Dokumen tersebut membahas sejarah dan kehidupan kerajaan-kerajaan Islam di NTB, khususnya Kerajaan Selaparang dan Kesultanan Bima. Kerajaan Selaparang didirikan oleh Sunan Prapen dan berkembang pada abad ke-17 hingga akhirnya jatuh ke tangan Kerajaan Mataram pada 1672. Kesultanan Bima didirikan pada 1640 dan menjalin hubungan dengan kerajaan sekitar hingga akhirnya berakh
1. KERAJAAN ISLAM DI NTB
Disusun oleh :
1. Angelica Alivia
2. Bagas Rizki Hertanto
3. Christine T. Purba
4. Ferdinand David Santoso
5. Ikke Kristiana Puspa Ningtias
6. Matthew Liejaya Octavianus
3. A. SEJARAH BERDIRINYA
KERAJAAN SELAPARANG
Tidak diketahui secara pasti
tentang awal berdirinya
Kerajaan Selaparang.
Namun, terdapat beberapa
sumber yang cukup dapat
dipercaya. Salah satunya
adalah kisah yang tercatat di
dalam daun Lontar yang
menyebutkan bahwa
berdirinya Kerajaan
Selaparang tidak akan pernah
bisa dilepaskan dari sejarah
masuknya atau proses
penyebaran Agama Islam di
Pulau Lombok.
Disebutkan di dalam daun
Lontar tersebut bahwa Agama
Islam pertama kali dibawa
dan disebarkan oleh seorang
Mubaligh dari Kota Bagdad,
Iraq. Mubaligh tersebut
bernama AsySyaikh As-
Sayyid Nūrurrasyīd Ibnu
Hajar Al-Haytami atau yang
biasa dikenal oleh
Masyarakat Lombok dengan
sebutan Ghaus Abdurrazzāq.
Beliau selain sebagai
penyebar Agama Islam,
dipercaya juga yang
menurunkan Sulthan-Sulthan
dari Kerajaan-Kerajaan yang
ada di pulau Lombok.
4. B. KEHIDUPAN KERAJAAN
SELAPARANG
1. KEHIDUPAN POLITIK
Sunan Prapen berhasil mengislamkan Raja
Lombok, Prabu Rangkesari. Kemudian, Prabu
Rangkesari memindahkan pusat kekuasaan ke
Selaparang. Pemindahan pusat kerajaan
membawa suasana dan kondisi membaik bagi
kerajaan dan rakyatnya. Di bawah pimpinan
Prabu Rangkesari, Kerajaan Selaparang
berkembang menjadi kerajaan yang maju di
berbagai bidang. Kerajaan Lombok pernah
diserang Kerajaan Gelgel dari Bali sebanyak 2
kali. Namun, kedua serangan tersebut dapat
dipatahkan.
5. B. KEHIDUPAN KERAJAAN
SELAPARANG
2. KEHIDUPAN SOSIAL
Agama Islam masuk melalui
perdagangan. Mula-mula pedangang
datang untuk berdagang, kemudian
banyak diantara mereka yang
bertempat tinggal menetap bahkan
mendirikan perkampungan-
perkampungan. Para pendatang
dengan suku Sasak mengadakan
hubungan saling menghormati.
6. B. KEHIDUPAN KERAJAAN
SELAPARANG
3. KEHIDUPAN BUDAYA
Lombok dapat menciptakan sendiri
aksara Sasak. Para pujangganya
mengarang, menggubah,
mengadaptasi, atau menyalin ke dalam
lontar-lontar Sasak. Pujangga juga
banyak menyalin dan mengadaptasi
ajaran-ajaran sufi para walisongo,
hikayat-hikayat Melayu pun banyak
yang disalin dan diadaptasi.
7. B. KEHIDUPAN KERAJAAN
SELAPARANG
4. KEHIDUPAN EKONOMI
Labuan Lombok banyak dikunjungi para
pedagang. Labuan Lombok sebagai
pelabuan dagang disinggahi para pelaut
dan saudagar muslim dari Jawa dan
mulailah timbul bandar-bandar tempat
para pedagang sehingga semakin
ramai. Komoditas utama masyarakat
Lombok adalah padi.
8. C. KEJAYAAN KERAJAAN
SELAPARANG
Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang kuat, baik di
darat maupun di laut. Laskar lautnya telah berhasil mengusir Belanda
yang hendak memasuki wilayahnya sekitar tahun 1667-1668 M. Selain
itu, laskar lautnya pernah pula mematahkan serangan yang
dilancarkan oleh Kerajaan Gelgel (Bali) dari arah barat dua kali sekitar
tahun 1616 dan 1624 M.
Setelah pertempuran terjadi, Kerajaan Selaparang mulai
menerapkan kebijaksanaan baru untuk membangun kerajaannya
dengan memperkuat sektor agraris. Maka, pusat pemerintahan
kerajaan kemudian dipindahkan di sebuah dataran perbukitan,
tepatnya di Desa Selaparang, Kecamatan Swela, Kabupaten Lombok
Timur. Dari wilayah kota yang baru ini, semua gerakan yang
mencurigakan di tengah lautan akan segera dapat diketahui.
Wilayah Ibu Kota Kerajaan Selaparang inipun memiliki daerah
bagian belakang berupa bukit-bukit persawahan yang dibangun dan
ditata rapi, bertingkat-tingkat hingga ke hutan Lemor yang memiliki
sumber mata air yang melimpah. Berbagai sumber menyebutkan,
bahwa setelah dipindahkan Ibu Kota maka Kerajaan Selaparang
mengalami kemajuan pesat. Sebuah sumber mengungkapkan,
Kerajaan Selaparang dapat mengembangkan kekuasaannya hingga ke
Sumbawa Barat.
9. D. PENYEBAB RUNTUHNYA
KERAJAAN SELAPARANG
Di internal Kerajaan Selaparang ditengarai ada
masalah yang cukup serius yaitu perbedaan pandangan
antara Raja dan salah seorang tokoh penting di
lingkungan pusat kerajaan yang bernama Arya Banjar
Getas soal posisi pasti perbatasan antara wilayah
Kerajaan Selaparang dan Pejanggik.
Dari perselisihan paham tersebut, akhirnya Arya
Banjar Getas beserta pengikutnya meninggalkan
Selaparang bergabung dengan Kerajaan Pejanggik,
Raden Arya Banjar Getas juga mampu mengajak
Kerajaan Pejanggik untuk ikut serta dan bergabung dalam
ekspedisi tentara Kerajaan Mataram Karang Asem (Bali)
yang sudah berhasil mendarat di Lombok Barat. Hingga
pada tahun 1672 kerajaan Selaparang berhasil
ditaklukkan setelah menerima ekspedisi militer Arya
Banjar Getas, Pejanggik dengan pihak Kerajaan Mataram
Karang Asem. Kerajaan Selaparang dapat ditaklukkan
hampir tanpa perlawana, pusat kerajaan selaparang
hancur rata dengan tanah, dan raja beserta seluruh
11. E. PENINGGALAN KERAJAAN
SELAPARANG
Masjid Pusaka Kerajaan Selaparang, didalam
Masjid tepatnya didepan mimbar terdapat
sebuah batu yang kini ditutup dengan kaca,
konon batu tersebut berasal dari Kota Bagdad,
Iraq. Selain itu, didepan Masjid Pusaka,
terdapat sebuah bangunan yang berukuran
sekitar 5 x 7 meter persegi, yang oleh
masyarakat sekitar menyebutnya Gedeng
Pusaka yaitu sebuah tempat menyimpan
benda-benda pusaka kerajaan Selaparang,
Didalam gedeng tersebut tersimpan sebuah Al-
Qur’an bertulis tangan, Keris, Perisai, Sabuk
Belo, dan peralatan perang Kerajaan
Selaparang lainnya.
13. E. PENINGGALAN KERAJAAN
SELAPARANG
Tidak jauh dari Masjid Pustaka atau
sekitar 6 km, terdapat sebuah makam
Raja Selaparang yang terkenal di Pulau
Lombok. Pada mulanya makam ini
dibangun ketika salah satu Raja atau wali
Selaparang diburu oleh Belanda, ketika itu
Raja tersebut menerobos dinding Masjid
yang berada di samping makam, atas
dasar itulah makam ini kemudian
dibangun. Di kompleks ini dulunya
terdapat perpustakaan, namun oleh
Belanda buku-bukunya dimusnahkan.
Padahal di perpustakaan inilah terdapat
sejarah kejayaan Kerajaan Selaparang
15. A. SEJARAH BERDIRINYA
KESULTANAN BIMA
Kabupaten Bima berdiri pada tanggal 5
Juli 1640 M, ketika Sultan Abdul Kahir
dinobatkan sebagai Sultan Bima I yang
menjalankan pemerintahan berdasarkan
Syariat Islam. Peristiwa ini kemudian
ditetapkan sebagai Hari Jadi Bima yang
diperingati setiap tahun. Bukti-bukti
sejarah kepurbakalaan yang ditemukan di
Kabupaten Bima seperti Wadu Pa’a, Wadu
Nocu, Wadu Tunti (batu bertulis) di Dusun
Padende Kecamatan Donggo
menunjukkan bahwa daerah ini sudah
lama dihuni manusia.
16. A. SEJARAH BERDIRINYA
KESULTANAN BIMA
Kerajaan Bima dahulu terpecah –pecah dalam kelompok-kelompok
kecil yang masing-masing dipimpin oleh Ncuhi. Ada lima Ncuhi yang
menguasai lima wilayah masing-masing :
Ncuhi Dara, memegang kekuasaan wilayah Bima Tengah
Ncuhi Parewa, memegang kekuasaan wilayah Bima Selatan
Ncuhi Padolo, memegang kekuasaan wilayah Bima Barat
Ncuhi Banggapupa, memegang kekuasaan wilayah Bima Utara
Ncuhi Dorowani, memegang kekuasaan wilayah Bima Timur.
Kelima Ncuhi ini hidup berdampingan secara damai, saling
menghormati dan selalu mengadakan musyawarah mufakat bila ada
sesuatu yang menyangkut kepentingan bersama.
Dari kelima Ncuhi tersebut, yang bertindak selaku pemimpin dari Ncuhi
lainnya adalah Ncuhi Dara. Pada masa-masa berikutnya, para Ncuhi
ini dipersatukan oleh seorang utusan yang berasal dari Jawa.
17. B. KEHIDUPAN KESULTANAN
BIMA
1. KEHIDUPAN POLITIK
Agama Islam masuk di Bima melalui pelabuhan
Sape. Abdul Kahir dinobatkan menjadi Raja
Bima. Kesultanan Bima mengadakan
hubungan dengan kerajaan di sekitarnya, salah
satunya dengan Kerajaan Gowa. Perjanjian
Bungaya akhirnya memisahkan Kesultanan
Gowa dan Kesultanan Bima, karena semangat
anti penjajahan antara kedua Kesultanan
sangat merugikan perdagangan monopoly bagi
Belanda di perairan Indonesia timur. Kerajaan
Bima berakhir pada tahun 1951 karena Sultan
Muhammad Salahuddin meninggal dunia.
18. B. KEHIDUPAN KESULTANAN
BIMA
2. KEHIDUPAN EKONOMI
Kerajaan Bima telah menjalin hubungan
dagang dengan VOC. Melalui
perjanjian, kerajaan-kerajaan di pulau
sumbawa tidak boleh (dilarang)
mengadakan hubungan (politik maupun
dagang) dengan daerah-daerah lain,
dengan bangsa Eropa lain atau dengan
seseorang kecuali dengan persetujuan
dan ijin dari VOC.
19. B. KEHIDUPAN KESULTANAN
BIMA
3. KEHIDUPAN BUDAYA
Setelah agama Islam masuk ke Bima,
kemudian berkembang tradisi tulis.
Beragam tradisi dan budaya terlahir dan
masih dipertahankan rakyatnya. Salah
satu yang hingga kini masih kekal
bahkan terwarisi adalah budaya rimpu.
20. B. KEHIDUPAN KESULTANAN
BIMA
4. KEHIDUPAN SOSIAL
Agama Islam relatif mudah diterima,
karena orang Bima sebenarnya telah
lama mengenal agama Islam melalui
para penyiar agama dari tanah Jawa,
Melayu bahkan dari para pedagang
Gujarat India dan Arab di Sape. Bima
menjelma menjadi pusat penyebaran
Islam di wilayah timur Nusantara. Saat
ini, di beberapa daerah di Bima, terjadi
percampuran antara Islam dan tradisi
lokal.
21. C. KEJAYAAN KESULTANAN
BIMA
Kerajaan bima diawali kejayaannya dari
raja yg pertama masuk islam yang
bernama ruma ta ma bata wada atau
sultan abdul kahir . sejak itu pula terjalin
hubungan dengan kerajaan gowa.
Kerajaan bima tidak mempunyai puncak
kejayaan karna kerajaan bima terus
menerus melakukan perlawanan terhadap
voc dan akhirnya sultan ditangkap dan
diasingkan di makasar sampai meninggal
dunia didlm penjara dan permaisuri dompu
tewas terbunuh . karna itu lah tidak ada
puncak kejayaannya.
22. D. PENYEBAB RUNTUHNYA
KESULTANAN BIMA
Kesultanan Bima berakhir ketika Indonesia
berhasil meraih Kemerdekaan pada tahun
1945. Saat itu, Sultan Muhammad
Salahuddin, raja terakhir Bima, lebih
memilih untuk bergabung dengan Negara
Kesatuan Indonesia. Siti Maryam, salah
seorang Putri Sultan, menyerahkan
Bangunan Kerajaan kepada pemerintahan
dan kini di jadikan Museum. Di antara
peninggalan yang masih bisa di lihat
adalah Mahkota, Pedang dan Funitur
24. E. PENINGGALAN KESULTANAN BIMA
Masjid Sultan Muhammad Salahudddin dikenal
sebagai Masjid Kesultanan Bima, dibangun pertama kali
pada tahun 1770 M oleh Sultan Abdul Kadim Zilullah Fil Alam
(Sultan Bima ke-VIII, Wajir Ismail, di masa ke-Emasan
Kesultanan Bima). Nama masjid ini dinisbatkan kepada
Sultan Muhammad Salahudin (1920-1943) yang merupakan
Sultan Bima terahir yang berkuasa penuh sebagai Sultan di
Kesultanan Bima sebelum wilayah Kesultanan disatukan ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada masanya masjid peninggalan Kesultanan Bima
merupakan pusat pendidikan dan penyebaran Islam di
Kesultanan Bima dan sekitarnya serta menjadi saksi bisu
pasang surut perkembangan dan kemajuan Islam di Bima.
Masjid Sultan Muhammad Salahuddin Bima berlokasi di Jl.
Soekarno Hatta, kampung Sigi, kelurahan Paruga,
kecamatan Rasa Na’e Barat, kota Bima.
26. E. PENINGGALAN KESULTANAN BIMA
Museum Asi Mbojo atau dalam bahasa
Indonesia Museum Istana Bima
merupakan pusat Pemerintahan
Kesultanan Bima, sekaligus menjadi
tempat tinggal Sultan Ibrahim. Sebelum
pembangunan Istana Bima Baru (Asi
Mbojo Ma Bou) pada tahun 1927 – 1929,
sebelumnya terdapat Istana Bima Lama
(Asi Mbojo Ma Ntoi) yang terletak
bersebalahan tepatnya sebelah timur dari
Istana Bima Baru dan kedua Istana
tersebut berada dalam satu kawasan yang
sama.
28. E. PENINGGALAN KESULTANAN BIMA
Dana Taraha Mbojo (Doro Rade Raja Bima)
merupakan komplek pemakaman raja-raja dan
sultan Kesultanan Bima. Di tempat ini anda
dapat melihat kuburan Sultan Bima pertama
yaitu Sultan Abdul Kahir, Sultan Nima kedua
yaitu Sultan Abdul Sirajuddin, Sultan Nurdin
yang memerintah antara tahun 1682 – 1687,
Sultan Abdul Kahir II putra dari Sultan
Muhammad Salahuddin, para petinggi kerajaan
Bima seperti Abdul Samad Ompu Lamuni yang
dulunya merupakan perdana menteri
Kesultanan Bima, para mubalik penyiar Agama
Islam, dan terakhir Sultan Bima ke XVI yaitu
Sultan Ferry Zulkarnain atau yang biasa
dikenal oleh masyarakat Bima dengan nama
Dae Ferry.