SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
MAKALAH
FILSAFAT PERIPATETIK ISLAM
Dosen Pengampu : Salamah Eka Susanti, M.Si
Disusun Oleh Kelompok 15:
1. Wildana Zulfa (7358)
2. Zulfiyah Puteri Nur’aini (7365)
3. Zulvia (7366)
KELAS 2D
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG
KRAKSAAN – PROBOLINGGO
2023-2024
I
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya
sehingga kami dapat Menyusun makalah ini yang berjudul “Filsafat Peripatetik”
secara tepat waktu. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
junjunagna kita yakni nabi Muhammad SAW.
Makalah ini di buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas Filsafat Umum.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak memiliki kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan
sarannya.
Akhirnya kami harap mudah-mudahhan tukisan yang jauh dari kata
sempurna ini dapat sedikit memberi manfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan bimbingan kepada kita semua. Amiin.
Kraksaan, 14 maret 2023
Penulis
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
A. Pengertian Peripatestik................................................................................. 2
B. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Filsafat Peripatetik..................... 5
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran Peripatetik merupakan aliran yang pertama muncul di dunia
filsafat. Hal ini sangat menarik untuk di kaji mengingat dalam aliran-aliran
ini terdapat berbagai masalah yang perlu di kritis. Awal mula dikenalnya
filsafat peripatetik, adalah setelah meninggalnya salah satu tokoh besar
filsafat Yunani kuno, yaitu Aristoteles atau dengan kata lain orang-orang
biasa menyebutnya dengan Aristoteles. Dimana setelah meninggalnya
Aristoteles yang meneruskan ajaran-ajaran adalah para muridnya, kemudian
di namakan kelompok peripatetik.
Aliran peripatetik ini tidak hanya dikalangan barat saja, melainkan
di dunia islam memiliki tokoh-tokoh yang sangat luar biasa yang cukup
berpengaruh di dunia, seperti Al-Kindi, Al-Farobi, Ibn Sina dan para
pemikir-pemikir yang lain yang termasuk dalam aliran filsafat peripatetik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud Filsafat Peripatetik
2. Bagaimana sejarah pertumbuhan dan perkembangan peripateik
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari filsafat peripatetik
2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan peripatetik
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Peripatestik
Peripatestik berasal dari Bahasa Inggris, “peripatetic” yang berarti
mengembara, atau pengembaraan. Sedangkan dalam Bahasa arab yaitu “
masya’i”yang berarti berjalan. Sebutan mengembara atau berjalan di berikan
kepada aliran ini, karena ajarannya di sampaikan Aristoteles, sebagai founder
(pembangun), sambal berjalan di sekitarsebuaah Gedung oleh raga dikota
Athena yang Bernama Peripatos.1
Secara etimologis, Peripatetik Islam merupakan sintesa ajaran-ajaran
Islam dengan filsafat Aristotelianisme dan Neoplatonisme,2
yang dilakukan
oleh filosof muslimsebelum Suhrawardi, yaitu Iransyahri, Al-Kindi, Al-Farabi,
Abu Sulayman al-sijistani, Ibn Sina, sebagai penyempurna sehingga filsafat
peripatetik islam menampilkan wujud yang utuh, Ibn Rusyd, dan lain-lain.
Upaya sintesa di lakukan pertama oleh Al-Kindi, sekaligus sebaagai filoososf
pertama, terhadap hubungan agama dan filsafat. Menurutnya, tidak terdapat
pertentantangan di antara kedua wacana ini, karena sama-sama membenarkan
kebenaran. Sintesa agama filsafat Al-Kindi ini sangat menentukan bagi
penerimaan filsafat, sebagai titik awal perkembangan filsafat di dunia Islam.
Kecuali, Al-Kindi berperan di dalam arabisi (pembahasa araban) teks-teks
filsafat (Yunani) melalui terjemahan-terjemahannya. Al-Farabi, selain berjasa
dalam upaya memadukan agama dengan filsafat , juga dalam pemaduan
diantara Plato dan Aristoteles, sebagai induk dari Aristotelesme dan
Neoptatelesme. Upaya ini di lakukan dengan dengan menulis sebuah buku
berjudul Al-Jam’u Bayna Ra’yay al-Hakaimayn Aflaton al-ilahi wa Aristhu
(The Book of Accord Between The Ideals of the Deving Plato and Aristo. Ibn
Sina, kecuali mengadakan sintesa juga mengadakan penyelesaian filosofis
1
M. Said Syaikh, Kamus Filsafat Islam, terjemahan Machun Husein (Jakarta: Rajawali,
1991), hal. 154: dan Dick Hartoko, Kamus Populer Filsafat (Jakarta: PT Gramedia, 1986), hal. 79.
Selanjutnya di tulis kamus.
2
Seyyed Hossein Nashr, Intelektual Islam: Teologi, Filsafat dan Gnosis, terjemahan
Suharsono dan Djamaluddin MZ (Jakarta: Pustak pelajar, cet. II, 1996), hal. 33..
3
terhadap problem-problem Ketuhanan yang belum terpecahkan sebelumnya,
seperti kajian mengenai wujud ( ontology).3
Pemikiran Filsafat peripatetik ini kemudian berkembang, karna masing-
msing tokoh diatas memiliki murid-murid setia, sebagai pelanjut dan
pengembang pemikiran mereka. Murid utama Al-Kindi ialah Ahmad bin Thayib
Sarkashi, seorang guru syi’ah: Abu Ma’syar al-Balkhi, seorang ahli nujum dan
terkenal di barat dengan Albumasar: Abu Zaid al-Balkhi, penulis buku Shuwar
al-Aqa’lim dan masa’lik. Para murid ini kemudian merupakan jembatan bagi
lahirnya Al-Farabi. Al-Farabi memiliki murid setia, seorang Kristen, yaiti
Yahya bin ‘Adi memiliki murid Ab- Sulayman al-Sijistani, dengan karya
Filsafatnya shiwan al-Khikmah. Nama terakhir ini memiliki pengajian filsafat
yang di sebut dengan “ Majlis Sijistani”.
Secara metodologi/sebagai suatu aliran, filsafat Peripatetik adalah
sebuah metode perumusan kebenaran dengan pendekatan argument rasional
secara demonstrative (Burhani).4
Dalam pengertian luas Burhan ialah sebuah
metode sistematis yang di pergunakan sebagai undang-undang yang berbeda-
beda baik yang di peroleh secra mudah atau melalui proses pemikiran, atau
menggunakan beberapa metode perumusan kebenaran yang ada untuk
memperoleh suatu hukum dan kebenaran, atau menguatkan suatu kebenaran
yang dimulai dari penerimaan pengetahuan yang sudah ada. Karena itu, metode
Burhan di gunakan untuk menemukan sebuah masalah baru (kebenaran) atau
untuk menguatkan kebenaran.
Dari pengertian diatas sudah jelas bahwa burhani ialah metode berfikir
yang bertujuan untuk menemukan kebenaran (istidlal) dn menguji suatu
kebenaran. Kedua metode ini adalah sebagai berikut:
1. Metode istidlal (inference)
Metode ini berupaya memperoleh suatu pengetahuan yang belum
diketahui berdasarkan pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, sesuai dengan devinisi istidlal
3
Ibid, hal. 36-37.
4
Muhammad al-Rawiyin, Dirasat fi falsafah Ma Ba’da al-Thabi’ah (Taghazi: Dar Libiya),
hal.49 Selanjutnya ditulis Dirasat. Bandingkan: Sayyed Hussein Nasrh , et.al., Ed., Shi’ism:
Doctrines, Thought, and Spritually (New York: State University Press, 1951), hal. 306. Selanjutnya
ditulis, Sayyed Hussein Nasrh, Shi’ism.
4
yaitu (memindahkan pemikiran dari masalah yang sudah diketahui kepada
yang belum di ketahui dengan menggunakan yang sudah di ketahui sebagai
sarannya).
Di dalam penerapn istidlal ini memiliki dua bentuk. pertama,
penyimpulan langsung yaitu melalui pemahaman terhadap sebuah
pernyataan dapat diketahui dengan pengetahuan baru, contohnya “semua
manusia akan mati”.
Kedua, penyimpulan tidak langsung, yaitu untuk mengetahui suatu
keputusan yang dibutuhnya adanya proses premis menor daan mayor,
contohnya “alam berubah-uba dan alam baharu”).
2. Metode pengujian kebenaran
Metode ini bertujuan untuk membuktikan suatu pernyataan apakah
benar atau tidak. Menurut Peripetetik, sebuah pernyataan tidaklah serta
merta di terima sebelum di adakan uji kebenaran. Sesuai prinsip filsafat
peripatetik sebuah pernyataan haruslah dapat di buktikan berdasarkan
argumentasi. Ada tiga cara pembuktikan kebenaran yang dapat di lakukan
yaitu:
a. Sillogisme (qiyas). Metode pembuktikan ini sama dengan metode
menyimpulkan secara tidak langsung. Al-Farabi menyebut sillogisme
sebagai sebuah bentuk pembuktian kebenaran, dimana dua proposisi
yang disebut premis, di rujuknya Bersama sedemikian rupa, sehingga
proposisi ketiga, yang di sebut putusan(konklusi), niscaya
menyertainya5
.kedua premis memiliki unsur yang sama yang di sebut
dengan term tengah.
b. Buktui retoris (khutbabiyah). Pembuktian tetoris merupakan dari
metode penyimpulan langsung, atau pembuktikan sillogis dengan
mengurangi satu premisnya. Pengurangan dilakukan untuk
memperingkas perolehan kesimpulan.6
c. Induksi (tashaffuh). Yang dimaksud dengan metode ini ialah pengujian
setiap contoh khusus yang tergolong dalam suatu subyek universal,
5
Osman Bakar, Hierarki Ilmu: membangun rangka Pikir Islamisasi Ilmu, terjemahan
Purwanto (Bandung: Mizan, 1997), hal. 105. Selanjutnya di tulis: Herarki Ilmu.
6
Ibid hal. 108.
5
untuk menentukan apakah suatu predikat atau penilaian yang dilakukan
tentang hal itu berlaku secara universal atau tidak.7
melalui metode ini
dapat di Tarik sebuah kesimpulan yang bersifat universal atau kasuistik,
sehingga setiap pernyataan benar adanya (valid).
Melalui tiga upaya di atas ini dapaat di ketahui kebenaran secara
valid, karena dapat di buktikan secara demonstratif, bukan dealektis,
seperti dalam ilmu-ilmu religius.8
Disinilah kelebihan pendekatan
filsafat peripatetik yang burhani, di banding pendekatan lain yang
dialektis. Sedangkan di luar dua pendekatan ini tingkat validititasnya
lebih rendah. Oleh karna itu, demonstratetif di maksudkan sebagai
sebuah proses pernyataan kebenaran yang mampu di buktikan secara
nyata dan logis.9
B. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Filsafat Peripatetik
Madzhab peripatetik telah lahir bersamaan dengan lahirnya filsafat
Islam. Hal ini identic dengan karakter filsafat islam sebagai “gabungan dan
pemikiran aristotelisme, New Platolisme dan ajaran islam”. Perkembangan
peripatetik dapat di kelompokkan dalam tiga fase, sebagai berikut:
1. Sebelum Imam Ghazali.
Fase sebelum Imam Ghazali berlangsung sejak Al-Kindi sampai
Imam Ghazali. Filsuf yang muncul pada fase ini, dengan karakter
pemikirannya ialah: Al-Kindi. Sebagai filsuf awal, pemikiran utamanya
ialah mengenai upaya menghubungan agama dengan filsafat. Pemikiran ini
dituangkan dalam karyanya Fi Falsafah al-Ula. Kemudian, sebagai
pengembangan kalam, Al-Kindy juga mengajukan pembuktian Tuhan yang
lebih rasional. Dalam kaitan ini beliau mengajukan tiga argumentasi, yaitu
Untuk membuktikan adanya Tuhan, Al-Kindi menggunakan 3 (tiga )
argumen (dalil) sebagai berikut:10
7
Ibid hal 109.
8
Ibid hal. 109
9
Ibn Rusyd, Tahafut al-Tahafut, di edit oleh sulayman Dunya (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1964),
hal. 83.
10
Faishal Badiri ‘Uwn, ‘Ilm al-Kalam wa Madrasuhu (Cairo: Maktabah Sa’id, 1977), hal.30;
dan Abdul Muta’al al-Sa’idi, Al-Wasith fi flasafah al-Islamiyyah, hal. 9.
6
Pertama, baharunya alam. Berbeda dengan Ulama Kalam, menurut
AlKindi argumen ini berpinjak pada sebab, yaitu apakah bisa difahami
dalam alam ini menjadi sebab bagi adanya atau tidak?. Al-Kindi menjawab
tidak, karena pasti ada sebab yang mendahuluinya. Dengan demikian, alam
ini ada sebab yang mendahuluinya dan berarti ada permulaan, karena itu ia
baharu.
Kedua, keseragaman dan kesatuan. Dalil ini berpijak pada kenyataan
bahwa alam empiris tidak terlepas dari adanya keseragaman yang
bersumber dari kesatuan, atau sebaliknya. adanya dua lingkaran tersebut
tentu bermula dari suatu pengatur (tadbir/Mudabbir) yaitu Tuhan.
Ketiga, pengendalian. Suatu dalil yang didasarkan pada keteraturan
alam tentu tidak terlepas dari adanya pengatur dan pengendali, yaitu Tuhan.
Dengan demikian keberadaan Tuhan rasional adanya secara akali dan
empiris.
a. Al-Razi. Filsuf ini juga berupaya mecairkan hubungan agama dengan
filsafat melalui pemikirannya tentang “Filsafat Lima Kekal”. Menurut
teori ini terdapat lima yang kekal, yaitu Allah Ta‟ala) (al-Bâri Ta‟âla),
Jiwa Universal (an-nafs al-kulliyah), Materi Pertama (al-maddat al-
‟ula), Tempat yang mutlak (al-makân al-muthlaq), dan Zaman yang
mutlak (alzamânal-muthlaq).
b. Al-Farabi. Filsuf ini berupaya mengadakan arabisasi terhadap term-term
filsafat, sehingga berupaya menampilkan kaitan filsafat dengan masalah
yang lebih besar, seperti masalah penciptaan alam (emanasi), masalah
negara (al-madinah al-fadhilah) dan lain-lain. Upaya Al-Farabi lainnya
ialah upaya pemaduan di antara Plato dan Aristoteles, sebagai induk dari
Aristotelianisme dan Neoplatonisme. Upaya ini dilakukan dengan
menulis sebuah buku berjudul Al-Jam‟û Bayna Ra‟yay al-Hâkaimayn
Aflaton al-ilâhi wa Aristhû (The Book of Accord Between The Ideals of
the Devine Plato and Aristo).
c. Ibn Sina. Filsuf ini berasa di puncak peripatesis, sehingga wajah utuhnya
nampak. Kecuali melanjutkan kajian terhadap pemikiran Al-Farabi,
seperti penyempurnaan teori emanasi, juga merumuskan konsep
7
ontologi (filsafat wujud) sehingga kesan adanya pertentangan wujud
menjadi tertepis. Dalam kaitan ini beliau mengajukan tiga mategori
(taksonomi) wujud, yaitu wajib ada (wajib al-wujud), mustahil ada
(mustahil al-wujud) dan mungkin ada (mumkin al-wujud).
d. Ikhwanussafa. Berbeda dengan filsuf lainnya yang bersifat individual,
Ikhwanussafa merupakan kelompok kejian filsafat. Obsesi utamanya
ialah menampilkan filsafat yang damai dengan agama. Hal ini dilakukan
sebagai reaksi terhadap pemikiran filsuf sebelumnya, terutama Al-Razi,
yang dipandang lebih mesra dengan filsafat dibanding syari‟at.
e. Imam Ghazali merupakan batas akhir dari fase pertama peripatetik,
terutama dengan lahirnya buku beliau yang berjudul Maqashid al-
Falsafah, yang ditulis untuk melihat filsafat secara utuh. Namun karena
semangat pencarian kebenaran Imam Ghazali yang intens, buku ini
menghasilkan karya baru, yaitu Tahâfut al-Falâsifah (Kerancuan para
filosof). Berbeda dengan buku pertama yang ingin melihat keutuhan
filsafat, buku kedua ini, sesuai namanya, mengadakan kritisi keras
terhadap cara berfikir filosof yang dianggap menyalah, terutama dalam
20 masalah metafisikan. Dari 20 persoalan itu, tiga pandangan filsafat
dipandang sudah menyalah, yaitu tentang kekadiman alam, pengetahuan
Tuhan yang juz‟iy, dan ketidak berbangkitan jasmani pada hari kiamat.
Kritik sebetulnya diarahkan pada “cara berfikir” bukan pada subtansi
filsafat Islam secara keseluruhan, Posisi Imam Ghazali yang begitu
dominan dalam peraturan pemikiran Islam ketika itu mengakibatkan
pudarnya aktifitas filsafat peripatetik.
2. Setelah Imam Ghazali.
Fase peripatetik setelah Imam Ghazali sampai kini berlangsung
cukup lama, sejak Ibn Rusyd, dengan karakter pemikirannya masing-
masing. Di antara tokohnya ialah:
a. Ibn Rusyd. Peran utama filsuf ini ialah mengadakan pembelaan terhadap
filsafat dari serangan Imam Ghazali. Pembelaan ini dilakukan dengan
menulis sebuah buku berjudul Tahâfut al-Tahâfut (Kerancuan yang
mengharamkan filsafat). Melalui buku ini Ibn Rusyd mencoba
8
menghidupkan kembali peripatesis, dengan mengambil kesimpulan
bahwa Imam Ghazali salah faham terhadap filsafat, karena terminologi
yang digunakan adalah terminologi kalam, bukan filsafat. Namun,
seperti disebut di atas, posisi kuat Imam Ghzalai sehingga pembelaan
yang dilakukan 200 tahun kemudian ini tidak cukup kuat untuk
mengangkat aktifitas filsafat Islam.
b. Ibn Thufayl. Peran utama filsuf ini ialah dukungan terhadap pentingnya
filsafat sebagai salah satu institusi kebenaran. Pemikiran ini dirumuskan
dalam teori sekaligus nama bukunya Hay bin Yagzhan. Menurut teori
ini, akal manusia mampu mencapai kebenaran seperti kebenaran yang
dibawa wahyu, sehingga peran wahyu hanya sebagai pengukuh dan
penjelas (tibyan). Sumbangan penting Ibn Thufayl ialah kemampuannya
menyeelsaikan kontroversi agam dengan filsafat yanag terus berlanjut.
c. Ibn Bajah. Peran utama filsuf ini seperti filsuf berikutnya ialah di dalam
upaya penampilan kajian filsafat Islam yang lebih menyeluruh, tidak
hanya perdebatan teologis metafisis, melainkan juga tentang etika Islam
d. Ibn Khaldun. Peran utama filsuf ini ialah melakukan kembali aktifitas
filsafat di dunia sunni setelah mandeg sebagai akibat dari kritik keras
Imam Ghazali. Seperti Ibn Bajah, Ibn Khaldun mengangkat tema-
tema filsafat yang lebih mendunia, yaitu tentang sejarah,
sebagaimana tertuang dalam karya monumentalnya Al
Muqaddimah.
3. Fase Modern.
Fase modern berlangsung sejak abad ke-17 sampai sekarang. Filsuf
yang tampil pada fase ini, dengan karakter pemikirannya, di antaranya ialah
sebagaiberikut:
a. Mir Damad. Peran utama filsuf ini ialah dalam upaya mengadakan
sistesa antar wacana intelektual Islam dengan mendirikan yayasan
khusus yang menanganinya, yang disebut dengan “mazhab Isfahan”
(The School of Isfahan). Mazhab Isfahan adalah sebuah gerakan
intelektual yang berupaya mengadakan sintesa di antara aneka wacana
intelektual Islam, yaitu kalam, falsafah, dan tasawuf.
9
b. Mulla Shadra. Peran utama filsuf ini ialah melanjutkan upaya Mir
Damad dan Mazhab Isfahan-nya, sehingga upaya mengalami
puncaknya, melalui sebuah sistem filsafat tersendiri yang disebut
dengan Hikmah Muta‟aliyah. Karena itu, karakter utama aliran ini ialah
penggunaan metode bahtsi, zauqi dan syar‟i, karena sistem
pemikirannya direlevansikan dengan ayat-ayat al-Qur‟an dan hadits
Nabi.
c. Jamaluddin al-Afghani. Peran utama filsuf ini ialah menampilkan Islam
dalam bentuk yang praktis, aplikatif dan dinamis.
d. Muhammad Abduh. Peran utama filsuf ini ialah di dalam menampilkan
universalitas Islam, terutama di dalam upaya memurnikan ajaran Islam
dari berbagai kefakuman dan penyelewengan dalam bentuk aqidah dan
ibadah (bid‟ah dan khurafat). Pemikirannya relatif muda difahami
karena latar belakangnya sbagai pembaharu dan pendidik.
e. Ali Syariati. Peran utama filsuf ini ialah di dalam upaya menampilkan
Islam sosiologis, sehingga tokoh ini dipandang juga sebagai tokoh
sosiologi Islam. Hal ini tidak terlepas dari peran beliau dalam
melahirkan negara Islam Iran bersama Ayatullah Ruhullah Khomeini.
Karena peran penting inilah kemudian beliau mengakhiri hidupnya
dalam usia muda, sehingga tidak cukup banyak pemikiran yang
dihailkan.
f. Fazlur Rahman. Peran utama filsuf ini ialah menampilkan peripatetik
dengan wujudnya yang elaboris, sehingga dikembangkan keutuhan
Islam yang komprehensif. Karena itu, dalam berbagai tulisannya Fazlur
Rahman mengadakan kajian terhadap aneka disiplin Islam, seperti
Ushul Fiqh, filsafat, hukum, tasawuf dan sebagainya.
g. Sayyed Hossein Nashr. Sama dengan Fazlur Rahman, filsuf ini berperan
di dalam menampilkan peripatetik yang elaboris. Elaborasi peripatetik
dilakukan dengan wacana lain, terutama illuminasi. Tokoh ini juga
berupaya menampilkan Islam yang utuh, di mana filsafat Islam menjadi
bagian integralnya. Selain itu, beliau berupaya menghidupkan kembali
10
ghairah kajian Islam rasional yang lebih luas, langkah awal yang
dilakukan ialah mengembangkan proyek islamisasi ilmu pengetahuan.
Dari tiga fase di atas, peripatetik mengalami kejayaan pada fase
pertama. Pada fase kedua peripatetik mengalami kemandegan,
khususnya di dunia sunni, digantikan oleh aktifitas ilmu Kalam dan
tasawuf. Sementara di dunia Syi‟i, aktifitas filsafat Islam berubah corak
menjadi corak illuminasi. Hanya ada satu filsuf muslim dari kalangan
sunni yang eksis mengkaji filsafat Islam, yaitu Nasiruddin Thusy.
Sementara di fase modern, peripatetik telah tampil dengan wajah baru,
sebagai bias dari upaya elaborasi. Ibarat busur dengan panah. Peripatetik
modern layaknya panah, sehingga dipandang telah meninggalkan
peripatetik lama, layaknya busur yang ditinggal pergi anak panah.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologis, Peripatetik Islam merupakan sintesa ajaran-ajaran
Islam dengan filsafat Aristotelianisme dan Neoplatonisme, yang dilakukan oleh
filosof muslimsebelum Suhrawardi, yaitu Iransyahri, Al-Kindi, Al-Farabi, Abu
Sulayman Al-Sijistani, Ibn Sina, sebagai penyempurna sehingga filsafat
peripatetik islam menampilkan wujud yang utuh, Ibn Rusyd, dan lain-lain.
Metode dibagi menjadi dua yaitu:
1. Metode istidlal (inference)
Metode ini berupaya memperoleh suatu pengetahuan yang belum
diketahui berdasarkan pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, sesuai dengan devinisi istidlal
yaitu (memindahkan pemikiran dari masalah yang sudah diketahui kepada
yang belum di ketahui dengan menggunakan yang sudah di ketahui sebagai
sarannya).
2. Metode pengujian kebenaran
Metode ini bertujuan untuk membuktikan suatu pernyataan apakah
benar atau tidak. Menurut Peripetetis, sebuah pernyataan tidaklah serta
merta di terima sebelum di adakan uji kebenaran. Sesuai prinsip filsafat
peripatetik sebuah pernyataan haruslah dapat di buktikan berdasarkan
argumentasi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Faishal Badiri „Uwn, „Ilm al-Kalam wa Madrasuhu. Cairo: Maktabah Sa‟id, 1977
Ibn Rusyd, Tahàfut al-Tahàfut, diedit oleh Sulayman Dunya. Mesir: Dàr alMa‟àrif,
1964.
M. Said Syaikh, Kamus Filsafat Islam, terjemahan Machum Husein, Jakarta:
Rajawali, 1991
Muhammad Muhammad al-Rawiyîn. Dirâsat fî falsafah Mà Ba‟da al-Thabî‟ah.
Taghazi: Dâr Libiya
Osman Bakar, Hierarki Ilmu; Membangun Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu,
terjemahan Purwanto. Bandung: Mizan, 1997.
Seyyed Hossein Nashr, Intelektual Islam; Teologi, Filsafat dan Gnosis, terjemahan
Suharsono & Djamaluddin MZ. Jakarta: Pustak pelajar, cet. II, 1996.

More Related Content

Similar to Filsafat Peripatetik Islam.pdf

Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmu
Mas Yono
 
Artikel sej amarika
Artikel sej amarikaArtikel sej amarika
Artikel sej amarika
egivirus
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan
vian rahayu
 

Similar to Filsafat Peripatetik Islam.pdf (20)

Epistemoogi Keilmuan Islam
Epistemoogi Keilmuan IslamEpistemoogi Keilmuan Islam
Epistemoogi Keilmuan Islam
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
materi_filsafat_ilmu_ppt.ppt
materi_filsafat_ilmu_ppt.pptmateri_filsafat_ilmu_ppt.ppt
materi_filsafat_ilmu_ppt.ppt
 
Artikel FKI.docx
Artikel FKI.docxArtikel FKI.docx
Artikel FKI.docx
 
Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmu
 
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.pptmata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
 
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.pptmata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
 
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Tugas_Filsafat_Prinsip-Prinsip_Metodologi_Filsafat_Ilmu_16060484073_2016B
Tugas_Filsafat_Prinsip-Prinsip_Metodologi_Filsafat_Ilmu_16060484073_2016BTugas_Filsafat_Prinsip-Prinsip_Metodologi_Filsafat_Ilmu_16060484073_2016B
Tugas_Filsafat_Prinsip-Prinsip_Metodologi_Filsafat_Ilmu_16060484073_2016B
 
Hellenisme
HellenismeHellenisme
Hellenisme
 
Filsafat Patristik Timur dan Barat.pdf
Filsafat Patristik Timur dan Barat.pdfFilsafat Patristik Timur dan Barat.pdf
Filsafat Patristik Timur dan Barat.pdf
 
Filsafat Patristik Timur dan Barat.docx
Filsafat Patristik Timur dan Barat.docxFilsafat Patristik Timur dan Barat.docx
Filsafat Patristik Timur dan Barat.docx
 
makalah metodologi k1.pdf
makalah metodologi k1.pdfmakalah metodologi k1.pdf
makalah metodologi k1.pdf
 
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docxArtikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
 
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MSMakalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
 
Artikel sej amarika
Artikel sej amarikaArtikel sej amarika
Artikel sej amarika
 
Mata kuliah-filsafat-ilmu1
Mata kuliah-filsafat-ilmu1Mata kuliah-filsafat-ilmu1
Mata kuliah-filsafat-ilmu1
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan
 
Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.pdf
Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.pdfKonsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.pdf
Konsep Ilmu dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.pdf
 

More from Zukét Printing

More from Zukét Printing (20)

ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptxASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
ASURANSI SYARIAH. ppt.pptx
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Fiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.docFiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.doc
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdfPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.pdf
 
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docxPengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
Pengertian Huruf Muqathaah, Macam-Macam Huruf Muqathaah.docx
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdfManajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
Manajemen Perpustakaan Sekolah.pdf
 
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docxManajemen Perpustakaan Sekolah.docx
Manajemen Perpustakaan Sekolah.docx
 
Fiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdfFiqih Muamalah.pdf
Fiqih Muamalah.pdf
 
Fiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docxFiqih Muamalah.docx
Fiqih Muamalah.docx
 
Fiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdfFiqih Janaiz.pdf
Fiqih Janaiz.pdf
 
Fiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.docFiqih Janaiz.doc
Fiqih Janaiz.doc
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdfHukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
Hukum Korporasi Dana Pensiun.pdf
 
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docxHukum Korporasi Dana Pensiun.docx
Hukum Korporasi Dana Pensiun.docx
 
Integral.docx
Integral.docxIntegral.docx
Integral.docx
 
Integral.pdf
Integral.pdfIntegral.pdf
Integral.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdfGejala-Gejala Campuran.pdf
Gejala-Gejala Campuran.pdf
 
Gejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docxGejala-Gejala Campuran.docx
Gejala-Gejala Campuran.docx
 
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdfKaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
Kaidah - Kaidah Bahasa dalam Ushul Fiqih.pdf
 

Recently uploaded

R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
magfira271100
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
laila16682
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
SyabilAfandi
 
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannyasistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
ANTARASATU
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
karamitha
 

Recently uploaded (9)

R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaMateri Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannyasistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
 

Filsafat Peripatetik Islam.pdf

  • 1. MAKALAH FILSAFAT PERIPATETIK ISLAM Dosen Pengampu : Salamah Eka Susanti, M.Si Disusun Oleh Kelompok 15: 1. Wildana Zulfa (7358) 2. Zulfiyah Puteri Nur’aini (7365) 3. Zulvia (7366) KELAS 2D PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG KRAKSAAN – PROBOLINGGO 2023-2024
  • 2. I KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya sehingga kami dapat Menyusun makalah ini yang berjudul “Filsafat Peripatetik” secara tepat waktu. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjunagna kita yakni nabi Muhammad SAW. Makalah ini di buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas Filsafat Umum. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan sarannya. Akhirnya kami harap mudah-mudahhan tukisan yang jauh dari kata sempurna ini dapat sedikit memberi manfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan bimbingan kepada kita semua. Amiin. Kraksaan, 14 maret 2023 Penulis
  • 3. II DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI........................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1 C. Tujuan .......................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2 A. Pengertian Peripatestik................................................................................. 2 B. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Filsafat Peripatetik..................... 5 BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11 A. Kesimpulan ................................................................................................ 11 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran Peripatetik merupakan aliran yang pertama muncul di dunia filsafat. Hal ini sangat menarik untuk di kaji mengingat dalam aliran-aliran ini terdapat berbagai masalah yang perlu di kritis. Awal mula dikenalnya filsafat peripatetik, adalah setelah meninggalnya salah satu tokoh besar filsafat Yunani kuno, yaitu Aristoteles atau dengan kata lain orang-orang biasa menyebutnya dengan Aristoteles. Dimana setelah meninggalnya Aristoteles yang meneruskan ajaran-ajaran adalah para muridnya, kemudian di namakan kelompok peripatetik. Aliran peripatetik ini tidak hanya dikalangan barat saja, melainkan di dunia islam memiliki tokoh-tokoh yang sangat luar biasa yang cukup berpengaruh di dunia, seperti Al-Kindi, Al-Farobi, Ibn Sina dan para pemikir-pemikir yang lain yang termasuk dalam aliran filsafat peripatetik. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang di maksud Filsafat Peripatetik 2. Bagaimana sejarah pertumbuhan dan perkembangan peripateik C. Tujuan 1. Untuk mengetahui arti dari filsafat peripatetik 2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan peripatetik
  • 5. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Peripatestik Peripatestik berasal dari Bahasa Inggris, “peripatetic” yang berarti mengembara, atau pengembaraan. Sedangkan dalam Bahasa arab yaitu “ masya’i”yang berarti berjalan. Sebutan mengembara atau berjalan di berikan kepada aliran ini, karena ajarannya di sampaikan Aristoteles, sebagai founder (pembangun), sambal berjalan di sekitarsebuaah Gedung oleh raga dikota Athena yang Bernama Peripatos.1 Secara etimologis, Peripatetik Islam merupakan sintesa ajaran-ajaran Islam dengan filsafat Aristotelianisme dan Neoplatonisme,2 yang dilakukan oleh filosof muslimsebelum Suhrawardi, yaitu Iransyahri, Al-Kindi, Al-Farabi, Abu Sulayman al-sijistani, Ibn Sina, sebagai penyempurna sehingga filsafat peripatetik islam menampilkan wujud yang utuh, Ibn Rusyd, dan lain-lain. Upaya sintesa di lakukan pertama oleh Al-Kindi, sekaligus sebaagai filoososf pertama, terhadap hubungan agama dan filsafat. Menurutnya, tidak terdapat pertentantangan di antara kedua wacana ini, karena sama-sama membenarkan kebenaran. Sintesa agama filsafat Al-Kindi ini sangat menentukan bagi penerimaan filsafat, sebagai titik awal perkembangan filsafat di dunia Islam. Kecuali, Al-Kindi berperan di dalam arabisi (pembahasa araban) teks-teks filsafat (Yunani) melalui terjemahan-terjemahannya. Al-Farabi, selain berjasa dalam upaya memadukan agama dengan filsafat , juga dalam pemaduan diantara Plato dan Aristoteles, sebagai induk dari Aristotelesme dan Neoptatelesme. Upaya ini di lakukan dengan dengan menulis sebuah buku berjudul Al-Jam’u Bayna Ra’yay al-Hakaimayn Aflaton al-ilahi wa Aristhu (The Book of Accord Between The Ideals of the Deving Plato and Aristo. Ibn Sina, kecuali mengadakan sintesa juga mengadakan penyelesaian filosofis 1 M. Said Syaikh, Kamus Filsafat Islam, terjemahan Machun Husein (Jakarta: Rajawali, 1991), hal. 154: dan Dick Hartoko, Kamus Populer Filsafat (Jakarta: PT Gramedia, 1986), hal. 79. Selanjutnya di tulis kamus. 2 Seyyed Hossein Nashr, Intelektual Islam: Teologi, Filsafat dan Gnosis, terjemahan Suharsono dan Djamaluddin MZ (Jakarta: Pustak pelajar, cet. II, 1996), hal. 33..
  • 6. 3 terhadap problem-problem Ketuhanan yang belum terpecahkan sebelumnya, seperti kajian mengenai wujud ( ontology).3 Pemikiran Filsafat peripatetik ini kemudian berkembang, karna masing- msing tokoh diatas memiliki murid-murid setia, sebagai pelanjut dan pengembang pemikiran mereka. Murid utama Al-Kindi ialah Ahmad bin Thayib Sarkashi, seorang guru syi’ah: Abu Ma’syar al-Balkhi, seorang ahli nujum dan terkenal di barat dengan Albumasar: Abu Zaid al-Balkhi, penulis buku Shuwar al-Aqa’lim dan masa’lik. Para murid ini kemudian merupakan jembatan bagi lahirnya Al-Farabi. Al-Farabi memiliki murid setia, seorang Kristen, yaiti Yahya bin ‘Adi memiliki murid Ab- Sulayman al-Sijistani, dengan karya Filsafatnya shiwan al-Khikmah. Nama terakhir ini memiliki pengajian filsafat yang di sebut dengan “ Majlis Sijistani”. Secara metodologi/sebagai suatu aliran, filsafat Peripatetik adalah sebuah metode perumusan kebenaran dengan pendekatan argument rasional secara demonstrative (Burhani).4 Dalam pengertian luas Burhan ialah sebuah metode sistematis yang di pergunakan sebagai undang-undang yang berbeda- beda baik yang di peroleh secra mudah atau melalui proses pemikiran, atau menggunakan beberapa metode perumusan kebenaran yang ada untuk memperoleh suatu hukum dan kebenaran, atau menguatkan suatu kebenaran yang dimulai dari penerimaan pengetahuan yang sudah ada. Karena itu, metode Burhan di gunakan untuk menemukan sebuah masalah baru (kebenaran) atau untuk menguatkan kebenaran. Dari pengertian diatas sudah jelas bahwa burhani ialah metode berfikir yang bertujuan untuk menemukan kebenaran (istidlal) dn menguji suatu kebenaran. Kedua metode ini adalah sebagai berikut: 1. Metode istidlal (inference) Metode ini berupaya memperoleh suatu pengetahuan yang belum diketahui berdasarkan pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, sesuai dengan devinisi istidlal 3 Ibid, hal. 36-37. 4 Muhammad al-Rawiyin, Dirasat fi falsafah Ma Ba’da al-Thabi’ah (Taghazi: Dar Libiya), hal.49 Selanjutnya ditulis Dirasat. Bandingkan: Sayyed Hussein Nasrh , et.al., Ed., Shi’ism: Doctrines, Thought, and Spritually (New York: State University Press, 1951), hal. 306. Selanjutnya ditulis, Sayyed Hussein Nasrh, Shi’ism.
  • 7. 4 yaitu (memindahkan pemikiran dari masalah yang sudah diketahui kepada yang belum di ketahui dengan menggunakan yang sudah di ketahui sebagai sarannya). Di dalam penerapn istidlal ini memiliki dua bentuk. pertama, penyimpulan langsung yaitu melalui pemahaman terhadap sebuah pernyataan dapat diketahui dengan pengetahuan baru, contohnya “semua manusia akan mati”. Kedua, penyimpulan tidak langsung, yaitu untuk mengetahui suatu keputusan yang dibutuhnya adanya proses premis menor daan mayor, contohnya “alam berubah-uba dan alam baharu”). 2. Metode pengujian kebenaran Metode ini bertujuan untuk membuktikan suatu pernyataan apakah benar atau tidak. Menurut Peripetetik, sebuah pernyataan tidaklah serta merta di terima sebelum di adakan uji kebenaran. Sesuai prinsip filsafat peripatetik sebuah pernyataan haruslah dapat di buktikan berdasarkan argumentasi. Ada tiga cara pembuktikan kebenaran yang dapat di lakukan yaitu: a. Sillogisme (qiyas). Metode pembuktikan ini sama dengan metode menyimpulkan secara tidak langsung. Al-Farabi menyebut sillogisme sebagai sebuah bentuk pembuktian kebenaran, dimana dua proposisi yang disebut premis, di rujuknya Bersama sedemikian rupa, sehingga proposisi ketiga, yang di sebut putusan(konklusi), niscaya menyertainya5 .kedua premis memiliki unsur yang sama yang di sebut dengan term tengah. b. Buktui retoris (khutbabiyah). Pembuktian tetoris merupakan dari metode penyimpulan langsung, atau pembuktikan sillogis dengan mengurangi satu premisnya. Pengurangan dilakukan untuk memperingkas perolehan kesimpulan.6 c. Induksi (tashaffuh). Yang dimaksud dengan metode ini ialah pengujian setiap contoh khusus yang tergolong dalam suatu subyek universal, 5 Osman Bakar, Hierarki Ilmu: membangun rangka Pikir Islamisasi Ilmu, terjemahan Purwanto (Bandung: Mizan, 1997), hal. 105. Selanjutnya di tulis: Herarki Ilmu. 6 Ibid hal. 108.
  • 8. 5 untuk menentukan apakah suatu predikat atau penilaian yang dilakukan tentang hal itu berlaku secara universal atau tidak.7 melalui metode ini dapat di Tarik sebuah kesimpulan yang bersifat universal atau kasuistik, sehingga setiap pernyataan benar adanya (valid). Melalui tiga upaya di atas ini dapaat di ketahui kebenaran secara valid, karena dapat di buktikan secara demonstratif, bukan dealektis, seperti dalam ilmu-ilmu religius.8 Disinilah kelebihan pendekatan filsafat peripatetik yang burhani, di banding pendekatan lain yang dialektis. Sedangkan di luar dua pendekatan ini tingkat validititasnya lebih rendah. Oleh karna itu, demonstratetif di maksudkan sebagai sebuah proses pernyataan kebenaran yang mampu di buktikan secara nyata dan logis.9 B. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Filsafat Peripatetik Madzhab peripatetik telah lahir bersamaan dengan lahirnya filsafat Islam. Hal ini identic dengan karakter filsafat islam sebagai “gabungan dan pemikiran aristotelisme, New Platolisme dan ajaran islam”. Perkembangan peripatetik dapat di kelompokkan dalam tiga fase, sebagai berikut: 1. Sebelum Imam Ghazali. Fase sebelum Imam Ghazali berlangsung sejak Al-Kindi sampai Imam Ghazali. Filsuf yang muncul pada fase ini, dengan karakter pemikirannya ialah: Al-Kindi. Sebagai filsuf awal, pemikiran utamanya ialah mengenai upaya menghubungan agama dengan filsafat. Pemikiran ini dituangkan dalam karyanya Fi Falsafah al-Ula. Kemudian, sebagai pengembangan kalam, Al-Kindy juga mengajukan pembuktian Tuhan yang lebih rasional. Dalam kaitan ini beliau mengajukan tiga argumentasi, yaitu Untuk membuktikan adanya Tuhan, Al-Kindi menggunakan 3 (tiga ) argumen (dalil) sebagai berikut:10 7 Ibid hal 109. 8 Ibid hal. 109 9 Ibn Rusyd, Tahafut al-Tahafut, di edit oleh sulayman Dunya (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1964), hal. 83. 10 Faishal Badiri ‘Uwn, ‘Ilm al-Kalam wa Madrasuhu (Cairo: Maktabah Sa’id, 1977), hal.30; dan Abdul Muta’al al-Sa’idi, Al-Wasith fi flasafah al-Islamiyyah, hal. 9.
  • 9. 6 Pertama, baharunya alam. Berbeda dengan Ulama Kalam, menurut AlKindi argumen ini berpinjak pada sebab, yaitu apakah bisa difahami dalam alam ini menjadi sebab bagi adanya atau tidak?. Al-Kindi menjawab tidak, karena pasti ada sebab yang mendahuluinya. Dengan demikian, alam ini ada sebab yang mendahuluinya dan berarti ada permulaan, karena itu ia baharu. Kedua, keseragaman dan kesatuan. Dalil ini berpijak pada kenyataan bahwa alam empiris tidak terlepas dari adanya keseragaman yang bersumber dari kesatuan, atau sebaliknya. adanya dua lingkaran tersebut tentu bermula dari suatu pengatur (tadbir/Mudabbir) yaitu Tuhan. Ketiga, pengendalian. Suatu dalil yang didasarkan pada keteraturan alam tentu tidak terlepas dari adanya pengatur dan pengendali, yaitu Tuhan. Dengan demikian keberadaan Tuhan rasional adanya secara akali dan empiris. a. Al-Razi. Filsuf ini juga berupaya mecairkan hubungan agama dengan filsafat melalui pemikirannya tentang “Filsafat Lima Kekal”. Menurut teori ini terdapat lima yang kekal, yaitu Allah Ta‟ala) (al-Bâri Ta‟âla), Jiwa Universal (an-nafs al-kulliyah), Materi Pertama (al-maddat al- ‟ula), Tempat yang mutlak (al-makân al-muthlaq), dan Zaman yang mutlak (alzamânal-muthlaq). b. Al-Farabi. Filsuf ini berupaya mengadakan arabisasi terhadap term-term filsafat, sehingga berupaya menampilkan kaitan filsafat dengan masalah yang lebih besar, seperti masalah penciptaan alam (emanasi), masalah negara (al-madinah al-fadhilah) dan lain-lain. Upaya Al-Farabi lainnya ialah upaya pemaduan di antara Plato dan Aristoteles, sebagai induk dari Aristotelianisme dan Neoplatonisme. Upaya ini dilakukan dengan menulis sebuah buku berjudul Al-Jam‟û Bayna Ra‟yay al-Hâkaimayn Aflaton al-ilâhi wa Aristhû (The Book of Accord Between The Ideals of the Devine Plato and Aristo). c. Ibn Sina. Filsuf ini berasa di puncak peripatesis, sehingga wajah utuhnya nampak. Kecuali melanjutkan kajian terhadap pemikiran Al-Farabi, seperti penyempurnaan teori emanasi, juga merumuskan konsep
  • 10. 7 ontologi (filsafat wujud) sehingga kesan adanya pertentangan wujud menjadi tertepis. Dalam kaitan ini beliau mengajukan tiga mategori (taksonomi) wujud, yaitu wajib ada (wajib al-wujud), mustahil ada (mustahil al-wujud) dan mungkin ada (mumkin al-wujud). d. Ikhwanussafa. Berbeda dengan filsuf lainnya yang bersifat individual, Ikhwanussafa merupakan kelompok kejian filsafat. Obsesi utamanya ialah menampilkan filsafat yang damai dengan agama. Hal ini dilakukan sebagai reaksi terhadap pemikiran filsuf sebelumnya, terutama Al-Razi, yang dipandang lebih mesra dengan filsafat dibanding syari‟at. e. Imam Ghazali merupakan batas akhir dari fase pertama peripatetik, terutama dengan lahirnya buku beliau yang berjudul Maqashid al- Falsafah, yang ditulis untuk melihat filsafat secara utuh. Namun karena semangat pencarian kebenaran Imam Ghazali yang intens, buku ini menghasilkan karya baru, yaitu Tahâfut al-Falâsifah (Kerancuan para filosof). Berbeda dengan buku pertama yang ingin melihat keutuhan filsafat, buku kedua ini, sesuai namanya, mengadakan kritisi keras terhadap cara berfikir filosof yang dianggap menyalah, terutama dalam 20 masalah metafisikan. Dari 20 persoalan itu, tiga pandangan filsafat dipandang sudah menyalah, yaitu tentang kekadiman alam, pengetahuan Tuhan yang juz‟iy, dan ketidak berbangkitan jasmani pada hari kiamat. Kritik sebetulnya diarahkan pada “cara berfikir” bukan pada subtansi filsafat Islam secara keseluruhan, Posisi Imam Ghazali yang begitu dominan dalam peraturan pemikiran Islam ketika itu mengakibatkan pudarnya aktifitas filsafat peripatetik. 2. Setelah Imam Ghazali. Fase peripatetik setelah Imam Ghazali sampai kini berlangsung cukup lama, sejak Ibn Rusyd, dengan karakter pemikirannya masing- masing. Di antara tokohnya ialah: a. Ibn Rusyd. Peran utama filsuf ini ialah mengadakan pembelaan terhadap filsafat dari serangan Imam Ghazali. Pembelaan ini dilakukan dengan menulis sebuah buku berjudul Tahâfut al-Tahâfut (Kerancuan yang mengharamkan filsafat). Melalui buku ini Ibn Rusyd mencoba
  • 11. 8 menghidupkan kembali peripatesis, dengan mengambil kesimpulan bahwa Imam Ghazali salah faham terhadap filsafat, karena terminologi yang digunakan adalah terminologi kalam, bukan filsafat. Namun, seperti disebut di atas, posisi kuat Imam Ghzalai sehingga pembelaan yang dilakukan 200 tahun kemudian ini tidak cukup kuat untuk mengangkat aktifitas filsafat Islam. b. Ibn Thufayl. Peran utama filsuf ini ialah dukungan terhadap pentingnya filsafat sebagai salah satu institusi kebenaran. Pemikiran ini dirumuskan dalam teori sekaligus nama bukunya Hay bin Yagzhan. Menurut teori ini, akal manusia mampu mencapai kebenaran seperti kebenaran yang dibawa wahyu, sehingga peran wahyu hanya sebagai pengukuh dan penjelas (tibyan). Sumbangan penting Ibn Thufayl ialah kemampuannya menyeelsaikan kontroversi agam dengan filsafat yanag terus berlanjut. c. Ibn Bajah. Peran utama filsuf ini seperti filsuf berikutnya ialah di dalam upaya penampilan kajian filsafat Islam yang lebih menyeluruh, tidak hanya perdebatan teologis metafisis, melainkan juga tentang etika Islam d. Ibn Khaldun. Peran utama filsuf ini ialah melakukan kembali aktifitas filsafat di dunia sunni setelah mandeg sebagai akibat dari kritik keras Imam Ghazali. Seperti Ibn Bajah, Ibn Khaldun mengangkat tema- tema filsafat yang lebih mendunia, yaitu tentang sejarah, sebagaimana tertuang dalam karya monumentalnya Al Muqaddimah. 3. Fase Modern. Fase modern berlangsung sejak abad ke-17 sampai sekarang. Filsuf yang tampil pada fase ini, dengan karakter pemikirannya, di antaranya ialah sebagaiberikut: a. Mir Damad. Peran utama filsuf ini ialah dalam upaya mengadakan sistesa antar wacana intelektual Islam dengan mendirikan yayasan khusus yang menanganinya, yang disebut dengan “mazhab Isfahan” (The School of Isfahan). Mazhab Isfahan adalah sebuah gerakan intelektual yang berupaya mengadakan sintesa di antara aneka wacana intelektual Islam, yaitu kalam, falsafah, dan tasawuf.
  • 12. 9 b. Mulla Shadra. Peran utama filsuf ini ialah melanjutkan upaya Mir Damad dan Mazhab Isfahan-nya, sehingga upaya mengalami puncaknya, melalui sebuah sistem filsafat tersendiri yang disebut dengan Hikmah Muta‟aliyah. Karena itu, karakter utama aliran ini ialah penggunaan metode bahtsi, zauqi dan syar‟i, karena sistem pemikirannya direlevansikan dengan ayat-ayat al-Qur‟an dan hadits Nabi. c. Jamaluddin al-Afghani. Peran utama filsuf ini ialah menampilkan Islam dalam bentuk yang praktis, aplikatif dan dinamis. d. Muhammad Abduh. Peran utama filsuf ini ialah di dalam menampilkan universalitas Islam, terutama di dalam upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai kefakuman dan penyelewengan dalam bentuk aqidah dan ibadah (bid‟ah dan khurafat). Pemikirannya relatif muda difahami karena latar belakangnya sbagai pembaharu dan pendidik. e. Ali Syariati. Peran utama filsuf ini ialah di dalam upaya menampilkan Islam sosiologis, sehingga tokoh ini dipandang juga sebagai tokoh sosiologi Islam. Hal ini tidak terlepas dari peran beliau dalam melahirkan negara Islam Iran bersama Ayatullah Ruhullah Khomeini. Karena peran penting inilah kemudian beliau mengakhiri hidupnya dalam usia muda, sehingga tidak cukup banyak pemikiran yang dihailkan. f. Fazlur Rahman. Peran utama filsuf ini ialah menampilkan peripatetik dengan wujudnya yang elaboris, sehingga dikembangkan keutuhan Islam yang komprehensif. Karena itu, dalam berbagai tulisannya Fazlur Rahman mengadakan kajian terhadap aneka disiplin Islam, seperti Ushul Fiqh, filsafat, hukum, tasawuf dan sebagainya. g. Sayyed Hossein Nashr. Sama dengan Fazlur Rahman, filsuf ini berperan di dalam menampilkan peripatetik yang elaboris. Elaborasi peripatetik dilakukan dengan wacana lain, terutama illuminasi. Tokoh ini juga berupaya menampilkan Islam yang utuh, di mana filsafat Islam menjadi bagian integralnya. Selain itu, beliau berupaya menghidupkan kembali
  • 13. 10 ghairah kajian Islam rasional yang lebih luas, langkah awal yang dilakukan ialah mengembangkan proyek islamisasi ilmu pengetahuan. Dari tiga fase di atas, peripatetik mengalami kejayaan pada fase pertama. Pada fase kedua peripatetik mengalami kemandegan, khususnya di dunia sunni, digantikan oleh aktifitas ilmu Kalam dan tasawuf. Sementara di dunia Syi‟i, aktifitas filsafat Islam berubah corak menjadi corak illuminasi. Hanya ada satu filsuf muslim dari kalangan sunni yang eksis mengkaji filsafat Islam, yaitu Nasiruddin Thusy. Sementara di fase modern, peripatetik telah tampil dengan wajah baru, sebagai bias dari upaya elaborasi. Ibarat busur dengan panah. Peripatetik modern layaknya panah, sehingga dipandang telah meninggalkan peripatetik lama, layaknya busur yang ditinggal pergi anak panah.
  • 14. 11 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Secara etimologis, Peripatetik Islam merupakan sintesa ajaran-ajaran Islam dengan filsafat Aristotelianisme dan Neoplatonisme, yang dilakukan oleh filosof muslimsebelum Suhrawardi, yaitu Iransyahri, Al-Kindi, Al-Farabi, Abu Sulayman Al-Sijistani, Ibn Sina, sebagai penyempurna sehingga filsafat peripatetik islam menampilkan wujud yang utuh, Ibn Rusyd, dan lain-lain. Metode dibagi menjadi dua yaitu: 1. Metode istidlal (inference) Metode ini berupaya memperoleh suatu pengetahuan yang belum diketahui berdasarkan pengetahuan yang sudah diketahui sebelumnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, sesuai dengan devinisi istidlal yaitu (memindahkan pemikiran dari masalah yang sudah diketahui kepada yang belum di ketahui dengan menggunakan yang sudah di ketahui sebagai sarannya). 2. Metode pengujian kebenaran Metode ini bertujuan untuk membuktikan suatu pernyataan apakah benar atau tidak. Menurut Peripetetis, sebuah pernyataan tidaklah serta merta di terima sebelum di adakan uji kebenaran. Sesuai prinsip filsafat peripatetik sebuah pernyataan haruslah dapat di buktikan berdasarkan argumentasi.
  • 15. 12 DAFTAR PUSTAKA Faishal Badiri „Uwn, „Ilm al-Kalam wa Madrasuhu. Cairo: Maktabah Sa‟id, 1977 Ibn Rusyd, Tahàfut al-Tahàfut, diedit oleh Sulayman Dunya. Mesir: Dàr alMa‟àrif, 1964. M. Said Syaikh, Kamus Filsafat Islam, terjemahan Machum Husein, Jakarta: Rajawali, 1991 Muhammad Muhammad al-Rawiyîn. Dirâsat fî falsafah Mà Ba‟da al-Thabî‟ah. Taghazi: Dâr Libiya Osman Bakar, Hierarki Ilmu; Membangun Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu, terjemahan Purwanto. Bandung: Mizan, 1997. Seyyed Hossein Nashr, Intelektual Islam; Teologi, Filsafat dan Gnosis, terjemahan Suharsono & Djamaluddin MZ. Jakarta: Pustak pelajar, cet. II, 1996.