SlideShare a Scribd company logo
1 of 110
Download to read offline
ASUHAN KEPERAWATAN An. S USIA TODDLER (2 TAHUN) DENGAN
POST OP REANOSTOMOSIS COLON POD I A/I HIRSCHPRUNG
DI RUANG BEDAH ANAK GEDUNG KEMUNING LANTAI II
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan
Program Diploma III Keperawatan Pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Disusun Oleh :
WA RUNIA
NIM : 13.13.1091
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
RAHA
2016
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:
“Asuhan Keperawatan Pada An. S Usia Toddler (2 Tahun) Dengan Post Op
Reanostomosis Colon A/I Hirschprung Di Ruang Bedah Anak Gedung
Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di hadapan dewan
penguji.
Raha, 02 Juli 2016
Pembimbing
MUSRIANI, S.Kep., Ns, M.Kes
NIP.19871123 201101 2 019
Mengetahui :
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.Kep
NIP.19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 02 Juli 2016
Dewan Penguji
1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….)
2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)
3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal 02 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.Kep
NIP.19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 02 Juli 2016
Dewan Penguji
1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….)
2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)
3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal 02 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.Kep
NIP.19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 02 Juli 2016
Dewan Penguji
1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….)
2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....)
3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal 02 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.Kep
NIP.19800212 200312 2 006
iv
ABSTRAK
Latar belakang, Menurut catatan medical record Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari – Desember 2015 dan Januari
– Februari 2016 didapatkan bahwa kasus Hirschprung menempati urutan pertama atau terdapat 83
(51,24%) kasus dari 162 kasus penyakit. Penyakit Hirschprung merupakan masalah yang sangat
memerlukan perhatian dan penatalaksanaan yang sangat komprehensif dan intensif bagi tenaga
kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan.
Tujuan, Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memperoleh gambaran yang
jelas dan nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan post op reanostomosis
colon a/i hirschprung dengan pendekatan proses keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Metode Telaahan, Metode yang digunakan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini yaitu metode
analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan proses keperawatan dengan tehnik
pengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, studi kepustakan dan
pemeriksaan fisik.
Hasil, Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien An. S mulai tanggal 15 – 17 Februari 2016 di
Ruang Gedung Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung ditemukan lima
diagnosa keperawatan yaitu, kekurangan volume cairan, nyeri akut, konstipasi, ansietas orang tua,
dan resiko tinggi infeksi. Setelah dilakukan evaluasi selama tiga hari dari lima, diagnosa
keperawatan atau masalah yang ditemukan, hanya terdapat 2 masalah yang teratasi, tetapi masalah
keperawatan yang lain sudah menunjukan perubahan yang baik. Hal ini terjadi karena beberapa
masalah keperawatan membutuhkan waktu yang berbeda-beda dalam proses penyembuhan.
Kesimpulan, Dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan post op reanostomosis colon
a/i hirschprung perawat harus menerapkan proses keperawatan secara proaktif dan meningkatkan
frekuensi kontak dengan klien serta dalam melaksanakan asuhan keperawatan diperlukan adanya
pendokumentasian yang dicatat dalam status kesehatan klien dan diperlukan adanya kerjasama yang
baik dengan tim kesehatan lainnya.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Karya tulis ini berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler (2
Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis Colon A/I Hirschprung Di Ruang Bedah
Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung” disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program
Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akper Pemkab Muna.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sangat mendalam kepada :
1. Ibu dr. Ayi Djembarani, MARS, selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan waktu dan
kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian praktek klinik keperawatan
di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
2. Ibu Santhy, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Direktur Akper Pemkab Muna sekaligus
sebagai pembimbing dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, yang telah
meluangkan waktunya, tenaga dan pikiranya dalam memberikan petunjuk dan
mengarahkan penulis mulai dari pertama penulisan sampai selesai dengan baik,
serta telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
pada Akper Pemkab Muna.
3. Ibu Lina Sopiana, S.Kep., Ns selaku penguji lahan ujian praktek di Ruang
Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung.
4. Bapak Mursalin, SKM., M.Kes selaku penguji institusi ujian praktek di Ruang
Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama
melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien selama pelaksanaan ujian
praktek.
vi
5. Ibu Musriani, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah pada
Ujian Akhir Program Praktek Klinik Keperawatan Bandung yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan
mengarahkan penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
6. Kepala Ruangan, CI Ruangan, Perawat serta Staf di Ruang Bedah Anak Gedung
Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang
telah memberikan petunjuk dan nasehat serta kerja sama dalam melaksanakan
asuhan keperawatan di ruangan yang dipimpinnya.
7. Seluruh Staf dan Dosen Akper Pemkab Muna yang telah memberikan dukungan
dan bantuan serta kerja sama dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. An. S beserta keluarganya yang telah senang hati menerima penulis untuk
mengadakan studi kasus berupa pelaksanaan asuhan keperawatan dalam rangka
menyusun Karya Tulis Ilmiah.
9. Orang tuaku tercinta Ibunda Wa Ndolio, saudaraku Kadir serta seluruh
keluargaku yang telah memberikan do’a, motivasi, harapan, dan dorongan baik
moril maupun materil yang sangat berarti selama mengikuti pendidikan pada
Akper Pemkab Muna hingga selesai.
10. Sahabat-sahabatku, rekan-rekan mahasiswa Akper Pemkab Muna angkatan XIII
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan
motivasinya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya. Olehnya itu, penulis
mengharapkan adanya masukan, baik kritik ataupun saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, sehingga bermanfaat bagi
dunia keperawatan, amin.
Raha, 02 Juli 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
ABSTRAK ................................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................
DAFTAR TABEL.....................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
DAFTAR BAGAN .....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................
B. Ruang Lingkup Pembahasan .............................................
C. Tujuan Penulisan................................................................
D. Manfaat Penulisan..............................................................
E. Metode Telaahan ...............................................................
F. Waktu Pelaksanan .............................................................
G. Tempat Pelaksanan ...........................................................
H. Sistematika Telaahan ........................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK DENGAN POST OP REANOSTOMOSIS COLON
A/I HIRSCHPRUNG
A. Konsep Dasar .................................................................... 9
1. Pengertian ................................................................... 9
2. Anatomi dan Fisiologi.................................................. 10
3. Etiologi ........................................................................ 17
4. Patofisiologi .................................................................
5. Tanda dan Gejala..........................................................
6. Pemeriksaan Penunjang ............................................... 23
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
xi
xii
1
4
4
5
6
7
7
7
9
9
10
14
14
15
15
viii
7. Penatalaksanaan Medis................................................. 25
8. Komplikasi.................................................................... 32
9. Dampak Masalah Terhadap Perubahan Struktur/Pola
Fungsi Sistem Tubuh Terhadap Kebutuhan Klien
Sebagai Makhluk Holistic ............................................ 33
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan............... 35
1. Pengkajian.................................................................... 35
2. Diagnosa Keperawatan .............................................. 50
3. Perencanaan ................................................................ 51
4. Implementasi ............................................................... 61
5. Evaluasi .......................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus................................................................... 63
1. Pengkajian ................................................................... 63
2. Diagnosa Keperawatan ............................................... 81
3. Rencana Tindakan Keperawatan ................................. 84
4. Implementasi dan Evaluasi ......................................... 88
5. Catatan Perkembangan................................................. 92
B. Pembahasan ....................................................................... 102
1. Pengkajian ................................................................... 102
2. Diagnosa Keperawatan................................................ 114
3. Perencanaan................................................................. 117
4. Implementasi............................................................... 118
5. Evaluasi.......................................................................
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ........................................................................ 122
B. Rekomendasi......................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
16
18
19
20
20
38
39
43
43
45
45
60
63
66
73
69
74
74
76
77
78
79
82
84
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
Tabel 15.
Tabel 16.
Tabel 17.
Tabel 18.
Sepuluh penyakit besar yang dirawat di Ruang Bedah Anak
Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr.
Hasan Sadikin Bandung .........................................................
Berat Badan terhadap Tinggi Badan Anak Usia 0-2 Tahun ...
Cara Menguji Tingkat Kesadaran GCS (Glasgow Coma
Scale).......................................................................................
Perencanaan Nyeri Akut .........................................................
Perencanaan Konstipasi ..........................................................
Perencanaan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh ...................................................................
Perencanaan Resiko Infeksi.....................................................
Perencanaan Resiko Cedera ...................................................
Perencanaan Resiko Kekurangan Volume Cairan .................
Perencanaan Ansietas Orang Tua ...........................................
Riwayat Imunisasi ..................................................................
Pola Perubahan Nutrisi Tiap Tahap Usia sampai denga Pola
Nutrisi Saat Ini ........................................................................
Pola Aktivitas Sehari-Hari ......................................................
Hasil Pemeriksaan Laboratorium ...........................................
Analisa Data ...........................................................................
Rencana Tindakan Keperawatan ............................................
Implementasi dan Evaluasi .....................................................
Catatan Perkembangan ...........................................................
3
28
32
39
40
40
41
41
42
42
49
51
55
56
58
66
69
69
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Sistem Saluran Pencernaan ............................................ 10
xi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1. Genogram 3 Generasi...................................................... 49
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 2 : Materi
Lampiran 3 : Leaflet
Lampiran 4 : Lembar Konsul
Lampiran 5 : Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam
bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Anak terutama bayi
baru lahir merupakan salah satu kelompok masyarakat yang rentan dan perlu
mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat karena masih
tingginya Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi menjadi
indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena
merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini (Verawati, 2012).
World Health Organization (WHO), memperkirakan bahwa sekitar 7%
dari seluruh kematian bayi di dunia disebabkan oleh kelainan kongenital. Di
Eropa, sekitar 25% kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital.
Di Asia Tenggara kejadian kelainan kongenital mencapai 5% dari jumlah bayi
yang lahir, sementara di Indonesia prevalensi kelainan kongenital mencapai 5
per 1.000 kelahiran hidup. Riset Kesehatan Dasar dasar tahun 2007 kematian
bayi adalah kelainan kongenital pada usia 0-6 hari sebesar 1% dan pada usia
7-18 hari sebesar 19% (Verawati, 2012).
Menurut Depkes RI, kelainan kongenital adalah kelainan yang terlihat
pada saat lahir, bukan akibat proses persalinan. Sekitar 3% bayi baru lahir
mempunyai kelainan bawaan (kongenital). Meskipun angka ini termasuk
rendah, akan tetapi kelainan ini dapat menyebabkan angka kematian dan
kesakitan yang tinggi. Angka kejadian dengan kelainan kongenital akan
2
menjadi 4-5% bila bayi diikuti terus sampai berusia 1 tahun salah satunya
adalah penyakit hirschprung (Verawati, 2012).
Penyakit hirschprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa
aganglionosis yang dimulai dari sfingter ani internal ke arah proksimal dengan
panjang yang bervariasi dan termasuk anus dan rektum. Keadaan abnormal
tersbut dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara
spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen
yang tidak ada ganglion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian
tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal (Hidayat, 2012).
Insiden penyakit Hirschprung di dunia adalah 1 : 5.000 kelahiran hidup.
Di Amerika dan Afrika dilaporkan penyakit ini terjadi pada satu kasus sriap
5.400-7.200 kelahiran hidup. Di Eropa Utara, insiden penyakit ini adalah 1,5
dari 10.000 kelahiran hidup sedangkan di Asia tercatat sebesar 2,8 per 10.000
kelahiran hidup.
Angka kematian untuk penyakit Hirschsprung berkisar antara 1 - 10%.
Penelitian Pini dkk. pada tahun 1993 – 2010 di Genoa, Italia mencatat ada 8
orang dari 313 penderita penyakit Hirschsprung yang meninggal (CFR=
2,56%). Hasil penelitian Sarioqlu dkk. pada tahun 2008 - 2013 di Ankara,
Turki menunjukkan ada sebanyak 302 penderita penyakit Hirschsprung.
Kartono mencatat ada sekitar 40-60 pasien yang dirawat di RSCM Jakarta
setiap tahunnya. Sementara di RS dr. Sardjito Yogyakarta oleh Rohadi dicatat
rata-rata terdapat 50 pasien menderita Hirschprung setiap tahunnya (Verawati,
2012).
3
Berdasarkan catatan medical record Ruang Bedah Anak Gedung
Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung
jumlah pasien hirschprung yang dirawat pada kurun waktu 1 tahun yaitu
Januari sampai dengan Desember 2015 dan Januari sampai dengan Februari
2016 sebanyak 83 orang atau menempati urutan pertama dari jumlah penyakit
yang dirawat di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Anak Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
Adapun 10 penyakit terbesar di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning
Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung rentang bulan
Januari sampai dengan Desember 2015 dan bulan Januari sampai dengan
Februari 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1 . 10 Penyakit Terbesar di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II di
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Bulan Januari – Desember 2015
dan Periode Bulan Januari – Februari 2016
No Jenis penyakit Jumlah Presentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Hirschprung Disease
Malformasi Anorectal
Ileustomi a/i perforasi
Ileus Obstruktif
Post Op Colostomy
Hernia Inguinalis
Atresia esofagus
Atresia Ani
Hipospadia
Hidrokel
83
22
10
10
10
8
7
4
4
4
51,24
13,58
6,17
6,17
6,17
4,94
4,32
2,47
2,47
2,47
Total 162 100
Sumber : Rekam medik di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II RSUP dr. Hasan
Sadikin Bandung (Januari – Desember 2015 dan Januari – Februari 2016).
Berdasarkan tabel 1. di atas, dari jumlah penderita yang dirawat di Ruang
Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr.
Hasan Sadikin Bandung selama rentang waktu 1 tahun yaitu periode Januari
sampai dengan Desember 2015 dan periode Januari sampai dengan Februari
4
2016, penyakit hirschprung berada pada urutan pertama dengan jumlah
penderita 83 orang (51,24%).
Berdasarkan data – data diatas dan mengingat bahaya serta dampak yang
dapat ditimbulkan dari penyakit maka penulis tertarik mengangkat judul
Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Asuhan Keperawatan An. S Usia Toddler
(2 Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung Di
Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat
dr. Hasan Sadikin Bandung.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam pembahasan karya tulis ilmiah ini, penulis membatasi ruang
lingkup yang masalah dibahas yaitu “Asuhan Keperawatan An. S Usia
Toddler (2 Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i
Hirschprung Di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan asuhan
keperawatan pada klien anak pra sekolah secara langsung pada situasi
nyata yang komperhensif meliputi aspek bio, psiko, sosial dan spiritual
yang berdasarkan pada ilmu dan kiat perawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis dapat melaksanakan pengkajian yang komperhensif pada anak
usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i
Hirschprung.
5
b. Penulis dapat merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
masalah pada anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon
POD I a/i Hirschprung.
c. Penulis dapat menyusun rencana tindakan keperawatan pada anak usia
toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung.
d. Penulis dapat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah disusun pada anak usia toddler dengan Post Op
Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung
e. Penulis dapat mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada
anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i
Hirschprung.
f. Penulis dapat mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada
anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i
Hirschprung.
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk Rumah Sakit
Sebagai masukan kepada rumah sakit untuk mengambil langkah
kebijaksanaan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
khususnya penerapan proses perawatan pada anak usia toddler dengan
Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung.
2. Bagi Institusi
Sebagai bahan bacaan untuk mengembangkan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon
POD I a/i Hirschprung.
6
3. Bagi Profesi
Sebagai masukan atau menambah pengetahuan, wawasan pengalaman bagi
rekan seprofesi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak usia
toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung.
4. Bagi Penulis
Sebagai konstribusi pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan.
E. Metode Telaahan
Metode yang digunakan penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini
yaitu metode analisis deskriptif dalam bentuk studi kasus berdasarkan
pendekatan proses keperawatan yaitu Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan, Implementasi, Evaluasi dan Dokumentasi.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun
karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan komunikasi lisan secara
langsung pada klien dengan keluarganya.
2. Observasi
Yaitu dengan mengamati kondisi pasien dalam pelayanan asuhan
keperawatan.
3. Pemeriksaan Fisik
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik pada klien
dengan cara: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
7
4. Studi Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data dengan mempelajari data dan status klien melalui
rekam medik dan hasil laboratorium.
5. Studi Kepustakaan
Yaitu mencari sumber melalui bahan atau buku – buku literatur yang dapat
dipercaya untuk mendapatkan kejelasan teori yang berhubungan dengan
masalah klien.
F. Waktu Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 15 sampai dengan 17
Februari 2016.
G. Tempat Pelaksanaan
Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning
Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
H. Sistematika Telaahan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibagi dalam 4 (empat) BAB dengan
susunan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan: yang terdiri dari Latar belakang, Ruang Lingkup
Pembahasan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode
Telaahan, Waktu Pelaksanaan, Tempat Pelaksanaan dan
Sistematika Telaahan.
BAB II : Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Anak Dengan Post
Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung, bab ini
menguraikan tentang konsep dasar yang meliputi Pengertian,
8
Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan, Etiologi, Patofisiologi,
Tanda dan Gejala, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan
Medik, Komplikasi, Dampak Terhadap Sistem Tubuh Lainnya
Serta Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan yang
meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan,
Implementasi, Evaluasi dan Dokumentasi.
BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan: bab ini berisikan laporan
kasus yang merupakan laporan Asuhan Keperawatan
AnakDengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i
Hirschprung di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Anak Rumah
Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung dan Pembahasan
yang berisikan ulasan naratif dari setiap tahapan proses
keperawatan yang dilakukan serta perbandingan antara teori dan
kasus secara sistematis mulai dari Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi dan
Dokumentasi.
BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini berisikan kesimpulan
dan saran atau rekomendasi dari pelaksanaan asuhan
keperawatan dan formulasi saran yang optimal terhadap masalah
yang ditemukan.
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
POST OP REANOSTOMOSIS COLON A/I HIRSCPRUNG
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Penyakit hirschsprung adalah suatu kelainan bawaan berupa
ganglionik usus, mulai dari spingter ani interna kearah proksimal dengan
panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum (Hidayat,
2012).
Penyakit hirschsprung atau mega kolon adalah penyakit yang terjadi
karena tidak adanya sel-sel ganglion dalam rektum atau di bagian
rectosigmoid colon dan ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan (Padila,
2012).
Penyakit hirschprung adalah kelainan bawaan penyebab pasase usus
tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan
berat lahir < 3 kg, lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan
(Nurarif dan Kusuma, 2015).
Berdasarkan defenisi tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa
penyakit hirschprung adalah suatu kelainan bawaan tersering pada
neonatus dan bayi aterm dengan berat lahir < 3 kg, berupa ganglionik usus,
di bagian rectosigmoid colon dengan panjang yang bervariasi dan
termasuk anus sampai rektum sehingga tidak adanya peristaltik serta tidak
adanya evakuasi usus spontan.
10
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan
a. Anatomi Sistem Pencernaan
Gambar 1. Anatomi sistem pencernaan
Sumber : (Smeltzer, 2002)
Sistem pencernaan terdiri atas :
1) Oris (mulut) adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas
dua bagian yaitu : bagian luar yang sempit atau vestibula atau ruang di
antara gusi, gigi, bibir, dan pipi. Dan bagian dalam yaitu rongga mulut
yang di batasi sisinya oleh tulang maksiariis, palatum, dan
mandibularis, di sebelah belakang bersambung dengan faring
(Syaifuddin, 2006).Faring (tekak)
2) Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esophagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
11
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi (Syaifuddin,
2006).
3) Esophagus (kerongkongan). Begitu makanan memasuki bagian atas
esophagus makanan berjalan melalui sfingter esophagus bagian atas,
yang merupakan otot sirkular, yang mencegah udara memasuki
esofhagus dan makanan mengalami refluks (bergerak ke belakang)
kembali ke tenggorok (Potter dan Perry, 2006).
4) Gaster (lambung) di tempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri
garis tengah tubuh tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah
suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500
ml. inlet ke lambung di sebut pertemuan esofagogastrik (Smeltzer,
2002).
5) Intestinum minor (usus halus) adalah bagian dari system pencernaan
makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum
yang terdiri atas duodenum jejunum dan ileum (Syaifuddin, 2006).
6) Intestinum mayor (usus besar) terdiri dari segmen asenden, pada sisi
kanan abdomen, segmen transfersum yang memanjang dari abdomen
atas kanan ke kiri, dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen.
Bagian ujung dari usus besar terdiri dari dua bagian yaitu kolon
sigmoid dan rectum (Smeltzer, 2002).
7) Rectum merupakan saluran akhir pada saluran gastrointestinal. Produk
buangan yang mencapai bagian kolon sigmoid di sebut feses. Sigmoid
menyimpan feses sampai beberapa saat sebelum defekasi (Potter dan
Perry, 2006).
12
8) Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rectum dengan dunia luar terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat
oleh 3 sfingter yaitu sfingter ani internus (sebelah dalam) yang bekerja
tidak menurut kehendak, sfingter levator ani yang bekerja juga tidak
menurut kehendak, dan sfingter ani eksternus (sebelah luar) bekerja
menurut kehendak (Syaifuddin, 2006).
b. Fisiologi Sistem Pencernaan
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan zat nutrient
(zat yang sudah di cerna), air, dan garam yang berasal dari zat makanan
untuk di distribusikan ke sel-sel melalui system sirkulasi. Untuk ini di
butuhkan :
1) Pergerakan makanan melalui saluran pencernaan
2) Sekresi getah pencernaan
3) Absorsi hasil pencernaan, air, dan elektrolit.
4) Sirkulasi darah melalui organ gastrointestinal yang membawa zat
yang diabsorpsi
5) Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormon (Syaifuddin,
2006).
Menurut Smeltzer (2002) proses fisiologi pencernaan terdiri dari :
1) Pencernaan oral di mulai dari aktivitas mengunyah, di mana makan di
pecah ke dalam partikel kecil yang dapat di telan dan dicampur
dengan enzim-enzim pencernaan. Saliva mengandung enzim ptyalin
atau amilase saliva, yang memulai pencernaan zat pati, juga
mengandung mukus yang membantu melumasi makanan saat di
kunyah, sehingga memudahkan menelan.
13
2) Menelan dimulai sebagai aktivitas volunter yang di atur oleh pusat
menelan di medulla oblongata dari sistem saraf pusat. Menelan
mengakibatkan bolus makanan berjalan ke dalam esophagus atas,
yang berakhir sebagai aktivitas reflex.
3) Kerja lambung mensekresi cairan yang sangat asam mempunyai pH
terendah satu, memperoleh keasamannya dari asam hidroklorida yang
di sekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi sekresi asam yaitu :
memecah makanan menjadi komponen yang mudah di absorbsi dan
membantu destruksi kebanyakan bakteri pencernaan.
4) Defekasi. Distensi rectum secara relatif menimbulkan kontraksi otot
rectum dan merilekskan spingter anal internal yang biasanya tertutup.
Selama defekasi spingter anal eksternal secara volunteer rileks untuk
memungkinkan isi kolon keluar. Oleh karena itu defekasi terlihat
menjadi reflex spinal yang dapat secara volunter dihambat dengan
mempertahankan spingter anal tertutup.
Menurut Potter dan Perry (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi yaitu:
1) Usia. Perubahan dalam tahapan perkembangan yang mempengaruhi
status eliminasi terjadi di sepanjang kehidupan.
2) Diet. Adapun makanan tiap hari secara teratur membantu
mempertahankan pola peristaltik yang teratur di dalam kolon.
Makanan yang di konsumsi individu mempengaruhi eliminasi. Serat,
residu makanan yang tidak dapat di cerna, memungkinkan massa
feses. Dinding usus teregang, menciptakan gerakan peristaltic dan
menimbulkan reflex defekasi.
14
3) Asupan cairan yang tidak adekuat atau gangguan yang menyebabkan
kehilangan cairan (seperti muntah) mempengaruhi karakter feses.
Cairan mengencerkan isi usus, memudahkan bergerak melalui kolon.
Asupan cairan yang menurun memperlambat pergerakan makanan
yang melalui usus.
3. Etiologi
Penyebabnya belum diketahui tetapi diduga terjadi karena faktor
genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan down syndrome,
kegagalan sel neural pada masa embrio pada dinding usus, gagal eksistensi,
kranio kaudal pada menyentrik dan sub mukosa dinding plexus (Nurarif dan
Kusuma, 2015).
4. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionik mega colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub
mukosa colon distal. Ketidakadaan ini menyebabkan ketidaknormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya
evakuasi usus spontan serta spingter rektum tidak dapat berelaksasi
sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan
adanya akumulasi pada bagian yang rusak pada mega kolon.
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk
kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus
mendorong ke dalam segmen aganglionik dan feses terkumpul di daerah
tersebut, menyebabkan berdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap
daerah itu dan menyebabkan dibagian colon tersebut melebar (Padila, 2012).
15
5. Tanda dan Gejala
Gejala penyakit hirschprung adalah :
a. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan tidak
adanya evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti
obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi.
b. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan dan
diikuti obstruksi usus akut. Konstipasi ringan dengan diare, distensi
abdomen dan demam, adanya feses yang menyemprot pas pada colok
dubur merupakan tanda yang khas.
c. Pada anak-anak usia 1-6 tahun terjadi : konstipasi, tinja seperti pita dan
berbau busuk, distensi abdomen, adanya masa difekal dan dapat
dipalpasi, biasanya tampak kurang nutrisi dan anemia (Nurarif dan
Kusuma, 2015).
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2012), pada penyakit
hirschprung adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa
ditemukan:
1) Daerah transisi
2) Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur dibagian usus yang
menyempit.
3) Enterokolitis pada segmen yang melebar
4) Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam
b. Biopsi otot rektum yaitu pengambilan lapisan otot rektum.
16
c. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dari hasil biopsi isap
pada penyakit ini khas terdapat peningkatan enzim asetilkolin esterase.
d. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus.
e. Pemeriksaan colok anus. Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan
jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Reanostomosis menurut Smeltzer (2002), yaitu:
1) Pengertian
Reanostomosis adalah operasi penggabungan dua ujung usus yang
sehat setelah usus yang sakit usus dipotong oleh dokter bedah.
2) Tujuan
a) Menutupi sebagian dari rongga abdomen dan pelvis.
b) Membentuk pembatas yang halus sehingga organ yang ada dalam
rongga abdomen tidak saling bergesekan.
c) Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ
terhadap dinding posterior abdomen.
3) Indikasi
Perforasi usus oleh karena trauma atau infeksi usus dengan bagian
usus yang tidak sehat, tumor usus halus dan usus besar yang masih
dapat dilakukan reseksi.
4) Kontra indikasi
Keadaan umum tidak memungkinkan dilakukan operasi.
5) Komplikasi
Kebocoran anastomosis, infeksi, perdarahan dan sepsis.
17
6) Tindakan Reanostomosis
Adapun tindakan reanostomosis adalah sebagai berikut:
a) Posisi pasien tidur terlentang.
b) Insisi di linea mediana dengan panjang sesuai perkiraan bagian
usus yang mengalami perforasi atau nekrosis.
c) Insisi diperdalam sampai mencapai cavum peritoneum.
d) Seluruh pus, feses dan cairan kotor yang terdapat dalam cavum
abdomen dihisap keluar.
e) Dilakukan identifikasi bagian usus yang mengalami nekrosis secara
sistematis dan seterusnya.
f) Sebelum melakukan reseksi, pastikan dahulu bahwa usus tidak
sehat yaitu permukaannya tidak mengkilap, tampak kering, warna
kebiruan bahkan kehitaman, tidak ada kontraksi, tidak berdarah dan
tidak ada pulsasi pembuluh darah, serta seromuskuler terkelupas.
g) Keluarkan bagian usus yang tidak sehat tersebut diluar cavum
abdomen, berikan alas dengan kain kasa dibawahnya untuk
mencegah kontaminasi kedalam cavum peritoneum.
h) Identifikasi lokasi pembuluh darah yang memberikan suplai pada
usus yang tidak sehat tersebut, kemudian ligasi pembuluh darah
tersebut. Lakukan pemotongan mesenterium menuju tepi usus yang
tidak sehat tersebut secara segmental.
i) Dekatkan kedua tepi usus yang telah dipotong untuk
membandingkan diameter lumen yang akan disambung. Jika
terdapat perbedaan diameter lumen maka dilakukan eksisi tepi usus
tersebut sehingga terjadi kesamaan diameter lumen.
18
j) Setelah itu evaluasi kembali viabilitas usus, pastikan lumen tidak
terlalu sempit dengan cara mempertemukan ujung jari dengan ibu
jari operator pada lokasi reanostomosis.
7) Perawatan Pasca Operasi
a) Penderita dipuasakan.
Lama puasa tergantung lokasi usus dan jenis kelainan yang
mendasarinya. Selama puasa penderita diberikan total parenteral
nutrisi dengan jenis dan komposisi tergantung fasilitas yang ada.
b) Follow-Up
Kondisi luka, kondisi abdomen, serta kondisi klinis penderita
secara keseluruhan.
b. Penatalaksanaan Hisrchprung
1) Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik
untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan
terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
2) Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat
berat anak mencapai sekitar 9 Kg atau sekitar 3 bulan setelah operasi
pertama. (Padila, 2012).
8. Komplikasi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), komplikasi yang dapat terjadi
pada penderita hirscsprung adalah obstruksi usus, konstipasi, ketidak
seimbangan cairan dan elektrolit, entrokolitis, dan striktur anal dan
inkontinensial.
19
9. Dampak Terhadap Sistem Tubuh
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), dampak penyakit hirschprung
terhadap sistem tubuh adalah sebagai berikut:
a. Sistem Perkemihan
Pada anak dengan hirshprung ditemukan kencingnya lebih sedikit dan
pekat karena kekurangan cairan.
b. Sistem Pernapasan
Pada sistem pernapasan pada anak dengan hirshprung yaitu cenderung
ditemukan adanya pernafasan yang cepat diatas 30 x/menit dan dangkal
(kussmaul), irama nafas yang tidak teratur, sesak napas akibat adanya
distensi abdomen.
c. Sistem Kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler cenderung ditemukan denyut nadi yang
meningkat diatas 90 x/menit, ada tidaknya kelainan akibat hirshprung
atau kelainan bawaan saat lahir.
d. Sistem Pencernaan
Pada pemeriksaan rectum dan feses akan didapatkan adanya perubahan
feses seperti pita dan berbau busuk, fase awal didapatkan penurunan
bising usus, dan berlanjut dengan hilangnya bising usus, timpani akibat
abdominal mengalami kembung dan teraba dilatasi kolon abdominal.
Adanya mual muntah, konstipasi dan dehidrasi.
e. Sistem Imun
Pada anak dengan hirsprung terdapat adanya penurunan kekebalan tubuh
akibat diare yang terus menerus.
20
f. Sistem Muskuloskeletal
Pada anak dengan hirsprung ditemukan malaise dan nyeri saat bergerak
akibat distensi abdomen.
g. Sistem Integumen
Pada sistem integumen cenderung ditemukan adanya edema kulit, akral
hangat, hipertermi, turgor kulit jelek karena adanya dehidrasi.
h. Pertumbuhan dan perkembangan
Anak rewel, berat badan tidak bertambah dan pertumbuhan terhambat,
terjadi penurunan berat badan dan tidak mau menyusu.
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan
Secara umum dapat dikatakan bahwa proses keperawatan adalah metode
pengorganisasian yang sistematis, dalam melakuan asuhan keperawatan pada
individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan
pemecahan masalah dari respon pasien terhadap penyakitnya (Asmadi, 2008).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data secara sistematis guna menentukan status kesehatan
klien saat ini (Asmadi, 2008).
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah aktivitas perawat dalam mengumpulkan
informasi yang sistemik tentang klien. Metode yang digunakan yaitu
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi,
2008).
21
1) Biodata
a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,
pendidikan terakhir, pekerjaan, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, nomor register, diagnosa medik dan alamat (Engel,
2008).
b) Identitas Penanggung Jawab
Terdiri atas identitas orang tua dalam hal ini ayah dan ibu yang
meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,
pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien (Engel, 2008).
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
Pada umumnya anak mengalami mual dan muntah yang berwarna
kehijauan yang disertai dengan distensi abdomen secara terus
menerus sehingga anak dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan secepatnya.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
(a) Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian. Pada
anak dengan post op reanostomosis ditemukan keluhan nyeri.
(b) Riwayat Keluhan Utama
Pengkajian meliputi keluhan pada saat datang ke rumah sakit
dan keluhan pada saat pengkajian, dikembangkan dengan
menggunakan analisa PQRST.
22
P : (Provokatif atau Paliatif), yaitu apa penyebabnya,
yang memunculkannya dan yang menguranginya.
Q : Quality/Quantity), yaitu bagaimana rasanya?
R : (Region/Radiation), yaitu dibagian mana hal itu
terjadi, apakah menyebar?
S : (Scale/Severity), yaitu bagaimana intensitasnya, jika
menggunakan skala 1-10 dan bagaimana pengaruh hal
tersebut pada aktivitas.
T : (Timing), yaitu kapan hal itu mulai terjadi, berapa
lamanya terjadinya, bertahap atau tiba-tiba (Setiadi,
2012).
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan
atau memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita klien
pada saat ini termasuk faktor predisposisi penyakit dan
kebiasaan-kebiasaan klien. Pada anak dengan post op
reanostomosis perlu ditanyakan riwayat sebelumnya seperti
adanya kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48
jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan konstipasi
(Hidayat, 2012).
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu dikaji riwayat kesehatan keluarga yang dapat
mempengaruhi timbulnya penyakit hirsprung seperti adanya
riwayat penyakit hirsprung dalam keluarga atau penyakit
turunan lainnya (Hidayat, 2012).
23
3) Riwayat Imunisasi
Yang perlu diperhatikan bahwa pemberian imunisasi yaitu
imunisasi BCG diberikan 1x pada usia 0-11 bulan, imunisasi DPT
diberikan 3x dengan interval 4 minggu pada usia 2-11 bulan,
imunisasi hepatitis B diberikan 3x dengan interval 4 minggu pada
usia 0-11 bulan, imunisasi polio diberikan 4x dengan interval 4
minggu pada usia 0-11 bulan dan imunisasi campak diberikan 1x
pada usia 9-11 bulan (Hidayat, 2012).
4) Riwayat Tumbuh Kembang
a) Pertumbuhan anak
Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah ukuran sel pada saat
membelah diri dan mensintesis protein baru dengan
menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau
sebagian bagian sel.
Pertumbuhan yang seharusnya anak usia 6-12 bulan : Berat
badan pertambahan setiap minggu 35-40 gram, berat badan 3x
berat badan tiga kali berat badan lahir pada akhir tahun pertama,
panjang badan pertambahan setiap bulan: 1,25 cm, panjang
lahir kira-kira 50% pada akhir tahun pertama, lingkar kepala 28
- 50 cm atau pertambahan berat badan setiap minggunya 140 -
200 gram dan pertambahan panjang badan 2,5 cm setiap
bulannya (Wong, 2004).
b) Perkembangan anak
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
24
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai proses
pematangan.
Menurut Purnamasari (2006), aspek yang diujikan dalam tes ini
diantaranya:
(1) Motorik kasar
Perkembangan motorik kasar anak usia 2 tahun yaitu
mampu meniru sebuah lingkaran, tulisan cakar ayam, dapat
makan menggunakan sendok, menyusun beberapa kotak.
(2) Motorik halus
Melihat buku selama beberapa menit untuk memperhatikan
gambarnya, menunjukkan gambar yang menarik perhatian
dan membalik halaman buku. Dapat berpartisipasi aktif saat
mengenakan dan melepaskan pakaian. Menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari dengan efektif untuk mencapit benda
kecil . mengambil dan menerima benda dari tangan Anda
dan mengembalikannya lagi. Dapat menggunakan sendok
untuk makan efektif. Menggunakan suara yang lebih
berirama dengan alat-alat musik seperti drum dan tamborin.
(3) Personal sosial
Menikmati saat berada di antara anak seusianya, tetapi
kesulitan untuk berbagi mainan dan belum dapat bermain
bersama-sama.
Pada usia ini biasanya anak mulai dilatih buang air tetapi
kendali kandung kemih dan usus besar belum sepenuhnya
berfungsi. Ingin membantu membersihkan dirinya saat
25
mandi dan menggosok gigi. Menikmati tanggung jawab
untuk mengerjakan tugas kecil. Mungkin menangis saat
berpisah dengan Anda sementara, walaupun ia berhenti
menangis setelah Anda tidak terlihat. Akan terlihat malu
saat bertemu dengan orang yang tidak ia kenal.
(4) Bahasa
Dapat menyebutkan nama benda sehari-hari dengan tepat.
Bereksperimen dengan berbagai kombinasi kata (yang
tidak tepat). Menguasai berbagai suara tetapi masih salah
menyebutkan huruf mati tertentu, seperti c dan s.
Menyebutkan nama beberapa bagian tubuh. Mendengarkan
dengan seksama saat orang dewasa berbicara. Kosa katanya
setidaknya mencapai 200 kata, kadang dikombinasikan
dalam kalimat pendek.
5) Riwayat Psikososial
Sebagian besar stress yang terjadi pada bayi di usia pertengahan
sampai dengan anak diperiode prasekolah, khususnya anak yang
berusia 6 sampai 30 bulan adalah cemas karena perpisahan.
Balita belum mampu berkomunikasi dengan bahasa yang memadai
dan memiliki pengertian yang terbatas terhadap realita. Hubungan
anak dengan ibu adalah sangat dekat, akibatnya perpisahan dengan
ibu akan menimbulkan rasa kehilangan pada anak akan orang
terdekat bagi dirinya dan akan lingkungan yang dikenali olehnya,
sehingga pada akhirnya akan menimbulkan perasaan tidak aman
dan rasa cemas (Nusalam, 2008).
26
6) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dan
didokumentasikan secara persistem meliputi :
a) Keadaan Umum
Pada anak dengan post op reanosomosis cenderung ditemukan
keadaan umum saat pengkajian dilakukan yaitu lemah hingga
tidak sadar.
b) Kesadaran
Pada anak dengan post op reanostomosis cenderung ditemukan
kesadaran somnolen atau letargi.
b) Tanda - Tanda Vital
Pada pasien anak usia 1-2 tahun memiliki tanda – tanda vital
normal yaitu tekanan darah 96/65 mmHg, nadi 110 x/menit,
pernapasan 20 – 40 x/menit dan suhu 37,70
C (Hidayat, 2012).
Pada anak dengan post op reanostomosis cenderung ditemukan
pernapasan yang cepat, takikardi, suhu tubuh yang meningkat,
terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya perforasi. Tanda
dehidrasi dan demam bisa didapatkan pada kondisi syok atau
sepsis.
c) Antropometri
Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling sering
digunakan untuk menentukan keadaan pertumbuhan pada masa
balita adalah :
27
(1) Berat badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri
yang terpenting karena dipakai untuk memeriksa
kesehatan anak pada semua kelompok umur. Pada usia 6
bulan pertama berat badan akan bertambah sekitar 1
kg/bulan, sementara pada 6 bulan berikutnya hanya + 0,5
kg/bulan (Nursalam, 2008).
Selain perkiraan tersebut, berat badan juga dapat
diperkirakan dengan menggunakan rumus atau pedoman
dari Behrman (1992) dalam Nursalam (2008), yaitu :
(a) Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg
(b) Berat badan usia 3 – 12 bulan, menggunakan rumus :
Umur (bulan) + 9 n + 9
=
2 2
(c) Berat badan usia 1 – 6 tahun, menggunakan rumus :
(Umur (dalam tahun) x 2) + 8 = 2n + 8
Keterangan : n adalah usia anak
Berat badan merupakan indikator paling sederhana yang
digunakan dilapangan atau Puskesmas untuk menentukan
status gizi anak, yaitu dengan menggunakan Kartu Menuju
Sehat (KMS) untuk mengetahui status gizi anak tergolong
normal, kurang, atau buruk, yang di sajikan dalam tabel
seperti dibawah ini:
28
Tabel 2 : Berat Badan terhadap Tinggi Badan Anak Usia 0 – 2
Tahun
Tinggi
(cm)
BB
Normal
(100%)
BB
Kurang
(< 90%)
BB
Buruk
(< 80%)
52 3,8 3,4 3,0
53 4,0 3,6 3,2
54 4,3 3,9 3,4
55 4,6 4,1 3,7
56 4,8 4,3 3,8
57 5,0 4,5 4,0
58 5,2 4,7 4,2
59 5,5 4,9 4,4
60 5,7 5,1 4,6
61 6,0 5,4 4,8
62 6,3 5,7 5,0
63 6,6 5,9 5,3
64 6,9 6,2 5,5
65 7,2 6,5 5,8
66 7,5 6,8 6,0
67 7,8 7,0 6,4
68 8,1 7,3 6,5
69 8,4 7,6 6,7
70 8,7 7,8 7,0
71 9,0 8,1 7,2
72 9,2 8,3 7,4
73 9,5 8,5 7,6
74 9,7 8,7 7,8
75 9,9 9,0 7,9
76 10,2 9,2 8,2
77 10,4 9,4 8,3
78 10,6 9,5 8,5
79 10,8 9,7 8,6
80 11,0 9,9 8,8
Sumber : Direktorat Gizi, Depkes (1973) dalam Nursalam (2008).
Berdasarkan tabel 3. pada KMS di atas, status gizi anak
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
(a) Status gizi normal, bila BB anak antara 90-100%.
(b) Status gizi kurang, bila BB anak antara 80-90% dari
BB standar.
(c) Status gizi buruk, bila BB anak kurang atau sama
dengan 80% dari BB standar (Nursalam, 2008).
(2) Tinggi badan/panjang badan
Pada tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25
cm/bulan (1,5 x panjang badan). Penambahan tersebut
29
akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun,
yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun.
Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat
diperkirakan berdasarkan rumus dari Behram (1992),
yaitu:
(a) Perkiraan panjang badan lahir = 50 cm.
(b) Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 x panjang
badan lahir.
(c) Perkiraan tinggi badan usia 2-12 tahun = (Umur x 6) +
77 = 6n + 77.
Keterangan : n adalah usia anak dalam tahun, bila usia
lebih 6 bulan dibulatkan ke atas, bila 6 bulan atau
kurang, dihilangkan (Nursalam, 2008).
(3) Lingkar kepala
Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35
cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan
pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan
pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat
dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-
tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5
cm/tahun (Nursalam, 2008).
(4) Lingkar lengan atas (LILA)
Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat
lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun
pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya
30
ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun
(Nursalam, 2008).
(5) Lingkar dada
Saat lahir, diameter tranversal dan anteroposterior dari
lingkar dada hampir sama besarnya yaitu 34-35 cm,
sehingga bentuk dadanya seperti silinder. Dengan
bertambahnya usia, ukuran diameter tranversal menjadi
lebih besar dibandingkan dengan diameter anteroposterior,
sehingga bentuk dada menjadi gepeng. Pertumbuhan
lingkar dada lebih lambat dibandingkan dengan ukuran
lingkar kepala (Nursalam, 2008).
d) Pemeriksaan Persistem
Menurut Engel (2008), pada pengkajian persistem akan
ditemukan hal-hal berikut :
(1) Sistem Pernapasan
Kaji kesimetrisan dada dan lubang hidung, kembang
kempis dada, retraksi dada, frekuensi napas, penggunaan
alat bantu pernapasan, jenis pernapasan, palpasi
kesimetrisan vokal fremitus, perkusi bunyi dada, auskultasi
bunyi napas.
Pada sistem pernapasan pada anak dengan post op
reanostomosis yaitu cenderung ditemukan pernafasan yang
cepat yaitu antara 35 - 40 x/menit dan dangkal (kussmaul),
irama nafas yang tidak teratur, adanya retraksi interkostalis,
sesak napas akibat adanya distensi abdomen.
31
(2) Sistem Kardiovakuler
Kaji adanya sianosis pada bibir dan kuku, periksa bantalan
kuku terhadap jari tabuh, CRT (Cafilari Refilling Time) < 2
detik, periksa denyut nadi dan tekanan darah. Auskultasi
bunyi jantung.
Pada anak dengan post reanostomosis cenderung ditemukan
denyut nadi yang meningkat yaitu lebih dari 90 x/menit,
ada tidaknya kelainan akibat hirshprung atau kelainan
bawaan saat lahir.
(3) Sistem Pencernaan
Pada pemeriksaan rectum dan feses akan didapatkan adanya
perubahan feses seperti pita dan berbau busuk, fase awal
didapatkan penurunan bising usus, dan berlanjut dengan
hilangnya bising usus, timpani akibat abdominal
mengalami kembung dan teraba dilatasi kolon abdominal.
Adanya mual muntah, konstipasi dan dehidrasi.
(4) Sistem Integumen
Pada sistem integumen cenderung ditemukan adanya edema
kulit, akral hangat, hipertermi, turgor kulit jelek karena
adanya dehidrasi.
(5) Sistem Perkemihan
Kaji adanya distensi kandung kemih, nyeri tekan, kekuatan
pancaran urine saat berkemih, volume, warna, bau dan
konsistensi urine.
32
Pada anak dengan post op reanostomosis ditemukan
kencingnya lebih sedikit dan pekat karena kekurangan
cairan.
(6) Sistem Reproduksi
Yang perlu dikaji adalah meatus uretra normal atau tidak,
apakah ditemukan kesulitan berkemih atau tidak.
(7) Sistem Persarafan
Kaji tingkat kesadaran anak dengan menggunakan GCS
yang disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. Cara Menguji Tingkat Kesadaran GCS (Glasgow Coma
Scale)
Bayi Respon Anak/Dewasa
Spontan
Terhadap
perintah/suara
Terhadap nyeri
Tidak ada respon
Membuka Mata (Eye)
4
3
2
1
Spontan
Terhadap perintah
Terhadap nyeri
Tidak ada respon
Bergumam/mengoceh
Menangis lemah
Menangis karena nyeri
Merintih karena nyeri
Tidak ada
Respon Verbal
5
4
3
2
1
Terorientasi
Bingung
Kata-kata yang
tidak teratur
Tidak dapat
dimengerti
Tidak ada
Spontan
Menarik karena
sentuhan
Menarik karena nyeri
Fleksi abnormal
Ekstensi abnormal
Tidak ada respon
Respon Motorik
6
5
4
3
2
1
Mematuhi perintah
Melokalisasi nyeri
Penarikan karena
nyeri
Fleksi abnormal
Ekstensi abnormal
Tidak ada respon
Sumber : Nurarif dan Kusuma (2015).
Menurut Setiadi (2012), macam-macam tingkat kesadaran
yaitu :
33
(a) Compos Mentis (14-15) yaitu sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
(b) Apatis (12-13) yaitu kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan lingkungan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh, tidak segera menjawab jika di tanya.
(c) Somnolen (10-11) yaitu kesadaran yang mau tidur
saja, penderita dapat dibangunkan dengan rangsangan
suara yang keras. Bila rangsangan tiada klien tidur
kembali.
(d) Delirium (9-7) yaitu kacau motorik, memberontak,
berteriak-teriak dan tidak sadar terhadap orang lain,
tempat dan waktu.
(e) Sopor/semi koma (6-4) yaitu kesadaran yang
menyerupai koma, penderita hanya dibangunkan
dengan rangsangan nyeri.
(f) Koma (3) yaitu kesadaran yang hilang sama sekali,
penderita tidak dapat dibangunkan dengan rangsangan
nyeri yang hebat.
Kaji aktivitas motorik anak khususnya amati ukuran dan
bentuk kepala dan periksa tulang belakang, gerakan semua
dengan rentang gerak. Pada anak dengan post op
reanostomosis cenderung ditemukan adanya penurunan
kesadaran.
34
(8) Sistem Muskuloskeletal
Kaji pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota
gerak bawah, ketidaknyamanan atau rasa nyeri yang
dilaporkan klien waktu bergerak. Selain ROM, tonus dan
kekuatan tonus harus dikaji karena klien imobilisasi
biasanya tonus dan kekuatan ototnya menurun.
Pada anak dengan hirsprung ditemukan malaise dan nyeri
saat bergerak akibat distensi abdomen.
(9) Sistem Endokrin
Kaji apakah ada pembesaran kelenjar misalnya:
pembesaran kelenjar getah bening, kelenjar thyroid. Pada
anak dengan post op reanostomosis tidak terdapat adanya
gangguan.
(10) Sistem Indra
Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu bentuk,
kesimetrisan, ketajaman penglihatan, lapang pandang,
konjungtiva anemis atau tidak anemis, sklera icterus atau
tidak, adanya odema pada kelopak mata atau tidak, bentuk
hidung, warna, adanya sekret atau tidak di hidung, adanya
nyeri tekan atau tidak, adanya oedema atau tidak pada
hidung, bentuk telinga, adanya oedema atau tidak, adanya
nyeri tekan atau tidak, refleks mengisap kuat atau tidak.
Pada anak post op reanostomosis konjungtiva yang tampak
anemis, refleks mengisap lemah.
35
(11) Sistem Imun
Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak pada kelenjar getah
bening, adanya oedema atau tidak pada kelenjar getah
bening, ada riwayat alergi atau tidak.
Pada anak dengan post op reanostomosis terdapat adanya
penurunan kekebalan tubuh akibat diare yang terus
menerus.
7) Pola Aktivitas Sehari-hari
Menurut Wong (2004), pengkajian pola aktivitas sehari-hari yaitu
sebagai berikut:
a) Nutrisi : Yang perlu dikaji adalah makanan dan minuman apa
yang disukai dan tidak disukai, berapa jumlah rata-rata makan
per hari, bagaimana menggambarkan nafsu makan anak
biasanya (nafsu makan besar, nafsu makan kecil), bagaimana
kebiasannya makan (dipiring, botol, mangkuk, makan sendiri,
memerlukan bantuan), apakah ada masalah makan (rewel yang
berlebihan, sulit mengisap atau menelan).
Pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah,
asupan nutrisi dan air naik atau turun.
b) Eliminasi BAB dan BAK : Pada pengkajian BAB yang perlu
dikaji adalah frekuensi, waktu, warna, dan konsistensi. Pada
pengkajian BAK yang perlu dikaji adalah frekuensi, waktu,
warna dan bau serta adanya keluhan pada saat BAB atau BAK.
36
Saat sakit anak dengan post op reanostomosis terjadi ketidak
seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah sering
BAK, pasien terjadi diare dan atau konstipasi, BAB seperti pita
dan berbau.
c) Istirahat dan tidur : Kaji waktu istirahat klien sebelum sakit dan
bandingkan dengan saat sakit, kaji tidur klien, kualitas tidur,
jumlah serta adanya keluhan pada waktu istirahat tidur.
Anak dengan post op reanostomosis biasanya rewel dan suka
menangis, tampak lemah dan terdapat kantung mata. Tandanya
adalah anak terlihat sering menguap.
d) Personal hygiene : Yang perlu dikaji frekuensi mandi, potong
kuku, sikat gigi, mencuci rambut dan keluhan pada pemenuhan
personal hygiene. Bisanya tidak ada kelainan karena masih
dibantu oleh orang tua.
e) Aktifitas : Yang perlu dikaji adalah aktifitas yang biasa
dilakukan serta frekuensinya dan keluhan pada pemenuhan
aktivitas sehari-hari. Tandanya adalah aktifitas dibantu.
8) Pemeriksaan Diagnostik
a) Foto polos abdomen tegak akan terlihat usus-usus melebar atau
terdapat gambaran obstruksi usus rendah.
b) Barium enema ditemukan daerah transisi, gambaran kontraksi
usus yang tidak teratur di bagian menyempit dan terdapat
retensi barium setelah 24-48 jam.
c) Biopsi otot rektum, yaitu pengambilan lapisan otot rektum
(Padila, 2012).
37
9) Perawatan dan pengobatan
a) Perawatan dapat berupa :
(1) Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan
kongenital pada anak secara dini.
(2) Membantu perkembangan ikatan orang tua dan anak.
(3) Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis
(pembedahan).
(4) Mendampingi orang tua pada perawatan post op
reanostomosis setelah rencana pulang (Padila, 2012).
b) Pengobatan
Anak dengan post op reanostomosis akibat reseksi yang panjang
akan diberikan pengobatan berupa cairan parenteral (RL,
Dextrose 5% atau NaCl 0,9%), kortikosteroid, misalnya : metil
prednisone 30 mg/kgbb/hari (apabila terdapat renjatan), transfusi
darah (plasma atau whole blood dan albumin), dan Antibiotic
intra perineal (misal 100 cc – 200 cc kanamicin 0,5%).
b. Pengelompokan Data
Pengelompokkan data yaitu data dikelompokkan ke dalam data
subjektif yang didasarkan pada fenomena yang dapat diamati secara
faktual yang dapat diukur melalui indra perawat atau disebut dengan
tanda (sign), dan data objektif merupakan informasi yang disampaikan
klien kepada perawat selama interview atau disebut gejala (symptom)
(Asmadi, 2008).
38
c. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan
menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien (Setiadi, 2012).
d. Prioritas Masalah
Prioritas masalah disusun berdasarkan kebutuhan dasar manusia.
Hal ini dilakukan karena tidak mungkin semua masalah diatasi
bersama-sama sekaligus. Jika diputuskan masalah mana yang dapat
diatasi terlebih dahulu berkaitan erat dengan kebutuhan dasar manusia
(Setiadi, 2012).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah mengidentifikasi masalah kesehatan
klien yang dapat diatasi (ditangani, dikurangi, atau diubah) melalui
intervensi dan manajemen keperawatan (Nursalam, 2008).
Diagnosa yang muncul menurut Doengoes, et al (2000) pada anak
dengan post op reanostomosis adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
tindakan operasi.
b. Konstipasi berhubungan dengan ketidakadekuatan masukan diet/cairan.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.
39
e. Resiko cedera berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia,
nekrosis dinding intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.
f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
g. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit, dan
kurangnya informasi.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan
secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien
sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan (Asmadi,
2008).
Menurut Doenges, et al (2000), berdasarkan diagnosa keperawatan
pada anak dengan post op reanostomosis dapat dibuat suatu perencanaan
sebagai berikut :
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria : Klien nampak rileks, mampu tidur/istrahat dengan tepat.
Tabel 4. Perencanaan Nyeri Akut
Intervensi Rasional
1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan
lokasi, lamanya dan intensitas (skala
0-10) perhatikan petunjuk verbal dan
non verbal.
2) Bantu pasien menemukan posisi
yang nyaman.
3) Berikan tindakan kenyamanan dasar
misalnya perubahan posisi pada
punggung atau sisi yang tidak sakit.
4) Berikan analgesik sesuai indikasi.
1) Membantu dalam mengindentifikasi
derajat ketidaknyamanan dan
kebutuhan untuk keefektifan
analgesik.
2) Peninggian lengan dan adanya drain
mempengaruhi kemampuan pasien
untuk rileks dan istrahat secara
efektif.
3) Meningkatkan relaksasi, membantu
untuk memfokuskan perhatian dan
dapat meningkatkan kemampuan
koping.
4) Menghilangkan nyeri dan
memfasilitasi tidur.
Sumber : Doenges,et al (2000).
40
b. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi mekanik.
Tujuan : Pola eliminasi BAB membaik.
Kriteria : Konsistensi feses agak padat, klien BAB 1-2 kali sehari,
peristaltik usus kembali normal, tidak ada distensi
abdomen.
Tabel 5. Perencanaan Konstipasi
Intervensi Rasional
1) Observasi bising usus dan periksa
adanya distensi abdomen pasien.
2) Dorong masukkan cairan 2.500-3.000
ml/hari.
3) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pengaturan diet jika pasien sudah
tidak dipuasakan.
1) Untuk menyusun rencana
penanganan yang efektif dalam
mencegah konstipasi dan impaksi
fekal
2) Membantu memperbaiki konsistensi
feses.
3. Menentukan diet yang sesuai dengan
kebutuhan klien..
Sumber : Doenges, et al (2000).
c. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, dan anorexia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria : Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, keluhan mual
tidak ada, muntah tidak ada, porsi yang disediakan habis.
Tabel 6. Perencanaan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh
Intervensi Rasional
1) Kaji atau catat pemasukan diet.
2) Berikan klien minum air hangat
sebelum makan.
3) Berikan makanan sedikit dan
sering.
4) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pendukung nutrisi.
5) Kolaborasi dalam pemberian
antiemetik.
1) Membantu dalam mengidentifikasi
defisiensi dan kebutuhan diet.
2) Air hangat dapat membantu
mengencerkan konsentrasi HCl
sehingga mual dapat berkurang
3) Meminimalkan anoreksia dan mual.
4) Menentukan kalori dan kebutuhan
nutrisi dalam pembatasan sesuai
kebutuhan
5) Untuk menghilangkan mual dan
muntah dan dapat meningkatkan
pemasukan oral
Sumber : Doenges, et al (2000).
41
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor, color,
tumor dan fungsiolaesa.
Tabel 7. Perencanaan Resiko Infeksi
Intervensi Rasional
1) Awasi tanda vital. Perhatikan
demam, menggigil, berkeringat,
perubahan mental dan
meningkatnya nyeri abdomen.
2. Lakukan pencucian tangan yang
baik dan perawatan luka aseptic.
3. Lihat insisi dan balutan, catat
karakteristik luka, dan adanya
eritema.
4. Kolaborasi dalam pemberian obat
antibiotik sesuai indikasi.
1. Dengan adanya infeksi/terjadinya
sepsis, dan abses.
2. Menurunkan resiko penyebaran
bakteri.
3. Memberikan deteksi dini terjadinya
proses infeksi, dan/atau pengawasan
penyembuhan yang telah ada
sebelumnya.
4. Diberikan sebagai profilaksis atau
menurunkan jumlah organisme
untuk menurunkan penyebaran dan
pertumbuhannya pada rongga
abdomen.
Sumber : Doengoes, et al (2000).
e. Resiko cedera berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia,
nekrosis dinding intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus.
Tujuan : Reseksi colon tidak mengalami injuri.
Kriteria : Tidak terjadi perdarahan, tidak terjadi infeksi pada insisi.
Tabel 8. Perencanaan Resiko Cedera
Intervensi Rasional
1) Kaji adanya tanda-tanda dan gejala
adanya .perdarahan gastrointestinal.
2) Observasi adanya petekie, ekimosis
atau perdarahan dari satu atau lebih
3) Awasi nadi dan TD.
4) Catat perubahan mental/tingkat
kesadaran.
1) Traktus gastrointestinal paling biasa
menjadi sumber perdarahan.
2) Tanda subakut dapat terjadi
sekunder terhadap gangguan faktor
pembekuan.
3) Peningkatan nadi dengan penurunan
TD dapat menunjukkan kehilangan
volume darah sirkulasi, memerlukan
evaluasi lanjut.
4) Perubahan dapat menunjukkan
penurunan perfusi jaringan serebral
sekunder terhadap hipovolemia.
Sumber : Doenges, et al (2000).
42
f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan.
Kriteria : Mukosa bibir lembab dan tidak pecah-pecah, tidak ada
mual muntah dan hidrasi tidak adekuat.
Tabel 9. Perencanaan Resiko Kekurangan Volume Cairan
Intervensi Rasional
1) Kaji tanda vital, takikardi, demam,
turgor kulit dan kelembaban mukosa.
2) Awasi masukan dan haluaran serta
pengisapan dari NGT.
3) Berikan cairan tambahan IV sesuai
indikasi.
4) Awasi elektrolit dan ganti sesuai
indikasi.
1) Indikator dehidrasi atau
hipovolemia, keadekuatan
penggantian cairan.
2) Perubahan pola kapasitas
gaster/motilitas usus dan mual
sangat mempengaruhi masukan dan
kebutuhan cairan.
3) Menggantikan kehilangan cairan dan
memperbaiki keseimbangan cairan
dalam fase segera pasca operasi.
4) Penggunaan selang NGT atau
muntah dapat menurunkan elektrolit
dan mempengaruhi fungsi organ.
Sumber : Doenges, et al (2000).
g. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit, dan
kurangnya informasi.
Tujuan : Ansietas orang tua berkurang/hilang.
Kriteria : Ekspresi wajah orang tua tampak tenang.
Tabel 10. Perencanaan Ansietas Orang Tua
Intervensi Rasional
1) Kaji tingkat rasa cemas pada orang
tua klien dan orang terdekat.
2) Jelaskan prosedur/asuhan yang
diberikan.
3) Dorong dan berikan kesempatan
pada orang tua atau keluarga terdekat
untuk mengajukan pertanyaan dan
menyatakan masalah.
1) Membantu menentukan jenis
intervensi yang diperlukan.
2) Rasa cemas dan ketidaktahuan
diperkecil dengan
informasi/pengetahuan dan dapat
meningkatkan penerimaan.
3) Membuat perasaan terbuka dan
bekerja sama dalam memberikan
informasi yang membantu dalam
identifikasi/mengatasi masalah.
Sumber : Doenges, et al (2000).
43
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah
rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing order untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan dan kinerja hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi,
2008).
Evaluasi dikerjakan dalam bentuk pengisian format SOAP :
S : Subjektif yaitu data berupa keluhan klien
O : Objektif yaitu data hasil pemeriksaan.
A : Analisa data yaitu perbandingan antara data dengan teori.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon (Asmadi, 2008).
Menurut Setiadi (2012), catatan perkembangan merupakan catatan
yang berhubungan dengan keadaan pasien selama menjalani asuhan
dengan menggunakan SOAPIE sebagai berikut:
S : Data subjektif adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada
apa yang dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan pasien.
O: Data Objektif adalah perkembangan objektif yang bisa diamati dan
diukur oleh perawat atau tim kesehatan lain.
44
A: Analisis adalah penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun
objektif) apakah berkembang ke arah perbaikan atau kemunduran.
P: Perencanaan adalah rencana penanganan klien yang didasarkan pada
hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya
apabila keadaan atau masalah belum teratasi.
I : Implementasi yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan
dan evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien
teratasi.
E: Evaluasi yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dan
evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien teratasi.
45
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata
a) Identitas klien
Nama : An. S
Umur : 2 Thn
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Cikancung
Pendidikan : Belum ada
Pekerjaan : Belum ada
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Tanggal Masuk RS : 03 - 02 – 2016
Tanggal Operasi : 14 – 02 - 2016
Tanggal Pengkajian : 15 - 02 – 2016
Ruangan : Kemuning Lantai II Bedah Anak
No. Register : 16020707
Diagnosa Medis : Hischprung Disease
46
b) Identitas orang tua
(1) Ayah
Nama : Tn.A
Umur : 39 Thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Cikancung
Hubungan dengan Klien : Ayah klien
(2) Ibu
Nama : Ny. H
Umur : 31 Thn
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Cikancung
Hubungan dengan klien : Ibu klien
47
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
(1) Riwayat sebelum masuk rumah sakit
Menurut ibu klien, 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
klien mengalami mual dan muntah yang berwarna
kehijauan yang disertai dengan distensi abdomen. Ibu
kemudian membawa ke puskesmas setempat untuk
mendapatkan pengobatan namun kondisi klien tidak
mengalami perubahan sehingga orang tua membawa klien
untuk ke RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung untuk
mendapatkan perawatan.
(2) Keluhan utama : Nyeri.
(3) Riwayat keluhan utama
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 15 Februari 2016
ibu klien mengatakan anaknya rewel karena luka pada perut
kiri bawah akibat operasi reanostomosis colon pada tanggal
14 Februari 2016. Keluhan dirasakan hilang timbul selama
15 – 30 menit seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri
sedang yaitu 6 (0-10). Bertambah pada saat klien banyak
bergerak dan berkurang saat klien istirahat.
48
b) Riwayat kesehatan dahulu
(1) Pre natal care.
Ibu klien mengatakan mulai melakukan pemeriksaan
kehamilan pada usia kehamilan 4 bulan di Posyandu.
Selama hamil melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak
3 kali, melakukan imunisasi TT dan ibu klien tidak pernah
di rawat di Rumah Sakit.
(2) Intra natal care
Ibu klien mengatakan bahwa melakukan persalinan di
klinik bersalin dengan bantuan bidan dan dokter, anak
sempat menelan mekonium dan mengalami sesak napas.
(3) Post natal care
Ibu klien mengatakan bahwa setelah melahirkan, bayinya
tidak BAB lebih dari 24 jam, perut kembung dan muntah
berwarna kehijauan. Dokter mendiagnosis penyakit
anaknya adalah hischprung sehingga langsung dilakukan
tindakan pembedahan pada usia anak 1 hari.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang
memiliki penyakit yang sama dengan yang di derita anaknya.
Ibu klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita
penyakit menular seperti TBC, Hepatitis dan lain-lain.
49
d) Genogram
Bagan 1. Genogram 3 Generasi
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Klien
? : Tidak diketahui umurnya
: Meninggal Dunia
: Tinggal Serumah
: Garis Keturunan
: Garis Perkawinan
e) Riwayat imunisasi
Tabel 11. Riwayat Imunisasi
No Jenis Imunisasi Waktu Pelaksanaan Reaksi Setelah Pemberian
1. Hepatitis B 0 – 11 bulan (3x) Tidak ada reaksi
2. BCG 0 - 1 bulan (1x) Demam
3. Polio 0 - 11 bulan (4x) Demam
4. DPT 2 - 11 bulan (3x) Demam
5. Campak 0 - 11 bulan (1x) Demam
?
39
??
?
?
31
?
?
? ?
10 2
50
f) Riwayat tumbuh kembang
(1) Pertumbuhan fisik anak
(a) Berat badan lahir 2,9 kg dan BB sekarang 15 kg
(b) Tinggi badan lahir 48 cm sekarang 79 cm
(c) Lingkar kepala lahir 34cm sekarang 44 cm
(d) Lingkar lengan lahir 11 cm sekarang 16 cm
(2) Perkembangan anak
(a) Senyum pertama kali pada orang umur 6 minggu.
(b) Berguling umur 8 bulan.
(c) Duduk umur 9 bulan.
(d) Merangkak umur 9 bulan
(e) Berdiri umur 12 bulan
(f) Bicara pertama 12 bulan.
(g) Berjalan umur 16 bulan.
(h) Dapat makan sendiri menggunakan sendok 22 bulan.
g) Riwayat Nutrisi
(1) Pemberian ASI
(a) ASI diberikan sejak lahir hingga usia 12 bulan.
(b) Pertama berikan bayi ASI dengan frekuensi 6-7x/hari
(c) ASI diberikan dengan cara berbaring kadang dengan
posisi digendong.
(2) Pemberian Susu Formula
Ibu klien mengatakan anaknya minum susu formula yaitu
SGM saat usia 7 bulan.
51
(3) Pemberian Makanan Tambahan
(a) Pemberian makanan tambahan berupa bubur bayi dan
diberikan pertama kali pada usia 13 bulan.
(b) Jenis bubur adalah bubur.
Tabel 12. Pola Perubahan Nutrisi Tiap Tahap Usia sampai Pola
Nutrisi Saat Ini
No Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
1. 0 Bulan ASI 0-6 bulan
2.
3.
6 Bulan
12 bulan
Susu formula
ASI, susu formula, dan bubur
6 – 12 bulan
12 – 24 bulan
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Lemah
b) Tanda-tanda vital :
N : 90x/menit
R : 28x/menit
S : 37,2 0
C
c) Antropometri
Berat badan : 15 kg
Tinggi badan : 79 cm
Lingkar kepala : 44 cm
Lingkar perut : 48 cm
Lingkar lengan atas: 16 cm
d) Sistem Pernapasan
Mukosa hidung warna merah muda, bentuknya simetris, tidak
ada septum deviasi, bentuk dada normal, gerakan dinding dada
simetris, frekuensi pernapasan 28 x/mnt, tidak ada pernapasan
cuping hidung, tidak ada masa/benjolan, bunyi resonan pada
52
paru kanan dan kiri, bunyi nafas vesikuler, pernapasan reguler
normal.
e) Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, tidak terdapat
peningkatan JVP, CRT < 2 detik, akral teraba hangat, dan nadi
90 kali/menit. Terdengar pada area dan batas-batas jantung.
Bunyi jantung S1 (+), S2 (+), tidak ada bunyi jantung
tambahan.
f) Sistem Pencernaan
Bibir pecah-pecah dan nampak kering, bentuk simetris, tampak
distensi abdomen, gigi susu belum lengkap, nampak ada luka
post op pada abdomen sebelah kiri bawah, nyeri tekan pada
abdomen kiri bawah, tidak teraba adanya massa, abdomen
terdengar suara timpani, peristaltik usus 5 x/ menit dan hepar
tidak teraba, mual dan muntah, terpasang NGT di hidung
sebelah kiri.
g) Sistem Muskuloskeletal
Tingkat aktivitas klien terbatas karena adanya nyeri. Semuanya
dibantu oleh keluarganya, tidak ada keterbatasan gerak pada
persendian, tidak ada kifosis, lordosis ataupun skoliosis.
(1) Ekstremitas Atas
Bentuk simetris kiri dan kanan, terpasang IVFD RL 20
tetes/ menit (mikro) ditangan kanan, refleks trisep ++/++,
refleks bisep ++/++, ada sensasi halus/ kasar, kekuatan otot
4 5 tidak terdapat edema.
53
(2)Ekstremitas Bawah
Bentuk simetris kiri dan kanan, refleks patela ++/++, refleks
achiles ++/++, refleks babinski ++/++ kekuatan otot 5 5
tidak terdapat edema.
h) Sistem Indra
(1) Mata : mata simetris antara kiri dan kanan, konjungtiva
tampak berwarna merah muda, tidak ada pembengkakan
pada palbebra, skelera tampak ikterus, tidak ada nyeri tekan
dan tidak ada benjolan.
(2) Hidung : lubang hidung simetris antara kiri dan kanan, tidak
terdapat pernapasan cuping hidung, tidak terpasang alat
bantu pernapasan, tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan
dan tidak ada masa atau benjolan, terpasang NGT di hidung
sebelah kiri.
(3) Telinga : simetris antara kiri dan kanan, lubang telinga
bersih, tidak ada nyeri tekan pada artikula, tidak ada masa
atau benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
(4) Lidah : lidah tampak bersih.
(5) Kulit : warna kulit coklat, tidak terlihat lesi, kulit tampak
bersih, kulit teraba hangat, ada luka bekas operasi di
abdomen sebelah kiri bawah, diameter luka 6 cm, dan suhu
tubuh 37,2 0
C.
i) Sistem Perkemihan
Tampak terpasang kateter, tidak ada udem palpebra, tidak ada
distensi dan nyeri tekan pada kandung kemih.
54
j) Sistem persarafan
(1) Nervus I (olfaktorius)
Tidak dilakukan pengkajian karena anak masih 2 tahun.
(2) Nervus II (Optikus)
Tidak dilakukan pengkajian karena anak masih 2 tahun.
(3) Nervus III, IV dan VI (Okulomotorius, Trokhlearis, dan
Abdusen)
Klien dapat menggerakan mata kesegala arah, refleks pupil
positif terhadap rangsangan cahaya, dan pupil mata isokor.
(4) Nervus V (Trigeminus)
Klien dapat mengunyah dengan baik.
(5) Nervus VII (Facialis)
Klien dapat mengerutkan dahi dengan kedua bibir simetris
(6) Nervus VIII (Akustikus)
Tidak dilakukan pengkajian.
(7) Nervus IX (Glosopharingeus)
Klien dapat merasakan sensasi manis dan pahit pada lidah.
(8) Nervus X (Vagus)
Refleks menelan baik, ovula terletak ditengah. Mual dan
muntah
(9) Nervus XI (aksessorius)
Klien dapat menoleh ke kiri dan ke kanan.
(10)Nervus XII (Hipoglosus)
Klien dapat menggerakan dan menjulurkan lidah ke depan,
ke samping, ke atas dan ke bawah.
55
k) Sistem integumen
Warna rambut hitam, penyebaran merata, rambut tidak mudah
rontok, warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, suhu,
37,20
C, tidak ada clubbing finger, tampak luka bekas operasi
pada abdomen sebelah kiri bawah, tampak luka tertutup perban
steril, tampak luka dengan diameter 6 cm.
l) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid, tidak ada
nyeri tekan pada kelenjar tiroid.
m) Sistem imun
Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar limfe.
n) Sistem reproduksi
Tidak ada kelainan pada sistem reproduksi.
4) Pola Aktivitas
Tabel 13. Pola Aktivitas Sehari-Hari
Aktivitas Sebelum Sakit Selama Sakit
Pola nutrisi
a) Makan
Frekwensi
Jenis makanan
Porsi
Nafsu makan
a) 3 kali sehari
b) Nasi, ikan, sayur, dan buah
c) Dihabiskan
d) Baik
Klien terpasang NGT pada
hidung sebelah kiri, ibu klien
mengatakan anaknya
mengalami mual dan muntah
3x.
Keluhan
b) Cairan
Frekuensi
Jenis
Cara pemberian
e) Tidak ada
a) 4-5 kali sehari
b) Air putih dan ASI
c) Menggunakan gelas dan
menyusui
Ibu klien mengatakan anaknya
masih dipuasakan.
Pemasukan cairan klien hanya
melalui infus RL 20 tts/menit
(mikro).
Eliminasi
a) BAB
Frekwensi
Konsistensi
Bau
Warna
Keluhan
a) 1-2 kali sehari
b) Lunak
c) Khas
d) Kuning jernih
e) Tidak ada
Ibu klien mengatakan anaknya
susah BAB.
56
Aktivitas
b) BAK
Frekwensi
Bau
Warna
Keluhan
Sebelum Sakit
b) 800 – 1500
cc/hari
c) Khas amoniak
d) Kuning
e) Tidak ada
Saat Sakit
Terpasang kateter dengan
volume urine 1000 cc/24 jam
dan berwarna kuning jernih.
Istirahat dan Tidur
a) Tidur siang
b) Tidur malam
a) Baik
b) Nyenyak
Ibu klien mengatakan anaknya
rewel karena nyeri luka post op.
Personal hygiene
a) Mandi
b) Kuku
c) Gosok gigi
d) Mencuci rambut
a) 2 kali sehari
b) 1 kali seminggu
c) 2 kali sehari
d) 3 kali seminggu
a) Ibu klien mengatakan
anaknya hanya di lap basah.
b) Ketika panjang.
c) 1 kali sehari.
d) 2 kali seminggu.
5) Data Psikologis
Klien tinggal bersama orang tuanya, sejak lahir diasuh oleh
keluarganya, di rumah klien sering bermain-main dengan orang
tuanya dan anak-anak sebayanya, keluarga khawatir dengan kondisi
yang diderita anaknya, ibu klien sering bertanya-tanya tentang
penyakit yang diderita anaknya, ibu klien menanyakan kapan klien
sembuh dan boleh pulang. Ibu klien tampak cemas dengan kondisi
yang diderita anaknya.
6) Data penunjang
Tabel 14. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal
10/02/2016 a) Darah lengkap
(1) Hemoglobin
(2) Hematokrit
(3) Leukosit
(4) Eritrosit
(5) Trombosit
11,2 gr/dl
32 %
9.500 mm3
4,79 juta/ mm3
152 ribu/mm3
L : 14 – 18 gr/dl ;
P : 12-16 gr/dl
37-48 %
4.000-10.000 mm3
L : 4,5 - 6 juta / mm3 ;
P : 4,0 – 5,5 juta / mm3
150.000-440.000 rb/mm3
57
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal
b) Kimia Darah
(1) Ureum
(2) Kreatinin
(3) GDS
(4) SGOT
(5) SGPT
11 mg/dL
0,24 mg/dL
85 mg/dL
25 u/L
15 u/L
15 – 50 mg/dL
0,24 – 0,41 mg/dL
< 140 mg/dL
< 56 u/L
< 39 u/L
7) Pengobatan dan Perawatan
a) Pengobatan
(1) IVFD RL 20 tetes per menit
(2) Cefotaxime 200 mg/ 12 jam/ IV
(3) Antrain 100 mg/8 jam/IV
(4) Ondansentron 1,5 mg/8 jam/IV
b) Perawatan
(1) Tirah baring
(2) Perawatan luka
b. Klasifikasi Data
1) Data Subjektif
a) Ibu klien mengatakan anaknya rewel karena luka post op.
b) Ibu klien mengatakan nyeri bertambah ketika bergerak.
c) Ibu klien menanyakan kapan klien sembuh dan boleh pulang.
d) Ibu klien mengatakan anaknya mual muntah sebanyak 3x.
e) Ibu klien mengatakan anaknya susah BAB.
f) Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan
2) Data Objektif
a) Tampak luka bekas operasi pada abdomen sebelah kiri bawah.
b) Tampak luka dengan diameter 6 cm.
58
c) Tampak luka tertutup perban.
d) Terdapat nyeri tekan pada area sekitar operasi.
e) Skala nyeri sedang yaitu 6 (0-10).
f) Ekpresi wajah klien meringis sampai menangis ketika banyak
bergerak.
g) Klien tampak mual muntah sebanyak lebih dari 3x.
h) Bibir tampak kering dan pecah-pecah
i) Peristaltik usus 5 x/menit
j) Tampak distensi abdomen
k) Keluarga khawatir dengan kondisi yang diderita anaknya.
n) Ibu klien sering bertanya-tanya tentang penyakit yang diderita
anaknya.
o) Ibu klien tampak cemas dengan kondisi yang diderita anaknya.
p) Suhu : 37,2 0
C.
q) Leukosit : 9.500 mm3
.
c. Analisa Data
Tabel 15. Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
1. Data Subjektif
a. Ibu klien mengatakan
anaknya masih
dipuasakan.
b. Ibu klien mengatakan
anaknya mual muntah
sebanyak 3x
Data Objektif :
a. Klien tampak mual dan
muntah sebanyak 3x
b. Keadaan umum klien
lemah.
c. Bibir tampak kering
dan pecah-pecah.
Gangguan
gastrointestinal

Refluks balik peristaltik

Merangsang nervus
vagus

Mual dan muntah

Kekurangan volume
cairan
Kekurangan volume
cairan
59
No Data Penyebab Masalah
2. Data Subjektif :
a. Ibu klien mengatakan
anaknya rewel karena
luka pada perut.
b. Ibu klien mengatakan
nyeri bertambah
ketika bergerak.
Data Objektif :
a. Tampak luka bekas
operasi abdomen
sebelah kiri bawah.
b. Terdapat nyeri tekan
pada area sekitar
operasi.
c. Skala nyeri sedang
yaitu 6 (0-10).
d. Ekpresi wajah klien
meringis sampai
menangis ketika
banyak bergerak.
e. Tampak luka dengan
diameter 6 cm.
Post op reanostomosis

Terputusnya kontuinitas
jaringan

Merangsang pengeluaran
mediator kimia
(histamine, bradikinin,
serotonin,dan
protalgandin)

Talamus

Corteks serebri

Nyeri akut
Nyeri Akut
3. Data Subjektif :
a. Ibu klien mengatakan
anaknya susah untuk
BAB
Data Objektif :
a. Peristaltik usus
5x/menit
b. Tampak distensi
abdomen
Pembedahan
↓
Trauma jaringan
↓
Obstruksi pada colon
distal
↓
Tidak dapat mendorong
bahan-bahan yang akan
dicerna
↓
Saluran cerna tersumbat
↓
Feses menumpuk
↓
Konstipasi.
Konstipasi
4. Data Subjektif:
a. Ibu klien menanyakan
kapan klien sembuh
dan boleh pulang.
Data Objektif:
a. Keluarga khawatir
dengan kondisi yang
diderita anaknya.
b. Ibu klien sering
bertanya-tanya tentang
penyakit yang diderita
anaknya.
c. Ibu klien tampak
cemas dengan kondisi
yang diderita anaknya.
Adanya penyakit yang
diderita oleh klien
↓
Perubahan status
kesehatan anak
↓
Kurang terpajan
informasi mengenai
status anak
↓
Koping keluarga in
efektif
↓
Stress psikologis
↓
Ansietas keluarga
Ansietas Orang Tua
5. Data Subjektif:
-
Data Objektif:
a. Tampak luka bekas
operasi pada abdomen
sebelah kiri bawah.
Adanya tindakan
reanostomosis
↓
Terputusnya kontinuitas
jaringan
↓
Resiko Tinggi Infeksi
60
No. Data
b. Tampak luka dengan
diameter 6 cm.
c. Luka ditutup dengan
perban steril.
d. Suhu : 37,2 0
C
e. Leukosit : 9.500 mm3
Penyebab
Luka post op
reanostomosis
↓
Merupakan port de entry
mikroorganisme
↓
Jika tidak dirawat
dengan baik potensi
terjadinya infeksi
↓
Resiko tinggi infeksi
Masalah
d. Prioritas Masalah
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
2) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
3) Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal
4) Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi
mengenai status kesehatan anak.
5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op
reanostomosis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan mual muntah
ditandai dengan:
Data Subjektif
1) Ibu klien mengatakan anaknya mual dan muntah sebanyak 3x
2) Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan
Data Objektif :
1) Keadaan umum klien lemah
2) Klien tampak mual dan muntah sebanyak 3x
3) Bibir tampak kering dan pecah-pecah
61
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan yang
ditandai dengan:
Data Subjektif :
1) Ibu klien mengatakan anaknya rewel karena luka pada abdomen
sebelah kiri bawah.
2) Ibu klien mengatakan nyeri bertambah ketika bergerak.
Data Objektif :
1) Tampak luka bekas operasi pada abdomen sebelah kiri bawah.
2) Tampak luka dengan diameter 6 cm.
3) Terdapat nyeri tekan pada area sekitar operasi.
4) Skala nyeri sedang yaitu 6 (0-10).
5) Ekpresi wajah klien meringis sampai menangis ketika bergerak.
c. Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal yang
ditandai dengan:
Data Subjektif :
1) Ibu klien mengatakan anaknya susah untuk BAB
Data Objektif:
1) Tampak distensi abdomen
2) Peristaltik usus 5 x/menit
d. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi
mengenai status kesehatan anak yang ditandai dengan:
Data Subjektif:
Ibu klien menanyakan kapan klien sembuh dan boleh pulang.
Data Objektif:
1) Keluarga khawatir dengan kondisi yang diderita anaknya.
62
2) Ibu klien sering bertanya-tanya tentang penyakit yang diderita
anaknya.
3) Ibu klien tampak cemas dengan kondisi yang diderita anaknya
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op
reanotosmosis yang ditandai dengan :
Data Subjektif: -
Data Objektif:
1) Tampak luka bekas operasi pada abdomen sebelah kiri bawah.
2) Tampak luka dengan diameter 6 cm.
3) Luka ditutup dengan perban steril.
4) Suhu : 37,2 0
C
5) Leukosit : 9.500 mm3
63
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Nama : An. S Tanggal Masuk RS : 03 Februari 2016
Umur : 2 Thn Tanggal Pengkajian : 15 Februari 2016
Jenis Kelamin : Perempuan No. Register : 16020707
Alamat : Cikancung Diagnosa Medis : Hischprung Disease
Tabel 16 : Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual muntah
ditandai dengan:
Data Subjektif
a) Ibu klien mengatakan anaknya
mual dan muntah sebanyak 3
kali
b) Ibu klien mengatakan anaknya
masih dipuasakan
Data Objektif :
a) Keadaan umum klien lemah
b) Klien tampak mual muntah
sebanyak 3x
c) Bibir tampak kering dan pecah-
pecah
Setelah diberi tindakan keperawatan
selama 3 hari keseimbangan volume
cairan terpenuhi dengan kriteria :
a) Tidak ada mual dan muntah
b) Mukosa bibir lembab dan tidak
pecah-pecah
c) Hidrasi adekuat
1. Kaji tanda vital, takikardi, demam,
turgor kulit dan kelembaban
mukosa.
2. Awasi masukan dan haluaran dan
pengisapan dari NGT.
3. Berikan cairan tambahan IV
sesuai indikasi.
4. Awasi elektrolit dan ganti sesuai
indikasi.
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
sesuai indikasi.
1. Indikator dehidrasi atau hipovolemia,
keadekuatan penggantian cairan.
2. Perubahan pola kapasitas gaster/motilitas
usus dan mual sangat mempengaruhi
masukan dan kebutuhan cairan.
3. Menggantikan kehilangan cairan dan
memperbaiki keseimbangan cairan dalam
fase segera pasca operasi.
4. Penggunaan selang NGT atau muntah
dapat menurunkan elektrolit dan
mempengaruhi fungsi organ.
5. Obat yang tepat diberikan dapat
mengurangi keluhan klien.
2. Nyeri akut berhubungan dengan
terputusnya kontinuitas jaringan
yang ditandai dengan:
Data Subjektif :
a) Ibu klien mengatakan anaknya
rewel karena adanya luka pada
abdomen sebelah kiri bawah.
b) Ibu klien mengatakan nyeri
bertambah ketika bergerak.
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 3 hari nyeri
berangsur-angsur berkurang hingga
nyeri hilang dengan kriteria hasil:
a)Ekspresi wajah klien nampak
tenang
b)Nyeri berkurang dari 6 menjadi 1
dari (0-10)
c)Tidak ada nyeri saat menggerakan
1.Kaji keluhan nyeri, perhatikan
lokasi, lamanya dan intensitas
(skala 0-10) perhatikan petunjuk
verbal dan non verbal.
2.Ajarkan ibu klien teknik distraksi
dengan cara mengusap-usap daerah
yang nyeri secara perlahan ketika
nyeri.
3.Pertahankan istirahat dengan posisi
1. Membantu dalam mengindentifikasi
derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan
untuk keefektifan analgesik
2. Distraksi berfungsi untuk mengalihkan
perhatian klien sehingga nyeri
berkurang.
3. Menghilangkan ketegangan abdomen
64
Data Objektif :
a) Tampak luka bekas operasi pada
abdomen sebelah kiri bawah.
b) Terdapat nyeri tekan pada area
sekitar operasi.
c) Skala nyeri sedang yaitu 6 (0-10).
d) Ekpresi wajah klien meringis
sampai menangis ketika banyak
bergerak.
e) Tampak luka dengan diameter 6
cm
badan. yang nyaman bagi klien.
4.Kolaborasi pemberian analgetik.
dengan posisi yang terlentang.
4. Analgetik dapat menghambat
pengiriman impuls nyeri ke korteks
serebri sehingga dapat mengurangi rasa
nyeri.
3. Konstipasi yang berhubungan
dengan obstruksi colon distal yang
ditandai dengan:
Data Subjektif :
a) Ibu klien mengatakan anaknya
susah untuk BAB
Data Objektif:
a) Tampak distensi abdomen
b) Peristaltik usus 5 x/menit
Setelah diberi tindakan keperawatan
selama 3 hari pola eliminasi klien
kembali normal dengan kriteria :
a) Feses lunak
b) BAB 1-2x/hari
c) Tidak ada distensi abdomen
d) Peristaltik usus dalam batas
normal
1. Observasi bising usus dan periksa
adanya distensi abdomen pasien.
2. Dorong masukkan cairan 2.500-
3.000 ml/hari
3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pengaturan diet jika pasien sudah
tidak dipuasakan.
1. Untuk menyusun rencana penanganan
yang efektif dalam mencegah konstipasi
dan impaksi fekal
2. Membantu memperbaiki konsistensi
feses.
3. Menentukan diet yang sesuai dengan
kebutuhan klien.
4. Ansietas orang tua berhubungan
dengan kurang terpajan informasi
mengenai status kesehatan anak
yang ditandai dengan:
Data Subjektif:
Ibu klien menanyakan kapan klien
sembuh dan boleh pulang.
Data Objektif:
a) Keluarga khawatir dengan
kondisi yang diderita anaknya.
b) Ibu klien sering bertanya-tanya
tentang penyakit yang diderita
anaknya.
c) Ibu klien tampak cemas dengan
kondisi yang diderita anaknya.
Setelah diberi tindakan keperawatan
selama 3 hari kecemasan keluarga
berkurang/hilang dengan kriteria :
a) Keluarga tidak bertanya-tanya lagi.
b) Keluarga nampak tenang.
1. Kaji tingkat kecemasan keluarga
klien.
2. Beri kesempatan kepada keluarga
klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
3. Menjelaskan kepada keluarga
tentang penyakit klien dan proses
perawatannya.
1.Sebagai data dasar dalam mengmbil
langkah selanjutnya.
2.Mengurangi rasa cemas keluarga dan
keluarga merasa dihargai.
3.Menambah pengetahuan keluarga tentang
penyakit anaknya dan cara-cara
perawatannya.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan adanya luka post op
reanostomosis yang ditandai
dengan :
Setelah diberi tindakan keperawatan
selama 3 hari, tidak terjadi infeksi.
dengan kriteria :
a) Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
1. Awasi tanda vital. Perhatikan
demam, menggigil, berkeringat,
perubahan mental dan
meningkatnya nyeri abdomen.
1. Dengan adanya infeksi/terjadinya sepsis,
dan abses.
65
Data Subjektif: -
Data Objektif:
a)Tampak luka bekas operasi pada
abdomen sebelah kiri bawah.
b)Tampak luka dengan diameter 6
cm.
c)Luka ditutup dengan perban
d)Suhu : 37,2 0C.
e)Leukosit : 9.500 mm3
seperti tumor, dolor dan color.
b) Suhu normal 36 – 37,5ºC.
c) Luka tidak basah.
2. Lakukan pencucian tangan yang
baik dan perawatan luka aseptic.
3. Lihat insisi dan balutan, catat
karakteristik luka, dan adanya
eritema.
4. Kolaborasi dalam pemberian obat
antibiotik sesuai indikasi.
2. Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
3. Memberikan deteksi dini terjadinya
proses infeksi, dan/atau pengawasan
penyembuhan yang telah ada
sebelumnya.
4. Diberikan sebagai profilaksis atau
menurunkan jumlah organisme untuk
menurunkan penyebaran dan
pertumbuhannya pada rongga abdomen.
66
4. Implementasi dan Evaluasi
Tabel 17: Implementasi dan Evaluasi
No.
Dx
Hari/
Tanggal
Jam Implementasi
Hari/
Tanggal
Jam Evaluasi
I Senin,
15/02/2016
07.30
07.45
08.00
08.15
08.25
1. Mengkaji tanda vital, takikardi, demam, turgor kulit dan kelembaban mukosa
Hasil:
TTV :
Nadi : 90x/menit, Pernapasan : 28 x/menit dan Suhu : 37,2 0
C
2. Mengawasi masukan dan haluaran dan pengisapan dari NGT.
Hasil
a. Ibu klien mengatakan anaknya mual dan muntah sebanyak 3x.
b. Klien dipuasakan
c. Klien terpasang NGT di hidung sbelah kiri.
3. Memberikan cairan tambahan IV sesuai indikasi.
Hasil :
Klien terpasang infus RL 20 tts/menit (micro)
4. Mengawasi elektrolit dan ganti sesuai indikasi. Tiap kali muntah pasien
diguyur dengan cairan RL 100 cc.
Hasil :
a. Mukosa kering dan bibir masih pecah-pecah.
b. Klien masih tampak mual muntah
5. Berkolaborasi dalam pemberian antiemetik yaitu ondansentron 1 ampul/iv
dengan cara menyuntikan obat melalui selang infus
Hasil :
Injeksi ondansentron 1,5 mg/iv.
Senin
15/02/2016
13.00 S:
a. Ibu klien mengatakan mual
dan muntah anaknya sedikit
berkurang.
b. Ibu klien mengatakan
anaknya masih dipuasakan.
O :
a. Keadaan umum klien lemah
b. Tampak terpasang NGT
pada hidung sebelah kiri
c. Mukosa kering dan bibir
pecah-pecah.
d. Mual dan muntah klien
berkurang
A :
Tujuan tercapai sebagian
P:
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan
5
II Senin
15/02/2016
08.35
08.45
1. Mengkaji lokasi, berat dan tipe nyeri dengan cara melihat ekspresi wajah
klien.
Hasil:
Lokasi nyeri pada daerah operasi, skala 6 (0-10) tipe nyeri sedang.
2. Mengajarkan ibu klien teknik distraksi dengan cara mengusap-usap daerah
yang sakit secara perlahan ketika nyeri.
Hasil:
Senin
15/02/2016
13.20 S :
a. Ibu klien mengatakan masih
nyeri pada daerah luka
operasi anaknya karena
anaknya masih rewel.
b. Ibu klien mengatakan nyeri
bertambah saat bergerak.
67
08.55
09.00
Ibu klien dapat melakukan teknik distraksi dengan cara mengusap-usap
daerah yang sisi abdomen sebelah kiri ketika nyeri
3. Mempertahankan istirahat dengan posisi yang nyaman untuk klien.
Hasil:
Klien dalam posisi setengah duduk.
4. Mengkolaborasikan pemberian analgetik yaitu antrain 100 mg/iv dengan cara
obat dimasukan dalam spoit kemudian disuntikan melalui selang infus.
Hasil:
Injeksi antrain 100 mg/iv
O :
a. Ekspresi wajah nampak
meringis sampai dengan
menangis.
b. Skala 6 (0-10)
A :
Tujuan belum tercapai
P:
Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan
4.
III. Senin
15/02/2016
09.10
09.20
09.30
1.Mengobservasi bising usus dan periksa adanya distensi abdomen pasien.
Hasil :
a. Bising usus 5x/menit
b. Masih tampak distensi abdomen
2.Mendorong masukkan cairan 1.500 - 2.000 ml/hari yaitu melalui cairan infus
karena pasien sedang dipuasakan.
Hasil :
Terpasang RL 20 tetes/menit
3.Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet jika pasien sudah tidak
dipuasakan yaitu makanan yang tinggi serat.
Hasil :
Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan.
Senin
15/02/2016
13.30 S :
a. Ibu klien mengatakan anaknya
susah untuk BAB.
b. Ibu klien mengatakan anaknya
masih dipuasakan.
O :
a Tampak distensi abdomen
b. Peristaltik usus 5 x/menit
A :
Tujuan belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi 1, 2, dan 3
IV Senin
15/02/2016
09.40
09.50
10.00
1.Mengkaji tingkat kecemasan keluarga klien.
Hasil :
Keluarga klien selalu bertanya-tanya kepada dokter dan perawat tentang
penyakit yang diderita oleh anaknya
2.Memberi kesempatan kepada keluarga untuk klien untuk mengungkapkan
perasaannya dengan cara perawat mendengarkan keluhan-keluhan yang
diungkapkan oleh keluarga.
Hasil :
Keluarga klien mau berbagi cerita dengan perawat dan menceritakan masalah-
masalah kesehatan anaknya mulai sejak lahir sampai sekarang
3.Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit klien dan proses perawatannya.
Hasil :
Keluarga klien mulai mengerti dengan proses perawatan klien
Senin
15/02/2016
13.40 S :
Ibu klien masih bertanya-tanya
tentang keadaan anaknya
O :
a. Ibu dan keluarga klien sedikit
mengerti dengan kondisi
anaknya.
b.Ibu dan keluarga klien masih
bertanya-tanya tentang kondisi
kesehatan klien
A :
Tujuan tercapai sebagian
68
P :
Lanjutkan intervensi 1 dan 3.
V. Senin
15/02/2016
10.10
10.25
11.00
11.10
1. Mengawasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan
mental dan meningkatnya nyeri abdomen.
Hasil :
a. Nadi : 90 x/mnt
b. R : 28 x/mnt
c. S : 37,2o
C. Suhu tubuh klien normal.
2. Melakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptic yaitu
mempertahankan perawatan luka dengan tehnik aseptik dengan mengawali
dan tindakan dengan mencuci tangan, kemudian selalu memakai handscone,
masker dan antiseptik seperti cairan Nacl 0,9%, dan betadine serta
pertahankan balutan luka kering.
Hasil :
Luka masih tampak merah dan baru
3. Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik luka, dan adanya eritema.
Hasil :
Luka masih tampak merah dan baru
4. Memberikan obat antibiotik sesuai indikasi yaitu cefotaxime 1 gr/IV dengan
cara menyuntikan pada selang infus
Hasil :
Injeksi cefotaxime 200 gram/IV.
Senin
15/02/2016
14.00 S : -
O :
1. Luka tampak merah dan baru
2. Suhu tubuh normal (37,1o
C).
3. Penyatuan luka cukup baik
tanpa adanya tanda-tanda
infeksi
A :
Tujuan belum tercapai
P :
Pertahankan intervensi 1,2,3, dan
4
69
5. Catatan Perkembangan
Tabel 18: Catatan Perkembangan
No
NO
DX
Hari/
Tanggal
Jam Catatan Perkembangan Klien Paraf
1. I Selasa,
16/02/2016
07.30
07.40
07.50
08.00
08.10
08.20
12.00
S:
a. Ibu klien mengatakan mual dan
muntah anaknya sedikit berkurang.
b. Ibu klien mengatakan anaknya masih
dipuasakan.
O :
a. Keadaan umum klien lemah
b. Tampak terpasang NGT pada hidung
sebelah kiri
c. Mukosa kering dan bibir pecah-pecah.
d. Mual dan muntah klien berkurang
A :
Tujuan belum tercapai
P:
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5
I :
1. Mengkaji tanda vital, takikardi, demam,
turgor kulit dan kelembaban mukosa
Hasil:
TTV :
Nadi : 90x/menit, Pernapasan : 28 x/menit
dan Suhu : 37,2 0
C
2. Mengawasi masukan dan haluaran dan
pengisapan dari NGT.
Hasil
a. Ibu klien mengatakan anaknya mual dan
muntah sebanyak 3x.
b. Klien dipuasakan
c. Klien terpasang NGT di hidung sbelah
kiri.
3. Memberikan cairan tambahan IV sesuai
indikasi.
Hasil :
Klien terpasang infus Nacl 0,9% 20
tts/menit (micro)
4. Mengawasi elektrolit dan ganti sesuai
indikasi. Tiap kali muntah pasien diguyur
dengan cairan RL 100 cc.
Hasil :
a. Mukosa kering dan bibir masih pecah-
pecah.
b. Klien masih tampak mual muntah
5. Berkolaborasi dalam pemberian antiemetik
yaitu ondansentron 1 ampul/iv dengan cara
menyuntikan obat melalui selang infus
Hasil :
Injeksi ondansentron 1,5 mg/iv
E :
Masalah belum teratasi
2. II Selasa
16/02/2016
08.30 S :
a. Ibu klien mengatakan masih nyeri pada
daerah luka operasi anaknya karena
anaknya masih rewel.
b. Ibu klien mengatakan nyeri bertambah
saat bergerak.
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG
ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG

More Related Content

What's hot (7)

Kti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludinKti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludin
 
Kti irmawati budiman
Kti irmawati budimanKti irmawati budiman
Kti irmawati budiman
 
Kti karmila
Kti karmilaKti karmila
Kti karmila
 
Kti batyol ladislaus
Kti batyol ladislausKti batyol ladislaus
Kti batyol ladislaus
 
Kti israwati
Kti israwatiKti israwati
Kti israwati
 
Kti isma ekawati
Kti isma ekawatiKti isma ekawati
Kti isma ekawati
 
Kti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufriKti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufri
 

Similar to ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG (20)

Kti iksan
Kti iksanKti iksan
Kti iksan
 
Kti la ode eko purwanto
Kti la ode eko purwantoKti la ode eko purwanto
Kti la ode eko purwanto
 
Kti la ode ili
Kti la ode iliKti la ode ili
Kti la ode ili
 
Kti tia mariadi
Kti tia mariadiKti tia mariadi
Kti tia mariadi
 
Kti karmila
Kti karmilaKti karmila
Kti karmila
 
Kti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludinKti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludin
 
Kti ita ariani
Kti  ita arianiKti  ita ariani
Kti ita ariani
 
Kti irmawati budiman
Kti irmawati budimanKti irmawati budiman
Kti irmawati budiman
 
Kti mas udin
Kti mas udinKti mas udin
Kti mas udin
 
Kti la ode safar
Kti la ode safarKti la ode safar
Kti la ode safar
 
Kti israwati
Kti israwatiKti israwati
Kti israwati
 
Kti isma ekawati
Kti isma ekawatiKti isma ekawati
Kti isma ekawati
 
Kti batyol ladislaus
Kti batyol ladislausKti batyol ladislaus
Kti batyol ladislaus
 
Kti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufriKti la ode ali anugrah jufri
Kti la ode ali anugrah jufri
 
Kti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. munaKti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. muna
 
Kti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. munaKti lisrawati akper pemkab. muna
Kti lisrawati akper pemkab. muna
 
Judul
JudulJudul
Judul
 
Judul
JudulJudul
Judul
 
Kti nurkhalida
Kti nurkhalidaKti nurkhalida
Kti nurkhalida
 
Kti nurkhalida
Kti nurkhalidaKti nurkhalida
Kti nurkhalida
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

ASUHAN KEPERAWATAN TODDLER HIRSCHPRUNG

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN An. S USIA TODDLER (2 TAHUN) DENGAN POST OP REANOSTOMOSIS COLON POD I A/I HIRSCHPRUNG DI RUANG BEDAH ANAK GEDUNG KEMUNING LANTAI II RUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan Pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna Disusun Oleh : WA RUNIA NIM : 13.13.1091 PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN RAHA 2016
  • 2. ii HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “Asuhan Keperawatan Pada An. S Usia Toddler (2 Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis Colon A/I Hirschprung Di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”. Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di hadapan dewan penguji. Raha, 02 Juli 2016 Pembimbing MUSRIANI, S.Kep., Ns, M.Kes NIP.19871123 201101 2 019 Mengetahui : Direktur Akper Pemkab Muna S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.Kep NIP.19800212 200312 2 006
  • 3. iii PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945 HALAMAN PENGESAHAN Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 02 Juli 2016 Dewan Penguji 1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….) 2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....) 3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....) Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna Tanggal 02 Juli 2016 Direktur Akper Pemkab Muna S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.Kep NIP.19800212 200312 2 006 iii PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945 HALAMAN PENGESAHAN Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 02 Juli 2016 Dewan Penguji 1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….) 2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....) 3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....) Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna Tanggal 02 Juli 2016 Direktur Akper Pemkab Muna S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.Kep NIP.19800212 200312 2 006 iii PEMERINTAH KABUPATEN MUNA AKADEMI KEPERAWATAN Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945 HALAMAN PENGESAHAN Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 02 Juli 2016 Dewan Penguji 1. MUSRIANI, S.Kep., Ns., M.Kes (………………………….) 2. YATABA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….....) 3. MURSALIN, SKM., M.Kes (……………………….....) Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna Tanggal 02 Juli 2016 Direktur Akper Pemkab Muna S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.Kep NIP.19800212 200312 2 006
  • 4. iv ABSTRAK Latar belakang, Menurut catatan medical record Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari – Desember 2015 dan Januari – Februari 2016 didapatkan bahwa kasus Hirschprung menempati urutan pertama atau terdapat 83 (51,24%) kasus dari 162 kasus penyakit. Penyakit Hirschprung merupakan masalah yang sangat memerlukan perhatian dan penatalaksanaan yang sangat komprehensif dan intensif bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan. Tujuan, Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas dan nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan post op reanostomosis colon a/i hirschprung dengan pendekatan proses keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Metode Telaahan, Metode yang digunakan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini yaitu metode analisis deskriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan proses keperawatan dengan tehnik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, studi kepustakan dan pemeriksaan fisik. Hasil, Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien An. S mulai tanggal 15 – 17 Februari 2016 di Ruang Gedung Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung ditemukan lima diagnosa keperawatan yaitu, kekurangan volume cairan, nyeri akut, konstipasi, ansietas orang tua, dan resiko tinggi infeksi. Setelah dilakukan evaluasi selama tiga hari dari lima, diagnosa keperawatan atau masalah yang ditemukan, hanya terdapat 2 masalah yang teratasi, tetapi masalah keperawatan yang lain sudah menunjukan perubahan yang baik. Hal ini terjadi karena beberapa masalah keperawatan membutuhkan waktu yang berbeda-beda dalam proses penyembuhan. Kesimpulan, Dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan post op reanostomosis colon a/i hirschprung perawat harus menerapkan proses keperawatan secara proaktif dan meningkatkan frekuensi kontak dengan klien serta dalam melaksanakan asuhan keperawatan diperlukan adanya pendokumentasian yang dicatat dalam status kesehatan klien dan diperlukan adanya kerjasama yang baik dengan tim kesehatan lainnya.
  • 5. v KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Karya tulis ini berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler (2 Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis Colon A/I Hirschprung Di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung” disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akper Pemkab Muna. Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sangat mendalam kepada : 1. Ibu dr. Ayi Djembarani, MARS, selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian praktek klinik keperawatan di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung. 2. Ibu Santhy, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Direktur Akper Pemkab Muna sekaligus sebagai pembimbing dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, yang telah meluangkan waktunya, tenaga dan pikiranya dalam memberikan petunjuk dan mengarahkan penulis mulai dari pertama penulisan sampai selesai dengan baik, serta telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Akper Pemkab Muna. 3. Ibu Lina Sopiana, S.Kep., Ns selaku penguji lahan ujian praktek di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung. 4. Bapak Mursalin, SKM., M.Kes selaku penguji institusi ujian praktek di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien selama pelaksanaan ujian praktek.
  • 6. vi 5. Ibu Musriani, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah pada Ujian Akhir Program Praktek Klinik Keperawatan Bandung yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan mengarahkan penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. 6. Kepala Ruangan, CI Ruangan, Perawat serta Staf di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan petunjuk dan nasehat serta kerja sama dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruangan yang dipimpinnya. 7. Seluruh Staf dan Dosen Akper Pemkab Muna yang telah memberikan dukungan dan bantuan serta kerja sama dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. An. S beserta keluarganya yang telah senang hati menerima penulis untuk mengadakan studi kasus berupa pelaksanaan asuhan keperawatan dalam rangka menyusun Karya Tulis Ilmiah. 9. Orang tuaku tercinta Ibunda Wa Ndolio, saudaraku Kadir serta seluruh keluargaku yang telah memberikan do’a, motivasi, harapan, dan dorongan baik moril maupun materil yang sangat berarti selama mengikuti pendidikan pada Akper Pemkab Muna hingga selesai. 10. Sahabat-sahabatku, rekan-rekan mahasiswa Akper Pemkab Muna angkatan XIII yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan motivasinya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya. Olehnya itu, penulis mengharapkan adanya masukan, baik kritik ataupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, sehingga bermanfaat bagi dunia keperawatan, amin. Raha, 02 Juli 2016 Penulis
  • 7. vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ABSTRAK ................................................................................................ KATA PENGANTAR ............................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................ DAFTAR TABEL..................................................................................... DAFTAR GAMBAR................................................................................. DAFTAR BAGAN ..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................. B. Ruang Lingkup Pembahasan ............................................. C. Tujuan Penulisan................................................................ D. Manfaat Penulisan.............................................................. E. Metode Telaahan ............................................................... F. Waktu Pelaksanan ............................................................. G. Tempat Pelaksanan ........................................................... H. Sistematika Telaahan ........................................................ BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN POST OP REANOSTOMOSIS COLON A/I HIRSCHPRUNG A. Konsep Dasar .................................................................... 9 1. Pengertian ................................................................... 9 2. Anatomi dan Fisiologi.................................................. 10 3. Etiologi ........................................................................ 17 4. Patofisiologi ................................................................. 5. Tanda dan Gejala.......................................................... 6. Pemeriksaan Penunjang ............................................... 23 i ii iii iv v vii ix x xi xii 1 4 4 5 6 7 7 7 9 9 10 14 14 15 15
  • 8. viii 7. Penatalaksanaan Medis................................................. 25 8. Komplikasi.................................................................... 32 9. Dampak Masalah Terhadap Perubahan Struktur/Pola Fungsi Sistem Tubuh Terhadap Kebutuhan Klien Sebagai Makhluk Holistic ............................................ 33 B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan............... 35 1. Pengkajian.................................................................... 35 2. Diagnosa Keperawatan .............................................. 50 3. Perencanaan ................................................................ 51 4. Implementasi ............................................................... 61 5. Evaluasi ....................................................................... BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus................................................................... 63 1. Pengkajian ................................................................... 63 2. Diagnosa Keperawatan ............................................... 81 3. Rencana Tindakan Keperawatan ................................. 84 4. Implementasi dan Evaluasi ......................................... 88 5. Catatan Perkembangan................................................. 92 B. Pembahasan ....................................................................... 102 1. Pengkajian ................................................................... 102 2. Diagnosa Keperawatan................................................ 114 3. Perencanaan................................................................. 117 4. Implementasi............................................................... 118 5. Evaluasi....................................................................... BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ........................................................................ 122 B. Rekomendasi...................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP 16 18 19 20 20 38 39 43 43 45 45 60 63 66 73 69 74 74 76 77 78 79 82 84
  • 9. ix DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Sepuluh penyakit besar yang dirawat di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung ......................................................... Berat Badan terhadap Tinggi Badan Anak Usia 0-2 Tahun ... Cara Menguji Tingkat Kesadaran GCS (Glasgow Coma Scale)....................................................................................... Perencanaan Nyeri Akut ......................................................... Perencanaan Konstipasi .......................................................... Perencanaan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh ................................................................... Perencanaan Resiko Infeksi..................................................... Perencanaan Resiko Cedera ................................................... Perencanaan Resiko Kekurangan Volume Cairan ................. Perencanaan Ansietas Orang Tua ........................................... Riwayat Imunisasi .................................................................. Pola Perubahan Nutrisi Tiap Tahap Usia sampai denga Pola Nutrisi Saat Ini ........................................................................ Pola Aktivitas Sehari-Hari ...................................................... Hasil Pemeriksaan Laboratorium ........................................... Analisa Data ........................................................................... Rencana Tindakan Keperawatan ............................................ Implementasi dan Evaluasi ..................................................... Catatan Perkembangan ........................................................... 3 28 32 39 40 40 41 41 42 42 49 51 55 56 58 66 69 69
  • 10. x DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Sistem Saluran Pencernaan ............................................ 10
  • 11. xi DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 1. Genogram 3 Generasi...................................................... 49
  • 12. xii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 2 : Materi Lampiran 3 : Leaflet Lampiran 4 : Lembar Konsul Lampiran 5 : Riwayat Hidup
  • 13. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Anak terutama bayi baru lahir merupakan salah satu kelompok masyarakat yang rentan dan perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat karena masih tingginya Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini (Verawati, 2012). World Health Organization (WHO), memperkirakan bahwa sekitar 7% dari seluruh kematian bayi di dunia disebabkan oleh kelainan kongenital. Di Eropa, sekitar 25% kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital. Di Asia Tenggara kejadian kelainan kongenital mencapai 5% dari jumlah bayi yang lahir, sementara di Indonesia prevalensi kelainan kongenital mencapai 5 per 1.000 kelahiran hidup. Riset Kesehatan Dasar dasar tahun 2007 kematian bayi adalah kelainan kongenital pada usia 0-6 hari sebesar 1% dan pada usia 7-18 hari sebesar 19% (Verawati, 2012). Menurut Depkes RI, kelainan kongenital adalah kelainan yang terlihat pada saat lahir, bukan akibat proses persalinan. Sekitar 3% bayi baru lahir mempunyai kelainan bawaan (kongenital). Meskipun angka ini termasuk rendah, akan tetapi kelainan ini dapat menyebabkan angka kematian dan kesakitan yang tinggi. Angka kejadian dengan kelainan kongenital akan
  • 14. 2 menjadi 4-5% bila bayi diikuti terus sampai berusia 1 tahun salah satunya adalah penyakit hirschprung (Verawati, 2012). Penyakit hirschprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis yang dimulai dari sfingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus dan rektum. Keadaan abnormal tersbut dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak ada ganglion dan akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus proksimal (Hidayat, 2012). Insiden penyakit Hirschprung di dunia adalah 1 : 5.000 kelahiran hidup. Di Amerika dan Afrika dilaporkan penyakit ini terjadi pada satu kasus sriap 5.400-7.200 kelahiran hidup. Di Eropa Utara, insiden penyakit ini adalah 1,5 dari 10.000 kelahiran hidup sedangkan di Asia tercatat sebesar 2,8 per 10.000 kelahiran hidup. Angka kematian untuk penyakit Hirschsprung berkisar antara 1 - 10%. Penelitian Pini dkk. pada tahun 1993 – 2010 di Genoa, Italia mencatat ada 8 orang dari 313 penderita penyakit Hirschsprung yang meninggal (CFR= 2,56%). Hasil penelitian Sarioqlu dkk. pada tahun 2008 - 2013 di Ankara, Turki menunjukkan ada sebanyak 302 penderita penyakit Hirschsprung. Kartono mencatat ada sekitar 40-60 pasien yang dirawat di RSCM Jakarta setiap tahunnya. Sementara di RS dr. Sardjito Yogyakarta oleh Rohadi dicatat rata-rata terdapat 50 pasien menderita Hirschprung setiap tahunnya (Verawati, 2012).
  • 15. 3 Berdasarkan catatan medical record Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung jumlah pasien hirschprung yang dirawat pada kurun waktu 1 tahun yaitu Januari sampai dengan Desember 2015 dan Januari sampai dengan Februari 2016 sebanyak 83 orang atau menempati urutan pertama dari jumlah penyakit yang dirawat di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Anak Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung. Adapun 10 penyakit terbesar di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung rentang bulan Januari sampai dengan Desember 2015 dan bulan Januari sampai dengan Februari 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1 . 10 Penyakit Terbesar di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Periode Bulan Januari – Desember 2015 dan Periode Bulan Januari – Februari 2016 No Jenis penyakit Jumlah Presentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Hirschprung Disease Malformasi Anorectal Ileustomi a/i perforasi Ileus Obstruktif Post Op Colostomy Hernia Inguinalis Atresia esofagus Atresia Ani Hipospadia Hidrokel 83 22 10 10 10 8 7 4 4 4 51,24 13,58 6,17 6,17 6,17 4,94 4,32 2,47 2,47 2,47 Total 162 100 Sumber : Rekam medik di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung (Januari – Desember 2015 dan Januari – Februari 2016). Berdasarkan tabel 1. di atas, dari jumlah penderita yang dirawat di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung selama rentang waktu 1 tahun yaitu periode Januari sampai dengan Desember 2015 dan periode Januari sampai dengan Februari
  • 16. 4 2016, penyakit hirschprung berada pada urutan pertama dengan jumlah penderita 83 orang (51,24%). Berdasarkan data – data diatas dan mengingat bahaya serta dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit maka penulis tertarik mengangkat judul Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Asuhan Keperawatan An. S Usia Toddler (2 Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung Di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung. B. Ruang Lingkup Pembahasan Dalam pembahasan karya tulis ilmiah ini, penulis membatasi ruang lingkup yang masalah dibahas yaitu “Asuhan Keperawatan An. S Usia Toddler (2 Tahun) Dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung Di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Penulis dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan asuhan keperawatan pada klien anak pra sekolah secara langsung pada situasi nyata yang komperhensif meliputi aspek bio, psiko, sosial dan spiritual yang berdasarkan pada ilmu dan kiat perawatan. 2. Tujuan Khusus a. Penulis dapat melaksanakan pengkajian yang komperhensif pada anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung.
  • 17. 5 b. Penulis dapat merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah pada anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung. c. Penulis dapat menyusun rencana tindakan keperawatan pada anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung. d. Penulis dapat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun pada anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung e. Penulis dapat mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung. f. Penulis dapat mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung. D. Manfaat Penulisan 1. Untuk Rumah Sakit Sebagai masukan kepada rumah sakit untuk mengambil langkah kebijaksanaan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya penerapan proses perawatan pada anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung. 2. Bagi Institusi Sebagai bahan bacaan untuk mengembangkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung.
  • 18. 6 3. Bagi Profesi Sebagai masukan atau menambah pengetahuan, wawasan pengalaman bagi rekan seprofesi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak usia toddler dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung. 4. Bagi Penulis Sebagai konstribusi pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan. E. Metode Telaahan Metode yang digunakan penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini yaitu metode analisis deskriptif dalam bentuk studi kasus berdasarkan pendekatan proses keperawatan yaitu Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi dan Dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini adalah : 1. Wawancara Yaitu pengumpulan data dengan melakukan komunikasi lisan secara langsung pada klien dengan keluarganya. 2. Observasi Yaitu dengan mengamati kondisi pasien dalam pelayanan asuhan keperawatan. 3. Pemeriksaan Fisik Yaitu pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik pada klien dengan cara: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
  • 19. 7 4. Studi Dokumentasi Yaitu pengumpulan data dengan mempelajari data dan status klien melalui rekam medik dan hasil laboratorium. 5. Studi Kepustakaan Yaitu mencari sumber melalui bahan atau buku – buku literatur yang dapat dipercaya untuk mendapatkan kejelasan teori yang berhubungan dengan masalah klien. F. Waktu Pelaksanaan Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 15 sampai dengan 17 Februari 2016. G. Tempat Pelaksanaan Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Bedah Anak Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung. H. Sistematika Telaahan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dibagi dalam 4 (empat) BAB dengan susunan sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan: yang terdiri dari Latar belakang, Ruang Lingkup Pembahasan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Telaahan, Waktu Pelaksanaan, Tempat Pelaksanaan dan Sistematika Telaahan. BAB II : Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Anak Dengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung, bab ini menguraikan tentang konsep dasar yang meliputi Pengertian,
  • 20. 8 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan Gejala, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan Medik, Komplikasi, Dampak Terhadap Sistem Tubuh Lainnya Serta Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan yang meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi dan Dokumentasi. BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan: bab ini berisikan laporan kasus yang merupakan laporan Asuhan Keperawatan AnakDengan Post Op Reanostomosis Colon POD I a/i Hirschprung di Ruang Kemuning Lantai II Bedah Anak Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung dan Pembahasan yang berisikan ulasan naratif dari setiap tahapan proses keperawatan yang dilakukan serta perbandingan antara teori dan kasus secara sistematis mulai dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi dan Dokumentasi. BAB IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini berisikan kesimpulan dan saran atau rekomendasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan formulasi saran yang optimal terhadap masalah yang ditemukan.
  • 21. 9 BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN POST OP REANOSTOMOSIS COLON A/I HIRSCPRUNG A. Konsep Dasar 1. Pengertian Penyakit hirschsprung adalah suatu kelainan bawaan berupa ganglionik usus, mulai dari spingter ani interna kearah proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum (Hidayat, 2012). Penyakit hirschsprung atau mega kolon adalah penyakit yang terjadi karena tidak adanya sel-sel ganglion dalam rektum atau di bagian rectosigmoid colon dan ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan (Padila, 2012). Penyakit hirschprung adalah kelainan bawaan penyebab pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir < 3 kg, lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan (Nurarif dan Kusuma, 2015). Berdasarkan defenisi tersebut diatas penulis menyimpulkan bahwa penyakit hirschprung adalah suatu kelainan bawaan tersering pada neonatus dan bayi aterm dengan berat lahir < 3 kg, berupa ganglionik usus, di bagian rectosigmoid colon dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum sehingga tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan.
  • 22. 10 2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan a. Anatomi Sistem Pencernaan Gambar 1. Anatomi sistem pencernaan Sumber : (Smeltzer, 2002) Sistem pencernaan terdiri atas : 1) Oris (mulut) adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagian yaitu : bagian luar yang sempit atau vestibula atau ruang di antara gusi, gigi, bibir, dan pipi. Dan bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi sisinya oleh tulang maksiariis, palatum, dan mandibularis, di sebelah belakang bersambung dengan faring (Syaifuddin, 2006).Faring (tekak) 2) Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (esophagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
  • 23. 11 limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi (Syaifuddin, 2006). 3) Esophagus (kerongkongan). Begitu makanan memasuki bagian atas esophagus makanan berjalan melalui sfingter esophagus bagian atas, yang merupakan otot sirkular, yang mencegah udara memasuki esofhagus dan makanan mengalami refluks (bergerak ke belakang) kembali ke tenggorok (Potter dan Perry, 2006). 4) Gaster (lambung) di tempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri garis tengah tubuh tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml. inlet ke lambung di sebut pertemuan esofagogastrik (Smeltzer, 2002). 5) Intestinum minor (usus halus) adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum yang terdiri atas duodenum jejunum dan ileum (Syaifuddin, 2006). 6) Intestinum mayor (usus besar) terdiri dari segmen asenden, pada sisi kanan abdomen, segmen transfersum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri, dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus besar terdiri dari dua bagian yaitu kolon sigmoid dan rectum (Smeltzer, 2002). 7) Rectum merupakan saluran akhir pada saluran gastrointestinal. Produk buangan yang mencapai bagian kolon sigmoid di sebut feses. Sigmoid menyimpan feses sampai beberapa saat sebelum defekasi (Potter dan Perry, 2006).
  • 24. 12 8) Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter yaitu sfingter ani internus (sebelah dalam) yang bekerja tidak menurut kehendak, sfingter levator ani yang bekerja juga tidak menurut kehendak, dan sfingter ani eksternus (sebelah luar) bekerja menurut kehendak (Syaifuddin, 2006). b. Fisiologi Sistem Pencernaan Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan zat nutrient (zat yang sudah di cerna), air, dan garam yang berasal dari zat makanan untuk di distribusikan ke sel-sel melalui system sirkulasi. Untuk ini di butuhkan : 1) Pergerakan makanan melalui saluran pencernaan 2) Sekresi getah pencernaan 3) Absorsi hasil pencernaan, air, dan elektrolit. 4) Sirkulasi darah melalui organ gastrointestinal yang membawa zat yang diabsorpsi 5) Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormon (Syaifuddin, 2006). Menurut Smeltzer (2002) proses fisiologi pencernaan terdiri dari : 1) Pencernaan oral di mulai dari aktivitas mengunyah, di mana makan di pecah ke dalam partikel kecil yang dapat di telan dan dicampur dengan enzim-enzim pencernaan. Saliva mengandung enzim ptyalin atau amilase saliva, yang memulai pencernaan zat pati, juga mengandung mukus yang membantu melumasi makanan saat di kunyah, sehingga memudahkan menelan.
  • 25. 13 2) Menelan dimulai sebagai aktivitas volunter yang di atur oleh pusat menelan di medulla oblongata dari sistem saraf pusat. Menelan mengakibatkan bolus makanan berjalan ke dalam esophagus atas, yang berakhir sebagai aktivitas reflex. 3) Kerja lambung mensekresi cairan yang sangat asam mempunyai pH terendah satu, memperoleh keasamannya dari asam hidroklorida yang di sekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi sekresi asam yaitu : memecah makanan menjadi komponen yang mudah di absorbsi dan membantu destruksi kebanyakan bakteri pencernaan. 4) Defekasi. Distensi rectum secara relatif menimbulkan kontraksi otot rectum dan merilekskan spingter anal internal yang biasanya tertutup. Selama defekasi spingter anal eksternal secara volunteer rileks untuk memungkinkan isi kolon keluar. Oleh karena itu defekasi terlihat menjadi reflex spinal yang dapat secara volunter dihambat dengan mempertahankan spingter anal tertutup. Menurut Potter dan Perry (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi yaitu: 1) Usia. Perubahan dalam tahapan perkembangan yang mempengaruhi status eliminasi terjadi di sepanjang kehidupan. 2) Diet. Adapun makanan tiap hari secara teratur membantu mempertahankan pola peristaltik yang teratur di dalam kolon. Makanan yang di konsumsi individu mempengaruhi eliminasi. Serat, residu makanan yang tidak dapat di cerna, memungkinkan massa feses. Dinding usus teregang, menciptakan gerakan peristaltic dan menimbulkan reflex defekasi.
  • 26. 14 3) Asupan cairan yang tidak adekuat atau gangguan yang menyebabkan kehilangan cairan (seperti muntah) mempengaruhi karakter feses. Cairan mengencerkan isi usus, memudahkan bergerak melalui kolon. Asupan cairan yang menurun memperlambat pergerakan makanan yang melalui usus. 3. Etiologi Penyebabnya belum diketahui tetapi diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan down syndrome, kegagalan sel neural pada masa embrio pada dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada menyentrik dan sub mukosa dinding plexus (Nurarif dan Kusuma, 2015). 4. Patofisiologi Istilah congenital aganglionik mega colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa colon distal. Ketidakadaan ini menyebabkan ketidaknormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spingter rektum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada bagian yang rusak pada mega kolon. Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke dalam segmen aganglionik dan feses terkumpul di daerah tersebut, menyebabkan berdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu dan menyebabkan dibagian colon tersebut melebar (Padila, 2012).
  • 27. 15 5. Tanda dan Gejala Gejala penyakit hirschprung adalah : a. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan tidak adanya evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. b. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan dan diikuti obstruksi usus akut. Konstipasi ringan dengan diare, distensi abdomen dan demam, adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. c. Pada anak-anak usia 1-6 tahun terjadi : konstipasi, tinja seperti pita dan berbau busuk, distensi abdomen, adanya masa difekal dan dapat dipalpasi, biasanya tampak kurang nutrisi dan anemia (Nurarif dan Kusuma, 2015). 6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2012), pada penyakit hirschprung adalah sebagai berikut: a. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan: 1) Daerah transisi 2) Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur dibagian usus yang menyempit. 3) Enterokolitis pada segmen yang melebar 4) Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam b. Biopsi otot rektum yaitu pengambilan lapisan otot rektum.
  • 28. 16 c. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dari hasil biopsi isap pada penyakit ini khas terdapat peningkatan enzim asetilkolin esterase. d. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus. e. Pemeriksaan colok anus. Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot. 7. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Reanostomosis menurut Smeltzer (2002), yaitu: 1) Pengertian Reanostomosis adalah operasi penggabungan dua ujung usus yang sehat setelah usus yang sakit usus dipotong oleh dokter bedah. 2) Tujuan a) Menutupi sebagian dari rongga abdomen dan pelvis. b) Membentuk pembatas yang halus sehingga organ yang ada dalam rongga abdomen tidak saling bergesekan. c) Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding posterior abdomen. 3) Indikasi Perforasi usus oleh karena trauma atau infeksi usus dengan bagian usus yang tidak sehat, tumor usus halus dan usus besar yang masih dapat dilakukan reseksi. 4) Kontra indikasi Keadaan umum tidak memungkinkan dilakukan operasi. 5) Komplikasi Kebocoran anastomosis, infeksi, perdarahan dan sepsis.
  • 29. 17 6) Tindakan Reanostomosis Adapun tindakan reanostomosis adalah sebagai berikut: a) Posisi pasien tidur terlentang. b) Insisi di linea mediana dengan panjang sesuai perkiraan bagian usus yang mengalami perforasi atau nekrosis. c) Insisi diperdalam sampai mencapai cavum peritoneum. d) Seluruh pus, feses dan cairan kotor yang terdapat dalam cavum abdomen dihisap keluar. e) Dilakukan identifikasi bagian usus yang mengalami nekrosis secara sistematis dan seterusnya. f) Sebelum melakukan reseksi, pastikan dahulu bahwa usus tidak sehat yaitu permukaannya tidak mengkilap, tampak kering, warna kebiruan bahkan kehitaman, tidak ada kontraksi, tidak berdarah dan tidak ada pulsasi pembuluh darah, serta seromuskuler terkelupas. g) Keluarkan bagian usus yang tidak sehat tersebut diluar cavum abdomen, berikan alas dengan kain kasa dibawahnya untuk mencegah kontaminasi kedalam cavum peritoneum. h) Identifikasi lokasi pembuluh darah yang memberikan suplai pada usus yang tidak sehat tersebut, kemudian ligasi pembuluh darah tersebut. Lakukan pemotongan mesenterium menuju tepi usus yang tidak sehat tersebut secara segmental. i) Dekatkan kedua tepi usus yang telah dipotong untuk membandingkan diameter lumen yang akan disambung. Jika terdapat perbedaan diameter lumen maka dilakukan eksisi tepi usus tersebut sehingga terjadi kesamaan diameter lumen.
  • 30. 18 j) Setelah itu evaluasi kembali viabilitas usus, pastikan lumen tidak terlalu sempit dengan cara mempertemukan ujung jari dengan ibu jari operator pada lokasi reanostomosis. 7) Perawatan Pasca Operasi a) Penderita dipuasakan. Lama puasa tergantung lokasi usus dan jenis kelainan yang mendasarinya. Selama puasa penderita diberikan total parenteral nutrisi dengan jenis dan komposisi tergantung fasilitas yang ada. b) Follow-Up Kondisi luka, kondisi abdomen, serta kondisi klinis penderita secara keseluruhan. b. Penatalaksanaan Hisrchprung 1) Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya. 2) Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama. (Padila, 2012). 8. Komplikasi Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hirscsprung adalah obstruksi usus, konstipasi, ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, entrokolitis, dan striktur anal dan inkontinensial.
  • 31. 19 9. Dampak Terhadap Sistem Tubuh Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), dampak penyakit hirschprung terhadap sistem tubuh adalah sebagai berikut: a. Sistem Perkemihan Pada anak dengan hirshprung ditemukan kencingnya lebih sedikit dan pekat karena kekurangan cairan. b. Sistem Pernapasan Pada sistem pernapasan pada anak dengan hirshprung yaitu cenderung ditemukan adanya pernafasan yang cepat diatas 30 x/menit dan dangkal (kussmaul), irama nafas yang tidak teratur, sesak napas akibat adanya distensi abdomen. c. Sistem Kardiovaskuler Pada sistem kardiovaskuler cenderung ditemukan denyut nadi yang meningkat diatas 90 x/menit, ada tidaknya kelainan akibat hirshprung atau kelainan bawaan saat lahir. d. Sistem Pencernaan Pada pemeriksaan rectum dan feses akan didapatkan adanya perubahan feses seperti pita dan berbau busuk, fase awal didapatkan penurunan bising usus, dan berlanjut dengan hilangnya bising usus, timpani akibat abdominal mengalami kembung dan teraba dilatasi kolon abdominal. Adanya mual muntah, konstipasi dan dehidrasi. e. Sistem Imun Pada anak dengan hirsprung terdapat adanya penurunan kekebalan tubuh akibat diare yang terus menerus.
  • 32. 20 f. Sistem Muskuloskeletal Pada anak dengan hirsprung ditemukan malaise dan nyeri saat bergerak akibat distensi abdomen. g. Sistem Integumen Pada sistem integumen cenderung ditemukan adanya edema kulit, akral hangat, hipertermi, turgor kulit jelek karena adanya dehidrasi. h. Pertumbuhan dan perkembangan Anak rewel, berat badan tidak bertambah dan pertumbuhan terhambat, terjadi penurunan berat badan dan tidak mau menyusu. B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan Secara umum dapat dikatakan bahwa proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis, dalam melakuan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien terhadap penyakitnya (Asmadi, 2008). 1. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini (Asmadi, 2008). a. Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah aktivitas perawat dalam mengumpulkan informasi yang sistemik tentang klien. Metode yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi, 2008).
  • 33. 21 1) Biodata a) Identitas Klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik dan alamat (Engel, 2008). b) Identitas Penanggung Jawab Terdiri atas identitas orang tua dalam hal ini ayah dan ibu yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien (Engel, 2008). 2) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit Pada umumnya anak mengalami mual dan muntah yang berwarna kehijauan yang disertai dengan distensi abdomen secara terus menerus sehingga anak dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan secepatnya. b) Riwayat Kesehatan Sekarang (a) Keluhan Utama Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian. Pada anak dengan post op reanostomosis ditemukan keluhan nyeri. (b) Riwayat Keluhan Utama Pengkajian meliputi keluhan pada saat datang ke rumah sakit dan keluhan pada saat pengkajian, dikembangkan dengan menggunakan analisa PQRST.
  • 34. 22 P : (Provokatif atau Paliatif), yaitu apa penyebabnya, yang memunculkannya dan yang menguranginya. Q : Quality/Quantity), yaitu bagaimana rasanya? R : (Region/Radiation), yaitu dibagian mana hal itu terjadi, apakah menyebar? S : (Scale/Severity), yaitu bagaimana intensitasnya, jika menggunakan skala 1-10 dan bagaimana pengaruh hal tersebut pada aktivitas. T : (Timing), yaitu kapan hal itu mulai terjadi, berapa lamanya terjadinya, bertahap atau tiba-tiba (Setiadi, 2012). b) Riwayat Kesehatan Dahulu Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan atau memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita klien pada saat ini termasuk faktor predisposisi penyakit dan kebiasaan-kebiasaan klien. Pada anak dengan post op reanostomosis perlu ditanyakan riwayat sebelumnya seperti adanya kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan konstipasi (Hidayat, 2012). c) Riwayat Kesehatan Keluarga Perlu dikaji riwayat kesehatan keluarga yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit hirsprung seperti adanya riwayat penyakit hirsprung dalam keluarga atau penyakit turunan lainnya (Hidayat, 2012).
  • 35. 23 3) Riwayat Imunisasi Yang perlu diperhatikan bahwa pemberian imunisasi yaitu imunisasi BCG diberikan 1x pada usia 0-11 bulan, imunisasi DPT diberikan 3x dengan interval 4 minggu pada usia 2-11 bulan, imunisasi hepatitis B diberikan 3x dengan interval 4 minggu pada usia 0-11 bulan, imunisasi polio diberikan 4x dengan interval 4 minggu pada usia 0-11 bulan dan imunisasi campak diberikan 1x pada usia 9-11 bulan (Hidayat, 2012). 4) Riwayat Tumbuh Kembang a) Pertumbuhan anak Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah ukuran sel pada saat membelah diri dan mensintesis protein baru dengan menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian bagian sel. Pertumbuhan yang seharusnya anak usia 6-12 bulan : Berat badan pertambahan setiap minggu 35-40 gram, berat badan 3x berat badan tiga kali berat badan lahir pada akhir tahun pertama, panjang badan pertambahan setiap bulan: 1,25 cm, panjang lahir kira-kira 50% pada akhir tahun pertama, lingkar kepala 28 - 50 cm atau pertambahan berat badan setiap minggunya 140 - 200 gram dan pertambahan panjang badan 2,5 cm setiap bulannya (Wong, 2004). b) Perkembangan anak Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
  • 36. 24 dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai proses pematangan. Menurut Purnamasari (2006), aspek yang diujikan dalam tes ini diantaranya: (1) Motorik kasar Perkembangan motorik kasar anak usia 2 tahun yaitu mampu meniru sebuah lingkaran, tulisan cakar ayam, dapat makan menggunakan sendok, menyusun beberapa kotak. (2) Motorik halus Melihat buku selama beberapa menit untuk memperhatikan gambarnya, menunjukkan gambar yang menarik perhatian dan membalik halaman buku. Dapat berpartisipasi aktif saat mengenakan dan melepaskan pakaian. Menggunakan jari telunjuk dan ibu jari dengan efektif untuk mencapit benda kecil . mengambil dan menerima benda dari tangan Anda dan mengembalikannya lagi. Dapat menggunakan sendok untuk makan efektif. Menggunakan suara yang lebih berirama dengan alat-alat musik seperti drum dan tamborin. (3) Personal sosial Menikmati saat berada di antara anak seusianya, tetapi kesulitan untuk berbagi mainan dan belum dapat bermain bersama-sama. Pada usia ini biasanya anak mulai dilatih buang air tetapi kendali kandung kemih dan usus besar belum sepenuhnya berfungsi. Ingin membantu membersihkan dirinya saat
  • 37. 25 mandi dan menggosok gigi. Menikmati tanggung jawab untuk mengerjakan tugas kecil. Mungkin menangis saat berpisah dengan Anda sementara, walaupun ia berhenti menangis setelah Anda tidak terlihat. Akan terlihat malu saat bertemu dengan orang yang tidak ia kenal. (4) Bahasa Dapat menyebutkan nama benda sehari-hari dengan tepat. Bereksperimen dengan berbagai kombinasi kata (yang tidak tepat). Menguasai berbagai suara tetapi masih salah menyebutkan huruf mati tertentu, seperti c dan s. Menyebutkan nama beberapa bagian tubuh. Mendengarkan dengan seksama saat orang dewasa berbicara. Kosa katanya setidaknya mencapai 200 kata, kadang dikombinasikan dalam kalimat pendek. 5) Riwayat Psikososial Sebagian besar stress yang terjadi pada bayi di usia pertengahan sampai dengan anak diperiode prasekolah, khususnya anak yang berusia 6 sampai 30 bulan adalah cemas karena perpisahan. Balita belum mampu berkomunikasi dengan bahasa yang memadai dan memiliki pengertian yang terbatas terhadap realita. Hubungan anak dengan ibu adalah sangat dekat, akibatnya perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan pada anak akan orang terdekat bagi dirinya dan akan lingkungan yang dikenali olehnya, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa cemas (Nusalam, 2008).
  • 38. 26 6) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dan didokumentasikan secara persistem meliputi : a) Keadaan Umum Pada anak dengan post op reanosomosis cenderung ditemukan keadaan umum saat pengkajian dilakukan yaitu lemah hingga tidak sadar. b) Kesadaran Pada anak dengan post op reanostomosis cenderung ditemukan kesadaran somnolen atau letargi. b) Tanda - Tanda Vital Pada pasien anak usia 1-2 tahun memiliki tanda – tanda vital normal yaitu tekanan darah 96/65 mmHg, nadi 110 x/menit, pernapasan 20 – 40 x/menit dan suhu 37,70 C (Hidayat, 2012). Pada anak dengan post op reanostomosis cenderung ditemukan pernapasan yang cepat, takikardi, suhu tubuh yang meningkat, terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya perforasi. Tanda dehidrasi dan demam bisa didapatkan pada kondisi syok atau sepsis. c) Antropometri Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling sering digunakan untuk menentukan keadaan pertumbuhan pada masa balita adalah :
  • 39. 27 (1) Berat badan Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Pada usia 6 bulan pertama berat badan akan bertambah sekitar 1 kg/bulan, sementara pada 6 bulan berikutnya hanya + 0,5 kg/bulan (Nursalam, 2008). Selain perkiraan tersebut, berat badan juga dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus atau pedoman dari Behrman (1992) dalam Nursalam (2008), yaitu : (a) Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg (b) Berat badan usia 3 – 12 bulan, menggunakan rumus : Umur (bulan) + 9 n + 9 = 2 2 (c) Berat badan usia 1 – 6 tahun, menggunakan rumus : (Umur (dalam tahun) x 2) + 8 = 2n + 8 Keterangan : n adalah usia anak Berat badan merupakan indikator paling sederhana yang digunakan dilapangan atau Puskesmas untuk menentukan status gizi anak, yaitu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui status gizi anak tergolong normal, kurang, atau buruk, yang di sajikan dalam tabel seperti dibawah ini:
  • 40. 28 Tabel 2 : Berat Badan terhadap Tinggi Badan Anak Usia 0 – 2 Tahun Tinggi (cm) BB Normal (100%) BB Kurang (< 90%) BB Buruk (< 80%) 52 3,8 3,4 3,0 53 4,0 3,6 3,2 54 4,3 3,9 3,4 55 4,6 4,1 3,7 56 4,8 4,3 3,8 57 5,0 4,5 4,0 58 5,2 4,7 4,2 59 5,5 4,9 4,4 60 5,7 5,1 4,6 61 6,0 5,4 4,8 62 6,3 5,7 5,0 63 6,6 5,9 5,3 64 6,9 6,2 5,5 65 7,2 6,5 5,8 66 7,5 6,8 6,0 67 7,8 7,0 6,4 68 8,1 7,3 6,5 69 8,4 7,6 6,7 70 8,7 7,8 7,0 71 9,0 8,1 7,2 72 9,2 8,3 7,4 73 9,5 8,5 7,6 74 9,7 8,7 7,8 75 9,9 9,0 7,9 76 10,2 9,2 8,2 77 10,4 9,4 8,3 78 10,6 9,5 8,5 79 10,8 9,7 8,6 80 11,0 9,9 8,8 Sumber : Direktorat Gizi, Depkes (1973) dalam Nursalam (2008). Berdasarkan tabel 3. pada KMS di atas, status gizi anak dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) Status gizi normal, bila BB anak antara 90-100%. (b) Status gizi kurang, bila BB anak antara 80-90% dari BB standar. (c) Status gizi buruk, bila BB anak kurang atau sama dengan 80% dari BB standar (Nursalam, 2008). (2) Tinggi badan/panjang badan Pada tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan (1,5 x panjang badan). Penambahan tersebut
  • 41. 29 akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus dari Behram (1992), yaitu: (a) Perkiraan panjang badan lahir = 50 cm. (b) Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 x panjang badan lahir. (c) Perkiraan tinggi badan usia 2-12 tahun = (Umur x 6) + 77 = 6n + 77. Keterangan : n adalah usia anak dalam tahun, bila usia lebih 6 bulan dibulatkan ke atas, bila 6 bulan atau kurang, dihilangkan (Nursalam, 2008). (3) Lingkar kepala Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun- tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun (Nursalam, 2008). (4) Lingkar lengan atas (LILA) Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya
  • 42. 30 ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun (Nursalam, 2008). (5) Lingkar dada Saat lahir, diameter tranversal dan anteroposterior dari lingkar dada hampir sama besarnya yaitu 34-35 cm, sehingga bentuk dadanya seperti silinder. Dengan bertambahnya usia, ukuran diameter tranversal menjadi lebih besar dibandingkan dengan diameter anteroposterior, sehingga bentuk dada menjadi gepeng. Pertumbuhan lingkar dada lebih lambat dibandingkan dengan ukuran lingkar kepala (Nursalam, 2008). d) Pemeriksaan Persistem Menurut Engel (2008), pada pengkajian persistem akan ditemukan hal-hal berikut : (1) Sistem Pernapasan Kaji kesimetrisan dada dan lubang hidung, kembang kempis dada, retraksi dada, frekuensi napas, penggunaan alat bantu pernapasan, jenis pernapasan, palpasi kesimetrisan vokal fremitus, perkusi bunyi dada, auskultasi bunyi napas. Pada sistem pernapasan pada anak dengan post op reanostomosis yaitu cenderung ditemukan pernafasan yang cepat yaitu antara 35 - 40 x/menit dan dangkal (kussmaul), irama nafas yang tidak teratur, adanya retraksi interkostalis, sesak napas akibat adanya distensi abdomen.
  • 43. 31 (2) Sistem Kardiovakuler Kaji adanya sianosis pada bibir dan kuku, periksa bantalan kuku terhadap jari tabuh, CRT (Cafilari Refilling Time) < 2 detik, periksa denyut nadi dan tekanan darah. Auskultasi bunyi jantung. Pada anak dengan post reanostomosis cenderung ditemukan denyut nadi yang meningkat yaitu lebih dari 90 x/menit, ada tidaknya kelainan akibat hirshprung atau kelainan bawaan saat lahir. (3) Sistem Pencernaan Pada pemeriksaan rectum dan feses akan didapatkan adanya perubahan feses seperti pita dan berbau busuk, fase awal didapatkan penurunan bising usus, dan berlanjut dengan hilangnya bising usus, timpani akibat abdominal mengalami kembung dan teraba dilatasi kolon abdominal. Adanya mual muntah, konstipasi dan dehidrasi. (4) Sistem Integumen Pada sistem integumen cenderung ditemukan adanya edema kulit, akral hangat, hipertermi, turgor kulit jelek karena adanya dehidrasi. (5) Sistem Perkemihan Kaji adanya distensi kandung kemih, nyeri tekan, kekuatan pancaran urine saat berkemih, volume, warna, bau dan konsistensi urine.
  • 44. 32 Pada anak dengan post op reanostomosis ditemukan kencingnya lebih sedikit dan pekat karena kekurangan cairan. (6) Sistem Reproduksi Yang perlu dikaji adalah meatus uretra normal atau tidak, apakah ditemukan kesulitan berkemih atau tidak. (7) Sistem Persarafan Kaji tingkat kesadaran anak dengan menggunakan GCS yang disajikan pada tabel dibawah ini: Tabel 3. Cara Menguji Tingkat Kesadaran GCS (Glasgow Coma Scale) Bayi Respon Anak/Dewasa Spontan Terhadap perintah/suara Terhadap nyeri Tidak ada respon Membuka Mata (Eye) 4 3 2 1 Spontan Terhadap perintah Terhadap nyeri Tidak ada respon Bergumam/mengoceh Menangis lemah Menangis karena nyeri Merintih karena nyeri Tidak ada Respon Verbal 5 4 3 2 1 Terorientasi Bingung Kata-kata yang tidak teratur Tidak dapat dimengerti Tidak ada Spontan Menarik karena sentuhan Menarik karena nyeri Fleksi abnormal Ekstensi abnormal Tidak ada respon Respon Motorik 6 5 4 3 2 1 Mematuhi perintah Melokalisasi nyeri Penarikan karena nyeri Fleksi abnormal Ekstensi abnormal Tidak ada respon Sumber : Nurarif dan Kusuma (2015). Menurut Setiadi (2012), macam-macam tingkat kesadaran yaitu :
  • 45. 33 (a) Compos Mentis (14-15) yaitu sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. (b) Apatis (12-13) yaitu kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan lingkungan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, tidak segera menjawab jika di tanya. (c) Somnolen (10-11) yaitu kesadaran yang mau tidur saja, penderita dapat dibangunkan dengan rangsangan suara yang keras. Bila rangsangan tiada klien tidur kembali. (d) Delirium (9-7) yaitu kacau motorik, memberontak, berteriak-teriak dan tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu. (e) Sopor/semi koma (6-4) yaitu kesadaran yang menyerupai koma, penderita hanya dibangunkan dengan rangsangan nyeri. (f) Koma (3) yaitu kesadaran yang hilang sama sekali, penderita tidak dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri yang hebat. Kaji aktivitas motorik anak khususnya amati ukuran dan bentuk kepala dan periksa tulang belakang, gerakan semua dengan rentang gerak. Pada anak dengan post op reanostomosis cenderung ditemukan adanya penurunan kesadaran.
  • 46. 34 (8) Sistem Muskuloskeletal Kaji pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota gerak bawah, ketidaknyamanan atau rasa nyeri yang dilaporkan klien waktu bergerak. Selain ROM, tonus dan kekuatan tonus harus dikaji karena klien imobilisasi biasanya tonus dan kekuatan ototnya menurun. Pada anak dengan hirsprung ditemukan malaise dan nyeri saat bergerak akibat distensi abdomen. (9) Sistem Endokrin Kaji apakah ada pembesaran kelenjar misalnya: pembesaran kelenjar getah bening, kelenjar thyroid. Pada anak dengan post op reanostomosis tidak terdapat adanya gangguan. (10) Sistem Indra Pada umumnya yang perlu dikaji yaitu bentuk, kesimetrisan, ketajaman penglihatan, lapang pandang, konjungtiva anemis atau tidak anemis, sklera icterus atau tidak, adanya odema pada kelopak mata atau tidak, bentuk hidung, warna, adanya sekret atau tidak di hidung, adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedema atau tidak pada hidung, bentuk telinga, adanya oedema atau tidak, adanya nyeri tekan atau tidak, refleks mengisap kuat atau tidak. Pada anak post op reanostomosis konjungtiva yang tampak anemis, refleks mengisap lemah.
  • 47. 35 (11) Sistem Imun Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak pada kelenjar getah bening, adanya oedema atau tidak pada kelenjar getah bening, ada riwayat alergi atau tidak. Pada anak dengan post op reanostomosis terdapat adanya penurunan kekebalan tubuh akibat diare yang terus menerus. 7) Pola Aktivitas Sehari-hari Menurut Wong (2004), pengkajian pola aktivitas sehari-hari yaitu sebagai berikut: a) Nutrisi : Yang perlu dikaji adalah makanan dan minuman apa yang disukai dan tidak disukai, berapa jumlah rata-rata makan per hari, bagaimana menggambarkan nafsu makan anak biasanya (nafsu makan besar, nafsu makan kecil), bagaimana kebiasannya makan (dipiring, botol, mangkuk, makan sendiri, memerlukan bantuan), apakah ada masalah makan (rewel yang berlebihan, sulit mengisap atau menelan). Pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun. b) Eliminasi BAB dan BAK : Pada pengkajian BAB yang perlu dikaji adalah frekuensi, waktu, warna, dan konsistensi. Pada pengkajian BAK yang perlu dikaji adalah frekuensi, waktu, warna dan bau serta adanya keluhan pada saat BAB atau BAK.
  • 48. 36 Saat sakit anak dengan post op reanostomosis terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah sering BAK, pasien terjadi diare dan atau konstipasi, BAB seperti pita dan berbau. c) Istirahat dan tidur : Kaji waktu istirahat klien sebelum sakit dan bandingkan dengan saat sakit, kaji tidur klien, kualitas tidur, jumlah serta adanya keluhan pada waktu istirahat tidur. Anak dengan post op reanostomosis biasanya rewel dan suka menangis, tampak lemah dan terdapat kantung mata. Tandanya adalah anak terlihat sering menguap. d) Personal hygiene : Yang perlu dikaji frekuensi mandi, potong kuku, sikat gigi, mencuci rambut dan keluhan pada pemenuhan personal hygiene. Bisanya tidak ada kelainan karena masih dibantu oleh orang tua. e) Aktifitas : Yang perlu dikaji adalah aktifitas yang biasa dilakukan serta frekuensinya dan keluhan pada pemenuhan aktivitas sehari-hari. Tandanya adalah aktifitas dibantu. 8) Pemeriksaan Diagnostik a) Foto polos abdomen tegak akan terlihat usus-usus melebar atau terdapat gambaran obstruksi usus rendah. b) Barium enema ditemukan daerah transisi, gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian menyempit dan terdapat retensi barium setelah 24-48 jam. c) Biopsi otot rektum, yaitu pengambilan lapisan otot rektum (Padila, 2012).
  • 49. 37 9) Perawatan dan pengobatan a) Perawatan dapat berupa : (1) Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini. (2) Membantu perkembangan ikatan orang tua dan anak. (3) Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis (pembedahan). (4) Mendampingi orang tua pada perawatan post op reanostomosis setelah rencana pulang (Padila, 2012). b) Pengobatan Anak dengan post op reanostomosis akibat reseksi yang panjang akan diberikan pengobatan berupa cairan parenteral (RL, Dextrose 5% atau NaCl 0,9%), kortikosteroid, misalnya : metil prednisone 30 mg/kgbb/hari (apabila terdapat renjatan), transfusi darah (plasma atau whole blood dan albumin), dan Antibiotic intra perineal (misal 100 cc – 200 cc kanamicin 0,5%). b. Pengelompokan Data Pengelompokkan data yaitu data dikelompokkan ke dalam data subjektif yang didasarkan pada fenomena yang dapat diamati secara faktual yang dapat diukur melalui indra perawat atau disebut dengan tanda (sign), dan data objektif merupakan informasi yang disampaikan klien kepada perawat selama interview atau disebut gejala (symptom) (Asmadi, 2008).
  • 50. 38 c. Analisa Data Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien (Setiadi, 2012). d. Prioritas Masalah Prioritas masalah disusun berdasarkan kebutuhan dasar manusia. Hal ini dilakukan karena tidak mungkin semua masalah diatasi bersama-sama sekaligus. Jika diputuskan masalah mana yang dapat diatasi terlebih dahulu berkaitan erat dengan kebutuhan dasar manusia (Setiadi, 2012). 2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah mengidentifikasi masalah kesehatan klien yang dapat diatasi (ditangani, dikurangi, atau diubah) melalui intervensi dan manajemen keperawatan (Nursalam, 2008). Diagnosa yang muncul menurut Doengoes, et al (2000) pada anak dengan post op reanostomosis adalah : a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi. b. Konstipasi berhubungan dengan ketidakadekuatan masukan diet/cairan. c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. d. Resiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan.
  • 51. 39 e. Resiko cedera berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia, nekrosis dinding intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus. f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah. g. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit, dan kurangnya informasi. 3. Perencanaan Perencanaan adalah suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan (Asmadi, 2008). Menurut Doenges, et al (2000), berdasarkan diagnosa keperawatan pada anak dengan post op reanostomosis dapat dibuat suatu perencanaan sebagai berikut : a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan. Tujuan : Nyeri berkurang/hilang. Kriteria : Klien nampak rileks, mampu tidur/istrahat dengan tepat. Tabel 4. Perencanaan Nyeri Akut Intervensi Rasional 1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas (skala 0-10) perhatikan petunjuk verbal dan non verbal. 2) Bantu pasien menemukan posisi yang nyaman. 3) Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya perubahan posisi pada punggung atau sisi yang tidak sakit. 4) Berikan analgesik sesuai indikasi. 1) Membantu dalam mengindentifikasi derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk keefektifan analgesik. 2) Peninggian lengan dan adanya drain mempengaruhi kemampuan pasien untuk rileks dan istrahat secara efektif. 3) Meningkatkan relaksasi, membantu untuk memfokuskan perhatian dan dapat meningkatkan kemampuan koping. 4) Menghilangkan nyeri dan memfasilitasi tidur. Sumber : Doenges,et al (2000).
  • 52. 40 b. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi mekanik. Tujuan : Pola eliminasi BAB membaik. Kriteria : Konsistensi feses agak padat, klien BAB 1-2 kali sehari, peristaltik usus kembali normal, tidak ada distensi abdomen. Tabel 5. Perencanaan Konstipasi Intervensi Rasional 1) Observasi bising usus dan periksa adanya distensi abdomen pasien. 2) Dorong masukkan cairan 2.500-3.000 ml/hari. 3) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet jika pasien sudah tidak dipuasakan. 1) Untuk menyusun rencana penanganan yang efektif dalam mencegah konstipasi dan impaksi fekal 2) Membantu memperbaiki konsistensi feses. 3. Menentukan diet yang sesuai dengan kebutuhan klien.. Sumber : Doenges, et al (2000). c. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan anorexia. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi. Kriteria : Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, keluhan mual tidak ada, muntah tidak ada, porsi yang disediakan habis. Tabel 6. Perencanaan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Intervensi Rasional 1) Kaji atau catat pemasukan diet. 2) Berikan klien minum air hangat sebelum makan. 3) Berikan makanan sedikit dan sering. 4) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pendukung nutrisi. 5) Kolaborasi dalam pemberian antiemetik. 1) Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet. 2) Air hangat dapat membantu mengencerkan konsentrasi HCl sehingga mual dapat berkurang 3) Meminimalkan anoreksia dan mual. 4) Menentukan kalori dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan sesuai kebutuhan 5) Untuk menghilangkan mual dan muntah dan dapat meningkatkan pemasukan oral Sumber : Doenges, et al (2000).
  • 53. 41 d. Resiko infeksi berhubungan dengan pasca prosedur pembedahan. Tujuan : Infeksi tidak terjadi. Kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti rubor, dolor, color, tumor dan fungsiolaesa. Tabel 7. Perencanaan Resiko Infeksi Intervensi Rasional 1) Awasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental dan meningkatnya nyeri abdomen. 2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptic. 3. Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik luka, dan adanya eritema. 4. Kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik sesuai indikasi. 1. Dengan adanya infeksi/terjadinya sepsis, dan abses. 2. Menurunkan resiko penyebaran bakteri. 3. Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi, dan/atau pengawasan penyembuhan yang telah ada sebelumnya. 4. Diberikan sebagai profilaksis atau menurunkan jumlah organisme untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya pada rongga abdomen. Sumber : Doengoes, et al (2000). e. Resiko cedera berhubungan dengan pasca prosedur bedah, iskemia, nekrosis dinding intestinal sekunder dari kondisi obstruksi usus. Tujuan : Reseksi colon tidak mengalami injuri. Kriteria : Tidak terjadi perdarahan, tidak terjadi infeksi pada insisi. Tabel 8. Perencanaan Resiko Cedera Intervensi Rasional 1) Kaji adanya tanda-tanda dan gejala adanya .perdarahan gastrointestinal. 2) Observasi adanya petekie, ekimosis atau perdarahan dari satu atau lebih 3) Awasi nadi dan TD. 4) Catat perubahan mental/tingkat kesadaran. 1) Traktus gastrointestinal paling biasa menjadi sumber perdarahan. 2) Tanda subakut dapat terjadi sekunder terhadap gangguan faktor pembekuan. 3) Peningkatan nadi dengan penurunan TD dapat menunjukkan kehilangan volume darah sirkulasi, memerlukan evaluasi lanjut. 4) Perubahan dapat menunjukkan penurunan perfusi jaringan serebral sekunder terhadap hipovolemia. Sumber : Doenges, et al (2000).
  • 54. 42 f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah. Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan. Kriteria : Mukosa bibir lembab dan tidak pecah-pecah, tidak ada mual muntah dan hidrasi tidak adekuat. Tabel 9. Perencanaan Resiko Kekurangan Volume Cairan Intervensi Rasional 1) Kaji tanda vital, takikardi, demam, turgor kulit dan kelembaban mukosa. 2) Awasi masukan dan haluaran serta pengisapan dari NGT. 3) Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi. 4) Awasi elektrolit dan ganti sesuai indikasi. 1) Indikator dehidrasi atau hipovolemia, keadekuatan penggantian cairan. 2) Perubahan pola kapasitas gaster/motilitas usus dan mual sangat mempengaruhi masukan dan kebutuhan cairan. 3) Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera pasca operasi. 4) Penggunaan selang NGT atau muntah dapat menurunkan elektrolit dan mempengaruhi fungsi organ. Sumber : Doenges, et al (2000). g. Ansietas orang tua berhubungan dengan prognosis penyakit, dan kurangnya informasi. Tujuan : Ansietas orang tua berkurang/hilang. Kriteria : Ekspresi wajah orang tua tampak tenang. Tabel 10. Perencanaan Ansietas Orang Tua Intervensi Rasional 1) Kaji tingkat rasa cemas pada orang tua klien dan orang terdekat. 2) Jelaskan prosedur/asuhan yang diberikan. 3) Dorong dan berikan kesempatan pada orang tua atau keluarga terdekat untuk mengajukan pertanyaan dan menyatakan masalah. 1) Membantu menentukan jenis intervensi yang diperlukan. 2) Rasa cemas dan ketidaktahuan diperkecil dengan informasi/pengetahuan dan dapat meningkatkan penerimaan. 3) Membuat perasaan terbuka dan bekerja sama dalam memberikan informasi yang membantu dalam identifikasi/mengatasi masalah. Sumber : Doenges, et al (2000).
  • 55. 43 4. Implementasi Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2008). 5. Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan antara hasil akhir yang teramati dan tujuan dan kinerja hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008). Evaluasi dikerjakan dalam bentuk pengisian format SOAP : S : Subjektif yaitu data berupa keluhan klien O : Objektif yaitu data hasil pemeriksaan. A : Analisa data yaitu perbandingan antara data dengan teori. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon (Asmadi, 2008). Menurut Setiadi (2012), catatan perkembangan merupakan catatan yang berhubungan dengan keadaan pasien selama menjalani asuhan dengan menggunakan SOAPIE sebagai berikut: S : Data subjektif adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan pasien. O: Data Objektif adalah perkembangan objektif yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim kesehatan lain.
  • 56. 44 A: Analisis adalah penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif) apakah berkembang ke arah perbaikan atau kemunduran. P: Perencanaan adalah rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi. I : Implementasi yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dan evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien teratasi. E: Evaluasi yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dan evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah klien teratasi.
  • 57. 45 BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus 1. Pengkajian a. Pengumpulan Data 1) Biodata a) Identitas klien Nama : An. S Umur : 2 Thn Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Cikancung Pendidikan : Belum ada Pekerjaan : Belum ada Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia Tanggal Masuk RS : 03 - 02 – 2016 Tanggal Operasi : 14 – 02 - 2016 Tanggal Pengkajian : 15 - 02 – 2016 Ruangan : Kemuning Lantai II Bedah Anak No. Register : 16020707 Diagnosa Medis : Hischprung Disease
  • 58. 46 b) Identitas orang tua (1) Ayah Nama : Tn.A Umur : 39 Thn Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia Alamat : Cikancung Hubungan dengan Klien : Ayah klien (2) Ibu Nama : Ny. H Umur : 31 Thn Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia Alamat : Cikancung Hubungan dengan klien : Ibu klien
  • 59. 47 2) Riwayat kesehatan a) Riwayat kesehatan sekarang (1) Riwayat sebelum masuk rumah sakit Menurut ibu klien, 1 minggu sebelum masuk rumah sakit klien mengalami mual dan muntah yang berwarna kehijauan yang disertai dengan distensi abdomen. Ibu kemudian membawa ke puskesmas setempat untuk mendapatkan pengobatan namun kondisi klien tidak mengalami perubahan sehingga orang tua membawa klien untuk ke RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung untuk mendapatkan perawatan. (2) Keluhan utama : Nyeri. (3) Riwayat keluhan utama Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 15 Februari 2016 ibu klien mengatakan anaknya rewel karena luka pada perut kiri bawah akibat operasi reanostomosis colon pada tanggal 14 Februari 2016. Keluhan dirasakan hilang timbul selama 15 – 30 menit seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri sedang yaitu 6 (0-10). Bertambah pada saat klien banyak bergerak dan berkurang saat klien istirahat.
  • 60. 48 b) Riwayat kesehatan dahulu (1) Pre natal care. Ibu klien mengatakan mulai melakukan pemeriksaan kehamilan pada usia kehamilan 4 bulan di Posyandu. Selama hamil melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 3 kali, melakukan imunisasi TT dan ibu klien tidak pernah di rawat di Rumah Sakit. (2) Intra natal care Ibu klien mengatakan bahwa melakukan persalinan di klinik bersalin dengan bantuan bidan dan dokter, anak sempat menelan mekonium dan mengalami sesak napas. (3) Post natal care Ibu klien mengatakan bahwa setelah melahirkan, bayinya tidak BAB lebih dari 24 jam, perut kembung dan muntah berwarna kehijauan. Dokter mendiagnosis penyakit anaknya adalah hischprung sehingga langsung dilakukan tindakan pembedahan pada usia anak 1 hari. c) Riwayat kesehatan keluarga Ibu klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit yang sama dengan yang di derita anaknya. Ibu klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis dan lain-lain.
  • 61. 49 d) Genogram Bagan 1. Genogram 3 Generasi Keterangan : : Laki-Laki : Perempuan : Klien ? : Tidak diketahui umurnya : Meninggal Dunia : Tinggal Serumah : Garis Keturunan : Garis Perkawinan e) Riwayat imunisasi Tabel 11. Riwayat Imunisasi No Jenis Imunisasi Waktu Pelaksanaan Reaksi Setelah Pemberian 1. Hepatitis B 0 – 11 bulan (3x) Tidak ada reaksi 2. BCG 0 - 1 bulan (1x) Demam 3. Polio 0 - 11 bulan (4x) Demam 4. DPT 2 - 11 bulan (3x) Demam 5. Campak 0 - 11 bulan (1x) Demam ? 39 ?? ? ? 31 ? ? ? ? 10 2
  • 62. 50 f) Riwayat tumbuh kembang (1) Pertumbuhan fisik anak (a) Berat badan lahir 2,9 kg dan BB sekarang 15 kg (b) Tinggi badan lahir 48 cm sekarang 79 cm (c) Lingkar kepala lahir 34cm sekarang 44 cm (d) Lingkar lengan lahir 11 cm sekarang 16 cm (2) Perkembangan anak (a) Senyum pertama kali pada orang umur 6 minggu. (b) Berguling umur 8 bulan. (c) Duduk umur 9 bulan. (d) Merangkak umur 9 bulan (e) Berdiri umur 12 bulan (f) Bicara pertama 12 bulan. (g) Berjalan umur 16 bulan. (h) Dapat makan sendiri menggunakan sendok 22 bulan. g) Riwayat Nutrisi (1) Pemberian ASI (a) ASI diberikan sejak lahir hingga usia 12 bulan. (b) Pertama berikan bayi ASI dengan frekuensi 6-7x/hari (c) ASI diberikan dengan cara berbaring kadang dengan posisi digendong. (2) Pemberian Susu Formula Ibu klien mengatakan anaknya minum susu formula yaitu SGM saat usia 7 bulan.
  • 63. 51 (3) Pemberian Makanan Tambahan (a) Pemberian makanan tambahan berupa bubur bayi dan diberikan pertama kali pada usia 13 bulan. (b) Jenis bubur adalah bubur. Tabel 12. Pola Perubahan Nutrisi Tiap Tahap Usia sampai Pola Nutrisi Saat Ini No Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian 1. 0 Bulan ASI 0-6 bulan 2. 3. 6 Bulan 12 bulan Susu formula ASI, susu formula, dan bubur 6 – 12 bulan 12 – 24 bulan 3) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum : Lemah b) Tanda-tanda vital : N : 90x/menit R : 28x/menit S : 37,2 0 C c) Antropometri Berat badan : 15 kg Tinggi badan : 79 cm Lingkar kepala : 44 cm Lingkar perut : 48 cm Lingkar lengan atas: 16 cm d) Sistem Pernapasan Mukosa hidung warna merah muda, bentuknya simetris, tidak ada septum deviasi, bentuk dada normal, gerakan dinding dada simetris, frekuensi pernapasan 28 x/mnt, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada masa/benjolan, bunyi resonan pada
  • 64. 52 paru kanan dan kiri, bunyi nafas vesikuler, pernapasan reguler normal. e) Sistem Kardiovaskuler Konjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, tidak terdapat peningkatan JVP, CRT < 2 detik, akral teraba hangat, dan nadi 90 kali/menit. Terdengar pada area dan batas-batas jantung. Bunyi jantung S1 (+), S2 (+), tidak ada bunyi jantung tambahan. f) Sistem Pencernaan Bibir pecah-pecah dan nampak kering, bentuk simetris, tampak distensi abdomen, gigi susu belum lengkap, nampak ada luka post op pada abdomen sebelah kiri bawah, nyeri tekan pada abdomen kiri bawah, tidak teraba adanya massa, abdomen terdengar suara timpani, peristaltik usus 5 x/ menit dan hepar tidak teraba, mual dan muntah, terpasang NGT di hidung sebelah kiri. g) Sistem Muskuloskeletal Tingkat aktivitas klien terbatas karena adanya nyeri. Semuanya dibantu oleh keluarganya, tidak ada keterbatasan gerak pada persendian, tidak ada kifosis, lordosis ataupun skoliosis. (1) Ekstremitas Atas Bentuk simetris kiri dan kanan, terpasang IVFD RL 20 tetes/ menit (mikro) ditangan kanan, refleks trisep ++/++, refleks bisep ++/++, ada sensasi halus/ kasar, kekuatan otot 4 5 tidak terdapat edema.
  • 65. 53 (2)Ekstremitas Bawah Bentuk simetris kiri dan kanan, refleks patela ++/++, refleks achiles ++/++, refleks babinski ++/++ kekuatan otot 5 5 tidak terdapat edema. h) Sistem Indra (1) Mata : mata simetris antara kiri dan kanan, konjungtiva tampak berwarna merah muda, tidak ada pembengkakan pada palbebra, skelera tampak ikterus, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan. (2) Hidung : lubang hidung simetris antara kiri dan kanan, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, tidak terpasang alat bantu pernapasan, tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada masa atau benjolan, terpasang NGT di hidung sebelah kiri. (3) Telinga : simetris antara kiri dan kanan, lubang telinga bersih, tidak ada nyeri tekan pada artikula, tidak ada masa atau benjolan dan tidak ada nyeri tekan. (4) Lidah : lidah tampak bersih. (5) Kulit : warna kulit coklat, tidak terlihat lesi, kulit tampak bersih, kulit teraba hangat, ada luka bekas operasi di abdomen sebelah kiri bawah, diameter luka 6 cm, dan suhu tubuh 37,2 0 C. i) Sistem Perkemihan Tampak terpasang kateter, tidak ada udem palpebra, tidak ada distensi dan nyeri tekan pada kandung kemih.
  • 66. 54 j) Sistem persarafan (1) Nervus I (olfaktorius) Tidak dilakukan pengkajian karena anak masih 2 tahun. (2) Nervus II (Optikus) Tidak dilakukan pengkajian karena anak masih 2 tahun. (3) Nervus III, IV dan VI (Okulomotorius, Trokhlearis, dan Abdusen) Klien dapat menggerakan mata kesegala arah, refleks pupil positif terhadap rangsangan cahaya, dan pupil mata isokor. (4) Nervus V (Trigeminus) Klien dapat mengunyah dengan baik. (5) Nervus VII (Facialis) Klien dapat mengerutkan dahi dengan kedua bibir simetris (6) Nervus VIII (Akustikus) Tidak dilakukan pengkajian. (7) Nervus IX (Glosopharingeus) Klien dapat merasakan sensasi manis dan pahit pada lidah. (8) Nervus X (Vagus) Refleks menelan baik, ovula terletak ditengah. Mual dan muntah (9) Nervus XI (aksessorius) Klien dapat menoleh ke kiri dan ke kanan. (10)Nervus XII (Hipoglosus) Klien dapat menggerakan dan menjulurkan lidah ke depan, ke samping, ke atas dan ke bawah.
  • 67. 55 k) Sistem integumen Warna rambut hitam, penyebaran merata, rambut tidak mudah rontok, warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, suhu, 37,20 C, tidak ada clubbing finger, tampak luka bekas operasi pada abdomen sebelah kiri bawah, tampak luka tertutup perban steril, tampak luka dengan diameter 6 cm. l) Sistem endokrin Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid, tidak ada nyeri tekan pada kelenjar tiroid. m) Sistem imun Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar limfe. n) Sistem reproduksi Tidak ada kelainan pada sistem reproduksi. 4) Pola Aktivitas Tabel 13. Pola Aktivitas Sehari-Hari Aktivitas Sebelum Sakit Selama Sakit Pola nutrisi a) Makan Frekwensi Jenis makanan Porsi Nafsu makan a) 3 kali sehari b) Nasi, ikan, sayur, dan buah c) Dihabiskan d) Baik Klien terpasang NGT pada hidung sebelah kiri, ibu klien mengatakan anaknya mengalami mual dan muntah 3x. Keluhan b) Cairan Frekuensi Jenis Cara pemberian e) Tidak ada a) 4-5 kali sehari b) Air putih dan ASI c) Menggunakan gelas dan menyusui Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan. Pemasukan cairan klien hanya melalui infus RL 20 tts/menit (mikro). Eliminasi a) BAB Frekwensi Konsistensi Bau Warna Keluhan a) 1-2 kali sehari b) Lunak c) Khas d) Kuning jernih e) Tidak ada Ibu klien mengatakan anaknya susah BAB.
  • 68. 56 Aktivitas b) BAK Frekwensi Bau Warna Keluhan Sebelum Sakit b) 800 – 1500 cc/hari c) Khas amoniak d) Kuning e) Tidak ada Saat Sakit Terpasang kateter dengan volume urine 1000 cc/24 jam dan berwarna kuning jernih. Istirahat dan Tidur a) Tidur siang b) Tidur malam a) Baik b) Nyenyak Ibu klien mengatakan anaknya rewel karena nyeri luka post op. Personal hygiene a) Mandi b) Kuku c) Gosok gigi d) Mencuci rambut a) 2 kali sehari b) 1 kali seminggu c) 2 kali sehari d) 3 kali seminggu a) Ibu klien mengatakan anaknya hanya di lap basah. b) Ketika panjang. c) 1 kali sehari. d) 2 kali seminggu. 5) Data Psikologis Klien tinggal bersama orang tuanya, sejak lahir diasuh oleh keluarganya, di rumah klien sering bermain-main dengan orang tuanya dan anak-anak sebayanya, keluarga khawatir dengan kondisi yang diderita anaknya, ibu klien sering bertanya-tanya tentang penyakit yang diderita anaknya, ibu klien menanyakan kapan klien sembuh dan boleh pulang. Ibu klien tampak cemas dengan kondisi yang diderita anaknya. 6) Data penunjang Tabel 14. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal 10/02/2016 a) Darah lengkap (1) Hemoglobin (2) Hematokrit (3) Leukosit (4) Eritrosit (5) Trombosit 11,2 gr/dl 32 % 9.500 mm3 4,79 juta/ mm3 152 ribu/mm3 L : 14 – 18 gr/dl ; P : 12-16 gr/dl 37-48 % 4.000-10.000 mm3 L : 4,5 - 6 juta / mm3 ; P : 4,0 – 5,5 juta / mm3 150.000-440.000 rb/mm3
  • 69. 57 Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal b) Kimia Darah (1) Ureum (2) Kreatinin (3) GDS (4) SGOT (5) SGPT 11 mg/dL 0,24 mg/dL 85 mg/dL 25 u/L 15 u/L 15 – 50 mg/dL 0,24 – 0,41 mg/dL < 140 mg/dL < 56 u/L < 39 u/L 7) Pengobatan dan Perawatan a) Pengobatan (1) IVFD RL 20 tetes per menit (2) Cefotaxime 200 mg/ 12 jam/ IV (3) Antrain 100 mg/8 jam/IV (4) Ondansentron 1,5 mg/8 jam/IV b) Perawatan (1) Tirah baring (2) Perawatan luka b. Klasifikasi Data 1) Data Subjektif a) Ibu klien mengatakan anaknya rewel karena luka post op. b) Ibu klien mengatakan nyeri bertambah ketika bergerak. c) Ibu klien menanyakan kapan klien sembuh dan boleh pulang. d) Ibu klien mengatakan anaknya mual muntah sebanyak 3x. e) Ibu klien mengatakan anaknya susah BAB. f) Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan 2) Data Objektif a) Tampak luka bekas operasi pada abdomen sebelah kiri bawah. b) Tampak luka dengan diameter 6 cm.
  • 70. 58 c) Tampak luka tertutup perban. d) Terdapat nyeri tekan pada area sekitar operasi. e) Skala nyeri sedang yaitu 6 (0-10). f) Ekpresi wajah klien meringis sampai menangis ketika banyak bergerak. g) Klien tampak mual muntah sebanyak lebih dari 3x. h) Bibir tampak kering dan pecah-pecah i) Peristaltik usus 5 x/menit j) Tampak distensi abdomen k) Keluarga khawatir dengan kondisi yang diderita anaknya. n) Ibu klien sering bertanya-tanya tentang penyakit yang diderita anaknya. o) Ibu klien tampak cemas dengan kondisi yang diderita anaknya. p) Suhu : 37,2 0 C. q) Leukosit : 9.500 mm3 . c. Analisa Data Tabel 15. Analisa Data No Data Penyebab Masalah 1. Data Subjektif a. Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan. b. Ibu klien mengatakan anaknya mual muntah sebanyak 3x Data Objektif : a. Klien tampak mual dan muntah sebanyak 3x b. Keadaan umum klien lemah. c. Bibir tampak kering dan pecah-pecah. Gangguan gastrointestinal  Refluks balik peristaltik  Merangsang nervus vagus  Mual dan muntah  Kekurangan volume cairan Kekurangan volume cairan
  • 71. 59 No Data Penyebab Masalah 2. Data Subjektif : a. Ibu klien mengatakan anaknya rewel karena luka pada perut. b. Ibu klien mengatakan nyeri bertambah ketika bergerak. Data Objektif : a. Tampak luka bekas operasi abdomen sebelah kiri bawah. b. Terdapat nyeri tekan pada area sekitar operasi. c. Skala nyeri sedang yaitu 6 (0-10). d. Ekpresi wajah klien meringis sampai menangis ketika banyak bergerak. e. Tampak luka dengan diameter 6 cm. Post op reanostomosis  Terputusnya kontuinitas jaringan  Merangsang pengeluaran mediator kimia (histamine, bradikinin, serotonin,dan protalgandin)  Talamus  Corteks serebri  Nyeri akut Nyeri Akut 3. Data Subjektif : a. Ibu klien mengatakan anaknya susah untuk BAB Data Objektif : a. Peristaltik usus 5x/menit b. Tampak distensi abdomen Pembedahan ↓ Trauma jaringan ↓ Obstruksi pada colon distal ↓ Tidak dapat mendorong bahan-bahan yang akan dicerna ↓ Saluran cerna tersumbat ↓ Feses menumpuk ↓ Konstipasi. Konstipasi 4. Data Subjektif: a. Ibu klien menanyakan kapan klien sembuh dan boleh pulang. Data Objektif: a. Keluarga khawatir dengan kondisi yang diderita anaknya. b. Ibu klien sering bertanya-tanya tentang penyakit yang diderita anaknya. c. Ibu klien tampak cemas dengan kondisi yang diderita anaknya. Adanya penyakit yang diderita oleh klien ↓ Perubahan status kesehatan anak ↓ Kurang terpajan informasi mengenai status anak ↓ Koping keluarga in efektif ↓ Stress psikologis ↓ Ansietas keluarga Ansietas Orang Tua 5. Data Subjektif: - Data Objektif: a. Tampak luka bekas operasi pada abdomen sebelah kiri bawah. Adanya tindakan reanostomosis ↓ Terputusnya kontinuitas jaringan ↓ Resiko Tinggi Infeksi
  • 72. 60 No. Data b. Tampak luka dengan diameter 6 cm. c. Luka ditutup dengan perban steril. d. Suhu : 37,2 0 C e. Leukosit : 9.500 mm3 Penyebab Luka post op reanostomosis ↓ Merupakan port de entry mikroorganisme ↓ Jika tidak dirawat dengan baik potensi terjadinya infeksi ↓ Resiko tinggi infeksi Masalah d. Prioritas Masalah 1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah. 2) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan. 3) Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal 4) Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi mengenai status kesehatan anak. 5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op reanostomosis. 2. Diagnosa Keperawatan a. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan mual muntah ditandai dengan: Data Subjektif 1) Ibu klien mengatakan anaknya mual dan muntah sebanyak 3x 2) Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan Data Objektif : 1) Keadaan umum klien lemah 2) Klien tampak mual dan muntah sebanyak 3x 3) Bibir tampak kering dan pecah-pecah
  • 73. 61 b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan yang ditandai dengan: Data Subjektif : 1) Ibu klien mengatakan anaknya rewel karena luka pada abdomen sebelah kiri bawah. 2) Ibu klien mengatakan nyeri bertambah ketika bergerak. Data Objektif : 1) Tampak luka bekas operasi pada abdomen sebelah kiri bawah. 2) Tampak luka dengan diameter 6 cm. 3) Terdapat nyeri tekan pada area sekitar operasi. 4) Skala nyeri sedang yaitu 6 (0-10). 5) Ekpresi wajah klien meringis sampai menangis ketika bergerak. c. Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal yang ditandai dengan: Data Subjektif : 1) Ibu klien mengatakan anaknya susah untuk BAB Data Objektif: 1) Tampak distensi abdomen 2) Peristaltik usus 5 x/menit d. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi mengenai status kesehatan anak yang ditandai dengan: Data Subjektif: Ibu klien menanyakan kapan klien sembuh dan boleh pulang. Data Objektif: 1) Keluarga khawatir dengan kondisi yang diderita anaknya.
  • 74. 62 2) Ibu klien sering bertanya-tanya tentang penyakit yang diderita anaknya. 3) Ibu klien tampak cemas dengan kondisi yang diderita anaknya e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op reanotosmosis yang ditandai dengan : Data Subjektif: - Data Objektif: 1) Tampak luka bekas operasi pada abdomen sebelah kiri bawah. 2) Tampak luka dengan diameter 6 cm. 3) Luka ditutup dengan perban steril. 4) Suhu : 37,2 0 C 5) Leukosit : 9.500 mm3
  • 75. 63 3. Rencana Tindakan Keperawatan Nama : An. S Tanggal Masuk RS : 03 Februari 2016 Umur : 2 Thn Tanggal Pengkajian : 15 Februari 2016 Jenis Kelamin : Perempuan No. Register : 16020707 Alamat : Cikancung Diagnosa Medis : Hischprung Disease Tabel 16 : Rencana Tindakan Keperawatan No Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah ditandai dengan: Data Subjektif a) Ibu klien mengatakan anaknya mual dan muntah sebanyak 3 kali b) Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan Data Objektif : a) Keadaan umum klien lemah b) Klien tampak mual muntah sebanyak 3x c) Bibir tampak kering dan pecah- pecah Setelah diberi tindakan keperawatan selama 3 hari keseimbangan volume cairan terpenuhi dengan kriteria : a) Tidak ada mual dan muntah b) Mukosa bibir lembab dan tidak pecah-pecah c) Hidrasi adekuat 1. Kaji tanda vital, takikardi, demam, turgor kulit dan kelembaban mukosa. 2. Awasi masukan dan haluaran dan pengisapan dari NGT. 3. Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi. 4. Awasi elektrolit dan ganti sesuai indikasi. 5. Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi. 1. Indikator dehidrasi atau hipovolemia, keadekuatan penggantian cairan. 2. Perubahan pola kapasitas gaster/motilitas usus dan mual sangat mempengaruhi masukan dan kebutuhan cairan. 3. Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera pasca operasi. 4. Penggunaan selang NGT atau muntah dapat menurunkan elektrolit dan mempengaruhi fungsi organ. 5. Obat yang tepat diberikan dapat mengurangi keluhan klien. 2. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan yang ditandai dengan: Data Subjektif : a) Ibu klien mengatakan anaknya rewel karena adanya luka pada abdomen sebelah kiri bawah. b) Ibu klien mengatakan nyeri bertambah ketika bergerak. Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 hari nyeri berangsur-angsur berkurang hingga nyeri hilang dengan kriteria hasil: a)Ekspresi wajah klien nampak tenang b)Nyeri berkurang dari 6 menjadi 1 dari (0-10) c)Tidak ada nyeri saat menggerakan 1.Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas (skala 0-10) perhatikan petunjuk verbal dan non verbal. 2.Ajarkan ibu klien teknik distraksi dengan cara mengusap-usap daerah yang nyeri secara perlahan ketika nyeri. 3.Pertahankan istirahat dengan posisi 1. Membantu dalam mengindentifikasi derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk keefektifan analgesik 2. Distraksi berfungsi untuk mengalihkan perhatian klien sehingga nyeri berkurang. 3. Menghilangkan ketegangan abdomen
  • 76. 64 Data Objektif : a) Tampak luka bekas operasi pada abdomen sebelah kiri bawah. b) Terdapat nyeri tekan pada area sekitar operasi. c) Skala nyeri sedang yaitu 6 (0-10). d) Ekpresi wajah klien meringis sampai menangis ketika banyak bergerak. e) Tampak luka dengan diameter 6 cm badan. yang nyaman bagi klien. 4.Kolaborasi pemberian analgetik. dengan posisi yang terlentang. 4. Analgetik dapat menghambat pengiriman impuls nyeri ke korteks serebri sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. 3. Konstipasi yang berhubungan dengan obstruksi colon distal yang ditandai dengan: Data Subjektif : a) Ibu klien mengatakan anaknya susah untuk BAB Data Objektif: a) Tampak distensi abdomen b) Peristaltik usus 5 x/menit Setelah diberi tindakan keperawatan selama 3 hari pola eliminasi klien kembali normal dengan kriteria : a) Feses lunak b) BAB 1-2x/hari c) Tidak ada distensi abdomen d) Peristaltik usus dalam batas normal 1. Observasi bising usus dan periksa adanya distensi abdomen pasien. 2. Dorong masukkan cairan 2.500- 3.000 ml/hari 3. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet jika pasien sudah tidak dipuasakan. 1. Untuk menyusun rencana penanganan yang efektif dalam mencegah konstipasi dan impaksi fekal 2. Membantu memperbaiki konsistensi feses. 3. Menentukan diet yang sesuai dengan kebutuhan klien. 4. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang terpajan informasi mengenai status kesehatan anak yang ditandai dengan: Data Subjektif: Ibu klien menanyakan kapan klien sembuh dan boleh pulang. Data Objektif: a) Keluarga khawatir dengan kondisi yang diderita anaknya. b) Ibu klien sering bertanya-tanya tentang penyakit yang diderita anaknya. c) Ibu klien tampak cemas dengan kondisi yang diderita anaknya. Setelah diberi tindakan keperawatan selama 3 hari kecemasan keluarga berkurang/hilang dengan kriteria : a) Keluarga tidak bertanya-tanya lagi. b) Keluarga nampak tenang. 1. Kaji tingkat kecemasan keluarga klien. 2. Beri kesempatan kepada keluarga klien untuk mengungkapkan perasaannya. 3. Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit klien dan proses perawatannya. 1.Sebagai data dasar dalam mengmbil langkah selanjutnya. 2.Mengurangi rasa cemas keluarga dan keluarga merasa dihargai. 3.Menambah pengetahuan keluarga tentang penyakit anaknya dan cara-cara perawatannya. 5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka post op reanostomosis yang ditandai dengan : Setelah diberi tindakan keperawatan selama 3 hari, tidak terjadi infeksi. dengan kriteria : a) Tidak terjadi tanda-tanda infeksi 1. Awasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental dan meningkatnya nyeri abdomen. 1. Dengan adanya infeksi/terjadinya sepsis, dan abses.
  • 77. 65 Data Subjektif: - Data Objektif: a)Tampak luka bekas operasi pada abdomen sebelah kiri bawah. b)Tampak luka dengan diameter 6 cm. c)Luka ditutup dengan perban d)Suhu : 37,2 0C. e)Leukosit : 9.500 mm3 seperti tumor, dolor dan color. b) Suhu normal 36 – 37,5ºC. c) Luka tidak basah. 2. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptic. 3. Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik luka, dan adanya eritema. 4. Kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik sesuai indikasi. 2. Menurunkan resiko penyebaran bakteri. 3. Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi, dan/atau pengawasan penyembuhan yang telah ada sebelumnya. 4. Diberikan sebagai profilaksis atau menurunkan jumlah organisme untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya pada rongga abdomen.
  • 78. 66 4. Implementasi dan Evaluasi Tabel 17: Implementasi dan Evaluasi No. Dx Hari/ Tanggal Jam Implementasi Hari/ Tanggal Jam Evaluasi I Senin, 15/02/2016 07.30 07.45 08.00 08.15 08.25 1. Mengkaji tanda vital, takikardi, demam, turgor kulit dan kelembaban mukosa Hasil: TTV : Nadi : 90x/menit, Pernapasan : 28 x/menit dan Suhu : 37,2 0 C 2. Mengawasi masukan dan haluaran dan pengisapan dari NGT. Hasil a. Ibu klien mengatakan anaknya mual dan muntah sebanyak 3x. b. Klien dipuasakan c. Klien terpasang NGT di hidung sbelah kiri. 3. Memberikan cairan tambahan IV sesuai indikasi. Hasil : Klien terpasang infus RL 20 tts/menit (micro) 4. Mengawasi elektrolit dan ganti sesuai indikasi. Tiap kali muntah pasien diguyur dengan cairan RL 100 cc. Hasil : a. Mukosa kering dan bibir masih pecah-pecah. b. Klien masih tampak mual muntah 5. Berkolaborasi dalam pemberian antiemetik yaitu ondansentron 1 ampul/iv dengan cara menyuntikan obat melalui selang infus Hasil : Injeksi ondansentron 1,5 mg/iv. Senin 15/02/2016 13.00 S: a. Ibu klien mengatakan mual dan muntah anaknya sedikit berkurang. b. Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan. O : a. Keadaan umum klien lemah b. Tampak terpasang NGT pada hidung sebelah kiri c. Mukosa kering dan bibir pecah-pecah. d. Mual dan muntah klien berkurang A : Tujuan tercapai sebagian P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5 II Senin 15/02/2016 08.35 08.45 1. Mengkaji lokasi, berat dan tipe nyeri dengan cara melihat ekspresi wajah klien. Hasil: Lokasi nyeri pada daerah operasi, skala 6 (0-10) tipe nyeri sedang. 2. Mengajarkan ibu klien teknik distraksi dengan cara mengusap-usap daerah yang sakit secara perlahan ketika nyeri. Hasil: Senin 15/02/2016 13.20 S : a. Ibu klien mengatakan masih nyeri pada daerah luka operasi anaknya karena anaknya masih rewel. b. Ibu klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak.
  • 79. 67 08.55 09.00 Ibu klien dapat melakukan teknik distraksi dengan cara mengusap-usap daerah yang sisi abdomen sebelah kiri ketika nyeri 3. Mempertahankan istirahat dengan posisi yang nyaman untuk klien. Hasil: Klien dalam posisi setengah duduk. 4. Mengkolaborasikan pemberian analgetik yaitu antrain 100 mg/iv dengan cara obat dimasukan dalam spoit kemudian disuntikan melalui selang infus. Hasil: Injeksi antrain 100 mg/iv O : a. Ekspresi wajah nampak meringis sampai dengan menangis. b. Skala 6 (0-10) A : Tujuan belum tercapai P: Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4. III. Senin 15/02/2016 09.10 09.20 09.30 1.Mengobservasi bising usus dan periksa adanya distensi abdomen pasien. Hasil : a. Bising usus 5x/menit b. Masih tampak distensi abdomen 2.Mendorong masukkan cairan 1.500 - 2.000 ml/hari yaitu melalui cairan infus karena pasien sedang dipuasakan. Hasil : Terpasang RL 20 tetes/menit 3.Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pengaturan diet jika pasien sudah tidak dipuasakan yaitu makanan yang tinggi serat. Hasil : Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan. Senin 15/02/2016 13.30 S : a. Ibu klien mengatakan anaknya susah untuk BAB. b. Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan. O : a Tampak distensi abdomen b. Peristaltik usus 5 x/menit A : Tujuan belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 1, 2, dan 3 IV Senin 15/02/2016 09.40 09.50 10.00 1.Mengkaji tingkat kecemasan keluarga klien. Hasil : Keluarga klien selalu bertanya-tanya kepada dokter dan perawat tentang penyakit yang diderita oleh anaknya 2.Memberi kesempatan kepada keluarga untuk klien untuk mengungkapkan perasaannya dengan cara perawat mendengarkan keluhan-keluhan yang diungkapkan oleh keluarga. Hasil : Keluarga klien mau berbagi cerita dengan perawat dan menceritakan masalah- masalah kesehatan anaknya mulai sejak lahir sampai sekarang 3.Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit klien dan proses perawatannya. Hasil : Keluarga klien mulai mengerti dengan proses perawatan klien Senin 15/02/2016 13.40 S : Ibu klien masih bertanya-tanya tentang keadaan anaknya O : a. Ibu dan keluarga klien sedikit mengerti dengan kondisi anaknya. b.Ibu dan keluarga klien masih bertanya-tanya tentang kondisi kesehatan klien A : Tujuan tercapai sebagian
  • 80. 68 P : Lanjutkan intervensi 1 dan 3. V. Senin 15/02/2016 10.10 10.25 11.00 11.10 1. Mengawasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental dan meningkatnya nyeri abdomen. Hasil : a. Nadi : 90 x/mnt b. R : 28 x/mnt c. S : 37,2o C. Suhu tubuh klien normal. 2. Melakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptic yaitu mempertahankan perawatan luka dengan tehnik aseptik dengan mengawali dan tindakan dengan mencuci tangan, kemudian selalu memakai handscone, masker dan antiseptik seperti cairan Nacl 0,9%, dan betadine serta pertahankan balutan luka kering. Hasil : Luka masih tampak merah dan baru 3. Lihat insisi dan balutan, catat karakteristik luka, dan adanya eritema. Hasil : Luka masih tampak merah dan baru 4. Memberikan obat antibiotik sesuai indikasi yaitu cefotaxime 1 gr/IV dengan cara menyuntikan pada selang infus Hasil : Injeksi cefotaxime 200 gram/IV. Senin 15/02/2016 14.00 S : - O : 1. Luka tampak merah dan baru 2. Suhu tubuh normal (37,1o C). 3. Penyatuan luka cukup baik tanpa adanya tanda-tanda infeksi A : Tujuan belum tercapai P : Pertahankan intervensi 1,2,3, dan 4
  • 81. 69 5. Catatan Perkembangan Tabel 18: Catatan Perkembangan No NO DX Hari/ Tanggal Jam Catatan Perkembangan Klien Paraf 1. I Selasa, 16/02/2016 07.30 07.40 07.50 08.00 08.10 08.20 12.00 S: a. Ibu klien mengatakan mual dan muntah anaknya sedikit berkurang. b. Ibu klien mengatakan anaknya masih dipuasakan. O : a. Keadaan umum klien lemah b. Tampak terpasang NGT pada hidung sebelah kiri c. Mukosa kering dan bibir pecah-pecah. d. Mual dan muntah klien berkurang A : Tujuan belum tercapai P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5 I : 1. Mengkaji tanda vital, takikardi, demam, turgor kulit dan kelembaban mukosa Hasil: TTV : Nadi : 90x/menit, Pernapasan : 28 x/menit dan Suhu : 37,2 0 C 2. Mengawasi masukan dan haluaran dan pengisapan dari NGT. Hasil a. Ibu klien mengatakan anaknya mual dan muntah sebanyak 3x. b. Klien dipuasakan c. Klien terpasang NGT di hidung sbelah kiri. 3. Memberikan cairan tambahan IV sesuai indikasi. Hasil : Klien terpasang infus Nacl 0,9% 20 tts/menit (micro) 4. Mengawasi elektrolit dan ganti sesuai indikasi. Tiap kali muntah pasien diguyur dengan cairan RL 100 cc. Hasil : a. Mukosa kering dan bibir masih pecah- pecah. b. Klien masih tampak mual muntah 5. Berkolaborasi dalam pemberian antiemetik yaitu ondansentron 1 ampul/iv dengan cara menyuntikan obat melalui selang infus Hasil : Injeksi ondansentron 1,5 mg/iv E : Masalah belum teratasi 2. II Selasa 16/02/2016 08.30 S : a. Ibu klien mengatakan masih nyeri pada daerah luka operasi anaknya karena anaknya masih rewel. b. Ibu klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak.