2.
Kesultanan Cirebon berdiri pada abad ke-15 dan 16 Masehi.
pendiri Cirebon adalah Walangsungsang, namun orang yang
berhasil meningkatkan statusnya menjadi sebuah kesultanan
adalah Syarif Hidayatullah.
Kesultanan Cirebon berlokasi di pantai utara pulau Jawa
yang menjadi perbatasan antara wilayah Jawa Tengah dan
Jawa Barat, ini membuat Kesultanan Cirebon menjadi
pelabuhan sekaligus “jembatan” antara 2 kebudayaan, yaitu
budaya Jawa dan Sunda.
Proses berdirinya kerajaan Cirebon
3.
Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati merupakan
anggota wali songo yang menyebarkan agama islam di Jawa
Barat. Pada masa kepemimpinannya Cirebon dikenal sebagai
“Jalur Sutra”. Di sana, terdapat pelabuhan “Muara Jati”
sebagai lalu lintas utama di kawasan Cirebon yang menjadi
arena perdagangan internasional. Dalam karir politiknya,
Syarif Hidayatullah telah melakukan penyeragaman gelar
guna memudahkan penyelenggaraan pemerintahan di pusat
maupun wilayah bahawan kesultanan Cirebon. Syarif
Hidayatullah telah menyusun pemerintahan yang bersifat
desentralisasi.
Raja yang paling berjaya
5.
Perkembangan politik yang terjadi pada Cirebon berawal dari
hubungan politiknya dengan Demak. Dimulai dari keputusan
Syarif Hidayatullah yang resmi melepaskan diri dari kerajaan
Sunda tahun 1482. Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1570,
dan kepemimpinannya digantikan oleh anaknya yaitu
Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Pada masa
kepemerintahannya, Panembahan Ratu menyaksikan
berdirinya karajaan Mataram dan datangnya VOC di Batavia.
Setelah wafat pada tahun 1650, dalam usia 102 tahun,
Panembahan Ratu digantikan oleh cucunya, yaitu Pangeran
Karim yang dikenal dengan nama Panembahan Girilaya atau
Panembahan Ratu II.
Kehidupan Politik Kerajaan Cirebon
6.
Sebagai sebuah kesultanan yang terletak diwilayah pesisir
pulau Jawa, Cirebon mengandalkan perekonomiannya pada
perdangangan jalur laut, dan memiliki fungsi sebagai tempat
jual beli barang dagangan. Perekonomian Cirebon juga
ditunjang oleh kegiatan masyarakatnya yang menjadi nelayan.
Cirebon juga dikenal sebagai kota udang, artinya Cirebon juga
memiliki satu komoditi dagang utama yaitu terasi, petis dan
juga garam. Namun Setelah perjanjian 7 Januari 1681 antara
kerajaan Cirebon dan VOC, keraton Cirebon semakin jauh
dari kehidupan kelautan dan perdagangan, karena VOC
memegang hak monopoli atas beberapa jenis komoditas
perdagangan dan pelabuhan.
Kehidupan Ekonomi
7.
Diperkirakan masyarakat Cirebon merupakan campuran dari
kelompok pedagang pribumi dengan keluarga-keluarga Cina
yang telah menganut Islam. Menurut Sumber berita tertua
tentang Cirebon, satu rombongan keluarga Cina telah
mendarat dan menetap di Gresik. Seorang yang paling
terkemuka adalah Cu-cu, Keluarga Cu-cu yang sudah
menganut agama Islam kemudian mendapat kepercayaan dari
pemerintah Demak untuk mendirikan perkampungan di
daerah Barat. Atas kesungguhan dan ketekunan mereka
bekerja maka berdirilah sebuah perkampungan yang disebut
Cirebon.
Kehidupan Sosial
8.
Cirebon memiliki beberapa tradisi ataupun budaya
dan kesenian yang sampai sampai saat ini masih
terus berjalan dan masih terus dilakukan oleh
masyarakatnya. Salah satunya adalah upacara
tradisional Maulid Nabi Muhammad SAW yang ada
sejak pemerintahan Pangeran Cakrabuana dan juga
upacara Pajang Jimat.
Kehidupan Budaya
9.
Pada masa keruntuhannnya Kerajaan Cirebon terbagi menjadi
3 kesultanan yaitu, Keraton Kasepuhan dipegang oleh Sultan
Sepuh, Keraton Kanoman dipegang oleh Sultan Anom,
Keraton Karicebonan dipegang oleh Panembahan
Karicebonan. Mereka hanya mengurusi kerajaan masing-
masing. Mengakibatkan kerajaan Cirebon perlahan-lahan
mulai hancur. Setelah Sultan Panembahan Gerilya wafat pada
tahun 1702, terjadi perebutan kekuasaan diantara kedua
putranya, yaitu antara Pangeran Marta Wijaya dan Pangeran
Wangsakerta. Di samping itu adanya campur tangan VOC
yang mengadu domba mereka membuat persaudaraan
mereka menjadi permusuhan.
Keruntuhan Kerajaan
Cirebon