SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Download to read offline
i
LAPORAN
PRATIKUM FOTOGRAMETRI DASAR
“ PENGAMATAN PARALAKS STEREOSKOPIS ”
KELOMPOK 14
Disusun Oleh:
Ahmad Dani (2015510012)
Ibnu Satria Senjaya (2015510011)
Dosen Pembimbing:
Dwi Arini, S.T
PRODI TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI PADANG
2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan fotogrametri
dasar ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga berterima kasih pada
dosen/asisten selaku yang membantu mata kuliah fotogrametri jurusan teknik geodesi .
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai praktikum fotogrametri. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam laporan ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan kegiatan tahap
pembelajaran.
Padang, 18 Januari 2017
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN ...............................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan ...................................................................1
1.3 Batasan Masalah .......................................................................2
1.4 Sistematika Pembuatan Laporan................................................2
BAB II : DASAR TEORI....................................................................................3
2.1 Fotogrametri...............................................................................3
2.2 Kegiatan-kegiatan Fotogrametri ................................................4
2.3 Foto Udara .................................................................................4
2.4 Paralaks.......................................................................................6
2.5 Stereoskopis ...............................................................................8
2.6 Unsur-unsur Pemotretan Udara................................................11
2.7 Kunci Interpretasi.....................................................................12
2.8 Metode Pengolahan Data .........................................................13
2.9 Sumber Kesalahan Foto ...........................................................14
2.10 Kontur...................………………………………………........16
BAB III : PELAKSANAAN PRAKTIKUM ....................................................18
3.1 Alat dan Bahan ........................................................................18
3.2 Metode Pelaksanaan Praktikum ..............................................18
3.3 Pengolahan Data .....................................................................19
3.4 Penggambaran Peta .................................................................21
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................23
iv
4.1 Lampiran Data Tulis Tangan...................................................24
4.2 Tabel Excel .............................................................................24
4.3 Hasil Milimeter........................................................................24
BAB V : PENUTUP ..........................................................................................25
5.1 Kesimpulan Dan Saran............................................................25
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk
memperoleh data dan informasi tentang suatu objek serta keadaan disekitarnya melalui
suatu proses pencatatan, pengukuran dan interpretasi bayangan fotografis (hasil
pemotretan). Salah satu bagian dari pekerjaan fotogrametri adalah interpretasi foto udara.
Oleh karena itu dengan adanya praktikum tentang interpretasi foto udara dan pembuatan
peta tutupan lahan kali ini diharapkan mahasiswa Program Studi Teknik Geodesi mampu
melakukan interpretasi foto udara dengan menggunakan prinsip-prinsip interpretasi yang
benar serta dilanjutkan dengan pembuatan peta tutupan lahan. Adapun prinsip yang
digunakan dalam interpretasi foto terdiri dari 7 (tujuh) kunci interpretasi yang meliputi :
bentuk, ukuran, pola, rona, bayangan, tekstur, dan lokasi. Dengan beracuan pada 7 (tujuh)
kunci tersebut maka kita dapat mengidentifikasi dengan jelas objek yang sebenarnya.
Pada praktikum ini juga dilakukan pengamatan stereoskopis yang hasilnya berupa
pengolahan data dan peta kontur.
I.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan praktikum Fotogrameri I ini adalah :
a) Mahasiswa Memahami konsep interpretasi citra foto udara
b) Mahasiswa melakukan interpretasi foto udara dengan menggunakan prinsip – prinsip
interpretasi yang benar
c) Mahasiswa mampu mengidentifikasi objek pada foto udara dilanjutkan pembuatan
peta kontur
d) Mahasiswa dapat mengenal foto udara dan bisa menggunakan stereoskop
e) Mahasiswa dapat membuat hasil peta kontur dari pengamatan strereoskop
2
1.3 Batasan Masalah
Pada laporan ini masalah dibatasi hanya tentang pengamatan paralaks stereoskopis
dan pembuatan peta kontur.
1.4 Sistematika Pembuatan Laporan
Penulisan laporan praktikum fotogrametri dasar ini akan mengikuti sistematika
sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan praktikum, batasan
masalah dan sistematika pembuatan laporan.
BAB II. DASAR TEORI
Pada bab ini menjelaskan dasar-dasar teori yang digunakan untuk pembuatan peta
dengan menggunakan stereoskop.
BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Pada bab ini menjelaskan seluruh kegiatan pelaksanaan praktikum mulai dari
pengambilan data sampai tahap penggambaran.
BAB IV. PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan hasil praktikum.
BAB V. PENUTUP
Pada bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran.
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Fotogrametri
Fotogrametri atau aerial surveying adalah teknik pemetaan melalui fotoudara.
Hasil pemetaan secara fotogrametrik berupa peta foto dan tidak dapatlangsung dijadikan
dasar atau lampiran penerbitan peta.
Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi pengukuran secara
terestris, mulaidari penetapan ground controls (titik dasar kontrol) hingga kepada pengukuran
batas tanah. Batas-batas tanah yang diidentifikasi pada peta foto harus diukur dilapangan.
Fotogrametri adalah suatu seni, ilmu dan teknik untuk memperoleh data-data tentang objek
fisik dan keadaan di permukaan bumi melalui prosesperekaman, pengukuran, dan penafsiran
citra fotografik. Citra fotografik adalah foto udara yang diperoleh dari pemotretan dari udara
yang menggunakan pesawat terbang atau wahana terbang lainnya. Hasil dari proses
fotogrametri adalah berupapeta foto atau peta garis. Peta ini umumnya dipergunakan untuk
berbagai kegiatanperencanaan dan desain seperti jalan raya, jalan kereta api, jembatan, jalur
pipa,tanggul, jaringan listrik, jaringan telepon, bendungan, pelabuhan, pembangunan
perkotaan, dsb.
2.2 Kegiatan Fotogrametri
Kegiatan-kegiatan dalam fotogrametri antara lain sebagai berikut :
1. Pengukuran dan pembuatan peta berdasarkan foto udara
2. Pengolahan data citra satelit
3. Pemotretan foto udara
4. Pembuatan orthofoto dengan pengolahan citra digital
5. Interpretasi foto udara
6. Pengolahan data
2.3 Foto Udara
Foto udara merupakan hasil pemotretan pada satu daerah yang memiliki
ketinggian tertentu menggunakan sebuah kamera pada ruang lingkup atmosfer.
4
Contohnya, seperti proses pemotretan yang dilakukan di atas pesawat terbang, balon
udara, helikopter, drone, dan berbagai wahana yang mengudara lainnya.
Keuntungan menggunakan foto udara yaitu memberikan hasil gambar atau
menciptakan citra yang jauh lebih baik dan detail, tidak terkena awan, sistem
pengoperasiannya berada di bawah awan. Sedangkan untuk kelemahan dari foto udara
adalah terbangun atas berbagai kumpulan scene kecil yang sangat banyak, sistem
pemotretan pada area yang jauh lebih luas dengan yang lain. Sistem pengoperasian
foto udara tergantung dengan faktor cuaca dan angin. Contohnya, ketika
menggunakan UAV memberikan hasil foto udara yang kurang stabil dan bagus jika
dihempas tiupan angin yang kencang, hasilnya pun kurang optimal dan stabil.
Kelemahaan yang lain menggunakan foto udara, foto udara harus disertai
dengan pengambilan ground point control lapangan untuk melaksanakan proses
koreaksi geometrik. Jika tidak dilakukan seperti ini, hasilnya kurang akurat dan sangat
rendah dari sisi geogmetrik. Jika dilihat dari biaya yang dikeluarkan foto udara lebih
mahal dibandingkan menggunakan citra satelit karena banyak kebutuhan yang
diperlukan. Mulai dari izin penerbangan jika menggunakan helikopter atau pesawat
terbang, biaya operasional pesawat, biaya lapangan, pengambilan koordinat GCP dan
masih banyak yang lainnya.
Foto udara dapat dibedakan menjadi :
a. Foto udara tegak
Foto udara yang dihasilkan dari hasil pemotretan foto udara tegak.
Yaitu pelaksanaan pemotretan dengan sumbu optis kamera benar-benar tegak
atau hampir tegak.
-gambar foto udara tegak
b. Foto udara miring
5
Yaitu foto udara yang dihasilkan dari hasil pemotretan foto udara
miring. Pemotretan foto udara miring dilaksanakan dengan sumbu optis
kamera udara yang membentuk sudut dengan garis vertikal.
-gambar foto udara miring
Ada dua macam pemotretan udara miring yaitu :
1.Pemotretan miring
Dilakukan pemotretan dengan kamera yang membentuk sudut yang kecil
terhadap arah vertikal.
2.Pemotretan sangat miring
Dilakukan pemotretan dengan kamera yang membentuk sudut yang sangat
besar terhadap arah vertikal.
-gambar foto udara miring dan sangat miring
2.4 Paralaks
Paralaks adalah bergesernya bayangan/citra karena letak stasiun
pengamat yang bergerak. Paralaks dapat dibagi menjadi dua yaitu :
6
1. Paralaks dalam arah X (Px)
2. Paralaks dalam arah Y (Py)
Paralaks X erat hubungannya dengan masalah posisi vertikal, sehingga tidak
mengganggu pandangan stereoskopis. Paralaks Y erat hubungannya dengan masalah
kestereoskopisan, sehingga adanya paralaks y akan mengganggu atau mempengaruhi
pandangan stereoskopis. Untuk menentukan beda tinggi antara dua titik, maka
diperlukan data pengamatan paralaks dari titik-titik tersebut. Adapun data yang
diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Basis foto udara (b)
2. Bacaan paralaks di titik utama (pxTU)
3. Bacaan paralaks di titik yang diamati (pxi)
4. Fokus kamera udara (f)
5. Skala foto udara
Rumus yang digunakan untuk perhitungan beda paralaks, yaitu :
Rumus yang digunakan untuk perhitungan beda tinggi yaitu :
Atau
Apabila elevasi titik utama di permukaan tanah diketahui misalnya hTU, maka elevasi
titik detail (hi) dapat dihitung sebagai berikut :
Keterangan :
Δhi = Beda tinggi antara titik detail dengan titik utama
f = Fokus kamera udara
b = Basis foto
pxi = Bacaan paralaks titik detail
pxTU = Bacaan paralaks titik utama
Δpi = Selisih paralaks titik detail dan titik utama = (pxi-pxTU)
7
H = Tinggi terbang terhadap MSL (Mean Sea Level) yang dibaca pada altimeter
hTU = Elevasi titik utama
2.5 Stereoskopis
Adalah suatu kegiatan interpretasi citra/ foto udara dengan menggunakan alat
bantu yang bernama stereoskop. Pada kegiatan pengamatan ini stereoskop berfungsi untuk
menampilkan gambar 3 dimensi.
Gambar 3 dimesi dari citra yang diinterpretasi akan memudahkan pengamatan.
Bidang 3 dimensi menunjukkan obyek yang mempunyai unsur ukuran lebar, panjang dan
tinggi. Bidang 3 dimensi memungkinkan dilakukan pengamatan terhadap beda tinggi dan
kemiringan lereng suatu obyek.
Foto udara pada umumnya lebih banyak menampilan gambar 2 dimensi, terutama
pada foto udara tegaklurus. Untuk dapat menampilkan bentuk 3 dimensi dari foto udara yang
diamati, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :
1. Terdapat daerah bertampalan pada foto udara. Setiap foto udara/citra yang akan
diinterpretasi harus merupakan foto udara/citra yang berurutan garis terbangnya dan
mempunyai daerah tampalan (pada foto 1 ada sebagian wilayah yang sama dengan foto 2)
2. Untuk dapat diinterpretasi dengan jelas maka lebar daerah yang bertampalan kira-kira 1/3
– 2/3 dalam sebuah foto/citra.
Pandangan tiga dimensi dari hasil pengamatan stereoskopis ini muncul dalam otak
sebagai akibat adanya perpaduan dua gambar dengan sudut pandang yang berbeda. Masing-
masing mata pengamat (observer) akan mendapatkan informasi dari gambar yang berada
dibawahnya. Informasi dari kedua gambar tersebut diterima oleh otak manusia dan
diterjemahkan sebagai gambar yang tiga dimensi. Serangkaian foto udara akan nampak
menjadi tampilan tiga dimensi dalam proses pengamatan stereoskopis jika :
• Foto udara tersebut memiliki tampalan
• Gambar dari foto udara tersebut memiliki sudut pengambilan yang berbeda dalam satu jalur
terbang yang sama
• Foto yang diamati hendaklah memiliki skala yang sama
Selain dari syarat dari foto udara tersebut diatas, kemampuan dari setiap orang dalam
menghasilkan efek tiga dimensional juga sangat bervariasi. Tidak setiap pengamat memiliki
8
kemampuan yang sama dalam menghasilkan sebuah gambaran tiga dimensional pada
serangkaian foto udara yang sama. Berberapa faktor seperti jarak pupil mata, jauh dekat
kemampuan fokus pandang, dan lain-lain adalah sangat berpengaruh terhadap kemampuan
seseorang menghasilkan gambaran tiga dimensional. Pertambahan usia seorang pengamat
juga memungkinkan perubahan kemampuan pengamat tersebut dalam menghasilkan
pandangan tiga dimensional. Dengan demikian seorang ahli fotogrametris yang bekerja
dengan gambaran stereoskopis juga memiliki kemungkinan mengalami kesulitan
pembentukan gambaran tiga dimensi pada masa tertentu.
Sudut Paralactic
Paralaks, atau lebih tepatnya paralaks gerak adalah perubahan kedudukan sudut dari
dua titik diam, relatif satu sama lain, sebagaimana yang diamati oleh seorang pengamat yang
bergerak. Secara sederhana, paralaks merupakan pergeseran yang tampak dari suatu obyek
(titik 1) terhadap latar belakang (titik 2) yang disebabkan oleh perubahan posisi pengamat.
Jenis Jenis Stereoskop :
· Stereoskop Cermin
Stereoskop yang digunakan untuk melihat foto yang bertampalan yang berukuran
lebih besar daripada stereoskop saku. Bagian – bagian dari stereoskop ini meliputi lensa
cembung, sepasang prisma/cermin, cermin perak, tiang penyangga, lensa binokuler.
Kelebihan dari stereoskop ini adalah dapat melakukan perbesaran dengan penambahan lensa
binokuler, daerah yang diamati lebih luas daripada stereoskop saku, dan dapat menampakkan
satu lembar foto udara secara penuh. Kekurangan stereoskop ini adalah ukurannya yang besar
sehingga tidak praktis, harga relatif mahal, jika ditambahkan dengan binokuler maka akan
memperkecil daerah yang diamati.
Stereoskop cermin
a. Lebih besar dari stereoskop saku
b. Daerah yang dapat dilihat secara stereoskop lebih luas jika dibandingkan dengan
menggunakan stereoskop lensa
c. Karena bentuknya agak besar maka agak lebih sukar dibawa ke lapangan
9
Gambar Stereoskop Cermin
Stereoskop Saku
Stereoskop yang berukuran kecil , stereoskop ini terdiri dari lensa convex yang
sederhana, dan mempunyai faktor perbesaran yang cukup besar. Bagian – bagian dari
stereoskop ini meliputi lensa cembung dan tiang penyangga. Kelebihan stereoskop ini adalah
harganya yang murah, praktis dapat dibawa kemana – mana, faktor perbesarannya cukup
besar. Kekurangan dari stereoskop ini adalah daerah yang bisa diamati sangat terbatas.
Stereoskop saku atau stereoskop lensa
- Lebih murah daripada stereoskp cermin
- Cukup kecil hingga dapat dimasukkan kedalam saku
- Terdiri dari susunan lensa convex yang sederhana
- Mempunyai faktor perbesaran yang cukup besar
- Mudah dibawa ke lapangan
- Daerah yang dpat dilihat secara stereoskopis sangat terbatas
Gambar Stereoskop Saku
10
2.6 Unsur-Unsur Pemotretan Foto Udara
Untuk mendapatkan foto udara yang sesuai dengan spesifikasi dibutuhkan
suatu perencanaan yang baik. Oleh karena itu adanya unsur - unsur pemotretan foto
udara, seperti :
1. Pesawat Terbang
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis pesawat terbang untuk
pemotretan udara, yaitu :
a. Kemampuan ketinggian
b. Kecepatan (maksimum/minimum)
c. Daya jelajah
d. Kestabilan pesawat
e. Kemampuan beban
f. Kebutuhan take-off dan landing
Sedangkan persyaratan yang harus dimiliki oleh pesawat terbang untuk
pemotretan ini adalah :
a. Kompas : untuk membantu navigasi pesawat
b. Altimeter : untuk menentukan ketinggian pesawat terbang
c. Jam : untuk menentukan waktu pemotretan udara
d. Sistem oksigen : untuk misi pemotretan udara dengan ketinggian
e. terbang lebih besar dari 18.000 kaki
f. Alat-alat untuk komunikasi.
2. Kamera Udara
Kamera udara adalah kamera metrik yang fokusnya sudah ditentukan. Kamera
udara ini berbeda dengan kamera biasa yang non metrik dengan fokus yang dapat
diubah-ubah sesuai dengan keinginan.
Kamera udara ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :
a. Magazin, terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
1. Motor drive : untuk memutar/menggerakkan film
2. Film flattener : untuk mendatarkan film
3. Pompa penghisap : untuk menghisap film agar menjadi datar
4. Rool film, berisi film yang panjangnya antara 100 – 500 feet.
11
b. Camera Body, berbentuk kerucut (conical) di mana penentuan jenisnya
berdasarkan kriteria besarnya sudut yang dibentuk oleh sumbu diagonal dari
kerucut yang terdapat pada camera body.
c. Sistem Lensa, terdiri dari beberapa komponen yaitu :
1. Filter
2. Shutter dengan variasi kecepatan antara 1/100 sampai dengan 1/300 sekon.
3. Diafragma, besarnya diafragma dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
d. Intervelometer, alat untuk mengatur interval waktu pemotretan yang
tergantung pada basis udara, kecepatan pesawat terbang dan overlap yang
diinginkan.
Beberapa perlengkapan tambahan kamera udara adalah :
1. Mounting, yaitu alat dudukan kamera.
2. Gyroscope, yaitu alat untuk mengarahkan sumbu kamera.
3. View finder, yaitu alat untuk melihat area pemotretan.
4. Side view finder, yaitu alat untuk melihat ke samping.
5. Nivo, yaitu alat untuk mendatarkan posisi kamera.
6. Power supply.
3. Film
Karakteristik film ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Resolving power, adalah kemampuan film untuk menangkap benda benda
yang terkecil. Makin tinggi resolving powernya berarti makin baik filmnya.
b. Pixel (picture elemen), adalah titik foto yang terkecil. Makin kecil pixelnya
makin baik kualitas filmnya.
c. Kepekaan Film (film sensitifity), adalah kepekaan terhadap cahaya atau
kecepatan bereaksinya terhadap cahaya.
Jenis film ditinjau dari panjang gelombang, yaitu :
a. Film Pankromatik (panchromatic) : film yang sensitif terhadap semua sinar
yang masuk dalam gelombang tampak.
12
b. Film Monokromatik (monochromatic) : film yang sensitif terhadap satu
panjang gelombang.
Jenis film ditinjau dari warna, yaitu :
a. Hitam putih : hitam putih biasa dan hitam putih inframerah.
b. Berwarna : warna alamiah (natural color) dan warna semu (false color).
2.7 Kunci Interpretasi
Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara
dengan maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai
dengan prinsip-prinsip interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam
pekerjaan fotogrametri yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya
kegiatan-kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek. Dengan kata lain interpretasi
foto merupakan kegiatan yang mempelajari bayangan foto secara sistematis untuk tujuan
identifikasi atau penafsiran objek.
Interpretasi foto biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan.
Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari objek-objek yang tampak pada foto
udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan latihan
dan pengalaman penafsir, kondisi objek yang diinterpretasi, dan kualitas foto yang
digunakan. Penafsiran foto udara banyak digunakan oleh berbagai disiplin ilmu dalam
memperoleh informasi yang digunakan. Aplikasi fotogrametri sangat bermanfaat
diberbagai bidang Untuk memperoleh jenis-jenis informasi spasial diatas dilakukan
dengan teknik interpretasi foto/citra,sedang referensi geografinya diperoleh dengan
cara fotogrametri. Interpretasi foto/citra dapat dilakukan dengan cara konvensional atau
dengan bantuan komputer.Salah satu alat yang dapat digunakan dalam interpretasi
konvensional adalah stereoskop dan alat pengamatan paralaks yakni paralaks bar.
Didalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan pertimbangan pada
karakteristik dasar citra foto udara.Dan dapat dilakukan dengan dua cara yakni cara
visual atau manual dan pendekatan digital.Keduanya mempunyai prinsip yang hampir
sama. Pada cara digital hal yang diupayakan antara lain agar interpretasi lebih pasti
dengan memperlakukan data secara kuantitatif. Pendekatan secara digital mendasarkan
pada nilai spektral perpixel dimana tingkat abstraksinya lebih rendah dibandingkan
dengan cara manual. Dalam melakukan interpretasi suatu objek atau fenomena
digunakan sejumlah kunci dasar interpretasi atau elemen dasar interpretasi. Dengan
13
karakteristik dasar citra foto dapat membantu serta membedakan penafsiran objek –
objek yang tampak pada foto udara. Berikut tujuh karakteristik dasar citra foto yaitu :
 Bentuk
Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu objek
individual. Bentuk agaknya merupakan faktor tunggal yang paling penting dalam
pengenalan objek pada citrta foto.
 Ukuran
Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai denagn skala foto. Objek dapat
disalahtafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat.
 Pola
Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau
keterkaitan merupakan karakteristik banyak objek, baik alamiah maupun buatan
manusia, dan membentuk pola objek yang dapat membantu penafsir foto dalam
mengenalinya.
 Rona
Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar pada foto.ini berkaitan
dengan pantulan sinar oleh objek.
 Bayangan
Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau kerangka bayangan
menghasilkan suatu profil pandangan objek yang dapat membantu dalam interpretasi,
tetapi objek dalam bayangan memantulkan sinar sedikit dan sukar untuk dikenali pada
foto, yang bersifat menyulitkan dalam interpretasi.
 Tekstur
Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan oleh
susunan satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara
individual dengan jelas pada foto. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola,
bayangan dan rona individual. Apabila skala foto diperkecil maka tekstur suatu objek
menjadi semakin halus dan bahkan tidak tampak.
 Lokasi
14
Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat bermanfaat dalam
identifikasi.
2.8 Metode Pengolahan Data
Metode Pengolahan data dalam praktikum ini dilakukan secara
manual,dimulai dari tahap penentuan 150 titik pada foto udara yang telah ditentukan
lalu menggunakan steoroskop selanjutnya tahap interpretasi foto udara mengunakan
metode analisis foto udara,setelah itu mengolah hasil data yang telah didapat secara
manual sebanyak 60 titik untuk individual per masing-masing kelompok kemudian
masuk ke pengolahan data excel.
Beikut ini rumus pengolahan datanya:
1. Perhitungan beda Paralaks (Δp)
Δp = Pxi-PXTU
Pxi = paralaks titik yang diamati
PXTU = paralaks pada titik utama foto
2. beda tinggi paralaks (Δhi)
Δhi = (f x s) x (Δp/b+Δp)
F=fokus kamera
S=skala foto
b=basis foto
3.elevasi (hi)
hi=hTU – Δhi
hTU = elevasi rata-rata permukaan tanah yang dipotret
4.koordinat tanah (X,Y)
X = x (H-hi/f)
Y= y (H- hi/f)
15
Dimana: x= titik koordinat x
y= titik koordinat y
H= tinggi terbang
2.9 Sumber Kesalahan Foto
a. Crab : Kesalahan yang terjadi akibat pemasangan kamera yang tidak
sempurna.
b. Drift : Kesalahan yang terjadi akibat arah terbang yang tidak sempurna
yang disebabkan oleh arah angin.
c. Tilt : Kesalahan yang terjadi akibat kemiringan pesawat terbang yang
dipengaruhi oleh angin dari samping.
d. Tip : Kesalahan akibat kemiringan yang dipengaruhi angin dari depan
atau belakang.
2.10 Kontur
Kontur (garis sama tinggi) adalah garis khayal di permukaan bumi
yang menghubungkan titik-titik yang sama tingginya dari atas permukaan laut
yang terdapat di peta topografi.
 gambar kontur
2.10.1 Karakteristik Garis Kontur pada Peta
Daratan pada bumi ini terdiri dari berbagai bentuk, seluruh bentukan daratan
tersebut dapat digambarkan dengan menggunakan garis kontur. Penggambaran bentukan
bumi tersebut membuat pola-pola khusus pada garis kontur.
Selanjutnya pola-pola tersebut menjadi suatu karakter yang baku dalam
penggambaran kontur terhadap bentukan alam ini.
16
2.10.2 Diantara karakteristik dari kontur adalah sebagai berikut:
a. Garis-garis kontur pada peta topografi menggambarkan tinggi-rendahnya
(relief) permukaan bumi
b. Garis kontur menggambarkan bentuk tiga dimensi (3D) yang mempunyai
unsur panjang, lebar dan tinggi
c. Kontur bulat yang terkecil dari kontur-kontur yang ada merupakan puncakan
dari suatu gunung atau bukit
d. Kontur yang lebih rendah selalu mengelilingi kontur yang lebih tinggi, kecuali
untuk daerah khusus seperti depresi tanah
e. Kontur yang diberi garis-garis kecil (ticks) menyerupai buli mata merupakan
depresi tanah (cekungan) yang nilai ketinggian konturnya berkurang, seperti
kawah atau kaldera pada gunung api, dan danau.
f. Kontur tidak pernah saling berpotongan dan bercabang, jika kontur terlihat
bercabang atau berpotongan maka perpotongan dan percabangan tersebut
terjadi antara kontur dan lainnya (sungai atau jalan), dari segi warna akan
terlihat jelas berpotongan atau barcabang dengan bentukan lainnya
g. Punggungan gunung/bukit terlihat di peta sebagai rangkaian kontur
menyerupai berbentuk ‘U’ yang ujung lengkungannya selalu menjauhi puncak
h. Lembah terlihat di peta sebagai rangkaian kontur menyerupai berbentuk ‘V’
yang ujung tajamnya menjorok ke dalam mendekati puncak, pada lembahan
besar biasanya terdapat aliran sungai
i. Kontur yang saling berhimpitan (2 kontur atau lebih) menunjukkan daerah
yang sangat curam, pada punggungan merupakan patahan/tebing dan pada
lembahan merupakan air terjun
j. Beda ketinggian antara kontur yang satu dengan yang lainnya/ interval kontur
(contour interval -CI-) adalah tetap walaupun kerapatan konturnya berubah-
ubah (rapat atau renggang). Perbedaan tinggi dua kontur yang berurutan
adalah 1/2.000 dari skala.
Contoh kontur
gamabar contoh kontur
17
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
a. Stereoskop
b. Paralax Bar
c. Foto udara stereo
d. Kertas manila warna putih dengan ukuran A1
e. Kertas transparan sebanyak dua lembar
f. Spidol OHP ukuran F sebanyak empat buah (biru,hitam,merah dan hijau)
g. Isolasi
h. Penggaris
i. Alat-alat tulis yang lain yang dianggap perlu
3.2 Metode
Sebelum melakukan praktikum, sebaiknya mencatat data-data sebagai berikut:
a. Merk, tipe dan nomor seri alat stereoskop.
b. Tanda-tanda tepi foto udara, antara lain:
1. Nomor foto udara
2. Lokasi
3. Tanggal pemotretan
4. Jam pemotretan
5. Tipe kamera udara
6. Skala foto udara
7. Fokus kamera udara ( f )
8. Tinggi terbang ( H )
9. Nama perusahaan
10. Nomor seri cetak foto
Tahap-tahap pelaksanaan dalam praktikum yaitu :
a. Interprestasi Foto udara
18
Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara
dengan maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan
fotogrametri yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan
pengenalan dan identifikasi suatu objek.
Interpretasi foto biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan.
Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari objek-objek yang tampak pada foto udara.
Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan latihan dan
pengalaman penafsir, kondisi objek yang diinterpretasi, dan kualitas foto yang digunakan.
Penafsiran foto udara banyak digunakan oleh berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh
informasi yang digunakan. Aplikasi fotogrametri sangat bermanfaat diberbagai bidang Untuk
memperoleh jenis-jenis informasi spasial diatas dilakukan dengan teknik interpretasi
foto/citra,sedang referensi geografinya diperoleh dengan cara fotogrametri. Interpretasi
foto/citra dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan
bantuan komputer.Salah satu alat yang dapat digunakan dalam interpretasi konvensional
adalah stereoskop dan alat pengamatan paralaks yakni paralaks bar.
Didalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan pertimbangan pada
karakteristik dasar citra foto udara.Dan dapat dilakukan dengan dua cara yakni cara visual
atau manual dan pendekatan digital.Keduanya mempunyai prinsip yang hampir sama. Pada
cara digital hal yang diupayakan antara lain agar interpretasi lebih pasti dengan
memperlakukan data secara kuantitatif. Pendekatan secara digital mendasarkan pada nilai
spektral perpixel dimana tingkat abstraksinya lebih rendah dibandingkan dengan cara manual.
Dalam melakukan interpretasi suatu objek atau fenomena digunakan sejumlah kunci dasar
interpretasi atau elemen dasar interpretasi. Dengan karakteristik dasar citra foto dapat
membantu serta membedakan penafsiran objek – objek yang tampak pada foto udara.
19
 2.9 Contoh Foto Udara
b. Pengamatan paralax X.
1. Pengamatan paralaks X dititik utama.
Untuk keperluan perhitungan beda tinggi pertama kali diukur paralaks
X di titik utama dengan menggunakan paralax bar. Adapun caranya adalah
menempatkan floating mark (titik apung) yang ada di keping kaca tepat
siatas titik utama foto udara 1 dengan alat stereoskop, floating mark (titik
apung) sebelah kanan diatur dengan sekrup paralax bar, sehingga floating
mark kiri dan kanan berimpit dan berada tepat diatas permukaan tanah.
Kemudian dicatat koordinat dan besarnya bacaan paralaks X.
2. Kemudian lakukan pengamatan paralaks X titik-titik detail yang ada di foto
udara dengan paralax bar. Penyebaran titik detail yang diamati di atas foto
udara dibuat merata pada seluruh daerah yang diamati (foto yang
mempunyai pertampalan), sehingga akan dapat digunakan untuk pembuatan
gariskontur.
Adapun yang harus dicatat meliputi: nomor titik detaik, koordinat foto,
bacaan paralaksX dalam keterangan titik yang diamati.
20
3.3 Pengolahan Data
Dari data pengamatan telah diperoleh data koordinat foto dan bacaan paralax
X. Kemudian tahap selanjutnya adalah pengolahan data yang meliputi :
3.3.1 Menghitung elevasi titik acuan di titik utama (hTU).
Elevasi titik utama dihitung dengan asumsi bahwa elevasi titik utama
merupakan elevasi rata-rata permukaan tanah di foto yang bersangkutan.
3.3.2 Menghitung beda tinggi titik detail dengan titik utama (Δhi)
Beda tinggi detail I dengan titik utama dapat dihitung dengan rumus :
∆ℎ𝑖 = ( 𝑓 𝑥 𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎) 𝑥
∆𝑃𝑖
𝑏 + ∆𝑃𝑖
3.3.3 Menghitung elevasi titik detail (hi)
Elevasi titik detail dapat dihitung dengan rumus :
ℎ𝑖 = ℎ𝑇𝑈 + ∆h𝑖
3.3.4 Menghitung koordinat tanah (Xi,Yi)
Koordinat tanah dapat dihitung dengan rumus :
𝑋𝑖 = 𝑥𝑖
(𝐻 − ℎ𝑖)
𝑓
𝑌𝑖 = 𝑦𝑖
(𝐻 − ℎ𝑖)
𝑓
3.4 Penggambaran Peta
3.4.1 Penggambaran di kertas millimeter
Penggambaran dikertas milimeter digambar dengan skala 2 kali dari skala
aslinya, misalkan skala foto udara 1:10.000, maka peta digambarkan dengan
skala 1:5.000. adapun tahap penggambaran di kertas milimeter adalah sebagai
berikut:
1. Tentukan titik utama dikertas milimeter
2. Buat sistem salib sumbu dengan titik utama sebagai pusat sistem koordinat
(X,Y)
3. Plotting titik-titik detail planimetris sesuai dengan data yang ada di kertas
transparan, sehingga diperoleh gambar peta diatas kertas milimeter yang
bentuknya sama dengan peta dikertas transparan, hanya skalanya yang
berbeda.
4. Kemudian dilanjutkan plotting titik detail ketinggian berdasarkan data
koordinat tanah hasil hitungan elevasi titik detail.
21
5. Setelah selesai plotting titik detail, kemudian dilanjutkan penarikan garis
kontur dengan interval tertentu.
3.4.2 Penggambaran di kertas kalkir
Penggambaran diatas kalkir dilaksanakan dengan cara, sebagai berikut:
1. Siapkan kertas kalkir ukuran 50 cm x 50 cm
2. Buat batas muka peta dan kop gambar
3. Ploting petas dibagian muka peta
4. Buat informasi tepi peta antara lain meliputi:
• Logo institut teknologi padang
• Gambar arah utara
• Skala numeris dan skala grafis
• TUGAS FOTOGRAMETRI DASAR
• Nama kelompok
• KETERANGAN atau LEGENDA
• DIPERIKSA : NAMA ASISTEN
• DISETUJUI : NAMA DOSEN
• Paling bawah diberi keterangan
SUMBER DATA : FOTO UDARA SKALA…......
LOKASI DAN TAHUN DIPOTRET : ……./TAHUN……
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 TABEL EXCEL PERHITUNGAN DATA DAN KOORDINAT
4.2 TABEL PENGAMATAN INTERPRETASI
4.3 LAMPIRAN DATA TULIS TANGAN
4.4 HASIL MILIMETER
4.5 HASIL PENGGAMBARAN 150 TITIK DI KALKIR
23
Lampiran asistensi ACC:
24
Lampiran SCAN kontur :
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum interpretasi foto udara dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
- Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan kemampuan
dan asumsi penafsir, keadaan obyek yang diamati, dan kualitas foto yang digunakan.
- Objek-objek pada foto I, II, dapat diinterpretsikan berdasarkan prinsip 7 kunci
interpretasi, yaitu bentuk, warna, tekstur, pola, bayangan, lokasi, dan tone.
- Identifikasi obyek yang tidak benar akan mempengaruhi hasil interpretasi
- Hasil interpretasi foto udara nantinya dapat dibuat peta kontur.
5.2 Saran
- Sebelum praktikum dimulai, sebaiknya mahasiswa mempelajari lebih dalam terlebih
dulu modul praktikum
- sebaiknya mahasiswa memulai praktikum dengan waktu yang telah ditentukan oleh
dosen atau asisten agar praktikum berlangsung dengan tepat waktu
- Diperlukan banyak latihan dan pengalaman dalam interpretasi foto, sehingga mudah
dan cepat dalam identifikasi obyek serta hasilnya akurat
Setelah melakukan praktikum dan laporan dikumpulkan, alangkah lebih baik jika
obyek-obyek yang telah diidentifikasi dijelaskan oleh Dosen, sehingga dapat
melakukan koreksi dan lebih mengetahui sifat obyek pada foto udara.
- sebaiknya alat praktikum dilengkapi dan lebih diperbanyak lagi, supaya praktikum
dapat berjalan intensif.

More Related Content

What's hot

Cara Kalibrasi Kamera Fotogrametri Dalam Pekerjaan Survei
Cara Kalibrasi Kamera Fotogrametri Dalam Pekerjaan SurveiCara Kalibrasi Kamera Fotogrametri Dalam Pekerjaan Survei
Cara Kalibrasi Kamera Fotogrametri Dalam Pekerjaan SurveiLuhur Moekti Prayogo
 
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7Ririn Indahyani
 
Pengenalan theodolit
Pengenalan theodolitPengenalan theodolit
Pengenalan theodolitRetno Pratiwi
 
Laporan Pembuatan Peta Tematik
Laporan Pembuatan Peta TematikLaporan Pembuatan Peta Tematik
Laporan Pembuatan Peta TematikSally Indah N
 
Laporan Polygon dan Thachymetri
Laporan Polygon dan ThachymetriLaporan Polygon dan Thachymetri
Laporan Polygon dan Thachymetrilia anggraini
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Nurul Afdal Haris
 
Pengukuran sudut cara seri rangkap
Pengukuran sudut cara seri rangkapPengukuran sudut cara seri rangkap
Pengukuran sudut cara seri rangkapRetno Pratiwi
 
Program guide praktikum survei gnss 2021
Program guide praktikum survei gnss 2021Program guide praktikum survei gnss 2021
Program guide praktikum survei gnss 2021Zola Saputra
 
Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1
Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1 Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1
Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1 Mega Yasma Adha
 
Laporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan Gajahmungkur
Laporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan GajahmungkurLaporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan Gajahmungkur
Laporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan GajahmungkurSally Indah N
 
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...Mega Yasma Adha
 
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan Basic
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan BasicTutorial Singkat Agisoft Photoscan Basic
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan Basicbramantiyo marjuki
 
Laporan Praktikum GIS Digitasi
Laporan Praktikum GIS DigitasiLaporan Praktikum GIS Digitasi
Laporan Praktikum GIS DigitasiSally Indah N
 

What's hot (20)

Cara Kalibrasi Kamera Fotogrametri Dalam Pekerjaan Survei
Cara Kalibrasi Kamera Fotogrametri Dalam Pekerjaan SurveiCara Kalibrasi Kamera Fotogrametri Dalam Pekerjaan Survei
Cara Kalibrasi Kamera Fotogrametri Dalam Pekerjaan Survei
 
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
 
pci geomatica
pci geomaticapci geomatica
pci geomatica
 
Pengenalan theodolit
Pengenalan theodolitPengenalan theodolit
Pengenalan theodolit
 
Laporan Pembuatan Peta Tematik
Laporan Pembuatan Peta TematikLaporan Pembuatan Peta Tematik
Laporan Pembuatan Peta Tematik
 
Laporan Polygon dan Thachymetri
Laporan Polygon dan ThachymetriLaporan Polygon dan Thachymetri
Laporan Polygon dan Thachymetri
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
 
Pengukuran sudut cara seri rangkap
Pengukuran sudut cara seri rangkapPengukuran sudut cara seri rangkap
Pengukuran sudut cara seri rangkap
 
Program guide praktikum survei gnss 2021
Program guide praktikum survei gnss 2021Program guide praktikum survei gnss 2021
Program guide praktikum survei gnss 2021
 
Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1
Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1 Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1
Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1
 
Laporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan Gajahmungkur
Laporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan GajahmungkurLaporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan Gajahmungkur
Laporan Praktikum Pembuatan Peta Dasar Kecamatan Gajahmungkur
 
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...
Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar Pengamatan Paralaks Stereoskopis By Mega...
 
Ib acc 17 juni 2017 (1)
Ib acc 17 juni 2017 (1)Ib acc 17 juni 2017 (1)
Ib acc 17 juni 2017 (1)
 
Pemodelan 3 d photo modeler scanner
Pemodelan 3 d   photo modeler scannerPemodelan 3 d   photo modeler scanner
Pemodelan 3 d photo modeler scanner
 
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan Basic
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan BasicTutorial Singkat Agisoft Photoscan Basic
Tutorial Singkat Agisoft Photoscan Basic
 
Laporan Praktikum GIS Digitasi
Laporan Praktikum GIS DigitasiLaporan Praktikum GIS Digitasi
Laporan Praktikum GIS Digitasi
 
DIGITASI
DIGITASIDIGITASI
DIGITASI
 
Sistem Koordinat
Sistem KoordinatSistem Koordinat
Sistem Koordinat
 
Laporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUTLaporan Praktikhum IUT
Laporan Praktikhum IUT
 
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
 

Similar to Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar

Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docxKelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docxAltaEiSultan
 
Contok kerangka acuan kerja
Contok kerangka acuan kerjaContok kerangka acuan kerja
Contok kerangka acuan kerjaagus prapto
 
Praktikum stereoscopic parallax fotogrametri
Praktikum stereoscopic parallax fotogrametriPraktikum stereoscopic parallax fotogrametri
Praktikum stereoscopic parallax fotogrametriRetno Pratiwi
 
Penginderaan Jauh : Deteksi Awan
Penginderaan Jauh : Deteksi AwanPenginderaan Jauh : Deteksi Awan
Penginderaan Jauh : Deteksi AwanWachidatin N C
 
Modul 4 dian haryanto 1407123394
Modul 4 dian haryanto 1407123394Modul 4 dian haryanto 1407123394
Modul 4 dian haryanto 1407123394dian haryanto
 
Mengontrol Pekerjaan Survey Lapangan
Mengontrol Pekerjaan Survey LapanganMengontrol Pekerjaan Survey Lapangan
Mengontrol Pekerjaan Survey Lapangansurveyorengineer
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK OPTIK : FOTOGRAFI DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK OPTIK : FOTOGRAFI DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITALLAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK OPTIK : FOTOGRAFI DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK OPTIK : FOTOGRAFI DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITALNimroatul_Chasanah
 
Laporan uji pengukuran
Laporan uji pengukuranLaporan uji pengukuran
Laporan uji pengukuransholasido
 
Mengontrol Pekerjaan Survey Lapangan
Mengontrol Pekerjaan Survey LapanganMengontrol Pekerjaan Survey Lapangan
Mengontrol Pekerjaan Survey Lapangansurveyorengineer
 
01. HANJAR PENG.PEMORA.doc
01. HANJAR PENG.PEMORA.doc01. HANJAR PENG.PEMORA.doc
01. HANJAR PENG.PEMORA.dockhaidirilqam
 
01. HANJAR PENG.PEMORA.doc
01. HANJAR PENG.PEMORA.doc01. HANJAR PENG.PEMORA.doc
01. HANJAR PENG.PEMORA.dockhaidirilqam
 
Aplikasi sistem informasi sejarah vespa_fahrulynur asyidiq (421211012)
Aplikasi sistem informasi sejarah vespa_fahrulynur asyidiq (421211012)Aplikasi sistem informasi sejarah vespa_fahrulynur asyidiq (421211012)
Aplikasi sistem informasi sejarah vespa_fahrulynur asyidiq (421211012)Fahruly Asyidiq
 
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...National Cheng Kung University
 
Madya-Dermaga-Abdul Kadir.pptx
Madya-Dermaga-Abdul Kadir.pptxMadya-Dermaga-Abdul Kadir.pptx
Madya-Dermaga-Abdul Kadir.pptxAbdulKadir899226
 
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Mara...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Mara...Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Mara...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Mara...Luhur Moekti Prayogo
 

Similar to Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar (20)

Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docxKelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
Kelompok 6 Ilmu Ukur Tanah.docx
 
Contok kerangka acuan kerja
Contok kerangka acuan kerjaContok kerangka acuan kerja
Contok kerangka acuan kerja
 
Praktikum stereoscopic parallax fotogrametri
Praktikum stereoscopic parallax fotogrametriPraktikum stereoscopic parallax fotogrametri
Praktikum stereoscopic parallax fotogrametri
 
Proposal ta kid
Proposal ta kidProposal ta kid
Proposal ta kid
 
Proposal TA kid
Proposal TA kidProposal TA kid
Proposal TA kid
 
Penginderaan Jauh : Deteksi Awan
Penginderaan Jauh : Deteksi AwanPenginderaan Jauh : Deteksi Awan
Penginderaan Jauh : Deteksi Awan
 
summit evolution
summit evolutionsummit evolution
summit evolution
 
Modul 4 dian haryanto 1407123394
Modul 4 dian haryanto 1407123394Modul 4 dian haryanto 1407123394
Modul 4 dian haryanto 1407123394
 
Mengontrol Pekerjaan Survey Lapangan
Mengontrol Pekerjaan Survey LapanganMengontrol Pekerjaan Survey Lapangan
Mengontrol Pekerjaan Survey Lapangan
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK OPTIK : FOTOGRAFI DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK OPTIK : FOTOGRAFI DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITALLAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK OPTIK : FOTOGRAFI DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK OPTIK : FOTOGRAFI DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
 
Laporan uji pengukuran
Laporan uji pengukuranLaporan uji pengukuran
Laporan uji pengukuran
 
Laporan kartografi digital
Laporan kartografi digitalLaporan kartografi digital
Laporan kartografi digital
 
3512100004
35121000043512100004
3512100004
 
Mengontrol Pekerjaan Survey Lapangan
Mengontrol Pekerjaan Survey LapanganMengontrol Pekerjaan Survey Lapangan
Mengontrol Pekerjaan Survey Lapangan
 
01. HANJAR PENG.PEMORA.doc
01. HANJAR PENG.PEMORA.doc01. HANJAR PENG.PEMORA.doc
01. HANJAR PENG.PEMORA.doc
 
01. HANJAR PENG.PEMORA.doc
01. HANJAR PENG.PEMORA.doc01. HANJAR PENG.PEMORA.doc
01. HANJAR PENG.PEMORA.doc
 
Aplikasi sistem informasi sejarah vespa_fahrulynur asyidiq (421211012)
Aplikasi sistem informasi sejarah vespa_fahrulynur asyidiq (421211012)Aplikasi sistem informasi sejarah vespa_fahrulynur asyidiq (421211012)
Aplikasi sistem informasi sejarah vespa_fahrulynur asyidiq (421211012)
 
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN KADASTRAL PADA PELAKSANAAN PRONA TAHUN ...
 
Madya-Dermaga-Abdul Kadir.pptx
Madya-Dermaga-Abdul Kadir.pptxMadya-Dermaga-Abdul Kadir.pptx
Madya-Dermaga-Abdul Kadir.pptx
 
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Mara...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Mara...Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Mara...
Laporan Praktikum Penginderaan Jauh - Dasar Pengolahan Citra Digital (By Mara...
 

Recently uploaded

Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanhormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanAprissiliaTaifany1
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 

Recently uploaded (10)

Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanhormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 

Laporan Praktikum Fotogrametri Dasar

  • 1. i LAPORAN PRATIKUM FOTOGRAMETRI DASAR “ PENGAMATAN PARALAKS STEREOSKOPIS ” KELOMPOK 14 Disusun Oleh: Ahmad Dani (2015510012) Ibnu Satria Senjaya (2015510011) Dosen Pembimbing: Dwi Arini, S.T PRODI TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI PADANG 2017
  • 2. ii KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan fotogrametri dasar ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga berterima kasih pada dosen/asisten selaku yang membantu mata kuliah fotogrametri jurusan teknik geodesi . Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai praktikum fotogrametri. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan kegiatan tahap pembelajaran. Padang, 18 Januari 2017 Penulis
  • 3. iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................i DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii BAB I : PENDAHULUAN ...............................................................................1 1.1 Latar Belakang ..........................................................................1 1.2 Maksud dan Tujuan ...................................................................1 1.3 Batasan Masalah .......................................................................2 1.4 Sistematika Pembuatan Laporan................................................2 BAB II : DASAR TEORI....................................................................................3 2.1 Fotogrametri...............................................................................3 2.2 Kegiatan-kegiatan Fotogrametri ................................................4 2.3 Foto Udara .................................................................................4 2.4 Paralaks.......................................................................................6 2.5 Stereoskopis ...............................................................................8 2.6 Unsur-unsur Pemotretan Udara................................................11 2.7 Kunci Interpretasi.....................................................................12 2.8 Metode Pengolahan Data .........................................................13 2.9 Sumber Kesalahan Foto ...........................................................14 2.10 Kontur...................………………………………………........16 BAB III : PELAKSANAAN PRAKTIKUM ....................................................18 3.1 Alat dan Bahan ........................................................................18 3.2 Metode Pelaksanaan Praktikum ..............................................18 3.3 Pengolahan Data .....................................................................19 3.4 Penggambaran Peta .................................................................21 BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................23
  • 4. iv 4.1 Lampiran Data Tulis Tangan...................................................24 4.2 Tabel Excel .............................................................................24 4.3 Hasil Milimeter........................................................................24 BAB V : PENUTUP ..........................................................................................25 5.1 Kesimpulan Dan Saran............................................................25
  • 5. v
  • 6. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh data dan informasi tentang suatu objek serta keadaan disekitarnya melalui suatu proses pencatatan, pengukuran dan interpretasi bayangan fotografis (hasil pemotretan). Salah satu bagian dari pekerjaan fotogrametri adalah interpretasi foto udara. Oleh karena itu dengan adanya praktikum tentang interpretasi foto udara dan pembuatan peta tutupan lahan kali ini diharapkan mahasiswa Program Studi Teknik Geodesi mampu melakukan interpretasi foto udara dengan menggunakan prinsip-prinsip interpretasi yang benar serta dilanjutkan dengan pembuatan peta tutupan lahan. Adapun prinsip yang digunakan dalam interpretasi foto terdiri dari 7 (tujuh) kunci interpretasi yang meliputi : bentuk, ukuran, pola, rona, bayangan, tekstur, dan lokasi. Dengan beracuan pada 7 (tujuh) kunci tersebut maka kita dapat mengidentifikasi dengan jelas objek yang sebenarnya. Pada praktikum ini juga dilakukan pengamatan stereoskopis yang hasilnya berupa pengolahan data dan peta kontur. I.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan praktikum Fotogrameri I ini adalah : a) Mahasiswa Memahami konsep interpretasi citra foto udara b) Mahasiswa melakukan interpretasi foto udara dengan menggunakan prinsip – prinsip interpretasi yang benar c) Mahasiswa mampu mengidentifikasi objek pada foto udara dilanjutkan pembuatan peta kontur d) Mahasiswa dapat mengenal foto udara dan bisa menggunakan stereoskop e) Mahasiswa dapat membuat hasil peta kontur dari pengamatan strereoskop
  • 7. 2 1.3 Batasan Masalah Pada laporan ini masalah dibatasi hanya tentang pengamatan paralaks stereoskopis dan pembuatan peta kontur. 1.4 Sistematika Pembuatan Laporan Penulisan laporan praktikum fotogrametri dasar ini akan mengikuti sistematika sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan praktikum, batasan masalah dan sistematika pembuatan laporan. BAB II. DASAR TEORI Pada bab ini menjelaskan dasar-dasar teori yang digunakan untuk pembuatan peta dengan menggunakan stereoskop. BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM Pada bab ini menjelaskan seluruh kegiatan pelaksanaan praktikum mulai dari pengambilan data sampai tahap penggambaran. BAB IV. PEMBAHASAN Pada bab ini menjelaskan hasil praktikum. BAB V. PENUTUP Pada bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran.
  • 8. 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Fotogrametri Fotogrametri atau aerial surveying adalah teknik pemetaan melalui fotoudara. Hasil pemetaan secara fotogrametrik berupa peta foto dan tidak dapatlangsung dijadikan dasar atau lampiran penerbitan peta. Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi pengukuran secara terestris, mulaidari penetapan ground controls (titik dasar kontrol) hingga kepada pengukuran batas tanah. Batas-batas tanah yang diidentifikasi pada peta foto harus diukur dilapangan. Fotogrametri adalah suatu seni, ilmu dan teknik untuk memperoleh data-data tentang objek fisik dan keadaan di permukaan bumi melalui prosesperekaman, pengukuran, dan penafsiran citra fotografik. Citra fotografik adalah foto udara yang diperoleh dari pemotretan dari udara yang menggunakan pesawat terbang atau wahana terbang lainnya. Hasil dari proses fotogrametri adalah berupapeta foto atau peta garis. Peta ini umumnya dipergunakan untuk berbagai kegiatanperencanaan dan desain seperti jalan raya, jalan kereta api, jembatan, jalur pipa,tanggul, jaringan listrik, jaringan telepon, bendungan, pelabuhan, pembangunan perkotaan, dsb. 2.2 Kegiatan Fotogrametri Kegiatan-kegiatan dalam fotogrametri antara lain sebagai berikut : 1. Pengukuran dan pembuatan peta berdasarkan foto udara 2. Pengolahan data citra satelit 3. Pemotretan foto udara 4. Pembuatan orthofoto dengan pengolahan citra digital 5. Interpretasi foto udara 6. Pengolahan data 2.3 Foto Udara Foto udara merupakan hasil pemotretan pada satu daerah yang memiliki ketinggian tertentu menggunakan sebuah kamera pada ruang lingkup atmosfer.
  • 9. 4 Contohnya, seperti proses pemotretan yang dilakukan di atas pesawat terbang, balon udara, helikopter, drone, dan berbagai wahana yang mengudara lainnya. Keuntungan menggunakan foto udara yaitu memberikan hasil gambar atau menciptakan citra yang jauh lebih baik dan detail, tidak terkena awan, sistem pengoperasiannya berada di bawah awan. Sedangkan untuk kelemahan dari foto udara adalah terbangun atas berbagai kumpulan scene kecil yang sangat banyak, sistem pemotretan pada area yang jauh lebih luas dengan yang lain. Sistem pengoperasian foto udara tergantung dengan faktor cuaca dan angin. Contohnya, ketika menggunakan UAV memberikan hasil foto udara yang kurang stabil dan bagus jika dihempas tiupan angin yang kencang, hasilnya pun kurang optimal dan stabil. Kelemahaan yang lain menggunakan foto udara, foto udara harus disertai dengan pengambilan ground point control lapangan untuk melaksanakan proses koreaksi geometrik. Jika tidak dilakukan seperti ini, hasilnya kurang akurat dan sangat rendah dari sisi geogmetrik. Jika dilihat dari biaya yang dikeluarkan foto udara lebih mahal dibandingkan menggunakan citra satelit karena banyak kebutuhan yang diperlukan. Mulai dari izin penerbangan jika menggunakan helikopter atau pesawat terbang, biaya operasional pesawat, biaya lapangan, pengambilan koordinat GCP dan masih banyak yang lainnya. Foto udara dapat dibedakan menjadi : a. Foto udara tegak Foto udara yang dihasilkan dari hasil pemotretan foto udara tegak. Yaitu pelaksanaan pemotretan dengan sumbu optis kamera benar-benar tegak atau hampir tegak. -gambar foto udara tegak b. Foto udara miring
  • 10. 5 Yaitu foto udara yang dihasilkan dari hasil pemotretan foto udara miring. Pemotretan foto udara miring dilaksanakan dengan sumbu optis kamera udara yang membentuk sudut dengan garis vertikal. -gambar foto udara miring Ada dua macam pemotretan udara miring yaitu : 1.Pemotretan miring Dilakukan pemotretan dengan kamera yang membentuk sudut yang kecil terhadap arah vertikal. 2.Pemotretan sangat miring Dilakukan pemotretan dengan kamera yang membentuk sudut yang sangat besar terhadap arah vertikal. -gambar foto udara miring dan sangat miring 2.4 Paralaks Paralaks adalah bergesernya bayangan/citra karena letak stasiun pengamat yang bergerak. Paralaks dapat dibagi menjadi dua yaitu :
  • 11. 6 1. Paralaks dalam arah X (Px) 2. Paralaks dalam arah Y (Py) Paralaks X erat hubungannya dengan masalah posisi vertikal, sehingga tidak mengganggu pandangan stereoskopis. Paralaks Y erat hubungannya dengan masalah kestereoskopisan, sehingga adanya paralaks y akan mengganggu atau mempengaruhi pandangan stereoskopis. Untuk menentukan beda tinggi antara dua titik, maka diperlukan data pengamatan paralaks dari titik-titik tersebut. Adapun data yang diperlukan adalah sebagai berikut : 1. Basis foto udara (b) 2. Bacaan paralaks di titik utama (pxTU) 3. Bacaan paralaks di titik yang diamati (pxi) 4. Fokus kamera udara (f) 5. Skala foto udara Rumus yang digunakan untuk perhitungan beda paralaks, yaitu : Rumus yang digunakan untuk perhitungan beda tinggi yaitu : Atau Apabila elevasi titik utama di permukaan tanah diketahui misalnya hTU, maka elevasi titik detail (hi) dapat dihitung sebagai berikut : Keterangan : Δhi = Beda tinggi antara titik detail dengan titik utama f = Fokus kamera udara b = Basis foto pxi = Bacaan paralaks titik detail pxTU = Bacaan paralaks titik utama Δpi = Selisih paralaks titik detail dan titik utama = (pxi-pxTU)
  • 12. 7 H = Tinggi terbang terhadap MSL (Mean Sea Level) yang dibaca pada altimeter hTU = Elevasi titik utama 2.5 Stereoskopis Adalah suatu kegiatan interpretasi citra/ foto udara dengan menggunakan alat bantu yang bernama stereoskop. Pada kegiatan pengamatan ini stereoskop berfungsi untuk menampilkan gambar 3 dimensi. Gambar 3 dimesi dari citra yang diinterpretasi akan memudahkan pengamatan. Bidang 3 dimensi menunjukkan obyek yang mempunyai unsur ukuran lebar, panjang dan tinggi. Bidang 3 dimensi memungkinkan dilakukan pengamatan terhadap beda tinggi dan kemiringan lereng suatu obyek. Foto udara pada umumnya lebih banyak menampilan gambar 2 dimensi, terutama pada foto udara tegaklurus. Untuk dapat menampilkan bentuk 3 dimensi dari foto udara yang diamati, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu : 1. Terdapat daerah bertampalan pada foto udara. Setiap foto udara/citra yang akan diinterpretasi harus merupakan foto udara/citra yang berurutan garis terbangnya dan mempunyai daerah tampalan (pada foto 1 ada sebagian wilayah yang sama dengan foto 2) 2. Untuk dapat diinterpretasi dengan jelas maka lebar daerah yang bertampalan kira-kira 1/3 – 2/3 dalam sebuah foto/citra. Pandangan tiga dimensi dari hasil pengamatan stereoskopis ini muncul dalam otak sebagai akibat adanya perpaduan dua gambar dengan sudut pandang yang berbeda. Masing- masing mata pengamat (observer) akan mendapatkan informasi dari gambar yang berada dibawahnya. Informasi dari kedua gambar tersebut diterima oleh otak manusia dan diterjemahkan sebagai gambar yang tiga dimensi. Serangkaian foto udara akan nampak menjadi tampilan tiga dimensi dalam proses pengamatan stereoskopis jika : • Foto udara tersebut memiliki tampalan • Gambar dari foto udara tersebut memiliki sudut pengambilan yang berbeda dalam satu jalur terbang yang sama • Foto yang diamati hendaklah memiliki skala yang sama Selain dari syarat dari foto udara tersebut diatas, kemampuan dari setiap orang dalam menghasilkan efek tiga dimensional juga sangat bervariasi. Tidak setiap pengamat memiliki
  • 13. 8 kemampuan yang sama dalam menghasilkan sebuah gambaran tiga dimensional pada serangkaian foto udara yang sama. Berberapa faktor seperti jarak pupil mata, jauh dekat kemampuan fokus pandang, dan lain-lain adalah sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang menghasilkan gambaran tiga dimensional. Pertambahan usia seorang pengamat juga memungkinkan perubahan kemampuan pengamat tersebut dalam menghasilkan pandangan tiga dimensional. Dengan demikian seorang ahli fotogrametris yang bekerja dengan gambaran stereoskopis juga memiliki kemungkinan mengalami kesulitan pembentukan gambaran tiga dimensi pada masa tertentu. Sudut Paralactic Paralaks, atau lebih tepatnya paralaks gerak adalah perubahan kedudukan sudut dari dua titik diam, relatif satu sama lain, sebagaimana yang diamati oleh seorang pengamat yang bergerak. Secara sederhana, paralaks merupakan pergeseran yang tampak dari suatu obyek (titik 1) terhadap latar belakang (titik 2) yang disebabkan oleh perubahan posisi pengamat. Jenis Jenis Stereoskop : · Stereoskop Cermin Stereoskop yang digunakan untuk melihat foto yang bertampalan yang berukuran lebih besar daripada stereoskop saku. Bagian – bagian dari stereoskop ini meliputi lensa cembung, sepasang prisma/cermin, cermin perak, tiang penyangga, lensa binokuler. Kelebihan dari stereoskop ini adalah dapat melakukan perbesaran dengan penambahan lensa binokuler, daerah yang diamati lebih luas daripada stereoskop saku, dan dapat menampakkan satu lembar foto udara secara penuh. Kekurangan stereoskop ini adalah ukurannya yang besar sehingga tidak praktis, harga relatif mahal, jika ditambahkan dengan binokuler maka akan memperkecil daerah yang diamati. Stereoskop cermin a. Lebih besar dari stereoskop saku b. Daerah yang dapat dilihat secara stereoskop lebih luas jika dibandingkan dengan menggunakan stereoskop lensa c. Karena bentuknya agak besar maka agak lebih sukar dibawa ke lapangan
  • 14. 9 Gambar Stereoskop Cermin Stereoskop Saku Stereoskop yang berukuran kecil , stereoskop ini terdiri dari lensa convex yang sederhana, dan mempunyai faktor perbesaran yang cukup besar. Bagian – bagian dari stereoskop ini meliputi lensa cembung dan tiang penyangga. Kelebihan stereoskop ini adalah harganya yang murah, praktis dapat dibawa kemana – mana, faktor perbesarannya cukup besar. Kekurangan dari stereoskop ini adalah daerah yang bisa diamati sangat terbatas. Stereoskop saku atau stereoskop lensa - Lebih murah daripada stereoskp cermin - Cukup kecil hingga dapat dimasukkan kedalam saku - Terdiri dari susunan lensa convex yang sederhana - Mempunyai faktor perbesaran yang cukup besar - Mudah dibawa ke lapangan - Daerah yang dpat dilihat secara stereoskopis sangat terbatas Gambar Stereoskop Saku
  • 15. 10 2.6 Unsur-Unsur Pemotretan Foto Udara Untuk mendapatkan foto udara yang sesuai dengan spesifikasi dibutuhkan suatu perencanaan yang baik. Oleh karena itu adanya unsur - unsur pemotretan foto udara, seperti : 1. Pesawat Terbang Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis pesawat terbang untuk pemotretan udara, yaitu : a. Kemampuan ketinggian b. Kecepatan (maksimum/minimum) c. Daya jelajah d. Kestabilan pesawat e. Kemampuan beban f. Kebutuhan take-off dan landing Sedangkan persyaratan yang harus dimiliki oleh pesawat terbang untuk pemotretan ini adalah : a. Kompas : untuk membantu navigasi pesawat b. Altimeter : untuk menentukan ketinggian pesawat terbang c. Jam : untuk menentukan waktu pemotretan udara d. Sistem oksigen : untuk misi pemotretan udara dengan ketinggian e. terbang lebih besar dari 18.000 kaki f. Alat-alat untuk komunikasi. 2. Kamera Udara Kamera udara adalah kamera metrik yang fokusnya sudah ditentukan. Kamera udara ini berbeda dengan kamera biasa yang non metrik dengan fokus yang dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan. Kamera udara ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu : a. Magazin, terdiri dari beberapa komponen, yaitu : 1. Motor drive : untuk memutar/menggerakkan film 2. Film flattener : untuk mendatarkan film 3. Pompa penghisap : untuk menghisap film agar menjadi datar 4. Rool film, berisi film yang panjangnya antara 100 – 500 feet.
  • 16. 11 b. Camera Body, berbentuk kerucut (conical) di mana penentuan jenisnya berdasarkan kriteria besarnya sudut yang dibentuk oleh sumbu diagonal dari kerucut yang terdapat pada camera body. c. Sistem Lensa, terdiri dari beberapa komponen yaitu : 1. Filter 2. Shutter dengan variasi kecepatan antara 1/100 sampai dengan 1/300 sekon. 3. Diafragma, besarnya diafragma dihitung dengan rumus sebagai berikut: d. Intervelometer, alat untuk mengatur interval waktu pemotretan yang tergantung pada basis udara, kecepatan pesawat terbang dan overlap yang diinginkan. Beberapa perlengkapan tambahan kamera udara adalah : 1. Mounting, yaitu alat dudukan kamera. 2. Gyroscope, yaitu alat untuk mengarahkan sumbu kamera. 3. View finder, yaitu alat untuk melihat area pemotretan. 4. Side view finder, yaitu alat untuk melihat ke samping. 5. Nivo, yaitu alat untuk mendatarkan posisi kamera. 6. Power supply. 3. Film Karakteristik film ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut : a. Resolving power, adalah kemampuan film untuk menangkap benda benda yang terkecil. Makin tinggi resolving powernya berarti makin baik filmnya. b. Pixel (picture elemen), adalah titik foto yang terkecil. Makin kecil pixelnya makin baik kualitas filmnya. c. Kepekaan Film (film sensitifity), adalah kepekaan terhadap cahaya atau kecepatan bereaksinya terhadap cahaya. Jenis film ditinjau dari panjang gelombang, yaitu : a. Film Pankromatik (panchromatic) : film yang sensitif terhadap semua sinar yang masuk dalam gelombang tampak.
  • 17. 12 b. Film Monokromatik (monochromatic) : film yang sensitif terhadap satu panjang gelombang. Jenis film ditinjau dari warna, yaitu : a. Hitam putih : hitam putih biasa dan hitam putih inframerah. b. Berwarna : warna alamiah (natural color) dan warna semu (false color). 2.7 Kunci Interpretasi Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan fotogrametri yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek. Dengan kata lain interpretasi foto merupakan kegiatan yang mempelajari bayangan foto secara sistematis untuk tujuan identifikasi atau penafsiran objek. Interpretasi foto biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan. Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari objek-objek yang tampak pada foto udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan latihan dan pengalaman penafsir, kondisi objek yang diinterpretasi, dan kualitas foto yang digunakan. Penafsiran foto udara banyak digunakan oleh berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh informasi yang digunakan. Aplikasi fotogrametri sangat bermanfaat diberbagai bidang Untuk memperoleh jenis-jenis informasi spasial diatas dilakukan dengan teknik interpretasi foto/citra,sedang referensi geografinya diperoleh dengan cara fotogrametri. Interpretasi foto/citra dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan bantuan komputer.Salah satu alat yang dapat digunakan dalam interpretasi konvensional adalah stereoskop dan alat pengamatan paralaks yakni paralaks bar. Didalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan pertimbangan pada karakteristik dasar citra foto udara.Dan dapat dilakukan dengan dua cara yakni cara visual atau manual dan pendekatan digital.Keduanya mempunyai prinsip yang hampir sama. Pada cara digital hal yang diupayakan antara lain agar interpretasi lebih pasti dengan memperlakukan data secara kuantitatif. Pendekatan secara digital mendasarkan pada nilai spektral perpixel dimana tingkat abstraksinya lebih rendah dibandingkan dengan cara manual. Dalam melakukan interpretasi suatu objek atau fenomena digunakan sejumlah kunci dasar interpretasi atau elemen dasar interpretasi. Dengan
  • 18. 13 karakteristik dasar citra foto dapat membantu serta membedakan penafsiran objek – objek yang tampak pada foto udara. Berikut tujuh karakteristik dasar citra foto yaitu :  Bentuk Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu objek individual. Bentuk agaknya merupakan faktor tunggal yang paling penting dalam pengenalan objek pada citrta foto.  Ukuran Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai denagn skala foto. Objek dapat disalahtafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat.  Pola Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau keterkaitan merupakan karakteristik banyak objek, baik alamiah maupun buatan manusia, dan membentuk pola objek yang dapat membantu penafsir foto dalam mengenalinya.  Rona Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar pada foto.ini berkaitan dengan pantulan sinar oleh objek.  Bayangan Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau kerangka bayangan menghasilkan suatu profil pandangan objek yang dapat membantu dalam interpretasi, tetapi objek dalam bayangan memantulkan sinar sedikit dan sukar untuk dikenali pada foto, yang bersifat menyulitkan dalam interpretasi.  Tekstur Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan oleh susunan satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara individual dengan jelas pada foto. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola, bayangan dan rona individual. Apabila skala foto diperkecil maka tekstur suatu objek menjadi semakin halus dan bahkan tidak tampak.  Lokasi
  • 19. 14 Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat bermanfaat dalam identifikasi. 2.8 Metode Pengolahan Data Metode Pengolahan data dalam praktikum ini dilakukan secara manual,dimulai dari tahap penentuan 150 titik pada foto udara yang telah ditentukan lalu menggunakan steoroskop selanjutnya tahap interpretasi foto udara mengunakan metode analisis foto udara,setelah itu mengolah hasil data yang telah didapat secara manual sebanyak 60 titik untuk individual per masing-masing kelompok kemudian masuk ke pengolahan data excel. Beikut ini rumus pengolahan datanya: 1. Perhitungan beda Paralaks (Δp) Δp = Pxi-PXTU Pxi = paralaks titik yang diamati PXTU = paralaks pada titik utama foto 2. beda tinggi paralaks (Δhi) Δhi = (f x s) x (Δp/b+Δp) F=fokus kamera S=skala foto b=basis foto 3.elevasi (hi) hi=hTU – Δhi hTU = elevasi rata-rata permukaan tanah yang dipotret 4.koordinat tanah (X,Y) X = x (H-hi/f) Y= y (H- hi/f)
  • 20. 15 Dimana: x= titik koordinat x y= titik koordinat y H= tinggi terbang 2.9 Sumber Kesalahan Foto a. Crab : Kesalahan yang terjadi akibat pemasangan kamera yang tidak sempurna. b. Drift : Kesalahan yang terjadi akibat arah terbang yang tidak sempurna yang disebabkan oleh arah angin. c. Tilt : Kesalahan yang terjadi akibat kemiringan pesawat terbang yang dipengaruhi oleh angin dari samping. d. Tip : Kesalahan akibat kemiringan yang dipengaruhi angin dari depan atau belakang. 2.10 Kontur Kontur (garis sama tinggi) adalah garis khayal di permukaan bumi yang menghubungkan titik-titik yang sama tingginya dari atas permukaan laut yang terdapat di peta topografi.  gambar kontur 2.10.1 Karakteristik Garis Kontur pada Peta Daratan pada bumi ini terdiri dari berbagai bentuk, seluruh bentukan daratan tersebut dapat digambarkan dengan menggunakan garis kontur. Penggambaran bentukan bumi tersebut membuat pola-pola khusus pada garis kontur. Selanjutnya pola-pola tersebut menjadi suatu karakter yang baku dalam penggambaran kontur terhadap bentukan alam ini.
  • 21. 16 2.10.2 Diantara karakteristik dari kontur adalah sebagai berikut: a. Garis-garis kontur pada peta topografi menggambarkan tinggi-rendahnya (relief) permukaan bumi b. Garis kontur menggambarkan bentuk tiga dimensi (3D) yang mempunyai unsur panjang, lebar dan tinggi c. Kontur bulat yang terkecil dari kontur-kontur yang ada merupakan puncakan dari suatu gunung atau bukit d. Kontur yang lebih rendah selalu mengelilingi kontur yang lebih tinggi, kecuali untuk daerah khusus seperti depresi tanah e. Kontur yang diberi garis-garis kecil (ticks) menyerupai buli mata merupakan depresi tanah (cekungan) yang nilai ketinggian konturnya berkurang, seperti kawah atau kaldera pada gunung api, dan danau. f. Kontur tidak pernah saling berpotongan dan bercabang, jika kontur terlihat bercabang atau berpotongan maka perpotongan dan percabangan tersebut terjadi antara kontur dan lainnya (sungai atau jalan), dari segi warna akan terlihat jelas berpotongan atau barcabang dengan bentukan lainnya g. Punggungan gunung/bukit terlihat di peta sebagai rangkaian kontur menyerupai berbentuk ‘U’ yang ujung lengkungannya selalu menjauhi puncak h. Lembah terlihat di peta sebagai rangkaian kontur menyerupai berbentuk ‘V’ yang ujung tajamnya menjorok ke dalam mendekati puncak, pada lembahan besar biasanya terdapat aliran sungai i. Kontur yang saling berhimpitan (2 kontur atau lebih) menunjukkan daerah yang sangat curam, pada punggungan merupakan patahan/tebing dan pada lembahan merupakan air terjun j. Beda ketinggian antara kontur yang satu dengan yang lainnya/ interval kontur (contour interval -CI-) adalah tetap walaupun kerapatan konturnya berubah- ubah (rapat atau renggang). Perbedaan tinggi dua kontur yang berurutan adalah 1/2.000 dari skala. Contoh kontur gamabar contoh kontur
  • 22. 17 BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan a. Stereoskop b. Paralax Bar c. Foto udara stereo d. Kertas manila warna putih dengan ukuran A1 e. Kertas transparan sebanyak dua lembar f. Spidol OHP ukuran F sebanyak empat buah (biru,hitam,merah dan hijau) g. Isolasi h. Penggaris i. Alat-alat tulis yang lain yang dianggap perlu 3.2 Metode Sebelum melakukan praktikum, sebaiknya mencatat data-data sebagai berikut: a. Merk, tipe dan nomor seri alat stereoskop. b. Tanda-tanda tepi foto udara, antara lain: 1. Nomor foto udara 2. Lokasi 3. Tanggal pemotretan 4. Jam pemotretan 5. Tipe kamera udara 6. Skala foto udara 7. Fokus kamera udara ( f ) 8. Tinggi terbang ( H ) 9. Nama perusahaan 10. Nomor seri cetak foto Tahap-tahap pelaksanaan dalam praktikum yaitu : a. Interprestasi Foto udara
  • 23. 18 Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan fotogrametri yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek. Interpretasi foto biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan. Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari objek-objek yang tampak pada foto udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan latihan dan pengalaman penafsir, kondisi objek yang diinterpretasi, dan kualitas foto yang digunakan. Penafsiran foto udara banyak digunakan oleh berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh informasi yang digunakan. Aplikasi fotogrametri sangat bermanfaat diberbagai bidang Untuk memperoleh jenis-jenis informasi spasial diatas dilakukan dengan teknik interpretasi foto/citra,sedang referensi geografinya diperoleh dengan cara fotogrametri. Interpretasi foto/citra dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan bantuan komputer.Salah satu alat yang dapat digunakan dalam interpretasi konvensional adalah stereoskop dan alat pengamatan paralaks yakni paralaks bar. Didalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan pertimbangan pada karakteristik dasar citra foto udara.Dan dapat dilakukan dengan dua cara yakni cara visual atau manual dan pendekatan digital.Keduanya mempunyai prinsip yang hampir sama. Pada cara digital hal yang diupayakan antara lain agar interpretasi lebih pasti dengan memperlakukan data secara kuantitatif. Pendekatan secara digital mendasarkan pada nilai spektral perpixel dimana tingkat abstraksinya lebih rendah dibandingkan dengan cara manual. Dalam melakukan interpretasi suatu objek atau fenomena digunakan sejumlah kunci dasar interpretasi atau elemen dasar interpretasi. Dengan karakteristik dasar citra foto dapat membantu serta membedakan penafsiran objek – objek yang tampak pada foto udara.
  • 24. 19  2.9 Contoh Foto Udara b. Pengamatan paralax X. 1. Pengamatan paralaks X dititik utama. Untuk keperluan perhitungan beda tinggi pertama kali diukur paralaks X di titik utama dengan menggunakan paralax bar. Adapun caranya adalah menempatkan floating mark (titik apung) yang ada di keping kaca tepat siatas titik utama foto udara 1 dengan alat stereoskop, floating mark (titik apung) sebelah kanan diatur dengan sekrup paralax bar, sehingga floating mark kiri dan kanan berimpit dan berada tepat diatas permukaan tanah. Kemudian dicatat koordinat dan besarnya bacaan paralaks X. 2. Kemudian lakukan pengamatan paralaks X titik-titik detail yang ada di foto udara dengan paralax bar. Penyebaran titik detail yang diamati di atas foto udara dibuat merata pada seluruh daerah yang diamati (foto yang mempunyai pertampalan), sehingga akan dapat digunakan untuk pembuatan gariskontur. Adapun yang harus dicatat meliputi: nomor titik detaik, koordinat foto, bacaan paralaksX dalam keterangan titik yang diamati.
  • 25. 20 3.3 Pengolahan Data Dari data pengamatan telah diperoleh data koordinat foto dan bacaan paralax X. Kemudian tahap selanjutnya adalah pengolahan data yang meliputi : 3.3.1 Menghitung elevasi titik acuan di titik utama (hTU). Elevasi titik utama dihitung dengan asumsi bahwa elevasi titik utama merupakan elevasi rata-rata permukaan tanah di foto yang bersangkutan. 3.3.2 Menghitung beda tinggi titik detail dengan titik utama (Δhi) Beda tinggi detail I dengan titik utama dapat dihitung dengan rumus : ∆ℎ𝑖 = ( 𝑓 𝑥 𝐵𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎) 𝑥 ∆𝑃𝑖 𝑏 + ∆𝑃𝑖 3.3.3 Menghitung elevasi titik detail (hi) Elevasi titik detail dapat dihitung dengan rumus : ℎ𝑖 = ℎ𝑇𝑈 + ∆h𝑖 3.3.4 Menghitung koordinat tanah (Xi,Yi) Koordinat tanah dapat dihitung dengan rumus : 𝑋𝑖 = 𝑥𝑖 (𝐻 − ℎ𝑖) 𝑓 𝑌𝑖 = 𝑦𝑖 (𝐻 − ℎ𝑖) 𝑓 3.4 Penggambaran Peta 3.4.1 Penggambaran di kertas millimeter Penggambaran dikertas milimeter digambar dengan skala 2 kali dari skala aslinya, misalkan skala foto udara 1:10.000, maka peta digambarkan dengan skala 1:5.000. adapun tahap penggambaran di kertas milimeter adalah sebagai berikut: 1. Tentukan titik utama dikertas milimeter 2. Buat sistem salib sumbu dengan titik utama sebagai pusat sistem koordinat (X,Y) 3. Plotting titik-titik detail planimetris sesuai dengan data yang ada di kertas transparan, sehingga diperoleh gambar peta diatas kertas milimeter yang bentuknya sama dengan peta dikertas transparan, hanya skalanya yang berbeda. 4. Kemudian dilanjutkan plotting titik detail ketinggian berdasarkan data koordinat tanah hasil hitungan elevasi titik detail.
  • 26. 21 5. Setelah selesai plotting titik detail, kemudian dilanjutkan penarikan garis kontur dengan interval tertentu. 3.4.2 Penggambaran di kertas kalkir Penggambaran diatas kalkir dilaksanakan dengan cara, sebagai berikut: 1. Siapkan kertas kalkir ukuran 50 cm x 50 cm 2. Buat batas muka peta dan kop gambar 3. Ploting petas dibagian muka peta 4. Buat informasi tepi peta antara lain meliputi: • Logo institut teknologi padang • Gambar arah utara • Skala numeris dan skala grafis • TUGAS FOTOGRAMETRI DASAR • Nama kelompok • KETERANGAN atau LEGENDA • DIPERIKSA : NAMA ASISTEN • DISETUJUI : NAMA DOSEN • Paling bawah diberi keterangan SUMBER DATA : FOTO UDARA SKALA…...... LOKASI DAN TAHUN DIPOTRET : ……./TAHUN……
  • 27. 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TABEL EXCEL PERHITUNGAN DATA DAN KOORDINAT 4.2 TABEL PENGAMATAN INTERPRETASI 4.3 LAMPIRAN DATA TULIS TANGAN 4.4 HASIL MILIMETER 4.5 HASIL PENGGAMBARAN 150 TITIK DI KALKIR
  • 30. 25 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari praktikum interpretasi foto udara dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : - Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan kemampuan dan asumsi penafsir, keadaan obyek yang diamati, dan kualitas foto yang digunakan. - Objek-objek pada foto I, II, dapat diinterpretsikan berdasarkan prinsip 7 kunci interpretasi, yaitu bentuk, warna, tekstur, pola, bayangan, lokasi, dan tone. - Identifikasi obyek yang tidak benar akan mempengaruhi hasil interpretasi - Hasil interpretasi foto udara nantinya dapat dibuat peta kontur. 5.2 Saran - Sebelum praktikum dimulai, sebaiknya mahasiswa mempelajari lebih dalam terlebih dulu modul praktikum - sebaiknya mahasiswa memulai praktikum dengan waktu yang telah ditentukan oleh dosen atau asisten agar praktikum berlangsung dengan tepat waktu - Diperlukan banyak latihan dan pengalaman dalam interpretasi foto, sehingga mudah dan cepat dalam identifikasi obyek serta hasilnya akurat Setelah melakukan praktikum dan laporan dikumpulkan, alangkah lebih baik jika obyek-obyek yang telah diidentifikasi dijelaskan oleh Dosen, sehingga dapat melakukan koreksi dan lebih mengetahui sifat obyek pada foto udara. - sebaiknya alat praktikum dilengkapi dan lebih diperbanyak lagi, supaya praktikum dapat berjalan intensif.