SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
Survei Deformasi Strukturr
1
Contoh Soal:
Penentuan Posisi dengan Jarak
Contoh soal ini disusun berdasarkan Mikhail, hal. 275:
X
Y
E
A
B
D
C
P
Berdasarkan gambar diatas tentukanlah posisi titik P berdasarkan kelima titik
referenesi (titik kontrol) yang lainnya, jika diukur jarak dari kelima titik itu ke
titik P antara lain:
Titik Kontrol X (m) Y (m) Jarak Ukuran (m)
A 698.41 1005.07 4122.109
B 580.14 2207.37 3444.530
C 5482.77 8503.22 4897.717
D 6191.16 7160.26 4129.233
E 6095.81 4920.30 2739.177
Jika diketahui apriori varians 2
0 = 0.002 m2
. Dan ketelitian pengukuran
adalah 222
)0040.0()0020.0( S ; dimana S adalah jarak ukuran dalam
km. Hitunglah koordinat titik P dengan hitung kuadrat terkecil.
Solusi:
Tentukan terlebih dahulu koordinat pendekatan titik P (Xp
0
, Yp
0
). Lihat
Mikhail halaman 277. Didapat nilai titik P pendekatan adalah:
mYmX PP 07.4021dan44.3508 00

Tentukan persamaan pengukuran:
   22
pjpjpj YYXXD 
Survei Deformasi Struktur
2
Karena persamaanny adalah non-linier dan antara parameter dengan dapat
dipisahkan maka digunakan model indirect: v = A + w.
Untuk sebuah pengukuran berlaku :









 














0
00
0
00
,
)()(
00 pj
pj
pjYXp
pj
p
pj
D
YY
D
XX
Y
D
X
D
A
pj
pp
 pjpj DDw  0
sehingga model indirect dalam notasi matrik dapat disusun sebagai:






























































001.0
113.0
002.0
049.0
090.0
32828.094458.0
76021.064967.0
91515.040311.0
52655.085014.0
73165.068168.0
5
4
3
2
1
p
p
Y
X
v
v
v
v
v
matrik ketelitian pengukuran adalah:

















0124.00000
00277.0000
000388.000
0000193.00
00000276.0
lC
Dan matrik bobotnya adalah:
















 
1613.00000
00722.0000
000515.000
0001036.00
00000725.0
12
0 lCP
Sehingga diperoleh koordinat titik P yang baru:
m






016.0
008.0
dan
mYYY
mXXX
ppp
ppp
09.4021
45.3508
0
0


karena disini nilai  sangat kecil maka tidak perlu iterasi. Tetapi jika nilai 
masih besar (biasanya  > 0.001 m) harus di-iterasi, caranya yaitu dengan
memasukkan nilai koordinat yang baru tersebut sebagai koordinat pendekatan
lagi, dan seluruh proses perhitungan dimulai dari awal lagi.
Menentukan matrik kovarians dari parameter:
Survei Deformasi Struktur
3
mQC xx 








0404.00260.0
0260.00236.02
0
Global Test:
22
0 00055.0
25
00165.0
ˆ m
un
PvvT





Untuk tingkat kepercayaan 5%: maka  = 0.05, /2 = 0.025 dan 1-/2 =
0.975. Dari tabel diketahui bahwa:
2
2
0
2
3,975.02
2
0
2
3,025.0
00623.0
r
dan00014.0 mm
r




ternyata 0.00014 < 0.00055 < 0.00623 sehingga hipotesa bahwa 2
0 =
0.0020m2
diterima. Atau dengan kata lain pada level kepercayaan 5%, 2
0ˆ
masih konsisten dengan 2
0 .
Mengevaluasi ellip kesalahan titik P. (lihat halaman 224)
ELLIP KESALAHAN
Untuk menentukan sumbu panjang ellip 'x , sumbu pendek ellip 'y , dan
arah dan besar rotasi sumbu ellip  terhadap sumbu sistem koordinat XY,
dipakai rumusan berikut:
  2
1
2
2222
2
'
42 











 xy
yxyx
x
Survei Deformasi Struktur
4
  2
1
2
2222
2
'
42 











 xy
yxyx
x
22
2
2tan
yx
xy



dimana 2
x , 2
y adalah varian yang didapat dari matrik kovarian, sedangkan
2
xy adalah kovarian yang juga didapat dari matrik kovarian.
Sehingga untuk kasus titik p diatas:
Dari matrik kovarian Cx dapat diketahui bahwa 2
x = 0.0236m2, 2
y =
0.0404m2, sedangkan xy = -0.0260m2
. Sehingga dapat dihitung:
mm xx 244.0ellippanjangsumbusehingga0593.0 22

mm yy 069.0ellippendeksumbusehingga0047.0 22

dan nilai  = 1260
.
Untuk dapat memplot ellip kesalahan tersebut pada selang kepercayaan
tertentu, besarnya faktor skala (pengali) c dapat dilihat pada tabel berikut:
Faktor skala
c
Selang Kepercayaan
P [U <= c]
1.000 0.394
1.177 0.500
1.414 0.632
2.000 0.865
2.146 0.900
2.447 0.950
3.000 0.989
3.035 0.990
3.500 0.998
Sebagai contoh, jika ellip kesalahan tersebut diplot untuk selang kepercayaan
95%, maka nilai faktor skala c = 2.447. Sehingga sumbu panjang ellip adalah
(2.447)x(0.244) = 0.597m. Sedangkan untuk sumbu pendek ellip adalah
(2.447)x(0.069) = 0.169m. Sedangkan orientasi sumbu ellip tetap 1260
.
Gambar berikut adalah plotting ellip kesalahan untuk selang kepercayaan 95%
(Mikhail, hal 281).
Survei Deformasi Struktur
5
Survei Deformasi Struktur
6
KONSTRAIN DAN PERSAMAAN NORMAL
Materi:
1. Penambahan persamaan normal (Addition of Normal Equations)
2. Memperlakukan konstrain (Treatment of Constraints)
PENAMBAHAN PERSAMAAN NORMAL
Ingatlah lagi bentuk linier dari model implisit (kombinasi):
1,,0 0
1
 
lCPwBvA
yang akan menghasilkan solusi untuk persamaan normalnya adalah:
wBBCAABBCA T
l
TT
l
T 111
)())(( 

Sekarang jika persamaan linier dari model kombinasi tersebut kita partisi
menjadi 2 set pengukuran yang tidak berkorelasi, dengan parameter yang
sama:









































2
1
1
1
2
1
2
1
2
1
2
1
0
0
0
0
,0
0
0
2
1
P
P
C
C
P
w
w
v
v
B
B
A
A
l
l
Substitusikan vektor-vektor yang terpartisi tersebut kedalam persamaan
normalnya, maka:
1.




















































*
2
*
1
1
2
1
22
1
1
1
11
1
2
1
1
2
1
1
2
111
0
0
)(0
0)(
0
0
0
0
0
0
)(
P
P
BPB
BPB
B
B
P
P
B
B
BBP
T
T
T
T
T
2.














































2
1
*
2
*
1
21
1
2
1
*
2
*
1
21
0
0
)(
0
0
)(
w
w
P
P
AA
A
A
P
P
AA TTTT
 
})(
)({)()(
2
1
2
1
222
1
1
1
1
111
1
2
1
2
1
2221
1
1
1
111
wBPBA
wBPBAABPBAABPBA
T
TTTTTT




dan
1
2
1
2
1
2221
1
1
1
111
2
0 })()({ 
 ABPBAABPBAC TTTT
x
Disini kita tidak perlu melakukan perhitungan untuk keseluruhan matrik,
cukup hanya menjumlahkan komponen pengukuran lama ke yang baru.
Survei Deformasi Struktur
7
Dengan kata lain, kontribusi yang tidak berkorelasi (independen) ke persamaan
normalnya dapat hanya dijumlahkan saja.
Sehingga persamaan normal dapat disusun sebagai:
   
niwBPBAABPBA i
T
i
T
ii
T
ii
T
iii
T
i ,...,1)())(( 111
Untuk model indirect (parameter):
  niwPAAPA ii
T
iii
T
i ,....,1,)(
Selama pengukuran tidak berkorelasi kita dapat:
- Mengakumulasikan persamaan normal dengan menambahkan sebuah
observasi pada epoch tertentu (sehingga mungkin untuk melihat pengaruh
dari setiap pengukuran ekstra).
- Dapat menghapus pengukuran yang buruk dengan memberikan harga
negatif untuk bobotnya, dan
- Sebagai cara yang mudah untuk menerapkan konstrain dan juga untuk
sequential estimation/adjustment.
Contoh soal:
Tentukan nilai parameter persamaan linier berikut ini dengan cara hitung
perataan biasa dan dengan penambahan persamaan normal:
0.1244
0.137
9.14
1.832
21
21
21
21




xx
xx
xx
xx
dengan matrik bobot















1000
0300
0020
0004
P
persamaan tersebut akan diselesaikan dengan model indirect v = A x + w.
















































0.12
0.1
9.1
1.8
44
37
14
32
2
1
4
3
2
1
x
x
v
v
v
v
wAxv
solusi hitung kuadrat terkecil dengan model indirect:
0)(  wPAxPAA TT
Survei Deformasi Struktur
8


































2.17306
0.82637
0
4.150
107
8131
31211
2
1
2
1
x
x
x
x
solusi dengan penambahan persamaan normal:
  niwPAxAPA ii
T
iii
T
i ,....,1,)(
Matrik Ai Matrik Pi Matrik wi Ai
T
PiAi Ai
T
Piwi
A1 = (2, 3) 4 -8.1






3624
2416








2.97
8.64
A2 = (4, -1) 2 -1.9








28
832






8.3
2.15
A3 = (-7, 3) 3 -1.0








2763
63147






 0.9
0.21
A4 = (4, 4) 1 -12.0






1616
1616








0.48
0.48
Total:








8131
31211








4.150
107
Solusi untuk parameter adalah:







2.17306
0.82637
x
Contoh aplikasi lain adalah misalnya:
- Didalam perhitungan bundle adjustment pada photogrammetry
- Didalam Network adjustment baik dengan GPS, Total Station ataupun
kombinasi kedua-duanya.
MEMPERLAKUKAN KONSTRAIN
Pada kasus penambahan persamaan normal, pengukuran dapat berupa apapun
(baik secara riil ataupun secara simulasi) yang memiliki bobot tertentu.
Misalnya, kondisi konstrain dapat diperlakukan sebagai pengukuran (weighted
observation). Kaji kembali persamaan konstrai dengan bobot tertentu:
0 hwH , bobot = Ph
Persamaan normal (untuk kasus model indirect/parameter)
Survei Deformasi Struktur
9
0)()(  hh
TT
h
TT
wPHPwAHPHPAA
Persamaan ini sering diistilahkan dengan konstrain dengan penambahan
persamaan normal. Dan
12
0 )( 
 HPHPAAC h
TT
x
Tingkatan/kondisi dimana suatu kondisi konstrain akan diterapkan sangat
tergantung dari besarnya nilai Ph, yang pada suatu nilai maksimum tertentu
harus dikenakan kondisi konstrain absolut. Singkatnya, jika Ph cenderung
membesar (menuju tak hingga) maka teknik penambahan persamaan normal
akan tidak berguna.
Untuk mengatasi hal ini, gunakan lagi bentuk persamaan normal yang ditulis
dalam bentuk hyper-matrix:






















 


h
T
h
TT
h w
PwA
PH
HPAA
k
1
1
Mengeliminasi kh dari bentuk hyper-matrix diatas akan menghasilkan
penambahan persamaan normal. Untuk konstrain absolut, 1
hP = 0 (untuk
bobot yang tak terhingga)





















 

h
TTT
h w
PwA
H
HPAA
k
1
0
Dalam model Implisit:





















  
h
T
ii
TTT
iii
T
h w
wBBiPA
H
HBPBA
k
)(
0
)( 111
Persamaan konstrain dengan menggunakan hyper-metrix ini sering disebut
sebagai “bordered normal equation” atau “Helmert bordering”.
Matrik kovarian dari parameter untuk kasus model indirect adalah:
1
2
0
0










H
HATPA
C
T
Catatan:
Hanya ada satu nilai kh untuk setiap satu persamaan konstrain.
Setiap satu persamaan konstrain akan menambah satu degree of freedom
(karena menambah satu ekstra pengukuran).
Konstrain dengan Helmert bordering lebih sesuai untuk sistem persamaan
yang lebih kecil/sedikit.
Survei Deformasi Struktur
10
Secara umum lebih prakyis untuk memberikan konstrain melalui pemberian
nilai bobot yang cukup besar (tapi jangan terlalu besar). Sebuah bobot adalah
sama dengan satu per lima dari angka signifikan dari nilai standard error.
Misalnya, suatu konstrain harus dikenakan sampai ke angka mm terdekat, jika
dipilih satu sigma misalnya 0.2mm.
Ada beberapa teknik alternatif untuk menerapkan konstrain.
Contoh Soal:
Hitung kuadrat terkecil model indirect dengan konstrain:
Diketahui suatu pengukuran jaringan sipat datar sebagai berikut:
A
D
C
Bh1
h5
h6
h2h4
h3
4km
4km
3km
5km
5km
3km
HA = 100.0m
Diketahui pula data pengukuran:
Pengukuran (m) Ketelitian
00.201 h 42
0
2
1

h
04.302 h 32
0
2
2

h
00.103 h 42
0
2
3

h
86.394 h 32
0
2
4

h
92.435 h 52
0
2
5

h
74.196 h 52
0
2
6

h
Diasumsikan nilai apriori varian 04.02
0  .Dan nilai pendekatan untuk tinggi
titik B, C, D adalah mHB 00.1200
 , mHC 00.1500
 , mHD 00.1400
 .
Ditanyakan:
Survei Deformasi Struktur
11
1. Hitung tinggi titik B, C, dan D dengan model indirect.
Jika pada jaringan tersebut diterapkan konstrain yaitu HD - HC = -120.20m,
maka:
2. Hitung tinggi titik B, C, dan D dengan model indirect dan konstrain
Helmert Bordering.
3. Hitung tinggi titik B, C, dan D dengan model indirect, dan konstrain
penjumlahan persamaan normal.
Solusi:
Persamaan matrik model indirect:



















































































26.0
08.0
14.0
0
04.0
0
101
010
100
110
011
001
6
5
4
3
2
1
D
C
B
H
H
H
v
v
v
v
v
v


































2
6
2
5
2
4
2
3
2
2
2
1
2
0
12
0
/10
/1
/1
/1
/1
0/1
h
h
h
h
h
h
lCP
Persamaan normal:
0
0.0987
0.0027
0.0387-
0.7830.250-0.200-
0.250-0.7830.333-
0.200-0.333-0.783



































D
C
B
H
H
H
Solusi:
A posteriori varian:
0.0025714
3
0.0077143
ˆ 2
0 


un
PvvT
-0.1464
-0.0550
-0.0114



D
C
B
H
H
H
Survei Deformasi Struktur
12
Solusi dengan konstrain Helmert Bordering.
Persamaan pengukuran konstrain:
   
h
D
C
B
DDCC
wH
H
H
H
HHHH
20.1000.15000.140110
020.10

















Persamaan normal yang baru:
0
20.0
0.0987
0.0027
0.0387-
011-0
10.7830.250-0.200-
10.250-0.7830.333-
00.200-0.333-0.783
















































h
D
C
B
k
H
H
H
Solusi:
































0.0552
0.1937-
0.0063
0.0026
h
D
C
B
k
H
H
H
mHH
H
H
H
CD
D
C
B
20.10
8063.139
0063.150
0025.120




A posteriori varian:
Solusi konstrain dengan penambahan persamaan normal
Perlakukan kondisi konstrain sebagai sebuah pengamatan ekstra:
   
h
D
C
B
DDCC
wH
H
H
H
HHHH
20.1000.15000.140110
020.10

















disini kita tidak memiliki bobot pengukuran untuk konstrain, harus
dilihat/deibandingkan dengan standard error-nya, misalnya dengan apriori
varian atau ketelitian yang dapat mencapai: 04.0 . Agar dapat teliti harus
diasumsikan nilai bobot yang teliti sampai mm, misalnya 0001.0 . Sehingga
nilai bobotnya:
0.0034258
4
0.0137032
ˆ 2
0 


un
PvvT
Survei Deformasi Struktur
13
8
22
10
)0001.0(
11


hP
Berdasarkan rumusan konstrain:
  020.010
1
1
0
11010
1
1
0
0
88























 kh
T
h
T
wPHHPH
0
102.0
102.0
0
10100
10100
00
8
8
88
88

























Penjumlahan persamaan normal:
0
102.0
102.0
0
0.0987
0.0027
0.0387-
10100
10100
00
0.7830.250-0.200-
0.250-0.7830.333-
0.200-0.333-0.783
8
8
88
88















































































D
C
B
H
H
H
Akhirnya solusi yang didapat:

























0.1937-
0.0063
0.0026
D
C
B
H
H
H
Solusi yang diperoleh dari teknik konstrain dengan penjumlahan persamaan
normal ini relatif sama dengan solusi konstrain dengan teknik helmert
bordering.

More Related Content

What's hot

Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station
Edho Wiranata
 
001 konsep hitung_kuadrat_terkecil
001 konsep hitung_kuadrat_terkecil001 konsep hitung_kuadrat_terkecil
001 konsep hitung_kuadrat_terkecil
leonardo onar
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Anindya N. Rafitricia
 
Contoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutupContoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutup
Eqi Arzaqi
 

What's hot (20)

Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelitSistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
 
SOF Jaring Kontrol Geodesi
SOF Jaring Kontrol GeodesiSOF Jaring Kontrol Geodesi
SOF Jaring Kontrol Geodesi
 
Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station
 
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Laporan Praktikum Fotogrametri DasarLaporan Praktikum Fotogrametri Dasar
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar
 
Laporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUTLaporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUT
 
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
 
TRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3º
TRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3ºTRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3º
TRANSFORMASI KOORDINAT UTM KE TM3º
 
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi GeospasialRangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
 
Modul iv
Modul ivModul iv
Modul iv
 
Double stand
Double standDouble stand
Double stand
 
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
 
Laporan kalibrasi kamera
Laporan kalibrasi kameraLaporan kalibrasi kamera
Laporan kalibrasi kamera
 
001 konsep hitung_kuadrat_terkecil
001 konsep hitung_kuadrat_terkecil001 konsep hitung_kuadrat_terkecil
001 konsep hitung_kuadrat_terkecil
 
Sistem Tinggi & Perataan bowditch untuk Sipat Datar
Sistem Tinggi & Perataan bowditch untuk Sipat DatarSistem Tinggi & Perataan bowditch untuk Sipat Datar
Sistem Tinggi & Perataan bowditch untuk Sipat Datar
 
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli KusumawatiIlmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
 
Sistem Koordinat dan Transformasi
Sistem Koordinat dan TransformasiSistem Koordinat dan Transformasi
Sistem Koordinat dan Transformasi
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
 
Sistem Koordinat
Sistem KoordinatSistem Koordinat
Sistem Koordinat
 
Bab iii hitungan polygon
Bab iii hitungan polygonBab iii hitungan polygon
Bab iii hitungan polygon
 
Contoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutupContoh kasus poligon tertutup
Contoh kasus poligon tertutup
 

Viewers also liked (7)

007 sequential adjustment
007 sequential adjustment007 sequential adjustment
007 sequential adjustment
 
Presentation for Quo Vadis RUU Pertanahan
Presentation for Quo Vadis RUU PertanahanPresentation for Quo Vadis RUU Pertanahan
Presentation for Quo Vadis RUU Pertanahan
 
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
 
005 matrik kovarian
005 matrik kovarian005 matrik kovarian
005 matrik kovarian
 
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 2)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 2)Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 2)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 2)
 
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
 
Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum PertanahanDasar-Dasar Hukum Pertanahan
Dasar-Dasar Hukum Pertanahan
 

Similar to 006 elips kesalahan

3 regresi and-korelasi_berganda.ppt
3 regresi and-korelasi_berganda.ppt3 regresi and-korelasi_berganda.ppt
3 regresi and-korelasi_berganda.ppt
aliff_aimann
 
362112547 kuadratik-dan-kubik
362112547 kuadratik-dan-kubik362112547 kuadratik-dan-kubik
362112547 kuadratik-dan-kubik
Chevi Rahayu
 
Laporan Praktikum KR-02 Calori Work Pac
Laporan Praktikum KR-02 Calori Work PacLaporan Praktikum KR-02 Calori Work Pac
Laporan Praktikum KR-02 Calori Work Pac
Panji Adnan Coersea M.
 

Similar to 006 elips kesalahan (20)

3 regresi and-korelasi_berganda.ppt
3 regresi and-korelasi_berganda.ppt3 regresi and-korelasi_berganda.ppt
3 regresi and-korelasi_berganda.ppt
 
15_Least Square for matemathical engineering for student and teacher
15_Least Square for matemathical engineering for student and teacher15_Least Square for matemathical engineering for student and teacher
15_Least Square for matemathical engineering for student and teacher
 
Materi program linear sederhana
Materi program linear sederhanaMateri program linear sederhana
Materi program linear sederhana
 
Materi program linear
Materi program linearMateri program linear
Materi program linear
 
Ppt ekonometrika analisis regresi berganda
Ppt ekonometrika analisis regresi bergandaPpt ekonometrika analisis regresi berganda
Ppt ekonometrika analisis regresi berganda
 
unit-1-program-linear.pptx
unit-1-program-linear.pptxunit-1-program-linear.pptx
unit-1-program-linear.pptx
 
unit-1-program-linear.pdf
unit-1-program-linear.pdfunit-1-program-linear.pdf
unit-1-program-linear.pdf
 
Bab11 regresi
Bab11 regresiBab11 regresi
Bab11 regresi
 
Analisis kurva
Analisis kurvaAnalisis kurva
Analisis kurva
 
362112547 kuadratik-dan-kubik
362112547 kuadratik-dan-kubik362112547 kuadratik-dan-kubik
362112547 kuadratik-dan-kubik
 
Laporan Praktikum KR-02 Calori Work Pac
Laporan Praktikum KR-02 Calori Work PacLaporan Praktikum KR-02 Calori Work Pac
Laporan Praktikum KR-02 Calori Work Pac
 
Kuliah statistika lanjut
Kuliah statistika lanjutKuliah statistika lanjut
Kuliah statistika lanjut
 
spdv,spltv,and sptldv
spdv,spltv,and sptldvspdv,spltv,and sptldv
spdv,spltv,and sptldv
 
Program linier
Program linierProgram linier
Program linier
 
Bab 2 Penyelesaian Sistem Persamaan Linier.ppt
Bab 2 Penyelesaian Sistem Persamaan Linier.pptBab 2 Penyelesaian Sistem Persamaan Linier.ppt
Bab 2 Penyelesaian Sistem Persamaan Linier.ppt
 
X persamaan dan pertidaksamaan
X persamaan dan pertidaksamaanX persamaan dan pertidaksamaan
X persamaan dan pertidaksamaan
 
Penjumlahan vektor
Penjumlahan vektorPenjumlahan vektor
Penjumlahan vektor
 
Interpolasi
InterpolasiInterpolasi
Interpolasi
 
Transformasi
TransformasiTransformasi
Transformasi
 
materi Transformasi
materi Transformasimateri Transformasi
materi Transformasi
 

Recently uploaded

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
subki124
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
furqanridha
 

Recently uploaded (20)

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugasTeks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

006 elips kesalahan

  • 1. Survei Deformasi Strukturr 1 Contoh Soal: Penentuan Posisi dengan Jarak Contoh soal ini disusun berdasarkan Mikhail, hal. 275: X Y E A B D C P Berdasarkan gambar diatas tentukanlah posisi titik P berdasarkan kelima titik referenesi (titik kontrol) yang lainnya, jika diukur jarak dari kelima titik itu ke titik P antara lain: Titik Kontrol X (m) Y (m) Jarak Ukuran (m) A 698.41 1005.07 4122.109 B 580.14 2207.37 3444.530 C 5482.77 8503.22 4897.717 D 6191.16 7160.26 4129.233 E 6095.81 4920.30 2739.177 Jika diketahui apriori varians 2 0 = 0.002 m2 . Dan ketelitian pengukuran adalah 222 )0040.0()0020.0( S ; dimana S adalah jarak ukuran dalam km. Hitunglah koordinat titik P dengan hitung kuadrat terkecil. Solusi: Tentukan terlebih dahulu koordinat pendekatan titik P (Xp 0 , Yp 0 ). Lihat Mikhail halaman 277. Didapat nilai titik P pendekatan adalah: mYmX PP 07.4021dan44.3508 00  Tentukan persamaan pengukuran:    22 pjpjpj YYXXD 
  • 2. Survei Deformasi Struktur 2 Karena persamaanny adalah non-linier dan antara parameter dengan dapat dipisahkan maka digunakan model indirect: v = A + w. Untuk sebuah pengukuran berlaku :                          0 00 0 00 , )()( 00 pj pj pjYXp pj p pj D YY D XX Y D X D A pj pp  pjpj DDw  0 sehingga model indirect dalam notasi matrik dapat disusun sebagai:                                                               001.0 113.0 002.0 049.0 090.0 32828.094458.0 76021.064967.0 91515.040311.0 52655.085014.0 73165.068168.0 5 4 3 2 1 p p Y X v v v v v matrik ketelitian pengukuran adalah:                  0124.00000 00277.0000 000388.000 0000193.00 00000276.0 lC Dan matrik bobotnya adalah:                   1613.00000 00722.0000 000515.000 0001036.00 00000725.0 12 0 lCP Sehingga diperoleh koordinat titik P yang baru: m       016.0 008.0 dan mYYY mXXX ppp ppp 09.4021 45.3508 0 0   karena disini nilai  sangat kecil maka tidak perlu iterasi. Tetapi jika nilai  masih besar (biasanya  > 0.001 m) harus di-iterasi, caranya yaitu dengan memasukkan nilai koordinat yang baru tersebut sebagai koordinat pendekatan lagi, dan seluruh proses perhitungan dimulai dari awal lagi. Menentukan matrik kovarians dari parameter:
  • 3. Survei Deformasi Struktur 3 mQC xx          0404.00260.0 0260.00236.02 0 Global Test: 22 0 00055.0 25 00165.0 ˆ m un PvvT      Untuk tingkat kepercayaan 5%: maka  = 0.05, /2 = 0.025 dan 1-/2 = 0.975. Dari tabel diketahui bahwa: 2 2 0 2 3,975.02 2 0 2 3,025.0 00623.0 r dan00014.0 mm r     ternyata 0.00014 < 0.00055 < 0.00623 sehingga hipotesa bahwa 2 0 = 0.0020m2 diterima. Atau dengan kata lain pada level kepercayaan 5%, 2 0ˆ masih konsisten dengan 2 0 . Mengevaluasi ellip kesalahan titik P. (lihat halaman 224) ELLIP KESALAHAN Untuk menentukan sumbu panjang ellip 'x , sumbu pendek ellip 'y , dan arah dan besar rotasi sumbu ellip  terhadap sumbu sistem koordinat XY, dipakai rumusan berikut:   2 1 2 2222 2 ' 42              xy yxyx x
  • 4. Survei Deformasi Struktur 4   2 1 2 2222 2 ' 42              xy yxyx x 22 2 2tan yx xy    dimana 2 x , 2 y adalah varian yang didapat dari matrik kovarian, sedangkan 2 xy adalah kovarian yang juga didapat dari matrik kovarian. Sehingga untuk kasus titik p diatas: Dari matrik kovarian Cx dapat diketahui bahwa 2 x = 0.0236m2, 2 y = 0.0404m2, sedangkan xy = -0.0260m2 . Sehingga dapat dihitung: mm xx 244.0ellippanjangsumbusehingga0593.0 22  mm yy 069.0ellippendeksumbusehingga0047.0 22  dan nilai  = 1260 . Untuk dapat memplot ellip kesalahan tersebut pada selang kepercayaan tertentu, besarnya faktor skala (pengali) c dapat dilihat pada tabel berikut: Faktor skala c Selang Kepercayaan P [U <= c] 1.000 0.394 1.177 0.500 1.414 0.632 2.000 0.865 2.146 0.900 2.447 0.950 3.000 0.989 3.035 0.990 3.500 0.998 Sebagai contoh, jika ellip kesalahan tersebut diplot untuk selang kepercayaan 95%, maka nilai faktor skala c = 2.447. Sehingga sumbu panjang ellip adalah (2.447)x(0.244) = 0.597m. Sedangkan untuk sumbu pendek ellip adalah (2.447)x(0.069) = 0.169m. Sedangkan orientasi sumbu ellip tetap 1260 . Gambar berikut adalah plotting ellip kesalahan untuk selang kepercayaan 95% (Mikhail, hal 281).
  • 6. Survei Deformasi Struktur 6 KONSTRAIN DAN PERSAMAAN NORMAL Materi: 1. Penambahan persamaan normal (Addition of Normal Equations) 2. Memperlakukan konstrain (Treatment of Constraints) PENAMBAHAN PERSAMAAN NORMAL Ingatlah lagi bentuk linier dari model implisit (kombinasi): 1,,0 0 1   lCPwBvA yang akan menghasilkan solusi untuk persamaan normalnya adalah: wBBCAABBCA T l TT l T 111 )())((   Sekarang jika persamaan linier dari model kombinasi tersebut kita partisi menjadi 2 set pengukuran yang tidak berkorelasi, dengan parameter yang sama:                                          2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 0 0 0 0 ,0 0 0 2 1 P P C C P w w v v B B A A l l Substitusikan vektor-vektor yang terpartisi tersebut kedalam persamaan normalnya, maka: 1.                                                     * 2 * 1 1 2 1 22 1 1 1 11 1 2 1 1 2 1 1 2 111 0 0 )(0 0)( 0 0 0 0 0 0 )( P P BPB BPB B B P P B B BBP T T T T T 2.                                               2 1 * 2 * 1 21 1 2 1 * 2 * 1 21 0 0 )( 0 0 )( w w P P AA A A P P AA TTTT   })( )({)()( 2 1 2 1 222 1 1 1 1 111 1 2 1 2 1 2221 1 1 1 111 wBPBA wBPBAABPBAABPBA T TTTTTT     dan 1 2 1 2 1 2221 1 1 1 111 2 0 })()({   ABPBAABPBAC TTTT x Disini kita tidak perlu melakukan perhitungan untuk keseluruhan matrik, cukup hanya menjumlahkan komponen pengukuran lama ke yang baru.
  • 7. Survei Deformasi Struktur 7 Dengan kata lain, kontribusi yang tidak berkorelasi (independen) ke persamaan normalnya dapat hanya dijumlahkan saja. Sehingga persamaan normal dapat disusun sebagai:     niwBPBAABPBA i T i T ii T ii T iii T i ,...,1)())(( 111 Untuk model indirect (parameter):   niwPAAPA ii T iii T i ,....,1,)( Selama pengukuran tidak berkorelasi kita dapat: - Mengakumulasikan persamaan normal dengan menambahkan sebuah observasi pada epoch tertentu (sehingga mungkin untuk melihat pengaruh dari setiap pengukuran ekstra). - Dapat menghapus pengukuran yang buruk dengan memberikan harga negatif untuk bobotnya, dan - Sebagai cara yang mudah untuk menerapkan konstrain dan juga untuk sequential estimation/adjustment. Contoh soal: Tentukan nilai parameter persamaan linier berikut ini dengan cara hitung perataan biasa dan dengan penambahan persamaan normal: 0.1244 0.137 9.14 1.832 21 21 21 21     xx xx xx xx dengan matrik bobot                1000 0300 0020 0004 P persamaan tersebut akan diselesaikan dengan model indirect v = A x + w.                                                 0.12 0.1 9.1 1.8 44 37 14 32 2 1 4 3 2 1 x x v v v v wAxv solusi hitung kuadrat terkecil dengan model indirect: 0)(  wPAxPAA TT
  • 8. Survei Deformasi Struktur 8                                   2.17306 0.82637 0 4.150 107 8131 31211 2 1 2 1 x x x x solusi dengan penambahan persamaan normal:   niwPAxAPA ii T iii T i ,....,1,)( Matrik Ai Matrik Pi Matrik wi Ai T PiAi Ai T Piwi A1 = (2, 3) 4 -8.1       3624 2416         2.97 8.64 A2 = (4, -1) 2 -1.9         28 832       8.3 2.15 A3 = (-7, 3) 3 -1.0         2763 63147        0.9 0.21 A4 = (4, 4) 1 -12.0       1616 1616         0.48 0.48 Total:         8131 31211         4.150 107 Solusi untuk parameter adalah:        2.17306 0.82637 x Contoh aplikasi lain adalah misalnya: - Didalam perhitungan bundle adjustment pada photogrammetry - Didalam Network adjustment baik dengan GPS, Total Station ataupun kombinasi kedua-duanya. MEMPERLAKUKAN KONSTRAIN Pada kasus penambahan persamaan normal, pengukuran dapat berupa apapun (baik secara riil ataupun secara simulasi) yang memiliki bobot tertentu. Misalnya, kondisi konstrain dapat diperlakukan sebagai pengukuran (weighted observation). Kaji kembali persamaan konstrai dengan bobot tertentu: 0 hwH , bobot = Ph Persamaan normal (untuk kasus model indirect/parameter)
  • 9. Survei Deformasi Struktur 9 0)()(  hh TT h TT wPHPwAHPHPAA Persamaan ini sering diistilahkan dengan konstrain dengan penambahan persamaan normal. Dan 12 0 )(   HPHPAAC h TT x Tingkatan/kondisi dimana suatu kondisi konstrain akan diterapkan sangat tergantung dari besarnya nilai Ph, yang pada suatu nilai maksimum tertentu harus dikenakan kondisi konstrain absolut. Singkatnya, jika Ph cenderung membesar (menuju tak hingga) maka teknik penambahan persamaan normal akan tidak berguna. Untuk mengatasi hal ini, gunakan lagi bentuk persamaan normal yang ditulis dalam bentuk hyper-matrix:                           h T h TT h w PwA PH HPAA k 1 1 Mengeliminasi kh dari bentuk hyper-matrix diatas akan menghasilkan penambahan persamaan normal. Untuk konstrain absolut, 1 hP = 0 (untuk bobot yang tak terhingga)                         h TTT h w PwA H HPAA k 1 0 Dalam model Implisit:                         h T ii TTT iii T h w wBBiPA H HBPBA k )( 0 )( 111 Persamaan konstrain dengan menggunakan hyper-metrix ini sering disebut sebagai “bordered normal equation” atau “Helmert bordering”. Matrik kovarian dari parameter untuk kasus model indirect adalah: 1 2 0 0           H HATPA C T Catatan: Hanya ada satu nilai kh untuk setiap satu persamaan konstrain. Setiap satu persamaan konstrain akan menambah satu degree of freedom (karena menambah satu ekstra pengukuran). Konstrain dengan Helmert bordering lebih sesuai untuk sistem persamaan yang lebih kecil/sedikit.
  • 10. Survei Deformasi Struktur 10 Secara umum lebih prakyis untuk memberikan konstrain melalui pemberian nilai bobot yang cukup besar (tapi jangan terlalu besar). Sebuah bobot adalah sama dengan satu per lima dari angka signifikan dari nilai standard error. Misalnya, suatu konstrain harus dikenakan sampai ke angka mm terdekat, jika dipilih satu sigma misalnya 0.2mm. Ada beberapa teknik alternatif untuk menerapkan konstrain. Contoh Soal: Hitung kuadrat terkecil model indirect dengan konstrain: Diketahui suatu pengukuran jaringan sipat datar sebagai berikut: A D C Bh1 h5 h6 h2h4 h3 4km 4km 3km 5km 5km 3km HA = 100.0m Diketahui pula data pengukuran: Pengukuran (m) Ketelitian 00.201 h 42 0 2 1  h 04.302 h 32 0 2 2  h 00.103 h 42 0 2 3  h 86.394 h 32 0 2 4  h 92.435 h 52 0 2 5  h 74.196 h 52 0 2 6  h Diasumsikan nilai apriori varian 04.02 0  .Dan nilai pendekatan untuk tinggi titik B, C, D adalah mHB 00.1200  , mHC 00.1500  , mHD 00.1400  . Ditanyakan:
  • 11. Survei Deformasi Struktur 11 1. Hitung tinggi titik B, C, dan D dengan model indirect. Jika pada jaringan tersebut diterapkan konstrain yaitu HD - HC = -120.20m, maka: 2. Hitung tinggi titik B, C, dan D dengan model indirect dan konstrain Helmert Bordering. 3. Hitung tinggi titik B, C, dan D dengan model indirect, dan konstrain penjumlahan persamaan normal. Solusi: Persamaan matrik model indirect:                                                                                    26.0 08.0 14.0 0 04.0 0 101 010 100 110 011 001 6 5 4 3 2 1 D C B H H H v v v v v v                                   2 6 2 5 2 4 2 3 2 2 2 1 2 0 12 0 /10 /1 /1 /1 /1 0/1 h h h h h h lCP Persamaan normal: 0 0.0987 0.0027 0.0387- 0.7830.250-0.200- 0.250-0.7830.333- 0.200-0.333-0.783                                    D C B H H H Solusi: A posteriori varian: 0.0025714 3 0.0077143 ˆ 2 0    un PvvT -0.1464 -0.0550 -0.0114    D C B H H H
  • 12. Survei Deformasi Struktur 12 Solusi dengan konstrain Helmert Bordering. Persamaan pengukuran konstrain:     h D C B DDCC wH H H H HHHH 20.1000.15000.140110 020.10                  Persamaan normal yang baru: 0 20.0 0.0987 0.0027 0.0387- 011-0 10.7830.250-0.200- 10.250-0.7830.333- 00.200-0.333-0.783                                                 h D C B k H H H Solusi:                                 0.0552 0.1937- 0.0063 0.0026 h D C B k H H H mHH H H H CD D C B 20.10 8063.139 0063.150 0025.120     A posteriori varian: Solusi konstrain dengan penambahan persamaan normal Perlakukan kondisi konstrain sebagai sebuah pengamatan ekstra:     h D C B DDCC wH H H H HHHH 20.1000.15000.140110 020.10                  disini kita tidak memiliki bobot pengukuran untuk konstrain, harus dilihat/deibandingkan dengan standard error-nya, misalnya dengan apriori varian atau ketelitian yang dapat mencapai: 04.0 . Agar dapat teliti harus diasumsikan nilai bobot yang teliti sampai mm, misalnya 0001.0 . Sehingga nilai bobotnya: 0.0034258 4 0.0137032 ˆ 2 0    un PvvT
  • 13. Survei Deformasi Struktur 13 8 22 10 )0001.0( 11   hP Berdasarkan rumusan konstrain:   020.010 1 1 0 11010 1 1 0 0 88                         kh T h T wPHHPH 0 102.0 102.0 0 10100 10100 00 8 8 88 88                          Penjumlahan persamaan normal: 0 102.0 102.0 0 0.0987 0.0027 0.0387- 10100 10100 00 0.7830.250-0.200- 0.250-0.7830.333- 0.200-0.333-0.783 8 8 88 88                                                                                D C B H H H Akhirnya solusi yang didapat:                          0.1937- 0.0063 0.0026 D C B H H H Solusi yang diperoleh dari teknik konstrain dengan penjumlahan persamaan normal ini relatif sama dengan solusi konstrain dengan teknik helmert bordering.