Karya tulis ilmiah ini membahas asuhan keperawatan pada pasien wanita dengan gangguan sistem saraf akibat tumor otak di rumah sakit. Dokumen ini berisi ringkasan kasus, tujuan penulisan, metode yang digunakan, hasil yang dicapai, dan kesimpulan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Bekasi
Kti nurkhalida
1. i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERSARAFAN : SPACE OCCUPYING LETION (SOL)
DI RUANG KANA BEDAH UMUM Lt. II RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH :
NUR KHALIDA
13. 13. 1115
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH
KABUPATEN MUNA
RAHA
2016
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERSARAFAN : SPACE OCCUPYING LETION (SOL)
DI RUANG KANA BEDAH UMUM Lt. II RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH :
NUR KHALIDA
13. 13. 1115
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH
KABUPATEN MUNA
RAHA
2016
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERSARAFAN : SPACE OCCUPYING LETION (SOL)
DI RUANG KANA BEDAH UMUM Lt. II RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH :
NUR KHALIDA
13. 13. 1115
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH
KABUPATEN MUNA
RAHA
2016
2. ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERSARAFAN : SPACE OCCUPYING LETION (SOL)
DI RUANG KANA BEDAH UMUM Lt. II RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Pendidikan Program
Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
OLEH :
NUR KHALIDA
13. 13. 1115
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH
KABUPATEN MUNA
RAHA
2016
ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERSARAFAN : SPACE OCCUPYING LETION (SOL)
DI RUANG KANA BEDAH UMUM Lt. II RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Pendidikan Program
Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
OLEH :
NUR KHALIDA
13. 13. 1115
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH
KABUPATEN MUNA
RAHA
2016
ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERSARAFAN : SPACE OCCUPYING LETION (SOL)
DI RUANG KANA BEDAH UMUM Lt. II RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Pendidikan Program
Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
OLEH :
NUR KHALIDA
13. 13. 1115
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH
KABUPATEN MUNA
RAHA
2016
3. iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul:
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. E dengan Gangguan Sistem
Persarafan : Space Occupying Letion (SOL) di Ruang Kana Bedah Umum
Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan Dewan
Penguji.
Raha, Juni 2016
Pembimbing :
SANTHY, S.Kep. Ns.,M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
Mengetahui :
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep. Ns.,M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
4. iv
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jl. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-22954
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal 11 Juni 2016
DEWAN PENGUJI
1. SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )
2. ASMALIA, S.Kep., Ns., M.Kes ( )
3. Ns.WAODE FITRI NINGSIH, S.Kep.,M.Kes ( )
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi
Keperawatan Pemkab Muna
Raha, Juni 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep.,Ns., M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
iv
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jl. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-22954
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal 11 Juni 2016
DEWAN PENGUJI
1. SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )
2. ASMALIA, S.Kep., Ns., M.Kes ( )
3. Ns.WAODE FITRI NINGSIH, S.Kep.,M.Kes ( )
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi
Keperawatan Pemkab Muna
Raha, Juni 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep.,Ns., M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
iv
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
AKADEMI KEPERAWATAN
Jl. Poros Raha-Tampo Km. 6 Motewe Tlp. 0403-22954
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal 11 Juni 2016
DEWAN PENGUJI
1. SANTHY, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )
2. ASMALIA, S.Kep., Ns., M.Kes ( )
3. Ns.WAODE FITRI NINGSIH, S.Kep.,M.Kes ( )
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Akademi
Keperawatan Pemkab Muna
Raha, Juni 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
SANTHY, S.Kep.,Ns., M.Kep
NIP. 19800212 200312 2 006
5. v
ABSTRAK
Nur Khalida. Asuhan Keperawatan pada klien Ny. E dengan Gangguan Sistem Persarafan :
Space Occupying Letion (SOL), Dibimbing oleh Santhy
Latar Belakang : Berdasarkan data hasil Rekam Medik menunjukkan persentase Gangguan
Sistem Persarafan dari jumlah pasien 181 yang dirawat di Bedah Umum Lantai II, Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung, Tumor Otak (SOL) menduduki posisi ke 5 (lima)
sebanyak 19 kasus dengan jumlah persentasinya 10,49%.
Tujuan : Untuk menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang komprehensif pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying
Letion (SOL) secara langsung pada situasi nyata meliputi bio-psiko-sosial dan spiritual yang
didasarkan pada ilmu kiat keperawatan.
Metode : Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan metode analisis
deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan dalam proses keperawatan.
Adapun tekhnik pengumpulan data yakni melalui wawancara, pemeriksaan fisik, studi observasi,
studi dokumentasi, dan studi kepustakaan.
Hasil : Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Persarafan:
Space Occupying Letion (SOL), ditemukan 4 diagnosa keperawatan yaitu Nyeri akut, Gangguan
presepsi sensori atau penglihatan, Gangguan Pemenuhan ADL : Personal Hygiene, dan Ansietas.
Dari 4 diagnosa keperawatan tersebut hanya 1 diagnosa yang tujuannya sudah tercapai yaitu
Ansietas dan 3 diagnosa yang tujuanya belum tercapai yaitu Nyeri akut, Gangguan presepsi
sensori, dan Hambatan mobilitas fisik namun sudah ada kemajuan.
Kesimpulan : Dalam melakukan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan:
Space Occupying Letion (SOL), perlu melakukan pengkajan dengan benar dan sesuai dengan
konsep dasar dengan penyakit tumor otak, selalu berdiskusi dengan teman-teman sejawat dan
pembimbing bila mengalami kesulitan.
Kata Kunci : Asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space
Occupying Letion (SOL)
Tinjauan Literature : 12 Kepustakaan (2000-2016).
6. vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. E
dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Letion (SOL) di
Ruang Kana Bedah Umum, Lantai II Rumah Sakit Umum dr. Hasan Sadikin
Bandung”.
Adapun maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan program Diploma
III Keperawatan pada Akper Pemerintah Kabupaten Muna.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas atas bimbingan,
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik moral maaupun material, oleh
karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu dr. Ayi Djembarsari, MARS Selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan waktu dan
kesempatan untuk praktek dan melaksanakan ujian praktek klinik keperawatan
pada Rumah Sakit yang dipimpinnya.
2. Ibu SANTHY, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku direktur Akper Pemkab Muna dan
pembimbing yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
mengikuti pendidikan di Akper Pemkab Muna.
3. Bapak Mursalin SKM, M.Kes selaku penguji praktek klinik di Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
7. vii
4. Bapak Widaya, Amk. Sebagai Kepala Ruangan dan CI serta semua staf
ruangan Kana Bedah Umum Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung, yang telah memberikan arahan dan masukan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Ny. E untuk penyusunan
laporan studi kasus ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf Akper Pemkab Muna yang telah memberikan
petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan penyusunan karya
tulis ilmiah ini.
6. Klien Ny.E yang telah bersedia bekerja sama dengan penulis selama
melaksanakan asuhan keperawatan.
7. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Bapak Nurdin dan Ibu Wa Rami yang
tercinta yang telah mengasuh, memberikan motivasi serta pengorbanan materi
yang tidak terhingga selama penulis mengikuti pendidikan dan semua
keluargaku yang telah memberikan dukungan dan dorongan baik moril
maupun materil selama mengikuti pendidikan.
8. Khususnya para sahabatku : Lisrawati, Irham, Irna dewi, Erwin, Tika
Yuslindah, Lm. Syarifuddin, yang selalu bersama saya dalam suka maupun
duka yang telah banyak membantu dalam Pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Buat Saudara-Saudara Tercinta : Sabirudin, Amd. Kep. Harbin, Nurhaeni,
Nur Asmawati, Risnawati, Andriani Reski, dan Ariyanti Nurdin terima kasih
atas motivasi dan dukungannya selama ini.
10. Rekan-rekan Mahasiswa Akper Pemkab Muna khususnya Angkatan ke XIII
dan berbagai pihak yang penulis tidak bisa penulis sebutkan namanya satu
8. viii
persatu yang telah mendukung penulis dan memberikan motivasi serta
partisipasinya selama mengikuti pendidikan di Akper Pemkab Muna dan
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Demikian dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan
Karya Tulis Ilmiah ini, kiranya dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca dalam mengembangkan ilmu keperawatan khususnya asuhan
keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Letion
(SOL) Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas segala
bantuan dan kebaikannya dalam mewujudkan Karya Tulis Ilmiah ini.
Raha, Juni 2016
Penyusun
9. ix
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .......................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiii
DAFTAR BAGAN..............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup Pembahasan ................................................................. 3
C. Tujuan .................................................................................................... 4
D. Manfaat .................................................................................................. 5
E. Metode Telaahan ................................................................................... 6
F. Waktu Pelaksanaan ............................................................................... 8
G. Tempat pelaksanaan................................................................................8
H. Sistematika Telaahan ..............................................................................8
10. x
BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN SPACE OCCUPYING
LESSION (SOL)
A. Konsep Dasar ......................................................................................10
1. Defenisi .......................................................................................... 10
2. Klasifikasi ...................................................................................... 11
3. Anatomi Fisiologi .......................................................................... 14
4. Penyebab ........................................................................................ 20
5. Patofisiologi ................................................................................... 22
6. Manifestasi Klinik ......................................................................... 26
7. Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 27
8. Penatalaksanaan Medis .................................................................. 28
9. Komplikasi ..................................................................................... 30
10. Dampak SOL Terhadap Sistem Tubuh ......................................... 30
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan .......................... 32
1. Pengkajian ..................................................................................... 32
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 52
3. Intervensi Keperawatan ................................................................. 53
4. Implementasi ................................................................................. 58
5. Evaluasi ......................................................................................... 58
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Kasus .................................................................................. 60
1. Pengkajian .................................................................................... 60
11. xi
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 76
3. Rencana Asuhan Keperawatan ...................................................... 78
4. Implementasi dan Evaluasi ............................................................ 81
5. Catatan Perkembangan .................................................................. 84
B. Pembahasan ....................................................................................... 87
1. Pengkajian ..................................................................................... 87
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 89
3. Perencanaan ................................................................................... 92
4. Implementasi ................................................................................. 93
5. Evaluasi ......................................................................................... 94
BAB IV REKOMENDASI DAN KESIMPULAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 96
B. Rekomendasi ...................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
12. xii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1: Distribusi Sepuluh Penyakit Terbesar .......................................................3
Tabel 2 : 1ntervensi dan Rasional ........................................................................54
Tabel 3 : 1ntervensi dan Rasional .......................................................................54
Tabel 4 : 1ntervensi dan Rasional .......................................................................55
Tabel 5 : 1ntervensi dan Rasional ........................................................................56
Tabel 6 : 1ntervensi dan Rasional ........................................................................56
Tabel 7 : 1ntervensi dan Rasional.........................................................................57
Tabel 8 : Kegiatan Sehari-Hari ............................................................................72
Tabel 9 : Hasil Pemeriksaan Laboratorium ..........................................................74
Tabel 10 : Klasifikasi Data ...................................................................................74
Tabel 11 : Analisa Data ........................................................................................75
Tabel 12 : Rencana Asuhan Keperawatan ............................................................78
Tabel 13 : Implementasi Dan Evaluasi .................................................................81
Tabel 14 : Catatan Perkembangan ........................................................................84
13. xiii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1: Sel Saraf ...........................................................................................15
Gambar 2.2 : Anatomi Otak..................................................................................16
15. xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
:
:
:
:
:
Rencana penyuluhan
Satuan acara penyuluhan
Materi penyuluhan
Leaflet
Lembar Bimbingan
16. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis (Kemenkes, 2015).
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional
yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berlandaskan
ilmu dan kiat keperawatan berbentuk layanan bio, psiko, sosial, dan spritual
yang komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga dan masyarakat
baik dalam keadaan sehat ataupun sakit serta mencakup seluruh proses
kehidupan. Layanan keperawatan kepada klien dilakukan dengan
menggunakan metode proses keperawatan (Asmadi, 2008).
Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan untuk
klien merupakan salah satu wujud tanggung jawab dan tanggung gugat
perawat terhadap klien. Pada akhirnya, penerapan proses keperawatan ini
akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan kepada klien (Asmadi,
2008).
17. 2
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal
didalam otak yang terdiri atas tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak
benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak
ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker didalam otak yang
berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan disebelahnya atau yang
telah menyebar (Metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran
darah (Smeltzer & Bare, 2002).
Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade kelima
dan keenam, dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa, tumor
otak memiliki banyak klasifikasi. Klasifikasi yang paling mudah dipahami
adalah klasifikasi menurut Karnahan dan Sayre, dimana tumor diberi nama
sesuai dengan nama sel yang terserang, bailsrl pada susunan saraf orang
dewasa, pada pembuluh darah maupun pada gangguan perkembangan
(kongenital). Stadium keganasannya diberi tingkatan dari 1 sampai IV (IV
yang paling ganas). Tumor yang sering terjadi pada orang dewasa yaitu lesi
supratentorial (fosa media atau anterior). Jejas neoplastik di dalam otak
akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti
pernapasan atau adanya peningkatan Tekanan Intra Kranial (Rangki &
Susen, 2015).
Berdasarkan data yang didapatkam dari rekam medik RSUD dr.
Moewardi Surakarta, dari tahun 2013 sampai bulan Maret 2014 terdapat 31
18. 3
kasus pasien dengan tumor otak dari rata-rata hampir semua jenis tumor
ganas (Devi, 2014).
Menurut data diperoleh penulis atas Medical Record di Ruang Bedah
Umum, Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung, penderita
tumor otak atau intrakranial Space Occupying Letion (SOL) pada tahun 2016,
menempati urutan ke 5 (lima) sebanyak 19 kasus (10,49%). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Persentase Penyakit terbesar di Ruang Kana, Bedah Umum Lantai II, RSUP dr
Hasan Sadikin Bandung Periode Nov 2015 – Jan 2016
No. Jenis Penyakit
Jumlah Pasien
Masuk
Persentase (%)
1. Fraktur Mandibula 33 18, 23
2. Efusi Pleura 29 16, 02
3. Infeksi Gigi 23 12, 70
4. Tumor Intra Abdomen 21 11, 60
5. SOL 19 10, 49
6. ALI 18 9, 94
7. CKD 15 8, 28
8. Laparatomi Exporasi 10 5, 52
9. Abses Serebri 8 4, 41
10. Selulitis 5 2, 76
Jumlah 181 100%
Sumber : Medical Record Ruang Kana, Bedah Umum Lantai II, RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
Periode Nov 2015 - Jan 2016.
Berdasarkan uraian diatas dan mengingat dampak yang ditimbulkan
pada klien, maka penulis sangat tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. E dengan Gangguan
Sistem Persarafan : Space Occupying Letion (SOL) di Ruang Kana Bedah
Umum, Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
19. 4
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis membatasi masalah
yang dibahas yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. E dengan
Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying Letion (SOL) di Ruang
Kana Bedah Umum, Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus penyakit saraf dan mampu menerapkan asuhan
keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
komprehensif pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space
Occupying Letion (SOL) secara langsung pada situasi nyata meliputi bio-
psiko-sosial dan spiritual yang didasarkan pada ilmu keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian, menganalisa data dan
menentukan prioritas masalah secara komprehensif terutama pada
klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion
(SOL).
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL).
c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan berdasarkan
permasalahan yang muncul sesuai dengan diagnosa keperawatan pada
20. 5
klien dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion
(SOL).
d. Penulis mampu melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
yang telah ditentukan dan sesuai dengan kebutuhan klien pada
gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL)
e. Penulis mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan pada klien
dengan gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL).
f. Penulis mampu mendokumentasikan hasil-hasil Asuhan Keperawatan
pada klien dengan Gangguan Sistem Persarafan : Space Occupying
Letion (SOL).
D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat yang ada di
Rumah Sakit dalam mengambil langkah-langkah kebijaksanaan dalam
rangka meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem persarafan : Space Occupying Letion (SOL).
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil Studi Kasus ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi disiplin
ilmu keperawatan dalam mengembangkan keilmuan khususnya Asuhan
Keperawatan, agar para mahasiswa dapat mengetahui Asuhan
Keperawatan tentang penyakit Tumor Otak pada pasien yang menderita
penyakit serta perannya sebagai perawat yaitu memberikan pelayanan
21. 6
kesehatan (Pendidikan Kesehatan), Promotif, Preventif, Kuratif dan
Rehabilitatif untuk penyakit Tumor Otak.
3. Bagi Profesi
Sebagai bahan masukan bagi rekan–rekan sejawat dalam melakukan
penelitian lebih lanjut dengan permasalahan yang sama yaitu asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space
Occupying Letion (SOL).
4. Bagi Penulis
Sebagai acuan berfikir dalam melaksanakan asuhan keperawatan &
Menambah wawasan dan keterampilan dalam penerapan proses asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : Space
Occupying Letion (SOL).
E. Metode Telaahan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun karya Tulis
Ilmiah ini adalah metode analisis deskriptif yang berbentuk studi kasus
dengan berdasarkan pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan informasi dan bahan-bahan bacaan dari berbagai
buku-buku literatur dan internet yang relevan yang dapat dipercaya untuk
mendapatkan kejelasan teori yang berhubungan dengan masalah klien,
(Nursalam, 2013)
2. Studi kasus
22. 7
Studi Kasus yaitu menggunakan pendekatan proses keperawatan
pada klien dan keluarga yang meliputi : Pengkajian, Analisa Data,
penerapan Diagnosa Keperawatan, penyusunan Rencana Tindakan dan
Evaluasi Asuhan Keperawatan.
Adapun Tehnik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data
pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
a. Observasi
Mengamati keadaan klien secara langsung yang meliputi bio, psiko,
sosial, kultural dan spiritual.
b. Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung dengan klien dan keluarga klien
serta tenaga kesehatan lain untuk memperoleh informasi yang akurat
yang mendukung terhadap adanya masalah pada anak.
c. Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik pada klien
secara head to toe dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi yang diaplikasikan secara persistem sehingga
dapat dijadikan data objektif yang mendukung terhadap adanya
masalah pada anak.
d. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data atau informasi yang diperoleh dari buku status
klien yang meliputi catatan atau arsip dari medical record yang
berhubungan dengan perkembangan kesehatan klien pada saat itu
23. 8
untuk dijadikan salah satu dasar dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
e. Metode Diskusi
Diskusi dengan tenaga Kesehatan yang terkait yaitu Perawat yang
bertugas di Ruang Perawatan Kana Bedah Umum, Lantai II RSUP dr.
Hasan Sadikin Bandung.
F. Waktu Pelaksanaan
Studi Kasus dilakukan dilaksanakan pada pada tanggal, 19 – 22
Februari 2016.
G. Tempat pelaksanaan
Studi Kasus ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat dr.
Hasan Sadikin Bandung.
H. Sistematika Telaahan
Untuk memahami apa yang dibahas dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini, maka penulis menguraikan 4 (empat) bab dan beberapa sub bab
sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan, bab ini meliputi : Latar Belakang, Ruang
Lingkup Pembahasan, Tujuan, Manfaat, Metode Telaahan,
Tempat Pelaksanaan, Waktu Pelaksanaan, dan Sistematika
Telaahan.
Bab II : Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Persarafan : SOL, yang mencakup Konsep Dasar,
24. 9
terdiri dari : Pengertian, Klasifikasi, Anatomi Fisiologi, Etiologi,
Patofisiologi, Manifestasi Klinik, Pemeriksaan Diagnostik,
Penanganan Medik, dan Komplikasi. Dan tinjauan teoritis
tentang Asuhan Keperawatan terdiri dari : Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.
Bab III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, bab ini memuat tentang
pengamatan Kasus yang merupakan laporan Asuhan
Keperawatan Pada Klien Ny. E dengan Gangguan Sistem
Persarafan : Space Occupying Letion (SOL) di Ruang Kana
Bedah Umum, Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung, dan Pembahasan yang berisikan tentang
ulasan naratif dari setiap tahapan proses keperawatan yang
dilakukan serta perbandingan antara teori dan kasus nyata yang
disusun secara sistematis berdasarkan tahapan proses
keperawatan meliputi Pengkajian, Analisa Data, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi dan Catatan
Perkembangan.
Bab IV : Kesimpulan dan Rekomendasi, bab ini berisikan Kesimpulan
dan Rekomendasi dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan
formulasi saran atau rekomendasi yang operasional terhadap
masalah yang ditemukan.
25. 10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN
SPACE OCCUPYING LESSION (SOL)
A. Konsep Dasar
1. Defenisi
Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau
proses desak ruang (Space Ocuping Letion atau Space Talking Lesion)
yang timbul didalam rongga tengkorak baik didalam kompartemen
supratentotrial (Nurarif & Kusuma, 2015).
Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakarnial yang
menempati ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu tumbuh
sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh
menyebar, masuk kedalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari
kompresi dan infiltrasi jaringan (Smeltzer & Bare, 2002).
Tumor intrakranial termasuk juga lesi desak ruang jinak
maupun ganas, yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Lesi
desak ruang di dalam tengkorak merupakan lesi-lesi yang meluas atau
yang menempati ruang di dalam rongga tengkorak (Rangki & Susen
2014).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal
didalam otak yang terdiri atas tumor otak benigna dan maligna. Tumor
26. 11
otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak,
tetapi tidak ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker
didalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan
disebelahnya atau yang telah menyebar (Metastase) ke otak dari
bagian tubuh lainnya melalui aliran darah (Smeltzer & Bare, 2002).
2. Klasifikasi Tumor Otak
Menurut (Rangki & Susen, 2014) tumor otak dapat
klasifikasikan beberapa macam yaitu :
a. Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam
system saraf pusat (misalnya euroligis), bertanggung jawab atas
kira-kira 40-50% tumor otak.
b. Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen,
sel-sel mesofel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura
dari paling penting.
c. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofon, eosinofil atau
basofil dari hipofisis anterior.
d. Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 - 10%
tumor intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung
saraf.
e. Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-
10% dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang
tempat primer.
f. Tumor pembuluh darah antara lain :
27. 12
1) Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah
abnormal yang didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor
ini diderita sejak lahir yang lambat laun membesar.
2) Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari
unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai
dalam serebelum.
3) Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara hemagio-
blastoma serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal serta
pankreas.
g. Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital
yang jarang antara lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal
dari sisa-sisa horokoida embrional dan dijumpai pada dasar
tengkorak.
h. Tumor adneksa (pinealoma). Pinealoma menekan akueduktus yang
menyebabkan hidrosefalus obstruktif, dan juga hipoyalamus yang
mengakibatkan pubertas prekoks dan diabetes insipidus.
Menurut (Smeltzer & Bare, 2002) dapat mengklasifikasikan tumor otak
berdasarkan lokasi dan jenis tumor adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan lokasi :
1) Tumor Supratentorial :
a) Hemisfer Otak yaitu :
(1) Glikoma : Gliomablastomamultiforme, Astrosotoma,
Oligodendroglioma.
28. 13
(2) Meningioma : Tumor Metastasis
b) Tumor struktur median yaitu : Adenoma hipofisis, tumor
grandula pinealis, kraniofaringioma.
2) Tumor infratentorial yaitu :
a) Schwannoma akustikus
b) Tumor metastasis
c) Meningioma
d) Hemangioblastoma
3) Tumor medulla spinalis yaitu :
a) Ekstradural : Metastasis, Intradural.
b) Ekstramedular : meningioma, neurofriboma.
c) Intramedural : ependinoma, astrositoma.
b. Berdasarkan jenis tumor yaitu :
1) Jinak : Acoustik neuroma, meningioma
2) Malignant : Astrocytoma (Grade 2, 3, 4), oligondedroglioma.
Tumor-tumor yang berasal dari kelenjar pineal dan hipofisis
serta pembuluh darah serebral juga termasuk dalam tipe tumor
otak. Tumor otak yang tergolong spesifik adalah : Glioma,
Adenoma hipofisis, dan Angioma.
Sedangkan menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) tumor Otak
dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
a. Jinak yaitu : Acoustic neuroma, Meningioma, Pituitary adenoma,
Astrocytoma (grade I).
29. 14
b. Malignant yaitu :
1) Astrocytoma (grade 2, 3, 4),
2) Oligodendroglioma,
3) Apendymoma
c. Berdasarkan lokasi yaitu :
1) Tumor intradural, dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Ekstramedular
(1) Cleurofibroma
(2) Meningioma
b) Intramedular
(1) Apendymoma
(2) Astrocytoma
(3) Oligodendroglioma
(4) Hemangioblastoma
2) Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada
payudara, prostal, tiroid, paru-paru, ginjal dan lambung.
3. Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan
a. Susunan Saraf Pusat (SSP)
Susunan saraf adalah sistem yang mengontrol tubuh kita
yang terus menerus menerima, menghantarkan dan memproses
suatu informasi dan bersama sistem hormon, susunan saraf
30. 15
mengkordinasikan semua proses fungsional dari berbagai jaringan
tubuh, organ dan sistem organ manusia. Susunan saraf dibagi
menjadi dua yaitu susunan saraf pusat dan susunan saraf otonom.
Gambar 2.1. Sel Saraf (Neuron)
Susunan saraf pusat terdiri dari otak besar (Cerebrum), batang
otak, otak kecil (Cerebellum) dan sumsum tulang belakang
(Medulla Spinalis) dan diliputi oleh selaput otak (Meningen) yang
terdiri atas bagian luar parkhimening (durameter) dan bagian dalam
leptomening. Otak dipisahkan oleh fisura media menjadi dua
hemisfer. Permukaan lateral masing-masing hemisfer dibedakan
menjadi lobus frontal, parieatal, temporal, dan oksipital. Otak
mempunyai sistem perhubungan, yaitu ventrikel. Ventrikel lateral
masuk ke dalam lobus frontal, temporal dan oksipital. Cairan
serebrospinal dibentuk setiap hari oleh plexus choroid pada
ventrikel, melalui ventrikel III dan IV terus ke subarachnoid dan
medulla spinalis. Otak diliputi oleh leptomening, membrana
15
mengkordinasikan semua proses fungsional dari berbagai jaringan
tubuh, organ dan sistem organ manusia. Susunan saraf dibagi
menjadi dua yaitu susunan saraf pusat dan susunan saraf otonom.
Gambar 2.1. Sel Saraf (Neuron)
Susunan saraf pusat terdiri dari otak besar (Cerebrum), batang
otak, otak kecil (Cerebellum) dan sumsum tulang belakang
(Medulla Spinalis) dan diliputi oleh selaput otak (Meningen) yang
terdiri atas bagian luar parkhimening (durameter) dan bagian dalam
leptomening. Otak dipisahkan oleh fisura media menjadi dua
hemisfer. Permukaan lateral masing-masing hemisfer dibedakan
menjadi lobus frontal, parieatal, temporal, dan oksipital. Otak
mempunyai sistem perhubungan, yaitu ventrikel. Ventrikel lateral
masuk ke dalam lobus frontal, temporal dan oksipital. Cairan
serebrospinal dibentuk setiap hari oleh plexus choroid pada
ventrikel, melalui ventrikel III dan IV terus ke subarachnoid dan
medulla spinalis. Otak diliputi oleh leptomening, membrana
15
mengkordinasikan semua proses fungsional dari berbagai jaringan
tubuh, organ dan sistem organ manusia. Susunan saraf dibagi
menjadi dua yaitu susunan saraf pusat dan susunan saraf otonom.
Gambar 2.1. Sel Saraf (Neuron)
Susunan saraf pusat terdiri dari otak besar (Cerebrum), batang
otak, otak kecil (Cerebellum) dan sumsum tulang belakang
(Medulla Spinalis) dan diliputi oleh selaput otak (Meningen) yang
terdiri atas bagian luar parkhimening (durameter) dan bagian dalam
leptomening. Otak dipisahkan oleh fisura media menjadi dua
hemisfer. Permukaan lateral masing-masing hemisfer dibedakan
menjadi lobus frontal, parieatal, temporal, dan oksipital. Otak
mempunyai sistem perhubungan, yaitu ventrikel. Ventrikel lateral
masuk ke dalam lobus frontal, temporal dan oksipital. Cairan
serebrospinal dibentuk setiap hari oleh plexus choroid pada
ventrikel, melalui ventrikel III dan IV terus ke subarachnoid dan
medulla spinalis. Otak diliputi oleh leptomening, membrana
31. 16
arachnoid dan piameter dan bagian paling luar durameter.
Durameter berlapis dua, sebagai lapisan dalam periosteum dari
tulang tengkorak, dan pada garis tengah sebagai falx cerebri, pada
fosa posterior terbentang seperti tenda membentuk tentorium
cerebri, memisahkan lobus oksipital dan serebellum. Aspek ventral
dari otak adalah batang otak dan serebellum, menutupi aspek
posterior (otak tengah) yaitu : pons dan medula oblongata yang
mengelilingi ventrikel IV. Otak mendapat darah dari arteri carotis
interna dan arteri vertebralis.
1) Otak
Gambar 2.2. Anatomi Otak
Sumber : (Muttaqin, 2008)
Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi tiga
bagian yaitu :
a) Batang Otak
Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis
dengan serebrum terdiri dari medula oblongata, pons varoli
dan diensefalon (otak tengah).
16
arachnoid dan piameter dan bagian paling luar durameter.
Durameter berlapis dua, sebagai lapisan dalam periosteum dari
tulang tengkorak, dan pada garis tengah sebagai falx cerebri, pada
fosa posterior terbentang seperti tenda membentuk tentorium
cerebri, memisahkan lobus oksipital dan serebellum. Aspek ventral
dari otak adalah batang otak dan serebellum, menutupi aspek
posterior (otak tengah) yaitu : pons dan medula oblongata yang
mengelilingi ventrikel IV. Otak mendapat darah dari arteri carotis
interna dan arteri vertebralis.
1) Otak
Gambar 2.2. Anatomi Otak
Sumber : (Muttaqin, 2008)
Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi tiga
bagian yaitu :
a) Batang Otak
Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis
dengan serebrum terdiri dari medula oblongata, pons varoli
dan diensefalon (otak tengah).
16
arachnoid dan piameter dan bagian paling luar durameter.
Durameter berlapis dua, sebagai lapisan dalam periosteum dari
tulang tengkorak, dan pada garis tengah sebagai falx cerebri, pada
fosa posterior terbentang seperti tenda membentuk tentorium
cerebri, memisahkan lobus oksipital dan serebellum. Aspek ventral
dari otak adalah batang otak dan serebellum, menutupi aspek
posterior (otak tengah) yaitu : pons dan medula oblongata yang
mengelilingi ventrikel IV. Otak mendapat darah dari arteri carotis
interna dan arteri vertebralis.
1) Otak
Gambar 2.2. Anatomi Otak
Sumber : (Muttaqin, 2008)
Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi tiga
bagian yaitu :
a) Batang Otak
Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis
dengan serebrum terdiri dari medula oblongata, pons varoli
dan diensefalon (otak tengah).
32. 17
(1) Medula oblongata mengandung nucleus atau badan sel
dari berbagai saraf otak yang penting. Selain itu medula
mengandung pusat-pusat vital yang berfungsi
mengendalikan pernafasan dan system kardiovaskuler.
Medulla oblongata terletak dalam fosa krnialis posterior
dan bersatu dengan sumsum tulang belakang tepat
dibawah foramen magnum tulang oksipital.
(2) Pons varoli merupakan bagian tengah batang otak dan
arena itu memiliki jalur lintas naik dan turun seperti pada
otak tengah. Selain itu juga terdapat banyak serabut yang
berjalan menyilang pons untuk menghubungkan kedua
lobus serebelum dan menghubungkan serebelum dengan
korteks serebri.
(3) Diensefalon (Otak tengah) mengandung pusat-pusat yang
mengendalikan keseimbangan dan gerakan-gerakan mata
(Muttaqin, 2008)
b) Otak Kecil (Cerebelum)
Cerebelum menempati fosa kranialis posterior dan
diatapi tentorium-serebeli, yang merupakan lipatan durameter
yang memisahkan lobus oksipitalis serebri. Fungsi
cerebellum adalah mengatur sikap dan aktivitas sikap badan.
Cerebellum berperan penting dalam koordinasi otot dan
menjaga keseimbangan (Muttaqin, 2008).
33. 18
c) Otak Besar (Cerebrum)
Cerebrum mengisi bagian depan dan atas rongga
tengkorak, yang masing-masing disebut fosa kranialis
anterior dan fosa kranialis tengah. Cerebrum terdiri dari dua
hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus yaitu :
(1) Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu,
membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri.
(2) Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi
menginterpretasikan sensasi, berfungsi mengatur
individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian
tubuhnya.
(3) Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi
kecap, bau, pendengaran dan ingatan jangka pendek.
(4) Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan
penglihatan (Muttaqin, 2008).
2) Sumsum Tulang Belakang
Sumsum tulang belakang atau medulla spinalis bermula
pada medulla oblongata menjulur kearah kaudal melalui foramen
magnum, dan berakhir diantara vertebra lumbalis pertama dan
kedua. Fungsi sumsum tulang belakang adalah mengadakan
komunikasi antara otak dan semua bagaian tubuh serta gerak
reflkeks (Mutaqqin, 2008).
34. 19
3) Saraf Cranial
Ada 12 pasang saraf cranial yaitu :
a) Nervus I : Olfaktorius
b) Nervus II : Optikus
c) Nervus III : Okulomotorius
d) Nervus IV : Troklearis
e) Nevus V : Abdusen
f) Nervus VI : Trigeminus
g) Nervus VII : Fasialis
h) Nervus VIII : Vestibulokoklearis
i) Nervus IX : Glosofaringeus
j) Nervus X : Vagus
k) Nervus XI : Asesorius
l) Nervus XII : Hipoglosus
Saraf kranial I, II, VIII merupakan saraf motorik murni,
saraf kranial III, IV, XI, dan XII terutama merupakan saraf
motorik, tetapi juga mengandung serabut proprioseptif dari otot-
otot yang di persarafinya. Saraf kranial V, VII, dan X merupakan
saraf campuran. Saraf kranial III, VII, dan X juga mengandung
beberapa serabut saraf dari cabang parasimpatis sistem saraf
otonom (Muttaqin, 2008 ).
35. 20
b Susunan Saraf Otonom
Sistem saraf otonom merupakan sistem persarafan sempurna.
Serabut-serabut aferenya membawa masukan dari organ-organ
viresal (berkaitan dengan denyut jantung, diameter pembuluh
darah, pernapasan, pencernaan dan sebagainya). Menurut
fungsinya, susunan saraf otonom dibagi dalam dua bagian :
1) Sistem Saraf Simpatis
Terletak didepan kolumna vertebra dan berhubungan serta
bersambungan dengan sumsum tulang belakang melalui serabut
saraf. Fungsinya adalah mensarafi otot jantung, otot-otot tidak
sadar semua pembuluh darah, serta semua alat dalam seperti
lambung, pangkreas dan usus. Melayani serabut motorik
sekretorik pada kelenjar keringat, serabut motorik pada otot tak
sadar dalam kulit-arektores pilorum serta mempertahankan
tonus semua otot, termasuk tonus otot sadar (Muttaqin, 2008).
2) Sistem Saraf Parasimpatis
Dibagi menjadi dua yaitu saraf otonom cranial dan saraf
otonom sacral. Saraf otonom cranial adalah saraf cranial ketiga,
ketujuh, kesembilan, dan kesepuluh. Saraf otonom sacral keluar
dari sumsum tulang belakang melalui daerah sacral membentuk
urat-urat saraf pada alat-alat dalam pelvis, dan bersama saraf
simpatis membentuk pleksus yang melayani kolom, rectum, dan
kandung kemih (Muttaqin, 2008).
36. 21
4. Penyebab
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015), Penyebab tumor hingga saat
ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak
penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau
yaitu :
a. Herediter
Riwayat tomor otak dalam satu anggota keluarga jarang
ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma, dan neurofibroma
dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose
atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain
jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi
bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang
terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan
embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak
bangunan disekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan
dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti
37. 22
radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan
bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil
dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran
infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini
belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti Methylcholanthrone, Nitroso-Ethyl-Urea. Ini berdasarkan
percobaan yang dilakukan pada hewan.
5. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagi. Gejala-gejala
terjadi berurutan hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam
pemeriksaan klien. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap
disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan vocal terjadi
apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah
akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan
nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
38. 23
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat
dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang
sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan
kompersi invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak (Rangki &
Susen, 2015).
Peningkatan intrakranial dapat diakibatakan oleh beberapa faktor :
bertambahnya masa dalam tengkorak , terbentuknya oedema sekitar tumor
dan perubahan sirkulasi serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan
menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengambilkan
ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menimbulkan odema dalam jaringan otak. Mekanisme belum sepenuhnya
dipahami namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan
pendarahan. Obstruksi vena oedema yang disebabkan kerusakan sawar
darah otak semuanya menimbulkan kenaikan volume inntrakranial.
Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari vantrikel laseral keruang sub
arakhnoid menimbulkan hidrosephalus. Peningkatan intrakranial akan
membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab
yang telah dibicaraknan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memrlukan
waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena
itu tidak berguna bila apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah
intrakranial, volume cairan cerborspinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
39. 24
mengakibatkan herniasi ulkus/serebulum herniasi timbul bila girus medalis
lobus temporalis bergeser keinterior melalui insisura tentorial oleh massa
dalam hemister otak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan
kehilangan kesadaran dan menekan saraf ke tiga (Rangki dan Susen,
2015).
Tumor intrakranial menyebabkan gangguan neurologis progresif.
Gangguan neurologis pada tumor intrakranial biasanya dianggap
disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor
dan kenaikan tekanan intrakranial.
a. Gangguan Fokal
Terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan
infiltrasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor
yang tumbuh paling cepat (misalnya : gliomablastoma multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai
darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi
secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan
serebrovaskular primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan
neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan perubahan suplai
darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga
40. 25
menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan
neurologis fokal, seperti bicara terganggu, berdesis, dan afasia.
b. Peningkatan Tekanan Intracranial.
Dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa
dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan
sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan
bertambahnya massa karena tumor akan mengambil tempat dalam
ruang yang relatif tetap dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor
ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya.
Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga
disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan
tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi
vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak,
semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan
meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan
serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid
menimbulkan hidrosefalus. Peningkatan tekanan intrakranial akan
membahayakan jika perkembanganya cepat.
Mekanisme kompensasi bekerja menurunkan volume darah
intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intra sel
dan mengurangi sel-sel parenkim. Peningkatan tekanan intracranial
yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebellum.
Herniasi ulkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke
41. 26
inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.
Herniasin menekan menensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran
dan saraf kranial III.
Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser kebawah
melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi
medulla oblongata dan henti pernafassan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intracranial
yang cepat adalah brakikardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran
tekanan nadi) dan gangguan pernafasan (Muttaqin, 2008).
6. Manifestasi Klinis
Adapun gejala klinis menurut (Rangki & Susen, 2015), pada
penyakit tumor otak adalah sebagai berikut
a. Nyeri kepala : Merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai
penderita tumor otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-
menerus, tumpul dan kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat
waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya
meningkatkan tekanan intrakranial, seperti membungkuk, batuk, atau
mengejan pada waktu buang air besar. Nyeri kepala berkurang jika
diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat yang sakit.
b. Nausea dan muntah : Nausea dan muntah terjadi sebagai akibat
rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah paling
sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan
42. 27
tekanan intracranial disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat
terjadi tanpa didahului nausea dan dapat proyektil.
c. Papiledema : Papiledema disebabkan oleh statis vena yang
menimbulkan pembengkakan papilla saraf optikus. Bila terlihat pada
pemeriksaaan funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan
tekanan intracranial.
7. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostik menurut (Rangki & Susen, 2014),
yang bisa dilakukan pada tumor otak antara lain :
a. Arterigrafi atau Ventricolugram : untuk mendeteksi kondisi patologi
pada sistem ventrikel dan cisterna.
b. CT-SCAN : dasar dalam menentukan diagnose.
c. Radiogram : memberikan informasi yang sangat berharga mengenai
struktur, penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pinelal yang
mengapur dan posisi selatursika.
d. Sidik otak radioaktif : memperlihatkan daerah-daerah akumulasi
abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan
sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat
radioaktif.
e. Elektroensefalogram (EEG) : memberi informasi mengenai perubahan
kepekaan neuron.
43. 28
f. Ekoensefalogram : memberi informasi mengenai pergeseran
kandungan intra serebral.
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut (Nurarif & Kusuma, 2015)
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam
penatalaksaannya, yaitu :
a. Surgery
Terapi Pre-Surgery, yaitu :
1) Steroid untuk menghilangkan swelling, contoh Dexamethasone.
2) Anticonvulsant untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti
carbamazepine.
3) Shunt digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal.
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat
tumor. Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk
melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek massa sebagai
upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi.
Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan
pula jaringan hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh
efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor
akan memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis
patologi anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Namun
pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali menghilangkan
gejala-gelaja yang ada pada penderita.
44. 29
b. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah
membuktikan bahwa modalitas terapi pembedahan akan
memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi
terapi dengan kemoterapi dan radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif
(Moderately Sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran
terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat
mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian pemberian dosis
ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin
sedikit jaringan sehat yang terkena maka semakin tinggi dosis yang
diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta
teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan
pada tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh
otak. Radioterapi juga digunakan dalam tatalaksana beberapa tumor
jinak, misalnya adenoma hipofisis.
c. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa
menggunakan satu atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan
dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada klien. Diberikan
secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan
45. 30
dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu
yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua
sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk
istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang
dilakukan atau tidak.
Faktor-faktor prognostik sebagai bahan pertimbangan untuk
penatalaksanaan adalah : Usia, general health, ukuran tumor, lokasi
tumor, dan jenis tumor.
9. Komplikasi
Komplikasi tumor otak menurut (Devi M, 2014) yaitu :
a. Edema serebral
b. Tekanan intrakranial meningkat
c. Herniasi otak.
d. Hidrosefalus.
e. Kejang.
f. Metastase ke tempat lain
10. Dampak SOL Terhadap Sistem Tubuh
Dampak Space Occupying Letion (SOL) atau Tumor Otak
terhadap berbagai sistem tubuh antara lain :
a. Sistem Pernafasan
Hipertensi terjadi karena pengaruh vasokonstriksi paru. Hal ini
menyebabakan hipercapnea dan bronchokonstriksi. Sensifitas yang
46. 31
meningkat pada mekanisme pernafasan terhadap karbondioksida dan
periode setelah hiperventilasi akan menyebabkan pernafasan
Cheynestoke.
b. Sistem Kardiovaskuler
Tumor otak menyebabkan perubahan fungsi jantung yang
mencakup aktifitas atipycal miokardial, edema paru dan perubahan
tekanan vaskular. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel atau
perubahan gelombang T, gelombang P tinggi dan distrithmia,
vibrilasi atrium dan ventrikel tachicardia. Perubahan aktifitas
miocardial mencakup peningkatan frekuensi jantung dan menurunnya
stroke work, Sentral Venous Pressure (CVP) abnormal. Dengan tidak
adanya endogenous stimulus saraf simpatis, maka akan
mempengaruhi penurunan kontraktilitas ventrikel. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya penurunan Karbondioksida (CO2) dan
peningkatan tekanan atrium kiri sehingga terjadi edema paru.
c. Sistem Gastrointestinal
Pada tumor otak, perdarahan pada lambung jarang ditemukan,
terdapat respon yang besar dan merangsang aktifitas hipothalamus
dan stimulus vagus yang dapat menyebabkan langsung hiperacidium.
Terjadi peningkatan pengeluaran katekolamin dalam menangani stres
yang mempengaruhi produksi asam lambung.
47. 32
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan
dalam praktek keperawatan. Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan
problem solving yang memerlukan ilmu, tekhnik dan keterampilan
interpersonal yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien atau
keluarga (Nursalam, 2013).
Proses keperawatan adalah tekhnik pemecahan masalah yang
meliputi : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan
dan Evaluasi (Nursalam, 2013).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan status
kesehatan klien. Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan
cara anamnesa yang diperoleh dengan wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, serta mempelajari status
klien (Nursalam, 2013).
Prosedur pemberian asuhan keperawatan terhadap klien dengan
kasus Tumor Otak dilaksanakan melalui proses keperawatan. Teori dan
konsep keperawatan dilakukan secara terpadu dalam tahapan yang
terorganisir melalui :
48. 33
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpulkan
informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk
menentukan masalah serta kebutuhan-kebutuhan klien, biasanya
menggunakan anamnesa atau wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik dan studi dokumentasi. Data dapat diperoleh dari klien sendiri,
catatan medik serta tim kesehatan lain (Nursalam, 2013).
1) Biodata
a) Identitas Klien
Data yang terdapat berupa nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan terakhir,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, nomor registrasi dan diagnosa medik.
b) Identitas Penanggung Jawab
Mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan terakhir, alamat, suku/bangsa, pekerjaan, alamat
dan hubungan dengan klien.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
49. 34
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan
sebab berupa kronologi terjadinya penyakit sehingga
klien membutuhkan tindakan medis.
(2) Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien pada saat
dilakukan pengkajian. Biasanya pada klien dengan
Space Occupying Letion (SOL) adalah nyeri didaerah
kepala yang disebabkan oleh tersumbatnya aliran darah
ke otak (Muttaqin, 2008).
(3) Riwayat Keluhan Utama
Menggambarkan keluhan saat dilakukan pengkajian
serta menggambarkan kejadian sampai terjadi penyakit
saat in dengan menggunakan metode P, Q, R, S, T.
(a) Paliative/profokatif (P) : apa yang menyebabkan
bertambahnya atau berkurangnya keluhan.
Biasanya pada klien dengan Space Occupying
Letion (SOL) umumnya disebabkan nyeri kepala
yang disebabkan oleh tersumbatnya aliran darah ke
otak.
(b) Qualitatif/Kuantitatif (Q) : seberapa berat keluhan
terasa, bagaimana rasanya, seberapa sering terjadi
atau bagaimana bentuk serta gambaran keluhan dan
50. 35
sejauh mana tingkat keluhannya. Pada klien
dengan Space Occupying Letion (SOL) nyeri yang
dirasakan seperti ditusuk-tusuk benda tajam.
(c) Region/Radiasi (R) : lokasi keluhan yang
dirasakan. Pada klien degan Space Occupying
Lession (SOL) nyeri dirasakan pada daerah kepala
dan menyebar disekitarnya.
(d) Skala/Severity (S) : intesitas keluhan apakah
sampai mengganggu atau tidak. Pada klien dengan
Space Occupying Letion (SOL) nyeri selalu
mengganggu dengan skala 3 (0 – 5).
(e) Timming (T) : kapan waktu mulai terjadi keluhan
dan berapa lama kejadian ini berlangsung. Pada
klien dengan Space Occupying Letion (SOL) nyeri
dirasakan secara terus menerus (Muttaqin, 2008).
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada umumnya klien Space Occupying Letion
(SOL) akan didapatkan adanya riwayat hipertensi,
diabetes melitus, dan atau penyakit jantung dan beberapa
kebiasaan yaitu makan-makanan yang tinggi garam dan
lemak, obesitas kebiasan merokok, minum alkohol,
riwayat penggunaan pil kontrasepsi, sering stres dan
kurang aktifitas (Muttaqin, 2008).
51. 36
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada keluarga akan didapatkan adanya riwayat
penyakit herediter, yaitu : adanya keluarga yang
mempunyai riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit
jantung dan riwayat stroke (Muttaqin, 2008).
Untuk mengetahui riwayat kesehatan keluarga dapat
dilihat dari genogram (3) generasi, dimana genogram
adalah secara istilah berasal dari 2 kata yaitu gen (unsur,
keturunan) dan gram (gambar, grafik). Dalam bahasa
indonesia genogram dapat dipadankan dengan gambar
silsilah keluarga. Secara konseptual genogram berarti
suatu model grafis yang menggambarkan asal-usul konseli
dalam 3 generasi, yakni generasi dirinya, orang tuanya dan
kakek neneknya. Genogram juga merupakan suatu alat
untuk menyimpan informasi yang dicatat selama
wawancara antara konselor konseling mengenai orang-
orang dalam asal-usul keluarga konseling.
3) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan dengan tekhnik
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Nursalam, 2013)
terhadap beberapa sistem tubuh secara “Head To Toe” dan
didokumentasikan secara persistem meliputi :
a) Keadaan Umum
52. 37
Keadaan umum mulai saat pertama kali bertemu
dengan pasien dilanjutkan dengan sewaktu mengukur
tanda-tanda vital.
b) Kesadaran
Pada umumnya tingkat kesadaran terdiri dari 6 (enam)
tingkatan yaitu :
(1) Composmentis : Sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya, (GCS 15 – 14).
(2) Apatis : Keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak
acuh, (GCS 13 – 12).
(3) Somnolen : Keadaan kesadaran yang mau tidur
saja dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri
akan tetapi jatuh tidur lagi, (GCS 11 – 10).
(4) Delirium : Keadaan kacau motorik seperti
memberontak dan tidak sadar terhadap orang lain,
tempat dan waktu, (GCS 9 – 7).
(5) Supor : Keadaan kesadaran yang menyerupai
koma, reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan
rangsangan nyeri, (GCS 6 - 4) (Nurarif & Kusuma,
2015).
c) Tanda-tanda Vital
53. 38
Tanda-tanda vital terdiri atas 4 pemeriksaan yaitu :
(1) Tekanan darah
(2) Pemeriksaan denyut nadi
(3) Pemeriksaan suhu
(4) Pemeriksaan respirasi
d) Pemeriksaan Persistem
(1) Sistem Pernapasan
Perlu dikaji mulai dari hidung, ada tidaknya sekret
pada lubang hidung, pergerakan cuping hidung waktu
bernafas, kesimetrisan gerakan dada saat bernapas,
auskultasi bunyi napas, apakah bersih atau ronchi,
serta frekuensi napas. Pada klien dengan Space
Occupying Letion (SOL) didapatkan pernapasan tidak
teratur, pernapasan sulit dan frekuensi meningkat,
klien akan didapatkan penurunan kesulitan dalam
batuk, bunyi napas ngorok akibat adanya sekret yang
menumpuk, pada auskultasi akan terdengar adanya
ronchi, mungkin terjadi kelemahan otot-otot
pernapasan sehingga pengembangan dada kadang
ditemukan tidak simetris antara kanan dan kiri.
54. 39
(2) Sistem Kardiovaskular
Mulai dikaji dari warna konjungtiva, warna bibir, ada
tidaknya peninggian vena jugularis, auskultasi bunyi
jantung pada daerah dada dan pengukuran tekanan
darah, dengan palpasi dapat dihitung peningkatan
frekuensi nadi, adanya hipotensi orthostatik terutama
sewaktu melakukan perubahan posisi dari tidur ke
posisi duduk atau berdiri, ada tidaknya edema, warna
pucat dan sianosis. Pada klien dengan Space
Occupying Letion (SOL) dalam pemeriksaan
didapatkan perubahan tekanan darah menurun, kecuali
apabila terjadi peningkatan tekanan intra kranial maka
tekanan darah meningkat, denyut nadi tachikardi,
kemudian bradikardi atau irama tidak teratur sebagai
kompresi kerja jantung untuk membantu mengurangi
tekanan intra kranial.
(3) Sistem Pencernaan
Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, palpasi abdomen
untuk mengetahui peristaltik usus, adanya massa atau
nyeri tekan. Pada klien dengan Space Occupying
Letion (SOL) biasanya didapatkan bising usus yang
normal atau bisa juga menurun apabila masih ada
pengaruh anastesi, perut kembung, bibir dan mukosa
55. 40
mulut kering, klien dapat mual dan muntah, kadang-
kadang konstipasi karena klien tidak boleh mengedan
atau inkontinensia karena klien tidak sadar.
(4) Sistem Endokrin
Kaji apakah kelenjar tiroid teraba atau tidak, dan
terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau tidak.
Kemungkinan ditemukan peningkatan kadar glukosa
serta adanya peningkatan hormon tiroid, atau terjadi
penurunan beberapa kadar hormon yang berkaitan
dengan produksi hipothalamus dan hipofise.
(5) Sistem Perkemihan
Kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada
daerah pinggang, observasi dan palpasi pada daerah
abdomen bawah untuk mengetahui adanya retensi
urine dan kaji tentang adanya alat-alat genitourinari
bagian luar mengenai bentuknya, ada tidaknya nyeri
tekan dan benjolan serta bagaimana pengeluaran
urinnya, lancar atau ada nyeri sewaktu miksi serta
bagaimana warna urinnya. Biasanya pada klien
dengan Space Occupying Letion (SOL) terjadi retensi
urin pada klien sadar, sedangkan pada klien tidak
sadar akan didapatkan inkontinensia urine dan fekal,
jumlah urine output biasanya berkurang. Terdapat
56. 41
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dimana
terdapat hiponatremia atau hipokalemia.
(6) Sistem Muskuloskeletal
Kaji derajat Range Of Montion (ROM) dari
pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota
gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang
dilaporkan klien waktu bergerak, toleransi klien
waktu bergerak dan observasi adanya luka pada otot
akibat peradangan, kaji adanya deformitas dan atrofi
otot. Selain ROM, tonus dan kekuatan tonus harus
dikaji, karena klien imobilitas biasanya tonus dan
kekuatan ototnya menurun. Biasanya pada klien
dengan Space Occupying Letion (SOL) ditemukan
gerakan-gerakan involunter, kejang, gelisah, ataksia,
paralisis dan kontraktur, kekuatan otot mungkin
menurun atau normal.
(7) Sistem Integumen
Kaji keadaan kulit, rambut dan kuku. Pemeriksaan
kulit meliputi tekstur, kelembaban, turgor, warna dan
fungsi perabaan. Biasanya pada klien Space
Occupying Letion (SOL) terjadi tampak luka pada
kepala, suhu tubuh mungkin diatas normal, banyak
keringat. Pada hari ke-3 dari operasi biasanya luka
57. 42
belum sembuh karena masih agak basah/belum
kering. Biasanya masih terdapat hematoma pada klien
dengan perdarahan di menigen.
(8) Sistem Pengindraan
Biasanya pada klien dengan Space Occupying Letion
(SOL) ketajaman penglihatan berkurang. Pupil
dilatasi, kehilangan setengah lapang. Pada
pendengaran biasanya disertai tinitus dan ada fungsi
bicara baik.
(9) Sistem Reproduksi
Pada sistem reproduksi cenderung ditemukan adanya
disfungsi seksual berupa penurunan libido dan
impotensi.
(10)Sistem Imun
Kaji adanya pembesaran dan nyeri tekan pada
kelenjar limfe.
(11)Sistem Persarafan
Gangguan pada sistem persarafan tergantung pada
area otak yang terkena lesi (Infark).
(a) Fungsi Serebral
Biasanya pada klien dengan tumor otak status
mental, kemungkinan adanya gangguan pada
orientasi berupa amnesia, perhatian dan
58. 43
penghitungan dapat terganggu dengan adanya
acalculia. Pada fungsi bahasa dapat ditemukan
adanya afasia baik motorik maupun sensorik.
Tingkat kesadaran menurun, nilai GCS biasanya
kurang dari 15.
(b) Fungsi Nervus Kranial
Menurut (Syaifudin, 2009) : pengkajian
dilakukan terhadap 12 fungsi saraf kranial :
i. Nervus I (Nervus Olfaktorius)
Tujuan pemeriksaan untuk mendeteksi
adanya gangguan penghidu serta mengetahui
apakah gangguan tersebut disebabkan oleh
gangguan saraf atau penyakit hidung lokal.
ii. Nervus II (Nervus Optikus)
Pengkajian pada nervus ini untuk mengukur
ketajaman penglihatan (visus) dan lapang
pandang. Sebelum melakukan pengkajian
pada nervus optikus periksa mata klien
apakah mempunyai keluhan atau gangguan
seperti adanya benda asing, katarak, dan
radang pada konjungtiva. Lakukan tes
ketajaman penglihatan, klien disuruh
mengenali benda yang letaknya jauh
59. 44
(misalnya, jam dinding dan diminta
menyatakan pukul berapa) dan membaca
huruf-huruf yang ada dibuku atau koran.
iii. Nervus III, IV, VI (Okulomotorius,
Troklearis, Abdusen).
Saraf otak ini diperiksa bersama-sama karena
kesatuan fungsinya yaitu mengurus otot-otot
ekstrinsik dan intrinsik bola mata. Nervus
Okulomotorius bertanggung jawab mengurus
kontraksi pupil dan mengatur lena mata.
Nervus Troklearis menyebabkan mata dapat
dilirikan kearah bawah dan nasal saraf
Abdusen memungkinkan terjadinya mata
dapat dilirikan ke arah temporal.
iv. Nervus V (Nervus Trigeminus)
Terdiri dari 2 bagian yaitu bagian sensorik
dan motorik. Bagian motorik mengurus otot-
otot untuk mengunyah dan bagian sensorik
yaitu rasa raba, suhu serta kornea.
v. Nervus VII (Nervus Vasialis)
Pemeriksaan fungsi motorik perhatikan muka
penderita apakah simetris atau tidak, suruh
klien mengangkat alis dan mengerutkan dahi
60. 45
apakah dapat dilakukan serta simetris atau
tidak. Kemudian instruksikan klien
memejamkan mata satu sisi, hal ini dinilai
untuk mengetahui tenaga pejaman dengan
jalan mengangkat kelopak mata dengan
tangan pemeriksa sedang klien tetap
memejamkan mata. Selanjutnya suruh
penderita menyeringai (menunjukan gigi
geligi, mencucurkan bibir serta
mengembangkan pipi).
vi. Nervus VIII (Nervus Akustikus)
Cara pemeriksaannya yaitu minta klien untuk
mendengarkan suara bisikan pada jarak
tertentu dan membandingkannya dengan
orang normal. Untuk mengetes pendengaran
yang lebih akurat dapat dilakukan uji weber,
rinne atau schwabach. Selanjutnya untuk
memeriksa keseimbangan yaitu dengan
melakukan tes romberg yaitu penderita
berdiri dengan kaki yang satu didepan kaki
yang lain, tumit kaki yang satu berada
didepan jari-jari kaki yang lainnya atau
dengan melaksanakan tes telunjuk hidung.
61. 46
vii. Nervus IX, X (Nervus Glosovaringeus,
Vagus)
Nervus ini diperiksa bersamaan karena kedua
saraf ini berhubungan erat satu sama lain.
Dalam memeriksa perhatikan kualitas suara
klien, apakah suaranya normal, berkurang,
serak (disfonia) atau tidak bersuara sama
sekali. Kemudian minta klien mengucapkan
kata “aaa” untuk menilai ufula serta
palatumole selanjutnya memeriksa reaksi
menelan dan reaksi muntah dengan
menyentuh pangkal lidah.
viii. Nervus XI (Nervus Asesorius)
Saraf ini mempersarafi muskulus trapezius
dan otot sternokleidomastoideus.
Pemeriksaan otot sternokleidomastoideus
yaitu inspeksi otot dalam keadaan istirahat
dan bergerak, palpasi otot tersebut adanya
nyeri tekan atau tidak, kemudian tentukan
dan ukur kekuatan otot dengan cara klien
disuruh menoleh misalnya kekanan lalu
gerakan ini tahan dengan tangan pemeriksa
62. 47
ditempatkan didagu, bandingkan kekuatan
otot antara kiri dan kanan.
ix. Nervus XII (Nervus Hipoglosus)
Saraf ini mengandung somato-motorik yang
menginervasi otot ekstrinsik dan intrinsik
lidah. Fungsi otot ekstrinsik menggerakan
lidah dan otot intrinsik mengubah-ubah
bentuk lidah.
(c) Fungsi Motorik
Gangguan fungsi motorik biasanya kontra lateral
sehingga menimbulkan fungsi koordinasi dan
pergerakan terbatas, menurunnya tonus otot,
kelemahan tubuh secara umum menyebabkan
koordinasi terganggu terutama berdiri dan
berjalan, adanya rasa sakit dan terbatas range of
montion (ROM).
(d) Uji Refleks
Terdapat refleks patologis berupa refleks babinski
positif, sedangkan pada pemeriksaan refleks
biasanya normal.
(e) Fungsi Sensori
Kemungkinan adanya defisit sensori dapat
ekstremitas yang paralise.
63. 48
(f) Fungsi Serebrum
Kemungkinan adanya gerakan yang tidak
bermakna seperti ataksia.
(g) Iritasi Meningen.
Terdapat kelainan kecuali babinski (Muttaqin,
2008).
4) Pola Aktivitas Sehari-hari
Perlu dikaji pola aktivitas klien selama di rumah sakit dan pola
aktifitas klien selama di rumah, terdiri atas :
a) Nutrisi : Kaji adanya perubahan dan masalah dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi karena kurangnya nafsu
makan, kehilangan sensasi kecap, menelan, mual dan
muntah. Pada klien dengan Space Occupying Letion
(SOL) didapatkan data perut kembung, bibir dan mukosa
mulut tampak kering, klien dapat mual dan muntah.
b) Eliminasi (BAB dan BAK) : bagaimana pola eliminasi
BAB dan BAK, apakah ada perubahan selama sakit atau
tidak. Pada klien dengan Space Occupying Letion (SOL)
didapatkan data retensi urine pada klien sadar, sedangkan
pada klien tidak sadar akan didapatkan inkontinensia urine
dan fekal, jumlah urine output biasanya berkurang.
c) Istirahat Tidur : pada klien dengan Space Occupying
Letion (SOL) didapatkan data kesulitan tidur dan istirahat
64. 49
karena adanya nyeri dan kejang otot, gerakan-gerakan
involunter, kejang, gelisah, ataksia, paralisis dan
kontraktur.
d) Personal Hygiene : pada klien dengan Space Occupying
Letion (SOL) ditemukan data tidak dapat melakukan
perawatan diri sehingga memerlukan bantuan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya.
e) Aktifitas Gerak : klien dengan Space Occupying Letion
(SOL) ditemukan gerakan-gerakan involunter, kejang,
gelisah, ataksia, paralisis dan kontraktur, kekuatan otot
mungkin menurun atau normal.
5) Data Psikologi
Data psikologi mencakup :
a) Status Emosi
Klien menjadi iritable atau emosi yang labil terjadi secara
tiba-tiba klien mudah tersinggung.
b) Konsep Diri
(1) Body Image : mengkaji keadaan klien terhadap
fisiknya saat ini, apakah klien merasa terganggu
dengan keadaannya sekarang?
(2) Ideal Diri : kaji keadaan apa yang diinginkan klien
dan sesuatu yang menjadi harapan dari cita-citanya?
65. 50
(3) Harga Diri : kaji apakah klien pada saat ini merasa
malu, minder atau penilaian pribadi klien tentang hasil
yang dicapai dan seberapa jauh prilaku klien dalam
memenuhi ideal dirinya?
(4) Peran : kaji bagaimana dan apa peran klien dalam
keluarganya saat ini, adakah perubahan peran, adakah
klien merasa terganggu dengan keadaannya sekarang?
(5) Identitas Diri : kaji keberadaan klien dalam keluarga.
c) Pola Koping
Klien biasanya tampak menjadi pendiam atau menjadi
tertutup.
6) Data Sosial
Pada data objektif akan didapatkan ketidakmampuan,
kehilangan kemampuan berakomodasi secara verbal,
ketergantungan pada orang lain dan sosialisasi dengan
lingkungan. Pada data subjektif ditemukan sikap klien yang
sering menarik diri dari orang lain dan lingkungan karena
merasa hanya akan membebani orang lain.
7) Data Spiritual
Perlu dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya
dihubungkan dengan agama yang dianut klien, dan bagaimana
persepsi klien tentang penyakitnya. Bagaimana aktivitas
spiritual klien selama menjalani perawatan di rumah sakit, dan
66. 51
siapa yang menjadi pendorong dan motivasi bagi kesembuhan
klien.
b. Pengelompokan Data
Klasifikasi/pengelompokan data adalah mengidentifikasi
masalah kesehatan yang terdiri dari data subjektif dan data objektif.
Pengelompokan data merupakan suatu pengaturan yang sistematis
yang terdiri dari :
1) Data Subjektif : merupakan data yang berdasarkan keluhan-
keluhan pasien yang tidak dirasakan oleh orang lain.
2) Data Objektif : merupakan data yang bisa dilihat dan diukur
oleh seorang perawat (Nursalam, 2013).
c. Analisa Data
Analisa data adalah proses intelektual yaitu kegiatan
mentabulasi, menyelidiki, mengklasifikasi, dan mengelompokan
data serta mengkaitkannya untuk menentukan kesimpulan dalam
bentuk diagnosa keperawatan, biasa di temukan data subjektif dan
data objektif. Analisa data terdiri dari :
1) Problem yaitu suatu masalah yang muncul dalam keperawatan
2) Etiologi yaitu penyebab dari timbulnya suatu masalah
keperawatan.
67. 52
3) Symptom yaitu gejala yang menyebabkan timbulnya suatu
masalah (Asmadi, 2008).
d. Perioritas Masalah
Setelah masalah di analisa, maka diprioritaskan sesuai
dengan kriteria prioritas masalah untuk menentukan masalah yang
harus segera diatasi yaitu :
1) Masalah yang dapat mengancam jiwa klien
2) Masalah aktual
3) Masalah potensial atau resiko tinggi (Asmadi, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau risiko perubahan
pola) dari individu atau kelompok dimana perawat sebagai akuntabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan
mengubah (Nursalam, 2013).
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan Space
Occupying Letion (SOL) adalah, (Nurarif & Kusuma, 2015), yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual
dan muntah, penurunan intake makanan.
68. 53
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan/perubahan
peran.
d. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak berhubugan dengan
penurunan suplai darah ke jaringan otak.
e. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan suplai O2 ke otot
pernapasan.
f. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kesulitan bicara.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah salah satu tahap dari proses keperawatan
yang meliputi proses penentuan prioritas dan metode yang akan
digunakan untuk penyelesaian masalah kesehatan klien. Tujuan dari
perencanaan adalah menyusun rencana asuhan keperawatan
berdasarkan respon klien terhadap masalah kesehatan baik yang aktual,
risiko, maupun potensial (Nursalam, 2013).
Tujuan adalah hasil yang diharapkan dari setiap asuhan
keperawatan yang dapat dicapai dalam upaya menanggulangi masalah
kesehatan klien yang telah teridentifikasi dalam mengkaji keperawatan.
Setelah informasi dan data mengenai klien terkumpul, penjabaran
masalah-masalah klien klien tersebut melalui perencanaan dari diagnosa
keperawatan diatas dapat dibuat suatu perencanaan keperawatan dengan
susunan sebagi berikut :
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
69. 54
Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan selama beberapa hari,
rasa nyeri teratasi
Kriteria Hasil :
1) Klien nampak tenang
2) Skala nyeri berkurang
Tabel 2. Intervensi dan Rasional : Nyeri
Intervensi Rasional
a) Kaji tingkat nyeri
b) Pantau tanda-tanda vital
c) Ajarkan tekhnik distraksi dan
relaksasi
d) Penatalaksanaan analgetik
a) Respon nyeri merupakan langkah
perawat dalam tindakan
keperawatan
b) Kenaikan tanda-tanda vital
mengidentifikasikan peningkatan
nyeri
c) Untuk memfokuskan
kemampuan klien dalam koping
terhadap nyeri
d) Untuk menurunkan nyeri
Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian
perawatan pasien Edisi 3
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual
dan muntah, penurunan intake makanan
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa
hari, Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1) BB normal
2) IMT = BB (Kg) / TB (m)2
3) Nafsu makan klien membaik
4) Porsi makan dapat dihabiskan
Tabel 3. Intervensi dan Rasional : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
70. 55
Intervensi Rasional
a) Kaji kemampuan klien untuk
mengunyah, menelan, batuk, dan
mengatasi sekresi .
b) Auskultasi bising usus, catat adanya
penurunan/hilangnya atau suara yang
hiperaktif.
c) Anjurkan orang terdekat untuk
membawa makan yang disukai
pasien.
d) Timbang berat badan sesuai indikasi.
e) Konsultasi dengan ahli gizi
a) Faktor ini menentukan pemilihan
terhadap jenis makanan sehingga
pasien harus terlindungi dari
aspirasi.
b) Bising usus membantu dalam
menentukan respon untuk makan
atau berkembangnya komplikasi,
seperti paralitik ileus.
c) Sosialisasi waktu makan dan
orang terdekat atau teman dapat
meningkatkan pemasukan dan
menormalkan fungsi makan.
d) Mengevaluasi keefektifan atau
kebutuhan mengubah pemberian
nutrisi.
e) Merupakan sumber yang efektif
untuk mengidentifikasi
kebutuhan kalori/nutrisi
tergantung pada usia, BB, ukuran
tubuh dan keadaan penyakit
sekarang.
Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian
perawatan pasien Edisi 3
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan,
perubahan peran
Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan selama beberapa hari,
gangguan harga diri teratasi
Kriteria hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya
Tabel 4. Intervensi dan Rasional : Gangguan Harga Diri
Intervensi Rasional
a) Identifikasi arti dari perubahan pada
pasien
b) Dorong orang terdekat agar memberi
kesempatan pada melakukan
sebanyak mungkin untuk dirinya
sendiri.
c) Berikan dukungan terhadap perilaku
pasien dalam kegiatan rehabilitasi.
d) Kolaborasi dengan neuropsikologis
atau konseling sesuai kebutuhan.
a) Kadang-kadang pasien menerima
dan mengatasi gangguan fungsi
secara efektif dengan sedikit
penanganan.
b) Membangun kembali rasa
kemandirian dan menerima
kebanggan diri dan
meningkatkan proses rehabilitasi.
c) Untuk mengubah dan memahami
tentang peran diri sendiri dalam
kehidupan selanjutnya.
d) Dapat memudahkan adaptasi
terhadap perubahan peran yang
71. 56
perlu untuk menjadi orang yang
produktif.
Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Edisi 3
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
penurunan suplai darah kejaringan otak
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa
hari, penurunan suplai darah kejaringan otak teratasi
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan tingkat kesadaran
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tabel 5. Intervensi dan Rasional : Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
Intervensi Rasional
a) Tentukan faktor-faktor yang
berhubungan dengan potensial
terjadinya peningkatan TIK.
b) Catat status neurologis sesring
mungkin dan bandingkan dengan
keadaan normalnya/standar.
c) Catat perubahan dalam penglihatan,
seperti adanya kebutaan, gangguan
lapang pandang/kedalaman persepsi.
d) Berikan obat sesuai indikasi
a) Untuk melakukan pemantauan
terhadap peningkatan TIK.
b) Mengetahui kecenderungan
tingkat kesadaran dan potensial
peningkatan TIK.
c) Gangguan penglihatan yang
spesifik mencerminkan daerah
otak yang terkena.
d) Dapat digunakan untuk
meningkatkan/memperbaki
aliran darah serebral.
Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Edisi 3
e. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan suplai O2 ke otot
pernapasan
72. 57
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa
hari, pola pernapasan dalam keadaan normal/efektif
Kriteria hasil : Tidak terjadi seanosis
Tabel 6. Intervensi dan Rasional : Ketidakefektifan Pola Napas
Intervensi Rasional
a) Pantau frekuensi, irama, kedalaman
pernapasan.
b) Angkat kepala tempat tidur sesuai
aturannya, posisi miring sesuai
indikasi.
c) Auskultasi suara napas tambahan
yang tidak normal.
d) Kolaborasi dalam pemberian oksigen
a) Perubahan dapat menandakan
awitan komplikasi
pulmonal/menandakan
lokasi/luasnya keterlibatan otak.
b) Untuk memudahkan ekspansi
paru atau ventilasi paru dan
menurunkan adanya
kemungkinan lidah jatuh yang
menyumbat jalan napas.
c) Untuk mengidentifikasi adanya
mxdasalah paru seperti
atelektasis, kongesti, atau
obstruksi jalan napas yang
membahayakan oksigenasi
serebral
d) Memaksimalkan oksigen pada
darah arteri dan membantu dalam
pencegahan hipoksia.
Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Edisi 3
f. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kesulitan bicara
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa
hari pemahaman tentang masalah komunikasi teratasi
Kriteria hasil : Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan
dapat diekspresikan
Tabel.7 Intervensi dan Rasional : Hambatan Komunikasi Verbal
Intervensi Rasional
a) Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti a) Membantu menentukan daerah
73. 58
pasien tidak tampak memahami
kata atau mengalami kesulitan
berbicara atau membuat pengertian
sendiri.
b) Perhatikan kesalahan dalam
komunikasi dan berikan umpan
balik.
c) Meminta pasien untuk
mengucapkan suara sederhana
seperti ”sh” atau ”pus”.
d) Bicaralah dengan nada normal dan
hindari percakapan yang cepat.
dan derajat kerusakan serebral
yang terjadi dan kesulitan
pasien dalam beberapa atau
seluruh tahap proses
komunikasi.
b) Pasien mungkin kehilangan
kemampuan untuk memantau
ucapan yang keluar dan tidak
menyadari bahwa komunikasi
yang di ucapkannya tidak nyata.
c) Mengidentifikasi adanya
disartria sesuai komponen
motorik dari bicara (seperti
lidah, gerakakn bibir, kontrol
napas) yang dapat
mempengaruhi artikulasi dan
mungkin juga tidak disertai
afisia motorik.
d) Pasien tidak perlu merusak
pendengaran, dan meninggikan
suara dapat menimbulkan
marah pasien/menyebabkan
kepedihan.
Sumber : (Doenges, 2000) pedoman untuk perencanan dan pendokumentasian
perawatan pasien Edisi
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan darirencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah
rencana intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencaoai tujuan yang diharaokan. Oleh karena itu
rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam,
2013).
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencangkup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping. Perencanaan asuhan keperawatan akan dapat
74. 59
dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk
berpartisipasi dalam implementasi asuhan keperawatan. Selama tahap
implementasi, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih
asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. Semua
intervensi keperawatan didokumentasikan dalam format yang telah
ditetapkan oleh instansi (Nursalam, 2013).
5. Evaluasi
Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan
mengukur pencapaian tujuan klien dan menentukan keputusan dengan
cara membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian
tujuan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP sebagai pola pikir sebagai berikut:
S : respon subjektif klien tehadap intervensi yang dilaksanakan
O : respon objektif klien tehadap intervensi yang dilaksanakan
A : analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah tetap atau ada masalah baru atau
mungkin terdapat data yang kontradiksi dengan masalah yang ada
P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa atau respon
Kriteria evaluasi yang akan dicapai dari perencanaan meliputi :
a. Apakah nyeri hilang
75. 60
b. Apakah kebutuhan nutrisi terpenuhi
c. Apakah resiko infeksi teratasi
d. Apakah ansietas hilang
e. Apakah intoleransi aktivitas teratasi (Nursalam, 2013).
76. 61
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Laporan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata
a) Identitas Klien
Nama : Ny. E
Umur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Kawin
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bungbulang (Garut)
Tanggal Masuk RS. : 03 Februari 2016
Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2016
No. RM : 1481052
Diagnosa Medis : Space Occupying Letion (SOL)
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 39 Tahun
77. 62
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Kawin
Pendidikan : SMK
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Pekerjaan : Guru
Alamat : Bungbulang (Garut)
Hub. Dengan Klien : Saudara Klien
2) Riwayat Kesehatan
a). Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit
Pada saat dilakukan pengkajian klien sejak dua hari
(tanggal 01 februari) sebelum masuk rumah sakit
mengatakan nyeri pada bagian kepala, nyeri dirasakan
terus-menerus seperti tertusuk-tusuk benda tajam dan
makin bertambah sehingga pada tanggal 03 februari pukul
14.30 WIB, keluarga klien mengantar klien kerumah sakit
dr. Hasan Sadikin Bandung.
(2) Keluhan Utama : Nyeri
(3) Riwayat Keluhan Utama
Pada saat dilakukuan pengkajian tanggal 19 Februari
2016, klien mengeluh nyeri kepala pada bagian kanan dan
penglihatan kabur, yang diakibatkan oleh tumor otak.
78. 63
Nyeri seperti ditusuk-tusuk oleh benda tajam yang
dirasakan hilang timbul pada area kepala, dengan skala
nyeri 5 (0-10), nyeri bertambah berat apabila beraktivitas
terlalu banyak seperti ke kamar mandi dan berkurang bila
sedang istirahat.
b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada tanggal 19 Februari 2016 dilakukan
pengkajian pada klien, klien mengatakan bahwa ia masuk
rumah sakit pada tanggal 03 Februari 2016, juga klien
mengatakan bahwa dia pernah dirawat di rumah sakit
sekitar 1 bulan yang lalu, dengan penyakit yang sama
dan ini merupakan kedua kalinya dia masuk rumah sakit.
Klien juga mengatakan dia belum pernah operasi.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa, tidak ada seorangpun dari
keluarganya yang menderita penyakit seperti penyakit
yang dialaminya sekarang ini. Keluarga klien juga
menjelaskan bahwa, tidak ada riwayat penyakit keturunan
dalam keluarganya seperti asma, DM, jantung, Hipertensi,
Hepatitis, dan Kanker.
79. 64
Genogram :
G1
G2
G3
Bagan 1. Genogram 3 generasi
Keterangan :
= Laki-laki = Klien
= Perempuan = Garis Keturunan
X = Meninggal Dunia ? = Umur tidak diketahui
= Tinggal serumah
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis GCS 15 (E4 V5 M6)
c) Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 60 x/menit
S : 36,2 0
C
P : 24 x/menit
d) Pemeriksaan Fisik Secara Persistem
(1) Sistem Pernapasan
X X
XX
X X XXX X
? ?
X
? ? ?
X
X
X
?
? ??44
24 13
80. 65
Pengkajian sistem pernapasan selama dan sebelum
masuk di rumah sakit, klien dapat bernapas spontan dan
sesak napas tidak ada. Pada hidung tidak ada secret atau
cairan, dan tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk
dada klien simetris antara kiri dan kanan, palpasi dada
tidak ada vokal vremitus dan tidak ada massa, serta tidak
ada suara tambahan. Pada sistem pernapasan ini tidak
didapatkan masalah yang dialami oleh klien.
(2) Sistem Kardiovaskuler
Pengkajian pada sistem cardiovaskular tidak
ditemukan adanya nyeri tekan pada dada, konjungtiva
merah muda, sklera tidak ikterik, reaksi pupil isokor, DVJ
tidak ada, CRT kembali dalam 2 detik, auskultasi bunyi
jantung Lup (S1) terdengar pada ICS 4 & 5 garis
madklavikula kiri dan bunyi jantung Dup (S2) terdengar
pada ICS 2 daerah parasternal kanan dan kiri dan tidak
ada bunyi jantung tambahan/mur-mur.
(3) Sistem Pencernaan
Bentuk bibir simetris, mukosa bibir nampak lembab,
warna bibir merah muda, gigi klien tidak ada yang
tanggal, lidah bergerak dengan bebas, bentuk abdomen
datar. Bising usus ada dengan frekuensi 6 x/menit, bunyi
timpani pada perkusi, tidak ada benjolan maupun nyeri
81. 66
tekan, tidak ada pembesaran tonsil, tidak teraba
pembesaran hepar dan limfa.
(4) Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
nyeri tekan.
(5) Sistem Perkemihan
Tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada distensi pada kandung kemih, klien tidak
terpasang kateter.
(6) Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas atas dan bawah : bentuk simetris, tidak
ada edema, tidak ada peradangan, kuku tangan dan kaki
nampak bersih, kekuatan otot :
(7) Sistem Integumen
Rambut berwarna hitam, kulit kepala nampak kotor
dan berkotombe, warna kulit sawo matang, kulit nampak
bersih, turgor kulit baik, akral teraba hangat dengan suhu
36,20
c.
(8) Sistem Pengindraan
(a) Mata
Simetris kiri dan kanan, kelopak mata dapat membuka
dan menutup, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, refleks pupil (+) dan isokor, klien dapat
5 4
5 5
82. 67
menggerakan bola mata kesegala arah seperti
kebawah, atas dan dalam, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada pembengkakan dan tidak ada peningkatan TIO,
fungsi penglihatan klien kurang baik dimana klien
tidak dapat membaca papan nama perawat dan
menyebut warnanya dengan jarak 30 cm.
(b) Telinga
Aurikula simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi pada
telinga, tidak ada serumen, perdarahan atau
peradangan pada lubang telinga, tidak ada nyeri tekan
dan pembengkakan pada telinga, fungsi pendengaran
klien baik dimana klien dapat mendengar suara
gesekan rambut.
(c) Hidung
Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak terdapat
sekret, tidak ada epitaksis/perdarahan pada hidung,
tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan, fungsi
penciuman klien baik dimana klien dapat
membedakan antara bau parfum dan minyak gosok.
(d) Mulut
Mukosa bibir lembab, tidak ada lesi atau peradangan,
gigi nampak bersih, tidak ada karies, tidak ada
stomatitis, tidak ada perdarahan gusi, jumlah gigi
83. 68
belum lengkap, lidah bersih dan berwarna merah,
pergerakan lidah kesegala arah, palatum dan faring
merah muda dan lunak, tidak ada sianosis, refleks
menelan baik dimana ketika klien dianjurkan untuk
menelan, klien tidak mengalami kesulitan, fungsi
pengecapan klien baik dimana klien dapat merasakan
rasa manis, asin, dan pahit.
(e) Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik dan tidak
lengket, akral teraba hangat dengan suhu 36,20
c,
fungsi peraba klien baik dimana klien dapat
membedakan sensasi panas, dingin, tajam, dan kasar.
(9) Sistem Reproduksi
Tidak dilakukan pengkajian karena klien menolak
untuk dilakukan pemeriksaan.
(10) Sistem Imun
Tidak ada pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar
limfe.
(11) Sistem Persarafan
(a) Tes Fungsi Serebral
i. Fungsi Kesadaran
84. 69
Saat dilakukan pengkajian, kualitas
kesadaran Composmentis, GCS 15 (E= 4, V= 5,
M= 6).
ii. Status Mental
(i) Orientasi
Orientasi klien terhadap orang,
tempat dan waktu tidak terganggu
dibuktikan dengan klien mampu mengenal
perawat dan klien mampu menyebutkan
tanggal masuk rumah sakit.
(ii) Daya Ingat
Memori jangka panjang klien baik,
klien dapat menyebutkan tahun
kelahirannya. Recent memori: memori
jangka pendek klien baik, klien dapat
menyebutkan menu makanan yang baru saja
dimakan dengan benar.
iii. Perhatian dan Perhitungan
Kemampuan perhitungan dan perhatian klien
masih baik, klien dapat menjawab dengan benar
hitungan yang diberikan 1 - 10.
85. 70
iv. Bicara dan Bahasa
Fungsi bicara dan bahasa klien baik, klien
dapat berkomunikasi dengan perawat.
(b) Tes Fungsi Kranial
i. Nervus I (Nervus Olfaktorius)
Klien dapat membedakan bau kopi dan minyak
kayu putih
ii. Nervus II (Nervus Optikus)
Fungsi penglihatan klien kurang baik karena klien
tidak dapat membaca papan nama perawat
dengan jarak 30 cm
iii. Nervus III (Nervus Okulomotorius)
Klien dapat menggerakan kedua bola mata keatas
dan kebawah, pupil isokor pada kedua mata.
iv. Nervus IV (Nervus Troklearis)
Kelopak mata kiri dan kanan dapat digerakan
keatas dan kebawah
v. Nervus V (Nervus Trigeminus)
Klien dapat mengangkat dahi dan kelopak
matanya, maksilaris (rahang atas) normal dan
mandibularis (rahang bawah) normal.
vi. Nervus VI (Nervus Abdusen)
86. 71
Klien dapat menggerakan bola mata ke segalah
arah
vii. Nervus VII (Nervus Vasialis)
Klien dapat membedakan rasa kasar dan halus
pada pipi kanan dan kiri. Klien dapat tersenyum.
Klien dapat membedakan rasa manis dan asin.
Klien dapat mengangkat alis dan mengerutkan
alis. Klien dapat mengembungkan pipi.
viii. Nervus VIII (Nervus Akustikus)
Fungsi pendengaran klien baik dibuktikan dengan
klien dapat mendengarkan gesekan kertas pada ke
dua telinga
ix. Nervus IX (Nervus Glosofaringeus)
Klien dapat mengucapkan kata-kata dengan baik
x. Nervus X (Nervus Vagus)
Fungsi menelan baik
xi. Nervus XI (Nervus Asesorius)
Klien dapat menahan tangan perawat yang
diletakan pada kedua pipi dengan kuat. Klien
dapat menahan beban tangan perawat yang
diletaakkan pada kedua bahu.
xii. Nervus XII (Nervus Hipoglosus)
87. 72
xiii. Klien dapat mengeluarkan lidah. Klien tidak
mengalami kesulitan dalam menggerakan lidah
kekiri dan kekanan.
xiv. Refleks Fisiologis
a) Biseps: +/+
b) Trisep: +/+
c) Patella: +/+
d) Achilens: +/+
e) Babinski: -/-
88. 73
4) Pola Kegiatan Sehari-hari
Tabel 8. Kegiatan Sehari-hari
No. Jenis Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
1 Nutrisi
1. Makan
a. Frekuensi
b. Porsi makan
c. Jenis makanan
d. Pantangan
2. Minum
a. Frekuensi
b. Jenis minuman
c. Pantangan
d. keluhan
3 x/hari
1 porsi dihabiskan
Nasi, lauk, sayur
Tidak ada
6 - 8 gelas/hari
Air mineral
Minuman beralkohol
Tidak ada
3 x/hari
1 porsi makan
dihabiskan
Nasi, lauk, sayur
Tidak ada
4 - 5 gelas/hari
Air mineral
Minuman beralkohol
Tidak ada
2 Eliminasi
1. BAB
a. Frekuensi
b. Warna
c. Konsistensi
d. Keluhan
2. BAK
a. Frekuensi
b. Jumlah
c. Warna
d. Bau
e. Keluhan
1 - 2 x/hari
Kuning kecoklatan
Lembek
Tidak ada
3 - 4 x/hari
1500 cc/hari
Kuning
Khas amoniak
Tidak ada
1 x/hari
Kuning kecoklatan
Lembek
Tidak ada
1 - 2 x/hari
1500 cc
Kuning
Khas amoniak
Tidak ada
3 Istirahat dan Tidur
1. Tidur siang
2. Tidur malam
13.00 - 14.00
20.00 - 05.00
12.00 - 14.00
22.00 - 04.00
4 Personal Hygiene
1. Mandi
2. Sikat gigi
3. Cuci rambut
4. Memotong kuku
5. Keluhan
2 x/hari
2 x/hari
3 x/minggu
2 x/minggu
Tidak ada
1 x/hari dibantu
dengan keluarga
menggunakan waslap
1 x/hari
Pada saat dilakukan
pengkajia klien
mengatakan belum
pernah cuci rambut
1 x/minggu
5 Aktivitas
Keluhan
Pada saat dilakukan
pengkajian klien
mengatakan sebagai
ibu rumah tangga
dan hanya
melakukan
pekerjaan di rumah
saja
Tidak ada
Pada saat dilakukan
pengkajian klien
mengatakan tidak
bisa melakukan
aktivitas sendiri dan
pemenuhan ADL
klien dibantu oleh
keluarga dan perawat
Klien merasa lemah
dengan keadaannya
89. 74
5) Data Psikologis
Klien mengatakan cemas dengan keadaanya, tetapi klien
merasa percaya dengan adanya perawatan di rumah sakit bahwa
lama-kelamaan dia dapat sembuh dan klien sangat berharap sekali
dengan kesembuhannya.
6) Data Sosial
Dukungan dari keluarga sangat aktif, dukungan dari
teman-temannya sangat kurang, dan reaksi klien pada saat
interaksi yaitu kontak mata. Sebelum sakit klien menjelaskan
bahwa, klien selalu berhubungan dengan teman-teman dan
saudara-saudaranya. Setelah sakit/setelah masuk rumah sakit,
klien tidak bisa berinteraksi dengan teman-temannya, klien hanya
dapat berinteraksi dengan keluarganya, serta dengan perawat dan
dokter di ruangan.
7) Data Spiritual
Sebelum sakit atau sebelum masuk rumah sakit, kegiatan
keagamaan klien adalah sholat dan mengaji. Setelah sakit atau
setelah masuk rumah sakit kegiatan keagamaan klien tidak ada
sama sekali, karena keadaanya sedang terganggu.
8) Pengobatan
a) Infus NaCl 0,9% 500 ml/20 tpm
b) Inj. Dexamethasone 4 x 5 mg/6 jam (Anti inflamasi)
c) Inj. Ranitidin 2 x 50 mg/12 jam (Analgetik)
90. 75
d) Inj. Tramadol 2 x 100 mg/12 jam (Analgetik)
9) Pemeriksaan Penunjang
Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (04 Februari 2016)
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
1 Hemoglobin 13,9 L: 13,5 – 17,5 g/dl
2 Hematokrit 41 L: 40 – 52
3 Leukosit 4,70 4.400 – 11.300 /mm3
4 Eritrosit L 4,48 L: 4,5 – 6,5 Juta/µl
5 Trombosit 186,000 150.000 – 450.000 /mm3
6 Kreatinin 0,86 L: 0,7 – 1,2 mg/dl
7 AST (SGOT) 30 < 37 µ/l 37 0
C
8 ALT (SGPT) 22 < 41 µ/l 37 0
C
9 Ureum 25 15 – 50 mg/dl
10 Glukosa Darah Sewaktu 92 < 140 mg/dl
11 Natrium (Na) 136 135 – 145
12 Kalium (K) L 3,5 3,6 – 5,5
13 Kalsium (Ca: bebas) L 4,47 4,7 – 5,2 mg/dl
b. Pengelompokan Data
Tabel 10.klasifikasi data
Data Subjektif Data Objektif
1) Klien mengatakan nyeri
kepala pada bagian kanan
2) Klien mengatakan nyerinya
hilang timbul seperti tertusuk-
tusuk benda tajam
3) Klien mengatakan mata sudah
mulai kabur
4) Klien mengatakan aktifitas
dibantu oleh keluarga dan
perawat
5) Klien mengatakan selama di
rumah sakit belum pernah cuci
rambut
6) Klien mengatakan cemas
dengan keadaannya
1) Wajah klien nampak meringis
2) Skala nyeri 5 (sedang)
3) Lapang pandang menurun
dibuktikan dengan klien tidak
dapat membaca papan nama
perawat dengan karak 30 cm
4) Pergerakan bola mata terhadap
cahaya kurang baik
5) Kulit kepala nampak kotor dan
berketombe
6) Klien nampak dibantu oleh
keluarga dan perawat dalam
melakukan aktifitas
7) Klien nampak cemas atau
gelisah