Modul ini membahas panduan praktek klinik asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa yang terdiri dari harga diri rendah, isolasi sosial, dan defisit perawatan diri. Modul ini dibahas dalam 3 kegiatan belajar yang masing-masing membahas konsep, pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi tindakan keperawatan pada ketiga gangguan jiwa tersebut."
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Australia Indonesia Partnership
for Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
KEPERAWATAN JIWA II
Suliswati
MODUL PRAKTIKUM
SEMESTER 7
PANDUAN PRAKTEK KLINIK ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN GANGGUAN JIWA 2 HARGA DIRI RENDAH, ISOLASI
SOSIAL, DEFISIT DAN PERAWATAN DIRI
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
i
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar Isi
Daftar Isi i
Pendahuluan 1
Panduan Praktek Klinik 3
Kegiatan Belajar 1
Melakukan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Harga Diri Rendah 5
Kegiatan Belajar 2
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Isolasi Sosial 25
Kegiatan Belajar 3
Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri 43
Uji Praktek Klinik 62
Daftar Pustaka 63
Lampiran 64
Daftar Gambar 75
3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
1
Pendahuluan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Selamat Anda telah berhasil menyelesaikan
modul mengenai keperawatan jiwa I dengan
baik. Selain itu, Anda juga telah berhasil
menyelesaiankan mempelajari modul 3
tantang panduan praktek klinik asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan
jiwa, yaitu gangguan halusinasi dan resiko
perilaku kekerasan. Nah, sekarang marilah
kita lanjutkan untuk mempelajari modul
keperawatan jiwa 2. Modul 4 ini akan
mempelajari mengenai panduan praktek
klinik asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan jiwa, yaitu harga diri
rendah, isolasi sosial, dan defisit perawatan
diri.
Modul 4 ini berjudul ”Pandua praktek klinik
asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan jiwa, yaitu harga diri rendah,
isolasi sosial, dan defisit perawatan diri”.
Sebagai prasyarat dalam mempelajari
modul ini Anda terlebih dahulu sudah
lulus atau telah menyelesaikan modul
terdahulu yaitu modul yang membahas
tentang mata kuliah keperawatan jiwa I.
Modul 4 ini agar memudahkan Anda
mempelajarinya dikemas dalam 3
kegiatan belajar, yaitu: a) kegiatan
belajar-1 membahas panduan praktek
asuhan keperawatan pada klien
dengan harga diri rendah, b) kegiatan
belajar-2 membahas panduan praktek
asuhan keperawatan pada klien dengan
isolasi sosial, dan c) kegiatan belajar-3
membahas panduan praktek asuhan
keperawatan pada klien dengan defisit
perawatan diri.
Modul 4 ini dapat Anda pelajari secara
bertahap. Cobalah Anda ingat kembali
tentang konsep asuhan keperawatan
Gambar : Keperawatan Jiwa
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
2
pada klien dengan harga diri rendah, isolasi sosial, dan defisit perawatan diri yang telah
Anda pelajari terdahulu. Selanjutnya jawablah pertanyaan ini dengan benar. Jelaskan
pengertian harga diri rendah? dan isolasi sosial? defisit perawatan diri?. Baik sekali Anda
telah dapat menjawab pertanyaan ini dengan benar. Pada dasarnya setiap individu
yang mengalami gangguan jiwa akan mengalami harga diri rendah yang kronis, isolasi
sosial, dan defisit perawatan diri. Gejala gangguan jiwa ini banyak Anda temukan.
Gejala gangguan ini, ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku seperti: sering
menyendiri, tidak mau bergaul, merasa tidak berguna, dan tidak berdaya. Perubahan
lain yang terjadi adalah penurunan kemampuan memecahkan masalah, klien merasa
tidak berguna dan tidak berharga, akibatnya klien merasa tidak mempunyai daya upaya
dan motivasi untuk merawat diri sendiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Modul 4 ini mempelajari tentang panduan praktek asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan jiwa yang terdiri dari: asuhan keperawatan pada klien dengan harga
diri rendah, isolasi sosial, dan defisit perawatan diri. Oleh karena itu, modul ini akan
dikemas dalam 3 kegiatan belajar yang seluruhnya akan diberikan alokasi waktu I JPK (
60 menit ) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Adapun manfaat yang dapat Anda peroleh dari mempelajari modul ini setelah Anda
memahami dan dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
jiwa, Anda akan dapat memberikan bantuan/memberikan asuhan keperawatan pada
individu lain yang mengalami gangguan jiwa baik dalam lingkungan keluarga maupun
diluar lingkungan (masyarakat).
Agar proses belajar dapat berjalan dengan baik Anda diharapkan dapat mengikuti
langkah-langkah belajar sebagai berikut:
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
3
1. Persiapan praktek klinik:
Pada persiapan praktek klinik ini Anda harus memahami secara rinci program praktek
klinik yang akan dijalankan yaitu:
a. Kompetensi yang akan dicapai
b. Tujuan umum dan tujuan khusus praktek klinik
c. Jenis dan jumlah kasus yang dibutuhkan
d. Stategi praktek klinik.
e. Instruktur klinik.
f. Evaluasi praktek klinik.
g. Penggunaan format dokumentasi asuhan keperawatan
2. Kontrak belajar, Anda diminta untuk melakukan asuhan keperawatan pada 1 kasus
kelolaan.
3. Pelaksanaan praktek:
a. Melakukan preconference (konferensi awal) bersama pembimbing klinik untuk hal
sebagai berikut :
1) Mendiskusikan tujuan praktek.
2) Menyepakati rencana kegiatan dan strategi belajar dengan mengacu pada
kontrak belajar yang telah dibuat.
3) Mengkaji kesiapan diri untuk melaksanakan praktek meliputi: pemahaman
konsep dan teori terkait dengan kompetensi yang akan dicapai, sikap, dan
kondisi psikologis diri dalam menjalankan praktek.
4) Mendiskusikan kasus yang akan dikelola sesuai kontrak belajar.
b. Melaksanakan praktek keperawatan; Anda akan melaksanakan praktek asuhan
keperawatan berdasarkan kesepakatan dalam kontrak belajar, ada beberapa
metoda belajar yang dapat anda gunakan antara lain adalah :
1) Observasi, Anda melakukan observasi terhadap klien kelola Anda secara mandiri
dan mendiskusikan hasil observasi/pengamatan Anda dengan pembimbing
klinik.
2) Praktek langsung, Anda melakukan asuhan keperawatan kepada klien kelolaan
Anda dibawah bimbingan pembimbing klinik.
3) Diskusi kelompok, Anda akan mendiskusikan bersama anggota kelompok lain
berbagai kasus yang berhubungan dengan kompetensi, diskusi ini dapat Anda
lakukan sepanjang kegiatan praktek.
4) Penugasan, Anda melakukan dokumentasi kegiatan praktek yang telah
dilakukan sebagai kelengkapan dari kegiatan belajar dalam mencapai
kompetensi. Dokumentasi asuhan keperawatan dibuat dalam bentuk laporan
dengan menggunakan format yang telah disediakan dan menyerahkan laporan
pada akhir periode praktek (2 hari setelah selesai praktek).
c. Melaksanakan post conference (konferensi akhir); kegiatan yang Anda lakukan
adalah:
1) Anda mendiskusikan kegiatan praktek yang telah dilakukan bersama
pembimbing klinik dan anggota kelompok lainnya.
2) Memperoleh penguatan terhadap aktifitas belajar yang telah dilakukan.
3) Menyimpulkan hasil belajar yang sudah diperoleh dan menyampaikan rencana
belajar berikutnya.
Panduan Praktik Klinik
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
4
d. Strategi belajar praktek klinik:
Pada strategi belajar klinik ini ada hal hal yang perlu Anda ketahui dan laksanakan,
yaitu:
1) Anda akan melakukan praktek klinik dirumah sakit yang sudah ditentukan.
2) Dalam praktek klinik kelas akan dibagi dalam beberapa kelompok kecil yang
masing masing kelompok akan dibimbing oleh pembimbing klinik.
3) Menggunakan seragam dan atribut yang sudah ditentukan.
4) Menyiapkan LP (Laporan pendahuluan), dan SP (strategi pelaksanaan tindakan)
sebelum praktek dilakukan.
5) Hadir 15 menit sebelum praktek dimulai.
6) Menandatangani daftar hadir setiap hari.
7) Menyelesaikan penugasan selama praktek klinik ; laporan asuhan keperawatan,
laporan kegiatan praktik lainnya.
8) Kehadiran pada praktek klinik 100%
9) Penilaian dilakukan terhadap: ketrampilan klinik, laporan asuhan keperawatan,
dan penilaian sikap yang terintegrasi selama melaksanakan praktek klinik.
Anda selanjutnya akan memulai kegiatan belajar I, Anda dapat melakukan/
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Harga Diri Rendah.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Selamat belajar, semoga berhasil
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
5
Setelah menyelesaikan pembelajaran
ini Anda mampu melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan harga diri
rendah.
Kegiatan
Belajar 1
Melakukan asuhan keperawatan pada klien
dengan harga diri rendah.
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
a. Konsep harga diri rendah.
b. Pengkajian klien dengan harga diri rendah.
c. Diagnosa keperawatan
d. Rencana tindakan klien dengan harga diri rendah
e. Implementasi tindakan keperawatan
f. Evaluasi tindakan keperawatan.
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini Anda:
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan harga diri rendah.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
c. Harga diri rendah
d. Mampu menetapkan rencana tindakan keperawatan.
e. Mampu melakukan tindakan keperawatan / implementasi.
f. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan.
g. Mampu membuat dokumentasi.
Pokok-pokok Materi
Gambar : Kurang percaya diri
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
6
Uraian
Materi
1) Konsep harga diri rendah
a. Pengertian.
Apakah harga diri rendah itu? Harga diri rendah adalah penilaian tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal
diri (Keliat B.A,1992). Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negatif, perasaan negatif terhadap diri sendiri
misalnya: hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. Menyatakan
diri tidak berharga, tidak berguna, dan tidak mampu dapat secara langsung atau
tidak langsung diekspresikan.
b. Tanda dan gejala.
1) Mengeluh tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya.
2) Menarik diri dari kehidupan sosial.
3) Banyak diam dan sulit berkomunikasi.
c. Penyebab.
Koping individu tidak efektif; harga diri rendah berhubungan dengan koping
individu tidak efektif, koping merupakan respon pertahanan individu terhadap
suatu masalah. Jika koping tidak efektif maka individu tidak bisa mencapai harga
dirinya dalam mencapai suatu perilaku.
d. Akibat yang terjadi ,
menarik diri,mekanisme terjadinya masalah; harga diri merupakan penilaian
seseorang terhadap dirinya, individu dengan harga diri rendah akan merasa tidak
mampu, tidak berdaya, pesimis dapat menghafapi kehidupan,dan tidak percaya
pada dirinya sendiri. Untuk menutupi rasa tidak mampu individu akan banyak
diam menyendiri, tidak berkomunikasi dan menarik diri dari kehidupan sosial.
2) Pengkajian harga diri rendah
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan
keluarga (pelaku rawat). Tanda dan gejala harga diri rendah dapat ditemukan melalui
wawancara dengan pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana pandangan/penilaian Anda tentang diri sendiri?
b. Bagaimana penilaian Anda terhadap diri sendiri yang mempengaruhi hubungan
Anda dengan orang lain?
c. Apa yang menjadi harapan Anda?
d. Apa saja harapan yang telah Anda capai?
e. Apa saja harapan yang belum berhasil Anda capai?
f. Apa upaya yang Anda lakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi?
Tanda dan gejala harga diri rendah yang dapat ditemukan melalui observasi sebagai
berikut:
a. Penurunan produktivitas
b. Pasien tidak berani menatap lawan bicara dan lebih banyak menundukkan kepala
saat berinteraksi
c. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
d. Cenderung meremehkan diri sendiri, tidak menghargai diri sendiri.
9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
7
e. Mengungkapkan perasaan tidak berdaya dan ketidak mampuannya.
Data hasil wawancara dan observasi didokumentasikan pada kartu berobat pasien di
Puskesmas/pada format pengkajian klien yang dirawat di rumah sakit. Adapun contoh
pendokumentasian hasil pengkajian sebagai berikut:
Data: Pasien mengatakan merasa hidupnya tidak berguna dan tidak berarti, merasa tidak
memiliki kemampuan apapun, kontak mata kurang, tidak berani menatap lawan bicara,
lebih banyak menundukkan kepala pada saat berinteraksi, bicara lambat dengan nada
suara lemah.
3) Diagnosis keperawatan harga diri rendah
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala harga diri rendah
yang ditemukan. Pada pasien mengalami gangguan jiwa, diagnosis keperawatan yang
ditegakkan adalah:
Harga diri rendah kronis
4) Tindakan keperawatan harga diri rendah
Tindakan keperawatan harga diri rendah dilakukan terhadap pasien dan keluarga
(pelaku rawat). Saat melakukan pelayanan di poli kesehatan jiwa Puskesmas atau
kunjungan rumah, Anda menemui keluarga (pelaku rawat) terlebih dahulu sebelum
menemui pasien. Bersama keluarga (pelaku rawat), Anda mengidentifikasi masalah
yang dialami pasien dan keluarga (pelaku rawat). Setelah itu, Anda menemui pasien
untuk melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi harga diri rendah
yang dialami pasien.
Setelah Anda selesai melatih pasien, maka Anda kembali menemui keluarga (pelaku
rawat)danmelatihkeluarga(pelakurawat)untukmerawatpasien,sertamenyampaikan
hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga
lakukan yaitu untuk membimbing pasien melatih kegiatan yang telah diajarkan oleh
perawat untuk mengatasi harga diri rendah.
Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan,
minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga mampu
mengatasi harga diri rendah.
a. Tindakan keperawatan untuk pasien harga diri rendah
Tujuan: Pasien mampu:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) Menilai kemampuan yang dapat digunakan
4) Menetapkan/ memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
5) Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
6) Merencanakan kegiatan yang telah dilatihnya
Tindakan keperawatan:
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
8
1) Membina hubungan saling percaya, dengan cara:
a) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.
b) Perkenalkan diri dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
Perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien yang disukai.
c) Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
d) Buat kontrak asuhan: apa yang Anda akan lakukan bersama pasien, berapa
lama akan dikerjakan, dan tempatnya dimana.
e) Jelaskan bahwa Perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi.
f) Tunjukkan sikap empati terhadap pasien.
g) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.
2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah:
a) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
daftar kegiatan)
b) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian yang negatif
setiap kali bertemu dengan pasien.
3) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
a) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar
kegiatan): buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini.
b) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
4) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan daftar
kegiatan yang dapat dilakukan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan
adalah:
a) Diskusikan kegiatan yang akan dipilih untuk dilatih saat pertemuan.
b) Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia tetapkan.
5) Melatih kegiatan yang telah dipilih pasien sesuai kemampuan. Tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
a) Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya).
b) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per hari.
c) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan
pasien.
6) Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya dan
menyusun rencana kegiatan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan
adalah :
a) Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
b) Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
aktivitas.
d) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
e) Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
f) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan pasien.
11. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
9
Kegiatan latihan dapat dilanjutkan untuk aktivitas pasien lainnya, hingga semua
kegiatan yang telah disepakati sebagai aktivitas yang dapat dilakukan pasien
dapat dilatih secara bertahap.
Implementasi tindakan keperawatan terhadap pasien dilakukan dalam empat kali
pertemuan, dan dapat dilanjutkan untuk kegiatan lain sehingga harga diri rendah
teratasi. Pada masing-masing pertemuan dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan
strategi pelaksanaan (SP) sebagai berikut:
Latihan 1 untuk pasien: Pengkajian dan latihan kegiatan pertama
Identifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri sendiri dan pengaruhnya terhadap
hubungan dengan orang lain, harapan yang telah dan belum tercapai, upaya yang
dilakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi; identifikasi kemampuan
melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat daftar kegiatan), bantu pasien menilai
kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan mana kegiatan yang
dapat dilaksanakan): buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini, bantu pasien
memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih, latih kegiatan
yang dipilih (alat dan cara melakukannya), masukkan kegiatan yang telah dilatih pada
jadwal kegiatan untuk latihan dua kali per hari.
Fase orientasi:
“Selamat pagi mbak, perkenalkan saya perawat………., senang dipanggil ……….. Nama
mbak siapa?”
“Oh… mbak Nursita, senang dipanggil apa mbak?”
“Baiklah mbak Sita, saya perawat Puskesmas Grogol yang saat ini sedang melakukan
tugas kunjungan rumah. Tadi saya telah menemui ibunya, dan sekarang saya ingin
bercakap-cakap dengan mbak Sita. Bagaimana perasaan mbak Sita saat ini?”
“O… mbak Sita merasa bosan… apa yang membuat mbak Sita merasa bosan?”
“Jadi… mbak Sita merasa bosan karena merasa tidak berarti. Bagaimana kalau sekarang
kita membicarakan tentang perasaan mbak dan kemampuan yang mbak Sita miliki?”
“Dimana kita bisa bercakap-cakap?”
“Baik, berapa lama mbak Sita?”
“Bagaimana jika 30 menit? Tujuan kita bercakap-cakap adalah agar mbak Sita dapat
menilai kembali kemampuan yang dimiliki selama ini dan kegiatan yang biasa mbak
Sita lakukan”.
Fase kerja:
“Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian mbak Sita terhadap diri mbak
sendiri. Tadi mbak Sita mengatakan merasa bosan karena tidak berarti. Apa yang
menyebabkan mbak Sita merasa demikian?”
“Jadi… mbak Sita merasa telah gagal memenuhi keinginan orangtua…. Ada lagi hal lain
yang tidak menyenangkan yang mbak Sita rasakan?”
“Bagaimana hubungan mbak Sita dengan keluarga dan teman-teman setelah mbak
Sita merasakan hidup yang tidak berarti dan tidak berguna?”
“Oo… mbak Sita jadi malas dan malu…. Ada lagi?”
“Tadi mbak Sita juga mengatakan telah gagal memenuhi keinginan orangtua,
sebenarnya apa saja harapan atau cita-cita mbak Sita?”
“Yang mana saja dari harapan mbak Sita yang telah mbak capai?”
“Bagaimana usaha mbak Sita untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi?”
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
10
“Agar dapat mencapai harapan-harapan mbak Sita, mari kita sama-sama menilai
kemampuan yang dimiliki mbak Sita untuk dilatih dan dikembangkan. Coba mbak Sita
sebutkan kemampuan apa saja yang mbak pernah miliki?”
“Bagus, apalagi? Mari kita buat daftarnya ya…! Kegiatan rumah tangga yang biasa mbak
Sita lakukan? Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring,… dst”.
“Wah, bagus sekali ada tujuh kemampuan dan kegiatan yang mbak Sita miliki.
Nah, sekarang… dari tujuh kemampuan/ kegiatan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua,….” (hingga
tujuh kemampuan/ kegiatan (misalnya akhirnya ada lima yang masih dapat dilakukan).
“Bagus sekali, ternyata ada lima kegiatan yang masih dapat dikerjakan di rumah.
Menurut mbak S adakah bantuan yang diperlukan untuk mbak Sita melakukan
kegiatan ini?”
“Iya, bagus sekali!”
“Mari kita lihat kembali daftar kegiatan yang telah kita buat tadi”
“Coba mbak Sita pilih yang mana yang akan dikerjakan sesuai kemampuan. Yang
nomor satu… main tenis. Wah, saat ini belum bisa dilakukan ya” “Yang nomor dua
merapikan tempat tidur, bagaimana mbak Sita? Wah, tentu bisa dilakukan ya. Bagus
sekali!”
“Baik… nomor tiga mencuci piring, bisa ya? (dan seterusnya hingga kelimanya
didiskusikan, misalnya akhirnya ada empat kegiatan yang dipilih untuk dikerjakan di
rumah).
“Nah…dari keempat kegiatan yang telah dipilih untuk dikerjakan di rumah… mana
yang mau dilatih hari ini?”
“Baik, mari kita latihan merapikan tempat tidur. Tujuannya agar mbak Sita dapat
meningkatkan kemampuan merapikan tempat tidur dan merasakan manfaatnya.
Dimana kamarnya?”
“Nah, kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan terlebih dahulu bantal
dan selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. Nah,
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas ya… Bagus! Sekarang
bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir dimasukkan. Sekarang ambil
bantal, rapikan, dan letakkan di bagian atas/kepala. Mari kita lipat selimut. Nah,
letakkan di bagian bawah/kaki. Bagus!”
“Bagus sekali, mbak Sita dapat mengikuti langkah-langlahnya. Sekarang, mari kita
masukkan pada jadwal harian mbak Sita ya... Mau berapa kali sehari merapikan
tempat tidur? Bagus! Duakali sehari… pagi-pagi bangun tidur, lalu setelah istirahat siang
jam 4. Jika sudah dikerjakan, beri tanda ya….M artinya mandiri, diisi jika merapikan
tempat tidur dilakukan mbak Sita tanpa diingatkan keluarga; B artinya bantuan, diisi
jika kegiatan merapikan tempat tidur dilakukan dengan bantuan keluarga atau harus
diingatkan keluarga terlebih dahulu; dan T artinya tergantung, diisi jika mbak tidak
melakukannya”
Fase terminasi:
“Bagaimana perasaan mbak Sita setelah latihan merapikan tempat tidur?”
“Nah, sekarang coba ulangi kembali langkah-langkah merapikan tempat tidur!”
“Bagus sekali! Jangan lupa merapikan tempat tidur sesuai jadwal yang telah dibuat
tadi ya… yaitu setelah bangun tidur pagi hari dan setelah istirahat siang hari”
“Nah, minggu depan saya akan datang kembali, kita latihan kegiatan yang kedua. Mau
jam berapa?”
“Baiklah, kalau begitu minggu depan saya akan datang pada jam 10. Sampai jumpa….”
13. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
11
Latihan 2 untuk pasien: Latihan kegiatan kedua
Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah, validasi kemampuan pasien melakukan
kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian, evaluasi manfaat melakukan
kegiatan pertama, bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih, latih kegiatan
kedua (alat dan cara), masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: dua kegiatan,
masing-masing dua kali per hari.
Fase orientasi:
“Selamat pagi mbak Sita …”
“Wah, mbak Sita kelihatan rapi pagi ini?”
“Bagaimana perasaan mbak Sita saat ini? Bagaimana dengan perasaan-perasan negatif
yang sering mbak rasakan?”
“Bagus sekali….. perasaan tidak berarti dan tidak berguna tidak dirasakan lagi
belakangan ini”
“Bagaimana dengan kegiatan merapikan tempat tidurnya?”
“Boleh saya lihat kamar tidurnya?”
“Tempat tidurnya rapi sekali… bagus! Sekarang mari kita lihat jadwalnya…”
“Wah ternyata mbak Sita telah melakukan kegiatan merapikan tempat tidur sesuai
jadwal… nanti kegiatan ini tetap mbak Sita teruskan ya…”
“Lalu… apa manfaat yang mbak Sita rasakan dengan melakukan kegiatan merapikan
tempat tidur secara terjadwal?”
“Sesuai janji kita minggu lalu, hari ini kita akan lanjutkan latihan untuk kegiatan yang
kedua. Hari ini mbak Sita mau latihan mencuci piring kan? Bagaimana kalau pertemuan
kita hari ini selama 20 menit?”
“Dimana tempat mencuci pringnya?”
“Tujuan kita bercakap-cakap dan latihan pagi ini adalah agar mbak Sita dapat
meningkatkan kemampuan mencuci piring sehingga mbak akan merasa puas terhadap
hasil kerja mbak”.
Fase kerja:
“Baik, sebelum mulai latihan mencuci piring… kita persiapkan dulu perlengkapan
untuk mencuci piring. Menurut mbak Sita apa saja yang perlu kita siapkan saat akan
mencuci piring?”
“Yaaa… bagus sekali. Jadi… sebelum mencuci piring kita perlu menyiapkan alatnya,
yaitu sabun cuci piring dan spons untuk mencuci piring. Selain itu juga tersedia air
bersih untuk membilas piring yang telah kita sabuni. Nah, sekarang bagaimana
langkah-langkahnya atau cara mencuci piring yang biasa mbak Sita lakukan?”
“Benar sekali…. pertama kita bersihkan piring dari sisa-sisa makanan dan kita
kumpulkan di satu tempat. Kemudian kita basahi piring dengan air, lalu sabuni seluruh
permukaan piring, dan kemudian dibilas hingga bersih sampai piringnya tidak terasa
licin lagi. Kemudian piringnya bisa kita letakkan pada rak piring yang tersedia. Jika ada
piring dan gelas, maka yang pertama kali kita cuci adalah gelasnya, setelah itu baru
piringnya. Sekarang bisa kita mulai mbak Sita ya….”
“Bagus sekali, mbak Sita telah berlatih mencuci piring dengan cara yang baik. Sekarang,
kita masukkan lagi kegiatan ini ke jadwal harian mbak Sita ya... Mau berapa kali sehari
mencuci piringnya?”
“Bagus sekali! Jadi mbak Sita mau mencuci piring dua kali sehari. Kapan saja mbak
Sita?”
“Ooh… sehabis sarapan pagi dan sehabis makan siang. Kita masukkan ke jadwalnya ya…
Yah, silakan mbak Sita tulis sesuai kesepakatan tadi. Jangan lupa kegiatan merapikan
tempat tidurnya tetap dimasukkan ke dalam jadwalnya. Waktunya sama seperti jadwal
14. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
12
sebelumnya ya mbak? Nanti kalau kegiatannya sudah dikerjakan, beri tanda ya….”
Fase terminasi:
“Bagaimana perasaan mbak Sita setelah latihan mencuci piring?”
“Nah, sekarang coba ulangi kembali langkah-langkah mencuci piring!”
“Benar mbak Sita! Jangan lupa mencuci piring sesuai jadwal yang telah dibuat tadi ya…
yaitu setelah sarapan pagi hari dan setelah makan siang”
“Minggu depan saya akan balik lagi kesini, kita latihan kegiatan yang ketiga. Mau jam
berapa?”
“Jam 09 pagi? Baik, sampai jumpa….”
Latihan 3 untuk pasien: Latihan kegiatan ketiga
Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah, validasi kemampuan melakukan kegiatan
pertama dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian, evaluasi manfaat melakukan
kegiatan pertama dan kedua, bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih,
latih kegiatan ketiga (alat dan cara), masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: tiga
kegiatan, masing-masing dua kali per hari.
Fase orientasi:
“Selamat pagi mbak Sita …”
“Bagaimana perasaan mbak Sita saat ini? Bagaimana dengan perasaan-perasan negatif
yang pernah mbak rasakan?”
“Bagus sekali….. jadi sekarang mbak Sita merasa hidup ini berarti dan lebih berguna”
“Bagaimana dengan jadwal kegiatannya… sudah dikerjakan?”
“Mari kita lihat jadwalnya.Yang…. merapikan tempat tidur… sudah dikerjakan. Bagus
sekali! Boleh saya lihat kamar tidurnya?”
“Wah, tempat tidurnya rapi sekali… bagus! Kemudian untuk mencuci piringnya, juga
sudah dikerjakan sesuai jadwal?”
“Wah, mbak Sita luar biasa… semua telah dikerjakan sesuai jadwal. Coba kita lihat
sama-sama tempat cuci piringnya. Bersih sekali, tidak ada piring dan gelas kotor,
semua sudah rapi di rak piringnya”
“Apa manfaat yang mbak Sita rasakan dengan melakukan kegiatan-kegiatan ini?”
“Kegiatan ini terus mbak Sita lakukan ya…agar mbak Sita semakin terampil
melakukannya dan semakin dapat merasakan manfaatnya”
“Sesuai dengan kesepakatan kita minggu lalu, hari ini kita akan lanjutkan latihan
kegiatan ketiga, yaitu menyapu. Pertemuan ini selama 30 menit. Tujuan pertemuan
pagi ini adalah untuk berlatih menyapu sehingga mbak Sita dapat menyapu dengan
baik dan merasakan manfaat dari kegiatan menyapu”.
Fase kerja:
“Menurut mbak Sita, apa saja persiapan untuk menyapu lantai?”
“Bagus…. sebelum mulai menyapu, kita perlu menyiapkan sapu dan pengki. Bagaimana
cara menyapu yang biasa mbak Sita lakukan?”
“Yah, bagus!” Jadi…menyapu dilakukan dari arah sudut ruangan. Menyapu dilakukan
juga di bawah meja dan kursi, bila perlu meja dan kursinya dapat digeser, agar dapat
menyapu pada bagian lantainya dengan lebih bersih. Begitu juga untuk kolong tempat
tidur perlu disapu”
15. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
13
“Ruangan mana yang ingin disapu saat ini? Mari kita mulai berlatih”
“Yaa… bagus sekali! Menurut mbak Sita bagaimana perbedaan setelah ruangan ini
disapu dibandingkan tadi sebelum disapu?”
“Mari kita tambahkan kegiatan menyapu ke dalam jadwal kegiatannya. Mau jam berapa
saja kegiatan menyapu dilakukan? Baik, jadi…. kegiatan menyapu akan mbak Sita
kerjakan dua kali sehari, jam 8 pagi dan jam 15.30. Kemudian untuk kegiatan merapikan
tempat tidur dan mencuci piringnya tetap seperti jadwal yang lalu ya mbak…”
Fase terminasi:
“Bagaimana perasaan mbak Sita setelah latihan menyapu?”
“Nah, sekarang coba ulangi kembali persiapan untuk menyapu!”
“Ya, benar sekali mbak Sita! Jangan lupa kegiatan menyapu dilakukan sesuai jadwal
yang telah dibuat tadi ya… yaitu jam 8 pagi dan jam 15.30, juga kegiatan merapikan
tempat tidur dan mencuci piring sesuai jadwal”
“Minggu depan saya akan balik lagi kesini, kita latihan kegiatan yang keempat, yaitu
memasak. Mau jam berapa?”
“Jam 11? Baik, kalau begitu sampai jumpa ya….”
Latihan 4 untuk pasien: Latihan kegiatan keempat
Evaluasi data harga diri rendah, validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama,
kedua, dan ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian; evaluasi manfaat melakukan
kegiatan pertama, kedua, dan ketiga; bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan
dilatih; latih kegiatan keempat (alat dan cara); masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan: empat kegiatan, masing-masing dua kali per hari.
Orientasi:
“Selamat siang mbak Sita …”
“Bagaimana perasaan mbak Sita saat ini? Bagaimana dengan perasaan-perasan negatif
yang pernah mbak rasakan?”
“Bagus sekali….. jadi sekarang mbak Sita tidak lagi merasakan perasaan tersebut”
“Bagaimana dengan jadwal kegiatannya… sudah dilakukan sesuai jadwal?”
“Mari kita sama-sama lihat jadwalnya. Merapikan tempat tidur… sudah dikerjakan.
Kemudian untuk mencuci piringnya dan menyapu juga sudah dikerjakan sesuai jadwal”
“Coba kita lihat kamar tidurnya”.
“Bagus sekali, tempat tidurnya sudah rapi”.
“Tempat cucian piring juga bersih, tidak ada yang kotor lagi. Lantai ruangan juga bersih.
Bagus sekali… semua telah dikerjakan sesuai jadwal. Mbak Sita bisa tetap lanjutkan
kegiatan ini sesuai jadwal”
“Sesuai dengan janji kita minggu lalu, hari ini kita akan lanjutkan latihan kegiatan
keempat, yaitu memasak. Kita bertemu selama 30 menit ya…
“Tujuan pertemuan pagi ini adalah untuk latihan memasak sehingga keterampilan
memasak mbak Sita makin meningkat dan ini dapat membantu meningkatkan rasa
percaya diri dan mbak”.
Kerja:
“Hari ini mbak Sita mau masak apa?”
“Masak mie goreng…. Baik… persiapan yang telah disiapkan apa saja?”
“Luar biasa! Mbak Sita telah mempersiapkan bahan untuk membuat mie goreng, yaitu
mie, minyak goreng, dan bumbu-bumbunya. Alat yang telah disiapkan apa saja mbak?”
“Baik… ada kuali, sutil untuk menggoreng. Jadi bisa kita mulai mbak Sita ya….”
16. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
14
“Wah…. harum sekali tumisan bumbunya…”
“Sudah siap ternyata masakan mie gorengnya”
“Bagaimana kalau kita tambahkan jadwal memasak pada jadwal kegiatan harian
mbak. Kapan saja mbak akan memasak?”
“Bagus dua kali sehari…. Jam 11 dan jam 5 sore. Kemudian untuk kegiatan merapikan
tempat tidur, mencuci piring, menyulam tetap seperti jadwal yang lalu ya mbak…”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan mbak Sita setelah latihan memasak?”
“Nah, sekarang coba ulangi kembali langkah-langkah untuk membuat mie goreng!”
“Ya, benar sekali mbak Sita! Jangan lupa jadwal memasaknya dilakukan sesuai jadwal
yaitu jam 11 dan jam 5 sore. … juga kegiatan merapikan tempat tidur, mencuci piring,
dan menyapu lantai”
“Minggu depan saya akan balik lagi kesini untuk mengevaluasi pelaksanaan jadwal
kegiatan mbak Sita. Mau jam berapa?”
“Jam 11? Baik, kalau begitu sampai minggu depan ya….”
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga pasien harga diri rendah
Keluarga (pelaku rawat) diharapkan dapat merawat pasien harga diri rendah di rumah
dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
Tujuan: Keluarga mampu:
1) Mengenal masalah harga diri rendah
2) Mengambil keputusan untuk merawat harga diri rendah
3) Merawat harga diri rendah
4) Memodifikasi lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri pasien
5) Menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
6) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Tindakan keperawatan:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga diri rendah dan
mengambil keputusan merawat pasien
3) Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah
4) Membimbing keluarga merawat harga diri rendah
5) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
meningkatkan harga diri pasien
6) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke
fasilitas pelayanan kesehatan
7) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.
Tindakan keperawatan untuk keluarga (pelaku rawat) dilakukan dalam empat kali
pertemuan. Pada masing-masing pertemuan dilakukan tindakan keperawatan
berdasarkan strategi pelaksanaan (SP).
17. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
15
Latihan 5 untuk keluarga: Mengenal masalah dalam merawat harga diri rendah
dan latihan cara merawat: melatih kegiatan pertama
Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien harga diri rendah, jelaskan
pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya harga diri rendah (gunakan booklet),
jelaskan cara merawat harga diri rendah, memberikan pujian terhadap semua hal yang
positif pada pasien, latih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan yang dipilih pasien,
bimbing memberikan bantuan pada pasien, anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
dan memberikan pujian.
Fase orientasi:
“Selamat pagi ibu… Perkenalkan saya perawat………, senang dipanggil ……….. Nama ibu
siapa?”
“Oh… ibu Rani, ibu Rani senang dipanggil apa bu?”
“Saya perawat Puskesmas Grogol yang saat ini sedang melakukan tugas kunjungan
rumah. Berdasarkan informasi dari kader kesehatan, saya mendengar bahwa ibu
sedang kebingungan dengan anak ibu yang tidak lagi seperti yang dulu”
“Apakah ada pekerjaan rumah yang sedang ibu Rani kerjakan saat ini?”
“Oo…sudah selesai… bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang hal yang
dialami Sita, anak ibu?”
“Berapa lama kita bisa bercakap-cakap pagi ini?”
“Sekarang sekitar 10 menit saja dulu, setelah itu saya akan menemui anak ibu
untuk menanyakan tentang hal yang dialaminya serta melatih anak ibu mengatasi
masalahnya. Kemudian saya kembali akan menemui ibu”
“Tujuan pertemuan ini adalah agar ibu Rani mengenal masalah yang dialami Sita dan
dapat berlatih cara merawat Sita sehingga ibu Rani tidak bingung lagi seperti yang ibu
sampaikan tadi”
Fase kerja:
“Coba ibu ceritakan apa yang ibu rasakan dalam merawat anak ibu?”
“Jadi…ibubingungkarenaanakibutidaksepertiyangdululagi.Apayangibumaksudkan
dengan tidak seperti yang dulu lagi?”
“Oo… anak ibu sering mengatakan hidupnya tidak berguna, merasa tidak berarti,
tidak lagi rajin melakukan kegiatan seperti dulu, jika berbicara dengan orang lain tidak
berani menatap wajah”
“Apa yang telah keluarga lakukan untuk mengatasi masalah ini?”
“Tidak ada….Baik, kalau begitu… saya akan menemui anak ibu sekarang dan
menanyakan apa yang dialaminya serta melatihnya cara mengatasi masalah. Nanti
saya akan menemui ibu Rani lagi ya… Silakan jika ada hal yang ingin ibu Rani kerjakan”.
(Percakapan dihentikan dulu, perawat menemui pasien, setelah melatih pasien,
perawat kembali melanjutkan percakapan dengan keluarga)
(percakapan lanjutan………)
Fase kerja:
“Ibu Rani, saya telah bercakap-cakap dengan Sita tadi…. Benar seperti yang ibu Rani
sampaikan tadi, Sita mengatakan bahwa ia tidak berguna, hidupnya tidak berarti,….
juga ia tidak mau menatap lawan bicara. Nah… hal ini menunjukkan bahwa Sita
mengalami harga diri rendah. Ini ada booklet tentang cara merawat harga diri rendah.
Mari kita lihat sama-sama”
“Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai keberadaan dirinya lebih
rendah dibandingkan orang lain. Yang terpikir olehnya adalah hal negatif tentang
18. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
16
diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu, dan tidak berprestasi. Kondisi
demikian sering dialami oleh orang yang mengalami gangguan jiwa”.
“Sekarang kita lihat tentang tanda-tanda harga diri rendah, yaitu tidak berani menatap
wajah orang yang mengajak berbicara, selalu menghindar untuk bertemu dengan
orang lain, nada suara lemah, dan sering mengatakan tidak berguna, merasa gagal,
tidak mempunyai prestasi atau kemampuan apapun. Nah…kalau pada Sita sendiri
tanda-tanda harga diri rendah yang mana saja yang ibu temukan?”
“Penyebab terjadinya harga diri rendah antara lain adalah penolakan dan harapan
orang tua yang tidak realistis, sering mengalami kegagalan, kurang mempunyai
tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak
realistis artinya harapan atau keinginan yang tidak sesuai, pernah mengalami trauma:
penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam
kehidupan. Menurut ibu Rani, kira-kira apa yang menyebabkan Sita mengalami harga
diri rendah?”
“Ooh…jadi adanya harapan keluarga yang terlalu tinggi terhadap anak, ada lagi bu?”
“Cara merawat seseorang yang mengalami harga diri rendah adalah diskusikan hal-hal
positif yang dimiliki, pilih hal positif mana yang masih dapat dilakukan, beri kesempatan
pada Sita untuk mengerjakan aktivitas yang bisa dilakukannya dengan baik, beri pujian
untuk setiap hal positif yang Sita lakukan, hindarkan memberikan kritik yang terlalu
tajam – jika ingin mengkritik lakukan dengan cara yang tidak menyakitkan, misalnya
dengan kata-kata: ‘Hal yang bisa ditingkatkan adalah……., bukan dengan mengatakan:
‘Kamu telah salah……”.
“Jika Sita menyampaikan kekurangan atau hal negatif tentang dirinya, maka katakan
bahwa ada hal negatif tetapi pasti juga ada hal positif. Beri kesempatan pada Sita
melakukan aktivitas yang terus menerus meningkat. Ada hal yang ingin ibu Rani
tanyakan?”
“Tadi saya telah mendiskusikan bersama Sita tentang kemampuan yang dimilikinya,
dan ada empat kemampuan yang akan dilatih satu persatu setiap minggunya, yaitu
merapikan tempat tidur, mencuci piring, menyulam, dan memasak. Tadi saya telah
melatih kemampuan Sita yang pertama yaitu merapikan tempat tidur, seperti yang tadi
ibu saksikan juga. Selanjutnya tadi Sita telah mengisi jadwal kegiatan untuk merapikan
tempat tidur setiap hari, yaitu dua kali sehari saat setelah bangun tidur pagi dan tidur
siang. Nanti tolong ibu pantau, jika Sita telah melakukannya beri pujian, tetapi jika ia
lupa melakukannya tolong ibu motivasi untuk melakukannya. Bagaimana ibu Rani….
ada yang ingin ditanyakan?”
“Setelah Sita melakukan kegiatan merapikan tempat tidur, maka beri dia pujian.
Bagaimana kalau sekarang ibu Rani berlatih untuk memberi pujian pada Sita setelah
merapikan tempat tidur. Menurut ibu Rani bagaimana caranya?”
“Bagus ibu…. Benar sekali yang ibu praktekkan tadi, yaitu menyebutkan nama anak
ibu dan memberikan pujian terhadap hal positif yang dilakukannya”
19. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
17
Fase terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu Rani setelah mengenal tentang harga diri rendah dan
berlatih cara memberi pujian?”
“Coba ibu ulangi kembali bagaimana cara memberi pujian pada Sita setelah ia
merapikan tempat tidur misalnya!”
“Bagus ibu!”
“Jangan lupa nanti ibu pantau pelaksanaan jadwal Sita untuk merapikan tempat tidur,
beri pujian jika ia telah melakukannya dan ingatkan jika ia lupa melakukannya”
“Baik…. waktu kita telah habis. Saya harus kembali ke puskesmas. Saya akan datang
kembali minggu depan dan kita akan sama-sama melatih kemampuan anak ibu yang
kedua yaitu mencuci piring. Waktunya sama seperti sekarang bu ya…”
“Saya mohon diri…. Selamat pagi……”
Latihan 6 untuk keluarga: Latihan cara merawat: membimbing melakukan
kegiatan kedua.
Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri rendah, validasi
kemampuan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan yang telah
dilatih, evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat, beri pujian, bersama
keluarga melatih pasien dalam melakukan kegiatan kedua yang dipilih pasien, anjurkan
membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian.
Fase orientasi:
“Selamat pagi ibu Rani…”
“Bagaimana kondisi mbak Sita saat ini? Apakah ia masih sering mengatakan bahwa
dirinya tidak berarti dan tidak berguna”
“Bagaimana dengan kegiatan ibu Rani dalam membimbing Sita merapikan tempat
tidur dan memberikan pujian?”
“Bagus sekali… ibu Rani telah berlatih merawat Sita dengan baik. Apa manfaat yang
ibu Rani rasakan dengan merawat Sita?”
“Sesuai dengan kesepakatan minggu lalu, sekarang kita akan melatih Sita mencuci
piring dengan cara yang benar. Pertemuan kita selama 20 menit bu ya…”
“Tujuan pertemuan kita agar ibu Rani dapat berlatih cara merawat Sita”
Fase kerja:
“Hari ini Sita akan berlatih bagaimana cara mencuci piring yang benar. Agar Sita dapat
melakukannya dengan baik tentunya alat-alat yang diperlukan untuk mencuci piring
perlu disediakan”
“Setelah Sita mencuci piring jangan lupa ibu Rani beri pujian, dengan pujian yang
diberikan akan membantu meningkatkan motivasi Sita untuk melakukan kegiatan
mencuci piring dan juga membantu meningkatkan harga dirinya, Sita akan merasa
hidupnya berguna karena telah melakukan hal positif atau sesuatu yang berguna.
Bagaimana kalau sekarang kita menemui Sita untuk melatihnya mencuci piring”
(Perawat bersama keluarga melatih pasien mencuci piring)
(percakapan lanjutan setelah melatih pasien mencuci piring………)
“Tadi kita telah bersama-sama melatih Sita mencuci piring dengan cara yang benar.
Bagus sekali, tadi ibu sudah memberikan pujian ketika Sita selesai mencuci piring.
Seperti yang telah disampaikan Sita tadi, ia akan mencuci piring setiap hari secara
20. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
18
terjadwal, yaitu setelah sarapan pagi dan setelah makan siang. Ibu dapat membantu
Sita mengatasi masalahnya dengan memberikan pujian seperti tadi setelah Sita
mencuci piring, dan mengingatkan Sita jika ia lupa melakukan kegiatannya. Begitu
juga dengan jadwal merapikan tempat tidur, tetap ibu pantau pelaksanaannya”
“Bagaimana bu…. ada yang ingin ditanyakan atau disampaikan?”
Fase terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah berlatih cara merawat Sita?”
“Coba ibu sebutkan kembali, apa yang perlu ibu lakukan setelah Sita selesai mencuci
piring?”
“Ya… benar sekali bu. Jangan lupa nanti ibu pantau pelaksanaan jadwal Sita untuk
mencuci piring, beri pujian jika ia telah melakukannya dan ingatkan jika ia lupa
melakukannya. Begitu juga untuk jadwal merapikan tempat tidur… tetap ibu Rani
pantau”
“Baik…. waktu kita telah habis. Saya harus mengunjungi keluarga lain. Saya akan
datang kembali minggu depan dan kita akan sama-sama melatih kemampuan anak
ibu yang ketiga yaitu menyulam. Waktunya jam 9 bu ya…”
“Saya mohon diri…. Selamat siang……”
Latihan 7 untuk keluarga: Latihan cara merawat: membimbing melakukan
kegiatan ketiga
Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri rendah, validasi
kemampuan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan yang telah
dilatih, evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat, beri pujian, bersama
keluarga melatih pasien melakukan kegiatan ketiga yang dipilih, anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan berikan pujian.
Orientasi:
“Selamat pagi ibu Rani …”
“Bagaimana kondisi mbak Sita saat ini? Apakah ia masih sering mengatakan hal-hal
negatif tentang dirinya?”
Bagaimana dengan kegiatan ibu Rani dalam membimbing Sita merapikan tempat tidur
dan mencuci piring?”
“Bagus sekali! … Ibu Rani telah berlatih merawat Sita dengan baik. Apa yang ibu Rani
rasakan setelah merawat Sita?”
“Sesuai dengan kesepakatan minggu lalu, sekarang kita akan melatih Sita melakukan
kegiatan ketiga, yaitu menyapu. Pertemuan kita selama 30 menit bu ya…”
“Tujuan pertemuan kita agar ibu Rani dapat berlatih cara merawat Sita”
Kerja:
“Hari ini Sita akan latihan menyapu. Apa saja perlengkapan menyapu yang tersedia?”
“Nanti kita sama-sama dampingi Sita ketika ia latihan menyapu. Ibu masih ingat kan
hal yang perlu ibu lakukan setelah Sita menyelesaikan pekerjaannya?”
“Bagaimana kalau sekarang kita menemui Sita untuk melatihnya menyapu?”
(Perawat bersama keluarga melatih pasien menyapu)
(percakapan lanjutan setelah melatih pasien menyapu………)
21. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
19
“Ibu Rani, saya lihat tadi Sita dapat menyapu dengan baik. Agar Sita dapat lebih
merasakan manfaat dari kegiatan menyapu ini, ibu tetap beri pujian setiap ia selesai
melakukan kegiatan menyapu, dan ibu ingatkan untuk mengerjakannya jika ia lupa”
“Nah, tadi seperti biasanya Sita juga telah mengisi jadwal kegiatan untuk menyapu. Ia
menjadwalkannya sehari dua kali, yaitu jam 8 pagi dan jam 15.30. Seperti biasa, tolong
ibu Rani pantau pelaksanaannya bu ya…, dan jangan lupa setelah itu beri pujian. Ada
yang ingin ibu Rani tanyakan?”
“Baiklah, kalau tidak ada, kita akhiri pertemuan kita untuk hari ini”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah melatih Sita menyapu?”
“Coba ibu peragakan kembali, hal yang perlu ibu lakukan setelah Sita selesai menyapu?”
“Ya… bagus sekali cara ibu memberi pujian. Jangan lupa nanti ibu pantau pelaksanaan
jadwal Sita untuk menyapu, beri pujian jika ia telah melakukannya dan ingatkan jika ia
lupa melakukannya. Begitu juga dengan jadwalnya untuk merapikan tempat tidur dan
mencuci piring”
“Baik bu…. waktu kita telah habis. Saya harus mengunjungi keluarga lain. Saya akan
datang kembali minggu depan dan kita akan sama-sama melatih kemampuan anak ibu
yang keempat yaitu memasak. Waktunya jam 11 bu ya…Saya mohon diri sekarang….
Selamat siang……”
Latihan 8 untuk keluarga: Latihan cara merawat: membimbing melakukan
kegiatan keempat
Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri rendah, validasi
kemampuan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan yang telah
dilatih, evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat, beri pujian, bersama
keluarga melatih pasien melakukan kegiatan keempat yang dipilih, jelaskan follow up ke
Puskesmas, tanda kambuh, dan rujukan, anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian.
Orientasi:
“Selamat siang ibu Rani …”
“Wah, nampaknya ibu sudah siap untuk pertemuan kita hari ini”
“Bagaimana kondisi mbak Sita saat ini? Apakah ia masih mengatakan hal-hal negatif
tentang dirinya?”
“Bagaimana dengan kegiatan ibu Rani dalam membimbing Sita merapikan tempat
tidur, mencuci piring, dan menyapu?”
“Bagus sekali ibu Rani … ”
“Sesuai dengan kesepakatan minggu lalu, sekarang kita akan melatih Sita untuk
memasak. Pertemuan kita selama 30 menit bu ya…”
“Tujuan pertemuan kita agar ibu Rani dapat berlatih cara merawat Sita”
Kerja:
“Hari ini Sita akan latihan memasak. Rencananya Sita mau masak apa bu?”
“Ooo… mie goreng. Apa saja bahan dan alat yang telah ibu bantu untuk disiapkan?”
“Ya…sudahlengkap.Adabahanuntukmembuatmiegoreng.Adamie…,bumbu-bumbu
yang diperlukan, minyak goreng,…Seperti biasa, nanti kita sama-sama dampingi Sita
ketika ia menggoreng mie. Ibu masih ingat kan hal yang perlu ibu lakukan setelah Sita
menyelesaikan pekerjaannya?”
“Bagaimana kalau sekarang kita menemui Sita untuk melatihnya menggoreng mie”
22. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
20
(Perawat bersama keluarga melatih pasien menggoreng mie)
(Selesai melatih, perawat melanjutkan diskusi)
“Tadi kita telah melatih Sita memasak, dan Sita ingin melakukan kegiatan memasak
sehariduakali,yaitujam11danjam5sore.Sepertibiasa,ibupantauyapelaksanaannya.”
“Bagus, dengan cara yang ibu lakukan kita berharap Sita dapat kembali percaya diri
dan harga dirinya meningkat”
“Ooh ya bu….ada beberapa hal yang perlu ibu perhatikan, yaitu ibu perlu segera
menyampaikan pada kader kesehatan jika Sita mengalami kemunduran atau tidak
lagi mau melakukan kegiatan yang telah dilatihkan, sering mengungkapkan hal negatif
tentang dirinya, tidak mau berinteraksi dengan orang lain, dan tidak mau minum obat
lagi. Ibu juga bisa segera mengunjungi puskesmas walaupun belum waktunya untuk
kontrol. Jika kondisinya tidak dapat diatasi di puskesmas, maka kami akan merujuk ke
rumah sakit umum yang memiliki fasilitas pelayanan kesehatan jiwa atau ke rumah
sakit jiwa”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah melatih Sita memasak?”
“Coba ibu sebutkan kembali kondisi-kondisi Sita yang perlu segera dilaporkan?”
“Ya… bagus sekali”
“Jangan lupa nanti ibu pantau pelaksanaan kegiatan Sita untuk merapikan tempat
tidur, mencuci piring, menyapu, dan memasak. Beri pujian jika ia telah melakukannya
dan ingatkan jika ia lupa melakukannya”.
“Baik bu…. waktu kita telah habis. Saya harus mengunjungi keluarga lain. Saya akan
datang kembali minggu depan dan kita akan sama-sama mengevaluasi kemampuan
Sita yang telah dilatihkan selama ini”
“Ibu Rani ada waktu jam berapa untuk minggu depan?”
“Baik, waktunya jam 11 bu ya…”
“Saya mohon diri…. Selamat siang……”
5) Evaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat harga diri rendah
a. Evaluasi kemampuan pasien harga diri rendah berhasil apabila pasien dapat:
1) Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan
3) Melatih kemampuan yang dapat dikerjakan
4) Membuat jadwal kegiatan harian
5) Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian
6) Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi harga diri rendah
b. Evaluasi kemampuan keluarga (pelaku rawat) harga diri rendah berhasil apabila
keluarga dapat:
1) Mengenal harga diri rendah yang dialami pasien (pengertian, tanda dan gejala,
dan proses terjadinya harga diri rendah)
2) Mengambil keputusan merawat harga diri rendah
3) Merawat harga diri rendah
4) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien untuk
meningkatkan harga dirinya
5) Memantau peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi harga diri rendah
6) Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh, dan melakukan
rujukan.
23. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
21
6) Dokumentasi hasil asuhan keperawatan harga diri rendah
BagaimanaAndamelakukandokumentasihasilasuhankeperawatan?Pendokumentasian
dilakukan setiap selesai melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga (pelaku
rawat). Berikut contoh pendokumentasian asuhan keperawatan harga diri rendah pada
kunjungan pertama.
Implementasi Evaluasi
Kamis, 19 April 2012 pukul 10.00
Data Pasien:
Pasien mengatakan merasa tidak berguna, mera-
sa hidup ini tidak berarti, merasa tidak memiliki
kemampuan.
Saat berinteraksi klien sering menundukkan
kepala, kontak mata kurang.
Data Keluarga:
Keluarga mengatakan bingung, tidak tahu cara
merawat anaknya
Diagnosis Keperawatan:
Harga diri rendah kronis
Tindakan Keperawatan:
Pasien:
a. Mendiskusikan kemampuan yang dimiliki
pasien
b. Membantu pasien menilai dan memilih
kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini
c. Melatih kegiatan pertama: merapikan
tempat tidur
d. Membantu pasien memasukkan latihan
merapikan tempat tidur ke dalam jadwal
kegiatan harian.
Keluarga:
Mendiskusikan masalah dalam merawat
Melatih keluarga cara merawat
Rencana Tindak Lanjut:
26 April 2012 pkl.10.00
Pasien: Latih kegiatan kedua: mencuci piring
Keluarga: Latih keluarga merawat pasien den-
gan cara mendampingi pasien berlatih mencuci
piring.
S: Pasien
Pasien mengatakan:
mempunyai kemampuan bermain tenis,
berenang, mencuci piring, merapikan
tempat tidur, menyapu, menjahit, dan
menyulam.
akan melatih merapikan tempat tidur,
mencuci piring, menyapu, dan memasak.
merasa senang setelah latihan merapikan
tempat tidur
S: Keluarga
Keluarga mengatakan merasa senang berlatih cara
merawat anaknya dan akan memotivasi anaknya
merapikan tempat tidur sesuai jadwal.
O: Pasien
Mampu merapikan tempat tidur
O: Keluarga
Mampu mempraktekkan cara memberi pujian pada
anaknya
A: harga diri rendah teratasi
P:
P Pasien: merapikan tempat tidur sesuai jadwal
(bangun tidur pagi dan pkl. 04.00 sore).
P Keluarga: mengingatkan pasien untuk merapi-
kan tempat tidur sesuai jadwal (jika pasien lupa)
dan memberikan pujian setelah pasien melakukan-
nya.
Perawat
crl
Carol
24. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
22
Selamat Anda telah berhasil menyelesaikan modul 4, kegiatan belajar-1 tentang
panduan praktek klinik asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah.
Dengan demikian, Anda sebagai mahasiswa DIII Keperawatan yang nantinya akan
bertugas sebagai pelaksana keperawatan telah menguasai kompetensi asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa II yaitu: asuhan keperawatan pada
klien dengan harga diri rendah. Hal-hal penting yang telah Anda pelajari dalam modul
panduan praktek klinik asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah
adalah sebagai berikut : konsep harga diri rendah, proses keperawatan pada klien
dengan harga diri rendah mulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan,
menetapkan rencana tindakan keperawatan, implementasi tindakan keperawatan ,
dan evaluasi. Selanjutnya Anda diharapkan dapat menerapkan asuhan keperawatan
pada klien dengan harga diri rendah. selanjutnya Anda diminta untuk membuat proses
keperawatan melalui telaah kasus pemicu sebagai berikut:
Kasus pemicu:
Tn U usia 34 th, terlihat menyendiri disudut ruangan, tampak malas malasan. Ketika
berinteraksi kontak mata tampak kurang. Klien tidak mau berinteraksi dengan klien lain
karena klien merasa malu dan menganggap dirinya bodoh serta tidak berguna. Klien
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, pada masa kanak kanak klien merasa
tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya dan selalu dibanding bandingkan
dengan saudara saudaranya. Ketika SD klien pernah tidak naik kelas, hal ini membuat
klien semakin merasa dirinya tidak berguna dan tidak bisa dibanggakan orang tuanya,
klien juga pernah mengalami patah hati karena cintanya ditolak. Seminggu yang lalu
klien dibawa ke RS karena klien merasa dirinya selalu dipersalahkan oleh orang tuanya,
klien marah dan merusak barang barang yang ada di rumahnya.
Rangkuman
25. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
23
a. Rumuskan diagnosa keperawatan pada Tn U?.
b. Lengkapi pengkajian dengan data yang dapat menunjang diagnosa di atas?.
c. Buatlah rencana tindakan keperawatan yang sesuai untuk Tn U?.
d. Buatlah strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP) untuk Tn U?.
Tugas
Mandiri
26. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
24
Buatlah laporan pendahuluan (LP) dan srategi pelaksanaan tindakan (SP) sebelum Anda
melakukan praktek klinik
Tugas
Terstruktur
27. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
25
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
ini Anda mampu melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien dengan isolasi
sosial.
Kegiatan
Belajar 2
Asuhan keperawatan pada klien
dengan isolasi sosial.
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
a. Konsep dasar isolasi sosial.
b. Pengkajian pada klien dengan isolasi sosial.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan.
d. Implementasi tindakan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial.
e. Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial.
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini Anda mampu:
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan isolasi sosial.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan.
c. Menetapkan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial
d. Implementasi tindakan keperawatan
e. Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan.
Pokok-pokok Materi
Gambar : isolasi
28. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
26
Uraian
Materi
1) Konsep dasar isolasi sosial
a. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
b. Proses terjadinya isolasi sosial
Proses terjadinya Isolasi sosial pada pasien akan dijelaskan dengan menggunakan
konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan
presipitasi, sebagai berikut:
1) Faktor predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya isolasi sosial, meliputi:
a) Faktor biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter mengalami
gangguan jiwa, adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat penggunaan NAPZA.
b) Faktor psikologis
Pada pasien yang mengalami isolasi sosial, dapat ditemukan pengalaman negatif
pasien terhadap gambaran diri, ketidakjelasan atau berlebihnya peran yang dimiliki,
kegagalan dalam mencapai harapan atau cita-cita, krisis identitas dan kurangnya
penghargaan baik dari diri sendiri maupun lingkungan, yang dapat menyebabkan
gangguan dalam berinteraksi dengan orang lain, yang akhirnya menjadi masalah
isolasi sosial.
c) Faktor sosial budaya
Pasien dengan isolasi sosial umumnya berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah,
riwayat penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak, tingkat pendidikan
rendah dan kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri).
2) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan isolasi sosial adalah riwayat penyakit
infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, kekerasan dalam keluarga,
kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan di
keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien, konflik antar
masyarakat.
3) Tanda dan gejala
Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan pasien yang menunjukkan
penilaian negatif tentang hubungan sosial dan didukung dengan data hasil observasi.
a. Data subjektif:
Pasien mengungkapkan tentang:
1) Perasaan sepi
2) Perasaan tidak aman
29. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
27
3) Perasan bosan dan waktu terasa lambat
4) Ketidakmampun berkonsentrasi
5) Perasaan ditolak
b.Data objektif:
1) Banyak diam
2) Tidak mau bicara
3) Menyendiri
4) Tidak mau berinteraksi
5) Tampak sedih
6) Ekspresi datar dan dangkal
7) Kontak mata kurang
2. Pengkajian
Bagaimana Anda melakukan pengkajian pasien isolasi sosial? Pengkajian pasien
isolasi sosial dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi kepada pasien dan
keluarga. Tanda dan gejala isolasi sosial dapat ditemukan dengan wawancara, melelui
bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana perasaan anda saat berinteraksi dengan orang lain?
b. Apakah ada perasaan tidak aman?
c. Bagaimana pendapat anda terhadap orang-orang di sekitarnya (keluarga atau
tetangga)?
d. Apakah anda mempunyai anggota keluarga atau teman terdekat? Bila punya
siapa anggota keluarga dan teman dekatnya itu?
e. Adakah anggota keluarga atau teman yang tidak dekat dengan anda? Bila punya
siapa anggota keluarga dan teman yang tidak dekatnya itu?
f. Apa yang membuat anda tidak dekat dengan orang tersebut?
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan melalui observasi adalah sebagai
berikut:
a. Pasien banyak diam dan tidak mau bicara
b. Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
c. Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
d. Kontak mata kurang
Bagaimana Anda melakukan pendokumentasian hasil pengkajian? Data hasil
wawancaradanobservasididokumentasikanpadakartuberobatpasiendiPuskesmas.
Adapun contoh pendokumentasian hasil pengkajian sebagai berikut:
Data: Pasien tampak menyendiri, tidak ada kontak mata, ekspresi datar, mengatakan
malas berbicara dengan orang lain.
3. Diagnosis keperawatan isolasi sosial
Bagaiman Anda merumuskan diagnosis keperawatan isolasi sosial? Diagnosis
keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala Isolasi sosial yang Anda
temukan. Jika hasil pengkajian menunjukkan tanda dan gejala isolasi sosial, maka
diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah:
Isolasi sosial
30. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
28
4. Tindakan keperawatan isolasi sosial
Tindakan keperawatan isolasi sosial pasien, dilakukan terhadap pasien dan keluarga
(pelaku rawat). Saat melakukan pelayanan di poli kesehatan jiwa di Puskesmas atau
kunjungan rumah, perawat menemui keluarga (pelaku rawat) terlebih dahulu sebelum
menemui pasien. Bersama keluarga (pelaku rawat), perawat mengidentifikasi masalah
yang dialami pasien dan keluarga (pelaku rawat). Setelah itu, perawat menemui pasien
untuk melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi isolasi sosial yang
dialami pasien.
Setelah Anda selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga
(pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk merawat pasien, serta
menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas
yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk membimbing pasien melatih kemampuan
mengatasi isolasi sosisl yang telah diajarkan oleh perawat.
Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan,
minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga mampu
mengatasi isolasi sosial.
1. Tindakan keperawatan untuk pasien isolasi sosial
Tujuan: Pasien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menyadari isolasi sosial yang dialaminya
c. Berinteraksi secara bertahap dengan anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya
d. Berkomunikasi saat melakukan kegiatan rumah tangga dan kegiatan sosial
Tindakan keperawatan:
1) Membina hubungan saling percaya dengan cara:
a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang Anda
sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien yang disukai
c) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
d) Buat kontrak asuhan: apa yang Anda akan lakukan bersama pasien, berapa lama
akan dikerjakan, dan tempatnya di mana
e) Jelaskan bahwa Anda akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
f) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
g) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
2) Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial
a) Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
b) Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
c) Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab
dengan mereka
d) Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan
orang lain
e) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien
31. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
29
3) Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
a) Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain
b) Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
c) Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain
yang dilakukan di hadapan Perawat
d) Bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/anggota keluarga
e) Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan
dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
f) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien
g) Latih pasien bercakap-cakap dengan anggota keluarga saat melakukan kegiatan
harian dan kegiatan rumah tangga
h) Latih pasien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sosial misalnya: belanja
ke warung, ke pasar, ke kantor pos, ke bank, dan lain-lain
i) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan
orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya.
Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan
interaksinya.
Implementasi tindakan keperawatan terhadap pasien dilakukan dalam empat kali
pertemuan, dan dapat dilanjutkan untuk kegiatan lain sehingga isolasi sosial teratasi.
Pada masing-masing pertemuan dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan
strategi pelaksanaan (SP) sebagai berikut:
Latihan 1 untuk pasien: Pengkajian isolasi sosial, dan melatih bercakap-cakap
antara pasien dan keluarga
Membina hubungan saling percaya, membantu pasien menyadari masalah isolasi
sosial, melatih bercakap-cakap secara bertahap antara pasien dan anggota keluarga.
Fase orientasi :
“Selamat pagi Ibu, Saya Yulia perawat dari Puskesmas ....Nama Ibu siapa? Senang
dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Ibu Rina hari ini?”
“Baiklah, sekarang kita akan diskusi tentang bagaimana hubungan Ibu dengan orang
di sekitar sini. Berapa lama kita mau berdiskusi? Mau di mana?”
Fase kerja:
“Dengan siapa Ibu tinggal serumah? Siapa yang paling dekat?” Apa yang menyebabkan
ibu deket dengan orang tersebut? ”Siapa anggota keluarga dan teman yang bpk/ibu
merasa tidak dekat?”. “Apa yang membuat Ibu tidak dekat dengan orang lain?”
“Apa saja kegiatan yang biasa Ibu lakukan saat bersama keluarga? Bagaimana dengan
teman-teman yang lain?”
“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang
lain?”
“Apa yang menghambat Ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan orang
lain?”
”Menurut Ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah
kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya Bu ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau
begitu inginkah Ibu belajar bergaul dengan orang lain ?
Nah untuk memulainya sekarang bapak latihan berkenalan dengan saya dahulu..
“Begini lho Bu, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan
32. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
30
nama panggilan yang kita sukai. Contoh: Nama Saya Bu Rostanti, senang dipanggil
Tanti.” “Selanjutnya Ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
begini: Nama Bapak/Ibu siapa? Senang dipanggil apa?” Ayo Bu dicoba! Misalnya saya
belum kenal dengan Ibu. Coba berkenalan dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali” “Setelah Ibu berkenalan dengan orang
tersebut Ibu bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan Ibu
bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, peKerjaan dan
sebagainya. Nah, bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan
suami ibu? (dampingi pasien saat bercakap-cakap)
Fase terminasi :
“Bagaimana perasaan Ibu setelah latihan berkenalan ini?”
”Coba Ibu peragakan lagi cara berkenalan dengan orang lain!”
”Baik bu, dalam satu hari mau berapa kali bapak berlatih bercakap-cakap dengan
anggota keluarga? Dua kali? Baiklah jam berapa ibu akan latihan.
Ini ada jadwal kegiatan, kita isi jam 11.00 dan 15.00 kegiatan ibu adalah bercakap-
cakap dengan anak dan menantu. Jika ibu melakukannya sendiri tanpa diingatkan
ibu tulis M (mandiri), jika masih harus diingatkan tulis B (Bantuan), dan jika ibu tidak
melakukan ditulis T (tergantung). Kita mulai dari besok yah bu...tanggal 25 Juni 2012.
“Minggu depan saya kemari lagi. Kita akan berbincang-bincang tentang pengalaman
Ibu bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan bercakap-cakap dengan
topik tertentu. Waktunya seperti sekarang ini. Tempatnya di sini saja.
Selamat pagi Bu....
Latihan 2 untuk pasien: melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien
dengan 2 orang lain), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian.
Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial, memvalidasi kemampuan berkenalan
(berapa orang). Beri pujian, Melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian
(latih 2 kegiatana), Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2- 3
orang tetangga atau tamu, berbicara saat melakukan kegiatan harian
Fase orientasi
“Selamat pagi Ibu Rina.. Bagaimana perasaan hari ini? Apakah masih ada perasaan
kesepian, bagaiman semangatnya untuk bercakap-cakap dengan anggota keluarga?
Apakah sudah mulai berkenalan dengan orang lain?Bagaimana perasaan setelah mulai
berkenalan? Baiklah sesuai dengan janji kita minggu lalu, hari ini kita akan latihan
bagaimana berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain, agar Ibu semakin
banyak teman. Berapa lama kita bercakap-cakap? Dimana tempatnya Bu?
Fase kerja
BaiklahhariinisayadatangbersamaduaorangibukaderRT05,bapak/ibubisamemulai
berkenalan...Apakah bpk/ibu masih ingat bagaimana caranya?..(beri pujian jika pasien
masih ingat, jika pasien lupa, bantu pasien mengingat kembali cara berkenalan).
Nah.....silahkan ibu mulai....(fasilitasi perkenalan antara pasien dan kader)....Wah...
bagus sekali, selain nama, alamat, hobby, apakah ada yang ingi ibu ketahui tentang
ibu Kader Wati dan Ani?....(bantu pasien mengembangkan topik pembicaraan). Wah
bagus sekali. Nah Bu, apa kegiatan yang biasa ibu lakukan pada jam ini? Tidak ada?
Bagaimana kalau kita menemani anak ibu masak di dapur?. Sambil memasak ibu bica
bercakap-cakap dengan anak ibu....mari bu...(dampingi pasien memasak di dapur)....
33. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
31
Apa yang ingin Ibu bincangkan dengan anak ibu...Oh tentang menu... silahkan bu...
(jika pasien diam,dapat dibantu perawat)...Coba ibu tanya apa yang menyebabkan
anak ibu masak rendang hari ini? ....Apakah akan ada tamu.... silahkan bu, apa lagi
yang ingin ibu bincangkan silahkan.....
Oke, sekarang masaknya sudah selesai, bagaimana kalau sekarang ibu bersama anak
ibu juga melakukan cuci piring bersama......Sambil bercakap-cakap yah bu (perawat
mendampingi, jika percakapan tidak berjalan, perawat bisa memotivasi keluarga
untuk aktif bertanya pada pasien)
Fase terminasi
perasaan Ibu setelah berkenalan dengan bu Kader dan bercakap-cakap dengan anak
ibu saat masak dan cuci piring bersama? Coba bapak sebutkan kembali bagaimana
caranya berkenalan? Bagaimana mana jika ditambahkan lagi di jadwal kegiatan
ibu, kegiatan berkenalan atau bercakap-cakap setiap memasak dan mencuci piring
bersama anak ibu? Mau jam berapa ibu latih? Bagaimana jika minggu depan. Hari
Rabu, jam 15.00 saya akan datang lagi untuk mendampingi ibu berkenalan dengan 4
orang lain dan latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan harian lain, selamat
pagi Bu
Latihan 3 untuk pasien: Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien
dengan 4-5 orang ), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian
baru.
Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial, validasi kemampuan berkenalan (berapa
orang) & bicara saat melakukan dua kegiatan harian, tanyakan perasaan setelah
melakukan kegiatan. Beri pujian, Melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan
harian (2 kegiatan baru).
Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 orang, berbicara
saat melakukan 4 kegiatan harian
Fase orientasi:
“Selamat pagi Ibu Rina, Bagaimana perasaannya hari ini? Apakah masih ada perasaan
kesepian? Apakah ibu sudah bersemangat bercakap-cakap dengan orang lain? Apa
kegiatanyangdilakukansambilbercakap-cakap?Bagaimanadenganjadwalberkenalan
dan bercakap –cakapnya, apakah sudah dilakukan? Bagus. Sesuai dengan janji kita
minggu lalu, hari ini saya akan mendampingi ibu berkenalan atau bercakap-cakap
dengan tetangga ibu, serta bercakap-cakap dengan anggota keluarga saat melakukan
kegaiatan harian. Berapa lama kita diskusi? Tempatnya dimana bu?
Fase kerja:
“Baiklah bu, bagaimana jika kita menuju rumah bu Kader, disana sedang ada rapat
kader, dan ibu-ibu kader RT sini berjumlah lima orang ada disana? bagaimana jika kita
berangkat sekarang?....Apakah ibu sudah siap bergabung dengan banyak orang? Nah
bu, sesampainya disana, ibu langsung bersalaman dan memperkenalkan diri seperti
yang sudah kita pelajari, ibu bersikap biasa saja dan yakin bahwa orang-orang disana
senang dengan kedatangan ibu…Baik bu….kita berangkat sekarang….
(selanjutnya perawat mendampingi pasien di kegiatan kelompok, sampai dengan
kembali kerumah).
34. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
32
Nah bu, sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan anggota keluarga saat ibu
melakukan kegiatan harian. Kegiatan apa yang ingin dilakukan? Oh merapihkan
kamar..baik dengan siapa ibu ingin didampingi? Menantu ibu? Baiklah…Kegiatannya
merapihkan tempat tidau dan menyapu kamar tidur yah bu… (perawat mengajak
menantu pasien untuk menemani pasien merapihkan tempat tidur dan menyapu
kamar, kemuadian memotivasi pasien dan menantu bercakap-cakap)
Fase terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dan bercakap-cakap dengan ibu-
ibu kader? Kalau setielah merapihkan kamar bagaimana? Apa pengalaman yang
menyenangkan berada dalam kelompok? Adakah manfaatnya kita bergabung dengan
orang banyak? Baiklah pak/bu, selanjutnya ibu bisa terus menambah orang yang ibu
kenal. Atau ibu bisa ikut kegiatan arisan RT ibu ikuti setiap bulannya. Jadwal bercakap-
cakap setiap pagi saat merapihkan kamar kita cantumkan di jadwal ibu yah….Setiap
jam berapa ibu akan berlatih? Baiklah bu, saya pamit dahulu, minggu depan saya
akan kembali datang untuk mendampingi ibu dalam melakukan bincang-bincang saat
berbelanja. Selamat pagi bu…
Latihan 4 untuk pasien:
Mengevaluasi kemampuan berinteraksi. Melatih cara bicara saat melakukan kegiatan
sosial.
Orientasi:
Selamat pagi Bu Rina.... Bagaimana perasaannya hari ini? Masih ada perasaan kesepian,
rasa enggan bicara dengan orang lain? Bagaimana dengan kegiatan hariannya sudah
dilakukan? Dilakukan sambil bercakap-cakap kan Bu? Sudah berapa orang baru
yang ibu kenal? Dengan tetangga bagaimana? Apakah sudah bercakap-cakap juga.
Bagaimana perasaannya setelah melakukan semua kegiatan? Wah...ibu memang luar
biasa. Baiklah bu, sesuai dengan janji saya minggu lalu, hari ini saya akan mendampingi
ibu dalam berbelanja atau latihan berbicara saat melakukan kegiatan sosial....berapa
lama bu? Tempatnya di warung Bu Siti di depan jalan yah Bu?
Kerja:
Baiklah apakah ibu sudah mempunyai daftar belanjaan? (sebaiknya sudah dipersipkan
oleh pasien dan keluarga). Baik uangnya sudah dibawa bu? Mari bu kita berangkat
(komunikasi saat di warung)
Nah bu, caranya pertama-tama ibu ucapkan salam untuk ibu Siti,setelah itu ibu
bertanya pada ibu Siti apakah barang-barang yang ibu perlukan tersedia di warung
bu Siti, jika ada pertanyaan dari ibu Siti ibu jawab yah....Setelah selesai, minta bu Siti
menghitung total harga pembelajaan ibu, Ibu bayar dan ucapkan terima kasih pada bu
Siti...Nah. sekarang silahkan ibu mulai...(perawat mendampingi pasien)
Terminasi :
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap saat belanja? Apa pengalaman
yang menyenangkan? Baiklah bu, selanjutnya ibu bisa terus menambah orang yang
ibu kenal dan melakukan kegiatan berbelanja setipa kali ada kebutuhan rumah
tangga yang harus ibu beli. Saya rasa untuk selanjutnya keluarga dan kader yang
akan mendampingi ibu bersosialisasi dengan orang lain. Jangan lupa ibu kontrol ke
Puskesmas dan bertemu saya di sana setiap minggu.
Selamat pagi bu
35. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
33
1. Tindakan keperawatan untuk keluarga pasien isolasi sosial
Keluarga (pelaku rawat) diharapkan dapat merawat pasien isolasi sosial di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
Tujuan: Keluarga mampu:
a) Mengenal masalah isolasi sosial
b) Memutuskan untuk melakukan perawatan pada pasien isolasi sosial
c) Merawat pasien isolasi sosial dengan mengajarkan dan mendampingi pasien
berinteraksi secara bertahap, berbicara saat melakukan kegiatan rumah tangga
dan kegiatan sosial
d) Memodifikasi lingkungan yang konsusif agar pasien mampu berinteraksi dengan
lingkungan sekitar
e) Mengenal tanda kekambubuhan, dan mencari pelayanan kesehatan
Tindakan Keperawatan:
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya isolasi sosial dan
mengambil keputusan merawat pasien
c) Melatih keluarga cara merawat isolasi sosial
d) Membimbing keluarga merawat isolasi sosial
e) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
peningkatan hubungan sosial pasien
f) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera
ke fasilitas pelayanan kesehatan
g) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.
Tindakan keperawatan untuk keluarga (pelaku rawat) dilakukan dalam empat
kali pertemuan. Pada masing-masing pertemuan dilakukan tindakan keperawatan
berdasarkan strategi pelaksanaan (SP).
Latihan 5 untuk keluarga: Mengenal masalah dalam merawat pasien isolasi
sosial, dan berkenalan dan berkomunikasi saat melakukan kegiatan harian
SP Keluarga: mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya isolasi sosial (gunakan
booklet), memberi kesempatan keluarga untuk memutuskan perawatan pasien,
menjelaskan cara merawat isolasi sosial dan melatih dua cara merawat: berkenalan
dan melakukan kegiatan harian.
Fase orientasi
“Selamat pagi Mba Tina Bagaimana perasaan mba hari ini? Bagaimana keadaan Ibu
Rina sekarang?” Apa yang sudah mba Tina lakukan untuk mengatasi ibu Mba Tina
yang tidak mau bergaul dengan orang lain?
“Hari ini kita berdiskusi tentang masalah tidak mau bergaul dengan orang lain yang
dialami oleh bu Rina dan cara mengatasinya. Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama
Mba Tina punya waktu? Bagaimana kalau 45 menit?”
Fase kerja:
“Masalah yang dialami oleh ibu Rina disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala
penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain.”
“Apabila masalah ini tidak diatasi maka pasien bisa mengalami halusinasi, yaitu
mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.” Nah mba
Tina, setelah saya jelaskan tentang apa itu isolasi sosial, penyebab, dan akibatnya,
36. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
34
bagaimana menurut mba Tina? (beri kesempatan keluarga untuk memutuskan
perawataan selanjutnya)
Ya baiklah, jadi mba Tina merasa isolasi sosial masalah yang harus segera ditangani
keluarga. “Untuk menghadapi keadaan pasien yang demikian keluarga harus sabar.
Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan bu Rina yang
caranya adalah bersikap peduli pada ibu Rina dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga
perlu memberikan semangat dan dorongan kepada bu Rina untuk bisa melakukan
kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan
mencela kondisi pasien.”
”Seperti ini cara memberikan pujian : Bagus sekali...Ibu sudah mampu bergaul dengan
tetangga di sekitar rumah ini!”
Mba Tina juga bisa mengajarkan ibu Rina berkenalan dengan orang lain caranya adalah
sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita sukai. Contoh: Nama Saya Bu
Yulia, senang dipanggil Lia.” “Selanjutnya Ibu menanyakan nama orang yang diajak
berkenalan. Contohnya begini: Nama Bapak/Ibu siapa? Senang dipanggil apa?” Ayo Bu
dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan mba. Coba berkenalan dengan saya!”
Nah seperti itu mba Tina, bisa mba Tina coba...! Selanjutnya jangan biarkan ibu mba
sendiri. Buat rencana kegiatan bersama antara mba Tina dan Bu Rina sehinggan
mba dan ibu Rina punya kesempatan bercakap-cakap. Kegiatan tersebut bisa makan
bersama, rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah tangga bersama, dan lain-
lain.”
Fase terminasi:
“Baiklah karena waktunya habis. Bagaimana perasaan Mba Tina setelah kita bercakap-
cakap?”
“Coba Mba Tina ulangi lagi cara merawat bu Rina yang tidak mau bergaul!”
“Selanjutnya silakan Mba Tina coba cara yang tadi kita bahas !”
“Minggu depan kita akan diskusi tentang pengalaman Bpk/Ibu mempraktekkan latihan
kita hari ini dan hal-hal lain yang perlu dilakukan. Saya akan datang jam 10.00 WIB ke
mari.
Latihan 6 untuk keluarga: Latihan merawat: melibatkan pasien dalam kegiatan
rumah tangga sekaligus melatih bicara pada kegiatan tersebut.
Evaluasi kemampuan keluarga mengenal gejala isolasi sosial, validasi kemampuan
keluarga melatih pasien berkenalan dan berbicara saat melakukan kegiatan harian.
Beri pujian pada keluarga, menjelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan
pasien berbicara (makan, sholat bersama)
Latih cara membimbing pasien berbicara dan memberi pujian
Anjurkan keluarga membantu pasien melakukan kegiatan bercakap-cakap sesuai
jadwal.
37. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
35
Orientasi:
Selamat pagi mba Tina? Bagaimana perasaan mba Tina pagi ini? Keadaan ibu
bagaimana mba? Bagaimana dengan latihan mendampingi ibu mba Tina kenalan?
Apakah sudah dipraktekkan? Baiklah mba, sesuai dengan janji kita minggu lalu, hari
ini saya akan mengajarkan mba Tina bagaimana caranya mengatasi isolasi sosial yang
dialami ibu mba Tina melalui komunikasi saat melakukan kegitan rumah, berapa lama
kita berlatih? Temapanya dimana mba?
Kerja:
Mba Tina agar Ibu mba Tina nyaman bercakap-cakap dengan orang lain, pertama
tama ibu mba Tina harus nyaman dulu bercakap-cakap di dalam keluarga. Kita
sebagai keluarga wajib memberikan kenyamanan dalam komunikasi. Nah, melatih
berkomunikasi bisa dilakan sambil melakukan kegiatan harian misalnya saat makan,
sholat, memasak, menyapu, dan sebagainya. Saat berkomunikasi dengan ibu mba
Tina mba Tina sebaiknya aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, yang paling
penting adalah ibu mba Tina merasa pertanyaan dan jawabannya dihargai. Mba
Tina jangan memberikan respon negatif terhadap pertanyaan dan pernyataan ibu
mba Tina.Bagamana mba? Apakah kita bisa berlatih saat ini? (perawat dan keluarga
menemui pasien dan bersama-sama berlatih)
Terminasi:
Bagaimana perasaan mba Tina setelah bercakap-cakap sambil memeasak dengan
ibu Mba Tina? Bisa mba Tina sebutkan kembali apa saja yang haris diperhatikan
dalam berkomunikasi dengan ibu mba Tina. Baik mba Tina, setelah ini bu tina terus
damping ibu mba Tina dalam melaksanakan kegiatan hariannya, dan tetap bantu ibu
mba Tina berkenalan dengan orang baru atau bercakap-cakap dengan orang yang
sudah dikenal. Minggu depan saya akan datang lagi, saya akan melatih mba Tina
mengembangkan kemampuan komunikasi ibu mba tina dalam kegiatan sosial seperti
berbelanja.Selamat pagi mba Tina..
Latihan 7 untuk keluarga: Melatih cara merawat dengan melatih
berkomunikasi saat melakukan kegiatan sosial.
Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala isolasi sosial,
validasi kemampuan keluarga dalam merawat/melatih pasien berkenalan,
berbicara saat melakukan kegiatan harian dan Rumah tangga.
Menjelaskan cara melatih pasien bercakap-cakap dalam melakukan kegiatan
sosial berbelanja, dan melatih keluarga mendampingi pasien berbelanja. Anjurkan
keluarga membantu pasien melakukan kegiatan sosial sesuai jadwal dan berikan
pujian.
38. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
36
Orientasi:
Selamat pagi mba Tina? Bagaimana perasaan mba Tina pagi ini? Keadaan ibu
bagaimana mba? Bagaimana dengan latihan mendampingi ibu mba Tina kenalan dan
bercakap-cakap sambil memasak dan mencuci piringnya? Apakah sudah dipraktekkan?
Baiklah mba, sesuai dengan janji kita minggu lalu, hari ini saya akan mengajarkan mba
Tina bagaimana caranya mengatasi isolasi sosial yang dialami ibu mba Tina melalui
komunikasi saat melakukan kegiatan sosial berbelanja. berapa lama kita berlatih?
Tempatnya dimana mba?
Kerja :
Nah mba Tina, ibu mba Tina kan sudah mulai nyaman berkenalan dengan orang baru,
bercakap-cakap saat melakukan kegiatan harian atau kegiatan rumah tangga. Nah
sekarang saatnya ibu mba Tina memperluas kemampuan bersosialisasinya dengan
lingkungan sekitar, misalnya bersosialisasi saat menabung di bank, belanja di pasar,
atau pergi ke kantor pos. Untuk hari ini kita akan melatih ibu mba Tina berbelanja
ke warung. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya sebaiknya ibu
mba Tina sudah punya daftar barang yang dibutuhkan beserta berapa banyak
barang tersebut dibutuhkan. Saat berbelanja ibu bu Tina harus memiliki kemampuan
meminta sesuatu, dan menjawab pertanyaan pemiliki warung. Nah, bagaimana mba
Tina? Bisa kita latih ibu mba Tina sekarang …(perawat dan keluarga menemui pasien
dan bersama-sama berlatih berbelanja ke warung)
Terminasi:
Bagaimana perasaan mba Tina setelah melatih ibu mba Tina berbelanja? Bisa mba
Tina sebutkan kembali apa saja yang haris diperhatikan dalam melatih ibu mba Tina
berkomunikasi dalam kegiatan sosial? Baik mba Tina, setelah ini bu tina terus damping
ibu mba Tina dalam melaksanakan kegiatan berbelanja, dan tetap bantu ibu mba
Tina berkenalan dengan orang baru atau bercakap-cakap dengan orang yang sudah
dikenal. Minggu depan saya akan datang lagi, saya akan memberikan penjelasan
perawatan terhadap bu Tina setelah perawat tidak lagi mengunjungi ibu mba Tina ke
rumah. Selamat pagi mba Tina.
Latihan 8 untuk keluarga: Melatih keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
untuk follow up pasien isolasi sosial.
Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala isolasi sosial dan validasi
kemampuan keluarga dalam merawat/melatih pasien. Berikan pujian atas upaya
yang telah dilakukan keluarga, Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan
dan anjurkan keluarga membantu pasien melakukan kegiatan sesuai jadwal dan
memberikan pujian.
39. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
37
Orientasi :
“Selamat pagi Mba Tina, bagaimana perasaannya hari ini ? Mba, masih ingat yang kita
bicarakan tentang tentang pertemuan yang lalu? benar sekali bagaimana membantu
ibu mba Tina berkenalan, bercakap-cakap saat melakukan aktivitas harian dan
bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sosial. Apa yang sudah ibu lakukan? Bagus
sekali Bu…Masih ingat apa yang akan dibicarakan pada hari ini bu? Iya benar….tindak
lanjut ke puskesmas, tanda kekambuhan. berapa lama kita bicara bu? Baiklah 45 menit
yah, tempatnya mau dimana?
Kerja:
Mba Tina, saat ini Ibu Mba Tina sudah mampu untuk berkenalan dengan orang lain,
bercakap-cakap dengan keluarga saat melakukan kegiatan harian, dan melakukan
kegiatan sosial. Untuk saat ini, kami perawat Puskesmas sudah tidak lagi datang
home visit sehingga diharapkan mba Tina dan keluarga dapat mandiri merawat ibu
mba Tina dirumah dengan didampingi oleh bu Kader. Untuk selanjutnya mba Tina
harap bisa mendampingi ibu Mba Tina berobat ke puskesmas seminggu sekali. Nah,
mba Tina juga perlu memahami tanda kekambuhan pada ibu mba Tina seperti Tina
tidak mau berinteraksi,enggan melakukan kegiatan harian, dan kegiatan sosial, atau
kalau intensitas berkomunikasi mulai menurun. Jika ini terjadi maka ibu haris segera
membawa ibu mba Tina ke puskesmas walaupun belum jadwal kontrol. Jika kondisi
ibu mba Tina lebih menurun seperti sikap mematung, kontak mata tidak ada sama
sekali, dan tidak bisa diatasi di tingkat puskesmas, maka Ibu Bu Tina akan kami rujuk
ke Rumah Sakit Jiwa.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan mba Tina setelah kita diskusi? Bisa mba Tina sebutkan lagi apa
tanda-tanda kekambuhan? Apa yang haharus mba Tina lakukan jika ibu mba Tina
mengalami kekambuhan? Nah Mba Tina juga jangan lupa ibu terus memotivasi dan
mendampingi Ibu Mba Tina untuk berkenalan, dan bercakap-cakap saat melakukan
kegiatan harian dan kegiatan sosial, dan ingat untuk tetap berobat ke puskesmas dan
segera bawa Ibu mba Tina ke puskesmas bila ada tanda –tanda kekambuhan. Selamat
pagi Mba Tina
4. Evaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat pasien isolasi
sosial.
a. Evaluasi kemampuan pasien isolasi sosial berhasil apabila pasien dapat:
1) Menjelaskan kebiasaan interaksi.
2) Menjelaskan penyebab tidak bergaul dengan orang lain.
3) Menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain.
4) Menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain.
5) Memperagakan cara berkenalan dengan orang lain.
6) Bergaul/berinteraksi dengan perawat, keluarga, tetangga.
7) Berkomunikasi dengan keluarga saat melakukan kegiatan sehari-hari
8) Berkomunikasi saat melakukan kegiatan sosial
9) Menyampaikan perasaan setelah interaksi dengan orang tua.
10) Mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain.
11) Merasakan manfaat latihan berinteraksi dalam mengatasi isolasi sosial
40. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
38
b. Evaluasi kemampuan keluarga (pelaku rawat) isolasi sosial berhasil apabila
keluarga dapat:
1) Mengenal isolasi sosial yang dialami pasien (pengertian, tanda dan gejala,
dan proses terjadinya isolasi sosial) dan mengambil
keputusan untuk merawat pasien
2) Membantu pasien berinteraksi dengan orang lain
3) Mendampingi pasien saat melakukan aktivitas rumah tangga dan
kegiatan sosial sambil berkomunikasi
4) Melibatkan pasien melakukan kegiatan harian di rumah dan kegiatan
sosialisasi di lingkungan
5) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien
untuk meningkatkan interaksi sosial.
6) Memantau peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi isolasi
sosial
7) Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan
melakukan rujukan
5. Dokumentasikan hasil asuhan keperawatan isolasi sosial
Bagaimana Anda mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan isolasi sosial?
Pendokumentasian dilakukan setiap selesai melakukan pertemuan dengan
pasien dan keluarga (pelaku rawat). Berikut contoh pendokumentasian asuhan
keperawatan isolasi sosial pada kunjungan kedua.
41. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
39
IMPLEMENTASI EVALUASI
25 April 2012 pkl. 10.00
Data pasien dan kemampuan:
Klien mengatakan masih canggung ber-
cakap-cakap dengan orang lain. Sudah
mencoba latihan bercakap-cakap dengan
adiknya saat adiknya datang kerumahnya.
Sudah kenalan dengan satu orang tetangga
baru.
Data keluarga dan kemampuan
engatakan sudah lebih faham dengan
masalah ibunya yang sulit bergaul dengan
orang lain, sudah mendampingi orang
tuanya bercakap-cakap dengan tmu dan
tetangga.
DK:
Isolasi Sosial
Intervensi:
Tindakan pada pasien:
a. Melatiah pasien berbicara
saat melakukan kegiatan
memasak dan cuci piring
bersama anaknya.
b. Melatih pasien berkenalan
dengan 2 orang kader
kesehatan jiwa
Tindakan pada keluarga:
Menjelaskan kegiatan rumah yang dapat
dilakukan pasien sambil bercakap-cakap,
melatih keluarga membimbing pasien ber-
bicara, memberikan pujian
RTL:
Pasien:
S: Pasien
Pasien mengatakan senang dapat ber-
bicara dengan anaknya saat masak dan
mencuci piring
Pasien mengatakan senang kenal den-
gan 2 orang kader kesehatan
S Keluarga
Keluarga mentakan senang men-
dampingi pasien memasak, mencuci
piring, dan berkenalan dengan kader
O:pasien
Pasien mampu berkenalan dengan 2
orang kader dengan sikap tubuh dan
verbal yang sesuai.
Pasien mampu bertanya dan menjawab
pertanyaan anaknya saat memasak dan
mencuci piring
O : Keluarga
Keluarga mampu mendampingi pa-
sien saat melakukan kegiatan, tampak
semangat, memberikan stimulus pada
pasien saat berinteraksi.
A: Isolasi Sosial mulai teratasi
P:
Pasien
Latihan berkenalan dengan 2 orang
tetangga yang belum dikenal
Melakukan percakapan saat memasak
dan cuci piring setiap hari
Keluarga:
Mendampingi pasien berkenalan den-
gan 2 tetangga lain
Terus mendampingi pasien dalam
melakukan kegiatan memasak, mencuci
sambil berkomunikasi
Melatih berbicara saat melakukan kegiatan
harian lain (2 kegiatan) Melatih pasien ber-
bicara dengan 4- 5 orang
Keluarga:
Menjelaskan cara melatih pasien ber-
cakap-cakap dalam melakukan kegiatan
sosial berbelanja, dan melatih keluarga
mendampingi pasien berbelanja
Terus mendampingi pasien dalam
melakukan kegiatan memasak, mencuci
sambil berkomunikasi
Ice Yulia
42. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
40
Selamat Anda telah berhasil menyelesaikan modul tentang praktek klinik asuhan
keperawatanpadakliendenganisolasisosial.Dengandemikian,Andasebagaimahasiswa
DIII Keperawatan yang nantinya akan bertugas sebagai pelaksana keperawatan telah
menguasai kompetensi asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa 2, yaitu
asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial. Hal- hal penting yang telah Anda
pelajari dalam modul panduan praktek klinik asuhan keperawatan pada klien dengan
isolasi sosial adalah sebagai berikut: konsep isolasi sosial, proses keperawatan pada
klien dengan isolasi sosial mulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan,
menetapkan rencana tindakan keperawatan, implementasi tindakan keperawatan,
dan evaluasi. Selanjutnya Anda diharapkan dapat menerapkan asuhan keperawatan
pada klien dengan isolasi sosial. Selanjutnya Anda diminta untuk membuat proses
keperawatan melalui telaah kasus pemicu sebagai berikut :
Kasus pemicu:
Tn W usia 40 th, dirawat di RS untuk ketiga kalinya terlihat menyendiri disudut ruangan,
klienmengatakanmalasberinteraksidenganklienlainnya,Klienlebihsenangmenyendiri
dan menganggap tidak ada gunanya ngobrol dengan orang lain dan ia merasa tidak
diterima dilingkungannya, klien merasa dirinya akan dicelakakan, kadang kadang klien
mendengar suara yang tidak jelas dan mengganggu dirinya dan klien berjalan mondar
mandir tanpa arah, tidak banyak aktifitas yang dapat ia lakukan selain menonton TV
klien lebih suka tiduran diteras atau ditempat tidurnya.
Rangkuman
43. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
41
a. Rumuskan diagnosa keperawatan pada Tn W?.
b. Lengkapi pengkajian dengan data yang dapat menunjang diagnosa diatas?.
c. Buatlah rencana tindakan keperawatan yang sesuai untuk Tn W?.
d. Buatlah strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP) untuk Tn W?.
Tugas
Mandiri
44. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
42
Buatlah laporan pendahuluan (LP) dan srategi pelaksanaan tindakan (SP) sebelum
Anda melakukan praktek klinik.
Tugas
Terstruktur
45. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
43
Setelah mengikuti pembelajaran ini, Anda
mampu melakukan asuhan keperawatan
defisit perawatan diri.
Kegiatan
Belajar 3
ASUHAN KEPERAWATAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
a) Konsep defisit perawatan diri.
b) Pengkajian klien dengan masalah defisit perawatan diri.
c) Merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan masalah defisit erawatan diri.
d) Menentukan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan defisit perawatan
diri.
e) Implementasi tindakan keperawatan klien dengan defisit perawatan diri.
f) Evaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan defisit perawatan diri.
Setelah mengikuti pembelajaran ini, Anda mampu:
a) Menjelaskan konsep defisit perawatan diri
b) Melakukan pengkajian defisit perawatan diri
c) Merumuskan diagnosa keperawatan
d) Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan defisit perawatan diri.
e) Melakukan tindakan keperawatan pada keluarga dengan defisit perawatan diri
f) Mengevaluasi kemampuan klien dan keluarga dalam merawat klien dengan defisit
perawatan diri.
g) Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan klien dengan defisit perawatan diri
Pokok-pokok Materi
Gambar : Bencana Alam
46. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
44
Uraian
Materi
1) Konsep defisit perawatan diri.
a. Pengertian
Apakah perawatan diri itu? dan Apakah defisit perawatan diri itu? Perawatan diri
adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Sedangkan defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan aktifitas perawatan diri (kebersihan diri, berhias, makan, toileting)
(Herdman, T.H, 2012)
b. Proses terjadinya masalah
Apa saja mempengaruhi terjadinya defisit perawatan diri itu? Adapun hal-hal yang
dapat mempengaruhi terjadinya defisit perawatan diri, yaitu:
1) Faktor prediposisi
a) Biologis, penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan perawatan diri dan faktor herediter
b) Psikologis, faktor perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Kemampuan
realitas turun. Pasien gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
c) Sosial, kurang dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi kemampuan
dalam perawatan diri.
2) Faktor presipitasi
Faktor presiptasi yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri adalah penurunan
motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas, lelah, lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
c. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala defisit perawatan diri dapat dinilai dari pernyataan pasien tentang
kebersihan diri, berdandan dan berpakaian, makan dan minum, BAB dan BAK dan
didukung dengan data hasil observasi.
1) Data subjektif
Pasien mengatakan tentang :
a) Malas mandi
b) Tidak mau menyisir rambut
c) Tidak mau menggosok gigi
d) Tidak mau memotong kuku
e) Tidak mau berhias/ berdandan
f) Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat mandi/kebersihan diri
g) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
h) BAB dan BAK sembarangan
i) Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK
j) Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar