Edisi Perdana 110 Fastabiqul Khoirot Baznas Hasil Sumber Daya Inteleqtual Kami Pra Research Sebuah Kajian Episentrum Majalengka Raharja teruntuk Baznas
1. GERAKAN GHIROH UMMAT RAHARJA UNTUK
BERZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH
Memperbaiki Kembali Tata Kelola Dan Sinkronisasi Manajemen
Program Baznas Kabupaten Majalengka Dalam Perspektif
Bantuan Konsumen
Pada Program Kegiatan
110 FAST-BAZNAS
Kerjasama YLBK Peduli, untuk:
BAZNAS Kab. Majalengka
LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN SWADAYA MASYARAKAT (LPKSM)
YAYASAN LEMBAGA BANTUAN KONSUMEN (YLBK) MAJALENGKA
SK Menkeh RI No: C.1702 HT.03.01 Th. 1999, Kepmenhukham No.C-1590.HT.01.02 Th 2007
TD LPKSM No: 517/860 Th 2007
Sekretariat : Jl. Babakan No. 292 Majalengka 45411 Tlp./HP. 085335941999
2019
2. 1
GERAKAN GHIROH UMMAT RAHARJA UNTUK BERZAKAT,
INFAQ DAN SHODAQOH
(Memperbaiki kembali tata kelola dan sinkronisasi manajemen Program
Baznas Kabupaten Majalengka Dalam Perspektif Bantuan Konsumen
Pada Program Kegiatan 110 Fast-Baznas)
A. PEMBUKA
Mengonsep muzakki dan mustahiq dalam perspektif konsumen ummat,
untuk menciptakan ’amilin yang terpercaya, tidaklah segampang membalikan
telapak tangan. Maka sebuah kerangka kewajiban mengeluarkan zakat
merupakan teguran Rasul dalam menunainkannya, terutama di era ummat
akhir zaman yang merindukan Jannah.
Bergembiralah wahai ummat dengan hadir dan berkembangnya Baznas
di tengah-tengah masyarakat. Sebagai sebuah episentrum kebangkitan
ekonomi syar’i dalam memenuhi janji Allah bagi umat akhir zaman. Demikian
petikannya; ”Sungguh kelak akan menimpa kepada manusia suatu zaman,
dimana zaman itu seorang laki-laki berkeliling membawa zakat berupa emas,
tapi ia tidak menemukan seorangpun yang mau menerima zakatnya’. (H.R.
Bukhari Muslim, melalui Abu Musa r.a. secara Ittifaq alaih).
Pengelolaan dan pengembangan dalam pengumpulan Zakat, infaq,
shodaqoh dan wakaf, dari hadist tersebut memiliki daya strategi yang kuat di
zaman ini. Dalam arti sulitnya mencari mustahiq dalam kaca mata konsumen;
bukannya ummat kaya semua; melainkan karena strata sosial yang telah
melebur dalam suatu kesatuan ummat yang semu. Kesamaran tersebut
nampak: 1) Seseorang terlihat faqir dari harta benda, tetapi ternyata kas
simpananannya banyak dan 2) Seseorang telihat banyak harta bendanya,
namun ternyata banyak utang banknya. Kedua hal itu telah membuat
samar/ketidak jelasan, sehingga terkesan sulit menentukannya. Namun hukum
akanlah tetap menjadi hukum, sekalipun dari tempo dulu ataupun sekarang
yang telah sekitar 1400 tahun kemudian, dan selebihnya tahun-tahun
mendatang. Maka semenjak hukum itu terbit maka berlakulah aturan itu.
3. 2
Al hasil permasalahan awal, hipotesisnya dari hadits tersebut: Apakah
laki-laki pembawa zakat tersebut salah strategi/cara? Karena
mengumpulkannya dahulu tetapi tanpa tahu siapa kemudian yang akan
diberinya. Maka alangkah baiknya ketahuilah dahulu mutahiqnya, baru temui
muzakki. Dan apabila muzakki tidak menemukan mustahiq boleh jadi mereka
para muzakki tidak pernah bergaul atau di luar lingkungan mustahiq. Dan atau
mustahiq di sekeliling rumahnya telah habis ia beri zakat sehingga kaya
semuanya? Sehingga ia harus berhijrah ke lain baldah untuk menemukan
mustahiq? Namun mustahiq itu ada yang diantaranya mereka yang sedang
diuji Allah SWT. sebagaimana firmanNya: Sungguh Kami akan menguji
kalian dengan sebagian rasa takut, rasa lapar, serta kekurangan harta, jiwa,
dan buah. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar
(Q.S. al-Baqarah: 155).
Berkaca dari ayat tersebut maka boleh jadi selama ummat itu ada
berta’abbud dan senantiasa disibukkan dengan amaliah hidup. Maka bagi
mereka haknya Allah untuk menguji mereka dengan dua hal bahwasannya
dapat saja mereka dalam kaca mata ummat: 1) Lupa akan dunia dan materinya
karena sibuknya ia beribadah, sehingga diuji dengan kefakiran, sedangkan
akhirat belum terjadi, dan 2) Lupa akan akhirat dan pahalanya karena
sibuknya amaliah dunia, sehingga diuji dengan kefakiran, karena dunia itu
fana/rusak.
Berkenaan hal tersebut maka, bilamana ada mustahiq, maka harus ada
pula amilin sebagai bahagian yang memberikan kabar gembira untuk
menyalurkan bantuan muzakki pada mereka. Mengingat amilin itu membantu
sebagai kabar gembira, maka alangkah baiknya amilin pun ramah dan sopan
dalam mendistribusikannya karena senyum itu shodaqoh. Maka alangkah
baiknya seperti yang disebutkan dengan harapan bahwa para petugas amil
hendaknya tersenyum dalam mengumpulkan zakat umat yang tentunya bisa
menyambut muzakki sebagai penderma yang taat dan patuh pada hukum Allah
dan dapat mendistribusikannya kepada mustahiq agar mereka gembira.
4. 3
B. NILAI-NILAI ZAKAT KONSUMEN UMMAT
Zakat dalam konsep konsumen mengandung arti positif sebagai suatu
nilai-nilai kebajikan bagi ummat. Kebajikan itu sendiri terkonsep dalam
Fastabiqul Khoirat bermakna ”Berloma-lomba dalam kebaikan” yang
mengandung arti bahwa suatu hal positif akan terus positif secara nilai,
bilamana terdapat kompetisi dalam hal yang dipositifkannya. Namun bilamana
kompetesi itu hilang dari hal yang dipositifkannya seperti halnya konsep
zakat, maka lambat laun akan hilang pula dan mengalami penurunan nilai
terhadap zakat dalam persepsi ummat. Sehingga jika nilai kompetesi zakat
menurun, maka akan menurun pula ghiroh ummat untuk berzakat, karena
ianya sendiri (zakat) adalah positif.
Nilai-Nilai Amilin Baznas dalam konsep Bantuan Konsumen tercakup
dalam bingkai Fastabiqul Khoirot (fa as tabiqu lil khoirot), F-A-S-TA-BI-
QUL- KHOIRO-T. Rangkaian nilainya adalah sebagai berikut :
1. Fathonah
Zakat merupakan hal yang mulia karena ia melekat dengan ibadah shalat,
sedangkan sholat paling utama yaitu di mesjid terutama laki-laki sehingga
perlu pemuliaannya. Upaya pemuliaan zakat pertama kalinya dilakukan
secara cerdas sesuai aspek yang melekatnya yaitu shalat. Sesuai syarat itu
maka Mustahiq penerima zakat hendaknya yang rajin shalat. Dan hal
kerajinan shalat bagi ummat hanya dapat dilihat secara berjamaah karena
adanya saksi jamaah lainnya. Maka salah satu syarat pertama mustahiq
dalam persepsi konsumen adalah ahli berjamaah di mesjid yang ada di
lingkungannya.
2. Amanah
Kepercayaan merupakan kunci utama ummat terhadap amilin zakat.
Kepercayaan itu sendiri melekat dengan janji (wa’dul ’amin). Maka
kepercayaan ummat terhadap amilin berada dalam koridor ijab kabul yang
sesuai harapan muzakki. Terkait dengan siapa yang memberi, berapa,
untuk siapa, dan untuk apa. Nilai amanah yang kurang sesuai harapanlah
yang menimbulkan kurangnya kepercayaan muzakki terhadap perantara
5. 4
amilin dalam mendermakan zakat pada mustahiqnya. Hal ini berkenaan
yang seharusnya terhadap Hak-hak muzakki yaitu biarkan mereka
(muzakki) untuk memilih jenis distribusi apa yang dizakatkannya
sehubungan kewajibannnya yang telah terpenuhi (aufu bil ’ahdi). Jenis
distribusi yng dimaksud disini berupa pilihan distribusi penyaluran zakat
bersyarat hak muzakki dan/ tidak bersyarat sesuai asnafnya terutama yang
dianjurkan pemerintah. Beberapa contoh ijab muzakki beserta haknya
kepada amilin untuk diserahkan kepada mustahiq:
a. Tanpa Syarat: Saya (muzakki) menyerahkan kewajiban zakat saya
dengan ikhlas sebesar... untuk disalurkan kepada mereka (mustahiq)
melalui perantara (amilin) untuk keperluan tertentu sesuai hak saya
yang diputuskan Baznas (misal ; Bantuan bencana alam)
b. Bersyarat khas: Saya menyerahkan kewajiban zakat saya dengan ikhlas
sebesar... untuk disalurkan kepada mustahiq melalui perantara amilin
untuk keperluan Mustahiq............ (misal; bea siswa anak dari orang
tua kurang mampu)
c. Bersyarat ’am: Saya menyerahkan kewajiban zakat saya dengan ikhlas
sebesar... untuk disalurkan kepada mustahiq melalui perantara amilin
untuk keperluan fasilitas............ (misal; membangun mesjid kampung
sebelah)
3. Sidiq
Ukuran kesetimbangan yang sesuai antara zakat yang dikeluarkan muzakki
dan zakat yang diterima mustahiq, setelah melampaui proses amilin
dengan ukuran tertentu sehingga secara administrasi menghasilkan neraca
akhir 0 rupiah. Mizan kesetimbangan administrasi SDM ini hasil prosedur
amilin terhadap hitungan dan ukuran nisab zakat baik secara individu
maupun kolektif dalam pendistribusiannya yang lazim terkena beban
administrasi umum, seperti halnya proses distribusi melalui akomodasi
angkutan tanpa mengurangi zakat tapi dibebankan dari hasil pengumpulan
infaq dan shodaqoh. Yaitu sunnah yang mendukung Wajib. Sehingga infaq
6. 5
dan shodaqoh lebih utama menjadi hibah yang dikumpulkan untuk
mengawal tersalurkannya zakat yang sesuai ukuran.
4. Tabligh
Proses penyampaian amilin kepada ummat dalam urusan zakat hendaknya
baku (balagho ’anni walau ayat). Secara jelas bahwa muzakki hendaknya
mengetahui zakat dan ruang lingkupnya, maka tugas amilin adalah
menyampaikannya secara jelas (dzahar) sehingga para muzakki ummat
sadar dan berpartisipasi secara produktif karena ia paham. Proses tabligh
yang tepat bersentuhan dengan cara-cara dan teknik-teknik pendekatan
terbaik yang tepat di lingkungan masyarakat. Mengingat karakter
masyarakat yang berbeda-beda maka pendekatan yang dipilihpun perlu
disesuaikan, seperti halnya melalui sosialisasi edukasi zakat pedesaan
secara konvensional, sedangkan perkotaan dapat dilakukan melalui akses
dunia maya/cyber zakat secara online (medsos).
5. Birrun
Kebaikan tetaplah akan menjadi kebaikan sekalipun ia telah terkubur.
Maka kebaikan yang kontinyu-lah yang akan memegang kendali urusan
zakat. Teringatlah kita akan kebaikan orang tua (biruul walidain) dan
kemanfaatan yang meregenerasi dengan segala pewarisannya yang identik
di dunia zakat dengan istilah wakaf berupa suatu kepemilikan tempat
pribadi yang beralih fungsi menjadi fasilitas publik (ummat). Maka
kolektivitas zakat ummat lebih mendukung kontinuitas keberlanjutan
(sutainable/warotsah) dengan kemanfaatan yang terus menerus, seperti
halnya dukungan dalam membangun dan memelihara bekerlanjutan
mesjid, pesantren/sekolah, rumkit islam dan fasilitas esensial muslim, serta
objek lainnya yang memiliki fungsi ummat dengan syarat bermanfaat
secara terus menerus sampai ke generasi mendatang. Dengan demikian
dalam perspektif konsumen; dapatkah zakat diberikan kepada non muslim
secara langsung? Tidak, kecuali infaq dan shodaqoh. Dapatkah non
muslim turut menerima manfaat secara tidak langsung dari hasil zakat ?
ya, utamanya wakaf dan sebaliknya tidak akan disebut wakaf bilamana
7. 6
yang mewakafkannya non muslim untuk ummat muslim namun pemberian
itu tidak tertolak.
6. Qouliyah
Ucapan merupakan suatu hal sensitif dan penting diperhatikan dalam
urusan publik (word of mouth/qouliyah), seperti halnya zakat. Ucapan
memiliki makna jamak tidak hanya kata/kalimat yang diucapkan, tetapi
juga yang tertulis. Tentu saja dalam urusan zakat sebagai target publik
memegang kendali transparansi publik yang perlu diketahui khalayak
ummat secara total. Maka perlu ada suatu pembingkaian (frame) yang jelas
baik dalam pemberitaan terutama mengenai penerimaan dan
penyalurannya terkait informasi. Proses persepsi konsumen memandang
terhadap baik dan/buruknya citra zakat selalu berakar dari dan antara
ketidak tahuan terhadap kesimpangsiuran informasi dari hasil yang
dipersepsikan ummat. Upaya informasi merujuk pada sektor akurasi
amilin dalam penyampaian berita zakat melalui empat kutub:
a. Jenis/bentuk media informasi zakat
b. Isi informasi yang menjadi pesan zakat
c. Teknik dan prosedur penyampain berita zakat yang diterima publik
d. Jangkauan akses sebaran informasi zakat di berbagai daerah
Melalui keempat hal tersebut qouliyah zakat terinformasikan (tersiar)
sehingga diketahui ummat kebenarannya dengan akurasi kepercayaan yang
tajam dan bersaing.
7. Khoirun Anfauhum Linnas
Zakat merupakan hal yang baik, berasal dari harta benda halal para muzaki
yang baik dan diberikan pada mustahiq yang baik. Maka dalam prosesnya
harus dilakukan secara baik pula dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
hal yang baik. Maka keajegan zakat berkenan dengan SDM, bilamana
persyaratan yang demikian tidak terjaga maka Baznas selaku muwakalah
amar (unsur pemerintah) dapat memberikan ta’zir binaan bagi muzakki,
muztahiq, maupun amilin. Contoh Ta’zir :
8. 7
a. Muzakki
Bilamana muzakki terketahui dan diketahui secara data-data telah
nisab tahun lalu terkena hukum wajib zakat, sedangkan ia tidak
mengeluarkan zakatnya melalui distribusi yang sah/tidak benar-benar
tersalurkan, maka dikenakan denda untuk mengeluarkan zakatnya
yang sah kepada pemerintah melalui Baznas pada tahun sekarang.
b. Mustahiq
Bilamana mustahiq yang tercatat telah memperoleh distribusi zakat
pertama kali, sedangkan ia lalai dalam memanfaatkan hasil zakat yang
diperolehnya tidak secara maslahat, maka penerimaan zakat kedua
dikurangi nilainya dari yang pertama, demikian halnya penerimaan
ketiga bila masih sama tidak maslahat maka dikurangi lagi sebagai
penerimaan terakhir, maka penerimaan zakat baginya dihentikan
secara rela dan digantikan dengan mustahiq lainnya.
c. Amilin
Bilamana individu Amilin dinilai lalai dalam pendistribusian secara
sengaja dan atau tidak sengaja mengurangi jumlah nilai dalam satu kali
pendistribusian zakat, maka diberikan peringatan berupa anjuran untuk
memperbaikinya. Bilamana kelalaian terjadi lagi pada pendistribusian
kedua maka dikenakan denda berupa potongan dari prosentase upah
amilin dan pemindah tugasan. Bilamana kelalaian terjadi ketiga
kalinya maka dikenakan sanksi berupa penggantian kerugian zakat
yang hilang sampai pencopotan jabatan karena tidak amanah.
8. Ratibun (bil atsar)
Fungsi zakat ianya merupakan hal yang kontinyu dalam membangun
ummat secara berulang-ulang/rutin sesuai kondisi ekonomi muzakki.
Maka peranan amilin secara ratib perlu secara berkala dalam suatu periode
untuk mengumpulkan zakat dengan mencatatnya. Mengingat ratib zakat
maka diperlukan atsar (bekas) berupa catatan administrasi zakat yang
tepat. Mengingat zakat itu wajib, maka para muzaki yang terkena hukum
wajib zakat tahun lalu dan tidak berzakat, sekalipun tidak ada qodho,
9. 8
namun hakikatnya tetaplah ia berhutang zakat tahun tersebut sehingga
perlu dicatat amilin. Sebaliknya para mustahiq yang terkena hukum wajib
diberi zakat tahun lalu secara hakikat dan tidak terbagi oleh amilin karena
kurang kuota secara catatan jumlah, maka dzahirnya patut diberi alokasi
zakat tahun sekarang. Untuk itu maka proses rutinitas pencatatan zakat
menentukan terhadap tingkat kemampuan SDM amilin dalam
menyetimbangkan distribusi antara penerimaan dan penyaluran zakat yang
seadil-adilnya.
9. Tarbiyatul ‘Ilm
Zakat sebagai inti ekonomi ummat, dengan demikian fungsi zakat
hendaknya memiliki nilai pembelajaran dan pendidikan ummat secara
keilmuan. Pendidikan zakat sebagai edukasi ummat untuk meningkatkan
taraf ekonomi, bukannya merugi yang berzakat tetapi malah untung, dan
bukanlah sengsara yang menerima zakat tetapi dikayakan. Sehingga amilin
melalui dua inti muzakki dan mustahiq memperantarai keharmonisan
ummat dari segi ekonomi ukhuwah islamiyah dalam berbangsa dan
bernegara. (Wallohu a’lam bish showab)
C. PETA KONSEP
CAHARITY PROGRAM 110 FAST BAZNAS KABUPATEN
MAJALENGKA 2019
Tujuan : Membangun Citra Positif Pelayanan Baznas, dengan pernyataan:
1. Bagaimana cara membangun kepercayaan ummat dalam berzakat?
2. Bagamaina meningkatkan kepercayaan ummat terhadap Baznas secara
psikologi terhadap kenyamanan hati muzakki dan tidak syak?
3. Kemanfaatan apa yang dizakatkan muzaki sampai pendistribusiannya
terhadap mustahiq?
4. Adakah dukungan para pengumpul (amilin) zakat yang dipercayai dan
menarik simpati masyarakat?
5. Bagaimana motivasi dan minat ummat seiring lurusnya kesepahaman
persepsi konsumen untuk berzakat, infaq dan shodaqoh?
10. 9
PETA KONSEP PROGRAM
Goal Transaction
Program 110 Fast Baznas
Kab. Majalengka
IJAB QABUL
REGISTRASI
Pengumpulan Calon
Mustahiq Pendaftar
SELEKSI
Penilaian Kriteria
Calon Mustahiq
PENDATAAN
Penentuan
Mustahiq Terpilih
PENDATAAN
Pengumpulan Calon
Muzakki
KOMITMEN
Kesediaan Sebagai
Muzakki
BAURAN PROSES
Pengambilan Zakiat,
Infaq dan Shodaqoh
para Muzakki
DISTRIBUSI
Pemangggilan
Mustahiq Zakat
Infaq Shodaqoh
Tim Penilai
BAZNAS
Informasi &
Publikasi Media
LAPORAN
Informasi Mustahiq
(propos invesment)
& Kelengkapan
Adminsitrasi
‘AMILIN
Pengambilan Zakat
dari Muzakki
PANITIA
KEGIATAN
MUSTAHIQ ZAKAT INFAQ
SHODAQOH
MUZAKKI
Pelaporan Keuangan
Feed back, Protap Lanjutan
Baznas
11. 10
D. TAHAPAN TEKNIS DAN PROSEDUR
Untuk mengonsep sekelumit proses zakat maka dibangunlah sebuah
Pilot: program 110 Fast atau Satu Sepuluh Fastabiqul Khoirot Baznas. Contoh
tahapan teknis dan prosedurnya sebagai berikut :
1. Tahap 1 Mengumpulkan Data Mustahiq
a. Mengidentifikasi siapa saja dan objek apa saja sebagai calon mustahiq
b. Menginventarisir di daerah mana, desa/kelurahan mana, dan dusun
mana
c. Melakukan pencatatan dan atau melalui laporan mustahiq yang lebih
membutuhkan dalam skala prioriotas dari ummat sebanyak-banyaknya
d. Melakukan open registrasi pendaftaran calon mustahiq baznas
2. Tahap 2 Bauran Program Mustahiq Muzakki
Kupon Baznas gratis charity programming (110 Fast peduli dhu’afa)
a. Program Satu Ummat (Orang/Nyawa dan Instrumennya) Paket <
Rp.10.000.000 /100 @ Rp.100.000,-
1) 100 paket periksa kesehatan/perawatan gratis Non BPJS
2) 100 paket gratis listrik subsidi KWH 450 Tokenl
3) 100 paket belanja gratis mall 100rb
4) 100 paket pangan raskin
5) 100 paket isi LPG subsidi 3kg gratis
6) 100 paket sandang murah discount Rp.100rb
7) 100 paket set Tas Buku Sekolah
Count : 70Jt
Target Mustahiq
Juru parkir, penarik sampah lingkungan, petugas ronda, penarik beca,
penggali kubur, hafiz/hafizah, siswa/peserta didik, dll sesuai kriteria
Baznas
b. Program Sepuluh Banna (Tempat/Fasilitas) Paket < Rp.100.000.000
/10 @Rp.10.000.000
1) 10 paket bantuan mesjid/mushola
2) 10 paket operasi sesar, dan operasi lain
12. 11
3) 10 paket rutilahu
4) 10 paket pos kamling (eRonda)
5) 10 paket subsidi perumnas
6) 10 paket wirausaha kelompok kaki lima
7) 10 paket penguburan gratis perkotaan
Count : 700Jt
c. Program Goal Job Prestasi
1) 10 Lowongan kerja disabilitas
2) 10 Lowongan kerja prestasi
3) 10 Bantuan wirausaha lokasi HGB di lahan Negara/Bengkok 1 Th
4) 10 KUKM tanpa bunga
Count : Free
3. Tahap 3 Pengumpulan Muzakki
Target dan Sasaran pengambilan zakat
a. Multi Zakat, Infaq, Shodaqoh
Sasaran Target Pengambilan Zakat Profitabilitas Produksi dan
Konsumen Zakat ukurannya (nisab) 85 gram bila harga tahun 2019 Rp
705.600/gr maka seharga + Rp.59.976.000,- terkena wajib zakat mal
2,5% sebesar + Rp 1.499.400. Prosedur Zakat multi dengan infaq,
shodaqoh, dan waqaf. Kerjasama :
1) Pemerintah (Samsat, Perum Bulog, Dishub, Dinas Pangan, Dinsos,
Disnaker, Dis KUKM, dll)
2) BUMN (BIJB, PLN, PDAM, BPJS, Perbankan, Pertamina)
3) Swasta
a) Industri Besar Nasional (Leetex, Dong xi, Ming Chia, Sing
Weath Textiles, Wintai, Bintang Baru Sukses, Adidas
Dinamika Sentosa, Swift, Visionland Global, Sin Woo Mulia,
Harapan Global Apparel, Shoetown, Cornerstone)
b) Industri Nasional Menengah Lokal (Pabrik produk dan bahan
baku)
c) Dealer dan Leasing Mobil & Motor
13. 12
d) Swalayan dan Toserba
e) Hotel penginapan dan Resort
f) Restoran dan Cafe
g) Dealer dan Leasing Motor
h) Pelau usaha dan Pengelola Pertanian, Perkebunan dan
Peternakan
i) Pelaku usaha jasa akomodasi dan transportasi
j) Pelaku Usaha Toko Emas
k) Pelaku Usaha Agen Gas
l) Pelaku usaha Pertokoan/Ruko, & Pasar Modern
m) Pelaku usaha jasa dan barang telekomunikasi
n) Pelaku usaha home industri
o) Bumdes Desa/Kelurahan
p) Dan lainnya yang relevan
b. Infaq dan Shodaqoh Ummat
Sasaran target orang dengan kepala keluarga berpenghasilan Rutin
bulanan > UMK (1.700.000) dan atau kumulatif tahunannya seharga
Rp.20.400.000
1) ASN aparatur pemerintahan melalui Dinas lingkungan setempat
2) Karyawan BUMN dan Swasta melalui perusahaannya
3) Pelaku usaha pasar melalui pengelola komunitas pasar tradisional
maupun modern
4) Pembelian konsumen diatas 100 ribu melalui retailer pelaku usaha
2,5% dari pembelian
5) Orang tua siswa menengah ke atas melalui siswa dengan Osis
lingkungan sekolah setempat
6) Warga domisili RT/RW setempat melalui Desa/Kelurahan
7) Dan lainnya yang relevan
14. 13
E. PROSES PENDAYAGUNAAN ZAKAT
1. Elaborasi: Sosialisasi, edukasi dan informasi program baznas
2. Registrasi pembukaan dan pencatatan calon mustahiq
3. Pengumpulan data mustahiq laporan hasil seleksi baznas
4. Pencatatan dan perhitungan alokasi kebutuhan zakat mustahiq
5. Penelusuran relevansi muzakki terhadap alokasi yang sesuai mustahiq
6. Pemberkasan ajuan bantuan program mustahiq dari amilin kepada
muzakki
7. Penawaran mustahiq terhadap mazakki yang relevan secara konvensional
8. Pembentukan komitmen awal amilin dengan muzaki
9. Proses pengumpulan zakat, infaq dan shodaqoh dari muzakki beserta ijab
kabulnya secara tercatat
10. Pengambilan hasil zakat infaq shodaqoh yang terkumpul oleh amilin
dalam laporan pemasukan
11. Penalaran analisis hitung zakat terhadap pemenuhan mustahiq yang sesuai
dalam laporan neraca keuangan
12. Informasi pemberitahuan mustahiq yang tercatat dan yang mewakilinya
melalui humas baznas
13. Penentuan jadwal acara program baznas
14. Proses distribusi langsung penyaluran zakat terhadap mustahiq dalam
laporan pengeluaran
15. Pengawasan mustahiq dalam pemanfaatannya
16. Laporan hasil dan feedback umpan balik program
15. 14
F. LEMBAGA PENGKAJI USULAN PILOT
KERJASAMA TIM :
YLBK MAJALENGKA & BAZNAS KAB. MAJALENGKA
Ylbk Majalengka : 1) Dede Aryana Syukur, SH (Ketua), 2) Mohammad
Shafari, S.Pd., 3) Taufiq Ma’ruf, SE, 4) Deni Ferdian
Asri, S.Sos.
Nama Pilot : GERAKAN GHIROH UMMAT RAHARJA UNTUK
BERZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH
Nama Program : 110 FAST-BAZNAS
Lembaran : 14 halaman
Berkas kajian pilot
Diserahkan kepada : Ketua Baznas Kabupaten Majalengka
Tanggal : 21 Oktober 2019
Ylbk Majalengka
Dede Aryana Syukur, SH
Ketua