Makalah ini membahas tentang Li'an sebagai salah satu cara untuk memutuskan ikatan perkawinan. Li'an adalah sumpah yang diucapkan suami ketika menuduh istrinya berzina dengan disertai empat kali sumpah dan sumpah kelima yang berisi laknat jika ia berdusta. Ayat Al-Quran dan hadis menjelaskan tentang kasus Li'an pada masa Rasulullah seperti kasus Hilal bin Umayyah. Akibat Li'an adalah
qawaid fiqhiyyah merupakan hal yang paling esensial unutk menetukan suatu hukum utamanya di zaman modern ini. dengan menguasainya,maka kita akan tahu mengenai tujuan dalam beragama Islam.
qawaid fiqhiyyah merupakan hal yang paling esensial unutk menetukan suatu hukum utamanya di zaman modern ini. dengan menguasainya,maka kita akan tahu mengenai tujuan dalam beragama Islam.
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamAnas Wibowo
Menurut aqidah Islam, hukum yang wajib dijalankan adalah hukum syariah, yakni hukum Allah, bukan hukum buatan manusia. Karena itu, dalil yang darinya digali hukum harus qath'i/ pasti bersumber dari wahyu.
PPT Pendidikan Agama ISlam: Iman Kepada Hari AkhirUNESA
Pengertian Hari Kiamat. Pengertian Iman Kepada Hari Kiamat. Ciri-Ciri Kiamat. Tanda-Tanda Kiamat. Tanda-Tanda Kecil. Tanda-Tanda Besar. Macam-Macam Hari Akhir. Kehidupan Setelah Kiamat. Surga. Macam-Macam Surga. Neraka. Macam-Macam Neraka. Tanda Penghayatan Iman Kepada Hari Akhir. Persiapan Diri Dan Bekal Hari Akhir. Hikmah Penghayatan Iman Kepada Hari Akhir
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamAnas Wibowo
Menurut aqidah Islam, hukum yang wajib dijalankan adalah hukum syariah, yakni hukum Allah, bukan hukum buatan manusia. Karena itu, dalil yang darinya digali hukum harus qath'i/ pasti bersumber dari wahyu.
PPT Pendidikan Agama ISlam: Iman Kepada Hari AkhirUNESA
Pengertian Hari Kiamat. Pengertian Iman Kepada Hari Kiamat. Ciri-Ciri Kiamat. Tanda-Tanda Kiamat. Tanda-Tanda Kecil. Tanda-Tanda Besar. Macam-Macam Hari Akhir. Kehidupan Setelah Kiamat. Surga. Macam-Macam Surga. Neraka. Macam-Macam Neraka. Tanda Penghayatan Iman Kepada Hari Akhir. Persiapan Diri Dan Bekal Hari Akhir. Hikmah Penghayatan Iman Kepada Hari Akhir
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dengan
semakin
kompleksnya
permasalahan
yang ada dalam perkawinan, maka perlu digaris bawahi
bahwasanya
permasalahan-permasalahan
ini
perlu
dicermati akar-akar permasalahannya. Akan tetapi makalah
ini hanya membatasi pembahasan materi Li‟an sebagai
tugas makalah dari Ibu Sri Rahmalina
Dengan harapan
siswa mampu memahami dan
selanjutnya dapat mengaplikasikan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bisa memberikan pencerahan kepada
masyarakat sehingga konsep-konsep terkait ajaran-ajaran
islam mengenai perkawinan bisa teraplikasikan secara
benar sehingga bisa tercipta kehidupan yang harmonis di
masyarakat.
3. 1.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Li‟an?
Apa saja contoh dari kasus Li‟an yang terjadi pada
masa Rasulullah SAW.?
Apa hikmah dan akibat dari kasus Li‟an ?
5. 1.4 Metodologi Penulisan
Tulisan ini disusun dengan metode studi
literatur menggunakan berbagai data yang
bersumber dari : buku, artikel.
6. Bab 2
Pembahasan
2.1 Pengertian Li’an
Istilah li’aan diambil dari kata la’n (
) yang berarti
laknat
atau
kutukan.
Sedangkan
menurut
syari‟at, li’aan adalah kesaksian yang diperkuat dengan
sumpah antara suami-istri yang disertai dengan menyebutkan
laknat dan kemurkaan Allah.
Hukum li’aan dibolehkan apabila suami memiliki dugaan
kuat istrinya telah berselingkuh dengan lelaki lain, atau dia
mengetahui istrinya berselingkuh. Namun jika suami
mendapati istrinya hamil sedangkan dirinya tidak pernah
menggauli istrinya atau dia yakin kehamilannya itu bukan dari
hasil hubungan dengannya maka hukum li’aan menjadi wajib.
8. Yang artinya:
“Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka
tidak memiliki saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka
persaksikanlah
masing-masing
dari
mereka
(dengan)
empat kali sumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya ia
termasuk orang yang berkata benar. Dan (sumpah) yang kelima
bahwa laknat Allah akan menimpanya, jika ia termasuk orang yang
berdusta. Dan istri itu terhindar dari hukumam apabila ia bersumpak
empat kali atas (nama) Allah bahwa dia (suaminya) benar-benar
termasuk orang-orang yang berdusta. Dan (sumpah) yang kelima
bahwa kemurkaan Allah akan menimpanya (istri), jika ia (suaminya)
itu termasuk orang yang berkata benar. Dan sekiranya bukan karena
karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu (niscaya kamu akan
menemui kesulitan). Dan sesungguhnya Allah Maha Penerima
taubat, Mahabijaksana.” (Qs. An-Nuur: 6-10)
9. 2.2 Contoh dari Kasus Li’an yang Terjadi Pada Masa
Rasulullah
Sebab turunnya ayat ini dan kekhususan hukum li'an
kepada dua suami istri adalah firman Allah yang
menyebutkan tentang sanksi orang yang menuduh wanita
mukminah, yaitu firman Allah SWT :
"Orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik
(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat
orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu)
delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima
kesaksian mereka buat selama-lamanya. Mereka itulah
orang-orang yang fasik." (an-Nuur [24]: 4)
10. Sehubungan dengan permasalahan di atas, dalam sebuah
riwayat diceritakan bahwa Sa'ad bin Ubadah selaku sesepuh orang
Anshar berkata, "Apakah hanya seperti ini, wahai Rasulullah?
(maksudnya adalah apakah solusinya hanya seperti yang tertera pada
surat An-Nuur ayat 4 diatas). Rasulullah SAW bersabda, "Apakah
kalian mendengar apa yang diucapkan oleh sesepuh kalian, wahai
kaum Anshar?" Mereka menjawab, "Dia adalah manusia paling besar
cemburunya. Demi Allah, dia hanya menikah satu kali dengan
perempuan perawan dan dia tidak pernah mencerai istrinya. Dia lelaki
paling berani menikahi perempuan perawan, karena cemburunya
yang demikian besar itu."
Kemudian Sa'ad berkata, "Demi Allah, wahai Rasulullah, aku
yakin firman Allah itu benar, dan aku juga yakin ayat itu dari Allah.
Namun, aku hanya merasa heran, seandainya aku menemukan
pergelangan tangan (istri) diperkosa, aku tidak boleh berbuat apa-apa,
tidak boleh membentak, dan tidak boleh mengusirnya sampai aku
dapat menghadirkan empat orang saksi. Demi Allah, jika aku
menghadirkan mereka, pastilah pemerkosa itu telah memuaskan
nafsunya."
11. Tidak berselang lama setelah kejadian itu, pada suatu sore, ketika
Hilal bin Umayyah kembali dari kampung halamannya, dia mendapati
istrinya bersama seorang laki-laki. Dia melihat dan mendengarnya
sendiri, namun dia tidak membentak atau mengusirnya sampai waktu pagi
tiba. Pagi itu juga, Hilal menemui Rasulullah SAW dan berkata, "Wahai
Rasulullah, kemarin, ketika aku pulang di sore hari, aku mendapati istriku
bersama seorang laki-laki. Aku melihat dan mendengarnya sendiri."
Mendengar cerita itu, Rasulullah tidak senang dan marah. Sa'ad bin
Ubadah berkata, "Sekarang, Rasulullah mendapat contoh langsung dari
peristiwa Hilal bin Umayyah. Kesaksian Hilal pun tidak dapat diterima oleh
kaum muslimin."
Hilal berkata, "Aku berharap, Allah akan memberikan jalan keluar
untukku." Kemudian Hilal berkata kembali, "Ya Rasulullah, aku mengerti
engkau marah karena cerita yang aku sampaikan. Allah mengetahui bahwa
aku berkata jujur."
Demi Allah, sesungguhnya, Rasulullah SAW ingin memberikan
perintah agar Hilal didera, namun saat itu wahyu turun, yakni Surah An
Nuur ayat : 6 – 10 tersebut.
Setelah itu, Rasulullah SAW bersabda, "Bergembiralah, hai Hilal, Allah
telah
memberikan
jalan
keluar
dan
kelapangan."
Hilal
menyahut, "Sungguh, itulah yang aku harapkan dari Tuhanku."
12. Diriwayatkan juga dari jalur Ibnu „Umar radhiyallahu ‘anhuma,beliau
menceritakan:
“Bahwa fulan bin fulan berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimanakah
menurut pendapatmu jika salah seorang diantara kami mendapati istrinya
berbuat zina, apakah yang seharusnya ia lakukan?’ Jika Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berbicara, maka dia berbicara untuk suatu perkara yang
besar. Sedangkan jika dia diam, maka dia diam untuk perkara yang
besar. Ibnu ‘Umar menuturkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
diam dan tidak menjawabnya.
Setelah itu, orang tersebut mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam lagi dan mengatakan, ‘Sesungguhnya permasalahan yang aku
tanyakan kepadamu itu telah menimpaku.’ Oleh karena itu, Allah Ta’ala
menurunkan banyak ayat dalam surat An-Nuur yang berbunyi, ‘Orangorang yang menuduh istri-istri mereka melakukan perbuatan zina..’ Nabi
membacakan ayat-ayat tersebut pada orang tadi. Beliau memberikan
nasihat kepadanya, mengingatkannya dan memberitahu kepadanya
bahwa siksa di dunia itu lebih ringan daripada siksa di akhirat. Orang tadi
mengatakan, ‘Tidak, demi Dzat yang telah mengutusmu sebagai seorang
Nabi, aku tidaklah berdusta dalam tuduhan itu.’
13. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas memanggil istri
orang
tersebut.
Beliau
memberinya
nasihat, mengingatkannya, memberitahu bahwa siksa di
dunia itu lebih ringan daripada siksa di akhirat. Wanita
tersebut lantas berkata, ‘Tidak, demi Dzat yang telah
mengutusmu dengan membawa kebenaran, sesungguhnya
suamiku telah berdusta.’ Nabi memulai dari orang tersebut.
Orang tersebut lantas memberikan kesaksian atas nama
Allah sebanyak empat kali bahwa dirinya adalah orang yang
benar. Yang kelima adalah bahwa laknat Allah akan
menimpanya sekiranya dirinya berdusta.
Berikutnya adalah sang istri, wanita tersebut lantas
bersaksi atas nama Allah sebanyak empat kali bahwa
suaminya telah berdusta. Yang kelima adalah bahwa dirinya
akan mendapatkan kemurkaan Allah, jika ternyata
suaminyalah yang benar. Setelah itu, Nabi menceraikan
pasangan suami istri tersebut.’
14. „Allah mengetahui bahwa salah satu diantara
kalian telah berdusta. Apakah ada diantara kalian
yang hendak bertaubat?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata demikian sebanyak tiga kali.
Dalam lafazh lain disebutkan, ‘Engkau tidak
boleh bersamanya untuk selamanya.’
„Wahai Rasulullah, bagaimana dengan mas
kawinku?’ kata orang tersebut. Nabi menjawab, ‘Mas
kawin itu tidak lagi menjadi milikmu. Jika kamu
memang benar, maka maskawin itu adalah sebagai
ganti engkau telah menggaulinya. Namun, jika
engkau berdusta, maka amat sangat tidak mungkin
harta itu kembali kepadamu darinya.” [Hadits shahih.
Riwayat Muslim. Si fulan yang disebutkan dalam
riwayat di atas adalah Uwaimir Al-'Ajlani]
15. 2.3 Hikmah dan Akibat dari Kasus Li’an
Hikmah penetapan hukum ini adalah:
1. Ketaatan seorang istri kepada suami tidak akan bertahan kecuali
dengan adanya keselarasan dan kasih sayang diantara keduanya.
2. Penetapannya merupakan suatu bentuk pelajaran bagi keduanya.
Juga suatu kewaspadaan dan peringatan bahwa apa yang telah
dilakukan telah menodai kehormatan rumah tangga.
3. Sebagai satu usaha untuk menjaga kehormatan yang tidak akan
kembali atas tuduhan tersebut walau dengan berlalunya hari.
Akibat Li‟an
Akibat li‟an suami, yaitu timbul beberapa hukum yakni dia tidak
disiksa (didera), Si istri wajib disiksa (didera) dengan siksaan zina,
suami istri bercerai selamanya, dan kalau ada anak, anak itu tidak
dapat diakui oleh suaminya.
16. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Li‟an ialah sumpah yang diucapkan oleh suami ketika ia
menuduh isterinya berbuat zina dengan empat kali kesaksian
bahwa ia termasuk orang yang benar dalam tuduhannya
kemudian pada sumpah kesaksian kelima disertai
persyaratan bahwa ia bersedia menerima laknat Allah jika ia
berdusta adalam tuduhannya itu.
2. Ayat-ayat Al-qur‟an yang membicarakan masalah
li‟an diantaranya yaitu, surat An- Nur ayat 6-10
serta hadist yang menjelaskan masalah li‟an
diantaranya adalah hadist yang diriwayatkan dari
Ibnu Abbas, Ibnu Umar r.a, dan lain sebaginya.
17. 3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, dalam
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kepada para pembaca, teman-teman, serta guru
pembina tim penulis sarankan untuk memakluminya dan
memberi masukan berupa keritikan yang membangun
agar kami tidak salah lagi dalam pembuatan makalah
dilain hari nantinya.
18. DAFTAR PUSTAKA
• Al Qur’an Al Kariem
• HaditsWeb Kumpulan dan Refrensi Belajar Hadits (Al
Qur'an dan Terjemahannya)
• Syamsuri. 2006. Pendidikan Agama Islam untuk SMA
Kelas XII. Jakarta : Erlangga.