1. 36. Tentang Li’an
Li’an menurut bahasa artinya saling melaknat. Adapun menurut syara’ adalah : Apabila
suami menuduh istri berbuat zina atau tidak mengakui anak yang dilahirkan itu sebagai
anaknya sedangkan dia tidak mempunyai empat orang saksi dalam tuduhannya itu, maka
masing-masing (suami-istri) harus bersumpah sebagaimana yang Allah jelaskan dalam QS.
An-Nuur ayat 6-9 sebagai berikut :
َ نذنوُنَْذْ ََنْيِذَّلا َوذهاذَد و ذٍَندَا ن
يَيذاذََا وََِحَذهَةَد ن وذهو ومنذَُا َّ يا وَّالَاَذهذود ن ذوَّم نَذونَْ نَْ َو ن ذذوهَاجَونزَا
َنْييٍيِلننا ََيُ َحَك نيا يهنيَلَع يهللا َتَننعَل ََّا وةَ
يُحَخلنا َو .َنْييقياّالص ََيمَل َّهُيا يحهلليٍ:النند .6-7
Dan orang-orang yang menuduh isrinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai
saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah
dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan
(sumpah) yang kelima, bahwa la’nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang
berdusta. [QS. An-Nuur : 6-7]
اََِع ََّا َةَ
يُحَخلنا َو .َنْييٍيِلننا ََيمَل َّهُيا يحهلليٍ هاَد ٍََندَا َاَهنةَت نَا َابََِلعنا حَهنذنَع اوؤَدناَْ َوَب
َنْييقياّالص ََيُ َحَك نيا حَهنذيَلَع يهللا:النند .8-9
Dan istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah,
sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta. Dan (sumpah)
yang kelima, bahwa laknat Allah atasnya, jika suaminya itu termasuk orang-orang yang
benar. [QS. An-Nuur : 8-9]
يهللا و نذنذذو َد َ َّْذذَمَذد حََيذاذذَلَو نَذذيُ ذفذَمَذَنذُا َو وذهذذَتَََْنُا ََذذَعَ أَذذذوجَد ََّا َْذذَموع يَذذنٍا يَذذذَع يذحدذَُ نَذذَع
يََِنْ
َ
ملنحيٍ َاَلَلننا َقَنْلَا َو حَموهَذننذيَذٍاجلمحعة .
Dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar, bahwasanya ada seorang laki-laki yang menuduh istrinya berzina
lalu berbuat li’an dan ia tidak mengakui anak yang dilahirkan istrinya, kemudian Rasulullah
SAW memisahkan antara keduanya dan menghubungkan anak tersebut kepada ibunya.
[HR. Jamaah].
2. نَذذذَعو َّْذذذذَموذْ َا يذحذذَنيعََََ
و
ملنا يَ ن َّْذذذلا يذاذذنَع ذحذذٍََا ذحذذَْ :َْذذذَموع يَذذذنٍ يهللا يذاذذنَعيل َذحذذَق وذهذذََُّا نُذذذَذ وج يَذذذنٍ يانييذعذذَ
َننو َد حَْ : َحَق . ََود وَنٍ وََود َكيذل نََع ََأَ نََُ ََّوَا َّيا .ن َعَذُ يهللا َحَحنو : َحَق ح؟َموهَذننذيَذٍ
يهللاَو . نذييَِع ْنَُحذيٍ ََّلَنَت ََّلَنَت نيا ؟و َننصَْ َفنيَكةَة يحَد فَلَع وهَتَََْنُا حَُواََا َاَجَو ننَل َتنَََْدَا
َكيذل َانعَذٍ َحَكحَّمَلَذد وهن
يوُي ن َلَذد ُّيَِّبالن َتَنَ َد : َحَق . َكيذل يلنثيُ فَلَع َتَنَ َتَنَ نيا
: َحَقَذد وحهَتَايدنُّنذنال يَِدننو يِف يْت نا يهيَِ َّلَج َو َّزَع وهللا ََزنذَُحَد .يهيٍ وتنييلوَنذٍا وهننَع َكوَنلَأَ ىيَِّلا َّيا
َينذُُّذالا َابََِع ََّا وهََْذ نخَا َو وهََّْكَذ َو وهََِعَو َو يهنيَلَع ََّوََََََذد }ن وهَاجَونزَا َ ننوُنَْذْ ََنْيَِّلا َو {و َذننََا ح
َو ذحذذََحَعََ َّو.ذحذذَهنذيَلَع وتنٍَِذذذَكذحذذَُ ذحذذييَُ ّيقَْلنحذذذيٍ َذكذذَثَعَذٍ ىيِذذذَّلا َو َ : َذحذذَقَذد يَِْذذذيِخنا يابَِذذذَع نَذذذيُ
َذكذذذَثَعَذٍ ىيِذذذذَّلا َو َ َذحذذَقَذد .يَِْذذذذيِخنا يابَِذذذذَع نَذذذيُ و َذنذذذنََا حَينذُُّذاذذذلا َابَِذذذَع ََّا ذحذذذََََْذ نخَا َو ذحذذَهََِعَو
ّيقَْلنحذيٍذييََُو .َنْييقيَذحذَّالص ََذيمَل وذهَُّيا .يذحهلليٍ اََحَذهَد َذٍَندَا َايهذذَةَد يذلوجَّْحليٍ َََاذََذد .بيذحذَنَل وذهَُّيا ح
َهَد ٍََندَا ن َايهَةَد يََِنْ
َ
ملنحيٍ ََنَذث َّو .َنْييٍيحذَنلنا ََيُ َحَك نيا يهنيَلَع يهللا َةَننعَل ََّا َةَ
يُحَخلنا.يحهلليٍ اََح
نذيَذٍ َ َّْذَذد َّو .َنْييقيَذحَّالص ََذيُ َذحَك نيا ذحَهنذيَلَع يهللا َبَضَغ ََّا َةَ
يُحَخلنا َو َنْييٍيحذَنلنا ََيمَل وَّهُياذحَموهَذن.
ل ُ و خحدى ال و ا ا
Dari Sa’id bin Jubair, bahwa ia pernah bertanya kepada Abdullah bin Umar, “Hai Abu
Abdurrahman, apakah suami istri yang telah berli’an itu harus diceraikan antara keduanya
?”. Ia menjawab, “Subhaanallaah, ya !. Sesungguhnya pertama kali orang yang bertanya
tentang hal itu adalah Fulan bin Fulan”. Ia bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana
pendapatmu kalau salah seorang di antara kami ini mendapati istrinya berbuat zina, apakah
yang harus ia lakukan ? Jika ia berbicara berarti berbicara tentang urusan besar dan jika ia
diam berarti ia mendiamkan perkara besar juga”. Ibnu Umar berkata, “Kemudian Nabi SAW
diam, tidak menjawabnya”. Kemudian ia datang lagi kepada Nabi SAW lalu berkata,
“Sesungguhnya yang kutanyakan kepadamu itu menimpa diriku sendiri”. Lalu Allah ‘Azza wa
3. Jalla menurunkan ayat-ayat dalam surat An-Nuur “Dan orang-orang yang menuduh istri-
istrinya (berzina) ....”. Kemudian Nabi SAW membacakan ayat-ayat tersebut kepadanya dan
menasehatinya serta mengingatkannya dan memberitahu, bahwa adzab di dunia itu lebih
ringan daripada adzab di akhirat. Lalu orang itu berkata, “Tidak ! Demi Dzat yang
mengutusmu sebagai Nabi dengan benar, aku tidak berdusta atas istriku”. Kemudian Nabi
SAW memanggil istri orang itu seraya menasehatinya dan memberitahu, bahwa adzab di
dunia itu lebih ringan daripada adzab di akhirat. Perempuan itu kemudian berkata, “Tidak !
Demi Dzat yang mengutusmu sebagai Nabi dengan benar, suamiku itu dusta”. Lalu Nabi
SAW memulai dari si laki-laki. Laki-laki itu bersumpah dengan nama Allah empat kali bahwa
dia sungguh di pihak yang benar, dan ke limanya semoga laknat Allah akan menimpa
dirinya jika ia berdusta. Lalu RasulullahSAW beralih kepada si wanita, kemudian wanita itu
bersaksi dengan nama Allah empat kali bahwa sesungguhnya suaminya itu berdusta, dan
kelimanya semoga murka Allah ditimpakan kepadanya jika suaminya itu benar. Lalu beliau
menceraikan keduanya. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
Catatan :
Tentang dhihar dan li’an ini, di depan sudah kami kemukakan, namun di sini perlu kami
ungkap kembali secara ringkas karena ada hubungannya dengan masalah thalaq.