataan Penerimaan (Rp/Tahun) Persentase rataan (%) 1 Penjualan Pupuk Kandang 10.884.000,00 205.358,49 2,20 2 Penjualan Ternak 407.000.000,00 7.679.245,28 82,41 3 Pertambahan Nilai Ternak 75.999.999,00 1.433.962,25 15,39 Jumlah 493.883.999,00 9.318.566,02 100 Sumber : Data Primer Diolah 2008 (Lampiran 9) Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa untuk usahaternak sapi per responden nilai rataan penerimaan terbesar berasal dari penjualan ternak sapi sebesar 82,41%, penerimaan dari pertambahan nilai ternak sebesar 15,39% dan penerimaan dari penjualan pupuk kandang sebesar 2,20%. Pendapatan Bersih Pada Usahaternak Sapi Pendapatan bersih merupakan selisih antara penerimaan usahaternak per tahun dengan total biaya produksi per tahun. Pendapatan bersih usahaternak merupakan hasil terhadap manajemen ternak dalam pelaksanaan usahaternak sapi. Dari hasil analisis di daerah penelitian seperti yang terlihat pada lampiran diperoleh pendapatan bersih per responden per tahun menyebar antara Rp. 1.502.750,00 sampai Rp. 25.127.667,00 dengan rataan pendapatan bersih sebesar Rp. 6.212.121,43 per tahun. Rataan pendapatan bersih dari usahaternak sapi ini dapat dilihat pada Tabel 7.
  • 53. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Tabel 7. Rata-Rata Pendapatan Bersih Peternak Dari Usahaternak Sapi Potong per Responden Per Tahun (Rp/Tahun) No Kriteria Range Pend.Bersih (Rp/Tahun) Rataan Pend.Bersih (Rp/Tahun) 1 Penerimaan Usahaternak 4.144.000,00 – 28.648.000,00 9.316.867,91 2 Biaya Produksi 2.245.583,00 – 4.569.250,00 3.105.746,67 Pendapatan Bersih 1.502.750,00 – 25.127.667,00 6.212.121,43 Sumber : Data Diolah 2008 (Lampiran 10) Sistem Pemeliharaan Usahaternak Sapi Di Daerah Penelitian Umumnya sistem pemeliharaan sapi di Kecamatan Stabat sudah bersifat intensif dimana ternak tidak lagi di gembalakan. Ternak umumnya dikandangkan seluruh kebutuhan hidupnya diatur oleh manusia. Adapun kegiatan–kegiatan yang dilakukan peternak sapi potong yang terdapat di daerah penelitian sebagai berikut : 1. Pemberian Pakan dan Minum Sapi akan tumbuh sehat dan produktif dalam menghasilkan daging bila volume pakan yang diperoleh cukup dan bergizi. Pakan merupakan unsur yang sangat vital dalam usaha peternakan. Pemeberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak dapat menyebabkan defisiensi makanan sehingga ternak mudah terserang penyakit. Ketersediaan pakan yang cukup akan menghasilkan ternak yang sehat dan produktif. Jenis pakan sapi ada dua macam yaitu pakan pokok yang terdiri dari hiajuan (rumput, legume, dan limbah pertanian) dan pakan penguat ( suplemen, konsentrat, dan pakan tambahan).
  • 54. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Air untuk minum ternak juga mempunyai fungsi yang vital untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh ternak. Penyediaan air minum harus terus menerus untuk semua kelompok umur ternak. Pemberian pakan dan minum ternak di daerah penelitian dilakukan oleh peternak sendiri yang dibantu oleh anggota keluarganya sendiri seperti ibu dan anak-anaknya. Umumnya responden memberikan pakan hijauan yang berupa rumput-rumputan yang telah diarit dan memberi sedikit garam yang telah dilarutkan dengan air yang kemudian dicampurkan ke dalam tempat air minum ternak. Garam diperlukan untuk menyimpan air dan sebagai sumber mineral di dalam tubuh serta mempermudah proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan. Garam juga dapat digunakan untuk menarik sapi agar mau memakan hijauan yang belum pernah diberikan. Hanya satu responden (2,04%) yang memberikan pakan konsentrat pada ternaknya, yaitu pada peternak dengan skala kepemilikan ternak 1,75 ST. sedangkan 97,96% responden lainnya hanya memberi pakan hijauan berupa rumput benggala, rumput lapangan dan juga terkadang daun jagung yang didapat dari ladang perternak. Pemberian pakan hijauan biasanya diberikan satu ikat/gulungan rumput (± 30-40 kg)/ untuk beberapa ekor ternak. 2. Pembersihan kandang Kandang adalah tempat tinggal ternak sehingga kandang menjadi salah satu factor penting dalam beternak. Dimana kebersihan kandang dapat menghindarkan ternak dari serangan penyakit. Kandang sangat berpengaruh terhadap kesehatan sapi, terutama factor kelembaban, kebecekan, dan sarang lalat
  • 55. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 yang dapat mengganggu kenyamanan serta keleluasaan sapi. Letak kandang harus terpisah dari rumah namun di daerah penelitian masih ada beberapa responden yang membuat kandangnya menyatu dengan rumahnya Di daerah penelitian kebersihan kandang dilakukan setiap hari dengan menggunakan sapu lidi, sekop, dan angkong. Kotoran dibersihkan dengan menggunakan sekop yang kemudian diangkat dengan menggunakan angkong. kotoran tersebut dikumpulkan di lubang sementara yang biasanya berada di belakang kandang. Setelah dikumpulkan beberapa hari, feses akan dijual nantinya kepada pembeli. Penjualan feses bukan berdasarkan berat melainkan volume feses di dalam kereta sorong (angkong). Pada umunya peternak tidak melakukan penyemprotan desinfektan pada kandangnya yang bertujuan untuk membunuh kuman-kuman pembawa penyakit. 3. Pembersihan Ternak Sapi Tujuan pembersihan ternak sapi adalah untuk mencegah timbulnya berbagai macam penyakit dari parasit yang dapat membuat produktivitas ternak menurun. Di daerah penelitian pembersihan ternak dilakukan dengan cara memandikan ternak. Kegiatan ini dilakukan bila tubuh ternak sudah kelihatan kotor. Namun tidak semua peternak yang ada di daerah penelitian memandikan ternaknya mereka membiarkan tubuh ternak dalam keadaan kotor hal ini dapat mengakibatkan ternak terserang penyakit kurap, kudis, cacingan, dan penyakit mata. 4. Pengendalian Penyakit
  • 56. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Serangan penyakit dapat menimbulkan masalah yang berkepanjangan, seperti menghambat pertumbuhan ternak sehingga dapat mengurangi keuntungan peternak. Penyakit yang sering menyerang ternak sapi di daerah penelitian adalah penyakit mencret. selain itu ada penyakit lain seperti masuk angin, cacingan dan kaki lemah. Biasanya apabila ternak sakit peternak pertama kali melakukan pengobatan secara tradisional dengan ramuan alami. Apabila ternak tidak sembuh juga , maka peternak memanggil petugas dari Dinas Peternakan dimana petugas kesehatan ini diwakili oleh inseminator untuk memberikan obat-obatan. 5. Pemasaran Ternak Sapi Pemasaran ternak sapi di daerah penelitian ini dilakukan dengan penjualan sapi hidup. Pada umumnya peternak menjual ternaknya melalui agen ternak yang langsung datang kerumah peternak atau kepada calon pembelinya langsung. Penjualan ternak biasanya dilakukan pada saat umur ternak < 1 tahun (anakan) dan umur 1-2 tahun (muda/dara). Pada umur tersebut bobot rata-rata karkas 90- 125 kg. penjualan sapi didasarkan pada bobot karkas ternak yang nilai setiap kilogram karkas sapi adalah Rp.60.000,-. Penjualan ternak biasanya dilakukan pada saat musim haji, musim hajatan (pernikahan, dan lain-lain), untuk kebutuhan anak sekolah dan lainnya. Selain itu penjualan ternak muda juga dilakukan untuk dijadikan bibit indukan bagi calon pembeli. Untuk pejantan biasanya penjualan bertujuan untuk dijadikan bibit pejantan sebgai tipe pekerja. Pengaruh Variabel Bebas/Independent Terhadap Pendapatan Peternak Untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat digunakan analisis regresi
  • 57. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 linier berganda, dimana yang menjadi variabel bebas (independent) adalah jumlah ternak (X1), umur peternak (X2), tingkat pendidikan (X3), pengalaman beternak (X4), jumlah tanggungan keluarga (X5), motivasi beternak (D1), jumlah tenaga kerja (X6), sedangkan yang menjadi variabel terikat/tidak bebas (dependent) adalah pendapatan (Y). Adapun hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat dapat di lihat pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8. Analisis varian pendapatanb dan hasil penduga parameter Sumber Derajat Bebas F tabel F hitung Tingkat Signifikansi Regresi 7 2.72 8.104 0.000a Residual 45 Total 52 Sumber : Lampiran (11) Keterangan : a. Predictors: (constant), jumlah tenaga kerja, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, motivasi beternak, jumlah ternak, pengalaman beternak,umur. b. Dependent Variabel : Pendapatan Bersih Tabel 9. Analisis Regresi Linier Berganda Pengaruh Jumlah Ternak, Jumlah Tenaga Kerja, Jumlah Tanggungan Keluarga, Pendidikan, Motivasi, Umur, dan Pengalaman Beternak terhadap Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat
  • 58. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Variabel Koefisien Regresi Std.Error t-hitung Signifikan Konstanta 2196248 5751671 0.382 0.704 X1 3524652 558806.8 6.307 0.000 X2 -18162.3 81684.037 -0.222 0.825 X3 -376583 296907.8 -1.268 0.211 X4 -113907 95596.168 -1.192 0.240 X5 -876534 650634.1 -1.347 0.185 D1 -603043 1736565 -3.47 0.730 X6 1069250 1066446 1.003 0.321 R square 0.558 Regresion 1E+015 Residual 1E+015 F Ratio 8.104 F-tabel (α=0,05) 2.72 T-tabel (α=0,05) 2.02 Sumber : (Lampiran 12) Berdasarkan Tabel 12 di atas di peroleh persamaan sebagai berikut: Ŷ = 2196248 + 3524652X1 – 18162.3X2 – 376583 X3 – 113907 X4 – 876534 X5 – 603043D1 + 1069250X6 + µ Keterangan: Ŷ : pendapatan peternak sapi potong (baca : Y topi) X1 : skala usaha (jumlah ternak sapi) dalam ST X2 : umur peternak (tahun) X3 : tingkat pendidikan (tahun) X4 : pengalaman beternak (tahun) X5 : jumlah tangunggan keluarga (jiwa) D1 : motivasi beternak (variable dummy) X6 : jumlah tenaga kerja (jiwa) Berdasarkan Hasil Regresi di atas dapat diketahui: 1. Nilai Konstanta/Intersept adalah sebesar 2196248. Artinya apabila variabel bebas yaitu skala usaha (jumlah ternak), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja tidak ada maka peternak sapi potong tetap memperoleh pendapatan sebesar nilai Konstanta yaitu 2196248.
  • 59. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 2. R Square bernilai 0.558, artinya bahwa semua variabel bebas skala usaha (jumlah ternak), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja mempengaruhi variabel terikat sebesar 55.8% dan selebihnya yaitu sebesar 44.2% dijelaskan oleh variabel lain (µ) yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 3. Secara serempak nilai F-hitung (8.104) lebih besar daripada F-tabel (2.72). Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak ketujuh variabel tersebut yaitu skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja berpengaruh secara nyata (ada pengaruh positif) terhadap pendapatan peternak sapi potong dengan taraf signifikansi 0.000 dan pada taraf kepercayaan 95%. 4. Secara partial nilai t-hitung variabel yang mempengaruhi adalah variabel jumlah ternak (6.307), variabel umur peternak (-0.222), variabel tingkat pendidikan (-1.268), variabel pengalaman beternak (-1.268), variabel jumlah tanggungan keluarga (-1,347), variabel motivasi beternak (-0.730) dan variabel jumlah tenaga kerja (0,321). a. Variabel jumlah ternak sapi berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X1) sebesar 6.307 lebih besar dari nilai t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar 2.02. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah ternak yang dipelihara maka akan semakin
  • 60. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 besar pula pendapatan yang akan diperoleh peternak sapi potong. Menurut Soekartawi (1995), bahwa pendapatan usahaternak sapi sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak sapi maka semakin tinggi pendapatan bersih yang dipeoleh. b. Variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X2) sebesar -0.222 lebih kecil dari nilai t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar 2.02. Variabel ini bernilai negatif karena disebabkan karena kriteria umur peternak tidak mendorong peternak dalam mengembangkan usahaternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Faktor umur biasanya lebih diidentikkan dengan produktivitas kerja, dan jika seseorang masih tergolong usia produktif ada kecenderungan produktivitasnya juga tinggi. Chamdi (2003) mengemukakan, semakin muda usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi. c. Variabel pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X3) sebesar -1.268 lebih kecil dari nilai t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar 2.02. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Menurut
  • 61. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Soekartawi (1986), menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru. Peternak yang tingkat pendidikannya lebih tinggi seharusnya dapat meningkatkan lebih besar pendapatan peternak namun kenyataan di lapangan berbeda seperti yang telah diuraikan diatas karena pada dasarnya pernak yang ada di daerah peneltian masih tergolong berpendidikan rendah. d. Variabel pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X4) sebesar -1,192 lebih kecil dari nilai t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar 2.02. Berdasarkan tingkat pengalaman peternak, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peternak memiliki pengalaman beternak 10-20 tahun (39.62%) dari total responden, dengan rata-rata pengalaman beternak sekitar 14 tahun. Selain itu, sebanyak 52.83% yang berpengalaman dalam beternak kurang dari 10 tahun dan sebanyak 7,54% responden yang berpengalaman beternak 21-30 tahun. Umumnya pengalaman beternak diperoleh dari orang tuanya secara turun-temurun. Dengan pengalaman beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik. Namun di lapangan tidak diperoleh pengaruh seperti yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan banyak peternak yang
  • 62. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 memiliki pengalaman yang memadai namun masih mengelola usaha tersebut dengan kebiasaan-kebiasaan lama yang sama dengan sewaktu mereka mengawali usahanya sampai sekarang. Menurut Abidin dan Simanjuntak (1997), faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan atau penguat, disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak masyarakat sangat menentukan pula perkembangan peternakan didaerah itu. e. Variabel jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak dalam memelihara ternak sapi. jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X5) sebesar -1,347 lebih kecil dari nilai t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar 2.02. Hal ini menyatakan bahwa tanggungan anak dalam keluarga peternak tidak dapat memberikan dorongan positif terhadap peningkatan pendapatan peternak. Menurut Bossard and Boll yang disitir Ahmadi (2003), bahwa masyarakat itu mula-mula terdiri dari small family (keluarga kecil), yaitu suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anaknya paling banyak 2 atau 3 anak. Pada keluarga kecil ini anak-anak lebih banyak menikmati segi sosial ekonomi dan lebih banyak diperhatikan orang tuanya. f. Variabel motivasi beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong di daerah penelitian. jika diukur pada
  • 63. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (D1) sebesar -0.347, lebih kecil dari nilai t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar 2.02. Berdasarkan motivasi beternak, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peternak memiliki motivasi beternak karena inisiatif (keinginan) sendiri sebesar 81,13% responden dan sebesar 18,86% motivasi beternak berasal dari dorongan orang tua. Umumnya motivasi beternak (dari dorongan orang tua) diperoleh dari orang tuanya secara turun-temurun. Menurut Fathoni (2004), kekuatan motivasi dari sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh faktor extrinsic (motivasi yang timbul oleh dorongan yang ditimbulkan dari dalam dirinya) dan lingkungannya. Demikian juga menurut Sudrajad (2005) yang menyatakan bahwa tanpa ada motivasi dari diri sendiri jelas tipe orang yang sulit untuk diajak bekerja atau berusaha. Jadi, orang-orang yang demikian perlu diberikan motivasi atau dorongan sehingga timbul niat untuk bekerja. g. Variabel jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak sapi potong di daerah penelitian. Jika diukur pada tingkat kepercayaan 95% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X6) sebesar 1.003 lebih kecil dari nilai t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar 2.02. Hal ini menunjukkan, walaupun penambahan jumlah tenaga kerja peternak menyebabkan penurunan tingkat pendapatan namun tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan peternak di daerah penelitian. Hal ini di duga karena skala pemeliharaan ternak sapi dalam
  • 64. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 skala kecil, dimana menurut Dinas Peternakan (1983), bahwa dengan pemeliharaan ternak sapi secara intensif 29 ekor sapi dapat dikelola oleh 1 orang tenaga kerja. Dapat juga disebabkan karena tenaga kerja dalam keluarga digunakan tidak ada bedanya dengan tenaga kerja upahan melainkan menambah jumlah tenaga kerja. Volume kerja masing masing peternak hampir sama, begitupun untuk tenaga kerja upahan. Disini upahan bukanlah sebagai pekerja tetap melainkan tenaga pekerja yang menggantikan tenaga kerja keluarga yang berhalangan. Demikian juga menurut Sembel (1999), yang menyatakan bagi banyak orang, penurunan aktivitas bisnis ini berarti tersedianya banyak waktu luang. Selain itu, saat aktivitas bisnis menurun, opportunity cost penggunaan waktu untuk aktivitas non bisnis semakin kecil. Yang dimaksud opportuniy cost disini adalah penghasilan yang bisa diperoleh kalau waktu tersebut digunakan untuk kegiatan yang langsung menghasilkan pekerjaan. 5. Arti dari nilai persamaan berikut adalah : Ŷ = 2196248 + 3524652X1 – 18162.3X2 – 376583 X3 – 113907 X4 – 876534 X5 – 603043D1 + 1069250X6 + µ Bedasarkan model persamaan diatas dapat diinterpretasi bahwa: a. Apabila variabel bebas Jumlah Ternak (X1) mengalami kenaikan sebesar 1 ST, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 3.524.652 b.Apabila variabel bebas Umur (X2) mengalami penurunan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 18.162,3
  • 65. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 c. Apabila variabel bebas Pendidikan (X3) mengalami penurunan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 376.583. d.Apabila variabel bebas Pengalaman Beternak (X4) mengalami penurunan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 113.907. e. Apabila variabel bebas Jumlah Tanggungan (X5) mengalami penurunan sebesar 1 jiwa, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 876.534. f. Apabila variabel bebas Motivasi Beternak (D1) mengalami kenaikan sebesar 1%, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 603.043 g. Apabila variabel bebas Jumlah Tenaga Kerja (X6) mengalami kenaikan sebesar 1 orang, maka akan terjadi kenaikan pendapatan (Y) sebesar Rp. 1.069.250 h. Apabila variabel X1, X2, X3, X4, X5, D1, dan X6 yang dianalisis dianggap nol (tidak melakukan aktivitas), maka peternak sapi potong akan menanggung biaya sebesar Rp 2.196.248/tahun atau Rp 183.020/bulan.
  • 66. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian analisis pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Skala usaha (jumlah ternak sapi) merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. 2. Umur peternak, motivasi beternak,tingkat pendidikan peternak, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah tenaga kerja peternak tidak berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Saran Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah : Untuk Peternak : Untuk lebih meningkatkan pendapatan peternak di daerah Kecamatan Stabat diharapkan peternak di daerah penelitian dapat meningkatkan lagi jumlah kepemilikan ternak sapi potong. Untuk Pemerintah : Kendala utama yang ada dalam pendapatan peternak sapi potong di daerah Kecamatan Stabat antara lain permodalan yang sedikit maka untuk itu perlu pemerintah membuka kran kredit dari semua sumber yang dapat meningkatkan pendapatan peternak seperti lembaga keuangan mikro misalnya lembaga formal
  • 67. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 antara lain Koperasi Simpan Pinjam, Lembaga Dana Kredit Pedesaan dan lembaga non formal baik perorangan maupun bentuk perkumpulan ( Lembaga Arisan, Kelompok Swadaya Masyarakat dan lain-lain).
  • 68. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 DAFTAR PUSTAKA AAK, 1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Penerbit Kanisius, Jakarta. Abidin, A. dan Simanjuntak, D., 1997. Ternak Sapi Potong. Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta. Ahmadi, A. H., 2003. Sosiologi Pendidikan. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta. Aritonang, D., 1993. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya, Jakarta. Badan Pusat Statistik., 2007. Kecamatan Stabat Dalam Angka 2007. BPS Sumatera Utara, Medan. Badan Pusat Statistik., 2008. Kecamatan Stabat Dalam Angka 2008. BPS Kabupaten langkat Sumatera Utara, Medan. Berg, R. T. dan Butterfield. R. M., 1976. New Conseps of Cattle Growth. Sydney University Press, Sydney. Boediono, 1998. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No: 1. BPFE – Yogyakarta, Yogyakarta. Chamdi, A.N., 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing Di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003. Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian. Cyrilla, L., dan Ismail. A., 1998. Usaha Peternakan. Diktat Kuliah. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Daniel, Moehar., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Darmono, 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kreman. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Dinas Peternakan., 1983. Usaha Peternakan Perencanaan Usaha, Analisa dan Pengelolaan. Direktorat Jenderal Peternakan eq Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan Pengolahan Hasil Peternakan, Aceh Tengah. Dinas Peternakan., 2007. Buku Statistik Peternakan Tahun 2007. Dinas Peternakan Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara, Medan.
  • 69. Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009. USU Repository © 2009 Djalal Nachrowi dan Usman Hardius., 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri. Edisi I. Cetakan I. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Fathoni, A. H., 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta. Fauzia, L., dan H. Tampubolon., 1991. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi Petani Terhadap Keputusan Petani Dalam Penggunaan Sarana Produksi. Universitas Sumatera Utara Press, Medan. Gunawan, Pamungkas, D., Affandhy. L. S., 1993. Sapi Bali Potensi. Produktivitas dan Nilai Ekonomi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hatardi, H., Reksohadiprojo, S. dan Tilman, A.D., 1986. Tabel Komposisi Bahan Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hernanto, F., 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. , 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Kay, R. D. dan Edward, W. M., 1994. Farm Management. Third Edition. Mc. Graw-Hill. Inc, Singapore Mubyarto., 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta. Murtidjo, B.A., 1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius, Yogyakarta. Pane dan Ismed., 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Penerbit Gramedia, Jakarta. Parakkasi, A., 1998. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI – Press, Jakarta. Prawirokusumo, Y. B., 1991. Ilmu Usahatani. BPFE, Yogyakarta. Santosa, U., 1997. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya , Jakarta. Sembel, R., 1999. Berpikir Ekonomis Di Masa Kritis. Penerbit Gramedia, Jakarta. Soeharjo dan Patong., 1973. Sendi-sendi Pokok Usahatani. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soekartawi, A., Soeharjo, Dillon, j. L., hardaker, J. B., 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Perkembangan Petani Kecil. UI – Press, Jakarta. (c), 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia, Jakarta.