Gunung meletus akibat tekanan magma di bawah permukaan bumi. Indonesia memiliki banyak gunung berapi karena terletak di pertemuan lempeng tektonik. Letusan menghasilkan gas beracun, lava panas, hujan abu, dan awan panas yang membahayakan. Pemerintah melakukan pemantauan, sosialisasi bahaya, dan pengungsian masyarakat untuk mengurangi korban.
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
GEMPA LETUSAN GUNUNG API
1. PEMBAHASAN
Gunung meletus
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut
bumi yang didorong keluar oleh gasyang bertekanan tinggi.
Secara geografis Indonesia terletak diantara dua samudra (pasifik dan hindia) dan dua benua
(Asia dan Australia). Selain itu Indonesia terlatak diatas pertemuan tiga lempeng bumi, yaitu
lempeng Eurasia, lempeng Indoaustralia dan lempeng pasifik. Pertemuan dari tiga lempeng
bumi diatas menyebabkan terjadinya aktivitas magma di dalam bumi, hal ini yang
menyebabkan mengapa di Indonesia banyak terdapat gunung berapi. Dibumi ini terdapat dua
jalur gunung api/sabuk api (ring of fire), yaitu sirkum pasifik dan sirkum mediterania yang
kedanya melewati Indonesia.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat
tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi
disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung
berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau
lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut
gunung berapi aktif.
A. Berbagai Tipe Gunung Berapi
Gunung berapi kerucut atau gunung berapi strato (strato vulcano)
Gunung berapi perisai (shield volcano)
Gunung berapi maar
B.Ciri-ciri gunung berapi akan meletus
Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain:
Suhu di sekitar gunung naik.
Mata air menjadi kering
Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
Tumbuhan di sekitar gunung layu
Binatang di sekitar gunung bermigrasi
C. Hasil letusan gunung berapi
Berikut adalah hasil dari letusan gunung berapi, antara lain :
Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbon
monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida(S02), dan
Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan manusia.
Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan
melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental
akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-
macam batuan.
2. Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar
sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
Hujan Abu
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena
sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer
jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu pernapasan.
Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat
batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C.
Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan,
leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.
D. Persiapan menghadapi Letusan gunung Berapi
mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi
membuat perencanaan penanganan bencana
mempersiapkan pengungsian jika diperlukan
mempersiapkan kebutuhan dasar (pangan, pakaian alat perlindungan)Jika terjadi
Letusan gunung Berapi
Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar
Di tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas
Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan
Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana
panjang, topi dan lainnya
Gunakan pelindung mata seperti kacamata renang atau lainnya
Jangan memakai lensa kontak
Pakai masker atau kain menutupi mulut dan hidung
Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah
tangan.
Setelah terjadinya Letusan Gunung Berapi
Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
Bersihkan atap dari timbunan Abu, karena beratnya bisa merusak ataun meruntuhkan
atap bangunan
Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak
mesin motor, rem, persneling hingga pengapian.
E. Bahaya Letusan Gunung Api:
Bahaya Letusan Gunung Api di bagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu :
Bahaya Utama (Primer)
Awan Panas, merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran)
terdorong ke bawah akibat densitas yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh
menggulung secara turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng. Selain suhunya
sangat tinggi, antara 300 - 700? Celcius, kecepatan lumpurnyapun sangat tinggi, > 70 km/jam
(tergantung kemiringan lereng).
3. Lontaran Material (pijar),terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung. Jauh lontarannya
sangat tergantung dari besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya. Selain
suhunya tinggi (>200?C), ukuran materialnya pun besar dengan diameter > 10 cm sehingga
mampu membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan mahluk hidup. Lazim juga disebut
sebagai "bom vulkanik".
Hujan Abu lebat, terjadi ketika letusan gunung api sedang berlangsung. Material yang
berukuran halus (abu dan pasir halus) yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu
dan arahnya tergantung dari arah angin. Karena ukurannya yang halus, material ini akan
sangat berbahaya bagi pernafasan, mata, pencemaran air tanah, pengrusakan tumbuh-
tumbuhan dan mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam sehingga mampu
mengakibatkan korosi terhadap seng dan mesin pesawat.
Lava, merupakan magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental dan
bersuhu tinggi, antara 700 - 1200?C. Karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti
lereng dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin, maka wujudnya
menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang dilaluinya akan menjadi ladang batu.
Gas Racun, muncul tidak selalu didahului oleh letusan gunung api sebab gas ini dapat keluar
melalui rongga-rongga ataupun rekahan-rekahan yang terdapat di daerah gunung api. Gas
utama yang biasanya muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang kerap
menyebabkan kematian adalah gas CO2. Beberapa gunung yang memiliki karakteristik
letusan gas beracun adalah Gunung Api Tangkuban Perahu, Gunung Api Dieng, Gunung
Ciremai, dan Gunung Api Papandayan.
Tsunami, umumnya dapat terjadi pada gunung api pulau, dimana saat letusan terjadi material-
material akan memberikan energi yang besar untuk mendorong air laut ke arah pantai
sehingga terjadi gelombang tsunami. Makin besar volume material letusan makin besar
gelombang yang terangkat ke darat. Sebagai contoh kasus adalah letusan Gunung Krakatau
tahun 1883.
Bahaya Ikutan (Sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan
berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan material dalam
berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian
material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah
sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar.
F.Upaya penanggulangan Letusan Gunung Api Oleh Pemerintah
Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan gunung
berapi, tindakan yang perlu dilakukan :
Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa
(seismograf). Data harian hasil pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi
SSB. Petugas pos pengamatan Gunung berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda
setempat.
Tanggap Darurat, tindakan yang dilakukan oleh DVMBG ketika terjadi peningkatan aktivitas
gunung berapi, antara lain mengevaluasi laporan dan data, membentuk tim Tanggap Darurat,
mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.
Pemetaan, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat
bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian,
dan pos penanggulangan bencana.
Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia. Hasil
penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainya.
4. Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat
terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman
informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.
G.Keuntungan Gunung Api
1. Ketika gunung meletus pasti akan mengeluarkan abu vulkanik yang sangat kaya
dengan unsur hara sehingga tanah disekitar pegunungan menjadi lebih subur daripada
tempat lain. Pertanian menjadi mata pencarian yang dapat mensejahterakan
masyarakat sekitar gunung api.
2. Bahan bangunan yang berupa pasir, batu, kerikil dan mineral lainnya banyak
dihasilkan ketika terjadi letusan gunung api. Bahan bangunan itu bisa digunakan
untuk pembangunan prasarana untuk masyarakat, misalnya: gedung sekolah, jalan,
jembatan dan lain-lain.
3. Gunung api juga menghasilkan mineral yang sangat berguna bagi kehidupan.
4. Secara geografis, gunung berapi juga menghasilkan dataran tinggi yang sering
mendatangkan hujan orografis sehingga menghasilkan banyak air bagi kehidupan
disekitar gunung api.
5. Dengan dataran tinggi yang subur dan indah dapat dimanfaatkan untuk tempat
pariwisata bagi wisatawan yang ingin menikmati segarnya udara pegunungan dan
dapat menghilangkan kejenuhan selama beraktifitas.
H. Kerugian dari gunung api
Secara umum memang gunung berapi memang merugikan karena:
1. Ketika gunung meletus akan akan mengeluarkan awan panas, misalnya masyarakat
sekitar gunung merapi menyebutnya "wedus gembel"
2. Letusan gunung berapi juga menghasilkan lava pijar yang sangat berbahaya.
3. Lahar dingin juga berbahaya, lahar ini dihasilkan dari lava yang bercampur dengan air
hujan.
4. Gunung api juga menghasilkan daerah bayangan hujan. Daerah ini jarang terjadi
hujan dan kering sehingga sulit dijadikan lahan pertanian.
5. Abu vulkanik yang membumbung ke atas bisa menyebabkan terganggunya
penerbangan pesawat.
6. Untuk skala kecil, kejadian gunung meletus juga menghasilkan gelombang tsunami.
Misalnya letusan gunung krakatau di selat sunda.
I. Klasifikasi gunung berapi di Indonesia
Kalangan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi ke dalam tiga tipe
berdasarkan catatan sejarah letusan/erupsinya.
Gunung api Tipe A : tercatat pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya
satu kali sesudah tahun 1600.
Gunung api Tipe B : sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi
magmatik namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan
solfatara.
Gunung api Tipe C : sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun
masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola
pada tingkah lemah.
5. J. Letusan-Letusan Yang pernah Terjadi di Indonesia
Gunung meletus bagi bangsa ini bukanlah sesuatu yang asing. Berabad silam, letusan –
letusan gunung berapi di negeri ini sudah pernah terjadi.
Berikut beberapa letusan gunung berapi yang sangat besar yang terjadi di Indonesia.
1. Gunung Kelud
Sejak abad ke-15, Gunung Kelut telah memakan korban lebih dari 15.000 jiwa. Letusan
gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa. Sebuah sistem untuk
mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi
hingga kini setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat
banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk.
Pada abad ke-20, Gunung Kelut tercatat meletus pada tahun 1901, 1919 (1 Mei), 1951, 1966,
dan 1990. Tahun 2007 gunung ini kembali meningkat aktivitasnya. Pola ini membawa
maternity ahli gunung api pada siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini.
2. Gunung Merapi
Gunung Merapi adalah yang termuda
dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona
subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia.
Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun
lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava
kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali.
Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872,
6. dan 1930. Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa
diselubungi abu.
Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan M ataram Kuno harus berpindah ke
Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400
orang.
3. Gunung Galunggung
Gunung Galunggung tercatat pernah meletus pada tahun 1882 (VEI=5). Tanda-tanda awal
letusan diketahui pada bulan Juli 1822, di mana expose Cikunir menjadi keruh dan
berlumpur. Hasil pemeriksaan kawah menunjukkan bahwa expose keruh tersebut panas dan
kadang muncul kolom asap dari dalam kawah.
Kemudian pada tanggal 8 Oktober s.d. 12 Oktober, letusan menghasilkan hujan pasir
kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas, serta lahar. Aliran lahar bergerak ke
arah tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Letusan ini menewaskan 4.011 jiwa dan
menghancurkan 114 desa, dengan kerusakan lahan ke arah timur dan selatan sejauh 40 km
dari puncak gunung.
4. Gunung Agung
Gunung Agung terakhir meletus pada 1963-64 dan mas ih aktif, dengan sebuah kawah besar
dan sangat dalam yang kadang-kadang mengeluarkan asap dan abu. Iranian kejauhan, gunung
ini tampak kerucut, meskipun didalamnya terdapat kawah besar.
Dari puncak gunung, adalah mungkin untuk melihat puncak Gunung Rinjani di pulau
Lombok, meskipun kedua gunung sering tertutup awan. Pada tanggal 18 Februari 1963,
penduduk setempat mendengar ledakan keras dan melihat awan naik dari kawah Gunung
Agung.
7. Pada tanggal 24 Februari lava mulai mengalir menuruni lereng utara gunung, akhirnya
perjalanan 7 km dalam 20 hari mendatang. Pada tanggal 17 Maret, gunung berapi meletus,
mengirimkan puing-puing 8-10 km ke udara dan menghasilkan aliran piroklastik yang besar.
Arus ini banyak menghancurkan desa-desa, menewaskan sekitar 1500 orang. Sebuah letusan
kedua pada 16 Mei menyebabkan aliran awan panas yang menewaskan 200 penduduk lain.
5. Krakatau
Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau
Jawa dan Sumatra. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana
(Gunung Krakatau) yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883.
Letusan itu sangat dahsyat; awan panas dan wave yang diakibatkannya menewaskan sekitar
36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, wave ini adalah yang terdahsyat di
kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, state dan
Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000
kali bom corpuscle yang diledakkan di Hiroshima dan metropolis di akhir Perang Dunia II.
Letusan Krakatoa menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua
setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai
setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
Ledakan Krakatoa ini seben arnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba
dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di
Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh di masa populasi manusia masih sangat
sedikit.
Sementara ketika Gunung Krakatoa meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan
teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan
berkembang pesat.
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatoa adalah bencana besar pertama di dunia setelah
penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan