3. RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud bencana dan manajemen bencana?
Apa yang dimaksud dengan gunung meletus?
Bagaimana proses terjadinya gunung meletus?
Bagaimana proses manajemen bencana gunung merapi?
Bagaimana dampak positif dan dampak negatif dari bencana gunung
merapi?
Bagaimana peran pemerintah dan masyarakat dalam
menanggulangi bencana gunung merapi?
Apa hambatan yang didapatkan oleh masyarakat maupun
pemerintah dalam menanggulangi bencana gunung merapi?
4. Manajemen Bencana
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis,
berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah
yang berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan
darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana.(UU 24/2007).
Manajemen bencana dibagi menjadi 3 periode :
Pra Bencana: Pencegahan lebih difokuskan, kesiapsiagaan
berlevel medium
Bencana: Pada saat kejadian/krisis tanggap darurat menjadi
kegiataan terpenting
Pasca Bencana: Pemulihan dan reconstruksi menjadi proses
terpenting setelah bencana
Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis
(UU 24/2007).
5. Pengertian Gunung Meletus
Gunung adalah permukaan yang menonjol di atas permukaan bumi. Pada bagian tonjolan gunung
tersebut terdapat saluran lurus berbentuk garis vertikal semacam pipa alami.
Pipa ini menjadi penghubung antara perut bumi dengan kerak bumi atau permukaan bumi. Perut bumi
berisi banyak jenis cairan panas, seperti batuan cair dan juga magma. Suatu waktu magma dan material-
material yang berada di dalam perut bumi akan mengalami permasalahan.
Faktor Penyebab Terjadinya Gunung Meletus
• Peningkatan frekuensi timbulnya gempa vulkanik
• Pergerakan lempeng tektonik yang terjadi pada lapisan bumi
• Adanya deformasi pada badan gunung
• Adanya lempengan bumi yang saling berdesakan satu sama lain
• Adanya tekanan yang tinggi
6. Proses Terjadinya Gunung Meletus
Gunung berapi pada dasarnya terbentuk dari magma, yaitu batuan cair terdapat di dalam bumi yang terdalam.
Magma tersebut terbentuk oleh panasnya suhu di dalam perut bumi. Di dalam kedalaman tertentu, suhu panas
yang sangat tinggi tersebut bisa melelhkan bebatuan yang ada di dalam bumi. Magma yang memiliki kandungan
gas yang berada di dalam kabin magma berada dalam kondisi dibawah tekanan bebatuan yang berat. Tekanan
tersebut menyebabkan magma meletus atau melelehkan conduit (saluran) di bagian bebatuan yang rapuh dan
retak. Magma akan keluar bergerak keluar melalui saluran ini menuju keluar permukaan bumi. Disaat magma
mendekati permukaan, kandungan gas yang dikandungnya akan terlepas. Gas dan magma secara bersamaan
meledak dan membentuk lubang yang disebut dengan lubang utama (central vent).
Sebagian besar magma dan material vulkanik lainnya akan menyembur keluar lewat lubang utama. Setelah
semburan berakhir, kawah (crater) yang berbentuk seperti mangkuk akan terbentuk pada bagian puncak gunung
berapi. Sementara lubang utama yang terbentuk di dasar kawah tersebut.
9. Kronologis Peristiwa Erupsi Gunung Merapi 2010
Letusan terbesar Merapi yang baru-baru ini terjadi adalah letusan Merapi pada Oktober
2010. Pada saat itu, Merapi mengeluarkan awan panas yang menyapu daerah di
sekitar lereng Merapi dan lahar dingin di Kali Gendol.
Kronologi:[2]
20 September, Status Gunung Merapi dinaikkan dari Normal menjadi Waspada oleh BPPT
K Yogyakarta.
21 Oktober, Status berubah menjadi Siaga pada pukul 18.00 WIB.
25 Oktober, BPPTK Yogyakarta meningkatkan status Gunung Merapi menjadi Awas pada
pukul 06.00 WIB.
26 Oktober, Gunung Merapi memasuki tahap erupsi. Menurut laporan BPPTKA, letusan
terjadi sekitar pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan diiringi
keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo.
Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km.[3]
27 Oktober, Gunung Merapi pun meletus. Dari sekian lama penelitian gunung teraktif di
dunia ini pun meletus.
28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan Lava pijar yang muncul hampir bersamaan
dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB.
10. Manajemen Bencana Gunung Merapi
BPBD Kabupaten Sleman melakukan upaya penguran
gan resiko dan dampak dari erupsi Merapi dengan
melakukan pembuatan talud banjir, pembuatan kanton
g lahar atau dam, pemasangan Early Warning System
(EWS) atau dikenal dengan sistem peringatan dini dan
pemasangan rambu-rambu jalur evakuasi.
MITIGASI
01
Pemantauan di Gunung Merapi yang dilakukan oleh
BPPTKG (Balai Penyelidikan dan Pengembangan
Teknologi Kegunungapian dan Geologi) berkoordinasi
dengan BPBD Kabupaten Sleman untuk kemudian
diinformasikan kepada masyarakat, pelatihan atau
simulasi erupsi, pembentukan Desa Tanggap
Bencana (Destana), pembentukan Sekolah Siaga
Bencana (SSB)
PRA-BENCANA
02
11. Penyelamatan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman telah
menyusun Skenario Rencana Penanggulangan Erupsi Gunung Api Merapi dalam
upaya evakuasi. Selain itu, di Desa Tangguh Bencana juga memiliki dokumen
Draft Rencana Kontijensi Gunung Api Merapi dan Rencana Kontijensi
Penanganan Ternak untuk Penanggulangan Bencana Erupsi Merapi sebagai
panduan apabila Merapi mengalami erupsi.
Pertolongan
BPBD Kabupaten Sleman mulai lakukan distribusi logistik di barak pengungsian
dengan terlebih dahulu melakukan pendataan jumlah pengungsi, menghitung
kebutuhan pengungsi, mendirikan posko darurat,dan penanganan korban
bencana yang diatur dalam SOP Barak dan Logistik
. PASCA-BENCANA
Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kabupaten Sleman menyusun
rencana aksi (Renaksi) rehabilitasi dan rekonstruksi. Kegiatan yang dilakukan
oleh bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi adalah pembuatan shelter bagi
korban erupsi Gunung Merapi, pembangunan hunian tetap, penggantian ternak,
bantuan modal usaha dan bantuan sapi perah. Luas dari hunian tetap adalah 10
0 m², dengan anggaran tiap huntap adalah Rp. 30.000.000,-. Didalam huntap
sendiri terdapat berbagai fasilitas, seperti adanya tempat ibadah, balai warga,
kandang komunal, dan lapangan.
BENCANA : TANGGAP DARURAT03
04
12. DAMPAK NEGATIF
Dampak dari abu gunung merapi yaitu berbagai jenis gas seperti Sulfur Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S),
Nitrogen Dioksida (NO2), serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended Particulate atau Particulate Matter).
Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik, serta makanan yang terkontaminasi, dan lain-lain.
Banyak dari penduduk, terutama sekitar Gunung Merapi yang kehilangan pekerjaan rutin kesehariannya.
Timbulnya penyakit pada korban seperti ISPA ( infeksi saluran nafas atas )
64 desa di Sleman dan puluhan desa di Magelang serta Klaten porak poranda. Bahkan, desa tersebut dinyatakan
tertutup karena berada di zona yang tidak aman. Sebagian desa sudah tertutup debu vulkanik dengan ketebalan
hingga satu meter.
Hujan debu dari Merapi juga meluas dan membatasi jarak pandang. Lalu lintas, baik darat maupun udara, mulai
terganggu. Bahkan, penerbangan dari dan ke Yogyakarta ditutup sementara waktu.
Dan terjadi pula kebakaran hutan karena terkena laharnya.
Banyak dalam sektor pertanian terganggu akibat bencana ini yang menyebabkan pendapatan bisnis para petani
menurun drastis.
Di sektor perikanan terjadi kerugian sekitar 1.272 ton.
Di sektor pariwisata, kunjungan wisatawan berkurang sehingga menyebabkan tingkat hunian hotel yang tadinya 70
persen turun menjadi 30 persen.
DAMPAK NEGATIF DAN DAMPAK POSITIF
BENCANA GUNUNG MERAPI MELETUS
13. DAMPAK POSITIF
Hasil muntahan vulkanik bagi lahan pertanian
dapat menyuburkan tanah dan material
vulkaniknya sebagai bahan bangunan
Sisa-sisa aktivitas Gunung Merapi dapat
menghasikan bahan-bahan tambang yang
berguna dan bernilai tinggi. Seperti
belerang, batu pualam dan lain-lain.
Terjadinya disribusi keadilan ekonomi,
dengan banyaknya sumbangan dari para
dermawan.
Membangkitkan industry semen dan industry yang
berkaitan dengan insfrastuktur bisa
bangkit, termasuk bisa menyerap banyak tenaga ahli
untuk memulihkan infrastruktur dan
sector lainnya di kawasan terkena musibah.
Aktifitas gunung api dapat menghasilkan
geothermal atau panas bumi yang sangat
berguna dalam kehidupan sehari-hari
.
14. Peran Pemerintah dan Masyarakat Dalam Menanggulangi Bencana Gunung Merapi
Tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah /
pihak berwenang setelah terjadi letusan adalah se
bagai berikut:
Penetapan status tanggap darurat
Evakuasi korban bencana
Pengelolaan posko pengungsian
Menginventarisasi data, yang mencakup
sebaran dan volume hasil letusan.
Mengidentifikasi daerah yang terkena dan
Terancam bahaya.
Membangun kembali bangunan, sarana, dan
fasilitas lainnya yang terkena bencana.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh individu / masyarakat setela
h terjadi letusan adalah sebagai berikut:
Mengikuti informasi perkembangan status gunung api.
Apabila sudah dianggap aman dan dapat kembali,
periksalah rumah dan barang lain yang ada.
Menghubungi dan mengecek saudara dan kerabat yang
lain.
Bersama dengan warga dan pemerintah bergotong royong
membersihkan, membangun dan memperbaiki
Sarana - sarana yang masih dapat dimanfaatkan
Jauhi daerah yang terkena hujan abu.
Membantu tim medis menolong para korban.
15. Hambatan Yang Diperoleh Masyarakat Maupun Pemerintah Dalam
Menanggulangi Bencana Gunung Merapi
Sosialisasi dan pelatihan juga menjadi kendala dalam upaya meminimalisir korban
saat terjadi becana. Alokasi dana dan waktu yang kurang cukup mengakibatkan
masyarakat kurang tebekali ilmu dan pengetahuan tentang analisis lingkungan
di sekitarnya yang rawan bencana. Sosialisasi yang sangat minim membuat masyarakat
mudah panic dan terkadang kurang peduli dengan ancaman bahaya gunung merapi
sehingga banyak masyarakat tetap bertahan dengan berbagai macam alasan seperti tidak
ingin ternak dan kebunnya tidak terurus. Pengetahuan tentang desa siaga
belum terlalu baik karena masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui desa
siaga. Dukungan pelaksanaan desa siaga belum terlalu baik. Pembiayaan sudah
mencukupi namun belum terkoordinasi dengan baik.