Makalah ini membahas tentang zakat, termasuk pengertian, sejarah, hukum, jenis, syarat dan rukun zakat, serta siapa yang berhak menerima zakat. Zakat adalah pemberian wajib dari harta tertentu sesuai syarat dan ukuran kepada golongan tertentu.
2. i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Zakat ini. Shalawat serta
salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari
golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya
makalah Zakat ini. Harapan kami semoga makalah Zakat yang telah tersusun ini
dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca,
menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki
bentuk ataupun isi makalah Zakat ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya
kekurangan, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang
dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh
sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang
bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.
Jakarta, 17 Agustus 1945
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat...................................................................................... 2
B. Sejarah Zakat........................................................................................... 3
C. Hukum Zakat........................................................................................... 3
D. Jenis Zakat............................................................................................... 4
E. Syarat Zakat............................................................................................. 5
F. Rukun Zakat ............................................................................................ 7
G. Yang Berhak Menerima Zakat ................................................................ 7
H. Hikmah dan Keutamaan Ibadah Zakat.................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 12
B. Saran........................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya orang-orang kaya muslim tentu saja perlu mendapat
apresiasi dari semua kalangan. Hal tersebut diharapkan mampu menjadi solusi
dari sebagian masyarakat Indonesia yang masih hidup dalam kemiskinan.
Betapa tidak, dari mereka diharapkan terjadi jembatan penghubung antara
orang-orang kaya (agniya) dan orang-orang miskin (kaum du’afa). Tentu saja
dengan posisi mereka sebagai pengusaha muslim akan diperoleh sekian banyak
kontribusi dalam upaya membantu mereka yang masih sangat membutuhkan.
Dana yang terkumpul tersebut, baik berupa zakat mal, infak, śadaqah, atau
wakaf akan sangat berarti dalam upaya membantu kaum fakir miskin.
Demikian itu karena sesungguhnya Islam membenci berputarnya
kekayaan di tangan orang-orang tertentu saja, sementara sebagian besar orang
tidak memilikinya. Islam senang kalau harta itu tidak hanya berkisar pada
orang- orang kaya saja. Sistem ekonomi Islam merupakan suatu sistem yang
indah, yang membawa keseimbangan dan keharmonisan antara kepentingan
individu dan kepentingan kolektif yang membawa misi kebersamaan agar
jurang pemisah antara orang kaya tidak terlalu jauh dengan kaum orang miskin.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Zakat?
2. Bagaimana sejarah zakat?
3. Apa hukum zakat?
4. Apa saja jenis-jenis zakat?
5. Apa saja syarat dan rukun zakat?
6. Siapa yang berhak menerima zakat?
7. Apa hikmah dan keutamaan ibadah zakat?
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
Zakat menurut bahasa (lughat) artinya tumbuh, suci, dan berkah.
Menurut istilah, zakat adalah pemberian yang wajib diberikan dari harta
tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran kepada golongan tertentu. Zakat
merupakan salah satu dari lima rukun Islam dan disebutkan secara beriringan
dengan kata salat pada 82 ayat di dalam al-Qur’ān. Allah Swt. telah menetapkan
hukum wajib atas zakat sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’ān, Sunnah
Rasul, dan Ijma ulama. Zakat secara harfiah berarti "apa yang membersihkan".
Zakat dianggap sebagai cara untuk memurnikan pendapatan dan kekayaan
seseorang dari cara mendapatkan harta duniawi yang terkadang tidak murni.
Sama seperti wudu memurnikan tubuh dan salat memurnikan jiwa, maka zakat
memurnikan harta.
Sebagai salah satu dari Rukun Islam, zakat adalah kewajiban agama bagi
semua Muslim yang memenuhi kriteria kekayaan. Ini adalah sumbangan amal
wajib, sering dianggap sebagai pajak. Pembayaran dan perselisihan tentang
zakat telah memainkan peran utama dalam sejarah Islam, khususnya selama
perang Ridda. Zakat didasarkan pada pendapatan dan nilai semua milik
seseorang. Biasanya 2,5% (atau 1/40) dari total tabungan dan kekayaan seorang
Muslim di atas jumlah minimum yang dikenal sebagai nisab, tetapi para
cendekiawan Islam berbeda pada seberapa banyak nisab dan aspek zakat
lainnya.
Menurut doktrin Islam, jumlah yang terkumpul harus dibayarkan
kepada orang miskin dan yang membutuhkan, pengumpul Zakat, orang yang
baru saja masuk Islam, budak yang baru dibebaskan, orang yang memiliki
hutang, dan orang yang sedang berjuang di jalan Allah. Saat ini, di sebagian
besar negara mayoritas Muslim, kontribusi zakat bersifat sukarela, sementara di
Libya, Malaysia, Pakistan, Arab Saudi, Sudan, dan Yaman, zakat diamanatkan
dan dikumpulkan oleh negara.
6. 3
B. Sejarah Zakat
Setiap umat muslim diwajibkan memberikan sedekah dari rezeki yang
dikaruniakan Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Alquran. Pada awalnya,
Alquran hanya memerintahkan untuk memberikan sedekah (pemberian yang
sifatnya bebas, tidak wajib). Namun, pada kemudian hari, umat Islam
diperintahkan untuk membayar zakat. Zakat menurut sebuah hadits ilmu dari
percakapan Anas bin Malik dengan Dhamman bin Tsa'labah ditetapkan
sebelum tahun ke-9 Hijriah/631 Masehi. Dikatakan ia wajib setelah hijrah
Rasulullah ke Madinah. Dalil yang menjelaskan ini ialah hadits tentang zakat
fitrah, riqayat Imam Ahmad dan Hakim, yang menyebut adanya zakat fitrah
sebelum zakat mal, yang konsekuensinya ia ditetapkan setelah adanya perintah
puasa. Zakat menjadi wajib hukumnya sejak tahun 662 M.
Nabi Muhammad melembagakan perintah zakat ini dengan menetapkan
zakat bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan beban kehidupan
mereka yang miskin. Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam negara-negara
Islam. Hal ini menunjukkan bahwa pada kemudian hari ada pengaturan
pemberian zakat, khususnya mengenai jumlah zakat tersebut.
Pada zaman khilafah, zakat dikumpulkan oleh pegawai negara dan
didistribusikan kepada kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu
adalah orang miskin, budak yang ingin membeli kebebasan mereka, orang yang
terlilit hutang dan tidak mampu membayar. Syari'ah mengatur dengan lebih
detail mengenai zakat dan bagaimana zakat itu harus dibayarkan.
C. Hukum Zakat
Allah Swt. telah menetapkan hukum wajib atas zakat sebagai salah satu
dari lima rukun Islam yang disebutkan di dalam al-Qur’ān. Hal tersebut
sebagaimana dijelaskan di dalam al-Qur’ān., Sunnah Rasul-Nya, dan ijma’ para
ulama. Di dalam al-Qur’ān Surat Al-Baqarah ayat 43 Allah Swt. berfirman:
“dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang
yang ruku’.”
Dalam Kitab Al-Ausath dan Ash-Shagir, Imam Thabrani meriwayatkan
dari Ali r.a bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda:
7. 4
“Allah Swt. mewajibkan zakat pada harta orang-orang kaya dari kaum
muslimin sejumlah yang dapat memberikanjaminan kepadaorangorang miskin
di kalangan mereka.Fakir miskin tidak akanmenderita kelaparan dan kesulitan
sandang pangan melainkan disebabkan perbuatan golongan orang kaya.
Ingatlah bahwa Allah Swt. akan mengadili mereka secara tegas dan menyiksa
mereka dengan azab yang pedih akibat perbuatannya itu.” (HR. Thabrani)
D. Jenis Zakat
Zakat terbagi atas dua jenis yakni:
1. Zakat Fitrah
Zakat Fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu
lelaki dan perempuan muslim yang berkemampuan dengan syarat-syarat
yang ditetapkan. Kata Fitrah yang ada merujuk pada keadaan manusia saat
baru diciptakan sehingga dengan mengeluarkan zakat ini manusia dengan
izin Allah akan kembali fitrah.
Besar zakat yang dikeluarkan menurut para ulama adalah sesuai
penafsiran terhadap hadits adalah sebesar satu sha' (1 sha'=4 mud, 1
mud=675 gr) atau kira-kira setara dengan 3,5 liter atau 2.7 kg makanan
pokok (tepung, kurma, gandum, aqith) atau yang biasa dikonsumsi di daerah
bersangkutan (Mazhab syafi'i dan Maliki).
Zakat Fitrah dikeluarkan pada bulan Ramadan, paling lambat
sebelum orang-orang selesai menunaikan Salat Ied. Jika waktu penyerahan
melewati batas ini maka yang diserahkan tersebut tidak termasuk dalam
kategori zakat melainkan sedekah biasa.
2. Zakat Maal (Harta)
Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil
perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan,
emas dan perak. Masing-masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-
sendiri. Macam-macam zakat Mal dibedakan atas objek zakatnya antara
lain:
a. Hewan ternak. Meliputi semua jenis & ukuran ternak (misal: sapi,
kerbau, kambing, domba, dan ayam).
8. 5
b. Hasil pertanian. Hasil pertanian yang dimaksud adalah hasil tumbuh-
tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian,
umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-
rumputan, dedaunan, dll.
c. Emas dan perak. Meliputi harta yang terbuat dari emas dan perak dalam
bentuk apapun.
d. Harta perniagaan. Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan
untuk diperjualbelikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang
seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Perniagaan di sini
termasuk yang diusahakan secara perorangan maupun
kelompok/korporasi.
e. Hasil tambang (makdin). Meliputi hasil dari proses penambangan
benda-benda yang terdapat dalam perut bumi/laut dan memiliki nilai
ekonomis seperti minyak, logam, batu bara, mutiara dan lain-lain.
f. Barang temuan (rikaz). Yakni harta yang ditemukan dan tidak diketahui
pemiliknya (harta karun).
g. Zakat profesi, yakni zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi
(hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi dimaksud mencakup
profesi pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan,
artis, dan wiraswasta.
E. Syarat Zakat
Syarat dalam ibadah zakat, yaitu syarat yang berkaitan dengan subjek
zakat/muzaki (orang yang mengeluarkan zakat) dan objek zakat (harta yang
dizakati).
1. Syarat yang Berhubungan dengan Subjek atau Pelaku
Syarat zakat yang berhubungan dengan subjek atau pelaku (muzaki:
orang yang terkena wajib zakat) adalah sebagai berikut.
a. Islam,
b. Merdeka,
c. Balig,
d. Berakal.
9. 6
2. Syarat-syarat yang Berhubungan dengan Jenis Harta
Syarat-syarat yang berhubungan dengan jenis harta (sebagai objek
zakat) adalah sebagai berikut.
a. Milik Penuh
Artinya penuhnya pemilikan, maksudnya bahwa kekayaan itu
harus berada dalam kontrol dan dalam kekuasaan yang memiliki, (tidak
bersangkut di dalamnya hak orang lain), baik kekuasaan pendapatan
maupun kekuasaan menikmati hasilnya.
b. Berkembang
Artinya harta itu berkembang, baik secara alami berdasarkan
sunatullah maupun bertambah karena ikhtiar manusia. Makna
berkembang di sini mengandung maksud bahwa sifat kekayaan itu dapat
mendatangkan income, keuntungan atau pendapatan.
c. Mencapai Nisab
Artinya mencapai jumlah minimal yang wajib dikeluarkan
zakatnya. Contohnya nisab ternak unta adalah lima ekor dengan kadar
zakat seekor kambing. Dengan demikian, apabila jumlah unta kurang
dari lima ekor, maka belum wajib dikeluarkan zakatnya.
d. Lebih dari Kebutuhan Pokok
Artinya harta yang dimiliki oleh seseorang itu melebihi
kebutuhan pokok yang diperlukan oleh diri dan keluarganya untuk hidup
wajar sebagai manusia.
e. Bebas dari Hutang
Artinya harta yang dimiliki oleh seseorang itu bersih dari hutang,
baik hutang kepada Allah Swt. (nazar atau wasiat) maupun hutang
kepada sesama manusia.
f. Berlaku Setahun/Haul
Suatu milik dikatakan genap setahun menurut al-Jazaili dalam
kitabnya Tanyinda al-Haqā’iq syarh Kanzu Daqā’iq, yakni genap satu
tahun dimiliki.
10. 7
F. Rukun Zakat
Adapun yang termasuk rukun zakat adalah sebagai berikut.
1. Pelepasan atau pengeluaran hak milik pada sebagian harta yang dikenakan
wajib zakat.
2. Penyerahan sebagian harta tersebut dari orang yang mempunyai harta
kepada orang yang bertugas atau orang yang mengurusi zakat (amil zakat).
3. Penyerahan amil kepada orang yang berhak menerima zakat sebagai milik.
G. Yang Berhak Menerima Zakat
Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, tertera dalam Surah at-
Taubah ayat 60 yakni:
1. Fakir
Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidup. Menurut Buya Hamka, kata fakir
berasal dari makna "membungkuk tulang punggung", satu sebutan buat
orang yang telah bungkuk memikul beban berat kehidupan.
2. Miskin
Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar untuk hidup. Secara kebahasaan, orang miskin berasal dari
kata ٌ
نْوُكُس (sukūn), artinya tidak ada perubahan pada hidupnya, tetap saja
begitu, menahan penderitaan hidup.
3. Amil
Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat. Tentu saja
dalam memungut zakat ini, ada para petugas yang mengambilnya. Mereka
juga berhak terhadap zakat. Namun begitu, Buya Hamka memberi catatan,
bahwa jika si pengurus atau pegawai mengambil sebagian hartanya yang
telah dipungut untuk dirinya sendiri, ini dijatuhkan kepada korupsi/ghulūl
(ٌ
لْوُلُغ). Karenanya menurut beliau, boleh saja mengadakan kepanitiaan
dalam rangka pemungutan zakat.
11. 8
4. Mu'allaf
Mualaf adalah sebutan bagi orang non-muslim yang mempunyai
harapan masuk agama Islam atau orang yang baru masuk Islam. Pada Surah
At-Taubah Ayat 60 disebutkan bahwa para mualaf termasuk orang-orang
yang berhak menerima zakat. Ada tiga kategori mualaf yang berhak
mendapatkan zakat:
a. Orang-orang yang Dirayu untuk Memeluk Islam
Pendekatan terhadap hati orang yang diharapkan akan masuk
Islam atau ke-Islaman orang yang berpengaruh untuk kepentingan Islam
dan umat Islam.
b. Orang-orang yang Dirayu untuk Membela Umat Islam
Dengan memersuasikan hati para pemimpin dan kepala negara
yang berpengaruh, baik personal maupun lembaga, dengan tujuan ikut
bersedia memperbaiki kondisi imigran warga minoritas muslim dan
membela kepentingan mereka. Atau, untuk menarik hati para pemikir
dan ilmuwan demi memperoleh dukungan dan pembelaan mereka dalam
permasalahan kaum muslimin. Misalnya, membantu orang-orang non-
muslim korban bencana alam, jika bantuan dari harta zakat itu dapat
meluruskan pandangan mereka terhadap Islam dan kaum muslimin.
c. Orang-orang yang Baru Masuk Islam
Orang-orang yang baru masuk Islam kurang dari satu tahun yang
masih memerlukan bantuan dalam beradaptasi dengan kondisi baru
mereka, meskipun tidak berupa pemberian nafkah, atau dengan
mendirikan lembaga keilmuan dan sosial yang akan melindungi dan
memantapkan hati mereka dalam memeluk Islam serta yang akan
menciptakan lingkungan yang serasi dengan kehidupan baru mereka,
baik moril maupun material.
5. Hamba Sahaya
Yang dimaksud hamba sahaya yang disuruh menebus dirinya ialah
seorang budak hamba sahaya, baik laki-laki maupun perempuan yang
dijanjikan oleh tuannya bahwa dia boleh memerdekakan dirinya dengan
syarat harus menebusnya atau membayarnya dengan sejumlah harta
12. 9
tertentu. Hamba ini diberi zakat sekadar untuk memerdekakan dirinya.
Namun, mengingat golongan ini sekarang tidak ada lagi, maka kuota zakat
mereka dialihkan ke golongan mustahiq lain menurut pendapat mayoritas
ulama fikih (jumhur). Namun, sebagian ulama berpendapat bahwa golongan
ini masih ada, yaitu para tentara muslim yang menjadi tawanan.
6. Gharimin
Gharimin adalah kata dari bahasa Arab yang bermakna orang-orang
yang memiliki hutang. Orang berutang yang berhak menerima kuota zakat
adalah orang-orang dalam golongan:
a. Orang yang berutang untuk kepentingan pribadi yang tidak bisa
dihindarkan, dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1) Utang itu tidak timbul karena kemaksiatan.
2) Utang itu melilit pelakunya.
3) Si pengutang sudah tidak sanggup lagi melunasi utangnya.
4) Utang itu sudah jatuh tempo, atau sudah harus dilunasi ketika zakat
itu diberikan kepada si pengutang.
b. Orang-orang yang berutang untuk kepentingan sosial, seperti yang
berutang untuk mendamaikan antara pihak yang bertikai dengan
memikul biaya diyat (denda kriminal) atau biaya barang-barang yang
dirusak. Orang seperti ini berhak menerima zakat, walaupun mereka
orang kaya yang mampu melunasi utangnya.
c. Orang-orang yang berutang karena menjamin utang orang lain, di mana
yang menjamin dan yang dijamin keduanya berada dalam kondisi
kesulitan keuangan.
d. Orang yang berutang untuk pembayaran diyat (denda) karena
pembunuhan tidak sengaja, apabila keluarganya (aqilah) benar-benar
tidak mampu membayar denda tersebut, begitu pula kas negara.
7. Fisabilillah
Fisabilillah adalah orang berjuang di jalan Allah dalam pengertian
luas sesuai dengan yang ditetapkan oleh para ulama fikih. Intinya adalah
melindungi dan memelihara agama serta meninggikan kalimat tauhid,
seperti berperang, berdakwah, berusaha menerapkan hukum Islam, menolak
13. 10
fitnah-fitnah yang ditimbulkan oleh musuh-musuh Islam, membendung arus
pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Dengan demikian,
pengertian jihad tidak terbatas pada aktivitas kemiliteran saja.
Kuota zakat untuk golongan ini disalurkan kepada para mujahidin,
da'i sukarelawan, serta pihak-pihak lain yang mengurusi aktivitas jihad dan
dakwah, seperti berupa berbagai macam peralatan perang dan perangkat
dakwah berikut seluruh nafkah yang diperlukan para mujahid dan da'i.
Kriteria Penerima Zakat Fisabilillah antara lain:
a. Membiayai gerakan kemiliteran yang bertujuan mengangkat panji Islam
dan melawan serangan yang dilancarkan terhadap negara-negara Islam.
b. Membantu berbagai kegiatan dan usaha, baik yang dilakukan oleh
individu maupun jamaah yang bertujuan mengaplikasikan hukum Islam
di berbagai negeri.
c. Membiayai pusat-pusat dakwah Islam yang dikelola oleh tokoh Islam
yang ikhlas dan jujur di berbagai negara non-muslim yang bertujuan
menyebarkan Islam dengan berbagai cara yang legal yang sesuai dengan
tuntutan zaman. Seperti, masjid-masjid yang didirikan di negeri non-
muslim yang berfungsi sebagai basis dakwah Islam.
d. Membiayai usaha-usaha serius untuk memperkuat posisi minoritas
muslim di negeri yang dikuasai oleh non-muslim yang sedang
menghadapi rencana-rencana pengikisan akidah mereka.
8. Ibnus Sabil
Orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil) adalah orang asing yang
tidak memiliki biaya untuk kembali ke tanah airnya. Golongan ini diberi
zakat dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Sedang dalam perjalanan di luar lingkungan negeri tempat tinggalnya.
Jika masih di lingkungan negeri tempat tinggalnya, lalu ia dalam
keadaan membutuhkan, maka ia dianggap sebagai fakir atau miskin.
b. Perjalanan tersebut tidak bertentangan dengan syariat Islam, sehingga
pemberian zakat itu tidak menjadi bantuan untuk berbuat maksiat.
c. Pada saat itu ia tidak memiliki biaya untuk kembali ke negerinya,
meskipun di negerinya sebagai orang kaya. Jika ia mempunyai piutang
14. 11
yang belum jatuh tempo, atau pada orang lain yang tidak diketahui
keberadaannya, atau pada seseorang yang dalam kesulitan keuangan,
atau pada orang yang mengingkari utangnya, maka semua itu tidak
menghalanginya berhak menerima zakat.
H. Hikmah dan Keutamaan Ibadah Zakat
Banyak sekali hikmah dan keutamaan ibadah zakat yang Allah Swt.
perintahkan kepada hamba-Nya dan kaum muslimin. Di dalam al-Qur’ān Surat
At-Taubah/9:103 Allah Swt. berfirman, “Ambillah (sebagian) dari harta
mereka menjadi sedekah (zakat), dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka ….” (Q.S. At-Taubah/9:103)
Dari penjelasan ayat di atas, bahwa tujuan zakat adalah untuk
membersihkan mereka (pemilik harta) dari penyakit kikir dan serakah, sifat-
sifat tercela serta kejam terhadap fakir miskin, orang-orang yang tidak memiliki
harta, dan sifat-sifat hina lainnya.
Di sisi lain, zakat juga untuk menyucikan jiwa orang-orang berharta,
menumbuhkan dan mengangkat derajatnya dengan berkah dan kebajikan, baik
dari segi moral maupun amal. Hingga dengan demikian, orang tersebut akan
mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.
15. 12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Sebuah ungkapan
yang menjelaskan tentang pentingnya berbagi. Islam menghendaki orang-orang
yang memiliki kelebihan harta (kaya) untuk menyisihkan sebagian hartanya
bagi mereka yang membutuhkan (miskin). Dalam ilmu fikih, membelanjakan
atau memberikan sebagian harta yang dimiliki dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Cara-cara yang biasa dilakukan oleh kaum muslimin di antaranya zakat,
infak, śadaqah, dan wakaf. Masing-masing cara tersebut memiliki ketentuan
masing- masing.
Zakat adalah pengeluaran harta yang dimiliki seseorang ketika sudah
mencapai niśab (kadarnya) dan haul (waktunya). Besarnya harta yang
dikeluarkan disesuaikan dengan harta zakatnya. Śadaqah dan infak merupakan
cara mengeluarkan harta yang dimiliki seseorang dengan tidak ditentukan kadar
dan waktunya. Adapun wakaf ialah memberikan harta berupa benda yang dapat
dimanfaatkan oleh orang banyak, baik harta tetap maupun bergerak.
B. Saran
Segala hal baik yang telah kita lakukan pasti akan mendapatkan balasan
dari Allah SWT, seperti berzakat maka tidak akan mengurangi sedikitpun dari
harta kita, tapi Allah menjanjikan akan melipatgandakannya.
16. DAFTAR PUSTAKA
Hamka, Prof. Dr. 1983. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Panji Masyarakat.
Kementerian Agama RI. 2011. Islam Rahmatan Lil’alamin. Jakarta: Kementerian
Agama RI.
Kementerian Agama RI. 2012. Tafsir al-Qur’ān Tematik. Jakarta: Kementerian
Agama RI.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Khairiyah, Nelty & Zen, Endi Suhendi. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Syaltut, Mahmud. 1990. Tafsir Al-Qur’ānul Karim. Bandung: Diponegoro.
Qardhawi, Yusuf. 1995. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. Jakarta: Gema
Insani Press.