KONTRAK SOSIAL: WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOHsalman munthe
Â
Alquran berbicara tentang wakaf, zakat, infak dan shadaqoh ini yang diistilahkan dengan filantrofi Islam (islamic philanthrophy) yang penting untuk diberdayakan dalam kepentingan ummat, dalam sejarah perkembangan agama islam, wakaf, zakat, infak dan shdaqoh berperan dalam mendirikan masjid, pesantren, majelis taklim, sekolah, rumah sakit, panti asuhan dan lembaga sosial lainnya. Jadi Masalah kemiskinan masih menjadi masalah dunia saat ini tidak perlu di khawatirkan. Karena tujuan pembangunan Millenium (MDGs) menyatakan pemberantasan kemiskinan pada tahun 2015. Banyak program telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, namun jumlah penduduk miskin di negeri ini masih Rp. 31.700.000 jiwa (BPS, 2012). Zakat merupakan instrumen ekonomi Islam yang relevan dengan pengurangan kemiskinan. Beberapa penelitian telah dilakukan dan direkomendasikan untuk mengelola alokasi zakat produktif bagi masyarakat miskin agar mereka tidak tetap dalam kondisi tidak berdaya dalam ekonomi, (Adiwijaya, 2008) .
TONGKUNO
Cipt. Moses La Kahya
Voc. Ebet
DI POST OLEH OPERATOR WARNET VAST SMA NEGERI 1 RAHA KAB. MUNA
TONGKUNO LIWUNO BHARAKATI
WITENO WUNA KALENTEHAKU
ASUMULI AMOWANU LIWUKU RAHA
RAMPAHANO KALEMBOHANO REAKU
TONGKUNO LIWUNO KODHARATI
WITENO WUNA LIWUNTO BUGHOU
ASUMULIMO AMARINTANGI LIWUKU RAHA
RAMPANO RAHA KALEMBOHANO REAKU
LAHA-LAHAE MANGKAFINO
POGAUNO KAMOKULAHI
SO MARINTANO NSAIDI HENDE BOGHOU
DA SUMABARA DA KUMAPIHI SO KADADIHA
SO KARUNSAHA GHOLEO MBURU MAINO
TONGKUNO LIWUNO KODHARATI
WITENO WUNA LIWUNTO BUGHOU
ASUMULIMO AMARINTANGI LIWUKU RAHA
RAMPANO RAHA KALEMBOHANO REAKU
LAHA-LAHAE MANGKAFINO
POGAUNO KAMOKULAHI
SO MARINTANO NSAIDI HENDE BOGHOU
DA SUMABARA DA KUMAPIHI SO KADADIHA
SO KARUNSAHA GHOLEO MBURU MAINO
DA SUMABARA DA KUMAPIHI SO KADADIHA
SO KARUNSAHA GHOLEO MBURU MAINO
TONGKUNO
Cipt. Moses La Kahya
Voc. Ebet
DI POST OLEH OPERATOR WARNET VAST SMA NEGERI 1 RAHA KAB. MUNA
TONGKUNO LIWUNO BHARAKATI
WITENO WUNA KALENTEHAKU
ASUMULI AMOWANU LIWUKU RAHA
RAMPAHANO KALEMBOHANO REAKU
TONGKUNO LIWUNO KODHARATI
WITENO WUNA LIWUNTO BUGHOU
ASUMULIMO AMARINTANGI LIWUKU RAHA
RAMPANO RAHA KALEMBOHANO REAKU
LAHA-LAHAE MANGKAFINO
POGAUNO KAMOKULAHI
SO MARINTANO NSAIDI HENDE BOGHOU
DA SUMABARA DA KUMAPIHI SO KADADIHA
SO KARUNSAHA GHOLEO MBURU MAINO
TONGKUNO LIWUNO KODHARATI
WITENO WUNA LIWUNTO BUGHOU
ASUMULIMO AMARINTANGI LIWUKU RAHA
RAMPANO RAHA KALEMBOHANO REAKU
LAHA-LAHAE MANGKAFINO
POGAUNO KAMOKULAHI
SO MARINTANO NSAIDI HENDE BOGHOU
DA SUMABARA DA KUMAPIHI SO KADADIHA
SO KARUNSAHA GHOLEO MBURU MAINO
DA SUMABARA DA KUMAPIHI SO KADADIHA
SO KARUNSAHA GHOLEO MBURU MAINO
BAB 1-SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DALAM AKTIVITAS-AKTIVITAS PERUSAHAAN
Kelompok 2-Accountants as Business Analysts
Data Modeling
Kelompok 5-Sales and Collections Business Process
Kelompok 4-Relational Databases and Enterprise Systems
Kelompok 7-CONVERSION BUSSINESS
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Â
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
Â
Makalah Zakat
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Keadaan masyarakat Indonesia pada saat ini dirasakan masih sangat memprihatinkan.
Banyaknya masyarakat yang belum mendapatkan kesejahteraan yang layak untuk
keberlangsungan hidupnya, bahkan semakin lama angka kemiskinan selalu naik di Indonesia.
BPS (Badan Pusat Statistik) menyatakan indeks kedalaman kemiskinan naik dari 1,75%
(Maret 2013) menjadi 1,89%, kemudian indeks keparahan kemiskinan naik dari 0,45%
(Maret) menjadi 0,48%. Hal ini disebabkan minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan
yang tidak merata dan kepadatan penduduk di masing-masing daerah.
Zakat merupakan salah satu pilar syari’at Islam yang memiliki kaitan dengan permasalahan
tersebut. Zakat merupakan institusi resmi syari’at Islam untuk menciptakan kesejahteraan
sosial-ekonomi yang berkeadilan, sehingga pembangunan ekonomi mampu menghadirkan
kesejahteraan bagi masyarakat.
Pentingnya pembahasan tentang zakat ini diharapkan dapat memberikan solusi terhadap
membangun kesejahteraan umat dan diharapkan dapat menurunkan angka kemiskinan di
masa yang akan datang. Oleh karena itu, dalam makalah ini saya akan membahas tentang
zakat sebagai upaya membangun kesejahteraan umat.
B. Rumusan Masalah.
1. Bagaimanakah konsep zakat dalam Islam?
2. Bagaimanakah kesejahteraan umat dalam perspektif Islam?
3. Bagaimanakah bentuk pengelolaan zakat dalam membangun kesejahteraan umat?
C. Tujuan Penulisan.
1. Untuk mengetahui konsep zakat dalam Islam.
2. Untuk mengetahui kesejahteraan umat dalam perspektif Islam.
3. Untuk mengetahui korelasi zakat dengan membangun kesejahteraan umat.
D. Metedologi.
Metode yang saya gunakan untuk mengumpulkan data, yaitu saya menggunakan buku-buku
literature, tehnik library research, web, internet dan segala sesuatu yang mendukung dalam
penulisan makalah ilmiah ini.
2. BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori.
1. Tinjauan tentang zakat
a. Pengertian zakat
Menurut bahasa, zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang berarti
berkah, tumbuh, bersih, baik, berkembang. Bagi orang yang mengeluarkan zakat, hati dan
jiwanya akan menjadi bersih, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah swt. Yang terdapat
dalam surah At-Taubah ayat 103
Artinya :“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka…”
Dinamakan zakat karena ia dapat mengembangkan harta yang telah dikeluarkan zakatnya dan
menjauhkan dari degala kerusakan.
Sedangkan menurut istilah, zakat berarti sebutan atau nama bagi sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan Allah swt. Untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya.
Orang-orang yang berhak menerima zakat dijelaskan dalam surah at-Taubah ayat 60, yang
berbunyi :
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana”
Orang yang berhak menerima zakat adalah :
1. Orang Fakir,yaitu orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta
dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2. Orang miskin, yaitu orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan
kekurangan.
3. Pengurus zakat, yaitu orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan
membagikan zakat.
4. Muallaf, yaitu orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru
masuk Islam yang imannya masih lemah.
5. Memerdekakan budak, mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan
oleh orang-orang kafir.
6. Orang berhutang, yaitu orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang
bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang
untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat,
walaupun ia mampu membayarnya.
3. 7. Orang yang berjuang pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan
pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat
bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti
mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
8. Musafir, yaitu orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat
mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
b. Syarat zakat
Harta yang wajib dizakati adalah harta yang memiliki persyaratan sebagaimana berikut :
1) Dimiliki secara penuh, yaitu kekayaan berada di bawah kekuasaan pemilik dan tidak
tersangkut di dalamnya hak orang lain.
2) Berkembang, yaitu kekayaan yang dikembangkan atau mempunyai potensi untuk
berkembang produktif dan memberikan keuntungan.
3) Cukup senisab, yaitu jumlah minimal harta yang harus dikeluarkan zakatnya dalam waktu
tertentu.
4) Melebihi kebutuhan rutin, yaitu sesuatu yang harus ada untuk ketahanan hidup, seperti
makanan dan minuman, pakaian, perumahan, dan alat kerja.
5) Bebas dari hutang, apabila mempunyai hutang yang mengurangi jumlah satu nisab,
pemilik tidak wajib mengeluarkan zakat.
6) Berlaku satu tahun (haul), maksudnya bahwa kepemilikan yang berada di tangan si
pemilik sudah berlalu masanya dua belas bulan Qamariyah. Persyaratan satu tahun hanya
untuk ternak, uang, dan harta perdagangan.
c. Macam-macam zakat
Secara garis besar zakat dibagi menjadi dua, yaitu zakat mal dan zakat fitrah.
1) Zakat Mal (harta)
Zakat mal[5] adalah bagian dari harta kekayaan seseorang atau badan hukum yang wajib
diberikan kepada orang tertentu setelah mencapai jumlah minimal tertentu dan setelah
dimiliki selama jangka waktu tertentu.
Yang termasuk zakat mal adalah emas dan perak, binatang ternak (an’am), hasil tanaman dan
buah-buahan, harta terpendam (rikaz), hasil tambang (ma’din), harta profesi, dan investasi.
2) Zakat Fitrah
Zakat fitrah[6] adalah zakat yang diwajibkan pada akhir bulan puasa Ramadhan bagi setiap
muslim, bagi anak kecil maupun orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. Zakat
fitrah pembagiannya diprioritaskan bagi fakir miskin, mengingat maksud utamanya adalah
untuk membantu fakir miskin pada hari lebaran.
Zakat fitrah bertujuan menyucikan orang yang berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan
yang tidak berguna, memberi makan pada orang-orang miskin, dan mencukupi kebutuhan
mereka pada Hari Raya Idul Fitri.
4. Zakat fitrah dikeluarkan untuk setiap orang sebanyak 2,5 kg atau 3,5 liter beras atau boleh
diganti dengan uang senilai 2,5 kg beras. Waktu pembayaran zakat fitrah adalah sebelum
sholat Idul Fitri.
d. Cara pengumpulan zakat
Dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat pasal 12, 13, 14,
dan 15 ditentukan cara pengumpulan zakat sebagai berikut :
1) Pengumpulan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil
Zakat (LAZ) dengan cara menerima atau mengambil zakat dari muzaki, atas dasar
pemberitahuan dari muzaki.
2) Muzaki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya
berdasarkan hukum agama.
3) Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ) dapat memberikan
bantuan kepada muzaki untuk menghitung zakatnya.
4) Zakat yang dibayarkan kepada amil zakat atau lembaga amil zakat dikurangkan dari
laba atau pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5) Pembayaran zakat dapat dilakukan kepada unit pengumpul zakat pada Badan Amil
Zakat (BAZ) nasional, BAZ provinsi, BAZ kabupaten/kota, atau BAZ kecamatan
secara langsung atau melalui rekening pada bank.
Pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) terdiri dari kelompok ulama, cendikiawan, professional,
tokoh masyarakat, serta wakil dari pemerintah. Mereka harus memiliki kualifikasi sifat
amanah, adil, berdedikasi, professional, dan berintegritas tinggi (Pasal 6 Ayat (4), Pasal 2
ayat (2) Keputusan Mentri Agama). Masa kepengurusan mereka selama tiga tahun (Pasal 13
Keputusan Mentri Agama)
e. Hikmah zakat
Hikmah disyariatkannya zakat bagi umat Islam antara lain sebagai berikut :
1) Melatih seseorang untuk menjadi dermawan sehingga mengantarkan seseorang
mensyukuri nikmat Allah swt. untuk kepentingan menyucikan harta atau dirinya.
2) Menciptakan ketenangan dan ketentraman bagi pemberi dan penerima zakat dan
membersihkan jiwa manusia dari kotoran kikir, keburukan, dan kerakusan.
3) Menciptakan dan memelihara persatuan, persaudaraan sesama umat manusia, dan
menumbuhkan solidaritas social secara nyata dan berkesinambungan.
4) Membantu mensejahterahkan orang-orang yang berada dalam kesulitan dan penderitaan.
5) Menyambung tali silaturrahmi antara orang kaya dan miskin, dab memperkecil
kesenjangan social antara orang kaya dan miskin.
5. 2. Tinjauan tentang kesejahteraan.
a. Pengertian kesejahteraan
Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009 Bab I pasal 1, Kesejahteraan Sosial adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup
layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Menurut KBBI[8] (Kamus Besar Bahasa Indonesia) sejahtera adalah aman sentosa dan
makmur, selamat (terlepas dr segala macam gangguan). Dan kesejahteraan adalah hal atau
keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketenteraman jiwa, kesehatan jiwa, sosial
keadaan sejahtera masyarakat.
Menurut HAM, kesejahteraan adalah setiap laki-laki ataupun perempuan, pemuda dan anak
kecil memiliki hak untuk hidup layak baik dari segi kesehatan, makanan, minuman,
perumahan, dan jasa social, jika tidak maka hal tersebut telah melanggar HAM (Hak Asasi
Manusia).
Jadi pengertian kesejahteraan adalah sebuah kondisi dimana seseorang dapat memenuhi
kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, dan juga
memiliki pekerjaan dan alat transportasi yang memadai yang dapat menunjang kualitas
hidupnya.
b. Kriteria umat yang sejahtera
Menurut pengertian-pengertian kesejahteraan diatas, maka penulis menyimpulkan kriteria
umat yang sejahtera adalah :
1) Mempunyai lapangan kerja yang tetap.
2) Mempunyai kehidupan yang layak.
3) Mampu memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.
4) Tidak bergantung pada orang lain.
5) Memiliki alat transportasi.
Standar minimal kesejahteraan menurut Qurasi Sihab tercermin di Surga yang dihuni oleh
Adam dan Hawa sesaat sebelum mereka turun melaksanakan tugas kekhalifaan di bumi.
Seperti yang disebutkan dalam surah Thaha ayat 117-119
Artinya : “Maka Kami berkata: "Hai Adam, Sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu
dan bagi isterimu, Maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari
surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di
dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan
tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya"
Dari ayat ini jelas bahwa pangan, sandang, dan papan yang diistilahkan
dengan tidak lapar, dahaga, telanjang, dan kepanasan semuanya terpenuhi disana.
Terpenuhinya kebutuhan ini merupakan unsur pertama dan utama kesejahteraan sosial.
6. c. Kesejahteraan dalam perspektif Islam
Dilihat dari pengertiannya, sejahtera sebagaimana dikemukakan dalam Kamus Besar
Indonesia adalah aman, sentosa, damai, makmur, dan selamat (terlepas) dari segala macam
gangguan, kesukaran, dan sebagainya. Pengertian ini sejalan dengan pengertian “Islam” yang
berarti selamat, sentosa, aman, dan damai. Dari pengertiannya ini dapat dipahami bahwa
masalah kesejahteraan sosial sejalan dengan misi Islam.
Seluruh aspek ajaran Islam ternyata selalu terkait dengan masalah kesejahteraan sosial.
Hubungan dengan Allah misalnya, harus dibarengi dengan hubungan dengan sesama manusia
(habl min Allah wa habl min an-nâs). Demikian pula anjuran beriman selalu diiringi dengan
anjuran melakukan amal saleh, yang di dalamnya termasuk mewujudkan kesejahteraan sosial.
Kesejahteraan sosial dalam Islam pada intinya mencakup dua hal pokok yaitu kesejahteraan
sosial yang bersifat jasmani (lahir) dan rohani (batin). Sejahtera lahir dan batin tersebut harus
terwujud dalam setiap pribadi (individu) yang bekerja untuk kesejahteraan hidupnya sendiri,
sehingga akan terbentuk keluarga/masyarakat dan negeri yang sejahtera.
Dalam Islam kesejahteraan dibagi dalam tiga aspek, yaitu kesejahteraan perorangan
(diwujudkan dengan mencari sumber penghasilan), kesejahteraan komunal dalam
keluarga/masyarakat (diwujudkan dengan zakat dan kepedulian terhadap dhuafa),
kesejahteraan masyarakat yang lebih luas/negara (keberkahan ahlul quro dan negeri sejahtera
atau baladan aminan).
Di dalam ajaran Islam terdapat pranata dan lembaga yang secara langsung berhubungan
dengan upaya penciptaan kesejahteraan sosial, seperti zakat yang memiliki Lembaga Amil
Zakat (LAZ) atau Badan Amil Zakat (BAZ). Semua bentuk pranata dan lembaga sosial
berupaya mencari berbagai alternatif untuk mewujudkan kesejahteraan sosial.
Selain itu, ajaran Islam menganjurkan agar tidak memanjakan orang lain atau membatasi
kreativitas orang lain, sehingga orang tersebut tidak dapat menolong dirinya sendiri. Bantuan
keuangan baru boleh diberikan apabila seseorang ternyata tidak dapat memenuhi
kebutuhannya. Ketika seseorang datang kepada Nabi Saw. mengadukan kemiskinannya, Nabi
Saw. tidak memberinya uang, tetapi kapak agar digunakan untuk mengambil dan
mengumpulkan kayu. Dengan demikian, ajaran Islam tentang kesejahteraan sosial ini
termasuk di dalamnya ajaran yang mendorong orang untuk kreatif dan bersikap mandiri,
tidak banyak bergantung pada orang lain.
d. Cara membangun kesejahteraan umat
Dalam Islam membangun kesejahteraan umat dapat dilakukan dengan cara yaitu :
1) Infak.
2) Shadaqah.
3) Zakat.
4) Wakaf.
7. 3. Zakat dalam membangun kesejahteraan umat.
Kewajiban zakat dalam pembangunan pada hakekatnya merupakan implementasi dari
pembangunan sosial. Penerapan zakat dalam pembangunan dan aktifitas ekonomi ditujukan
untuk menciptakan harmoni antara pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan ekonomi.
Setidaknya, dalam pelaksanaan zakat, terdapat fungsi-fungsi dari pembangunan sosial yang
secara umum terlihat dalam dua hal, yaitu agenda pendistribusian harta kekayaan dan upaya
pemberdayaan masyarakat.
Perintah zakat, pada dasarnya merupakan sebuah upaya agar harta kekayaan dapat
terdistribusi di tengah-tengah masyarakat, tidak hanya mengumpul di kalangan orang-orang
kaya saja, karena Islam tidak menginginkan harta kekayaan tersebut hanya beredar
dikalangan tertentu saja dalam masyarakat, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Hasyr
ayat 7
Artinya : “apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,
supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang
diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras
hukumannya.”
Dalam pembangunan sektor riil, zakat memiliki peranan yang cukup besar. Peran tersebut
diimplementasikan dalam agenda pemberdayaan masyarakat melalui produktifitas dana
zakat. Pada dasarnya, zakat merupakan sebuah proses yang produktif dalam pemberdayaan
masyarakat. Jelaslah bahwa zakat tidak hanya sebagai perwujudan keimanan kepada Allah,
mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlaq mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sikap kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup saja,
tapi sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki. Maka dari itu
pengumpulan dan pendistribuasian zakat harus dikelola dengan baik, agar dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Perbedaan Pajak dengan Zakat.
Perbedaan pajak dengan zakat adalah dalam hal penerimanya. Zakat dibayarkan melalui amil
zakat (lembaga penyalur dan pengelola zakat) maupun dibayarkan langsung kepada 8
golongan orang yang berhak menerima zakat. Manfaat zakat dapat dirasakan langsung
maupun tidak langsung oleh masyarakat. Sedangkan pajak negara merupakan kewajiban yang
dibayarkan kepada kantor pelayanan pajak dan lembaga-lembaga lain yang ditunjuk oleh
Pemerintah sebagai tempat pembayaran pajak. Manfaat pajak negara tidak bisa dirasakan
langsung oleh masyarakat suatu negara.
Perbedaan pajak dan zakat yang kedua adalah waktu pembayarannya. Zakat fitrah dibayarkan
hanya pada bulan Ramadhan, lalu zakat harta dibayarkan pada saat telah mencapai nisab dan
dimiliki selama setahun. Sedangkan waktu pembayaran pajak negara adalah satu tahun
pembukuan. Misalnya tenggang waktu pembayaran pajak setiap akhir bulan Maret.
8. Perbedaan pajak dan zakat yang ketiga adalah benda yang digunakan sebagai alat
pembayaran. Pajak negara umumnya dibayar menggunakan uang tunai. Sementara itu zakat
fitrah boleh dibayarkan dalam bentuk uang tunai maupun bahan makanan pokok seperti beras
dan gandum.
Menurut saya sebaiknya agar tidak menyamakan pajak dengan zakat seperti yang saya
uraikan di kajian faktual. Karena zakat adalah perintah yang datangnya dari Allah swt.
Sedangkan pajak adalah peraturan Negara.
5. Kurang optimalnya lembaga zakat.
Seperti kajian faktual diatas, masyarakat kebanyakan lebih memilih untuk mendistribusikan
zakatnya sendiri-sendiri daripada memilih untuk mendistribusikannya lewat lembaga-
lembaga zakat. Hal ini disebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-
lembaga zakat. Menurut saya untuk mengoptimalkan lembaga-lembaga zakat yang ada
diperlukannya sosialisasi ke masyarakat agar masyarakat memahami fungsi dari lembaga
zakat itu sendiri. Dan juga lembaga zakat memberikan transparansi terhadap dana dari zakat
agar masyarakat mengetahui bagaimana kinerja dari lembaga zakat yang akan memupuk
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat tersebut.
D. Pemecahan Masalah.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa cara untuk membangun kesejahteraaan
umat salah satunya dengan zakat. Dengan adanya zakat dapat menumbuhkan sikap
dermawan, kasih sayang terhadap sesama muslim, membangun persatuan dan menyambung
tali sillaturrahmi antar umat Islam, dan juga meningkatkan kesejahteraan umat.
Selain di dalam Islam dianjurkan untuk berzakat agar dapat meningkatkan kesejahteraan
umat, Islam juga menganjurkan umatnya untuk berusaha dan bekerja agar dapat menunjang
kualitas kehidupannya.
Zakat berfungsi pula sebagai sumber dana bagi pengembangan ekonomi syariah dengan
manajemen amanah. Zakat disalurkan bukan sekedar kepada fakir miskin yang lebih
ditujukan ke kepentingan konsumsi (keluarga), tetapi idealnya dana yang disalurkan dapat
dijadikan modal usaha bagi perbaikan ekonomi keluarga warga Muslim. Jadi sisi investasi
atas zakat jauh lebih bermanfaat dibandingkan sisi konsumsi dari zakat. Agar tujuan
pengelolaan zakat tersebut dapat dicapai dan masyarakat dapat dan mau membayarkan
zakatnya melalui Badan Amil Zakat (BAZ), maka perlu dilakukan perubahan paradigma
tentang zakat, sehingga dengan demikian konsepsi zakat berubah dari konsepsi yang bersifat
statis menjadi konsepsi yang bersifat dinamis dan pada gilirannya akan mendapat perhatian
yang cukup dari ummat Islam. Perubahan paradigma menuju paradigma baru tersebut dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Merubah pandangan yang menyatakan bahwa zakat adalah bersifat sukarela dan belas
kasihan orang kaya terhadap fakir miskin, menjadi zakat adalah merupakan perintah
Allah dan hukumnya wajib untuk dilaksanakan.
9. 2. Zakat dibayarkan setelah satu tahun, menjadi zakat dibayarkan tidak mesti satu tahun
tetapi dapat dicicil setiap bulan (system kredit).
3. Zakat adalah untuk kiyai, tuan guru mengaji, menjadi zakat adalah untuk delapan asnaf.
4. Zakat adalah diserahkan langsung kepada orang per orang, menjadi zakat diserhakan
melalui Badan Amil Zakat (BAZ), Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan diserahkan kepada
kumpulan orang (system kelompok).
5. Zakat harus dibagi delapan asnaf sama besar, menjadi zakat dibagi secara prioritas
sesuai kebutuhan yang paling mendesak.
6. Zakat dikelola secara konsumtif murni, menjadi zakat harus dikelola secara produktif.
7. Zakat hanya dapat dirasakan seketika, menjadi zakat harus bermanfaat ganda dan
bersifat jangka panjang.
8. Zakat cenderung tidak mendidik, menjadi zakat harus mendidik masyarakat keluar dari
kemiskinan yang menyelimutinya.
9. Hal-hal yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah yang terdapat dalam fiqh-fiqh lama,
mejadi hal-hal yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah semua perolehan dan
penghasilan yang baik-baik.
10. Zakat dianggap mengurangi kekayaan muzakki, menjadi zakat justru menambah dan
memberkahi kekayaan si muzakki.
Selain dengan cara mengubah paradigma tentang zakat, untuk mengoptimalkan kerja
Badan Amil Zakat (BAZ) dapat dilakukan dengan sosialisasi ke masyarakat tentang fungsi
dan kinerja dari BAZ sendiri. Kemudian untuk pengurus dari Badan Amil Zakat (BAZ)
hendaknya mengelola dan mendayagunakan zakat semaksimal mungkin, memiliki program
kerja yang jelas dan terukur, memberikan zakat kepada orang-orang yang tepat, serta
senantiasa mengedepankan prinsip-prinsip kejujuran, profesionalisme, dan transparansi
dalam setiap aktivitasnya.
Menurut saya perlakuan nyata yang dapat dilakukan untuk membangun kesejahteraan
umat adalah dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat pentingnya akan zakat, dan
kewajiban berzakat. Dan begitu juga Lembaga zakat yang ada agar memantau penggunaan
dana dari penerima zakat, apakah dana tersebut benar-benar digunakan untuk modal usaha
atau tidak. Selain dengan mensosialisasikan kepada masyarakat pentingnya zakat, perlunya
diadakan pemberdayaan masyarakat sejak dini, misalnya pelatihan dengan pelatihan kerja.
10. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Berdasarkan uraian pada Bab-Bab terdahulu maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Zakat berarti sebutan atau nama bagi sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah swt.
Untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Dengan berzakat berarti
kita telah menyalurkan rezeki bagi keluarga yang tidak mampu.
2. Islam menghendaki bahwa umatnya dapat hidup sejahtera, yakni dapat terpenuhi
kebutuhan kehidupan jasmani maupun rohani. Dalam Islam kesejahteraan dibagi dalam
tiga aspek, yaitu kesejahteraan perorangan (diwujudkan dengan mencari sumber
penghasilan), kesejahteraan komunal dalam keluarga/masyarakat (diwujudkan dengan
zakat dan kepedulian terhadap dhuafa), kesejahteraan masyarakat yang lebih luas/negara
(keberkahan ahlul quro dan negeri sejahtera atau baladan aminan).
3. Untuk membangun kesejahteraan umat dapat dilakukan dengan upaya zakat karena dana
yang disalurkan dapat dijadikan modal usaha bagi perbaikan ekonomi keluarga warga
Muslim. Untuk pendistribusian zakat dilakukan melalui lembaga-lembaga yang ada,
misalnya lembaga zakat yang ada di desa maupun di sekololah. Perubahan paradigma
dibutuhkan demi tercapainya tujuan zakat itu sendiri, perubahan paradigma tersebut
diantaranya merubah pandangan yang menyatakan bahwa zakat adalah bersifat sukarela
dan belas kasihan orang kaya terhadap fakir miskin, menjadikan zakat adalah merupakan
perintah Allah dan hukumnya wajib untuk dilaksanakan. Dan merubah anggapan bahwa
zakat mengurangi kekayaan muzakki, menjadi zakat justru menambah dan memberkahi
kekayaan si muzakki.
B. Saran.
1. Masyarakat.
Masyarakat hendaknya lebih memahami pengertian zakat dan pelaksaan zakat yang sesuai
dengan hukum Islam. Disamping membangun kesejahteraan umat dengan cara zakat,
hendaknya masyarakat juga berusaha untuk bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari
2. Badan Amil Zakat (BAZ) di Kecamatan.
Mengoptimalkan pendistribusian zakat agar masyarakat lebih memahami tentang lembaga
zakat sebaiknya diadakan sosialisasi tentang program kerja lembaga itu. Dan juga senantiasa
mengedepankan prinsip-prinsip kejujuran, profesionalisme, dan transparansi dalam setiap
aktivitasnya.
3. Lembaga zakat di sekolah.
Hendaknya mendidik siswa-siswinya untuk terbiasa berzakat, memberi pengetahuan sejak
dini kepada siswa-sisiwi tentang kelembagaan zakat yang ada.