SlideShare a Scribd company logo
1 of 84
Download to read offline
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. N DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERSARAFAN : SPACE OCCUPYING LESSION (SOL)
SUPRATENTORIAL DI RUANG KEMUNING LANTAI II
BEDAH SARAF RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Disusun Oleh :
K A R M I L A
NIM : 13.13.1064
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
RAHA
2016
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:
“Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. N dengan Gangguan Sistem Persarafan
: Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial di Ruang Kemuning Lantai II
Bedah Saraf RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di hadapan dewan
penguji.
Raha, 02 Juli 2016
Pembimbing
FITRIA MARFI, S.Kep., Ns
NIDN : 3401018901
Mengetahui :
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.Kep
NIP.19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada Tanggal 02 Juli 2016
Dewan Penguji
1. Fitria Marfi, S.Kep., Ns (………………………….)
2. Almawin Susen, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)
3. Harnia, S.Kep., Ns (……………………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal, 02 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.Kep
NIP.19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada Tanggal 02 Juli 2016
Dewan Penguji
1. Fitria Marfi, S.Kep., Ns (………………………….)
2. Almawin Susen, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)
3. Harnia, S.Kep., Ns (……………………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal, 02 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.Kep
NIP.19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada Tanggal 02 Juli 2016
Dewan Penguji
1. Fitria Marfi, S.Kep., Ns (………………………….)
2. Almawin Susen, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)
3. Harnia, S.Kep., Ns (……………………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal, 02 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.Kep
NIP.19800212 200312 2 006
iv
ABSTRAK
Latar belakang, Menurut catatan medical record Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf RSUP dr.
Hasan Sadikin Bandung periode Januari – Desember 2015 didapatkan bahwa kasus Space
Occupying Lession (SOL) menempati urutan kedua atau terdapat 58 (22,92%) kasus dari 253 kasus
penyakit. Space Occupying Lession (SOL) merupakan masalah yang sangat memerlukan perhatian
dan penatalaksanaan yang sangat komprehensif dan intensif bagi tenaga kesehatan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan karena kasus menempati urutan ke-sembilan
dari sepuluh penyebab kematian.
Tujuan, Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan nyata tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL)
dengan pendekatan proses keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Metode Telaahan, Metode yang digunakan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini yaitu metode
analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan proses keperawatan dengan tehnik
pengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, studi kepustakan dan
pemeriksaan fisik.
Hasil, Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny. N mulai Tanggal 23 Februari sampai dengan
25 Februari 2016 di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
ditemukan tiga diagnosa keperawatan yaitu, nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial, defisit perawatan diri : personal hygiene berhubungan dengan adanya keterbatasan
aktivitas, dan ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan cara
penanganannya. Setelah dilakukan evaluasi selama tiga hari dari tiga diagnosa keperawatan atau
masalah yang ditemukan, terdapat 2 masalah yang teratasi, tetapi masalah keperawatan yang lain
telah menunjukan perubahan. Hal ini terjadi karena beberapa masalah keperawatan membutuhkan
waktu yang berbeda-beda dalam proses penyembuhan.
Kesimpulan, Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Space Occupying Lession
(SOL) perawat harus menerapkan proses keperawatan secara proaktif dan meningkatkan frekuensi
kontak dengan klien serta dalam melaksanakan asuhan keperawatan diperlukan adanya
pendokumentasian yang dicatat dalam status kesehatan klien dan diperlukan adanya kerjasama yang
baik dengan tim kesehatan lainnya.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. N
dengan Gangguan Sistem Persarafan: Space Occupying Lession (SOL) di
Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Adapun maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Diploma III
Keperawatan pada Akper Pemkab Muna.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan
hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan
dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Oleh karena itu, penulisa dalam kesempatan ini mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Ibu dr. Ayi Djembarani, MARS, selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung beserta staf yang telah memberikan waktu dan
kesempatan penulis untuk praktek di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung.
2. Ibu Santhy, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Direktur Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna sekaligus yang telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk mengikuti pendidikan di Akademi Keperawatan Pemerintah
Kabupaten Muna.
3. Ibu Kalih Sarjono, S.Kep., Ns., selaku penguji lahan ujian praktek beserta
perawat di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama melakukan Asuhan Keperawatan dalam
pengambilan kasus.
4. Ibu Fitria Marfi, S.Kep., Ns selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan mengarahkan
penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
5. Kepala Ruangan, CI Ruangan, Perawat serta Staf di Ruang Kemuning Lantai II
Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah
vi
memberikan petunjuk dan nasehat serta kerja sama dalam melaksanakan asuhan
keperawatan di ruangan yang dipimpinnya.
6. Seluruh Staf dan Dosen Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna
yang telah memberikan dukungan dan bantuan serta kerja sama dalam proses
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Ny. N beserta keluarganya yang telah bersedia menerima penulis dan mau
bekerjasama dengan penulis untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Orang tuaku tercinta Ayahanda La Sola dan Ibunda Wa Ndokia, saudaraku La
Ode Unsa, S.Pd, Subianton, S.Pd, Nurida dan seluruh keluarga yang tidak
putus-putusnya memberikan doa, motivasi, harapan dan dorongan baik moril
maupun materi selama mengikuti pendidikan.
9. Rekan-rekan Angkatan XIII dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang turut memberikan bantuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya masukan, baik kritik maupun saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis, profesi keperawatan dan pembaca pada umumnya guna
mengembangkan dunia keperawatan, kiranya Allah SWT meridhoi segala aktivitas
kita untuk kemaslahatan. Amin. Wassalamualaikum Wr.Wb.
Raha, 28 Juni 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
ABSTRAK ................................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................
DAFTAR TABEL.....................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
DAFTAR BAGAN .....................................................................................
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................
B. Ruang Lingkup Pembahasan .............................................
C. Tujuan Penulisan................................................................
D. Manfaat Penulisan..............................................................
E. Metode Telaahan ...............................................................
F. Waktu Pelaksanan .............................................................
G. Tempat Pelaksanan ...........................................................
H. Sistematika Telaahan ........................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN :
SPACE OCCUPYING LESSION (SOL)
A. Konsep Dasar .................................................................... 9
1. Defenisi ....................................................................... 9
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan.................... 10
3. Etiologi ........................................................................ 17
4. Patofisiologi ................................................................
5. Tanda dan Gejala .........................................................
6. Pemeriksaan Penunjang ............................................... 23
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
xi
xii
xiii
1
3
3
4
5
6
6
6
8
8
9
13
11
11
12
viii
7. Penatalaksanaan Medis................................................ 25
8. Komplikasi................................................................... . 32
9. Dampak Masalah terhadap Perubahan Struktur/Pola
Fungsi Sistem Tubuh terhadap Kebutuhan Klien
Sebagai Makhluk Holistik ................
B. Tinjauan Teoritis tentang Asuhan Keperawatan ................ . 35
1. Pengkajian.................................................................... . 35
2. Diagnosa Keperawatan .............................................. . 50
3. Perencanaan ................................................................ . 51
4. Implementasi ............................................................... . 61
5. Evaluasi ....................................................................... .
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus................................................................... . 63
1. Pengkajian ................................................................... . 63
2. Diagnosa Keperawatan ............................................... . 81
3. Rencana Tindakan Keperawatan ................................. . 84
4. Implementasi dan Evaluasi ......................................... . 88
5. Catatan Perkembangan................................................. . 92
B. Pembahasan ....................................................................... . 102
1. Pengkajian ................................................................... . 102
2. Diagnosa Keperawatan................................................ . 114
3. Perencanaan................................................................. . 117
4. Implementasi............................................................... . 118
5. Evaluasi....................................................................... .
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ........................................................................ . 122
B. Rekomendasi...................................................................... .
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
12
12
12
13
13
20
21
24
24
25
25
39
41
44
48
50
51
52
53
54
55
58
59
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Daftar Sepuluh penyakit terbesar di Ruang Kemuning Lantai
II Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung ..................................................................................
Perencanaan Perubahan Perfusi Jaringan Otak ......................
Perencanaan Nyeri Akut .........................................................
Perencanaan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh ..............
Perencanaan Hambatan Mobilitas Fisik .................................
Perencanaan Ansietas .............................................................
Pola Aktivitas Sehari-hari Ny. N ...........................................
Data Penunjang .......................................................................
Analisa Data ...........................................................................
Rencana Tindakan Keperawatan ............................................
Implementasi dan Evaluasi .....................................................
Catatan Perkembangan ...........................................................
2
21
22
22
23
23
33
35
37
41
44
48
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Anatomi Sistem Persarafan ............................................ 9
xi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1. Genogram 3 generasi ..................................................... 27
xii
DAFTAR SINGKATAN
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
CNS : Central Venous System
CRT : Capillary Refille Time
CSF : Cerebrospinal – Fluid
CSS : Cairam Serebro Spinal
CT : Computed Tomography
DNA : Deoxiribonucleat Acid
DO : Data Objektif
DS : Data Subjektif
GCS : Glassgow Coma Scale
HT : Hearing Touchsense
IV : Intra Vena
JVP : Jugularis Vena Pressure
MARS : Magister Administrasi Rumah Sakit
MRI : Magnetic Resonance Imaging
P.O : Per Oral
RS : Rumah Sakit
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
SOL : Space Occupying Lession
TIK : Tekanan Intra Kranial
TTV : Tanda-tanda Vital
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 2 : Materi
Lampiran 3 : Leaflet
Lampiran 4 : Lembar Konsul
Lampiran 5 : Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta
kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode
sebelumnya (Kemenkes RI, 2015).
Salah satu masalah kesehatan yang timbul adalah pada gangguan
sistem persarafan yang bisa menyerang otak yang merupakan organ vital
yang berperan sangat penting bagi tubuh. Otak mengatur proses berpikir,
berbahasa, kesadaran, emosi dan kepribadian seseorang. Selain keseimbangan
cairan, keseimbangan hormonal, mengatur emosi, ingatan dan aktivitas
motorik dan lain-lain. Penyakit yang banyak menyerang otak diantaranya
adalah Space Occupying Lession (SOL). SOL adalah sebuah lesi yang berasal
dari sel-sel otak atau struktur di sekelilingnya dan terletak pada intrakranial
yang menempati ruang di dalam tengkorak (Dewi, Loho, dan Tubagus,
2015).
Space Occupying Lession (SOL) meliputi 85-90% dari seluruh tumor
susunan saraf pusat dengan frekuensi 80% terletak di intrakranial dan 20% di
2
kanalis spinalis. Insiden berkisar antara 6,6 per 100.000 penduduk per tahun
di Amerika Serikat dengan angka mortalitas 4,7 per 100.000 pernduduk per
tahun. Mortalitas lebih tinggi pada pria. Urutan frekuensi neoplasma di dalam
ruang intrakranial adalah sebagai berikut : glioma 35-60%, meningioma
sekitar 9-22%, hipofisoma 5-16%, neurilemoma 7-9%. Space Occupying
Lession (SOL) merupakan penyebab kematian kedua dari semua kasus kanker
yang terjadi pada pria berusia 20-39 tahun.
Di Indonesia data tentang Space Occupying Lession (SOL) masih
kurang. Di Bandar Lampung periode 2009-2013 terdapat 173 kasus SOL. Di
Bagian Radiologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2011 terdapat
10 kasus terdiagnosis dengan neoplasma intrakranial. Di Indonesia, 22% SOL
didiagnosis dengan pemeriksaan radiologi (Dewi, Loho, dan Tubagus, 2015).
Menurut data yang diperoleh dari rekam medik Ruang Kemuning
Lantai II Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung
dalam kurun waktu 1 tahun terakhir yaitu mulai dari Januari sampai dengan
Desember 2015 yaitu:
Tabel 1 . Daftar Sepuluh Penyakit Terbesar di Ruang Kemuning Lantai II Bedah
Saraf Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Bulan
Januari sampai dengan Desember 2015.
No Jenis penyakit Jumlah Presentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Trauma kepala atau head injury
SOL
Hydrocephalus
Intrakranial haemoragik
Subdural hematoma
Intrakranial wound
Malformation of aqueduct of syvius
Bone defect
Hernia nucleus pulposus
Enchephalocele
129
58
27
11
9
6
4
3
3
2
50,99
22,92
10,67
4,35
3,56
2,37
1,58
1,58
1,29
0,79
Total 253 100
Sumber : Rekam Medik di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung (Januari – Desember 2015).
3
Berdasarkan Tabel 1 diatas Penyakit Space Occupying Lession (SOL)
merupakan penyakit terbanyak kedua yang dirawat yaitu ada 58 kasus dengan
presentase 22,92%. Mengingat dampak yang ditimbulkan dari kasus tersebut
maka penulis tertarik untuk membuat suatu Karya Tulis Ilmiah yang berjudul :
”Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. N dengan Gangguan Sistem Persarafan
: Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial di Ruang Kemuning Lantai
II Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi pembahasan pada
pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap Ny. N dengan
gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial
di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat dr.
Hasan Sadikin Bandung.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dan mampu melaksanakan
asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi aspek Bio, Psiko, Sosial
dan Spiritual dengan pendekatan proses keperawatan tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan :
Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kasus gangguan
sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial.
4
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan kasus
gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL)
Supratentorial.
c. Mampu melakukan perencanaan keperawatan sampai dengan evaluasi
pada klien dengan kasus gangguan sistem persarafan : Space
Occupying Lession (SOL) Supratentorial.
d. Mampu mengaplikasikan rencana keperawatan pada klien dengan
kasus gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL)
Supratentorial.
e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien dengan
kasus gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL)
Supratentorial.
f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada klien
dengan kasus gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession
(SOL) Supratentorial.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai sumber informasi tentang kasus-kasus gangguan sistem persarafan
: Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan menjadi bahan masukan dalam mempelajari asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space
Occupying Lession (SOL) Supratentorial, khususnya dalam pelaksanaan
perkuliahan dan dalam proses pendidikan.
5
3. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai bahan masukan bagi tenaga perawat yang bertugas melaksanakan
pelayanan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan gangguan
sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial.
4. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan sekaligus sebagai bahan referensi
mahasiswa lain yang ingin melakukan penulisan Karya Tulis Ilmiah
tentang gangguan sistem persyarafan : Space Occupying Lession (SOL)
Supratentorial.
E. Metode Telaahan
Metode yang digunakan dalam penulisan penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini yaitu metode analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan
pendekatan suatu proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun tekhnik pengumpulan data
yaitu :
1. Observasi
Observasi yaitu mengamati keadaan klien yang meliputi Bio, Psiko,
Sosial, Kultural dan Spiritual.
2. Wawancara
Mengadakan tanya jawab secara langsung dengan klien dan keluarga serta
tenaga kesehatan lain untuk memperoleh informasi yang akurat.
6
3. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik guna menemukan masalah kesehatan dan
keperawatan yang klien alami secara head to toe dan didokumentasikan
secara persistem meliputi Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi.
4. Studi Dokumentasi
Melakukan pengumpulan data atau informasi melalui medical record yang
berhubungan dengan keseharian klien.
5. Studi Kepustakaan
Mempelajari literatur yang berkaitan dengan penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini. Dimana literatur yang digunakan diambil dari buku – buku dan jurnal.
F. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan ini selama 3 hari yaitu mulai
dari tanggal 23 sampai dengan 25 Februari 2016.
G. Tempat Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Kemuning Lantai II Bedah
Saraf Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
H. Sistematika Telaahan
Untuk memudahkan memahami isi dari pada Karya Tulis Ilmiah
secara sistematika adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan meliputi latar belakang, ruang lingkup
pembahasan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
telaahan, waktu pelaksanaan dan tempat pelaksanaan, serta
sistematika telaahan.
7
Bab II : Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Persarafan : Space Occupying Lession (SOL)
Supratentorial meliputi : Konsep dasar terdiri dari defenisi,
anatomi dan fisiologi sistem persarafan, etiologi, patofisiologi,
tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan
medis, komplikasi dan dampak masalah terhadap perubahan
struktur/pola fungsi tubuh tertentu terhadap kebutuhan sebagai
mahluk holistik dan tinjauan teoritis tentang asuhan
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi.
Bab III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan
Tinjauan kasus yang membahas tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan
perkembangan, sedangkan pembahasan berisikan tentang
kesenjangan antara teori dan kasus yang ada, dan dibahas
secara sistematis mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Bab IV : Kesimpulan dan Rekomendasi
Berisikan kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan
formulasi saran atau rekomendasi yang operasional terhadap
masalah yang ditemukan.
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : SPACE OCCUPYING
LESSION (SOL) SUPRATENTORIAL
A. Konsep Dasar
1. Defenisi
Space Occupying Lession (SOL) adalah sebuah lesi yang terletak
pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak yang tumbuh
sebagai sebuah massa yang membentuk bola tetapi juga dapat tumbuh
menyebar, masuk ke dalam jaringan (Smeltzer dan Bare, 2002).
Space Occupying Lession (SOL) adalah tumor intrakranial yang
diantaranya merupakan lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang
tumbuh di otak, meningen dan tengkorak yang menyebabkan gangguan
neurologis progresif (Mutaqqin, 2008).
Space Occupying Lession (SOL) merupakan neoplasma atau proses
desak ruang (space occupying lession atau space taking lession) yang
timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen
supratentorial maupun infratentorial (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa
Space Occupying Lession (SOL) adalah lesi yang terletak pada intrakranial
yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak,dapat bersifat jinak maupun
ganas di dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial.
9
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan
a. Anatomi Sistem Persarafan
Adapun anatomi sistem persarafan dapat dilihat pada Gambar 1.
dibawah ini:
Gambar 1. Anatomi Sistem Persarafan
Sumber : (Smeltzer dan Bare, 2002)
Sistem persarafan adalah jalinan jaringan saraf yang saling
berhubungan khusus dan kompleks. Pembagian susunan saraf yaitu:
1) Sistem saraf pusat
a) Medulla spinalis
Merupakan perpanjangan medulla oblongata ke arah kanalis
vertebralis setinggi corpus vertebralis cervicalis I memanjang
hingga setinggi comus vertebralis lumbalis I-II (Syaifuddin, 2006).
b) Otak
(1) Serebrum
Serebrum merupakan pusat saraf yang mengatur proses
penalaran, memori, dan inteligensi (Mutaqqin, 2008).
10
(2) Batang otak terdiri dari diensefalon terletak antara serebelum
dan mesensefalon, pons varoli dihubungkan serebelum dan
medula oblongata (Syaifuddin, 2006).
(3) Serebelum terletak di bagian tulang belakang dipisahkan oleh
fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli.
Saraf kranial disebut foramina yaitu : olfaktorius (I), optikus (II),
okulomotorius (III), trokhlearis (IV), trigeminus (V), abdusens
(VI), fasialis (VII), vestibulokokhlearis (VIII), glosofaringeus (IX),
vagus (X), aksesorius (XI) dan hipoglosus (XII) (Mutaqqin, 2008).
2) Sistem saraf perifer
a) Susunan saraf somatik mempengaruhi kerja otot involunter seperti
jantung, hati, pankreas, dan jalan pencernaan (Saifuddin, 2006).
b) Susunan saraf otonom
(1) Susunan saraf simpatis
Sistem simpatis terdiri dari tiga bagian yaitu:
(a) Kornu anterior segmen torakalis ke-1 sampai ke-12 dan
segmen lumbalis 1-3.
(b) Trunkus simpatikus beserta cabang-cabangnya.
(c) Pleksus simpatikus beserta cabangnya (Syaifuddin, 2006).
(2) Susunan saraf parasimpatis yang terdiri dari :
(a) Saraf otonom kranial menghubungkan serabut
parasimpatis keluar dari otak ke organ untuk menentukan
ukuran pupil menggunakan saraf okulo-motorius.
(b) Saraf otonom sakral keluar dari sum-sum tulang belakang
melewati colon, rektum dan kandung kencing.
11
b. Fisiologi Sistem Persarafan
Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti kontraksi
otot, peristiwa viseral yang berubah dengan cepat, menerima ribuan
informasi kemudian mengintegrasikannya untuk menentukan reaksi yang
dilakukan tubuh. Mekanisme penghantaran kimiawi melibatkan serangkaian
langkah yaitu pembentukan neurotransmiter, penyimpanan, pembebasan,
reaksi reseptornya dan penghentian pengaruhnya (Syaifuddin, 2006).
3. Etiologi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), penyebab SOL hingga saat ini
masih belum diketahui secara pasti. Faktor yang perlu ditinjau adalah :
herediter, sisa sel embriogenik, radiasi, virus, dan substansi kardiogenik.
4. Patofisiologi
SOL terjadi karena pertumbuhan sel secara abnormal dengan cepat
pada Central Nervous System (CNS) yang mempunyai Deoxiribonukleat
Acid (DNA) abnormal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya
massa karena perubahan dari sirkulasi CSS sehingga menyebabkan
hipoksia, iskemia, nekrosis dan pecah pembuluh vena arteri. Di otak
timbullah peningkatan TIK yang menyebabkan gangguan keseimbangan
cairan serebro spinal, dan darah serebral (Smeltzer dan Bare, 2002).
5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yaitu nyeri kepala berat pada pagi hari, kejang,
papil edema, peningkatan TIK : pandangan kabur, mual, muntah, penurunan
fungsi pendengaran, perubahan tanda vital, afasia, perubahan kepribadian,
gangguan memori (Nurarif dan Kusuma, 2015).
12
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut William dan Wilkins (2008), pemeriksaan penunjang pada
penyakit SOL ini adalah biopsi jaringan yang dilakukan dengan
pembedahan stereotaktis, sinar–X tengkorak, scan otak, CT scan, MRI dan
angiografi serebral dan pungsi lumbal dan Cerebrospinal Fluid (CSF).
7. Penatalaksanaan Medis
Dikutip dalam Smeltzer dan Bare (2002), penatalaksanaan medis
adalah craniotomi, pendekatan stereotaktik, studi pencitraan multiple (sinar-
x, CT), kortikosteroid membantu mengurangi sakit kepala, obat mencakup
agens osmotik (manitol, gliserol) untuk menurunkan cairan pada otak.
8. Komplikasi
Dikutip dalam Wilson dan Price (2006), adapun komplikasi dari
penyakit SOL yaitu edema serebral, TIK meningkat, herniasi otak,
hidrochefalus, kejang, dan metastase, dan gangguan disfungsi seksual.
9. Dampak Masalah terhadap Perubahan Struktur/Pola Fungsi Sistem
Tubuh Tertentu terhadap Kebutuhan Klien Sebagai Makhluk Holistic
a. Sistem Persarafan
Sakit kepala, parestesia, kejang, gangguan penglihatan, penurunan
status mental dan kesadaran, afasia, nistagmus, papil edema, paralisis,
dan hipotonia.
b. Sistem Pencernaan
Kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual dan muntah terjadi
sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medula oblongata.
13
c. Sistem Pengindraan
Disartria dan aphasia, masalah penglihatan, seperti penglihatan ganda
atau penurunan lapang pandang. Gangguan pendengaran di telinga pada
sisi yang terlibat otak.
d. Sistem Reproduksi
Mengurangi kesuburan dan menyebabkan menopause dini.
e. Sistem Muskuloskeletal
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena tumor pada lobus
parasentalis menyebabkan kelemahan ektremitas bawah, kehilangan
sensori, dan mudah lelah, hipotonia dan hiperekstensibilitas sendi.
g. Sistem Pernapasan
Adanya kegagalan pernapasan.
h. Sistem Kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi, konjungtiva anemis, tekanan darah dan denyut
nadi menurun, peningkatan TIK menyebabkan pelebaran tekanan nadi.
j. Sistem Imunitas
Sering mengalami demam secara tiba-tiba.
l. Dampak Psikologis
Depresi dapat berupa menangis terus-menerus, mudah marah,
kecemasan, gangguan tidur, dan gangguan bipolar (manic depression).
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu proses pengumpulan data yang sistematis
dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Nursalam, 2008).
14
a. Pengumpulan Data
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data secara sistematis guna menentukan status
kesehatan klien saat ini (Nursalam, 2008).
1) Biodata
a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,
pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS,
tanggal pengkajian, nomor register, dan diagnosa medik
(Mutaqqin, 2008).
b) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,
pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien (Mutaqqin,
2008).
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sebelum Masuk Rumah Sakit
Merupakan keluhan yang berisikan penyakit yang diderita
sebelum sakit sampai mendapatkan perawatan (Setiadi, 2012).
Pasien dengan SOL biasanya berhubungan dengan peningkatan
TIK dan adanya gangguan fokal, seperti nyeri kepala hebat,
muntah-muntah, kejang dan penurunan tingkat kesadaran.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian.
Biasanya pasien dengan SOL akan mengeluh nyeri kepala.
15
(2) Riwayat keluhan utama
Keluhan pada saat pengkajian, dikembangkan dengan
menggunakan analisa PQRST
P : (Provokatif/Paliatif), yaitu apa penyebabnya, yang
memunculkannya dan yang menguranginya.
Q : (Quality/Quantity), yaitu bagaimana rasanya?
R : (Region/Radiation), yaitu dibagian mana hal itu
terjadi, apakah menyebar?
S : (Scale/Severity), yaitu bagaimana intensitasnya, jika
menggunakan skala 1-10 dan bagaimana pengaruh
hal tersebut pada aktivitas.
T : (Timing), yaitu kapan hal itu mulai terjadi, berapa
lamanya terjadinya, bertahap atau tiba-tiba (Setiadi,
2012).
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah memiliki
riwayat kecelakaan, riwayat operasi, riwayat alergi terhadap
makanan serta riwayat penyakit tertentu yang memungkinkan
akan berpengaruh pada kesehatannya sekarang. Kaji adanya
riwayat sakit kepala pada masa sebelumnya (Mutaqqin, 2008).
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk menentukan dalam keluarga ada penyakit keturunan,
kanker dan riwayat penyakit menular lainnya sehingga
memperberat penyakit. Kaji adanya hubungan keluhan tumor
intrakranial pada generasi terdahulu (Mutaqqin, 2008).
16
3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara head to toe secara persistem meliputi :
a) Keadaan Umum
Biasanya memiliki kondisi yang lemah, terjadi penurunan
kesadaran dan status mental, tanda vital meliputi tekanan
darah, nadi, suhu dan pernapasan (Mutaqqin, 2008).
b) Pemeriksaan Persistem
Menurut Mutaqqin (2008) pada pengkajian persistem akan
ditemukan hal-hal berikut :
(1) Sistem Pernapasan
Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, kesimetrisan bentuk
dada, penggunaan alat bantu, penggunaan otot pernapasan,
ada tidaknya sekret pada lubang hidung, pergerakkan
cuping hidung waktu bernapas, frekuensi napas, adanya
nyeri tekan atau massa, tractil/vokal fremitus getarannya
sama atau tidak, perkusi dada, auskultasi bunyi nafas.
(2) Sistem Kardiovaskuler
Perlu dikaji adanya nyeri dada, auskultasi bunyi jantung,
pengukuran Capillary Refille Time (CRT normal < 3 detik,
tidak normal > 3 detik), apakah tekanan darah dan nadi
normal, konjungtiva anemis atau tidak.
(3) Sistem Percernaan
Yang dikaji adalah kesimetrisan, warna, kontur, hidrasi
serta adanya lesi pada bibir. Pada rongga mulut menilai
kebersihan, nyeri menelan, ada mual muntah, kurang nafsu
17
makan. Kaji abdomen meliputi bentuk, bising usus, bunyi
abdomen dan palpasi ada atau tidaknya nyeri tekan,
pembesaran hepar dan lien, apakah ada distensi dan nyeri
tekan pada kandung kemih.
(4) Sistem Persarafan
Yang perlu dikaji pada sistem persarafan adalah : status
mental, fungsi intelektual, dan 12 saraf kranial yaitu
nervus olfaktorius (N.I), nervus optikus (N.II), nervus
okulomotorius (N.III), nervus trokhlearis (N.IV), nervus
trigeminus (N.V), nervus abdusens (N.VI), nervus fasialis
(N.VII), nervus vestibulokokhlearis (N.VIII), nervus
glosofaringeus (N.IX), nervus vagus (N.X), nervus
aksesorius (N.XI) dan nervus hipoglosus (N.XII).
(5) Sistem Endokrin
Pada sistem ini biasanya tidak mengalami gangguan.
(6) Sistem Perkemihan
Yang perlu dikaji adalah kebersihannya, warna, bau dan
frekuensi BAK, apakah terpasang kateter atau tidak,
apakah kandung kemih membesar atau tidak, apakah ada
nyeri tekan atau nyeri saat berkemih atau tidak, apakah
ada gangguan dalam berkemih. Biasanya terjadi pola
kemih yaitu inkontinensia urine.
(7) Sistem Reproduksi
Pada wanita akan menimbulkan amenorrea atau galaktorea
aliran spontan susu dan pada pria akan timbul impotensi.
18
(8) Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian meliputi kepala, vertebra, perut, lulut, kaki dan
kekuatan otot dari ke empat ektremitas, apakah terjadi
deformitas, spasme otot, atau atropi.
(9) Sistem integumen
Yang dikaji rambut (distribusi rambut, tekstur,
kelembaban dan kebersihan) dan kulit kepala (adanya
benjolan atau lesi), kulit (perubahan warna, temperatur,
kelembaban, tekstur, turgor, krepitasi, udema, dan erupsi)
dan kuku (warna, bentuk, permukaan, lesi, mudah patah
dan kebersihannya).
(10)Sistem Penginderaan
Pada mata yang dikaji yaitu dan lapang pandang normal
atau tidak, telinga yang dikaji yaitu ada gangguan
pendengaran atau tidak, hidung yang perlu dikaji yaitu ada
gangguan penciuman atau tidak, mulut yang perlu fungsi
pengecapan untuk membedakan rasa, kulit yang perlu
dikaji kemampuan merasakan sensasi panas dan dingin,
kasar dan halus serta tajam dan tumpul.
(11)Sistem Imun
Yang perlu dikaji adalah alergi terhadap cuaca, debu,
makanan dan zat kimia, riwayat tranfusi dan reaksi serta
penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca.
4) Pola aktivitas sehari-hari
Menurut Setiadi (2012), pola aktivitas yang perlu dikaji adalah :
19
a) Nutrisi: Kaji kebiasaan makan, jenis makanan yang disukai dan
tidak disukai, makanan pantangan atau alergi, bagaimana nafsu
makan klien, dan porsi makanserta keluhan yang timbul
b) Eliminasi BAB dan BAK : BAB yaitu frekuensi, waktu, warna,
dan konsistensi. Pada pengkajian BAK yang perlu dikaji adalah
frekuensi, waktu, warna dan bau serta adanya keluhan pada saat
BAB atau BAK.
c) Istirahat tidur : Kaji waktu istirahat klien sebelum sakit dan
bandingkan dengan saat sakit, kaji tidur klien, kualitas tidur,
jumlah serta adanya keluhan pada waktu istirahat tidur.
d) Personal hygiene : Kaji frekuensi mandi, potong kuku, sikat
gigi, mencuci rambut dan keluhan pada personal hygiene.
e) Aktifitas Sehari-hari : Kaji aktifitas yang biasa dilakukan serta
frekuensinya dan keluhan pada pemenuhan aktivitas sehari-hari.
5) Pengkajian Psikososial
Yang dikaji status emosi, konsep diri (body image, identitas diri,
ideal diri, dan harga diri), pola koping, gaya komunikasi, dan
kecemasan.
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola
persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya,
tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif. Pola
penanganan stress, klien biasanya mengalami kesulitan untuk
memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan
kesulitan berkomunikasi (Mutaqqin, 2008).
20
6) Pengkajian Spritual
Pola tata nilai kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan
ibadah spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil, dan
kelemahan pada salah satu sisi tubuh (Mutaqqin, 2008).
b. Pengelompokan Data
Pengelompokkan data yaitu data dikelompokkan ke dalam data
subjektif yaitu data yang berasal dari klien dan data objektif merupakan
hasil pengamatan perawat selama interview (Nursalam, 2008).
c. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan dan menghubungkan
data dengan konsep, teori dan prinsip untuk menentukan masalah
kesehatan klien yang berisi masalah, penyebab, dan data (Setiadi, 2012).
c. Prioritas Masalah
Prioritas masalah disusun berdasarkan kebutuhan dasar manusia.
Jika diputuskan masalah mana yang dapat diatasi terlebih dahulu
berkaitan erat dengan kebutuhan sadar manusia (Setiadi, 2012).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah mengidentifikasi masalah kesehatan
klien yang dapat diatasi (ditangani, dikurangi, atau diubah) melalui
intervensi dan manajemen keperawatan (Nursalam, 2008).
Diagnosa yang muncul menurut Doenges (2000), pada klien dengan
gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) adalah :
perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
vaskuler serebral, nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra
21
kranial, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
asupan nutrisi yang kurang, sekunder dari mual dan muntah, hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot, dan ansietas yang
berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan
rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan (Nursalam, 2008).
Dari diagnosa keperawatan menurut Doenges (2000), dapat dibuat
suatu perencanaan pada klien dengan gangguan sistem persarafan: Space
Occupying Lession (SOL) adalah sebagai berikut :
a. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan kerusakan
sirkulasi vaskuler serebral.
Tujuan : Perfusi jaringan kembali normal.
Kriteria : TTV kembali normal, kesadaran pasien dan ingatannya
kembali seperti sebelum sakit.
Tabel 2. Perencanaan Perubahan Perfusi Jaringan Otak
No. Intervensi Rasional
1) Pantau status neurologis dengan
teratur dan bandingkan dengan
keadaan normalnya seperti GCS.
2) Pantau frekuensi dan irama jantung.
3) Pantau suhu juga atur suhu
lingkungan sesuai kebutuhan. Batasi
penggunaan selimut dan lakukan
kompres hangat jika terjadi demam.
4) Pantau masukan dan pengeluaran,
catat karakteristik urin, tugor kulit
dan keadaan membrane mukosa.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi seperti steroid,
chlorpromazin, asetaminofen.
1) Untuk menentukan lokasi,
penyebaran, luas,dan perkembangan
dari kerusakan.
2) Disritmia terjadi karena adanya
tekanan batang otak.
3) Demam biasanya berhubungan
dengan proses inflamasi tetapi
mungkin merupakan komplikasi dari
kerusakan pada hipotalamus.
4) Hipertermi meningkatkan resiko
dehidrasi, terutama jika tingkat
kesadaran menurun.
5) Dapat menurunkan permeabilitas
kapiler, mengatasi menggigil yang
dapat meningkatkan TIK,
menurunkan konsumsi oksigen.
Sumber : Doenges, Moorhouse, dan Geissler (2000)
22
b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial.
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria : Ekspresi wajah rileks, skala nyeri 1 (0-10) dan nyeri dapat
ditoleransi.
Tabel 3. Perencanaan Nyeri Akut
No. Intervensi Rasional
1) Kaji adanya keluhan nyeri, catat
lokasi, lamanya serangan, faktor
pencetus/yang memperberat.
1) Membantu menentukan pilihan
intervensi.
2) Pertahankan tirah baring selama fase
akut.
3) Instruksikan pasien untuk melakukan
tekhnik distraksi/relaksasi napas
dalam.
4) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
2) Tirah baring dalam posisi yang nyaman
memungkinkan pasien untuk
menurunkan spasme otot, menurunkan
penekanan pada bagian tertentu.
3) Memfokuskan perhatian pasien,
membantu menurunkan tegangan otot
dan meningkatkan proses penyembuhan.
4) Merelaksasikan otot dan menurunkan
nyeri.
Sumber : Doenges, Moorhouse dan Geissler (2000)
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan
nutrisi yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria : BB normal, nafsu makan klien membaik dan porsi makan
dapat dihabiskan.
Tabel 4 . Perencanaan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
No. Intervensi Rasional
1) Pantau pola makan klien dan
monitoring tanda – tanda vital.
2) Beri makan pada klien dengan porsi
makan kecil tapi sering.
3) Motivasi klien tentang pentingnya
nutrisi dan proses penyembuhan.
4) Hitung berat badan ideal klien.
5) Penatalaksanaan pengobatan
1) Memberi kesempatan pada usus untuk
mengabsorbsi makanan dan mencegah
kelelahan.
2) Dapat merangsang nafsu makan dan
memenuhi kebutuhan klien
3) Motivasi memberikan penjelasan
sehingga klien secara psikologis dapat
terpacu untuk mau makan.
4) Untuk mengetahui berat badan ideal
klien
5) Pengobatan yang intensif membantu
dalam proses perawatan dan
kesembuhan klien.
Sumber : Doenges, Moorhouse dan Geissler (2000)
23
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.
Tujuan : Mobilitas fisik kembali normal.
Kriteria : Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat
paling tinggi yang mungkin.
Tabel 5. Perencanaan Hambatan Mobilitas Fisik
No. Intervensi Rasional
1) Periksa kembali kemampuan dan
keadaan secara fungsional pada
kerusakan yang terjadi.
2) Kaji derajat imobilisasi pasien
dengan menggunakan skala
ketergantungan (0-4).
1) Mengidentifikasi kemungkinan
kerusakan dan mempengaruhi pilhan
intervensi yang akan dilakukan.
2) Pasien mampu mandiri (nilai 0) atau
memerlukan bantuan yang minimal
(nilai 1); memerlukan bantuan dengan
pengawasan atau diajarkan (nilai 2);
memerlukan bantuan yang terus
menerus dan alat khusus (nilai 3); atau
tergantung secara total pada pemberian
asuhan (nilai 4).
3) Ubah posisi klien secara teratur dan
buat sedikit perubahan posisi pasien
secara teratur dan buat sedikit
perubahan posisi antara waktu
perubahan posisi tersebut.
4) Berikan/bantu untuk memberikan
latihan rentang gerak
3) Perubahan posisi yang teratur
meningkatkan sirkulasi pada seluruh
bagian tubuh.
4) Mempertahankan mobilisasi dan
fungsi sendi/posisi normal ekstremitas
dan menurunkan terjadinya vena yang
statis.
Sumber : Doenges, Moorhouse dan Geissler (2000)
e. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : Ansietas berkurang/hilang.
Kriteria: Klien tampak rileks, ekspresi wajah tenang
Tabel 6. Perencanaan Ansietas
Intervensi Rasional
1) Kaji tingkat rasa cemas pada pasien
dan orang terdekat. Perhatikan tanda
pengingkaran, depresi atau
penyempitan fokus perhatian.
2) Jelaskan prosedur/asuhan yang
diberikan. Ulangi penjelasan dengan
sering atau sesuai kebutuhan.
3) Dorong dan berikan kesempatan untuk
pasien/orang terdekat mengajukan
pertanyaan dan menyatakan masalah.
1) Membantu menentukan jenis
intervensi yang diperlukan.
2) Rasa cemas akan ketidaktahuan
diperkecil dengan pengetahuan dan
dapat meningkatkan penerimaan.
3) Membuat perasaan terbuka dan
bekerjasama yang akan membantu
dalam identifikasi/mengatasi
masalah.
Sumber : Doenges, Moorhouse dan Geissler (2000)
24
4. Implementasi
Implementasi adalah sutau tahap dimana perawat mengaplikasikan
rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan sistematis dan antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan dan kinerja hasil pada tahap perencanaan (Nursalam, 2008).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut :
S: Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
O: Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
A: Analisa ulang atas data subyektif dan data obyektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
(Nursalam, 2008).
Adapun yang evaluasi pada pasien dengan Space Occupying Lession
(SOL) antara lain sebagai berikut :
a. Apakah perubahan perfusi jaringan otak teratasi ?
b. Apakah nyeri akut teratasi ?
c. Apakah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi ?
d. Apakah hambatan mobilitas fisik teratasi ?
e. Apakah ansietas teratasi?
25
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata
a) Identitas klien
Nama : Ny. N
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Kawin
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Sunda/ Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Panorama Lembang
Tanggal masuk : 09 Februari 2016
Tanggal pengkajian : 23 Februari 2016
Ruang Rawat : Kemuning Lantai II Bedah Saraf
No. Register : 000391273
Diagnosa medis : Space Occupying Lession (SOL)
26
b) Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. S
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Status : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Panorama Lembang
Hub. Dengan klien : Suami klien
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sebelum Masuk Rumah Sakit
Sejak satu bulan sebelum masuk rumah sakit, klien mengeluh
nyeri pada kepala, makin lama makin berat hingga tidak
tertahankan. Nyeri yang dirasakan hilang timbul dan sewaktu
– waktu membaik jika klien minum obat.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan utama : Nyeri
(2) Riwayat keluhan utama
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 23 Februari
2016 klien mengeluh nyeri. Keluhan itu dirasakan pada
bagian kepala sisi kiri yang yang disebabkan karena
adanya tumor otak. Keluhan dirasakan seperti ditusuk-
tusuk dan bersifat hilang timbul menyebar sampai ke
belakang leher. Skala nyeri ringan yaitu 3 (0-10) dengan
27
durasi waktu 5-10 menit. Keluhan yang menyertai adalah
pusing.
c) Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan pernah di rawat Rumah Sakit Lembang
sebelumnya dengan penyakit jantung. Klien mengatakan
tidak pernah mengalami benturan di bagian kepalanya. Klien
mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan,
minuman, ataupun obat – obatan.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Menurut klien dan keluarga, anggota keluarga lain tidak ada
menderita penyakit yang sama dengan klien. Klien dan
anggota keluarga lainnya tidak ada yang menderita penyakit
keturunan seperti diabetes melitus dan penyakit menular
seperti TB Paru.
Genogram 3 generasi
G I
G II
G III
Bagan 1. Genogram 3 Generasi
XX XX
X
?XXX X X
???? ?
88
X?X
?? 48?
28
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
X : Meninggal
? : Tidak diketahui umurnya
: Garis keturunan
: Klien
: Garis perkawinan
G. I : Generasi pertama meninggal karena penyakit
yang tidak diketahui penyebabnya.
G. II : Ayah klien merupakan anak pertama dari lima
bersaudara. Ibu klien merupakan anak kelima dari
enam bersaudara
G III : Klien merupakan anak kelima dari delapan
bersaudara.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : lemah
b) Tingkat kesadaran : compos mentis dengan GCS 15
(E4M6V5)
c) Tanda-tanda vital yaitu tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi
: 84x/ menit, pernapasan : 20x/menit dan suhu : 36,2ºC
d) Pemeriksaan Persistem
(1) Sistem Pernapasan
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat sianosis pada
bibir, bentuk dada simetris, tidak terdapat adanya nyeri
29
tekan pada dada, getaran vokal fremitus seimbang
kanan dan kiri, suara perkusi paru terdengar resonan,
pada auskultasi terdengar suara vesikuler di semua area
paru, frekuensi nafas 20 x/menit
(2) Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, tidak ada sianosis pada
ujung ekstremitas, capilary reffile time (CRT) kembali
dalam 2 detik, palpasi arteri radialis teraba dengan
frekuensi 84x/menit, bunyi jantung S1 dan S2 murni
dengan irama reguler, tekanan darah 110/80 mmHg dan
tidak ada peningkatan JVP (Jugularis Venous
Pressure).
(3) Sistem Pencernaan
Mukosa bibir kering, gigi tampak bersih, tidak terdapat
caries, sklera tidak ikterus, abdomen datar dengan
kontur lembut, bising usus 8 x/menit, bunyi abdomen
timpani, tidak terdapat adanya nyeri tekan pada daerah
abdomen dan tidak ada keluhan nyeri menelan.
(4) Sistem Persarafan
i. Nervus I (Nervus Olfaktorius)
Klien dapat mengidentifikasi bau minyak kayu putih
dan kopi.
ii. Nervus II (Nervus Optikus)
Klien dapat membaca papan nama perawat jarak 30
cm.
30
iii. Nervus III (Okulomotorius), IV (Trochlearis), VI
(Abducen)
Klien mampu menggerakan bola matanya ke segala
arah. Kontriksi pupil saat diberi cahaya baik, bentuk
pupil isokor, lapang pandang normal.
iv. Nervus V (Trigeminus)
Fungsi mengunyah klien baik, klien dapat
merasakan sentuhan pilinan kapas dengan kedua
mata tertutup, klien dapat menggerakan rahangnya
ke arah belakang, depan, samping kiri, dan kanan.
v. Nervus VII (Facialis)
Klien dapat mengerutkan dahi dan dapat
membedakan rasa manis dan asin.
vi. Nervus VIII (auditorius)
Fungsi pendengaran klien normal. Dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan perawat secara spontan.
vii. Nervus IX (Glosofaringeus)
Klien dapat membedakan rasa manis, asam, pahit
dan asin.
viii. Nervus X (Vagus)
Refleks menelan klien baik, dan uvula terletak di
tengah antara palatum mole dengan arkus faring.
ix. Nervus XI (Assesorius)
Klien dapat mengangkat kedua bahu, serta
melawannya ketika diberikan tahanan ringan.
31
x. Nervus XII (Hipoglosus)
Klien dapat menggerakan lidah dan menjulurkannya
ke arah samping kiri, kanan, belakang, dan depan.
(5) Sistem Endokrin
Tidak ada gangguan.
(6) Sistem Perkemihan
Tidak terpasang kateter, tidak ada distensi kandung
kemih, tidak adanya nyeri tekan saat palpasi ginjal,
tidak teraba adanya pembesaran ginjal.
(7) Sistem Reproduksi
Pemeriksaan tidak dilakukan.
(8) Sistem Muskuloskeletal
(a) Ekstremitas Atas
Bentuk dan ukuran kedua ekstremitas atas simetris,
kuku tangan tampak panjang dan kotor. Klien
terpasang infus 20 tts/mnt pada tangan kiri,
kekuatan otot ektremitas atas 4/5. Refleks bisep
(+/+) dan trisep (+/+). Rangsangan nyeri dan suhu
(+/+).
(b) Ekstremitas Bawah
Bentuk dan ukuran kedua ekstremitas bawah
simetris, kuku kaki panjang dan kotor. Kekuatan
otot ektremitas atas 5/5. Refleks patela (+/+),
refleks achilles (+/+) dan refleks babynsky (+/+).
Rangsangan nyeri dan suhu (+/+).
32
(9) Sistem Integumen
Kulit kepala nampak kotor dan rambut berwarna hitam,
warna kulit sawo matang, nampak ada benjolan pada
kepala sisi kiri, nyeri tekan pada kepala sebelah kiri,
kuku tangan dan kaki panjang dan kotor, kulit tampak
kotor dan lengket, turgor kulit baik jika ditekan kembali
dalam 2 detik , suhu 36,2ºC.
(10)Sistem Indera
(a) Indra penglihatan : fungsi penglihatan normal,
klien dapat melihat dan membaca papan nama
perawat dengan baik.
(b) Indra pendengaran : fungsi pendengaran normal
dibuktikan dengan klien mendengarkan bunyi
gesekan kertas pada rambut.
(c) Indra penciuman : fungsi penciuman normal, dapat
membedakan bau alkohol, dan bau minyak kayu
putih.
(d) Indra pengecapan : fungsi pengecapan klien
normal, klien dapat membedakan rasa.
(e) Indra perabaan : fungsi perabaan klien normal,
klien dapat merasakan nyeri saat diberi rangsangan
nyeri, dan dapat merasakan dingin dan panas.
(f) Sistem Imun
Tidak ada alergi
33
4) Pola Aktivitas Sehari-hari
Tabel 7. Pola Aktivitas Sehari-hari Ny. N
No. Jenis Kegiatan Kebiasaan Saat Sakit
1. Nutrisi:
a. Makan
1) Frekuensi
2) Jenis makanan
3) Porsi makan
4) Nafsu makan
b.Minum
1) Frekuensi
2) Jenis minuman
3x sehari
Nasi, sayur, ikan
Dihabiskan
Baik
6-8 gelas/hari
Air putih, teh
3x sehari
Bubur, tempe, sayur,
dan ayam.
Dihabiskan
Baik
6-8 gelas/hari
Air putih dan susu.
2. Eliminasi:
a.BAB
1) Frekuensi
2) Warna
3) Bau
4) Konsistensi
5) Keluhan
b. BAK
1) Frekuensi
2) Warna
3) Jumlah
4) Bau
5) Keluhan
1x sehari
Kekuningan
Khas
Lembek
Tidak ada keluhan
3-4x/hari
Kuning
1500- 2500/hari
Amoniak
Tidak ada
1x sehari
Kekuningan
Khas
Lembek
Tidak ada keluhan
3x/hari
Kuning
1000 – 2000 cc/hari
Amoniak
Tidak ada
3. Istirahat
a. Tidur siang
b. Tidur malam
c. Keluhan
14.00-16.00 wib
22.00-05.00 wib
Tidak ada
11.00-15.00 wib
20.00-05.30 wib
Tidak ada
4 Personal Hygiene
a. Mandi
b.Gosok gigi
c. Mencuci rambut
d.Potong Kuku
2x sehari
2x sehari
3x seminggu
1 x seminggu
1x sehari, hanya
dilap dengan washlap
1x/hari
1x/minggu
Belum pernah
5. Aktivitas sehari-hari Bekerja di rumah
sebagai ibu rumah
tangga.
Klien mengatakan
aktivitasnya dibantu
oleh perawat dan
keluarga.
Sumber : Hasil Pengkajian di Ruang Kemuning Tanggal 23 Februari 2016
5) Data Psikologi
a) Status emosi
Klien tampak tenang saat wawancara dengan perawat.
b) Konsep diri
(1) Body image / gambaran diri
Klien mengatakan tidak ada yang istimewa dari anggota
tubuhnya klien memperlakukannya dengan sama.
34
(2) Identitas diri
Klien adalah seorang perempuan yang sangat beruntung
memiliki suami dan anak yang menyayanginya.
(3) Ideal diri
Klien berharap ingin lekas sembuh dan kembali bekerja.
(4) Peran diri
Klien merasa perannya terganggu karena kondisi yang
dialami sekarang ini.
(5) Harga diri
Klien dan keluarga dapat menerima keadaan dirinya saat
masih sehat maupun sesudah sakit.
c) Pola koping
Klien mengatakan jika dirinya mempunyai masalah, klien
selalu menceritakannya kepada suaminya, karena menurut
klien itu lebih baik daripada memendam sendiri masalahnya.
d) Gaya komunikasi
Klien berbicara cukup jelas, klien mampu berkomunikasi
dengan baik secara verbal maupun non verbal.
e) Kecemasan
Klien dan keluarga mengatakan merasa khawatir dengan
kondisi klien. Klien dan keluarga sering bertanya pada
perawat tentang keadaan klien saat ini. Ekspresi wajah
keluarga dan klien tampak cemas.
35
6) Data Sosial
Klien sangat kooperatif dalam proses perawatan dan pengobatan
penyakitnya.
7) Data Spiritual
Sebelum dirawat klien mengatakan selalu melaksanakan ibadah
sholat 5 waktu, tetapi saat ini klien mengatakan hanya dapat
berdoa untuk kesembuhan penyakitnya.
8) Data Penunjang
Tabel 8. Pemeriksaan Hasil Laboratorium Tanggal 23 Februari 2016
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
1. Kimia Klinik
Albumin
Protein total
Natrium (Na)
Kalium (K)
4,0
6,5
138
3,7
3,5 – 5,2
6,6 – 8,7
135-145
3,6-5,5
gr/dL
gr/dL
mEg/L
mEg/L
2.
Kolorida (Cl)
Kalsium (Ca)
Analisa Gas Darah
pH
PCO2
PO2
HCO3
TCO2
Base Axcess
Saturasi O2
104
4,72
7,457
37,9
75,5
26,7
25
2,9
96,0
98-108
4,7-5,2
7,34 – 7,44
35 – 45
69 – 116
22 – 26
22 – 29
(-2) – (+3)
95 - 98
mEg/L
mg/dL
mmHg
mmHg
mmHg
mEq/L
mmol/L
mEq/L
%
Sumber : Hasil Laboratorium Ny. N Tanggal 23 Februari 2016
9) Therapi dan Perawatan
a) Therapi
(1) Ketorolac 1 ampul/8 jam/IV berfungsi sebagai anti nyeri.
(2) Ranitidine 1 ampul/12 jam/IV berfungsi untuk
menetralisir asam lambung
(3) Dexametasone 1 ampul/8 jam/IV berfungsi menurunkan
bengkak
36
(4) Cefotaxime 1 gr/12 jam/IV berfungsi sebagai antibiotik.
(5) B Compleks 3 x 1 tablet P.O berfungsi sebagai vitamin
b) Perawatan
Perubahan posisi setiap 2 jam (Miring Kiri, Terlentang,
Miring Kanan).
b. Klasifikasi Data
1) Data Subjektif
a) Klien mengatakan nyeri pada bagian kepala sisi sebelah kiri.
b) Klien mengatakan nyerinya dirasakan hilang timbul.
c) Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak dan berkurang
pada saat istirahat.
d) Klien dan keluarga mengatakan merasa khawatir dengan kondisi
klien.
e) Klien mengatakan berharap ingin lekas sembuh
f) Klien mengatakan aktivitas sehari-harinya dibantu keluarga.
g) Klien mengatakan belum pernah dimandikan sejak masuk RS
hanya dilap menggunakan wahlap.
h) Klien mengatakan selama sakit gosok gigi hanya 1x/hari.
i) Klien mengatakan belum pernah keramas sejak masuk RS
2) Data Objektif
a) Expresi wajah nampak meringis.
b) Ada benjolan pada kepala disisi sebelah kiri
c) Adanya nyeri tekan pada area kepala dan kaki kiri
37
d) Skala nyeri ringan yaitu 3 (1-10)
e) Klien tampak hanya berbaring di tempat tidur, segala aktivitas
klien dibantu oleh perawat dan keluarga.
f) Ketika merubah posisi klien tampak berhati-hati
g) Kekuatan otot ekstremitas atas 4|5 dan ekstremitas bawah 5|5
h) Expresi wajah klien dan keluarga nampak cemas.
i) Klien dan keluarga selalu bertanya kepada perawat tentang
keadaan klien saat ini.
j) Rambut dan kulit kepala klien nampak kotor
k) Gigi klien nampak kotor
l) Kuku klien nampak panjang dan kotor
m)Kulit tubuh klien nampak kotor dan kering.
n) Klien hanya dilap menggunakan wash lap
o) Klien tampak hanya berbaring di tempat tidur, segala aktivitas
klien dibantu oleh perawat dan keluarga.
c. Analisa Data
Tabel 9. Analisa Data
No. Symtom Etiologi Problem
1. Data Subjektif:
1)Klien mengatakan nyeri
pada bagian kepala sebelah
kiri
2)Klien mengatakan nyeri
yang dirasakan hilang
timbul
3)Klien mengatakan nyeri
bertambah saat klien banyak
bergerak dan berkurang
ketika klien beristirahat.
Data Objektif:
1)Ekspresi wajah napas
meringis.
Adanya SOL
↓
Rongga kepala terisi oleh
massa yang tumbuh
↓
Terjadi peningkatan TIK
↓
Penekanan jaringan otak
↓
Merangasang saraf simpatis
mengeluarkan mediator
kimia (bradikinin, serotinin,
prostagladin)
↓
Merangsang saraf eferen
Nyeri akut
38
Lanjutan Tabel 9.
No. Data Etiologi Masalah
2)Tampak adanya benjolan
pada kepala sisi sebelah kiri
3)Skala nyeri ringan yaitu 3
(0-10).
4)Adanya nyeri tekan pada
area kepala sebelah kiri.
↓
Impuls disampaikan
kethalamus
↓
Corteks cerebri
↓
Nyeri akut
2. Data Subjektif :
1) Klien mengatakan
aktivitas sehari-harinya
dibantu keluarga.
2) Klien mengatakan belum
pernah dimandikan sejak
masuk RS hanya dilap
menggunakan wahlap.
3) Klien mengatakan selama
sakit gosok gigi hanya
1x/hari.
4) Klien mengatakan belum
pernah keramas sejak
masuk RS.
Data Objektif :
1) Rambut dan kulit kepala
klien nampak kotor
2) Gigi klien nampak kotor
3) Kuku klien nampak
panjang dan kotor.
4) Kulit tubuh klien nampak
kotor dan kering.
5) Klien hanya dilap
menggunakan wash lap
6) Klien mengatakan
aktivitas perawatan
dirinya dibantu oleh
perawat dan keluarga.
Adanya SOL
↓
Nyeri

Keterbatasan aktivitas

Pemenuhan kebutuhan
sehari-hari klien dibantu

Defisit Perawatan Diri
Defisit
Perawatan
Diri
3. Data Subjektif:
1) Klien dan keluarga
mengatakan merasa
khawatir dengan kondisi
klien.
2) Klien mengatakan
berharap ingin lekas
sembuh
Data Objektif:
1) Expresi wajah klien dan
keluarga nampak cemas.
2) Klien dan keluarga selalu
bertanya kepada perawat
tentang keadaan klien saat
ini.
Adanya SOL
↓
Perubahan status kesehatan
↓
Kurangnya informasi
tentang penyakit dan cara
penanganannya
↓
Perubahan presepsi
psikologis
↓
Stress psikologis
↓
Ansietas
Ansietas
39
d. Prioritas Masalah
1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktivitas.
3) Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan
cara penanganannya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK yang ditandai dengan:
Data Subjektif:
1) Klien mengatakan nyeri pada bagian kepala sebelah kiri
2) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul
3) Klien mengatakan nyeri bertambah saat klien banyak bergerak dan
berkurang ketika klien beristirahat.
Data Objektif:
1) Ekspresi wajah meringis
2) Tampak adanya benjolan pada kepala sisi sebelah kiri
3) Skala nyeri ringan yaitu 3 (0-10).
4) Adanya nyeri tekan pada area kepala sebelah kiri.
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktivitas yang
ditandai dengan:
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan kebutuhan sehari-harinya dibantu keluarga.
2) Klien mengatakan belum pernah dimandikan sejak masuk RS hanya di
lap menggunakan washlap.
40
3) Klien mengatakan selama sakit menggosok gigi 1x/hari.
4) Klien mengatakan belum pernah keramas sejak masuk RS.
Data Objektif :
1) Rambut dan kulit kepala klien nampak kotor.
2) Gigi klien nampak kotor.
3) Kuku klien nampak panjang dan kotor.
4) Kulit tubuh klien nampak kotor dan kering
5) Klien hanya dilap menggunakan wash lap
6) Kebutuhan sehari-hari klien terlihat dibantu oleh keluarga dan perawat
c. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit, dan
cara penanganannya yang ditandai dengan :
Data Subjektif:
1) Klien dan keluarga mengatakan merasa khawatir dengan kondisi
klien.
2) Klien mengatakan berharap ingin lekas sembuh
Data Objektif:
1) Expresi wajah klien dan keluarga nampak cemas.
2) Klien dan keluarga selalu bertanya kepada perawat tentang keadaan
klien saat ini.
41
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Nama : Ny. N Tanggal Masuk : 09 Februari 2016
Umur : 48 Tahun Tanggal Pengkajian : 23 Februari 2016
Jenis Kelamin : Perempuan No. R. M : 000 391273
Alamat : Panorama Lembang Diagnosa Medis : SOL (Space Occupying Lession)
Tabel 10. Rencana Tindakan Keperawatan
NO
Diagnosa
Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan dengan
peningkatan TIK, ditandai dengan:
Data Subjektif:
a. Klien mengatakan nyeri pada
bagian kepala sebelah kiri
b.Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan hilang timbul
c. Klien mengatakan nyeri
bertambah saat klien banyak
bergerak dan berkurang ketika
klien beristirahat.
Data Objektif:
a. Ekspresi wajah meringis
b.Tampak adanya benjolan pada
kepala sisi sebelah kiri
c. Skala nyeri ringan yaitu 3 (0-10).
d.Adanya nyeri tekan pada area
kepala sebelah kiri.
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3 hari, nyeri
yang di rasakan berangsur – angsur
teratasi.
Kriteri Hasil :
a. Keluhan nyeri berkurang
b. Ekspresi wajah tenang
c. Skala nyeri 1 ( 0-10 )
1. Kaji adanya keluhan nyeri, catat
lokasi, lamanya serangan, faktor
pencetus/yang memperberat
2. Monitor tanda-tanda vital.
3. Pertahankan tirah baring selama
fase akut.
4. Instruksikan pasien untuk
melakukan tekhnik
distraksi/relaksasi napas dalam.
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
analgesik
1. Membantu menentukan pilihan
intervensi.
2. Peningkatan TTV merupakan
indikasi adanya suatu masalah.
3. Tirah baring dalam posisi yang
nyaman memungkinkan pasien
untuk menurunkan spasme otot,
menurunkan penekanan pada
bagian tertentu.
4. Memfokuskan perhatian pasien,
membantu menurunkan tegangan
otot dan meningkatkan proses
penyembuhan.
5. Analgesik dapat mengurangi nyeri
yang dirasakan.
2. Defisit perawatan diri berhubungan
dengan keterbatasan aktivitas yang
ditandai dengan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 hari personal
hygiene klien terpenuhi dengan
kriteria evaluasi:
1. Bantu klien dalam memenuhi
kebutuhan personal hygiene
yaitu: lap badan dengan
menggunakan wash lap, gosok
1. Bantuan yang diberikan dapat
memudahkan terpenuhinya
kebutuhan personal hygiene tanpa
membuat klien lemah.
42
Lanjutan Tabel 10.
No. Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
dengan:
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan kebutuhan
sehari-harinya dibantu keluarga.
b. Klien mengatakan belum
pernah dimandikan sejak masuk
RS.
c. Klien mengatakan belum
pernah gosok gigi sejak masuk
RS.
d. Klien mengatakan belum
pernah keramas sejak masuk RS
Data Objektif :
a. Rambut dan kulit kepala klien
nampak kotor.
b. Gigi klien nampak kotor.
c. Kuku klien nampak panjang
dan kotor.
d. Kulit tubuh klien nampak kotor
dan kering.
e. Klien hanya dilap
menggunakan wash lap
f. Klien tampak hanya berbaring
di tempat tidur, segala aktivitas
klien dibantu oleh perawat dan
keluarga.
a. Kulit klien dalam keadaan
bersih.
b. Gigi klien dalam keadaan
bersih.
c. Keluarga terlibat dalam
pemenuhan personal hygiene
klien.
gigi dan gunting kuku
2. Libatkan keluarga untuk
membantu memenuhi kebutuhan
personal hygiene klien.
3. Observasi tanda-tanda vital klien
setelah melakukan aktivitas
personal hygiene.
4. Beri reinforcement positif bila
klien mampu melakukan personal
hygiene secara mandiri sesuai
dengan kemampuannya
2. Keluarga merupakan support
system bagi klien sehingga klien
termotivasi untuk melakukan
personal hygiene.
3. Tanda-tanda vital merupakan
indikator terjadinya perubahan
status kesehatan.
4. Reinforcement positif dapat
meningkatkan harga diri klien dan
memotivasi klien untuk melakukan
kembali aktivitas sehari-harinya.
3. Ansietas berhubungan dengan
kurang informasi tentang penyakit
dan cara penanganannya yang
ditandai dengan:
Setelah diberikan intervensi
keperawatan selama 3 hari ansietas
klien dapat teratasi
1. Kaji tingkat rasa cemas pada
pasien dan orang terdekat.
Perhatikan tanda pengingkaran,
depresi atau penyempitan fokus
1. Membantu menentukan jenis
intervensi yang diperlukan.
43
Lanjutan Tabel 10.
No. Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Data Subjektif:
a. Klien dan keluarga mengatakan
merasa khawatir dengan kondisi
klien.
b. Klien mengatakan berharap
ingin lekas sembuh
Data Objektif:
a. Expresi wajah klien dan
keluarga nampak cemas.
b. Klien dan keluarga selalu
bertanya kepada perawat
tentang keadaan klien saat ini.
Kriteria Hasil:
a. Klien paham tentang
penyakitnya dan penyebab
penyakitnya
b. Klien tampak tenang
perhatian.
2. Jelaskan prosedur/asuhan yang
diberikan. Ulangi penjelasan
dengan sering atau sesuai
kebutuhan.
3. Dorong dan berikan kesempatan
untuk pasien/orang terdekat
mengajukan pertanyaan dan
menyatakan masalah
2. Rasa cemas akan ketidaktahuan
diperkecil dengan
informasi/pengetahuan dan dapat
meningkatkan penerimaan.
3. Membuat perasaan terbuka dan
bekerjasama dan memberikan
informasi yang akan membantu
dalam identifikasi/mengatasi
masalah.
44
4. Implementasi dan Evaluasi
Tabel 11. Implementasi Dan Evaluasi
No.
Hari /
Tanggal
DX Jam Implementasi
Hari /
Tanggal
Jam Evaluasi
1. Selasa,
23/02/2016
I 07.30
07.40
1. Mengkaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi,
lamanya serangan, faktor pencetus/yang
memperberat.
Hasil :
a. Klien mengatakan nyeri pada bagian kepala
sebelah kiri
b. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan
hilang timbul
c. Klien mengatakan nyeri bertambah saat
klien banyak bergerak dan berkurang ketika
klien beristirahat.
d. Skala nyeri ringan yaitu 3 (0-10).
e. Expresi wajah meringis.
f. Tampak adanya benjolan pada kepala sisi
sebelah kiri.
g. Durasi 10-15 menit.
h. Adanya nyeri tekan pada area kepala
sebelah kiri.
2. Memonitor TTV dengan cara mengukur
tekanan darah dengan menggunakan
spignomanometer, mengukur nadi pada arteri
radialis dengan hitungan 4 kali jumlah denyutan
dalam 15 detik, mengukur pernapasan dengan
hitungan 4 kali jumlah inspirasi dan ekspirasi
dalam 15 detik, mengukur suhu tubuh pada
aksila dengan menggunakan termometer.
Hasil :
TD: 110/80 mmHg, N : 84x/menit,
S : 36,2 0
C, P : 20x/menit
Selasa,
23/02/2016
12.00 S :
a. Klien mengatakan kepalanya masih terasa
nyeri.
b. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan
hilang timbul
c. Klien mengatakan nyeri bertambah saat
klien banyak bergerak dan berkurang
ketika klien beristirahat.
O :
a. Skala nyeri ringan yaitu 3 (1 – 10)
b. Lama nyeri ± 5-10 menit
c. Expresi wajah nampak meringis
d. Adanya nyeri tekan pada kepala sebelah
kiri
e. Tampak benjolan di kepala sisi sebelah
kiri.
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi 1, 2,3, dan 4.
45
Lanjutan Tabel 11.
No.
Hari /
Tanggal
No.
DX
Jam Implementasi
Hari /
Tanggal Jam Evaluasi
08.00
08.10
08.20
3. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Hasil :
Klien berada pada posisi semi fowler.
4. Menginstruksikan pasien untuk melakukan
tekhnik distraksi/relaksasi napas dalam dengan
cara menarik napas dalam melalui hidung
dengan bibir kemudian anjurkan klien untuk
menahan napas sekitar 1-2 detik dan disusul
dengan menghembuskan napas melalui bibir
dengan bentuk mulut seperti orang meniup.
Lakukan 4-5 kali latihan, lakukan minimal 3
kali sehari.
Hasil :
a. Klien mengatakan masih merasakan nyeri.
b. Expresi wajah meringis
5. Berkolaborasi dalam pemberian obat analgesik
yaitu ketorolac tablet yang di berikan per oral.
Hasil :
Pasien meminum ketorolac 1 tablet
2. Selasa,
23/02/20
16
II 08.10
09.00
1. Memenuhi kebutuhan personal hygiene klien
yaitu :
a. Memfasilitasi klien untuk menggosok gigi
b. Membantu klien untuk mandi seka diatas
tempat tidur dengan menggunakan sabun.
Hasil :
Klien mengatakan badannya lebih segar setelah
mandi seka, tubuh klien bersih dan tercium
harum, gigi klien bersih dan tidak tercium bau
mulut.
2. Memberikan reinforcement positif pada klien
karena telah memenuhi kebutuhan personal
Selasa,
23/02/2016
12.30 S :
a. Klien dan keluarga mengatakan mengerti
dan memahami pentingnya perawatan diri
bagi klien.
b. Klien mengatakan merasa lebih segar
setelah hari ini menggosok gigi dan
dimandikan dengan cara dilap oleh
perawat.
c. Klien mengatakan kukunya telah
digunting dengan gunting kuku.
d. Klien dan keluarga mengatakan akan
selalu menjaga kebersihan diri klien.
46
Lanjutan Tabel 11.
No.
Hari /
Tanggal
Jam
No.
DX. Implementasi
Hari /
Tanggal Jam Evaluasi
09.10
09.20
hygiene meskipun dibantu oleh perawat.
Hasil :
Klien tampak tersenyum dan mengatakan akan
selalu menjaga kebersihan dirinya sendiri.
3. Mengukur tanda-tanda vital klien
Hasil :
a. TD : 130/80 mmHg
b. Nadi : 80 x/mnt
c. R : 18 x/mnt
d. S : 36,5o
C
4. Memfasilitasi klien untuk menggunting kuku di
atas tempat tidur.
Hasil :
Kuku klien tampak pendek dan bersih
O:
a. Klien mampu melakukan aktifitas sendiri
diatas tempat tidur.
b. Kuku klien pendek dan bersih.
c. Badan klien tampak bersih dan tercium
harum.
d. Gigi klien tampak bersih dan tidak tercium
bau mulut
e. Rambut klien tampak rapih.
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan intervensi
3. Selasa,
23/02/20
16
III 08.40
08.50
09.15
1. Mengkaji tingkat rasa cemas pada pasien dan
orang terdekat. Perhatikan tanda pengingkaran,
depresi atau penyempitan fokus perhatian.
Hasil :
Klien berada pada ansietas tingkat sedang.
2. Mendorong dan memberikan kesempatan pada
pasien/orang terdekat untuk mengajukan
pertanyaan dan menyatakan masalah.
Hasil :
Klien dan keluarga mengungkapkan semua hal
yang menjadi kecemasan dan semua hal yang
tidak dimengerti.
3. Menjelaskan prosedur/asuhan yang diberikan.
Ulangi penjelasan dengan sering atau sesuai
kebutuhan.
Selasa,
23/02/2016
13.00 S:
a. Klien dan keluarga mengatakan sudah
mulai mengerti dengan kondisi dan
prosedur pengobatan yang akan dijalani
klien
O:
a. Expresi wajah mulai tenang
b. Klien dan keluarga mulai mengerti dan
tidak bertanya lagi mengenai prosedur
pengobatan klien
A: Tujuan tercapai
P : Pertahankan intervensi 1, 2 dan 3.
47
Lanjutan Tabel 11.
No.
Hari /
Tanggal
Jam
No.
DX. Implementasi
Hari /
Tanggal Jam Evaluasi
Hasil :
a. Klien dan keluarga tampak menyimak
dengan seksama penjelasan yang diutarakan
oleh perawat.
b. Klien dan keluarga mengatakan mengerti
dengan segala prosedur perawatan yang
akan dijalani.
c. Ekspresi wajah klien dam keluarga tampak
tenang.
48
5. Catatan Perkembangan
Tabel 12. Catatan Perkembangan
No. Dx. Kep Hari/tanggal Jam Catatan Perkembangan
1 1 Rabu,
24/02/2016
07.30
07. 40
08.00
S :
a. Klien mengatakan kepalanya masih terasa
nyeri.
b. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang
timbul
c. Klien mengatakan nyeri bertambah saat klien
banyak bergerak dan berkurang ketika klien
beristirahat.
O :
a. Skala nyeri ringan yaitu 3 (1 – 10)
b. Lama nyeri ± 5-10 menit
c. Expresi wajah nampak meringis
d. Adanya nyeri tekan pada kepala sebelah kiri
e. Tampak benjolan di kepala sisi sebelah kiri.
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi 1, 2,3, 4 dan 5.
I :
1. Mengkaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi,
lamanya serangan, faktor pencetus/yang
memperberat.
Hasil :
a. Klien mengatakan nyeri pada bagian
kepala sebelah kiri
b. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan
hilang timbul
c. Klien mengatakan nyeri bertambah saat
klien banyak bergerak dan berkurang
ketika klien beristirahat.
d. Skala nyeri ringan yaitu 3 (0-10).
e. Expresi wajah nampak meringis.
f. Tampak adanya benjolan pada kepala sisi
sebelah kiri.
g. Durasi 5-10 menit.
h. Adanya nyeri tekan pada area kepala
sebelah kiri.
2. Memonitor TTV dengan cara mengukur
tekanan darah dengan menggunakan
spignomanometer, mengukur nadi pada arteri
radialis dengan hitungan 4 kali jumlah
denyutan dalam 15 detik, mengukur
pernapasan dengan hitungan 4 kali jumlah
inspirasi dan ekspirasi dalam 15 detik,
mengukur suhu tubuh pada aksila dengan
menggunakan termometer.
Hasil :
TD: 120/80 mmHg, N : 80x/menit,
S : 36,5 0
C, P : 20x/menit
49
Lanjutan Tabel 12.
No. Dx. Kep Hari/tanggal Jam Catatan Perkembangan
08.15
08.25
08.35
12.00
3. Mempertahankan tirah baring selama fase
akut.
Hasil :
Klien berada pada posisi semi fowler.
4. Menginstruksikan pasien untuk melakukan
tekhnik distraksi/relaksasi napas dalam dengan
cara menarik napas dalam melalui hidung
dengan bibir kemudian anjurkan klien untuk
menahan napas sekitar 1-2 detik dan disusul
dengan menghembuskan napas melalui bibir
dengan bentuk mulut seperti orang meniup.
Lakukan 4-5 kali latihan, lakukan minimal 3
kali sehari.
Hasil :
a. Klien mengatakan masih merasakan nyeri.
b. Expresi wajah nampak meringis
5. Berkolaborasi dalam pemberian obat analgesik
yaitu ketorolac 1 ampul dengan cara
menyuntikan melalui selang infus
Hasil :
Injeksi ketorolac 1 ampul/IV
E : Masalah belum teratasi
2 II Kamis,
25/02/2016
08.50
09.00
S :
a. Klien mengatakan kepalanya masih terasa
nyeri.
b. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang
timbul
c. Klien mengatakan nyeri bertambah saat klien
banyak bergerak dan berkurang ketika klien
beristirahat.
O :
a. Skala nyeri ringan yaitu 3 (1 – 10)
b. Lama nyeri ± 5-10 menit
c. Expresi wajah nampak meringis
d. Adanya nyeri tekan pada kepala sebelah kiri
e. Tampak benjolan di kepala sisi sebelah kiri.
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi 1, 2,3, 4 dan 5.
I :
1. Mengkaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi,
lamanya serangan, faktor pencetus/yang
memperberat.
Hasil :
a. Klien mengatakan nyeri pada bagian
kepala sebelah kiri
b. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan
hilang timbul
c. Klien mengatakan nyeri bertambah saat
klien banyak bergerak dan berkurang
ketika klien beristirahat.
50
Lanjutan Tabel 12.
No. Dx. Kep Hari/tanggal Jam Catatan Perkembangan
09.15
09.25
09.35
10.00
13.00
d. Skala nyeri ringan yaitu 3 (0-10).
e. Expresi wajah nampak meringis.
f. Tampak adanya benjolan pada kepala sisi
sebelah kiri.
g. Durasi 5-10 menit.
h. Adanya nyeri tekan pada area kepala
sebelah kiri.
2. Memonitor TTV dengan cara mengukur
tekanan darah dengan menggunakan
spignomanometer, mengukur nadi pada arteri
radialis dengan hitungan 4 kali jumlah
denyutan dalam 15 detik, mengukur
pernapasan dengan hitungan 4 kali jumlah
inspirasi dan ekspirasi dalam 15 detik,
mengukur suhu tubuh pada aksila dengan
menggunakan termometer.
Hasil :
TD: 110/80 mmHg, N : 84x/menit,
S : 36,4 0
C, P : 18x/menit
3. Mempertahankan tirah baring selama fase
akut.
Hasil :
Klien berada pada posisi semi fowler.
4. Menginstruksikan pasien untuk melakukan
tekhnik distraksi/relaksasi napas dalam dengan
cara menarik napas dalam melalui hidung
dengan bibir kemudian anjurkan klien untuk
menahan napas sekitar 1-2 detik dan disusul
dengan menghembuskan napas melalui bibir
dengan bentuk mulut seperti orang meniup.
Lakukan 4-5 kali latihan, lakukan minimal 3
kali sehari.
Hasil :
a. Klien mengatakan masih merasakan nyeri.
b. Expresi wajah nampak meringis
5. Berkolaborasi dalam pemberian obat analgesik
yaitu ketorolac 1 ampul dengan cara
menyuntikan melalui selang infus
Hasil :
Injeksi ketorolac 1 ampul/IV
E : Masalah belum teratasi
B. PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini, penulis akan menguraikan kesenjangan antara
teori dan fakta yang ditemukan pada kasus Ny. N dengan gangguan sistem
persarafan : SOL (Space Occupying Lession) Supratentorial” dengan tinjauan
teori dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penyakit tersebut.
51
Dalam praktek klinik keperawatan pada klien Ny. N dengan gangguan
sistem persarafan : ” SOL (Space Occupying Lession) Supratentorial” telah
diterapkan pendekatan proses keperawatan sesuai teori yang ada, yakni :
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi untuk lebih
memudahkan dalam memahami kesenjangan antara teori dan fakta, penulis
meggunakan urutan proses keperawatan.
1. Pengkajian
Dalam pengkajian penulis melaksanakan sesuai dengan tahapan-
tahapan yang ada dalam penkajian tersebut yaitu pengumpulan data,
pengelompokan data dan analisa data.
Data yang telah dikumpulkan selain diperoleh dari klien sebagai data
primer juga diperoleh dari pihak lain yang penulis anggap cukup mewakili
dan akurat untuk kelengkapan data (data sekunder), yaitu :
a. Data keluarga klien
b. Tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam pemberian pelayanan
kesehatan kepada klien
c. Catatan medis klien
d. Hasil pemeriksaan laboratorium
Dari tinjauan teoritis, data yang biasa didapatkan pada klien dengan
gangguan sistem persarafan : ”SOL (Space Occupying Lession)
Supratentorial” adalah penderita mengalami penurunan kesadaran dengan
GCS < 15 disertai amnesia dengan gejala neurologis seperti gangguan
motoris, kelumpuhan, mual dn muntah, denyut nadi yang cepat.
52
Hal yang ditemukan pada pengkajian kasus adalah keadaan umum
lemah atau kekuatan otot menurun, kesadaran compos mentis (E4 M6 V5),
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84x/menit, frekuensi pernapasan
20x/menit, dan suhu tubuh 36,2ºC, tedapat benjolan pada kepala di sisi
sebelah kiri, keterbatasan rentang gerak serta adanya nyeri tekan.
Adanya kesenjangan ini dapat disebabkan karena setiap manusia
dalam memberikan respon baik bio, psiko, sosial dan spiritual terhadap
stimulus berbeda-beda sehingga gejala dan karateristik yang didapatkan
berbeda-beda.
2. Diagnosa Keperawatan
Dalam penetapan diagnosa keperawatan terdapat pula kesenjangan
antara teori dan fakta yang dijumpai, dimana dalam teori ditemukan
diagnosa keperawatan yakni :
a. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan kerusakan
sirkulasi vaskuler serebral.
b. Nyeri akut berhubungan peningkatan tekanan intrakranial.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan asupan nutrisi
yang kurang, sekunder dari mual dan muntah.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.
e. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan sebagai hasil
analisa data dan penetapan masalah keperawatan ditemukan 3 diagnosa
keperawatan yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
53
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktivitas.
c. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan
cara penanganannya.
Kesenjangan yang penulis dapatkan adalah ada beberapa diagnosa
keperawatan yang didapatkan dalam kasus, tidak semuanya ada dalam
konsep teoritis dan tidak semua yang ada dalam teoritis ditemukan dalam
kasus seperti perubahan perfusi jaringan otak, gangguan persepsi sensori,
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan resiko infeksi.
Kesenjangan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
a. Manusia adalah unik, dalam hal ini respon individu terhadap stimulus
masing-masing berbeda satu sama lain.
b. Asuhan keperawatan yang dilakukan hanya 3 hari, sehingga
kemungkinan diagnosa keperawatan yang ada dalam teori belum muncul
dalam kasus atau sudah terlewati pada kasus dan diagnosa yang muncul
dalam kasus tetapi tidak ada dalam teori sebagai gejala awal dari adanya
kesalahan, kekeliruan, kelalaian dalam perawatan dan atau pengobatan.
3. Perencanaan
Pada tahap ini penulis bersama klien dan keluarga menyusun rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan masalah yang
muncul. Perencanaan disesuaikan dengan privasi atau kebutuhan klien,
situasi dan kondisi serta sarana dan prasaran yang ada diruangan.
Dalam penyusunan perencanaan, hal-hal yang mendukung adalah:
a. Adanya kerja sama yang baik dengan perawat, klien dan keluarga
sehingga memudahkan dalam perencanaan tindakan keperawatan
54
b. Dukungan dan bimbingan dari perawat ruangan yang dapat
memperlancar dan menyusun perencanaan.
Perencanaan yang penulis lakukan klien Ny. N pada dasarnya ada
kesenjangan antara teori dan kasus, hal ini terjadi karena tidak semua
diagnosa keperawatan dan perencanaan yang ada dalam teori ada dalam
kasus. Tetapi untuk diagnosa yang ada pada teori dan muncul pada kasus
pada prinsipnya tidak ada perbedaan karena perencanaan pada kasus
penulis berpatokan atau mengacu pada tinjauan teoritis, tetapi tidak semua
perencanaan yang ada dalam teori dimasukan dalam perencanaan yang ada
pada kasus dengan diagnosa yang sama, karena hal ini disesuaikan dengan
kondisi pasien yang ada pada kasus. Sedangkan diagnosa yang muncul
pada kasus dan tidak ada pada teori, penulis membuat intervensi
berdasarkan referensi yang ada dan telah teruji kebenarannya.
4. Implementasi
Tahap ini merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun
sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu pada perencanaan yang
merupakan faktor pendukung berjalannya tahap pelaksanaan adalah kerja
sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga sehingga memudahkan
dalam setiap tindakan. Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam
proses pelaksanaan adalah kurangnya sarana dan prasarana yang terdapat
di ruangan. Meskipun dengan keterbatasan sarana dan prasarana, namun
hanya terdapat satu intervensi yang tidak relaksana, sealain itu setiap
intervensi yang telah disusun dapat diimplementasikan kepada klien.
55
Adapun tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang
ada antara lain:
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Untuk mengatasi masalah ini perawat memberikan tindakan yang telah
direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut dilaksanakan.
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktivitas.
Untuk mengatasi masalah ini perawat memberikan tindakan yang telah
direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut dilaksanakan
c. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan
cara penanganannya. Untuk mengatasi masalah ini perawat memberikan
tindakan yang telah direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut
dilaksanakan
5. Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana
untuk menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan
mengacu pada tercapainya tujuan yang ditetapkan.
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk
menilai efek atau respon klien dan menilai proses dari hasil tindakan
keperawatan yang diberikan kepada klien. Dalam melakukan evaluasi,
penulis menggunakan evaluasi yang bersifat formatif dilakukan setiap
melakukan tindakan keperawatan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
waktu yang diberikan kepada penulis sehingga hasil yang ingin dicapai
dalam asuhan keperawatan harus terus dilanjutkan dengan melakukan
pelimpahan dan kerja sama dengan petugas atau perawat ruangan.
56
Setelah mengimplementasikan asuhan keperawatan yang
direncanakan selama 3 hari, yang dimulai dari tanggal 23 Februari 2016
sampai tanggal 25 Februari 2016, untuk seluruh tujuan yang telah
ditetapkan belum dapat tercapai sesuai dengan harapan.
Dalam kasus ini diagnosa keperawatan yang ada yaitu terdiri dari tiga
diagnosa keperawatan, dengan hasil evaluasi sebagai berikut:
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari masalah belum teratasi
dengan kriteria evaluasi: klien mengatakan masih merasakan nyeri, dan
skala nyeri ringan yaitu 3 (dari 0-10).
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktivitas.
Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari masalah teratasi dengan
kriteria evaluasi: kulit klien dalam keadaan bersih, gigi klien dalam
keadaan bersih, dan keluarga terlibat dalam pemenuhan personal
hygiene klien.
c. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan
cara penanganannya. Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari
masalah teratasi dengan kriteria evaluasi : ekspresi wajah tenang, klien
dan keluarga mengerti dengan proses pengobatan yang akan dijalani
klien.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan terdapat 3 diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada kasus, ada dua diagnosa keperawatan
yang dapat teratasi yaitu defisit perawatan diri : berhubungan dengan
keterbatasan aktivitas dan ansietas berhubungan dengan kurangnya
57
pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit klien. Sedangkan satu
diagnosa keperawatan yang tidak teratasi yaitu nyeri akut berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial. Kesenjangan ini terjadi karena
keterbatasan waktu yang diberikan kepada penulis sehingga hasil yang
ingin dicapai dalam asuhan keperawatan harus terus dilanjutkan dengan
melakukan pelimpahan dan kerja sama dengan petugas atau perawat
ruangan.
58
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan studi kasus melalui pendekatan proses
keperawatan yang penulis laksanakan di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung dari tanggal 23 Februari
sampai 25 Februari 2016 dengan mengacu pada tujuan yang ingin dicapai, maka
penulis mengambil kesimpulan :
1. Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian, yang meliputi
pengumpulan data, klasifikasi data dan analisa data yang kemudian
dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Tehnik pengumpulan data yang
dilakukan adalah wawancara, observasi partisipasi, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi, studi literatur dan kepustakaan.
2. Diagnosa yang muncul pada kasus Space Occupying Lession (SOL)
Supratentorial yaitu:
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan adanya keterbatasan aktivitas.
c. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan cara
penanganannya.
3. Tidak semua intervensi yang ada dalam teori terdapat dalam kasus. Tetapi
untuk intervensi yang ada pada teori dan muncul pada kasus pada prinsipnya
tidak ada perbedaan karena perencanaan pada dasarnya penulis berpatokan
pada tinjauan teoritis, sedangkan intervensi yang muncul pada kasus tidak
ada pada teori, penulis bersama klien dan keluarga membuat intervensi
berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
59
4. Implementasi merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun
sehingga dalam implementasi ini mengacu pada perencanaan yang
merupakan pendukung berjalannya tahap pelaksanaan diantaranya kerja
sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga sehingga memudahkan
dalam setiap tindakan, selain itu adanya dukungan serta bimbingan dari
perawat pembimbing.
5. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana untuk
menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan mengacu pada
tercapainya tujuan yang ditetapkan. Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 3 hari, terdapat dua diagnosa yang teratasi, dan satu diagnosa yang
belum teratasi.
6. Dokumentasi merupakan segala sesuatu yang tercetak atau tertulis yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang. Dalam mendokumentasikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis
berpatokan kepada tahap-tahap pendokumentasian keperawatan yaitu
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, implementasi dan
catatan perkembangan.
B. Rekomendasi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying
Lession (SOL) Supratentorial, penulis menyarankan :
1. Untuk Pihak Rumah Sakit
Rumah sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan yang komperhensif
yaitu bio, psiko, sosial dan spritual kepada klien dengan menambah peralatan
dan fasilitas yang memadai untuk menunjang pelaksanaan asuhan
60
keperawatan. Perawat agar selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan
yang komperhensif dan meningkatkan frekwensi kontak dengan klien dalam
melaksanakan asuhan keperawatan serta adanya pendokumentasian yang
lengkap dan akurat pada status kesehatan klien.
2. Untuk Institusi
Institusi dan penyelenggara diharapkan menyediakan buku-buku referensi
yang memadai, yang menyangkut hal-hal terbaru tentang penatalaksanaan
perawatan klien dengan gangguan sistem persyarafan : Space Occupying
Lession (SOL) Supratentorial serta menyediakan waktu yang cukup untuk
pelaksanaan praktek keperawatan di rumah sakit dan studi kasus untuk
penyusunan Karya Tulis Ilmiah dimasa yang akan datang.
3. Untuk Profesi
Perawat harus menerapkan proses keperawatan secara proaktif dan
meningkatkan frekuensi kontak dengan klien serta dalam melaksanakan
asuhan keperawatan diperlukan adanya pendokumentasian yang dicatat
dalam status kesehatan klien dan diperlukan adanya kerjasama yang baik
dengan tim kesehatan lainnya.
4. Bagi penulis sendiri
Semoga karya tulis ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan
acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space
Occupying Lession (SOL) Supratentorial.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, M., Loho, E., Tubagus, V.N. (2015). Gambaran CT- Scan Neoplasma
Intrakranial di Bagian/SMF Radiologi FK UNSRAT RSUP. Prof. DR. R. D.
Kandou Manado Periode November 2014 – Oktober 2015. RSUP. Prof. DR.
R. D. Kandou : Manado.
Doenges, E. M., Moorhouse, F. H & Geissler, A. M. (2000). Rencana asuhan
keperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta.
Kemenkes RI. (2015). Rencana strategi kementerian kesehatan tahun 2015-2019.
Kemenkes RI : Jakarta.
Mutaqqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
sersarafan. Salemba Medika : Jakarta.
Nursalam. M,. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan konsep dan teori.
Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta.
Nurarif, H. A. dan Kusuma. H. (2015). Asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC – NOC. Jilid 2. Medi Action Publishing :
Jogjakarta.
Pearce. C., Evelyn. (2008). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Prima Grafika
: Jakarta.
Setiadi. (2012). Konsep & penulisan dokumentasi asuhan keperawatan teori dan
praktek. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Smeltzer, C. S. & Bare, C. B. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah.
Edisi 8. Volume 2. EGC : Jakarta.
Syaifuddin. (2006). Anatomi fisiologi : untuk mahasiswa keperawatan. Edisi ke
III. EGC : Jakarta.
William & Wilkins. (2008). Nursing : Memahami berbagai macam penyakit. Permata Puri
Media: JakartaBarat.
Wilson, M. L. & Price, A. S. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi 6. Volume 2. EGC : Jakarta.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
MANAJEMEN NYERI
OLEH :
KARMILA
NIM : 13.13.1064
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMKAB MUNA
2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok bahasan : Nyeri
Sub pokok bahasan : Manajemen Nyeri
Lokasi : Di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai
II RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
Waktu : 15 Menit
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM :
Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit diharapkan klien dan keluarga
dapat mengetahui tentang manajemen nyeri.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :
Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit klien dan keluarga klien dan
klien dapat :
1. Mengetahui pengertian nyeri.
2. Mengetahui pengertian manajemen nyeri
3. Menjelaskan tujuan manajemen nyeri
4. Menyebutkan cara mengatasi nyeri
5. Menjelaskan teknik-teknik dalam mengatasi nyeri
III. MATERI :
1. Pengertian nyeri
2. Pengertian manajemen nyeri
3. Tujuan manajemen nyeri
4. Cara mengatasi nyeri
5. Teknik-teknik dalam mengatasi nyeri
IV. METODE :
Ceramah dan tanya jawab
V. MEDIA :
Leaflet
VI. KEGIATAN
NO. KEGIATAN BELAJAR KEGIATAN KLIEN DAN
KELUARGA
1. PEMBUKAAN
- Mengucapkan salam
- Melakukan apersepsi
- Menjawab salam
- Menjawab sesuai
kemampuan
2. ISI
- Memberi pelajaran terhadap
materi
- Memberikan kesempatan
kepada keluarga klien dan
klien untuk bertanya
- Menjawab pertanyaan
keluarga klien dan klien
- Mendengarkan dengan
seksama
- Mengajukan pertanyaan
- Mendengarkan jawaban
atas pertanyaan
3. PENUTUP
- Mengucapkan terima kasih
atas kesediaan mengikuti
pelajaran
- Mengucap salam penutup
- Mendengarkan dengan
seksama
- Menjawab salam
VII. PENILAIAN
1. Prosedur
- Penilaian akhir
2. Jenis
- Lisan
- Praktek
VIII. LAMPIRAN
Materi tentang manajemen nyeri
Bandung, 24 Februari 2016
Penyuluh,
K A R M I L A
13.13.1064
LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori yang tdak menyenangkan akibat dari kerusakan
jaringan yang aktual dan potensial.
2. Pengertian Manajemen Nyeri
Suatu hubungan untuk mengurangi rasa tidak nyaman nyeri pada seseorang.
3. Tujuan Manajemen Nyeri
a. Mengurangi rasa nyer
b. Merelaksasikan ketegangan otot
c. Mengalihkan perhatian agar nyeri tidak terasa atau hilang
d. Menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar rangsangan nyeri tidak
dipersepsikan
4. Cara Mengatasi Nyeri
a. Terapi Musik
Terapi musik yaitu merupakan salah satu cara mengatasi nyeri dengan cara
pengalihan yang cukup baik dalam meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre,
sehingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan.
Karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks maka sering di
gunakan untuk mengatasi masalah dalam kesehatan salah satunya yaitu nyeri.
b. Teknik Distraksi
Teknik distraksi yaitu suatu pengalihan terhadap nyeri ke stimulus yang lain.
Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivitas
retikuler bila seorang menerima input sensori yang berlebihan dapat
menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang)
Teknik distraksi dapat di lakukan dengan beberapa cara seperti : melihat
pertandingan, menonton TV, membaca Koran, melihat pemandangan,
bercerita, dan juga melihat gambar-gambar yang di sukai.
c. Teknik Relaksasi
Latihan pernafasan dan tehnik relaksasi menurunkan konsumsi oksigen,
frekuensi penapasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang dapat
menghentikan siklus nyeri.
Tehnik relaksasi dapat di lakukan dengann cara menarik napas dalam melalui
mulut dan menahannya dalam beberapa detik atau dalam hitungan ke tiga
kemudian hembuskan atau lepaskan napas secara perlahan-lahan melalui
mulut.
Cara ini dapat di lakukan dalam beberapa kali sampai nyeri yang di rasakan
berkurang atau hilang.
Lampiran 3.
OLEH :
NAMA : KARMILA
NIM : 13.13.1064
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2016
Tujuan Manajemen Nyeri
1. Mengurangi rasa nyeri.
2. Merelaksasikan ketegangan
otot
3. Mengalihkan perhatian agar
nyeri tidak terasa atau hilang
4. Menghalangi sampainya
rangsangan nyeri ke otak agar
rangsangan nyeri tidak
dipersepsikan
Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori
yang tdak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual dan
potensial.
Manajemen Nyeri
Suatu hubungan untuk mengurangi
rasa tidak nyaman nyeri pada
seseorang.
Cara Mengatasi Nyeri
1. Terapi Musik
Terapi musik yaitu merupakan salah satu
cara mengatasi nyeri dengan cara
pengalihan yang cukup baik dalam
meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsangan suara yang terdiri dari
melodi, ritme, harmoni, timbre, sehingga
tercipta musik yang bermanfaat untuk
kesehatan.
Karena musik bersifat nyaman,
menenangkan, membuat rileks maka
sering di gunakan untuk mengatasi
masalah dalam kesehatan salah satunya
yaitu nyeri
2. Teknik Distraksi
Teknik distraksi yaitu suatu pengalihan
terhadap nyeri ke stimulus yang lain.
Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri
berdasarkan teori bahwa aktivitas
retikuler bila seorang menerima input
sensori yang berlebihan dapat
menyebabkan terhambatnya impuls nyeri
ke otak (nyeri berkurang)
Teknik distraksi dapat di lakukan dengan
beberapa cara seperti : melihat
pertandingan, menonton TV, membaca
Koran, melihat pemandangan, bercerita,
dan juga melihat gambar-gambar yang di
sukai.
3. Teknik Relaksasi
Latihan pernafasan dan tehnik relaksasi
menurunkan konsumsi oksigen,
frekuensi penapasan, frekuensi jantung,
dan ketegangan otot, yang dapat
menghentikan siklus nyeri.
Tehnik relaksasi dapat di lakukan
dengann cara menarik napas dalam
melalui mulut dan menahannya dalam
beberapa detik atau dalam hitungan ke
tiga kemudian hembuskan atau lepaskan
napas secara perlahan-lahan melalui
mulut.
Cara ini dapat di lakukan dalam
beberapa kali sampa nyeri yang di
rasakan berkurang atau hilang.
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jl. Poros Raha – Tampo Km. 6 Raha Telp. 0403 – 2522945
LEMBARAN BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH
NAMA : KARMILA
NIM : 13.13.1067
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. N DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN : SPACE
OCCUPYING LESSION (SOL) SUPRATENTORIAL DI
RUANG KEMUNING LANTAI II BEDAH SARAF RUMAH
SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
NAMA PEMBIMBING : FITRIA MARFI, S.Kep., Ns
NO
HARI/
TANGGAL
POKOK
BAHASAN/SUB
POKOK
BAHASAN
SARAN PEMBIMBING PARAF
1.
Rabu,
04 Mei
2016
 Cover
 BAB I
 Perbaiki judul dan spasi pada cover
 Minimalkan halama, maksimal 6
lembar
 Teknik penulisan diperhatikan
 Referensi 10 tahun terakhir
2.
Senin,
09 Mei
2016
 Cover
 BAB I
 ACC
 Perbaiki sistematika penulisan
 Tambahkan tujuan khusus
3.
Rabu,
11 Mei
2016
 Cover
 BAB I
 ACC
 Perbaiki tabel
 Perbaiki waktu pelaksanaan
 Perbaiki sistematika telaahan
4.
Kamis,
19 Mei
2016
 BAB II
 Perbaiki anatomi dan fisiologi
 Perbaiki pengkajian persistem
 Perhatikansistematika penulisan
5.
Rabu,
24 Mei
2016
 BAB II  Perbaiki sesuai koreksi
6.
Sabtu,
04 Juni
2016
 BAB II  Perbaiki
ASUHAN SOL
ASUHAN SOL

More Related Content

What's hot (8)

Kti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludinKti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludin
 
Kti tia mariadi
Kti tia mariadiKti tia mariadi
Kti tia mariadi
 
Kti batyol ladislaus
Kti batyol ladislausKti batyol ladislaus
Kti batyol ladislaus
 
Kti israwati
Kti israwatiKti israwati
Kti israwati
 
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda munaKti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
Kti sectio caesarea ulfa lengkap akper pemda muna
 
Kti isma ekawati
Kti isma ekawatiKti isma ekawati
Kti isma ekawati
 
Kti irmawati budiman
Kti irmawati budimanKti irmawati budiman
Kti irmawati budiman
 
Kti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufriKti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufri
 

Viewers also liked

Riset keputihan fisiologis
Riset keputihan fisiologisRiset keputihan fisiologis
Riset keputihan fisiologisElla Ameliawati
 
05 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
05 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...05 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
05 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...Bondan Palestin
 
Jtptunimus gdl-onysuci-5726-3-3.babii-i
Jtptunimus gdl-onysuci-5726-3-3.babii-iJtptunimus gdl-onysuci-5726-3-3.babii-i
Jtptunimus gdl-onysuci-5726-3-3.babii-ifahruludin
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAbdul Ghony
 
Pedoman kti prodi keperawatan lubuklinggau 2012 rev
Pedoman kti prodi keperawatan lubuklinggau 2012 revPedoman kti prodi keperawatan lubuklinggau 2012 rev
Pedoman kti prodi keperawatan lubuklinggau 2012 revAkper Lubuklinggau
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemikgustians
 
Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian asi eksklu...
Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi  keberhasilan  pemberian  asi eksklu...Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi  keberhasilan  pemberian  asi eksklu...
Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian asi eksklu...Operator Warnet Vast Raha
 
PPT macam-macam syok
PPT macam-macam syokPPT macam-macam syok
PPT macam-macam syokesty lebi
 
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trime...
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trime...Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trime...
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trime...Bli De Bean
 
Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...
Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...
Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...Fransiska Oktafiani
 

Viewers also liked (20)

Riset keputihan fisiologis
Riset keputihan fisiologisRiset keputihan fisiologis
Riset keputihan fisiologis
 
05 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
05 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...05 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
05 TESIS PENGARUH UMUR, DEPRESI DAN DEMENSIA TERHADAP DISABILITAS FUNGSIONAL ...
 
Jtptunimus gdl-onysuci-5726-3-3.babii-i
Jtptunimus gdl-onysuci-5726-3-3.babii-iJtptunimus gdl-onysuci-5726-3-3.babii-i
Jtptunimus gdl-onysuci-5726-3-3.babii-i
 
Kti enong leria
Kti enong leriaKti enong leria
Kti enong leria
 
154685121 karya-tulis-ilmiah
154685121 karya-tulis-ilmiah154685121 karya-tulis-ilmiah
154685121 karya-tulis-ilmiah
 
Karya ilmiah hipertensi
Karya ilmiah hipertensiKarya ilmiah hipertensi
Karya ilmiah hipertensi
 
Kti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludinKti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludin
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Kti la ode safar
Kti la ode safarKti la ode safar
Kti la ode safar
 
Sri rahayu
Sri rahayuSri rahayu
Sri rahayu
 
Pedoman kti prodi keperawatan lubuklinggau 2012 rev
Pedoman kti prodi keperawatan lubuklinggau 2012 revPedoman kti prodi keperawatan lubuklinggau 2012 rev
Pedoman kti prodi keperawatan lubuklinggau 2012 rev
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
Ilmu keperawatan dasar iii
Ilmu keperawatan dasar iiiIlmu keperawatan dasar iii
Ilmu keperawatan dasar iii
 
Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian asi eksklu...
Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi  keberhasilan  pemberian  asi eksklu...Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi  keberhasilan  pemberian  asi eksklu...
Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian asi eksklu...
 
Nur santi zuuhi pa hasary printtt
Nur santi zuuhi pa hasary printtt Nur santi zuuhi pa hasary printtt
Nur santi zuuhi pa hasary printtt
 
Kti 10
Kti 10Kti 10
Kti 10
 
PPT macam-macam syok
PPT macam-macam syokPPT macam-macam syok
PPT macam-macam syok
 
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trime...
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trime...Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trime...
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trime...
 
Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...
Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...
Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Normal atas Indikasi Ketuban Pecah...
 
116428671 karya-tulis-ilmiah-andeska
116428671 karya-tulis-ilmiah-andeska116428671 karya-tulis-ilmiah-andeska
116428671 karya-tulis-ilmiah-andeska
 

Similar to ASUHAN SOL (20)

Kti la ode eko purwanto
Kti la ode eko purwantoKti la ode eko purwanto
Kti la ode eko purwanto
 
Kti AKPER wa runia
Kti AKPER  wa runiaKti AKPER  wa runia
Kti AKPER wa runia
 
Kti iksan
Kti iksanKti iksan
Kti iksan
 
Kti tia mariadi
Kti tia mariadiKti tia mariadi
Kti tia mariadi
 
Kti mas udin
Kti mas udinKti mas udin
Kti mas udin
 
Kti ita ariani
Kti  ita arianiKti  ita ariani
Kti ita ariani
 
Kti la ode ili
Kti la ode iliKti la ode ili
Kti la ode ili
 
Kti batyol ladislaus
Kti batyol ladislausKti batyol ladislaus
Kti batyol ladislaus
 
Kti nurkhalida
Kti nurkhalidaKti nurkhalida
Kti nurkhalida
 
Kti irmawati budiman
Kti irmawati budimanKti irmawati budiman
Kti irmawati budiman
 
Kti nurkhalida
Kti nurkhalidaKti nurkhalida
Kti nurkhalida
 
Kti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. munaKti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. muna
 
Kti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. munaKti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. muna
 
Kti isma ekawati
Kti isma ekawatiKti isma ekawati
Kti isma ekawati
 
Kti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufriKti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufri
 
Judul
JudulJudul
Judul
 
Judul
JudulJudul
Judul
 
Kti israwati
Kti israwatiKti israwati
Kti israwati
 
Halaman depan
Halaman depanHalaman depan
Halaman depan
 
Halaman depan cod.scr--
Halaman depan cod.scr--Halaman depan cod.scr--
Halaman depan cod.scr--
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 

Recently uploaded (20)

442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 

ASUHAN SOL

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. N DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : SPACE OCCUPYING LESSION (SOL) SUPRATENTORIAL DI RUANG KEMUNING LANTAI II BEDAH SARAF RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna Disusun Oleh : K A R M I L A NIM : 13.13.1064 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN RAHA 2016
  • 2. ii HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. N dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung”. Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di hadapan dewan penguji. Raha, 02 Juli 2016 Pembimbing FITRIA MARFI, S.Kep., Ns NIDN : 3401018901 Mengetahui : Direktur Akper Pemkab Muna S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.Kep NIP.19800212 200312 2 006
  • 3. iii PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945 HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada Tanggal 02 Juli 2016 Dewan Penguji 1. Fitria Marfi, S.Kep., Ns (………………………….) 2. Almawin Susen, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....) 3. Harnia, S.Kep., Ns (……………………….....) Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna Tanggal, 02 Juli 2016 Direktur Akper Pemkab Muna S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.Kep NIP.19800212 200312 2 006 iii PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945 HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada Tanggal 02 Juli 2016 Dewan Penguji 1. Fitria Marfi, S.Kep., Ns (………………………….) 2. Almawin Susen, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....) 3. Harnia, S.Kep., Ns (……………………….....) Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna Tanggal, 02 Juli 2016 Direktur Akper Pemkab Muna S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.Kep NIP.19800212 200312 2 006 iii PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945 HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada Tanggal 02 Juli 2016 Dewan Penguji 1. Fitria Marfi, S.Kep., Ns (………………………….) 2. Almawin Susen, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....) 3. Harnia, S.Kep., Ns (……………………….....) Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna Tanggal, 02 Juli 2016 Direktur Akper Pemkab Muna S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.Kep NIP.19800212 200312 2 006
  • 4. iv ABSTRAK Latar belakang, Menurut catatan medical record Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari – Desember 2015 didapatkan bahwa kasus Space Occupying Lession (SOL) menempati urutan kedua atau terdapat 58 (22,92%) kasus dari 253 kasus penyakit. Space Occupying Lession (SOL) merupakan masalah yang sangat memerlukan perhatian dan penatalaksanaan yang sangat komprehensif dan intensif bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan karena kasus menempati urutan ke-sembilan dari sepuluh penyebab kematian. Tujuan, Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) dengan pendekatan proses keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Metode Telaahan, Metode yang digunakan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini yaitu metode analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan proses keperawatan dengan tehnik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, studi kepustakan dan pemeriksaan fisik. Hasil, Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny. N mulai Tanggal 23 Februari sampai dengan 25 Februari 2016 di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung ditemukan tiga diagnosa keperawatan yaitu, nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial, defisit perawatan diri : personal hygiene berhubungan dengan adanya keterbatasan aktivitas, dan ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan cara penanganannya. Setelah dilakukan evaluasi selama tiga hari dari tiga diagnosa keperawatan atau masalah yang ditemukan, terdapat 2 masalah yang teratasi, tetapi masalah keperawatan yang lain telah menunjukan perubahan. Hal ini terjadi karena beberapa masalah keperawatan membutuhkan waktu yang berbeda-beda dalam proses penyembuhan. Kesimpulan, Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Space Occupying Lession (SOL) perawat harus menerapkan proses keperawatan secara proaktif dan meningkatkan frekuensi kontak dengan klien serta dalam melaksanakan asuhan keperawatan diperlukan adanya pendokumentasian yang dicatat dalam status kesehatan klien dan diperlukan adanya kerjasama yang baik dengan tim kesehatan lainnya.
  • 5. v KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. N dengan Gangguan Sistem Persarafan: Space Occupying Lession (SOL) di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung”. Adapun maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Keperawatan pada Akper Pemkab Muna. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, penulisa dalam kesempatan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Ibu dr. Ayi Djembarani, MARS, selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung beserta staf yang telah memberikan waktu dan kesempatan penulis untuk praktek di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. 2. Ibu Santhy, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Direktur Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna sekaligus yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan di Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna. 3. Ibu Kalih Sarjono, S.Kep., Ns., selaku penguji lahan ujian praktek beserta perawat di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama melakukan Asuhan Keperawatan dalam pengambilan kasus. 4. Ibu Fitria Marfi, S.Kep., Ns selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan mengarahkan penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. 5. Kepala Ruangan, CI Ruangan, Perawat serta Staf di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah
  • 6. vi memberikan petunjuk dan nasehat serta kerja sama dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruangan yang dipimpinnya. 6. Seluruh Staf dan Dosen Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna yang telah memberikan dukungan dan bantuan serta kerja sama dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Ny. N beserta keluarganya yang telah bersedia menerima penulis dan mau bekerjasama dengan penulis untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Orang tuaku tercinta Ayahanda La Sola dan Ibunda Wa Ndokia, saudaraku La Ode Unsa, S.Pd, Subianton, S.Pd, Nurida dan seluruh keluarga yang tidak putus-putusnya memberikan doa, motivasi, harapan dan dorongan baik moril maupun materi selama mengikuti pendidikan. 9. Rekan-rekan Angkatan XIII dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberikan bantuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya masukan, baik kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, profesi keperawatan dan pembaca pada umumnya guna mengembangkan dunia keperawatan, kiranya Allah SWT meridhoi segala aktivitas kita untuk kemaslahatan. Amin. Wassalamualaikum Wr.Wb. Raha, 28 Juni 2016 Penulis
  • 7. vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ABSTRAK ................................................................................................ KATA PENGANTAR ............................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................ DAFTAR TABEL..................................................................................... DAFTAR GAMBAR................................................................................. DAFTAR BAGAN ..................................................................................... DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................. B. Ruang Lingkup Pembahasan ............................................. C. Tujuan Penulisan................................................................ D. Manfaat Penulisan.............................................................. E. Metode Telaahan ............................................................... F. Waktu Pelaksanan ............................................................. G. Tempat Pelaksanan ........................................................... H. Sistematika Telaahan ........................................................ BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : SPACE OCCUPYING LESSION (SOL) A. Konsep Dasar .................................................................... 9 1. Defenisi ....................................................................... 9 2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan.................... 10 3. Etiologi ........................................................................ 17 4. Patofisiologi ................................................................ 5. Tanda dan Gejala ......................................................... 6. Pemeriksaan Penunjang ............................................... 23 i ii iii iv v vii ix x xi xii xiii 1 3 3 4 5 6 6 6 8 8 9 13 11 11 12
  • 8. viii 7. Penatalaksanaan Medis................................................ 25 8. Komplikasi................................................................... . 32 9. Dampak Masalah terhadap Perubahan Struktur/Pola Fungsi Sistem Tubuh terhadap Kebutuhan Klien Sebagai Makhluk Holistik ................ B. Tinjauan Teoritis tentang Asuhan Keperawatan ................ . 35 1. Pengkajian.................................................................... . 35 2. Diagnosa Keperawatan .............................................. . 50 3. Perencanaan ................................................................ . 51 4. Implementasi ............................................................... . 61 5. Evaluasi ....................................................................... . BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus................................................................... . 63 1. Pengkajian ................................................................... . 63 2. Diagnosa Keperawatan ............................................... . 81 3. Rencana Tindakan Keperawatan ................................. . 84 4. Implementasi dan Evaluasi ......................................... . 88 5. Catatan Perkembangan................................................. . 92 B. Pembahasan ....................................................................... . 102 1. Pengkajian ................................................................... . 102 2. Diagnosa Keperawatan................................................ . 114 3. Perencanaan................................................................. . 117 4. Implementasi............................................................... . 118 5. Evaluasi....................................................................... . BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ........................................................................ . 122 B. Rekomendasi...................................................................... . DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP 12 12 12 13 13 20 21 24 24 25 25 39 41 44 48 50 51 52 53 54 55 58 59
  • 9. ix DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Daftar Sepuluh penyakit terbesar di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung .................................................................................. Perencanaan Perubahan Perfusi Jaringan Otak ...................... Perencanaan Nyeri Akut ......................................................... Perencanaan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh .............. Perencanaan Hambatan Mobilitas Fisik ................................. Perencanaan Ansietas ............................................................. Pola Aktivitas Sehari-hari Ny. N ........................................... Data Penunjang ....................................................................... Analisa Data ........................................................................... Rencana Tindakan Keperawatan ............................................ Implementasi dan Evaluasi ..................................................... Catatan Perkembangan ........................................................... 2 21 22 22 23 23 33 35 37 41 44 48
  • 10. x DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Anatomi Sistem Persarafan ............................................ 9
  • 11. xi DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 1. Genogram 3 generasi ..................................................... 27
  • 12. xii DAFTAR SINGKATAN BAB : Buang Air Besar BAK : Buang Air Kecil CNS : Central Venous System CRT : Capillary Refille Time CSF : Cerebrospinal – Fluid CSS : Cairam Serebro Spinal CT : Computed Tomography DNA : Deoxiribonucleat Acid DO : Data Objektif DS : Data Subjektif GCS : Glassgow Coma Scale HT : Hearing Touchsense IV : Intra Vena JVP : Jugularis Vena Pressure MARS : Magister Administrasi Rumah Sakit MRI : Magnetic Resonance Imaging P.O : Per Oral RS : Rumah Sakit RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat SOL : Space Occupying Lession TIK : Tekanan Intra Kranial TTV : Tanda-tanda Vital
  • 13. xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 2 : Materi Lampiran 3 : Leaflet Lampiran 4 : Lembar Konsul Lampiran 5 : Riwayat Hidup
  • 14. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya (Kemenkes RI, 2015). Salah satu masalah kesehatan yang timbul adalah pada gangguan sistem persarafan yang bisa menyerang otak yang merupakan organ vital yang berperan sangat penting bagi tubuh. Otak mengatur proses berpikir, berbahasa, kesadaran, emosi dan kepribadian seseorang. Selain keseimbangan cairan, keseimbangan hormonal, mengatur emosi, ingatan dan aktivitas motorik dan lain-lain. Penyakit yang banyak menyerang otak diantaranya adalah Space Occupying Lession (SOL). SOL adalah sebuah lesi yang berasal dari sel-sel otak atau struktur di sekelilingnya dan terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak (Dewi, Loho, dan Tubagus, 2015). Space Occupying Lession (SOL) meliputi 85-90% dari seluruh tumor susunan saraf pusat dengan frekuensi 80% terletak di intrakranial dan 20% di
  • 15. 2 kanalis spinalis. Insiden berkisar antara 6,6 per 100.000 penduduk per tahun di Amerika Serikat dengan angka mortalitas 4,7 per 100.000 pernduduk per tahun. Mortalitas lebih tinggi pada pria. Urutan frekuensi neoplasma di dalam ruang intrakranial adalah sebagai berikut : glioma 35-60%, meningioma sekitar 9-22%, hipofisoma 5-16%, neurilemoma 7-9%. Space Occupying Lession (SOL) merupakan penyebab kematian kedua dari semua kasus kanker yang terjadi pada pria berusia 20-39 tahun. Di Indonesia data tentang Space Occupying Lession (SOL) masih kurang. Di Bandar Lampung periode 2009-2013 terdapat 173 kasus SOL. Di Bagian Radiologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2011 terdapat 10 kasus terdiagnosis dengan neoplasma intrakranial. Di Indonesia, 22% SOL didiagnosis dengan pemeriksaan radiologi (Dewi, Loho, dan Tubagus, 2015). Menurut data yang diperoleh dari rekam medik Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung dalam kurun waktu 1 tahun terakhir yaitu mulai dari Januari sampai dengan Desember 2015 yaitu: Tabel 1 . Daftar Sepuluh Penyakit Terbesar di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Bulan Januari sampai dengan Desember 2015. No Jenis penyakit Jumlah Presentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Trauma kepala atau head injury SOL Hydrocephalus Intrakranial haemoragik Subdural hematoma Intrakranial wound Malformation of aqueduct of syvius Bone defect Hernia nucleus pulposus Enchephalocele 129 58 27 11 9 6 4 3 3 2 50,99 22,92 10,67 4,35 3,56 2,37 1,58 1,58 1,29 0,79 Total 253 100 Sumber : Rekam Medik di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung (Januari – Desember 2015).
  • 16. 3 Berdasarkan Tabel 1 diatas Penyakit Space Occupying Lession (SOL) merupakan penyakit terbanyak kedua yang dirawat yaitu ada 58 kasus dengan presentase 22,92%. Mengingat dampak yang ditimbulkan dari kasus tersebut maka penulis tertarik untuk membuat suatu Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : ”Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. N dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”. B. Ruang Lingkup Pembahasan Dalam Karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi pembahasan pada pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap Ny. N dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi aspek Bio, Psiko, Sosial dan Spiritual dengan pendekatan proses keperawatan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kasus gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial.
  • 17. 4 b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan kasus gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial. c. Mampu melakukan perencanaan keperawatan sampai dengan evaluasi pada klien dengan kasus gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial. d. Mampu mengaplikasikan rencana keperawatan pada klien dengan kasus gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial. e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien dengan kasus gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial. f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada klien dengan kasus gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial. D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Rumah Sakit Sebagai sumber informasi tentang kasus-kasus gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan menjadi bahan masukan dalam mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial, khususnya dalam pelaksanaan perkuliahan dan dalam proses pendidikan.
  • 18. 5 3. Bagi Profesi Keperawatan Sebagai bahan masukan bagi tenaga perawat yang bertugas melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial. 4. Bagi Penulis Menambah wawasan dan pengetahuan sekaligus sebagai bahan referensi mahasiswa lain yang ingin melakukan penulisan Karya Tulis Ilmiah tentang gangguan sistem persyarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial. E. Metode Telaahan Metode yang digunakan dalam penulisan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu metode analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan suatu proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun tekhnik pengumpulan data yaitu : 1. Observasi Observasi yaitu mengamati keadaan klien yang meliputi Bio, Psiko, Sosial, Kultural dan Spiritual. 2. Wawancara Mengadakan tanya jawab secara langsung dengan klien dan keluarga serta tenaga kesehatan lain untuk memperoleh informasi yang akurat.
  • 19. 6 3. Pemeriksaan Fisik Melakukan pemeriksaan fisik guna menemukan masalah kesehatan dan keperawatan yang klien alami secara head to toe dan didokumentasikan secara persistem meliputi Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi. 4. Studi Dokumentasi Melakukan pengumpulan data atau informasi melalui medical record yang berhubungan dengan keseharian klien. 5. Studi Kepustakaan Mempelajari literatur yang berkaitan dengan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Dimana literatur yang digunakan diambil dari buku – buku dan jurnal. F. Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan ini selama 3 hari yaitu mulai dari tanggal 23 sampai dengan 25 Februari 2016. G. Tempat Pelaksanaan Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung. H. Sistematika Telaahan Untuk memudahkan memahami isi dari pada Karya Tulis Ilmiah secara sistematika adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan meliputi latar belakang, ruang lingkup pembahasan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode telaahan, waktu pelaksanaan dan tempat pelaksanaan, serta sistematika telaahan.
  • 20. 7 Bab II : Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial meliputi : Konsep dasar terdiri dari defenisi, anatomi dan fisiologi sistem persarafan, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, komplikasi dan dampak masalah terhadap perubahan struktur/pola fungsi tubuh tertentu terhadap kebutuhan sebagai mahluk holistik dan tinjauan teoritis tentang asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi. Bab III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan Tinjauan kasus yang membahas tentang pelaksanaan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan perkembangan, sedangkan pembahasan berisikan tentang kesenjangan antara teori dan kasus yang ada, dan dibahas secara sistematis mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Bab IV : Kesimpulan dan Rekomendasi Berisikan kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan formulasi saran atau rekomendasi yang operasional terhadap masalah yang ditemukan.
  • 21. 8 BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : SPACE OCCUPYING LESSION (SOL) SUPRATENTORIAL A. Konsep Dasar 1. Defenisi Space Occupying Lession (SOL) adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak yang tumbuh sebagai sebuah massa yang membentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan (Smeltzer dan Bare, 2002). Space Occupying Lession (SOL) adalah tumor intrakranial yang diantaranya merupakan lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak yang menyebabkan gangguan neurologis progresif (Mutaqqin, 2008). Space Occupying Lession (SOL) merupakan neoplasma atau proses desak ruang (space occupying lession atau space taking lession) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial (Nurarif dan Kusuma, 2015). Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa Space Occupying Lession (SOL) adalah lesi yang terletak pada intrakranial yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak,dapat bersifat jinak maupun ganas di dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial.
  • 22. 9 2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan a. Anatomi Sistem Persarafan Adapun anatomi sistem persarafan dapat dilihat pada Gambar 1. dibawah ini: Gambar 1. Anatomi Sistem Persarafan Sumber : (Smeltzer dan Bare, 2002) Sistem persarafan adalah jalinan jaringan saraf yang saling berhubungan khusus dan kompleks. Pembagian susunan saraf yaitu: 1) Sistem saraf pusat a) Medulla spinalis Merupakan perpanjangan medulla oblongata ke arah kanalis vertebralis setinggi corpus vertebralis cervicalis I memanjang hingga setinggi comus vertebralis lumbalis I-II (Syaifuddin, 2006). b) Otak (1) Serebrum Serebrum merupakan pusat saraf yang mengatur proses penalaran, memori, dan inteligensi (Mutaqqin, 2008).
  • 23. 10 (2) Batang otak terdiri dari diensefalon terletak antara serebelum dan mesensefalon, pons varoli dihubungkan serebelum dan medula oblongata (Syaifuddin, 2006). (3) Serebelum terletak di bagian tulang belakang dipisahkan oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli. Saraf kranial disebut foramina yaitu : olfaktorius (I), optikus (II), okulomotorius (III), trokhlearis (IV), trigeminus (V), abdusens (VI), fasialis (VII), vestibulokokhlearis (VIII), glosofaringeus (IX), vagus (X), aksesorius (XI) dan hipoglosus (XII) (Mutaqqin, 2008). 2) Sistem saraf perifer a) Susunan saraf somatik mempengaruhi kerja otot involunter seperti jantung, hati, pankreas, dan jalan pencernaan (Saifuddin, 2006). b) Susunan saraf otonom (1) Susunan saraf simpatis Sistem simpatis terdiri dari tiga bagian yaitu: (a) Kornu anterior segmen torakalis ke-1 sampai ke-12 dan segmen lumbalis 1-3. (b) Trunkus simpatikus beserta cabang-cabangnya. (c) Pleksus simpatikus beserta cabangnya (Syaifuddin, 2006). (2) Susunan saraf parasimpatis yang terdiri dari : (a) Saraf otonom kranial menghubungkan serabut parasimpatis keluar dari otak ke organ untuk menentukan ukuran pupil menggunakan saraf okulo-motorius. (b) Saraf otonom sakral keluar dari sum-sum tulang belakang melewati colon, rektum dan kandung kencing.
  • 24. 11 b. Fisiologi Sistem Persarafan Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti kontraksi otot, peristiwa viseral yang berubah dengan cepat, menerima ribuan informasi kemudian mengintegrasikannya untuk menentukan reaksi yang dilakukan tubuh. Mekanisme penghantaran kimiawi melibatkan serangkaian langkah yaitu pembentukan neurotransmiter, penyimpanan, pembebasan, reaksi reseptornya dan penghentian pengaruhnya (Syaifuddin, 2006). 3. Etiologi Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), penyebab SOL hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti. Faktor yang perlu ditinjau adalah : herediter, sisa sel embriogenik, radiasi, virus, dan substansi kardiogenik. 4. Patofisiologi SOL terjadi karena pertumbuhan sel secara abnormal dengan cepat pada Central Nervous System (CNS) yang mempunyai Deoxiribonukleat Acid (DNA) abnormal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena perubahan dari sirkulasi CSS sehingga menyebabkan hipoksia, iskemia, nekrosis dan pecah pembuluh vena arteri. Di otak timbullah peningkatan TIK yang menyebabkan gangguan keseimbangan cairan serebro spinal, dan darah serebral (Smeltzer dan Bare, 2002). 5. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala yaitu nyeri kepala berat pada pagi hari, kejang, papil edema, peningkatan TIK : pandangan kabur, mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda vital, afasia, perubahan kepribadian, gangguan memori (Nurarif dan Kusuma, 2015).
  • 25. 12 6. Pemeriksaan Penunjang Menurut William dan Wilkins (2008), pemeriksaan penunjang pada penyakit SOL ini adalah biopsi jaringan yang dilakukan dengan pembedahan stereotaktis, sinar–X tengkorak, scan otak, CT scan, MRI dan angiografi serebral dan pungsi lumbal dan Cerebrospinal Fluid (CSF). 7. Penatalaksanaan Medis Dikutip dalam Smeltzer dan Bare (2002), penatalaksanaan medis adalah craniotomi, pendekatan stereotaktik, studi pencitraan multiple (sinar- x, CT), kortikosteroid membantu mengurangi sakit kepala, obat mencakup agens osmotik (manitol, gliserol) untuk menurunkan cairan pada otak. 8. Komplikasi Dikutip dalam Wilson dan Price (2006), adapun komplikasi dari penyakit SOL yaitu edema serebral, TIK meningkat, herniasi otak, hidrochefalus, kejang, dan metastase, dan gangguan disfungsi seksual. 9. Dampak Masalah terhadap Perubahan Struktur/Pola Fungsi Sistem Tubuh Tertentu terhadap Kebutuhan Klien Sebagai Makhluk Holistic a. Sistem Persarafan Sakit kepala, parestesia, kejang, gangguan penglihatan, penurunan status mental dan kesadaran, afasia, nistagmus, papil edema, paralisis, dan hipotonia. b. Sistem Pencernaan Kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medula oblongata.
  • 26. 13 c. Sistem Pengindraan Disartria dan aphasia, masalah penglihatan, seperti penglihatan ganda atau penurunan lapang pandang. Gangguan pendengaran di telinga pada sisi yang terlibat otak. d. Sistem Reproduksi Mengurangi kesuburan dan menyebabkan menopause dini. e. Sistem Muskuloskeletal Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena tumor pada lobus parasentalis menyebabkan kelemahan ektremitas bawah, kehilangan sensori, dan mudah lelah, hipotonia dan hiperekstensibilitas sendi. g. Sistem Pernapasan Adanya kegagalan pernapasan. h. Sistem Kardiovaskuler Kegagalan sirkulasi, konjungtiva anemis, tekanan darah dan denyut nadi menurun, peningkatan TIK menyebabkan pelebaran tekanan nadi. j. Sistem Imunitas Sering mengalami demam secara tiba-tiba. l. Dampak Psikologis Depresi dapat berupa menangis terus-menerus, mudah marah, kecemasan, gangguan tidur, dan gangguan bipolar (manic depression). B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian adalah suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2008).
  • 27. 14 a. Pengumpulan Data Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini (Nursalam, 2008). 1) Biodata a) Identitas Klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nomor register, dan diagnosa medik (Mutaqqin, 2008). b) Identitas Penanggung Jawab Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien (Mutaqqin, 2008). 2) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Kesehatan Sebelum Masuk Rumah Sakit Merupakan keluhan yang berisikan penyakit yang diderita sebelum sakit sampai mendapatkan perawatan (Setiadi, 2012). Pasien dengan SOL biasanya berhubungan dengan peningkatan TIK dan adanya gangguan fokal, seperti nyeri kepala hebat, muntah-muntah, kejang dan penurunan tingkat kesadaran. b) Riwayat Kesehatan Sekarang (1) Keluhan Utama Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian. Biasanya pasien dengan SOL akan mengeluh nyeri kepala.
  • 28. 15 (2) Riwayat keluhan utama Keluhan pada saat pengkajian, dikembangkan dengan menggunakan analisa PQRST P : (Provokatif/Paliatif), yaitu apa penyebabnya, yang memunculkannya dan yang menguranginya. Q : (Quality/Quantity), yaitu bagaimana rasanya? R : (Region/Radiation), yaitu dibagian mana hal itu terjadi, apakah menyebar? S : (Scale/Severity), yaitu bagaimana intensitasnya, jika menggunakan skala 1-10 dan bagaimana pengaruh hal tersebut pada aktivitas. T : (Timing), yaitu kapan hal itu mulai terjadi, berapa lamanya terjadinya, bertahap atau tiba-tiba (Setiadi, 2012). c) Riwayat Kesehatan Dahulu Perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah memiliki riwayat kecelakaan, riwayat operasi, riwayat alergi terhadap makanan serta riwayat penyakit tertentu yang memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatannya sekarang. Kaji adanya riwayat sakit kepala pada masa sebelumnya (Mutaqqin, 2008). d) Riwayat Kesehatan Keluarga Untuk menentukan dalam keluarga ada penyakit keturunan, kanker dan riwayat penyakit menular lainnya sehingga memperberat penyakit. Kaji adanya hubungan keluhan tumor intrakranial pada generasi terdahulu (Mutaqqin, 2008).
  • 29. 16 3) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik secara head to toe secara persistem meliputi : a) Keadaan Umum Biasanya memiliki kondisi yang lemah, terjadi penurunan kesadaran dan status mental, tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan (Mutaqqin, 2008). b) Pemeriksaan Persistem Menurut Mutaqqin (2008) pada pengkajian persistem akan ditemukan hal-hal berikut : (1) Sistem Pernapasan Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, kesimetrisan bentuk dada, penggunaan alat bantu, penggunaan otot pernapasan, ada tidaknya sekret pada lubang hidung, pergerakkan cuping hidung waktu bernapas, frekuensi napas, adanya nyeri tekan atau massa, tractil/vokal fremitus getarannya sama atau tidak, perkusi dada, auskultasi bunyi nafas. (2) Sistem Kardiovaskuler Perlu dikaji adanya nyeri dada, auskultasi bunyi jantung, pengukuran Capillary Refille Time (CRT normal < 3 detik, tidak normal > 3 detik), apakah tekanan darah dan nadi normal, konjungtiva anemis atau tidak. (3) Sistem Percernaan Yang dikaji adalah kesimetrisan, warna, kontur, hidrasi serta adanya lesi pada bibir. Pada rongga mulut menilai kebersihan, nyeri menelan, ada mual muntah, kurang nafsu
  • 30. 17 makan. Kaji abdomen meliputi bentuk, bising usus, bunyi abdomen dan palpasi ada atau tidaknya nyeri tekan, pembesaran hepar dan lien, apakah ada distensi dan nyeri tekan pada kandung kemih. (4) Sistem Persarafan Yang perlu dikaji pada sistem persarafan adalah : status mental, fungsi intelektual, dan 12 saraf kranial yaitu nervus olfaktorius (N.I), nervus optikus (N.II), nervus okulomotorius (N.III), nervus trokhlearis (N.IV), nervus trigeminus (N.V), nervus abdusens (N.VI), nervus fasialis (N.VII), nervus vestibulokokhlearis (N.VIII), nervus glosofaringeus (N.IX), nervus vagus (N.X), nervus aksesorius (N.XI) dan nervus hipoglosus (N.XII). (5) Sistem Endokrin Pada sistem ini biasanya tidak mengalami gangguan. (6) Sistem Perkemihan Yang perlu dikaji adalah kebersihannya, warna, bau dan frekuensi BAK, apakah terpasang kateter atau tidak, apakah kandung kemih membesar atau tidak, apakah ada nyeri tekan atau nyeri saat berkemih atau tidak, apakah ada gangguan dalam berkemih. Biasanya terjadi pola kemih yaitu inkontinensia urine. (7) Sistem Reproduksi Pada wanita akan menimbulkan amenorrea atau galaktorea aliran spontan susu dan pada pria akan timbul impotensi.
  • 31. 18 (8) Sistem Muskuloskeletal Pengkajian meliputi kepala, vertebra, perut, lulut, kaki dan kekuatan otot dari ke empat ektremitas, apakah terjadi deformitas, spasme otot, atau atropi. (9) Sistem integumen Yang dikaji rambut (distribusi rambut, tekstur, kelembaban dan kebersihan) dan kulit kepala (adanya benjolan atau lesi), kulit (perubahan warna, temperatur, kelembaban, tekstur, turgor, krepitasi, udema, dan erupsi) dan kuku (warna, bentuk, permukaan, lesi, mudah patah dan kebersihannya). (10)Sistem Penginderaan Pada mata yang dikaji yaitu dan lapang pandang normal atau tidak, telinga yang dikaji yaitu ada gangguan pendengaran atau tidak, hidung yang perlu dikaji yaitu ada gangguan penciuman atau tidak, mulut yang perlu fungsi pengecapan untuk membedakan rasa, kulit yang perlu dikaji kemampuan merasakan sensasi panas dan dingin, kasar dan halus serta tajam dan tumpul. (11)Sistem Imun Yang perlu dikaji adalah alergi terhadap cuaca, debu, makanan dan zat kimia, riwayat tranfusi dan reaksi serta penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca. 4) Pola aktivitas sehari-hari Menurut Setiadi (2012), pola aktivitas yang perlu dikaji adalah :
  • 32. 19 a) Nutrisi: Kaji kebiasaan makan, jenis makanan yang disukai dan tidak disukai, makanan pantangan atau alergi, bagaimana nafsu makan klien, dan porsi makanserta keluhan yang timbul b) Eliminasi BAB dan BAK : BAB yaitu frekuensi, waktu, warna, dan konsistensi. Pada pengkajian BAK yang perlu dikaji adalah frekuensi, waktu, warna dan bau serta adanya keluhan pada saat BAB atau BAK. c) Istirahat tidur : Kaji waktu istirahat klien sebelum sakit dan bandingkan dengan saat sakit, kaji tidur klien, kualitas tidur, jumlah serta adanya keluhan pada waktu istirahat tidur. d) Personal hygiene : Kaji frekuensi mandi, potong kuku, sikat gigi, mencuci rambut dan keluhan pada personal hygiene. e) Aktifitas Sehari-hari : Kaji aktifitas yang biasa dilakukan serta frekuensinya dan keluhan pada pemenuhan aktivitas sehari-hari. 5) Pengkajian Psikososial Yang dikaji status emosi, konsep diri (body image, identitas diri, ideal diri, dan harga diri), pola koping, gaya komunikasi, dan kecemasan. Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif. Pola penanganan stress, klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi (Mutaqqin, 2008).
  • 33. 20 6) Pengkajian Spritual Pola tata nilai kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil, dan kelemahan pada salah satu sisi tubuh (Mutaqqin, 2008). b. Pengelompokan Data Pengelompokkan data yaitu data dikelompokkan ke dalam data subjektif yaitu data yang berasal dari klien dan data objektif merupakan hasil pengamatan perawat selama interview (Nursalam, 2008). c. Analisa Data Analisa data adalah kemampuan mengaitkan dan menghubungkan data dengan konsep, teori dan prinsip untuk menentukan masalah kesehatan klien yang berisi masalah, penyebab, dan data (Setiadi, 2012). c. Prioritas Masalah Prioritas masalah disusun berdasarkan kebutuhan dasar manusia. Jika diputuskan masalah mana yang dapat diatasi terlebih dahulu berkaitan erat dengan kebutuhan sadar manusia (Setiadi, 2012). 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah mengidentifikasi masalah kesehatan klien yang dapat diatasi (ditangani, dikurangi, atau diubah) melalui intervensi dan manajemen keperawatan (Nursalam, 2008). Diagnosa yang muncul menurut Doenges (2000), pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) adalah : perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan kerusakan sirkulasi vaskuler serebral, nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra
  • 34. 21 kranial, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang, sekunder dari mual dan muntah, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot, dan ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan. 3. Perencanaan Perencanaan adalah suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan (Nursalam, 2008). Dari diagnosa keperawatan menurut Doenges (2000), dapat dibuat suatu perencanaan pada klien dengan gangguan sistem persarafan: Space Occupying Lession (SOL) adalah sebagai berikut : a. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan kerusakan sirkulasi vaskuler serebral. Tujuan : Perfusi jaringan kembali normal. Kriteria : TTV kembali normal, kesadaran pasien dan ingatannya kembali seperti sebelum sakit. Tabel 2. Perencanaan Perubahan Perfusi Jaringan Otak No. Intervensi Rasional 1) Pantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya seperti GCS. 2) Pantau frekuensi dan irama jantung. 3) Pantau suhu juga atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan. Batasi penggunaan selimut dan lakukan kompres hangat jika terjadi demam. 4) Pantau masukan dan pengeluaran, catat karakteristik urin, tugor kulit dan keadaan membrane mukosa. 5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti steroid, chlorpromazin, asetaminofen. 1) Untuk menentukan lokasi, penyebaran, luas,dan perkembangan dari kerusakan. 2) Disritmia terjadi karena adanya tekanan batang otak. 3) Demam biasanya berhubungan dengan proses inflamasi tetapi mungkin merupakan komplikasi dari kerusakan pada hipotalamus. 4) Hipertermi meningkatkan resiko dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaran menurun. 5) Dapat menurunkan permeabilitas kapiler, mengatasi menggigil yang dapat meningkatkan TIK, menurunkan konsumsi oksigen. Sumber : Doenges, Moorhouse, dan Geissler (2000)
  • 35. 22 b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial. Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang. Kriteria : Ekspresi wajah rileks, skala nyeri 1 (0-10) dan nyeri dapat ditoleransi. Tabel 3. Perencanaan Nyeri Akut No. Intervensi Rasional 1) Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus/yang memperberat. 1) Membantu menentukan pilihan intervensi. 2) Pertahankan tirah baring selama fase akut. 3) Instruksikan pasien untuk melakukan tekhnik distraksi/relaksasi napas dalam. 4) Kolaborasi dalam pemberian analgetik 2) Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme otot, menurunkan penekanan pada bagian tertentu. 3) Memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan tegangan otot dan meningkatkan proses penyembuhan. 4) Merelaksasikan otot dan menurunkan nyeri. Sumber : Doenges, Moorhouse dan Geissler (2000) c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang. Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi. Kriteria : BB normal, nafsu makan klien membaik dan porsi makan dapat dihabiskan. Tabel 4 . Perencanaan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh No. Intervensi Rasional 1) Pantau pola makan klien dan monitoring tanda – tanda vital. 2) Beri makan pada klien dengan porsi makan kecil tapi sering. 3) Motivasi klien tentang pentingnya nutrisi dan proses penyembuhan. 4) Hitung berat badan ideal klien. 5) Penatalaksanaan pengobatan 1) Memberi kesempatan pada usus untuk mengabsorbsi makanan dan mencegah kelelahan. 2) Dapat merangsang nafsu makan dan memenuhi kebutuhan klien 3) Motivasi memberikan penjelasan sehingga klien secara psikologis dapat terpacu untuk mau makan. 4) Untuk mengetahui berat badan ideal klien 5) Pengobatan yang intensif membantu dalam proses perawatan dan kesembuhan klien. Sumber : Doenges, Moorhouse dan Geissler (2000)
  • 36. 23 d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot. Tujuan : Mobilitas fisik kembali normal. Kriteria : Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin. Tabel 5. Perencanaan Hambatan Mobilitas Fisik No. Intervensi Rasional 1) Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi. 2) Kaji derajat imobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan (0-4). 1) Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan dan mempengaruhi pilhan intervensi yang akan dilakukan. 2) Pasien mampu mandiri (nilai 0) atau memerlukan bantuan yang minimal (nilai 1); memerlukan bantuan dengan pengawasan atau diajarkan (nilai 2); memerlukan bantuan yang terus menerus dan alat khusus (nilai 3); atau tergantung secara total pada pemberian asuhan (nilai 4). 3) Ubah posisi klien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi antara waktu perubahan posisi tersebut. 4) Berikan/bantu untuk memberikan latihan rentang gerak 3) Perubahan posisi yang teratur meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh. 4) Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/posisi normal ekstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis. Sumber : Doenges, Moorhouse dan Geissler (2000) e. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Tujuan : Ansietas berkurang/hilang. Kriteria: Klien tampak rileks, ekspresi wajah tenang Tabel 6. Perencanaan Ansietas Intervensi Rasional 1) Kaji tingkat rasa cemas pada pasien dan orang terdekat. Perhatikan tanda pengingkaran, depresi atau penyempitan fokus perhatian. 2) Jelaskan prosedur/asuhan yang diberikan. Ulangi penjelasan dengan sering atau sesuai kebutuhan. 3) Dorong dan berikan kesempatan untuk pasien/orang terdekat mengajukan pertanyaan dan menyatakan masalah. 1) Membantu menentukan jenis intervensi yang diperlukan. 2) Rasa cemas akan ketidaktahuan diperkecil dengan pengetahuan dan dapat meningkatkan penerimaan. 3) Membuat perasaan terbuka dan bekerjasama yang akan membantu dalam identifikasi/mengatasi masalah. Sumber : Doenges, Moorhouse dan Geissler (2000)
  • 37. 24 4. Implementasi Implementasi adalah sutau tahap dimana perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). 5. Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan sistematis dan antara hasil akhir yang teramati dan tujuan dan kinerja hasil pada tahap perencanaan (Nursalam, 2008). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut : S: Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan. O: Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan. A: Analisa ulang atas data subyektif dan data obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon (Nursalam, 2008). Adapun yang evaluasi pada pasien dengan Space Occupying Lession (SOL) antara lain sebagai berikut : a. Apakah perubahan perfusi jaringan otak teratasi ? b. Apakah nyeri akut teratasi ? c. Apakah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi ? d. Apakah hambatan mobilitas fisik teratasi ? e. Apakah ansietas teratasi?
  • 38. 25 BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus 1. Pengkajian a. Pengumpulan Data 1) Biodata a) Identitas klien Nama : Ny. N Umur : 48 tahun Jenis kelamin : Perempuan Status : Kawin Agama : Islam Suku/ Bangsa : Sunda/ Indonesia Pendidikan : SMP Pekerjaan : IRT Alamat : Panorama Lembang Tanggal masuk : 09 Februari 2016 Tanggal pengkajian : 23 Februari 2016 Ruang Rawat : Kemuning Lantai II Bedah Saraf No. Register : 000391273 Diagnosa medis : Space Occupying Lession (SOL)
  • 39. 26 b) Identitas penanggung jawab Nama : Tn. S Umur : 51 tahun Jenis kelamin : Laki-Laki Status : Kawin Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : Buruh Alamat : Panorama Lembang Hub. Dengan klien : Suami klien 2) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Kesehatan Sebelum Masuk Rumah Sakit Sejak satu bulan sebelum masuk rumah sakit, klien mengeluh nyeri pada kepala, makin lama makin berat hingga tidak tertahankan. Nyeri yang dirasakan hilang timbul dan sewaktu – waktu membaik jika klien minum obat. b) Riwayat Kesehatan Sekarang (1) Keluhan utama : Nyeri (2) Riwayat keluhan utama Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 23 Februari 2016 klien mengeluh nyeri. Keluhan itu dirasakan pada bagian kepala sisi kiri yang yang disebabkan karena adanya tumor otak. Keluhan dirasakan seperti ditusuk- tusuk dan bersifat hilang timbul menyebar sampai ke belakang leher. Skala nyeri ringan yaitu 3 (0-10) dengan
  • 40. 27 durasi waktu 5-10 menit. Keluhan yang menyertai adalah pusing. c) Riwayat kesehatan masa lalu Klien mengatakan pernah di rawat Rumah Sakit Lembang sebelumnya dengan penyakit jantung. Klien mengatakan tidak pernah mengalami benturan di bagian kepalanya. Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, minuman, ataupun obat – obatan. d) Riwayat kesehatan keluarga Menurut klien dan keluarga, anggota keluarga lain tidak ada menderita penyakit yang sama dengan klien. Klien dan anggota keluarga lainnya tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan penyakit menular seperti TB Paru. Genogram 3 generasi G I G II G III Bagan 1. Genogram 3 Generasi XX XX X ?XXX X X ???? ? 88 X?X ?? 48?
  • 41. 28 Keterangan : : Laki-Laki : Perempuan X : Meninggal ? : Tidak diketahui umurnya : Garis keturunan : Klien : Garis perkawinan G. I : Generasi pertama meninggal karena penyakit yang tidak diketahui penyebabnya. G. II : Ayah klien merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Ibu klien merupakan anak kelima dari enam bersaudara G III : Klien merupakan anak kelima dari delapan bersaudara. 3) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum : lemah b) Tingkat kesadaran : compos mentis dengan GCS 15 (E4M6V5) c) Tanda-tanda vital yaitu tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi : 84x/ menit, pernapasan : 20x/menit dan suhu : 36,2ºC d) Pemeriksaan Persistem (1) Sistem Pernapasan Bentuk hidung simetris, tidak terdapat sianosis pada bibir, bentuk dada simetris, tidak terdapat adanya nyeri
  • 42. 29 tekan pada dada, getaran vokal fremitus seimbang kanan dan kiri, suara perkusi paru terdengar resonan, pada auskultasi terdengar suara vesikuler di semua area paru, frekuensi nafas 20 x/menit (2) Sistem Kardiovaskuler Konjungtiva tidak anemis, tidak ada sianosis pada ujung ekstremitas, capilary reffile time (CRT) kembali dalam 2 detik, palpasi arteri radialis teraba dengan frekuensi 84x/menit, bunyi jantung S1 dan S2 murni dengan irama reguler, tekanan darah 110/80 mmHg dan tidak ada peningkatan JVP (Jugularis Venous Pressure). (3) Sistem Pencernaan Mukosa bibir kering, gigi tampak bersih, tidak terdapat caries, sklera tidak ikterus, abdomen datar dengan kontur lembut, bising usus 8 x/menit, bunyi abdomen timpani, tidak terdapat adanya nyeri tekan pada daerah abdomen dan tidak ada keluhan nyeri menelan. (4) Sistem Persarafan i. Nervus I (Nervus Olfaktorius) Klien dapat mengidentifikasi bau minyak kayu putih dan kopi. ii. Nervus II (Nervus Optikus) Klien dapat membaca papan nama perawat jarak 30 cm.
  • 43. 30 iii. Nervus III (Okulomotorius), IV (Trochlearis), VI (Abducen) Klien mampu menggerakan bola matanya ke segala arah. Kontriksi pupil saat diberi cahaya baik, bentuk pupil isokor, lapang pandang normal. iv. Nervus V (Trigeminus) Fungsi mengunyah klien baik, klien dapat merasakan sentuhan pilinan kapas dengan kedua mata tertutup, klien dapat menggerakan rahangnya ke arah belakang, depan, samping kiri, dan kanan. v. Nervus VII (Facialis) Klien dapat mengerutkan dahi dan dapat membedakan rasa manis dan asin. vi. Nervus VIII (auditorius) Fungsi pendengaran klien normal. Dapat menjawab pertanyaan yang diajukan perawat secara spontan. vii. Nervus IX (Glosofaringeus) Klien dapat membedakan rasa manis, asam, pahit dan asin. viii. Nervus X (Vagus) Refleks menelan klien baik, dan uvula terletak di tengah antara palatum mole dengan arkus faring. ix. Nervus XI (Assesorius) Klien dapat mengangkat kedua bahu, serta melawannya ketika diberikan tahanan ringan.
  • 44. 31 x. Nervus XII (Hipoglosus) Klien dapat menggerakan lidah dan menjulurkannya ke arah samping kiri, kanan, belakang, dan depan. (5) Sistem Endokrin Tidak ada gangguan. (6) Sistem Perkemihan Tidak terpasang kateter, tidak ada distensi kandung kemih, tidak adanya nyeri tekan saat palpasi ginjal, tidak teraba adanya pembesaran ginjal. (7) Sistem Reproduksi Pemeriksaan tidak dilakukan. (8) Sistem Muskuloskeletal (a) Ekstremitas Atas Bentuk dan ukuran kedua ekstremitas atas simetris, kuku tangan tampak panjang dan kotor. Klien terpasang infus 20 tts/mnt pada tangan kiri, kekuatan otot ektremitas atas 4/5. Refleks bisep (+/+) dan trisep (+/+). Rangsangan nyeri dan suhu (+/+). (b) Ekstremitas Bawah Bentuk dan ukuran kedua ekstremitas bawah simetris, kuku kaki panjang dan kotor. Kekuatan otot ektremitas atas 5/5. Refleks patela (+/+), refleks achilles (+/+) dan refleks babynsky (+/+). Rangsangan nyeri dan suhu (+/+).
  • 45. 32 (9) Sistem Integumen Kulit kepala nampak kotor dan rambut berwarna hitam, warna kulit sawo matang, nampak ada benjolan pada kepala sisi kiri, nyeri tekan pada kepala sebelah kiri, kuku tangan dan kaki panjang dan kotor, kulit tampak kotor dan lengket, turgor kulit baik jika ditekan kembali dalam 2 detik , suhu 36,2ºC. (10)Sistem Indera (a) Indra penglihatan : fungsi penglihatan normal, klien dapat melihat dan membaca papan nama perawat dengan baik. (b) Indra pendengaran : fungsi pendengaran normal dibuktikan dengan klien mendengarkan bunyi gesekan kertas pada rambut. (c) Indra penciuman : fungsi penciuman normal, dapat membedakan bau alkohol, dan bau minyak kayu putih. (d) Indra pengecapan : fungsi pengecapan klien normal, klien dapat membedakan rasa. (e) Indra perabaan : fungsi perabaan klien normal, klien dapat merasakan nyeri saat diberi rangsangan nyeri, dan dapat merasakan dingin dan panas. (f) Sistem Imun Tidak ada alergi
  • 46. 33 4) Pola Aktivitas Sehari-hari Tabel 7. Pola Aktivitas Sehari-hari Ny. N No. Jenis Kegiatan Kebiasaan Saat Sakit 1. Nutrisi: a. Makan 1) Frekuensi 2) Jenis makanan 3) Porsi makan 4) Nafsu makan b.Minum 1) Frekuensi 2) Jenis minuman 3x sehari Nasi, sayur, ikan Dihabiskan Baik 6-8 gelas/hari Air putih, teh 3x sehari Bubur, tempe, sayur, dan ayam. Dihabiskan Baik 6-8 gelas/hari Air putih dan susu. 2. Eliminasi: a.BAB 1) Frekuensi 2) Warna 3) Bau 4) Konsistensi 5) Keluhan b. BAK 1) Frekuensi 2) Warna 3) Jumlah 4) Bau 5) Keluhan 1x sehari Kekuningan Khas Lembek Tidak ada keluhan 3-4x/hari Kuning 1500- 2500/hari Amoniak Tidak ada 1x sehari Kekuningan Khas Lembek Tidak ada keluhan 3x/hari Kuning 1000 – 2000 cc/hari Amoniak Tidak ada 3. Istirahat a. Tidur siang b. Tidur malam c. Keluhan 14.00-16.00 wib 22.00-05.00 wib Tidak ada 11.00-15.00 wib 20.00-05.30 wib Tidak ada 4 Personal Hygiene a. Mandi b.Gosok gigi c. Mencuci rambut d.Potong Kuku 2x sehari 2x sehari 3x seminggu 1 x seminggu 1x sehari, hanya dilap dengan washlap 1x/hari 1x/minggu Belum pernah 5. Aktivitas sehari-hari Bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga. Klien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh perawat dan keluarga. Sumber : Hasil Pengkajian di Ruang Kemuning Tanggal 23 Februari 2016 5) Data Psikologi a) Status emosi Klien tampak tenang saat wawancara dengan perawat. b) Konsep diri (1) Body image / gambaran diri Klien mengatakan tidak ada yang istimewa dari anggota tubuhnya klien memperlakukannya dengan sama.
  • 47. 34 (2) Identitas diri Klien adalah seorang perempuan yang sangat beruntung memiliki suami dan anak yang menyayanginya. (3) Ideal diri Klien berharap ingin lekas sembuh dan kembali bekerja. (4) Peran diri Klien merasa perannya terganggu karena kondisi yang dialami sekarang ini. (5) Harga diri Klien dan keluarga dapat menerima keadaan dirinya saat masih sehat maupun sesudah sakit. c) Pola koping Klien mengatakan jika dirinya mempunyai masalah, klien selalu menceritakannya kepada suaminya, karena menurut klien itu lebih baik daripada memendam sendiri masalahnya. d) Gaya komunikasi Klien berbicara cukup jelas, klien mampu berkomunikasi dengan baik secara verbal maupun non verbal. e) Kecemasan Klien dan keluarga mengatakan merasa khawatir dengan kondisi klien. Klien dan keluarga sering bertanya pada perawat tentang keadaan klien saat ini. Ekspresi wajah keluarga dan klien tampak cemas.
  • 48. 35 6) Data Sosial Klien sangat kooperatif dalam proses perawatan dan pengobatan penyakitnya. 7) Data Spiritual Sebelum dirawat klien mengatakan selalu melaksanakan ibadah sholat 5 waktu, tetapi saat ini klien mengatakan hanya dapat berdoa untuk kesembuhan penyakitnya. 8) Data Penunjang Tabel 8. Pemeriksaan Hasil Laboratorium Tanggal 23 Februari 2016 No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan 1. Kimia Klinik Albumin Protein total Natrium (Na) Kalium (K) 4,0 6,5 138 3,7 3,5 – 5,2 6,6 – 8,7 135-145 3,6-5,5 gr/dL gr/dL mEg/L mEg/L 2. Kolorida (Cl) Kalsium (Ca) Analisa Gas Darah pH PCO2 PO2 HCO3 TCO2 Base Axcess Saturasi O2 104 4,72 7,457 37,9 75,5 26,7 25 2,9 96,0 98-108 4,7-5,2 7,34 – 7,44 35 – 45 69 – 116 22 – 26 22 – 29 (-2) – (+3) 95 - 98 mEg/L mg/dL mmHg mmHg mmHg mEq/L mmol/L mEq/L % Sumber : Hasil Laboratorium Ny. N Tanggal 23 Februari 2016 9) Therapi dan Perawatan a) Therapi (1) Ketorolac 1 ampul/8 jam/IV berfungsi sebagai anti nyeri. (2) Ranitidine 1 ampul/12 jam/IV berfungsi untuk menetralisir asam lambung (3) Dexametasone 1 ampul/8 jam/IV berfungsi menurunkan bengkak
  • 49. 36 (4) Cefotaxime 1 gr/12 jam/IV berfungsi sebagai antibiotik. (5) B Compleks 3 x 1 tablet P.O berfungsi sebagai vitamin b) Perawatan Perubahan posisi setiap 2 jam (Miring Kiri, Terlentang, Miring Kanan). b. Klasifikasi Data 1) Data Subjektif a) Klien mengatakan nyeri pada bagian kepala sisi sebelah kiri. b) Klien mengatakan nyerinya dirasakan hilang timbul. c) Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak dan berkurang pada saat istirahat. d) Klien dan keluarga mengatakan merasa khawatir dengan kondisi klien. e) Klien mengatakan berharap ingin lekas sembuh f) Klien mengatakan aktivitas sehari-harinya dibantu keluarga. g) Klien mengatakan belum pernah dimandikan sejak masuk RS hanya dilap menggunakan wahlap. h) Klien mengatakan selama sakit gosok gigi hanya 1x/hari. i) Klien mengatakan belum pernah keramas sejak masuk RS 2) Data Objektif a) Expresi wajah nampak meringis. b) Ada benjolan pada kepala disisi sebelah kiri c) Adanya nyeri tekan pada area kepala dan kaki kiri
  • 50. 37 d) Skala nyeri ringan yaitu 3 (1-10) e) Klien tampak hanya berbaring di tempat tidur, segala aktivitas klien dibantu oleh perawat dan keluarga. f) Ketika merubah posisi klien tampak berhati-hati g) Kekuatan otot ekstremitas atas 4|5 dan ekstremitas bawah 5|5 h) Expresi wajah klien dan keluarga nampak cemas. i) Klien dan keluarga selalu bertanya kepada perawat tentang keadaan klien saat ini. j) Rambut dan kulit kepala klien nampak kotor k) Gigi klien nampak kotor l) Kuku klien nampak panjang dan kotor m)Kulit tubuh klien nampak kotor dan kering. n) Klien hanya dilap menggunakan wash lap o) Klien tampak hanya berbaring di tempat tidur, segala aktivitas klien dibantu oleh perawat dan keluarga. c. Analisa Data Tabel 9. Analisa Data No. Symtom Etiologi Problem 1. Data Subjektif: 1)Klien mengatakan nyeri pada bagian kepala sebelah kiri 2)Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul 3)Klien mengatakan nyeri bertambah saat klien banyak bergerak dan berkurang ketika klien beristirahat. Data Objektif: 1)Ekspresi wajah napas meringis. Adanya SOL ↓ Rongga kepala terisi oleh massa yang tumbuh ↓ Terjadi peningkatan TIK ↓ Penekanan jaringan otak ↓ Merangasang saraf simpatis mengeluarkan mediator kimia (bradikinin, serotinin, prostagladin) ↓ Merangsang saraf eferen Nyeri akut
  • 51. 38 Lanjutan Tabel 9. No. Data Etiologi Masalah 2)Tampak adanya benjolan pada kepala sisi sebelah kiri 3)Skala nyeri ringan yaitu 3 (0-10). 4)Adanya nyeri tekan pada area kepala sebelah kiri. ↓ Impuls disampaikan kethalamus ↓ Corteks cerebri ↓ Nyeri akut 2. Data Subjektif : 1) Klien mengatakan aktivitas sehari-harinya dibantu keluarga. 2) Klien mengatakan belum pernah dimandikan sejak masuk RS hanya dilap menggunakan wahlap. 3) Klien mengatakan selama sakit gosok gigi hanya 1x/hari. 4) Klien mengatakan belum pernah keramas sejak masuk RS. Data Objektif : 1) Rambut dan kulit kepala klien nampak kotor 2) Gigi klien nampak kotor 3) Kuku klien nampak panjang dan kotor. 4) Kulit tubuh klien nampak kotor dan kering. 5) Klien hanya dilap menggunakan wash lap 6) Klien mengatakan aktivitas perawatan dirinya dibantu oleh perawat dan keluarga. Adanya SOL ↓ Nyeri  Keterbatasan aktivitas  Pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien dibantu  Defisit Perawatan Diri Defisit Perawatan Diri 3. Data Subjektif: 1) Klien dan keluarga mengatakan merasa khawatir dengan kondisi klien. 2) Klien mengatakan berharap ingin lekas sembuh Data Objektif: 1) Expresi wajah klien dan keluarga nampak cemas. 2) Klien dan keluarga selalu bertanya kepada perawat tentang keadaan klien saat ini. Adanya SOL ↓ Perubahan status kesehatan ↓ Kurangnya informasi tentang penyakit dan cara penanganannya ↓ Perubahan presepsi psikologis ↓ Stress psikologis ↓ Ansietas Ansietas
  • 52. 39 d. Prioritas Masalah 1) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial. 2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktivitas. 3) Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan cara penanganannya. 2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK yang ditandai dengan: Data Subjektif: 1) Klien mengatakan nyeri pada bagian kepala sebelah kiri 2) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul 3) Klien mengatakan nyeri bertambah saat klien banyak bergerak dan berkurang ketika klien beristirahat. Data Objektif: 1) Ekspresi wajah meringis 2) Tampak adanya benjolan pada kepala sisi sebelah kiri 3) Skala nyeri ringan yaitu 3 (0-10). 4) Adanya nyeri tekan pada area kepala sebelah kiri. b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktivitas yang ditandai dengan: Data Subjektif : 1) Klien mengatakan kebutuhan sehari-harinya dibantu keluarga. 2) Klien mengatakan belum pernah dimandikan sejak masuk RS hanya di lap menggunakan washlap.
  • 53. 40 3) Klien mengatakan selama sakit menggosok gigi 1x/hari. 4) Klien mengatakan belum pernah keramas sejak masuk RS. Data Objektif : 1) Rambut dan kulit kepala klien nampak kotor. 2) Gigi klien nampak kotor. 3) Kuku klien nampak panjang dan kotor. 4) Kulit tubuh klien nampak kotor dan kering 5) Klien hanya dilap menggunakan wash lap 6) Kebutuhan sehari-hari klien terlihat dibantu oleh keluarga dan perawat c. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit, dan cara penanganannya yang ditandai dengan : Data Subjektif: 1) Klien dan keluarga mengatakan merasa khawatir dengan kondisi klien. 2) Klien mengatakan berharap ingin lekas sembuh Data Objektif: 1) Expresi wajah klien dan keluarga nampak cemas. 2) Klien dan keluarga selalu bertanya kepada perawat tentang keadaan klien saat ini.
  • 54. 41 3. Rencana Tindakan Keperawatan Nama : Ny. N Tanggal Masuk : 09 Februari 2016 Umur : 48 Tahun Tanggal Pengkajian : 23 Februari 2016 Jenis Kelamin : Perempuan No. R. M : 000 391273 Alamat : Panorama Lembang Diagnosa Medis : SOL (Space Occupying Lession) Tabel 10. Rencana Tindakan Keperawatan NO Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional 1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK, ditandai dengan: Data Subjektif: a. Klien mengatakan nyeri pada bagian kepala sebelah kiri b.Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul c. Klien mengatakan nyeri bertambah saat klien banyak bergerak dan berkurang ketika klien beristirahat. Data Objektif: a. Ekspresi wajah meringis b.Tampak adanya benjolan pada kepala sisi sebelah kiri c. Skala nyeri ringan yaitu 3 (0-10). d.Adanya nyeri tekan pada area kepala sebelah kiri. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 hari, nyeri yang di rasakan berangsur – angsur teratasi. Kriteri Hasil : a. Keluhan nyeri berkurang b. Ekspresi wajah tenang c. Skala nyeri 1 ( 0-10 ) 1. Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus/yang memperberat 2. Monitor tanda-tanda vital. 3. Pertahankan tirah baring selama fase akut. 4. Instruksikan pasien untuk melakukan tekhnik distraksi/relaksasi napas dalam. 5. Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik 1. Membantu menentukan pilihan intervensi. 2. Peningkatan TTV merupakan indikasi adanya suatu masalah. 3. Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme otot, menurunkan penekanan pada bagian tertentu. 4. Memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan tegangan otot dan meningkatkan proses penyembuhan. 5. Analgesik dapat mengurangi nyeri yang dirasakan. 2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktivitas yang ditandai dengan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari personal hygiene klien terpenuhi dengan kriteria evaluasi: 1. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene yaitu: lap badan dengan menggunakan wash lap, gosok 1. Bantuan yang diberikan dapat memudahkan terpenuhinya kebutuhan personal hygiene tanpa membuat klien lemah.
  • 55. 42 Lanjutan Tabel 10. No. Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional dengan: Data Subjektif : a. Klien mengatakan kebutuhan sehari-harinya dibantu keluarga. b. Klien mengatakan belum pernah dimandikan sejak masuk RS. c. Klien mengatakan belum pernah gosok gigi sejak masuk RS. d. Klien mengatakan belum pernah keramas sejak masuk RS Data Objektif : a. Rambut dan kulit kepala klien nampak kotor. b. Gigi klien nampak kotor. c. Kuku klien nampak panjang dan kotor. d. Kulit tubuh klien nampak kotor dan kering. e. Klien hanya dilap menggunakan wash lap f. Klien tampak hanya berbaring di tempat tidur, segala aktivitas klien dibantu oleh perawat dan keluarga. a. Kulit klien dalam keadaan bersih. b. Gigi klien dalam keadaan bersih. c. Keluarga terlibat dalam pemenuhan personal hygiene klien. gigi dan gunting kuku 2. Libatkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan personal hygiene klien. 3. Observasi tanda-tanda vital klien setelah melakukan aktivitas personal hygiene. 4. Beri reinforcement positif bila klien mampu melakukan personal hygiene secara mandiri sesuai dengan kemampuannya 2. Keluarga merupakan support system bagi klien sehingga klien termotivasi untuk melakukan personal hygiene. 3. Tanda-tanda vital merupakan indikator terjadinya perubahan status kesehatan. 4. Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien dan memotivasi klien untuk melakukan kembali aktivitas sehari-harinya. 3. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan cara penanganannya yang ditandai dengan: Setelah diberikan intervensi keperawatan selama 3 hari ansietas klien dapat teratasi 1. Kaji tingkat rasa cemas pada pasien dan orang terdekat. Perhatikan tanda pengingkaran, depresi atau penyempitan fokus 1. Membantu menentukan jenis intervensi yang diperlukan.
  • 56. 43 Lanjutan Tabel 10. No. Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Data Subjektif: a. Klien dan keluarga mengatakan merasa khawatir dengan kondisi klien. b. Klien mengatakan berharap ingin lekas sembuh Data Objektif: a. Expresi wajah klien dan keluarga nampak cemas. b. Klien dan keluarga selalu bertanya kepada perawat tentang keadaan klien saat ini. Kriteria Hasil: a. Klien paham tentang penyakitnya dan penyebab penyakitnya b. Klien tampak tenang perhatian. 2. Jelaskan prosedur/asuhan yang diberikan. Ulangi penjelasan dengan sering atau sesuai kebutuhan. 3. Dorong dan berikan kesempatan untuk pasien/orang terdekat mengajukan pertanyaan dan menyatakan masalah 2. Rasa cemas akan ketidaktahuan diperkecil dengan informasi/pengetahuan dan dapat meningkatkan penerimaan. 3. Membuat perasaan terbuka dan bekerjasama dan memberikan informasi yang akan membantu dalam identifikasi/mengatasi masalah.
  • 57. 44 4. Implementasi dan Evaluasi Tabel 11. Implementasi Dan Evaluasi No. Hari / Tanggal DX Jam Implementasi Hari / Tanggal Jam Evaluasi 1. Selasa, 23/02/2016 I 07.30 07.40 1. Mengkaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus/yang memperberat. Hasil : a. Klien mengatakan nyeri pada bagian kepala sebelah kiri b. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul c. Klien mengatakan nyeri bertambah saat klien banyak bergerak dan berkurang ketika klien beristirahat. d. Skala nyeri ringan yaitu 3 (0-10). e. Expresi wajah meringis. f. Tampak adanya benjolan pada kepala sisi sebelah kiri. g. Durasi 10-15 menit. h. Adanya nyeri tekan pada area kepala sebelah kiri. 2. Memonitor TTV dengan cara mengukur tekanan darah dengan menggunakan spignomanometer, mengukur nadi pada arteri radialis dengan hitungan 4 kali jumlah denyutan dalam 15 detik, mengukur pernapasan dengan hitungan 4 kali jumlah inspirasi dan ekspirasi dalam 15 detik, mengukur suhu tubuh pada aksila dengan menggunakan termometer. Hasil : TD: 110/80 mmHg, N : 84x/menit, S : 36,2 0 C, P : 20x/menit Selasa, 23/02/2016 12.00 S : a. Klien mengatakan kepalanya masih terasa nyeri. b. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul c. Klien mengatakan nyeri bertambah saat klien banyak bergerak dan berkurang ketika klien beristirahat. O : a. Skala nyeri ringan yaitu 3 (1 – 10) b. Lama nyeri ± 5-10 menit c. Expresi wajah nampak meringis d. Adanya nyeri tekan pada kepala sebelah kiri e. Tampak benjolan di kepala sisi sebelah kiri. A : Tujuan belum tercapai P : Lanjutkan intervensi 1, 2,3, dan 4.
  • 58. 45 Lanjutan Tabel 11. No. Hari / Tanggal No. DX Jam Implementasi Hari / Tanggal Jam Evaluasi 08.00 08.10 08.20 3. Mempertahankan tirah baring selama fase akut. Hasil : Klien berada pada posisi semi fowler. 4. Menginstruksikan pasien untuk melakukan tekhnik distraksi/relaksasi napas dalam dengan cara menarik napas dalam melalui hidung dengan bibir kemudian anjurkan klien untuk menahan napas sekitar 1-2 detik dan disusul dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup. Lakukan 4-5 kali latihan, lakukan minimal 3 kali sehari. Hasil : a. Klien mengatakan masih merasakan nyeri. b. Expresi wajah meringis 5. Berkolaborasi dalam pemberian obat analgesik yaitu ketorolac tablet yang di berikan per oral. Hasil : Pasien meminum ketorolac 1 tablet 2. Selasa, 23/02/20 16 II 08.10 09.00 1. Memenuhi kebutuhan personal hygiene klien yaitu : a. Memfasilitasi klien untuk menggosok gigi b. Membantu klien untuk mandi seka diatas tempat tidur dengan menggunakan sabun. Hasil : Klien mengatakan badannya lebih segar setelah mandi seka, tubuh klien bersih dan tercium harum, gigi klien bersih dan tidak tercium bau mulut. 2. Memberikan reinforcement positif pada klien karena telah memenuhi kebutuhan personal Selasa, 23/02/2016 12.30 S : a. Klien dan keluarga mengatakan mengerti dan memahami pentingnya perawatan diri bagi klien. b. Klien mengatakan merasa lebih segar setelah hari ini menggosok gigi dan dimandikan dengan cara dilap oleh perawat. c. Klien mengatakan kukunya telah digunting dengan gunting kuku. d. Klien dan keluarga mengatakan akan selalu menjaga kebersihan diri klien.
  • 59. 46 Lanjutan Tabel 11. No. Hari / Tanggal Jam No. DX. Implementasi Hari / Tanggal Jam Evaluasi 09.10 09.20 hygiene meskipun dibantu oleh perawat. Hasil : Klien tampak tersenyum dan mengatakan akan selalu menjaga kebersihan dirinya sendiri. 3. Mengukur tanda-tanda vital klien Hasil : a. TD : 130/80 mmHg b. Nadi : 80 x/mnt c. R : 18 x/mnt d. S : 36,5o C 4. Memfasilitasi klien untuk menggunting kuku di atas tempat tidur. Hasil : Kuku klien tampak pendek dan bersih O: a. Klien mampu melakukan aktifitas sendiri diatas tempat tidur. b. Kuku klien pendek dan bersih. c. Badan klien tampak bersih dan tercium harum. d. Gigi klien tampak bersih dan tidak tercium bau mulut e. Rambut klien tampak rapih. A : Tujuan tercapai P : Pertahankan intervensi 3. Selasa, 23/02/20 16 III 08.40 08.50 09.15 1. Mengkaji tingkat rasa cemas pada pasien dan orang terdekat. Perhatikan tanda pengingkaran, depresi atau penyempitan fokus perhatian. Hasil : Klien berada pada ansietas tingkat sedang. 2. Mendorong dan memberikan kesempatan pada pasien/orang terdekat untuk mengajukan pertanyaan dan menyatakan masalah. Hasil : Klien dan keluarga mengungkapkan semua hal yang menjadi kecemasan dan semua hal yang tidak dimengerti. 3. Menjelaskan prosedur/asuhan yang diberikan. Ulangi penjelasan dengan sering atau sesuai kebutuhan. Selasa, 23/02/2016 13.00 S: a. Klien dan keluarga mengatakan sudah mulai mengerti dengan kondisi dan prosedur pengobatan yang akan dijalani klien O: a. Expresi wajah mulai tenang b. Klien dan keluarga mulai mengerti dan tidak bertanya lagi mengenai prosedur pengobatan klien A: Tujuan tercapai P : Pertahankan intervensi 1, 2 dan 3.
  • 60. 47 Lanjutan Tabel 11. No. Hari / Tanggal Jam No. DX. Implementasi Hari / Tanggal Jam Evaluasi Hasil : a. Klien dan keluarga tampak menyimak dengan seksama penjelasan yang diutarakan oleh perawat. b. Klien dan keluarga mengatakan mengerti dengan segala prosedur perawatan yang akan dijalani. c. Ekspresi wajah klien dam keluarga tampak tenang.
  • 61. 48 5. Catatan Perkembangan Tabel 12. Catatan Perkembangan No. Dx. Kep Hari/tanggal Jam Catatan Perkembangan 1 1 Rabu, 24/02/2016 07.30 07. 40 08.00 S : a. Klien mengatakan kepalanya masih terasa nyeri. b. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul c. Klien mengatakan nyeri bertambah saat klien banyak bergerak dan berkurang ketika klien beristirahat. O : a. Skala nyeri ringan yaitu 3 (1 – 10) b. Lama nyeri ± 5-10 menit c. Expresi wajah nampak meringis d. Adanya nyeri tekan pada kepala sebelah kiri e. Tampak benjolan di kepala sisi sebelah kiri. A : Tujuan belum tercapai P : Lanjutkan intervensi 1, 2,3, 4 dan 5. I : 1. Mengkaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus/yang memperberat. Hasil : a. Klien mengatakan nyeri pada bagian kepala sebelah kiri b. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul c. Klien mengatakan nyeri bertambah saat klien banyak bergerak dan berkurang ketika klien beristirahat. d. Skala nyeri ringan yaitu 3 (0-10). e. Expresi wajah nampak meringis. f. Tampak adanya benjolan pada kepala sisi sebelah kiri. g. Durasi 5-10 menit. h. Adanya nyeri tekan pada area kepala sebelah kiri. 2. Memonitor TTV dengan cara mengukur tekanan darah dengan menggunakan spignomanometer, mengukur nadi pada arteri radialis dengan hitungan 4 kali jumlah denyutan dalam 15 detik, mengukur pernapasan dengan hitungan 4 kali jumlah inspirasi dan ekspirasi dalam 15 detik, mengukur suhu tubuh pada aksila dengan menggunakan termometer. Hasil : TD: 120/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 36,5 0 C, P : 20x/menit
  • 62. 49 Lanjutan Tabel 12. No. Dx. Kep Hari/tanggal Jam Catatan Perkembangan 08.15 08.25 08.35 12.00 3. Mempertahankan tirah baring selama fase akut. Hasil : Klien berada pada posisi semi fowler. 4. Menginstruksikan pasien untuk melakukan tekhnik distraksi/relaksasi napas dalam dengan cara menarik napas dalam melalui hidung dengan bibir kemudian anjurkan klien untuk menahan napas sekitar 1-2 detik dan disusul dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup. Lakukan 4-5 kali latihan, lakukan minimal 3 kali sehari. Hasil : a. Klien mengatakan masih merasakan nyeri. b. Expresi wajah nampak meringis 5. Berkolaborasi dalam pemberian obat analgesik yaitu ketorolac 1 ampul dengan cara menyuntikan melalui selang infus Hasil : Injeksi ketorolac 1 ampul/IV E : Masalah belum teratasi 2 II Kamis, 25/02/2016 08.50 09.00 S : a. Klien mengatakan kepalanya masih terasa nyeri. b. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul c. Klien mengatakan nyeri bertambah saat klien banyak bergerak dan berkurang ketika klien beristirahat. O : a. Skala nyeri ringan yaitu 3 (1 – 10) b. Lama nyeri ± 5-10 menit c. Expresi wajah nampak meringis d. Adanya nyeri tekan pada kepala sebelah kiri e. Tampak benjolan di kepala sisi sebelah kiri. A : Tujuan belum tercapai P : Lanjutkan intervensi 1, 2,3, 4 dan 5. I : 1. Mengkaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus/yang memperberat. Hasil : a. Klien mengatakan nyeri pada bagian kepala sebelah kiri b. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul c. Klien mengatakan nyeri bertambah saat klien banyak bergerak dan berkurang ketika klien beristirahat.
  • 63. 50 Lanjutan Tabel 12. No. Dx. Kep Hari/tanggal Jam Catatan Perkembangan 09.15 09.25 09.35 10.00 13.00 d. Skala nyeri ringan yaitu 3 (0-10). e. Expresi wajah nampak meringis. f. Tampak adanya benjolan pada kepala sisi sebelah kiri. g. Durasi 5-10 menit. h. Adanya nyeri tekan pada area kepala sebelah kiri. 2. Memonitor TTV dengan cara mengukur tekanan darah dengan menggunakan spignomanometer, mengukur nadi pada arteri radialis dengan hitungan 4 kali jumlah denyutan dalam 15 detik, mengukur pernapasan dengan hitungan 4 kali jumlah inspirasi dan ekspirasi dalam 15 detik, mengukur suhu tubuh pada aksila dengan menggunakan termometer. Hasil : TD: 110/80 mmHg, N : 84x/menit, S : 36,4 0 C, P : 18x/menit 3. Mempertahankan tirah baring selama fase akut. Hasil : Klien berada pada posisi semi fowler. 4. Menginstruksikan pasien untuk melakukan tekhnik distraksi/relaksasi napas dalam dengan cara menarik napas dalam melalui hidung dengan bibir kemudian anjurkan klien untuk menahan napas sekitar 1-2 detik dan disusul dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup. Lakukan 4-5 kali latihan, lakukan minimal 3 kali sehari. Hasil : a. Klien mengatakan masih merasakan nyeri. b. Expresi wajah nampak meringis 5. Berkolaborasi dalam pemberian obat analgesik yaitu ketorolac 1 ampul dengan cara menyuntikan melalui selang infus Hasil : Injeksi ketorolac 1 ampul/IV E : Masalah belum teratasi B. PEMBAHASAN Pada pembahasan ini, penulis akan menguraikan kesenjangan antara teori dan fakta yang ditemukan pada kasus Ny. N dengan gangguan sistem persarafan : SOL (Space Occupying Lession) Supratentorial” dengan tinjauan teori dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penyakit tersebut.
  • 64. 51 Dalam praktek klinik keperawatan pada klien Ny. N dengan gangguan sistem persarafan : ” SOL (Space Occupying Lession) Supratentorial” telah diterapkan pendekatan proses keperawatan sesuai teori yang ada, yakni : pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi untuk lebih memudahkan dalam memahami kesenjangan antara teori dan fakta, penulis meggunakan urutan proses keperawatan. 1. Pengkajian Dalam pengkajian penulis melaksanakan sesuai dengan tahapan- tahapan yang ada dalam penkajian tersebut yaitu pengumpulan data, pengelompokan data dan analisa data. Data yang telah dikumpulkan selain diperoleh dari klien sebagai data primer juga diperoleh dari pihak lain yang penulis anggap cukup mewakili dan akurat untuk kelengkapan data (data sekunder), yaitu : a. Data keluarga klien b. Tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada klien c. Catatan medis klien d. Hasil pemeriksaan laboratorium Dari tinjauan teoritis, data yang biasa didapatkan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : ”SOL (Space Occupying Lession) Supratentorial” adalah penderita mengalami penurunan kesadaran dengan GCS < 15 disertai amnesia dengan gejala neurologis seperti gangguan motoris, kelumpuhan, mual dn muntah, denyut nadi yang cepat.
  • 65. 52 Hal yang ditemukan pada pengkajian kasus adalah keadaan umum lemah atau kekuatan otot menurun, kesadaran compos mentis (E4 M6 V5), tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84x/menit, frekuensi pernapasan 20x/menit, dan suhu tubuh 36,2ºC, tedapat benjolan pada kepala di sisi sebelah kiri, keterbatasan rentang gerak serta adanya nyeri tekan. Adanya kesenjangan ini dapat disebabkan karena setiap manusia dalam memberikan respon baik bio, psiko, sosial dan spiritual terhadap stimulus berbeda-beda sehingga gejala dan karateristik yang didapatkan berbeda-beda. 2. Diagnosa Keperawatan Dalam penetapan diagnosa keperawatan terdapat pula kesenjangan antara teori dan fakta yang dijumpai, dimana dalam teori ditemukan diagnosa keperawatan yakni : a. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan kerusakan sirkulasi vaskuler serebral. b. Nyeri akut berhubungan peningkatan tekanan intrakranial. c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan asupan nutrisi yang kurang, sekunder dari mual dan muntah. d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot. e. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan sebagai hasil analisa data dan penetapan masalah keperawatan ditemukan 3 diagnosa keperawatan yaitu : a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
  • 66. 53 b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktivitas. c. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan cara penanganannya. Kesenjangan yang penulis dapatkan adalah ada beberapa diagnosa keperawatan yang didapatkan dalam kasus, tidak semuanya ada dalam konsep teoritis dan tidak semua yang ada dalam teoritis ditemukan dalam kasus seperti perubahan perfusi jaringan otak, gangguan persepsi sensori, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan resiko infeksi. Kesenjangan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: a. Manusia adalah unik, dalam hal ini respon individu terhadap stimulus masing-masing berbeda satu sama lain. b. Asuhan keperawatan yang dilakukan hanya 3 hari, sehingga kemungkinan diagnosa keperawatan yang ada dalam teori belum muncul dalam kasus atau sudah terlewati pada kasus dan diagnosa yang muncul dalam kasus tetapi tidak ada dalam teori sebagai gejala awal dari adanya kesalahan, kekeliruan, kelalaian dalam perawatan dan atau pengobatan. 3. Perencanaan Pada tahap ini penulis bersama klien dan keluarga menyusun rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan masalah yang muncul. Perencanaan disesuaikan dengan privasi atau kebutuhan klien, situasi dan kondisi serta sarana dan prasaran yang ada diruangan. Dalam penyusunan perencanaan, hal-hal yang mendukung adalah: a. Adanya kerja sama yang baik dengan perawat, klien dan keluarga sehingga memudahkan dalam perencanaan tindakan keperawatan
  • 67. 54 b. Dukungan dan bimbingan dari perawat ruangan yang dapat memperlancar dan menyusun perencanaan. Perencanaan yang penulis lakukan klien Ny. N pada dasarnya ada kesenjangan antara teori dan kasus, hal ini terjadi karena tidak semua diagnosa keperawatan dan perencanaan yang ada dalam teori ada dalam kasus. Tetapi untuk diagnosa yang ada pada teori dan muncul pada kasus pada prinsipnya tidak ada perbedaan karena perencanaan pada kasus penulis berpatokan atau mengacu pada tinjauan teoritis, tetapi tidak semua perencanaan yang ada dalam teori dimasukan dalam perencanaan yang ada pada kasus dengan diagnosa yang sama, karena hal ini disesuaikan dengan kondisi pasien yang ada pada kasus. Sedangkan diagnosa yang muncul pada kasus dan tidak ada pada teori, penulis membuat intervensi berdasarkan referensi yang ada dan telah teruji kebenarannya. 4. Implementasi Tahap ini merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu pada perencanaan yang merupakan faktor pendukung berjalannya tahap pelaksanaan adalah kerja sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga sehingga memudahkan dalam setiap tindakan. Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam proses pelaksanaan adalah kurangnya sarana dan prasarana yang terdapat di ruangan. Meskipun dengan keterbatasan sarana dan prasarana, namun hanya terdapat satu intervensi yang tidak relaksana, sealain itu setiap intervensi yang telah disusun dapat diimplementasikan kepada klien.
  • 68. 55 Adapun tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada antara lain: a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial. Untuk mengatasi masalah ini perawat memberikan tindakan yang telah direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut dilaksanakan. b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktivitas. Untuk mengatasi masalah ini perawat memberikan tindakan yang telah direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut dilaksanakan c. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan cara penanganannya. Untuk mengatasi masalah ini perawat memberikan tindakan yang telah direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut dilaksanakan 5. Evaluasi Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana untuk menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan mengacu pada tercapainya tujuan yang ditetapkan. Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek atau respon klien dan menilai proses dari hasil tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien. Dalam melakukan evaluasi, penulis menggunakan evaluasi yang bersifat formatif dilakukan setiap melakukan tindakan keperawatan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu yang diberikan kepada penulis sehingga hasil yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan harus terus dilanjutkan dengan melakukan pelimpahan dan kerja sama dengan petugas atau perawat ruangan.
  • 69. 56 Setelah mengimplementasikan asuhan keperawatan yang direncanakan selama 3 hari, yang dimulai dari tanggal 23 Februari 2016 sampai tanggal 25 Februari 2016, untuk seluruh tujuan yang telah ditetapkan belum dapat tercapai sesuai dengan harapan. Dalam kasus ini diagnosa keperawatan yang ada yaitu terdiri dari tiga diagnosa keperawatan, dengan hasil evaluasi sebagai berikut: a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial. Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari masalah belum teratasi dengan kriteria evaluasi: klien mengatakan masih merasakan nyeri, dan skala nyeri ringan yaitu 3 (dari 0-10). b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktivitas. Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari masalah teratasi dengan kriteria evaluasi: kulit klien dalam keadaan bersih, gigi klien dalam keadaan bersih, dan keluarga terlibat dalam pemenuhan personal hygiene klien. c. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan cara penanganannya. Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari masalah teratasi dengan kriteria evaluasi : ekspresi wajah tenang, klien dan keluarga mengerti dengan proses pengobatan yang akan dijalani klien. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan terdapat 3 diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus, ada dua diagnosa keperawatan yang dapat teratasi yaitu defisit perawatan diri : berhubungan dengan keterbatasan aktivitas dan ansietas berhubungan dengan kurangnya
  • 70. 57 pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit klien. Sedangkan satu diagnosa keperawatan yang tidak teratasi yaitu nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial. Kesenjangan ini terjadi karena keterbatasan waktu yang diberikan kepada penulis sehingga hasil yang ingin dicapai dalam asuhan keperawatan harus terus dilanjutkan dengan melakukan pelimpahan dan kerja sama dengan petugas atau perawat ruangan.
  • 71. 58 BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Setelah penulis melaksanakan studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan yang penulis laksanakan di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung dari tanggal 23 Februari sampai 25 Februari 2016 dengan mengacu pada tujuan yang ingin dicapai, maka penulis mengambil kesimpulan : 1. Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian, yang meliputi pengumpulan data, klasifikasi data dan analisa data yang kemudian dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Tehnik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara, observasi partisipasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi, studi literatur dan kepustakaan. 2. Diagnosa yang muncul pada kasus Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial yaitu: a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial. b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan adanya keterbatasan aktivitas. c. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit dan cara penanganannya. 3. Tidak semua intervensi yang ada dalam teori terdapat dalam kasus. Tetapi untuk intervensi yang ada pada teori dan muncul pada kasus pada prinsipnya tidak ada perbedaan karena perencanaan pada dasarnya penulis berpatokan pada tinjauan teoritis, sedangkan intervensi yang muncul pada kasus tidak ada pada teori, penulis bersama klien dan keluarga membuat intervensi berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
  • 72. 59 4. Implementasi merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun sehingga dalam implementasi ini mengacu pada perencanaan yang merupakan pendukung berjalannya tahap pelaksanaan diantaranya kerja sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga sehingga memudahkan dalam setiap tindakan, selain itu adanya dukungan serta bimbingan dari perawat pembimbing. 5. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana untuk menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan mengacu pada tercapainya tujuan yang ditetapkan. Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, terdapat dua diagnosa yang teratasi, dan satu diagnosa yang belum teratasi. 6. Dokumentasi merupakan segala sesuatu yang tercetak atau tertulis yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Dalam mendokumentasikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis berpatokan kepada tahap-tahap pendokumentasian keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, implementasi dan catatan perkembangan. B. Rekomendasi Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial, penulis menyarankan : 1. Untuk Pihak Rumah Sakit Rumah sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan yang komperhensif yaitu bio, psiko, sosial dan spritual kepada klien dengan menambah peralatan dan fasilitas yang memadai untuk menunjang pelaksanaan asuhan
  • 73. 60 keperawatan. Perawat agar selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan yang komperhensif dan meningkatkan frekwensi kontak dengan klien dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta adanya pendokumentasian yang lengkap dan akurat pada status kesehatan klien. 2. Untuk Institusi Institusi dan penyelenggara diharapkan menyediakan buku-buku referensi yang memadai, yang menyangkut hal-hal terbaru tentang penatalaksanaan perawatan klien dengan gangguan sistem persyarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial serta menyediakan waktu yang cukup untuk pelaksanaan praktek keperawatan di rumah sakit dan studi kasus untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah dimasa yang akan datang. 3. Untuk Profesi Perawat harus menerapkan proses keperawatan secara proaktif dan meningkatkan frekuensi kontak dengan klien serta dalam melaksanakan asuhan keperawatan diperlukan adanya pendokumentasian yang dicatat dalam status kesehatan klien dan diperlukan adanya kerjasama yang baik dengan tim kesehatan lainnya. 4. Bagi penulis sendiri Semoga karya tulis ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Lession (SOL) Supratentorial.
  • 74. DAFTAR PUSTAKA Dewi, M., Loho, E., Tubagus, V.N. (2015). Gambaran CT- Scan Neoplasma Intrakranial di Bagian/SMF Radiologi FK UNSRAT RSUP. Prof. DR. R. D. Kandou Manado Periode November 2014 – Oktober 2015. RSUP. Prof. DR. R. D. Kandou : Manado. Doenges, E. M., Moorhouse, F. H & Geissler, A. M. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta. Kemenkes RI. (2015). Rencana strategi kementerian kesehatan tahun 2015-2019. Kemenkes RI : Jakarta. Mutaqqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem sersarafan. Salemba Medika : Jakarta. Nursalam. M,. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan konsep dan teori. Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta. Nurarif, H. A. dan Kusuma. H. (2015). Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC – NOC. Jilid 2. Medi Action Publishing : Jogjakarta. Pearce. C., Evelyn. (2008). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Prima Grafika : Jakarta. Setiadi. (2012). Konsep & penulisan dokumentasi asuhan keperawatan teori dan praktek. Graha Ilmu : Yogyakarta. Smeltzer, C. S. & Bare, C. B. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Volume 2. EGC : Jakarta. Syaifuddin. (2006). Anatomi fisiologi : untuk mahasiswa keperawatan. Edisi ke III. EGC : Jakarta. William & Wilkins. (2008). Nursing : Memahami berbagai macam penyakit. Permata Puri Media: JakartaBarat. Wilson, M. L. & Price, A. S. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Volume 2. EGC : Jakarta.
  • 75. SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI OLEH : KARMILA NIM : 13.13.1064 AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB MUNA 2016
  • 76. SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok bahasan : Nyeri Sub pokok bahasan : Manajemen Nyeri Lokasi : Di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai II RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Waktu : 15 Menit I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM : Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit diharapkan klien dan keluarga dapat mengetahui tentang manajemen nyeri. II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit klien dan keluarga klien dan klien dapat : 1. Mengetahui pengertian nyeri. 2. Mengetahui pengertian manajemen nyeri 3. Menjelaskan tujuan manajemen nyeri 4. Menyebutkan cara mengatasi nyeri 5. Menjelaskan teknik-teknik dalam mengatasi nyeri III. MATERI : 1. Pengertian nyeri 2. Pengertian manajemen nyeri 3. Tujuan manajemen nyeri 4. Cara mengatasi nyeri 5. Teknik-teknik dalam mengatasi nyeri IV. METODE : Ceramah dan tanya jawab V. MEDIA : Leaflet
  • 77. VI. KEGIATAN NO. KEGIATAN BELAJAR KEGIATAN KLIEN DAN KELUARGA 1. PEMBUKAAN - Mengucapkan salam - Melakukan apersepsi - Menjawab salam - Menjawab sesuai kemampuan 2. ISI - Memberi pelajaran terhadap materi - Memberikan kesempatan kepada keluarga klien dan klien untuk bertanya - Menjawab pertanyaan keluarga klien dan klien - Mendengarkan dengan seksama - Mengajukan pertanyaan - Mendengarkan jawaban atas pertanyaan 3. PENUTUP - Mengucapkan terima kasih atas kesediaan mengikuti pelajaran - Mengucap salam penutup - Mendengarkan dengan seksama - Menjawab salam VII. PENILAIAN 1. Prosedur - Penilaian akhir 2. Jenis - Lisan - Praktek VIII. LAMPIRAN Materi tentang manajemen nyeri Bandung, 24 Februari 2016 Penyuluh, K A R M I L A 13.13.1064
  • 78. LAMPIRAN MATERI 1. Pengertian Nyeri Nyeri adalah pengalaman sensori yang tdak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. 2. Pengertian Manajemen Nyeri Suatu hubungan untuk mengurangi rasa tidak nyaman nyeri pada seseorang. 3. Tujuan Manajemen Nyeri a. Mengurangi rasa nyer b. Merelaksasikan ketegangan otot c. Mengalihkan perhatian agar nyeri tidak terasa atau hilang d. Menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar rangsangan nyeri tidak dipersepsikan 4. Cara Mengatasi Nyeri a. Terapi Musik Terapi musik yaitu merupakan salah satu cara mengatasi nyeri dengan cara pengalihan yang cukup baik dalam meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, sehingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan. Karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks maka sering di gunakan untuk mengatasi masalah dalam kesehatan salah satunya yaitu nyeri. b. Teknik Distraksi Teknik distraksi yaitu suatu pengalihan terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivitas retikuler bila seorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang) Teknik distraksi dapat di lakukan dengan beberapa cara seperti : melihat pertandingan, menonton TV, membaca Koran, melihat pemandangan, bercerita, dan juga melihat gambar-gambar yang di sukai.
  • 79. c. Teknik Relaksasi Latihan pernafasan dan tehnik relaksasi menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi penapasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang dapat menghentikan siklus nyeri. Tehnik relaksasi dapat di lakukan dengann cara menarik napas dalam melalui mulut dan menahannya dalam beberapa detik atau dalam hitungan ke tiga kemudian hembuskan atau lepaskan napas secara perlahan-lahan melalui mulut. Cara ini dapat di lakukan dalam beberapa kali sampai nyeri yang di rasakan berkurang atau hilang.
  • 80. Lampiran 3. OLEH : NAMA : KARMILA NIM : 13.13.1064 AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 2016 Tujuan Manajemen Nyeri 1. Mengurangi rasa nyeri. 2. Merelaksasikan ketegangan otot 3. Mengalihkan perhatian agar nyeri tidak terasa atau hilang 4. Menghalangi sampainya rangsangan nyeri ke otak agar rangsangan nyeri tidak dipersepsikan Pengertian Nyeri Nyeri adalah pengalaman sensori yang tdak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Manajemen Nyeri Suatu hubungan untuk mengurangi rasa tidak nyaman nyeri pada seseorang.
  • 81. Cara Mengatasi Nyeri 1. Terapi Musik Terapi musik yaitu merupakan salah satu cara mengatasi nyeri dengan cara pengalihan yang cukup baik dalam meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, sehingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan. Karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks maka sering di gunakan untuk mengatasi masalah dalam kesehatan salah satunya yaitu nyeri 2. Teknik Distraksi Teknik distraksi yaitu suatu pengalihan terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivitas retikuler bila seorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang) Teknik distraksi dapat di lakukan dengan beberapa cara seperti : melihat pertandingan, menonton TV, membaca Koran, melihat pemandangan, bercerita, dan juga melihat gambar-gambar yang di sukai. 3. Teknik Relaksasi Latihan pernafasan dan tehnik relaksasi menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi penapasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang dapat menghentikan siklus nyeri. Tehnik relaksasi dapat di lakukan dengann cara menarik napas dalam melalui mulut dan menahannya dalam beberapa detik atau dalam hitungan ke tiga kemudian hembuskan atau lepaskan napas secara perlahan-lahan melalui mulut. Cara ini dapat di lakukan dalam beberapa kali sampa nyeri yang di rasakan berkurang atau hilang.
  • 82. PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN Jl. Poros Raha – Tampo Km. 6 Raha Telp. 0403 – 2522945 LEMBARAN BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH NAMA : KARMILA NIM : 13.13.1067 JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. N DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN : SPACE OCCUPYING LESSION (SOL) SUPRATENTORIAL DI RUANG KEMUNING LANTAI II BEDAH SARAF RUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG NAMA PEMBIMBING : FITRIA MARFI, S.Kep., Ns NO HARI/ TANGGAL POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN SARAN PEMBIMBING PARAF 1. Rabu, 04 Mei 2016  Cover  BAB I  Perbaiki judul dan spasi pada cover  Minimalkan halama, maksimal 6 lembar  Teknik penulisan diperhatikan  Referensi 10 tahun terakhir 2. Senin, 09 Mei 2016  Cover  BAB I  ACC  Perbaiki sistematika penulisan  Tambahkan tujuan khusus 3. Rabu, 11 Mei 2016  Cover  BAB I  ACC  Perbaiki tabel  Perbaiki waktu pelaksanaan  Perbaiki sistematika telaahan 4. Kamis, 19 Mei 2016  BAB II  Perbaiki anatomi dan fisiologi  Perbaiki pengkajian persistem  Perhatikansistematika penulisan 5. Rabu, 24 Mei 2016  BAB II  Perbaiki sesuai koreksi 6. Sabtu, 04 Juni 2016  BAB II  Perbaiki