KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
Tentang ruju
1. Tentang Ruju’
ْ
ِف ُهللا َقَلَخ اَم َنْمُتْكَّي ْنَا َّنََُل ُّلََِي َال َو ،ٍءْوُرُق َةَلثَث َّنِهِسُفْنَاِب َنْصَّبَرَتَي ُقتَّلَط
ُ
ملْا َوَّنِهِامَََْْا
ْ
ِف َّنِ
َرِب ُّق َََا َّنُهُتَالَُُُّْب َو ،ِر ِالخْا ِبَْ َالخْا َو َِاِب َّنِمْبُي َّنُك ْنِااََ ْحِا اْوُاََْا ْنِا َِِذال.
:البقرةا228
Wanita-wanita yang dithalaq hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’. Tidak
boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka
beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam
masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. [QS. Al-Baqarah : 228]
ٍانَسَِْإِب ٌيحِرْسَت ْوَا ٍفْوُرَُِِّْب ٌاكَسْمِاَف ِنتَّرَم ُقَ َّطاال:البقرةا .229
Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf
atau menceraikan dengan cara yang baik. [QS. Al-Baqarah 229]
َال َو ، ٍوفْ ُر َُِِّْب َّنََُُْر َ ْوَا ٍفْوُر َُِِّْب َّنَُُْك ِسْمَاَف َّن ُهَلََِا َنْفَلَب َف َلء َساالء ُنُت ْقَّلَط اَذِا َو
َّنَُُْك ِسُُْتاْوُدَتَُّْتال اْاَرِض:البقرةا .231
Apabila kamu menthalaq istri-istrimu, lalu mereka mendekati akhir ‘iddahnya, maka rujukilah
mereka dengan cara yang ma’ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma’ruf (pula).
Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian
kamu menganiaya mereka. [QS. Al-Baqarah 231]
ْدِهَْْا : ََاَقَف .ُدِهْشُي َال َو ُع ِِاَرُي َُُّث ُقلَطُي ِلَُِّاالر ِنَع َلِئُ َُّهنَا ْض ٍْْيَصَُ ِنْب َناَرْمِع ْنَع
اَهِتََُِّْْ ىَلَع َو اَهِقَ َط ىَلَعَاب .ححخح ءده و ،مَقَفا كذا او
Dari ‘Imran bin Hushain RA, bahwasanya ia ditanya tentang laki-laki yang menthalaq
istrinya, kemudian merujukinya dengan tanpa saksi, ia berkata, “Hendaklah kamu saksikan
pada thalaqnya dan pada rujuknya”. [Demikian diriwayatkan oleh Abu Dawud, mauquf dan
sanadnya shahih]
2. :بلفظ البخهقىا اخرِه و: ََاَقَف ،ْدِهْشُي ََْل َو ،ُهَتَأَرْام َعَِاَْ ْنَّمَع َلِئُ ْض ٍْْيَصَُ َنْب َناَرْمِع َّنَا
َنآلْا ِدِهْشُخْلَف ٍَّةءُ ِْْيَغ ِِف:ايةوْ ِف اىنربالطا از و .ِرِفْفَتْسَي َو.َهللا
Dan Baihaqi meriwayatkan dengan lafadh : Bahwasanya ‘Imran bin Hushain RA ditanya
tentang laki-laki yang merujuki istrinya dengan tanpa saksi, ia berkata, “Ia tidak menurut
sunnah, maka sekarang ia harus bersaksi”. Dan dalam sebuah riwayat, Thabrani
menambahkan, “Dan hendaklah ia minta ampun kepada Allah”.
اَهُّْ ِِاَرُخْلَف ُهْرُم :َرُُِّال ص َُِِّّباالء ََاَق ُهَتَأَرْام َقَّلَط اَّمَال َُّهنَا ْض َرَمُع ِنْاب ِنَعمسلن و البخاْىا .
Dari Ibnu ‘Umar RA bahwasanya ketika ia mencerai istrinya (dalam keadaan haidl), Nabi
SAW bersabda kepada ‘Umar, “Suruhlah ia agar merujuki istrinya”. [HR. Bukhari dan
Muslim]
َ َط ىَلَع ْدِهْشُي ََْل َو اَ
ِِب ُعَقَي َُُّث ُهَتَأَرْام ُقلَطُي ِلَُِّاالر ِنَع َلِئُ َُّهنَا ٍْْيَصَُ ِنْب َناَرْمِع ْنَعاَهِق
ِتََُِّْْ ىَلَع َال َوَو ا َهِقَ َط ىَلَع ْدَهِْْا ،ٍَّةءُ ِْْيَفِال َتَُِّْاَْ َو ٍَّةءُ ِْْيَفِال َتْقَّلَط : ََاَقَف ،ا َه
ْدَُُّت َال َو اَهِتََُِّْْ ىَلَعتُّد ال و يقل َل و َبان ابن و او َاب .
Dari ‘Imran bin Hushain bahwa ia pernah ditanya tentang laki-laki yang menthalaq istrinya
kemudian ia tetap mencampurinya, sedang ia ketika menthalaq itu tidak ada saksinya,
demikian pula rujuknya. Kemudian ia menjawab, “Kamu menthalaq tidak menurut sunnah
(Nabi) dan merujuk (juga) tidak menurut sunnah. Adakanlah saksi ketika menthalaq dan
merujuk dan janganlah kamu ulangi (perbuatan seperti itu). [HR. Abu Dawud dan Ibnu
Majah, sedang Ibnu Majah tidak berakata, “Jangan kamu ulangi”.]
ُتْءُك: ْتَالاَقَف ص ِِبَّاالء َِا ِّنَرُقالْا َةَاعَفِْ ُةَأَرْام ِأَاء َِ : ْتَالاَق َة َشِاشَع ْنَع،َةَاعَفِْ َدْءِع
ِةَبْدَ ُلْثِم ُهََُّم اََّاِا َو ،ِْْيَبُّزاال َنْب ِن ْمَّراال َدْبَع ُهَدَُّْب ُتَِّْوَزَتَف ،ىِقَ َط َّتَبَف ِِنَقَّلَطَف، ََِِّْاالث
َقْوُذَي َو ُهَتَلْخَسُع ىِقْوُذَت ََّّتََ َال ؟َةَاعَفِْ َِا ىُِّ ِِْرَت ْنَا َنْيِدْيِرُتَا : ََاَقَفَِِتَلْخَسُعاجلماعة .
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Istri Rifa’ah Al-Quradhiy pernah datang kepada Nabi SAW, lalu
berkata, “Aku fulu menjadi istri Rifa’ah, kemudian ia menthalaqku thalaq tiga, kemudian
3. sesudah itu aku kawin dengan ‘Abdurrahman bin Zubair, sedang apa yang ada padanya
seperti ujung pakaian”. Kemudian Nabi SAW bertanya, “Apakah kamu ingin kembali kepada
Rifa’ah ? Tidak boleh, sehingga kamu merasakan madunya dan dia merasakan madumu”.
[HR. Jama’ah]
: ََاَق ص ََِِّّباالء َّنَا َةَشِاشَع ْنَعُاعَمِجلْا َِّ ُةَلْخَسُُّْالَاالءساشىا و امد .
Dari ‘Aisyah bahwa sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Yang dimaksud madu itu ialah
jima’ “. [HR. Ahmad dan Nasai]
Keterangan :
1. Bekas istri yang boleh dirujuki adalah yang baru dithalaq dua kali.
2. Bekas istri yang sudah dithalaq tiga kali tidak boleh dirujuki, kecuali apabila bekas istri tadi
sudah kawin dengan laki-laki lain dan sudah dikumpuli, kemudian dithalaq oleh suami yang
kedua tersebut dan sesudah habis masa ‘iddahnya.
3. Adapun cara rujuk adalah dengan nikah lagi, dengan alasan karena ikatan nikah yang dulu
sudah putus karena thalaq. Namun demikian ada pula ulama yang berpendapat apabila
rujuknya itu masih di dalam masa ‘iddah, tidak perlu dengan nikah lagi, dengan alasan “Dan
suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu
menghendaki ishlah”. [Al-Baqarah : 228], Walloohu a’lam.