3. PERKEMBANGAN
POLITIK
• Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di Jawa Barat pada abad
ke-15 dan 16 Masehi, dan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan
pelayaran antar pulau. Lokasinya di pantai utara pulau Jawa yang merupakan
perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat.
4. • Pangeran Cakrabuana(Pangeran Walangsungsang), tampil
sebagai "raja" Cirebon pertama yang memerintah dari keraton
Pakungwati yang dianggap sebagai pendiri Kesultanan Cirebon
dan aktif menyebarkan agama Islam kepada penduduk Cirebon.
• Pada tahun 1479 M, kedudukan pangeran Walangsungsang
sebagai penguasa Cirebon kemudian digantikan putra adiknya
yakni Syarif Hidayatullah (anak dari pernikahan Nyai
Rarasantang dengan Syarif Abdullah dari Mesir) yang
sebelumnya menikahi Nyimas Pakungwati (putri dari Pangeran
Walangsungsang dan Nyai Indang Geulis) yang setelah wafat
dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.
• Sunan Gunung Jati pada abad ke 15 membagi wilayah antara
sungai Angke dan sungai Cipunegara menjadi dua bagian
dengan sungai Citarum sebagai pembatasnya, sebelah timur
sungai Citarum hingga sungai Cipunegara masuk wilayah
Kesultanan Cirebon yang sekarang menjadi Kabupaten
Karawang, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang.
5. • Sunan Gunung Jati wafat pada 1568, Fatahillah kemudian naik takhta, dan memerintah
Cirebon secara resmi menjadi raja sejak tahun 1568. Fatahillah menduduki takhta
kerajaan Cirebon hanya berlangsung dua tahun karena ia meninggal dunia pada tahun
1570.
• Sepeninggal Fatahillah, takhta kerajaan jatuh kepada cucu Sunan Gunung Jati yaitu
Pangeran Mas, putra tertua Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung Jati.
Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama
kurang lebih 81 tahun.
• Setelah Panembahan Ratu I meninggal dunia pada tahun 1649, pemerintahan Kesultanan
Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran Rasmi atau Pangeran Abdul
Karim, yang kemudian dikenal pula dengan sebutan Panembahan Girilaya atau
Panembahan Ratu II.
6. • Kerajaan Cirebon berada pada puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Syarif
Hidayatullah.
• Masa kejayaan kerajaan Cirebon di awali dari perkembangan Islam. Pada masa
Syarif hidayatullah Islam berkembang dengan pesat. Syarif Hidayatullah
memperluas wilayah dengan menyiarkan agama islam pada daerah – daerah kecil.
• Sejak pemerintahan Syarif Hidayatullah bandar Cirebon makin ramai baik untuk
berhubungan laut antar Persi-Mesir dan Arab, Cina, Campa dan lainnya. Keraimain
di bandar Cirebon sudah menjadi bukti nyata kebesaran Cirebon dikancah
internasional. Terbukti dengan banyaknya pedagang dari berbagai negara.
• Dibentuknya sejumlah pasukan laskar dengan semangat yang tinggi, yang dipimpin
oleh para panglima (dipati-dipati) yang cukup berwibawa dan bisa dipercaya
loyalitasnya.
MASA KEJAYAAN
7. • Keberadaan Kesultanan Cirebon menjelang akhir abad ke-17 diwarnai dengan
perjanjian-perjanjian VOC antara lain perjanjian pada tanggal 7 Januari 1681,
Kesultanan Cirebon mulai dicampuri politik kolonial VOC.
• Bidang ekonomi-perdagangan, VOC mendapatkan hak monopoli seperti pakaian
dan opium. Ekspor komoditi lada, beras, kayu, gula, dan sebagainya berada di
tangan VOC.
• Sejak 1697, kekuasaan Keraton Kasepuhan dan Kanoman terbagi lagi atas
Kacirebonan dan Kaprabonan. Karena itu menurut pendapat Sharon Sidiqque,
Kesultanan Cirebon sejak 1681 sampai 1940 mengalami kemerosotan karena
kolonialisme.
• Pada tahun-tahun 1906 dan 1926, di mana kekuasaan pemerintahan Kesultanan
Cirebon secara resmi dihapuskan dengan disahkannya Gemeente Cheirebon (Kota
Cirebon).
PENYEBAB
KERUNTUHAN
9. • KERATON KACIREBONAN
• MASJID SANG CIPTA RASA
• Tasawuf dan tarekat-tarekat
keagamaan Islam seperti
Kubrawiyah, Qadariyah, Syattariyah,
dan kemudian Tijaniyah berkembang
di Cirebon.
• Naskah-naskah kuno seperti Babad
Cerbon, Tarita Puwaka Tjaruban
Nagari, Pepakem Cerbon.