SlideShare a Scribd company logo
1 of 125
Download to read offline
i
`
ii
Terima kasih istriku sudah mempercayai dan
memberikan kesempatan kedua untuk tetap bersamamu.
Love You
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
1
MENJADI jomblo rupanya tidak hanya terpengaruh oleh
kesiapan lahir dan batin, melainkan kemandirian berpikir dan tidak
mudah terpengaruh ucapan orang.
Saat saya masih jomblo, saya banyak mendengarkan saran
dari orang mengenai konsep berpacaran. Sebagian orang
mengatakan bahwa memiliki pasangan hidup menambah kesulitan
hidup. Sebagian lainnya mengatakan memiliki pasangan
menambah kebahagiaan hidup.
2
Lantas, manakah yang benar?
Selama mencari pasangan, saya berharap mendapatkannya,
tetapi hanya berharap! Saya tidak mau bergerak memperbaiki
kondisi sendiri. Saya malas instropeksi diri serta terpaku pada
keegoisan diri mempertahankan keinginan dan kesenangan sendiri.
Parahnya, saya pernah memusuhi teman sendiri hanya karena
ketakutan kalau dia akan merebut gebetan saya. Padahal teman
saya itu ingin supaya gebetan lebih mendekatkan diri pada saya.
Usai kesalahpahaman itu, saya putuskan untuk menghentikan
harapan pada sang gebetan. Lalu saya berpikir kalau hidup sendiri
jauh lebih baik dan menyenangkan. Saya tidak perlu pusing
memikirkan pasangan, tidak perlu sibuk antar jemput, tidak harus
menghabiskan uang untuk mentraktirnya menonton bioskop atau
sekedar makan, bahkan tidak perlu emosi saat mendengarkan
kemarahannya.
Sampailah suatu hari, saat saya mengalami masalah dengan
pekerjaan. Saya harus memilih tempat bekerja. Apakah di Jakarta
ataukah di Tangerang, Banten. Karena masih jomblo, saya bertanya
pada ayah, “Pa, kira-kira saya pilih pekerjaan yang mana ya? Dua-
duanya kasih gaji bagus dan jaraknya tidak terlalu jauh.”
Ayah saya hanya menjawab,”Pilih saja pekerjaan yang srek
dihatimu. Jangan pikirin gaji, soalnya gaji itu bonus dari hasil
kerjamu.”
Saya setuju dengan pemikiran ayah, lalu saya bertanya pada
bunda. Jawabannya juga hampir sama. Saat itulah saya baru
berpikir kalau mempunyai pasangan sedikit banyak akan
memberikan pendapat yang berbeda dan minimal mendekati
pemikiran kita.
Dari pengalaman itulah saya menyadari dan belajar bahwa
pasangan pada hakikatnya diperlukan sebagai penyeimbang
hidup. Artinya, pasangan hidup nantinya membantu kita
menghadapi permasalahan dengan memberikan saran agar kita
3
mempunyai pandangan lain sehingga dapat menyelesaikan
masalah lebih baik.
Usai mempertimbangkan pilihan pekerjaan, saya pun memilih
untuk bekerja sebagai seorang reporter di salah satu televisi lokal di
Jakarta. Setiap hari, saat menuju ke tempat kerja, saya selalu
melintasi sejumlah sekolah dari wilayah Batu Ceper Indah,
Tangerang sampai wilayah Mangga Dua, Jakarta Utara.
Saya melihat banyak gadis muda sudah tampil eksotis
cenderung berlebihan saat berangkat sekolah. Melihat kondisi
tersebut, saya teringat saat masih sekolah di tingkat menengah atas.
Sebagian teman berlomba untuk mendapatkan pacar.
Bahkan karena ketakutan dikatakan sebagai jomblo, mereka
tidak segan-segan menggunakan segala cara untuk
mendapatkannya. Mereka tidak lagi memperdulikan orang yang
akan dijadikan pacar. Terpenting baginya ada orang yang suka
padanya, dapat memberikan perhatian, mempunyai uang untuk
mengajak jalan, mempunyai kendaraan untuk antar jemput sekolah,
serta tidak terlalu jelek secara fisiknya. Urusan lain dapat diatur sambil
berjalannya masa pacaran.
Persaingan kemewahan pun terjadi di sekolah, sejumlah
teman lelaki berlomba menggunakan kendaraan terbaru milik
orang tuanya. Jaman itu masih populer menggunakan motor sport.
Karena prioritas teman-teman saya itu mempunyai pacar,
maka banyak dari mereka mengabaikan standar moral. Akibatnya,
sejumlah teman ada yang putus sekolah akibat MBA (Married by
Accident) atau menikah karena hamil, atau terlibat kasus
menggugurkan kandungan karena hamil sebelum nikah. Saya lalu
bertanya dalam hati, apakah setiap remaja harus terjerumus dalam
kejahatan hanya untuk mendapatkan pengakuan cinta?
Jomblo itu bukanlah penyakit berbahaya yang mematikan
para penyandangnya. Jomblo hanyalah istilah bagi setiap orang
yang masih sendiri dan belum mempunyai pasangan. Jadi untuk
4
tidak ada alasan bagi kita untuk risih dan terganggu dengan
sebutan jomblo.
Saat masih jomblo, banyak teman datang pada saya untuk
menasihati serta memberikan saran agar saya mendapatkan
pasangan. Segala bentuk contoh dari kehidupan orang lain, mereka
ceritakan seolah kisah kehidupannya. Bahkan tidak segan mereka
menunjukkan cara mendapatkan pasangan dengan kekuatan
supranatural alias dukun.
Sempat juga saya tertarik untuk menggunakan supranatural,
tetapi saya tidak lakukan karena percuma nantinya usai menjadi
pasangan, dia akan seperti zombie dan hanya sekedar melayani
kita secara jasmani, tanpa dapat diajak berdiskusi membicarakan
masa depan keluarga.
Beberapa tahun saya menikmati kesendirian. Rutinitas pun
berangsur berubah. Kesepian terasa saat saya melihat banyak
teman serta orang lain bercengkrama dengan pasangan masing-
masing. Saya ingin merasakan kebersamaan tersebut.
Keinginan bersama seorang perempuan semakin mendorong
saya untuk introspeksi diri. Saya berusaha menemukan keunggulan
lalu memperbaiki kelemahan sendiri supaya perempuan lebih suka
dan mau dijadikan pacar.
Sekian waktu saya berpikir dan merenungi penyebab
kejombloan ini. Akhirnya saya menyimpulkan beberapa kondisi
penyebab utama saya belum mendapatkan pasangan. Ada faktor
eksternal atau faktor yang langsung dilihat orang serta faktor internal
atau faktor dari dalam diri sendiri. Kedua faktor tersebut
menyebabkan kita tetap jomblo.
Faktor eksternal ini adalah bau badan dan tidak merawat diri,
berpenampilan buruk dan tidak sesuai umur, terlalu kaku dan
tertutup, bertingkah laku konyol dan aneh di depan umum, serta
hidup tidak teratur dan semaunya sendiri. Mari kita bahas satu
persatu.
5
1. BAU BADAN DAN TIDAK MERAWAT DIRI
Karena terlalu lama sendiri, saya membuang rutinitas mandi
dari kamus kehidupan. Saya baru mandi kalau ada kegiatan di
keluar rumah, tetapi bila tetap di rumah, saya akan nyaman tidak
mandi walau berhari-hari. Akibatnya kulit wajah serta badan saya
menjadi kusam dan tidak cerah. Kebiasaan ini membuat saya
tidak enak dilihat.
Kesan pertama dari orang lain yang melihat saya langsung
menilai kalau saya jorok karena tampak kusam, kumal, dan bau.
Padahal, umumnya orang ingin mencium sesuatu yang harum di
sekitarnya. Mereka akan komplain bila mencium aroma tidak
sedap di dekatnya.
Kegagalan saya mendapatkan pacar saat itu, karena saya
bau badan dan terkesan jorok di awal perjumpaan kami. Dari
kejadian memalukan itu, saya selalu ingat mandi dua kali sehari
serta menggunakan pengharum tubuh – bukan pengharum
ruangan – saat keluar rumah. Terutama saat jalan dengan calon
pacar – bukan sang mantan.
2. BERPENAMPILAN BURUK DAN TIDAK SESUAI USIA
Busana menjadi utama saat menampilkan diri pada
kencan pertama dengan calon pacar. Salah memilih busana
pasti berdampak buruk untuk hubungan selanjutnya. Dulu, saya
sering menggunakan kemeja lengan panjang di setiap kegiatan.
Termasuk saat saya melakukan pendekatan pada seorang
perempuan yang usianya terpaut sepuluh tahun dari saya.
Kencan pertama saya sukses dengannya. Tidak ada keluhan
mengenai busana yang saya gunakan saat itu.
Namun, pada sejumlah kesempatan lainnya, perempuan
gebetan saya ini akhirnya komplain dengan penampilan saya.
Dia menilai kalau penampilan saya tidak sesuai dengan usia.
Menurutnya, kemeja yang saya gunakan setiap hari, bukannya
6
membuat saya tampak berwibawa, melainkan seperti pemain
sirkus, karena dilihatnya lucu. Dia lalu menyarankan agar saya
lebih sering menggunakan kaos berkerah dibandingkan kemeja.
Sejak itulah, dia menjauhi saya dan kami pun gagal membina
hubungan asmara.
Selain busana harus sesuai dengan usia, kita pun perlu
memperhatikan kesesuaian warna dan motif antara busana atas,
busana bawah, hingga sepatu dan ikat pinggang. Bukan
jamannya lagi mengabaikan penampilan kita di depan orang
lain. Terutama orang yang kita sukai dan cintai. Sebab bila kita
membuatnya malu, itu berarti mempermalukan diri sendiri.
3. TERLALU KAKU DAN TERTUTUP
Penyebab saya jomblo saat itu karena saya terlalu kaku dan
tertutup. Kepribadian tertutup ini disebabkan oleh kegemaran
saya membaca buku sedari remaja. Akibatnya, hidup saya
dipenuhi prinsip kebenaran sehingga kesalahan orang lain
menjadi masalah penting yang mengusik pikiran untuk
dikomentari. Selain itu, saya juga tumbuh sebagai pribadi tertutup
dan tidak mudah bergaul. Saya memandang pergaulan dengan
banyak teman dapat membuat saya emosi karena dalam
pergaulan pastinya banyak melakukan kesalahan bersifat prinsip,
seperti pulang malam, minum bir, dan sebagainya.
Pribadi kaku dan tertutup saya ini dipandang begitu
menyebalkan banyak perempuan yang saya dekati. Mereka
kesal karena saya tidak hentinya mengomentari orang lain yang
tidak sesuai dengan prinsip, seperti lelaki mencium kening
perempuannya di depan bioskop, atau perempuan memeluk
lelakinya saat di tangga berjalan.
Adakalanya kita perlu santai sedikit saat bersama dengan
orang lain. Dengan begitu, kita memiliki kesempatan untuk
menikmati hidup tanpa terkekang dengan prinsip.
7
4. BERTINDAK KONYOL DAN ANEH DI DEPAN UMUM
Saat masih menjadi siswa di sekolah menengah atas, saya
banyak ditolak perempuan sekelas karena mereka melihat saya
suka bertingkah laku konyol dan aneh di depan umum, seperti
mencorat-coret celana sekolah pada bagian lutut atau suka
datang tiba-tiba sambil berteriak tidak jelas memanggil nama
teman.
Para teman perempuan saya juga kesal saat melihat saya
memanggil nama mereka dengan sebutan sayang. Tidak hanya
itu, kadang saya suka keluar kelas telanjang dada usai olah raga.
Kekonyolan serta keanehan tingkah laku tersebut sama dengan
tingkah laku kekanak-kanakan alias jiwa belum dewasa.
Padahal, sebagian besar perempuan menginginkan
seorang lelaki dengan jiwa dewasa supaya mampu
mendampingi mereka menyelesaikan permasalahan hidup dan
bersama menjalani kehidupan penuh kebahagiaan tanpa
masalah. Paling mudah untuk mengubah tingkah laku konyol dan
aneh adalah dengan melihat perilaku orang lain di depan umum.
Berhentilah melakukan sesuatu yang mempermalukan diri sendiri
di depan umum.
Berhentilah mencari perhatian orang lain. Karena semakin
besar keinginan mencari perhatian orang lain, maka semakin
besar kekonyolan yang kita lakukan.
5. HIDUP TIDAK TERATUR DAN SEMAUNYA SENDIRI
Usai saya lulus menjadi sarjana, saya sempat menganggur
dan tidak mendapatkan pekerjaan. Suatu hari, saya
mendapatkan pekerjaan untuk mendesain buku acara kegiatan
wihara. Karena panitia memberikan tenggat waktu pendek,
maka saya mulai begadang untuk menyelesaikannya.
Kelelahan begadang membuat saya tidur di pagi hingga
siang hari. Akibatnya, hidup saya mulai tidak teratur. Rutinitas saya
8
menyelesaikan proyek selama dua minggu tersebut rupanya
berdampak tidak baik bagi proses pendekatan pada seorang
perempuan.
Kami menjadi jarang berkomunikasi hingga dia menjauhi
saya lalu menghilang pergi tidak tahu ke mana. Umumnya, setiap
orang tidak suka dengan mereka yang tidak dapat mengatur
hidupnya sendiri karena orang tersebut pastinya punya sikap
semaunya sendiri.
Bila sudah semaunya sendiri, akan berdampak pada
kehidupan di sekitarnya, seperti keluarga, tetangga, bahkan
orang lain. Untuk itulah, perempuan biasanya tidak mau
berhubungan dengan lelaki dengan hidup tidak teratur dan
semaunya sendiri. Mereka tidak mau terseret ke dalam
permasalahan yang rentan terjadi dari lelaki yang hidup tidak
teratur dan semaunya sendiri.
6. MUDAH MENCURAHKAN ISI HATI
Kesalahan berikutnya yang menyebabkan saya belum
mendapatkan seorang perempuan karena saya mudah
menceritakan kegelisahan hati saya pada orang lain. Saya
dengan mudahnya mencurahkan hati tentang perlakuan sang
calon pacar (gebetan) pada setiap orang yang saya kenal.
Akibatnya sang perempuan calon pacar merasa dipermalukan
di hadapan orang.
Tanpa kita sadari, perilaku kita yang gemar mencurahkan
hati pada orang lain mengenai sang calon pacar, sama dengan
merusak citra diri sang perempuan di hadapan orang. Wajar bila
semakin banyak kita bercerita tentangnya, semakin gebetan
berulah menjauhi kita. Sebab dia membenci kita. Dia berpikir
bahwa mendekati kita akan semakin merusak reputasinya di
hadapan orang lain.
9
Lalu saya menyadarinya dan berhenti untuk sembarangan
cerita pendekatan saya pada setiap orang. Saya lebih memilih
diam dan menyimpan setiap pengalaman pendekatan pada
gebetan. Saya merasakannya sendiri sebagai pengalaman
pribadi. Bila sukses pendekatannya, berarti pengalaman itu
menjadi pengalaman indah dalam kehidupan saya, sedangkan
bila gagal, ya saya cari perempuan lain dan mulai pendekatan
dari awal.
7. PANDAI BERGOSIP DAN MEMPERMALUKAN ORANG LAIN
Bagi perempuan, kehormatan seseorang menjadi utama
dalam sebuah kehidupan. Oleh karenanya, mereka akan merasa
kurang nyaman bila melihat seseorang dipermalukan di depan
umum. Begitu pula saat kita mempermalukan orang lain. Mereka
akan memandang kita kurang baik dan cenderung tidak
dewasa. Apalagi mempermalukan orang lain saat kita
membicarakannya bersama teman-teman lain.
Saat saya melakukan pendekatan pada seorang teman
perempuan di kampus, saya menghindari perbincangan
bersama teman di area umum. Sebab calon pacar akan mudah
melihat saya lalu salah paham dan menggagalkan semua
rencana pendekatan saya. Oleh karenanya, saya terbiasa
berbincang dengan teman di kelas atau di rumahnya.
Kalau kebiasaan bergosip dan membicarakan orang lain di
area umum ini terus kita pelihara, maka terimalah nasib untuk
selamanya jomblo.
Selepas saya memperbaiki ketujuh kekurangan saya di atas,
banyak teman perempuan perlahan mulai mendekati saya. Namun,
tetap saja tidak satu pun dari mereka bersedia menjadi pacar saya.
Pikiran saya kembali galau dan mulai membenarkan
kelemahan diri sendiri, seperti saya jelek, saya pemalu, saya miskin,
10
saya bodoh, dan sebagainya. Saya mulai kembali melakukan
kebiasaan lama, seperti jarang mandi, menutup diri, hingga saya
mengurangi pergaulan dengan teman dan saudara.
Suatu hari, seorang teman datang untuk bertukar pikiran
sekaligus mencurahkan isi hati. Sang pacar membuatnya jenuh dan
merasa mulai terbebani dengan hubungan tersebut. Selesai
mendengarkan ceritanya, saya lantas berpikir alasan sampai
sebuah hubungan itu tidak bertahan lama alias cepat putus. Lama
pikiran tersebut bersemayam di pikiran saya, hingga suatu hari, saya
menemukan jawaban atas kejenuhan sang teman saat menjalin
hubungan asmara dengan pacarnya.
Kejenuhan hubungan asmara yang menjadikan kita menjadi
jomblo lagi tak lain karena faktor internal dari dalam diri sendiri.
Adapun faktor internal tersebut, yakni Time (Waktu), Responsibility
(Tanggung jawab), Understanding (Pengertian), Solidarity
(Solidaritas), Touch (Inisiatif). Mari kita lihat penjelasannya.
1. TIME (WAKTU)
Kesibukan yang terkadang terjadi nyata atau alasan, lama
kelamaan akan memudarkan rasa cinta dan sayang kita pada
pasangan. Begitu pula sebaliknya. Apalagi kalau kesibukan itu
merupakan alasan belaka. Ada waktunya kita meluangkan
waktu sejenak untuk berwisata dengan pacar atau bersenda
gurau dengan keluarganya. Kita tidak akan merugi bila
meluangkan waktu sejenak untuk keluarga. Justru kita
mendapatkan keuntungan bila melakukannya. Berikan dia
kesempatan untuk merasakan kehadiran diri kita sepenuhnya
lahir dan batin. Sebab suasana tersebut memberikan
kenyamanan untuk merekatkan hubungan.
11
2. RESPONSIBILITIES (TANGGUNG JAWAB)
Kurang bertanggung jawab pada saat kegiatan
pendekatan ditandai dengan kurangnya kemampuan kita untuk
menjaga konsistensi dan komitmen selama pendekatan maupun
saat berpacaran.
Artinya kita harus serius mendekati satu perempuan sampai
cinta kita diterima atau ditolaknya. Janganlah kita pindah ke lain
hati saat pendekatan baru berjalan dua atau tiga hari. Bila kita
melakukannya terus menerus, semua perempuan akan menilai
kita sebagai sang predator atau pemberi harapan palsu.
3. UNDERSTANDING (PENGERTIAN)
Memberikan pengertian pada orang lain itu sederhana.
Cukup tidak mengganggunya saat dia tidak ingin diganggu dan
berhentilah memaksa untuk mengikuti pemikiran kita.
Cara melaksanakannya yaitu dengan menghentikan pola
pikir yang merendahkan kemampuan orang lain. Mengurangi
sikap agresivitas kita serta belajar untuk tenang di saat pasangan
sedang dalam masalah.
Kita juga belajar memberikan kesempatan bagi orang lain
untuk bicara dan menyampaikan gagasannya. Janganlah kita
berusaha mendominasi pembicaraan sebab orang tidak suka
terintimidasi atau tersudutkan dalam pergaulan.
4. SOLIDARITY (SOLIDARITAS)
Solidaritas sama dengan berbagi. Solidaritas sama dengan
senasib. Bila kita ingin mempunyai pasangan dalam hidup,
belajarlah dulu untuk berbagi dengan orang lain serta belajar
menempatkan diri dalam kehidupan orang lain sehingga kita
tidak merugikan mereka.
12
Solidaritas bukan berarti kita mengorbankan perasaan
untuk menyamakan diri dengan sang pacar. Bukan pula kita
mengubah kepribadian agar dia menganggap kita punya
kesamaan dengannya. Cinta itu bukan imitasi atau duplikasi
seseorang. Cinta itu kejujuran dan ketulusan untuk seiya sekata
dalam menjalani kehidupan bersamanya.
5. TOUCH (INISIATIF)
Inisiatif menjadi penting dalam hubungan asmara karena
pada dasarnya kita ingin dimengerti dan diperdulikan pasangan.
Inisiatif melebih perasaan melayani dan menyayangi, sebab
inistiatif memiliki arti bergerak otomatis saat melihat kesulitan
orang lain tanpa perlu suara permintaan tolong.
Rupanya, untuk mendapatkan cinta sejati, kita harus berjuang.
Kita tidak hanya memperbaiki faktor eksternal dan internal. Sebab
cinta datang karena terbiasa. Bila kita sendiri tidak mau
memperjuangkan cinta dengan memaksimalkan intensitas
pertemuan dengan target pacar, maka sulit baginya untuk
mengenal kita. Bila tidak kenal, akibatnya tidak akan sayang.
April 2017, saat saya menghadiri sebuah ujian sertifikasi
pembicara profesional di salah satu lembaga pendidikan wilayah
Bintaro, Jakarta Selatan. Seorang peserta lelaki bernama Yoga
menceritakan perjuangan cintanya. Yoga menjelaskan jerih
payahnya untuk mendapatkan sang istri. Bukan hanya
mengorbankan waktu, Yoga juga mengorbankan tenaga hingga
materi.
Mendengar cerita tersebut, saya tergelitik untuk
mendalaminya. Saya lalu berkenalan dengan Yoga dan menjalin
komunikasi melalui whatapp. Beberapa pertanyaan mendasar saya
sampaikan pada Yoga, seperti kapan mulai pendekatannya,
13
hingga pertanyaan bersifat pribadi tentang alasan memilih dia
sebagai istri.
Dalam ceritanya tersebut, Yoga berkisah bahwa dia harus
menulis surat cinta sebanyak 231 lembar. Semua surat tersebut
hanya sampai di gerbang rumah sang calon pacar. Kondisi tersebut
sama sekali tidak membuat Yoga putus asa. Dengan tekat bulat,
Yoga memberanikan diri datang ke rumah calon kekasihnya itu
untuk memastikan bahwa sang perempuan idaman membaca
semua suratnya. Ternyata sang pujaan hati Yoga belum pernah
sekali pun membaca surat tersebut.
Meski sakit hati menerima kenyataan tersebut, tetapi Yoga
tidak lantas berpaling dari kecintaannya pada sang idaman.
Disimpannya rasa cinta tersebut dalam hati sambil Yoga
melanjutkan kuliah serta menata dirinya menjadi lebih baik.
Lima tahun kemudian, sang pujaan hati memberikan jawaban
atas ratusan surat Yoga. Mereka pun menjalin hubungan serius lantas
menikah dan berumah tangga.
Bukan masalah waktu atau tenaga saat kita ingin mengubah
keadaan dari jomblo menjadi berpasangan. Keseriusan serta
ketulusan kita untuk menjalin hubungan asmara akan menjadi tiang
penopang cita-cita kita untuk mendapatkan seseorang yang
terbaik dan serasi dalam kehidupan kita.
Kita perlu ingat bahwa jomblo itu bukanlah penyakit
berbahaya atau sejenis virus mematikan yang perlu kita
khawatirkan. Saat kita masih jomblo, baiknya kita manfaatkan
kesempatan tersebut untuk belajar lebih baik sampai mendapatkan
setiap cita-cita dalam hidup. Bukan sebaliknya, jomblo dijadikan
alasan supaya lemah dan tidak bersemangat. Berhentilah menjadi
orang yang cengeng.
Justru di saat kita jomblo, kita punya banyak waktu untuk
berbuat lebih bagi orang-orang yang kita sayangi. Sehingga saat
14
kita sudah memiliki pasangan hidup, kita mampu mensyukurinya dan
menjaga hubungan baik dengan pasangan kita.
Tetap semangat dan selamat menikmati hidup supaya
mempermudah hidup menggapai sukses.
***
15
JATUH cinta sejuta rasanya. Siang malam selalu terbayang
wajah pacar sang kekasih hati. Tidak seorang pun menyangkal
pernyataan tersebut selama kita pernah merasakan namanya jatuh
cinta.
Dalam berbagai kesempatan, cinta selalu datang dan pergi
sesuka hatinya. Bila datang, hati kita terasa berbunga-bunga, tetapi
saat pergi, hati kita dipenuhi kesedihan mendalam bahkan bias
sampai menimbulkan trauma menahun.
Saat kita bertemu lawan jenis lalu merasakan jatuh cinta
padanya untuk pertama kali. Maka kita seperti berada di dalam
kapal saat menghadapi ombak besar di tengah laut.
16
Kita kehilangan keseimbangan hidup karena kebingungan
memikirkan proses hubungan dengannya. Kita berpikir bahwa
nantinya kita akan menjalani rutinitas tambahan yang akan menyita
lebih banyak waktu bersama mereka selama proses pacaran. Kita
terkurung dalam pikiran bahwa selama proses pacaran, kita tidak
dapat hidup bebas semaunya sendiri, lalu kita harus membagi
perhatian dengan pacar, bahkan ada pula yang berpikir bahwa
nantinya ada rutinitas antar jemput serta agenda malam mingguan.
Akibatnya terjadi tarik ulur di dalam pikiran dan hati kita untuk
melanjutkan perasaan cinta pada orang tersebut. Bahkan kita
berpikir untuk berhenti mencintainya dan menyerahkan cinta
pertama kita menjadi milik orang lain. Ironisnya, saat kita
menghadapi dilema hati tersebut, keinginan kita menjadi kenyataan
saat sang cinta pertama sudah menjadi pacar orang lain dan
mereka tidak bahagia.
Melihat ketidakbahagiaan sang cinta pertama dengan orang
lain membuat kita semakin terpuruk pada penyesalan. Kita
menyalahkan diri sendiri lalu memenjarakan hati dan perasaan kita
pada keputusasaan. Kita menghentikan proses pencarian jodoh
sendiri untuk merenungi kebodohan masa lalu yang terlambat
menyatakan cinta pada sang cinta pertama. Kita membuang
kesempatan lain untuk merasakan cinta dengan orang lain. Bahkan
ada sebagian orang justru menutup diri dan kesempatan untuk
menemukan cinta lain.
Pada kasus serupa, saat cinta pertama kita memilih orang lain,
maka kita akan berhenti memperhatikannya lalu beralih pada orang
lain dan membuka diri merasakan cinta baru untuk kehidupan masa
depan. Kita akan mendapatkan pacar pertama meski bukan cinta
pertama.
17
Cinta pertama memang berbeda dengan pacar pertama.
Cinta pertama biasanya berawal saat kita mengagumi lawan jenis
dengan sepenuh jiwa. Lalu kita selalu membayangkan senyuman,
tatapan mata, hingga suaranya. Hidup kita menjadi lebih bahagia,
lebih semangat, bahkan lebih bergairah melakukan aktivitas
terutama saat bersamanya. Sedangkan pacar pertama melebihi
cinta pertama karena kita mendapatkan kesempatan baik untuk
menjalin hubungan baik dengan orang lain yang mencintai dan
menyayangi kita sepenuh hati.
Namun ironisnya, bagi sebagian orang, mereka memandang
cinta pertama begitu berarti, sehingga tidak jarang saat mereka
tidak mendapatkan cinta pertamanya, maka mereka merasakan
kegagalan hidup, putus asa, lalu mencampakkan hidupnya sendiri
ke dalam perasaan sedih, bahkan mengondisikan diri untuk menolak
kesempatan mendapatkan kebahagiaan dengan orang lain.
Cinta pertama sesungguhnya bukanlah cinta utama dalam
menentukan kebahagiaan kita saat menjalani kehidupan. Cinta
pertama hanyalah simbol dari satu tahapan kehidupan dan bukan
suatu jaminan kebahagiaan saat kita mendapatkannya. Semuanya
dikembalikan lagi pada cara pandang dan pola pikir kita saat
memaknai hadirnya seseorang untuk kita kagumi dan kita cintai.
Seperti saat saya bertemu dengan seorang perempuan
bernama Kai saat masih menempuh pendidikan di sekolah
menengah pertama. Saya merasakan jatuh cinta pada pandangan
pertama. Putih wajah tanpa jerawat, lekuk indah tubuh Kai
membuat saya terbuai saat memandangnya dari kejauhan. Saya
pun membawa bayangan Kai dalam mimpi.
Di awal pertemuan kami, Kai tampak berbeda dari teman-
teman lainnya. Kemampuan bermain basket serta olah raga lain
membuat saya makin mengagumi sosok Kai. Kekaguman ini
bertambah saat kami mulai saling mengenal. Rutinitas sekolah
bersamanya membuat saya makin jatuh cinta pada Kai. Saya lalu
18
mengikuti semua ekstra kulikuler sekolah Kai. Termasuk basket hingga
pendidikan agama katolik. Bagi saya, tidak ada situasi dan kondisi
membahagiakan selain dapat melihat Kai dan selalu bersamanya.
Setahun berlalu, saya naik kelas dua. Saya rupanya sekelas
dengan Kai. Karena sekelas, maka hubungan saya dan Kai semakin
dekat. Saat itu, saya masih belum mengenal cinta. Saya hanya
bertekad untuk membuat Kai selalu tersenyum dan tertawa selama
dia di dekat saya. Segala upaya saya lakukan untuk Kai. Mulai dari
mengerjakan pekerjaan rumah, membuatkan karya lukis, sampai
mentraktirnya di kantin dengan uang jajan pas-pasan.
Hari-hari indah saya lalui dengan tekad mencintai Kai. Saya
pun tidak mempermasalahkan bila Kai akan membalas atau tidak.
Hingga suatu hari, seorang teman Kai datang menghampiri
saya. Dia pun berkata,"San, kamu mau ngga jadi pacarnya Kai?"
"Pacar? Ngga salah ya kamu?" jawab saya spontan sambil
menunjukkan wajah bingung.
"Iya, beneran. Kamu mau ngga jadi pacarnya?" tegas teman
Kai sambil menatap tajam ke mata saya.
"Em, kalau dia mau menerima saya apa adanya karena dia
perlu tau kalau saya dari keluarga pas-pasan. Kalau setuju ya saya
mau. Tapi kalau ngga bisa terima saya ya mohon maaf saya ngga
bisa jadi pacarnya. Saya ngga mau bikin dia sedih." jawab saya
serius seolah sudah mengerti arti cinta dan pacaran.
Mungkin jawaban itu disampaikan pada Kai. Sejak saat itulah,
Kai menjaga jarak dengan saya hingga kami berpisah setelah acara
perpisahan sekolah.
Ketika putus hubungan dan melanjutkan ke sekolah
menengah atas masing-masing, saya baru menyadari bahwa Kai
merupakan cinta pertama saya. Bersamanya saya merasakan
kebahagiaan dan kenyamanan sebagai seorang lelaki. Selanjutnya,
saya kesulitan untuk menemukan kembali seorang perempuan
seperti Kai selama melanjutkan sekolah. Ada pun perempuan
19
sebagai pacar, tetap perasaannya tidak sekuat dan senyaman saat
saya bersama Kai.
Cinta pertama memang begitu berkesan. Perasaan hangat
serta romansanya begitu kental menyelimuti hati dan pikiran kita.
Meski begitu, tetap saja kehidupan harus berjalan. Kita tidak dapat
mempertahankan sang cinta pertama selamanya. Adegan dalam
film kehidupan lain harus kita perankan agar pertunjukkan kita selesai
dengan sempurna.
Cinta pertama memang bukan sandiwara satu babak yang
mudah berlalu cepat. Cinta pertama juga bukan sinetron dilema
hati berkepanjangan yang menyita waktu serta pikiran dalam
suasana sedih berkelanjutan. Cinta pertama ibarat sepenggal puisi
indah berjuta makna untuk dikenang dalam hati sebagai
penyemangat hidup dan motivasi untuk menjalin hubungan
romantis bersama pujaan hati sejati kita.
Waktu terus berlalu hingga tahun 2002. Tujuh tahun berlalu,
saya belum bisa melupakan Kai. Bayangannya selalu menghantui
hidup saya. Bayangan Kai masih erat membelenggu jiwa dan pikiran
saya. Rasa kehilangan mendalam masih terus membayangi saya.
Segala cara saya lakukan untuk mencari keberadaan Kai. Namun,
hasilnya tetap nihil. Melalui media sosial Facebook juga tidak
mendapatkan respon darinya.
Saya berusaha mencari tahu keberadaan Kai sebab saya
mendengar dari seorang teman bahwa Kai tinggal di Surabaya,
Jawa Timur untuk menghindari masalah di Jakarta. Saya ingin
membantu mengatasi masalah hidupnya. Tetapi saya tetap tidak
menemukan informasi mengenai keberadaan Kai.
Saat itulah, saya mulai melepaskan Kai dari pikiran. Belenggu
cinta semu Kai saya lepaskan dari hati. Saya memasrahkan nasibnya
pada Tuhan agar saya dapat memperoleh ketenangan dan tidak
terus teringat Kai. Lalu Saya mulai membuka hati sedikit demi sedikit
untuk mencari cinta lain untuk masa depan.
20
Kai memang begitu berarti dalam hidup dan perkembangan
kepribadian saya. Cinta pertama untuk Kai begitu mewarnai
perjalanan hidup saya untuk beberapa tahun. Saya begitu
mendambakan bertemu dengan Kai untuk sekedar berbincang
ringan seperti dulu. Menatap matanya yang jernih hingga
memegang tangannya. Namun, saat waktunya sudah berubah,
saya harus menguatkan diri untuk meninggalkan impian dan
harapan ini agar pasangan saya mendapatkan cinta sepenuhnya
dari hati dan pikiran saya.
Mencintai seseorang haruslah seperti cinta kita pada sang
cinta pertama. Penuh ketulusan, memandangnya netral tanpa
pamrih, serta rela mengorbankan apapun untuk melihat dia
bahagia. Bila kita tidak dapat meraihnya, berikanlah seluruh hati dan
perasaan kita untuk pasangan nyata di samping kita, sebab mereka
jauh lebih bermakna dan penting dibandingkan dengan cinta
pertama yang hanya berada di khalayalan. Belajar melepaskan
cinta pertama dari pikiran kita jauh lebih bijaksana dari pada
mengingatnya lantas melukai perasaan pasangan kita.
Sebab hidup merupakan tanggung jawab pribadi. Hanya kita
yang mampu membahagiakan diri sendiri. Dengan keberanian
untuk bangkit dari keterpurukan cinta pertama, maka kita membuka
peluang lain mendapatkan kualitas hubungan lebih baik dengan
orang lain.
***
21
SAYA mengenal perempuan bernama Ida saat menjadi wali
kelas di bulan 14 pada salah satu sekolah swasta di kawasan
Tangerang, Banten. Kulit kuning langsat Ida membuatnya tampak
cantik alami dengan tingginya sekitar 168 cm. Mata besar di antara
rambut panjang tergurai lemas yang menutupi pundaknya
menambah kharisma keibuan. Begitu tenang saat saya menatap
dirinya.
Awal perkenalan kami saat pertemuan singkat di kantor tata
usaha. Saat itu, saya ingin mengambil barang dari seorang teman.
22
Saya tidak mengetahui kalau Ida akan ditempatkan menjadi
seorang guru kelompok bermain.
Saat istirahat makan siang, saya kembali ke ruang guru sambil
membawa sejumlah buku dan atribut mengajar lainnya.
Setiba di ruang guru, sahabat saya, Rain, datang lalu
mendekati saya dan berbisik, “Bro, ada perempuan baru ya? Cantik
sekali dia!”
“Di sini mah memang banyak perempuan cantik.” jawab saya
sambil meletakan barang di atas meja, “terus gue harus bilang wow
gitu?”
“Lu kalau lihat dia, pasti lu terbelalak karena takjub!”
tambahnya dengan mata berbinar-binar.
“Sudah tahu gue. Kan tadi pagi gue lihat dia diskusi sama Pak
Didu - Kepala sekolah kami.” jelas saya sambil mengajak Rain ke
kantin sekolah mencari makanan.
Saat saya dan Rain menyusuri lorong gedung di lantai dua,
kami berpapasan dengan Ida. Jendela gedung yang terbuka lebar
meniup rambut Ida. Harum rambut serta geraian rambutnya
membuat kami berdua terpesona hingga hampir saja menabrak
tembok pembatas tangga. Belum sempat kami berdiri tegak
kembali, Ida sudah menyapa kami, “Hai, Bapak berdua. Kalian guru
di sini ya?”
“Iya benar. Kamu siapa?” jawab kami kompak. Ida
merupakan perempuan tercantik di sekolah itu sebab guru
perempuan lainnya sudah lebih senior dari kami.
Di saat bersamaan, saya melihat wajah Rain merah merona
sambil tersenyum lebar hingga terlihat lesung pipinya. Tanpa basa
basi, kami mengajak Ida makan siang bersama di kantin sekolah. Ida
lantas banyak cerita tentang masa lalu dan perjalanan karirnya.
Kurang dari sebulan, saya, Rain, dan Ida sudah berteman baik.
Setiap sekolah mengadakan kegiatan, kami bertiga selalu
mengerjakannya bersama. Tidak ada niatan saya untuk menjadikan
23
Ida sebagai pacar atau istri. Saya hanya menganggap Ida sebagai
sahabat sama seperti saya menganggap Rain.
Namun, tanpa saya sadari, hubungan saya dan Ida semakin
dekat. Tidak terasa kami sudah saling mengenal satu semester. Di
saat itulah saya merasakan perubahan sikap Ida. Perhatian yang
semula biasa saja, sekarang bertambah. Biasanya kami mengambil
makanan sendiri-sendiri, tetapi saat itu, Ida mengambilkan makanan
untuk saya. Lalu Ida juga kerap menerima pelukan dari saya.
Berbagai kesempatan itu saya anggap biasa. Saya tetap
memperlakukan Ida sebagai sahabat dan tidak lebih dari itu.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Tanpa saya sadari,
saya jatuh cinta pada Ida. Setiap malam, wajah Ida mengganggu
tidur saya. Senyuman serta lesung pipi Ida mulai menghantui saya.
Bayangan Ida seolah tidak ingin pergi jauh dari pikiran saya. Bahkan
saat mengajar di kelas, diam-diam saya mencuri pandang ke
ruangan guru untuk melihat Ida. Sulit rasanya untuk melupakan
begitu saja wajah Ida dari rutinitas saya. Karena saya mulai
merasakan dan menyadari bahwa cinta itu bukan rumus
matematika atau fisika yang jelas aturannya. Cinta itu datang
seketika dan langsung menggetarkan jiwa.
Saya mulai kecanduan dengan hadirnya Ida dalam rutinitas.
Rasanya malas untuk pulang dan selalu ingin bersama Ida. Saya
akhirnya putuskan untuk bicara empat mata dengan Ida untuk
mengungkapkan isi hati. Saya mencari kesempatan yang baik untuk
menyatakan cinta. Saya lalu mengumpulkan keberanian untuk
bilang cinta pada Ida. Saya mengajak Ida ke lokasi penembakan
cinta.
“Ida, aku cinta kamu. Aku sayang kamu. Maukah kamu jadi
pacarku.” kata saya perlahan penuh makna.
Ida terdiam mendengarnya.
24
“San, sepertinya aku ga bisa terima kamu. Aku cuma anggap
kamu sebagai teman ga lebih dari itu.” jawab Ida dengan wajah
kaku.
Lalu Ida berpaling dan pergi meninggalkan saya.
Sejak itu, sikap Ida berubah. Dia perlahan menjahui saya.
Begitu pula Rain. Mereka menghindari saya saat kami bertemu.
Hingga beberapa bulan kemudian, Ida mengundurkan diri. Lalu
disusul Rain. Waktu itu saya hanya merasa bahwa mereka berdua
butuh pekerjaan baru yang lebih baik. Padahal Rain dan Ida terlibat
cinta lokasi. Keduanya saling jatuh cinta dan menjalin asmara.
Bahkan mereka berdua sudah merencanakan untuk menikah.
Mengetahui kenyataan tersebut, saya patah hati. Saya
merasa dikhianati dua sahabat sekaligus. Saya tertekan dan
terpuruk dalam hidup. Pekerjaan terasa menjenuhkan. Murid-murid
juga tampak menyebalkan dan sulit dikendalikan. Emosi saya
meningkat dan saya berubah menjadi guru yang galak. Akibatnya,
kinerja saya menurun hingga banyak orang tua murid protes atas
tindakan saya pada putra-putri mereka.
Memang tidak mudah saat percintaan bersinggungan
dengan persahabatan. Kita akan dihadapkan pada dilema
perasaan serta mengalami kesulitan untuk memilih sang perempuan
atau sang sahabat.
Saya akhirnya lebih memilih persahabatan. Saya ingin melihat
Rain dan Ida bahagia. Lalu saya mundur dan tidak melanjutkan
pendekatan pada Ida. Saya tidak mau memaksakan cinta pada
orang yang tidak membalas cinta kita. Makna cintanya juga akan
sirna karena kita hanya memiliki raga, sementara batinnya tetap
memikirkan orang lain. Bila kondisi tersebut terjadi, kebersamaan kita
dengan pasangan hanya akan menjadi bom waktu yang dapat
meledak sewaktu-waktu. Akan lebih baik bila kita berpikir bahwa
memiliki seribu sahabat masih kurang dan memiliki satu musuh
sangat banyak.
25
Akhirnya, seiring berjalannya waktu, saya perlahan dapat
merelakan hubungan mereka. Saya lebih memilih mencari
pasangan lain dibandingkan harus merusak hubungan
persahabatan kami. Kerelaan saya terasa dalam perbaikan
hubungan kami. Sapa saya melalui media sosial ditanggapi baik
Rain dan Ida. Kami pun kembali menjalin hubungan baik yang
sempat terputus akibat kesalahpahaman cinta segitiga.
Harga persahabatan lebih besar dibandingkan cinta. Tetapi
bukan berarti kita menipu hati demi menjaga perasaan sahabat kita.
Bila dia lebih memilih kita, ya jangan paksakan dia untuk memilih
sang sahabat. Kita maju untuk membahagiakan dia. Namun bila dia
lebih memilih sahabat kita, ya kita mundur perlahan untuk
memberikan mereka jalan menuju kebahagiaan.
Segala sesuatu tidak dapat dipaksakan, sebab paksaan akan
meracuni setiap kebahagiaan yang terbentuk di dunia ini. Jalani
saja penuh kerelaan dan ketabahan agar hidup kita menjadi bebas
dan bahagia.
Seperti mahasiswa saya bernama Rian. Saya mengenalnya
sejak semester dua. Kami mulai dekat sejak liputan bersama untuk
menyelesaikan sebuah tugas di daerah Brebes, Jawa Tengah.
Saya dikenalkan pada keluarga, pacar, serta sejumlah teman
dekatnya. Pertemuan kami setiap hari membuat saya mengerti
karakter Rian dan pacarnya. Saya melihat bahwa Rian begitu
sayang dan mencintai pacarnya, tetapi pacar justru mengabaikan
perasaan tersebut.
Mereka berdua sering terlibat konflik ringan lalu membesar
hingga akhirnya putus. Namun, selang beberapa waktu, keduanya
kembali romantis seolah tidak pernah terjadi suatu masalah. Drama
cinta putus nyambung ini terus berulang sampai beberapa kali.
Perilaku tersebut bahkan menjadi hiburan tersendiri bagi teman-
teman mereka di kampus. Bahkan para mahasiswa menghafalkan
mereka.
26
Kalau Rian tidak bersama sang pacar, itu artinya mereka putus.
Lalu teman lain langsung bertaruh bahwa dalam waktu singkat
keduanya akan mesra kembali. Taruhan itu sering kali terbukti hingga
saya putus asa menasihati keduanya.
Kejadian putus nyambung ini terus berulang hingga selesai
liburan semester ganjil. Lama tidak ke kampus, saya dikejutkan Rian
di hari pertama mengajar.
“Pak, saya mau curhat nih. Berat banget hidup saya.” sapa
Rian di kantin kampus.
“Waduh, saya ada kelas nih.” jawab saya, “boleh kita
ketemuan habis Magrib?”
Rian diam saja tidak menjawab saya. Lalu saya pun
melanjutkan mengajar dan menjalani rutinitas lain seperti biasa.
Beberapa hari kemudian, saat saya berbincang dengan
mahasiswa lain di kantin kampus, Rian datang menghampiri saya.
Lalu dia bercerita tentang kegalauannya yang sempat tertunda
waktu itu.
“Pak, saya beneran putus dengan pacar saya.” kata Rian
membuka percakapan kami.
“Loh, kenapa?” tanya saya penasaran.
“Dia selingkuh dengan sahabat saya.” jawab Rian dengan
nada sedih, “dia tidur dengan sahabat saya.”
“Astaga, masa sampai begitu?” sambung saya penuh tanda
tanya.
“Jadi gini, Pak. Waktu itu, kami ikut pertemuan komunitas musik
di Jakarta. Sahabat saya datang dari Jawa Tengah sebagai pengisi
acara. Saya kenalin dah sahabat saya sama pacar. Ga tahunya
pacar saya suka sama sahabat saya. Terus tanpa sepengetahuan
saya, mereka berdua pulang ke Jawa Tengah. Mereka lalu pesta
minuman keras sampai mabuk.” cerita Rian perlahan, “habis itu
mereka melakukan hubungan suami istri.”
27
“Astaga! Kok kamu bisa tahu? Kan kamu tidak ikut?” tanya
saya terkejut.
“Jadi mereka rupanya sudah saling lirik waktu acara komunitas
itu, Pak.” jelas Rian, “saya putus asa dan saya sudah putusin
selamanya.”
Mendengar peristiwa itu, saya hanya menasihati Rain agar
menerima kenyataan lalu bangkit kembali dari pengkhianatan yang
lebih menyakitkan dari pada pengalaman saya.
Saya pikir istilah temen makan temen itu tidak ada, tetapi
melalui peristiwa ini membuka mata dan pikiran saya bahwa cinta
dapat berubah seketika. Seorang sahabat baik hendaknya saling
menguatkan saat melihat sang teman sedang sakit. Bukannya justru
menjadi penghianat yang mengambil kebahagiaan sang teman.
Perjuangkan pasangan yang layak kita perjuangkan meski
tantangannya adalah sahabat sendiri. Mengalah pada sahabat
menjadi pilihan terakhir saat kita menyadari bahwa sang calon
kekasih lebih menyukai sang sahabat.
Urusan cinta urusan masa depan. Salah memilih pasangan,
salah pula jalan hidup kita. Begitu pula saat memilih sahabat. Salah
pilih sahabat, hidup kita semakin terpuruk.
***
28
PERTEMUAN saya dengan Dian terjadi melalui media
sosial. Berawal dari sapaan "salam kenal", gayung pun bersambut.
Kami lalu berbincang seputar kehidupan dan cita-cita. Saya
mengetahui bahwa Dian adalah adik kelas di universitas saat saya
mengintip album foto media sosialnya. Selanjutnya, saya mengajak
Dian bertemu untuk memastikan bukti foto hasil temuan tadi.
Janji pertama saya gagal. Alasan Dian tidak ada waktu karena
kesibukan di kantor. Saya tidak menyerah. Saya membuat janji
kedua dan berhasil. Kami pun berjumpa di kantin kampus.
29
Pertemuan ini saya rancang malam sepulang kerja. Begitu pun Dian.
Pada pertemuan pertama ini, saya melihat Dian sebagai gadis lugu
penuh semangat. Tubuhnya mungil dengan wajah tidak terlalu
cantik dan kulit sawo matang. Karena sudah terlanjur janji, saya pun
mengajaknya berbincang sambil menenggak secangkir kopi susu
kesukaan saya di kantin kampus.
Malam makin larut hingga kami putuskan untuk pulang.
Sebagai lelaki, saya tawarkan untuk mengantarkan Dian pulang ke
rumah. Awalnya Dia menolak, tetapi karena malam membuat
jalanan gelap, akhirnya Dian pun setuju untuk saya antar. Ternyata
rumahnya tidak jauh dari kampus. Kami hanya berjalan sekitar tiga
ratus meter. Di depan pagar, Dian melarang saya masuk. Dari situlah
saya baru mengetahui kalau ternyata Dian menyewa kamar. Rumah
tersebut bukan rumahnya melainkan indekos.
Saya tidak memaksa. Usai pamit, saya menyalakan mesin
motor, lalu putar arah dan pulang.
Keesokan harinya, saya kembali menyapa Dian melalui media
sosial. Ternyata Dian demam dan tidak masuk kerja. Membaca
pesannya itu, saya merasa bersalah. Saya merasa bahwa sakitnya
Dian karena pertemuan kami pada malam sebelumnya. Saya
merasa bertanggung jawab atas sakitnya Dian. Lalu sepulang
mengajar, saya meluangkan waktu untuk ke indekos menjenguk
Dian. Kedatangan saya ke indekos rupanya membuat Dian terkejut.
Dian sempat menolak saya. Dia menyuruh saya pulang dan tidak
usah mengkhawatirkannya.
Saat itu saya menuruti permintaannya. Saya letakan buah di
rak sepatu depan kamarnya, lalu saya pulang tanpa marah
ataupun sedih. Pulang ya pulang dalam hati saya.
Kejadian itu ternyata memberikan pandangan lain bagi Dian.
Malam harinya, Dian menulis pesan singkat. Dian minta maaf karena
berkelakuan tidak sopan dengan mengusir saya tadi sore. Obrolan
kami pun berlanjut. Dian tampaknya mulai membuka hati menerima
30
saya. Diakhir obrolan, Dian meminta waktu untuk bertemu saya.
Kangen katanya. Dian justru memberikan alamat kantornya supaya
saya dapat menjemputnya. Saya menyanggupi dengan membalas
pesan Dian menggunakan simbol tersenyum.
Sore di hari berikutnya, saya menjemput Dian ke kantornya.
Saya membawakan roti isi untuk Dian sebagai pengganjal lapar
selama perjalanan pulang. Selama perjalanan pulang, Dian sama
sekali tidak memegang pinggang saya. Dian lebih memilih untuk
memegang besi di belakang kursi motor. Setiba di indekos, Dian
meminta saya masuk. Padahal waktunya kurang lebih sama saat
saya mengantarkan tempo hari. Saya menurutinya tanpa banyak
bicara. Kami pun berbincang di dalam kamar indekos Dian hingga
tengah malam.
Hari berganti hari. Genap sebulan berkenalan, kami menjadi
akrab. Dian mulai bercerita tentang kehidupan pribadinya. Intensitas
pertemuan kami pun bertambah. Tanpa kami sadari kami sudah
saling jatuh cinta. Dian sudah tidak canggung untuk memegang
pinggang saya saat pulang bersama. Bahkan Dian bersedia
mengenakan pakaian tidurnya saat berbincang dengan saya
sepulang kerja. Kedekatan ini saya anggap luar biasa. Hidup saya
seolah sudah dipatok pada hidupnya.
Bulan berikutnya, saya memberanikan diri menyatakan cinta.
Di luar dugaan saya, Dian bersedia menjadi pacar saya. Kami pun
berpacaran.
Menjalin hubungan asmara dengan Dian berjalan baik. Waktu
terasa berjalan lambat penuh kebahagiaan. Kami lantas
meningkatkan obrolan seputar pernikahan. Tanggapannya begitu
datar dan tidak sesuai harapan saya. Dian lalu mengajak saya
bertemu orang tua dan dua adiknya. Rumah keluarga Dian cukup
jauh dari Tangerang. Perjalanan pulang ke rumah Dian selama dua
hingga tiga jam.
31
Sejak itu, setiap hari sabtu, saya mengantarkan Dian pulang ke
rumah untuk bertemu keluarganya. Melihat saya, respon keluarga
sangat baik. Saya selalu dijamu dengan makanan enak setiap
datang ke rumah orang tua Dian. Tidak ada kecanggungan sekali
di antara kami.
Sampai suatu hari, di tengah hujan lebat, saya mengantarkan
Dian pulang ke indekosnya. Tubuh kami berdua basah meski kami
sudah mengenakan jas hujan. Pakaian Dian melekat erat
membentuk lekukan tubuhnya. Begitupun pakaian saya. Di saat
itulah, kami melakukan tindakan yang dilarang Tuhan. Kami
berhubungan intim layaknya suami istri. Saya mengambil
keperawanannya dengan alasan cinta.
Selesai berhubungan intim, saya merasa sangat berdosa. Saya
merasa tidak mempunyai harga diri karena sudah melecehkan
kesucian seorang perempuan. Sementara Dian hanya diam.
Matanya tajam menatap saya. Lalu dia menangis di atas tempat
tidurnya. Beberapa saat kemudian, Dian berdiri dan berbisik di
telinga saya, "Sayang, kamu harus mencintaiku sampai aku mati."
Selanjutnya, saya mulai mengenalkan Dian pada ayah dan
ibu. Dian lalu diajak menghadiri pesta ulang tahun dari salah satu
saudara. Pesta ulang tahun tersebut ternyata dihadiri keluarga besar
saya. Dian bertemu dengan dua puluhan saudara saya. Dengan
malu-malu, Dian mencoba mengakrabkan diri bersama mereka.
Pertemuan ini membuat kami semakin dekat. Saya memberanikan
diri mengajak Dian kedua kalinya untuk menikah di tahun berikutnya.
Saya dan Dian lalu menjalani hubungan asmara layaknya
suami istri lebih awal. Saya mulai mengajaknya berhubungan intim
rutin dengan durasi tanpa batas, termasuk saat mandi. Bahkan
pernah suatu hari saya menginap di indekos Dian hingga Bapak
pemilik indekos datang menggeledah kami. Saya hanya
bersembunyi di belakang lemari tanpa mampu berbuat banyak.
32
Tindakan saya pada Dian sungguh melebihi perilaku pada istri atau
wanita malam sekalipun. Di situlah saya merasa berdosa besar.
Hubungan intim berhenti usai Dian mengalami infeksi pada
dinding rahimnya. Menstruasinya tidak teratur hingga terjadi hampir
sebulan penuh. Saya lalu meminta Dian untuk memeriksakan
kesehatannya ke dokter. Hasilnya mengejutkan, Dian terserang
penyakit kelamin karena sering berhubungan intim. Bahkan
bakterinya sudah masuk ke dinding rahim. Bila tidak segera diobati,
maka bakteri tersebut dapat merusak dinding Rahim lalu
mengakibatkan kemandulan.
Penyakit Dian membuat saya berpikir untuk menyudahi
hubungan. Saya tidak bersedia menikahi perempuan yang tidak
sanggup memberikan anak. Pikiran jahat tersebut membuat saya
mengurangi intensitas pertemuan dengan Dian. Di samping itu,
kondisi kesehatan ayah saya menurun hingga membuat saya harus
menemaninya di rumah bersama ibu. Hubungan saya dan Dian
menjadi renggang. Kami hanya berkomunikasi melalui ponsel. Tidak
ada lagi pertemuan setiap hari. Pertemuan seminggu sekalipun
hanya bersifat biasa.
Hingga suatu hari, kesehatan ayah memburuk. Ayah muntah-
muntah dan panas tinggi. Saya lalu mengabari Dian. Namun Dian
justru meresponnya dingin dan justru meminta saya menemaninya di
indekos karena dia ketakutan. Saya marah dengan cara Dian
merespon kabar ayah sakit. Saya menolaknya untuk ke indekos.
Telepon saya tutup dan sibuk mengurusi ayah. Mendengar
percakapan kami, ibu ikut marah. Ibu lalu meminta saya
memutuskan Dian. Saya menolaknya. Saya lalu ceritakan hubungan
intim kami. Ibu terkejut. Ibu menampar saya dan mengatakan saya
berdosa. Ibu meminta saya bertanggung jawab atas perbuatan itu.
Permasalahan malam itu bertumpuk di pikiran saya. Sampai
tengah malam, ayah sekali lagi muntah. Tubuhnya mulai dingin dan
akhirnya ayah meninggal dunia. Saya sedih luar biasa. Saya
33
menghubungi teman ibu untuk mengantarkan kami ke rumah sakit.
Tetap saja, ayah sungguh sudah meninggah dunia. Semua alat
deteksi dokter menunjukkan ayah memang meninggal dunia.
Selesai merapikan administrasi rumah sakit, saya dan ibu
mengantarkan jenazah ayah ke rumah duka. Kami
memandikannya, merapikan busana terakhirnya, lalu
membawanya ke ruang duka. Saya lalu menghubungi semua
keluarga mengabarkan meninggalnya ayah. Suasana duka terasa
menyelimuti kami saat itu.
Saat suasana mulai tenang, saya menghubungi Dian lagi. Saya
memintanya untuk datang memberikan perhormatan terakhir bagi
ayah dan sekaligus membantu kami melayani para tamu pelayat.
Dian pun datang. Usai memberi penghormatan terakhir, Dian lalu
duduk di teras rumah duka. Dia asik memainkan ponselnya tanpa
pedulikan tamu. Saya sudah meminta tolong untuk membantu kami
menyiapkan makanan ringan khas rumah duka, tetapi Dian tidak
bersedia dan justru sibuk dengan ponselnya.
Melihat kelakuan Dian, ibu lalu berdiri dan menarik saya ke
kamar di belakang peti jenazah. Saat itulah, ibu memaksa saya
memutuskan Dian. Ibu tidak suka dengan Dian dan tidak merestui
hubungan kami lagi. Ibu bahkan mengancam akan bunuh diri agar
ikut ayah. Saya tidak dapat berbuat banyak. Saya lalu menghampiri
Dian dan mengajaknya pulang ke indekos. Setiba di indekos, saya
sampaikan pesan ibu. Dian menampar saya. Dian meminta
pertanggungjawaban saya untuk menikahinya. Saya berusaha
menenangkan Dian dan memintanya untuk bersabar. Saya lalu
berusaha untuk meyakinkan ibu bahwa saya bisa mengubah
perilaku Dian. Ibu hanya tertawa mendengarnya. Ibu tetap meminta
saya memutuskannya.
Usai mengkremasi ayah dan melarung abu jenazahnya, saya
melanjutkan hubungan dengan Dian secara diam-diam alias back
street. Beberapa kali saya bertemu dengan Dian. Namun saat itu
34
saya tidak berani lagi mengetubuhi Dian. Bukan karena penyakitnya,
melainkan karena saya sudah bertobat.
Hubungan berjalan begitu saja hingga orang tua Dian
menekan saya untuk menikahinya. Saat itu, keuangan saya belum
mantap. Saya masih belum sanggup membina hubungan rumah
tangga. Akhirnya, saya sampaikan pada orang tua Dian.
Tekanan menikah dari orang tua Dian membuat saya semakin
takut menemuinya. Saya menjaga jarak dengan Dian hingga
akhirnya saya putuskan untuk menyudahi hubungan kami. Saya
semakin merasa berdosa saat Dian memaafkan perbuatan kami.
Dian lalu menghilang dengan membuang nomor telepon
genggamnya serta memblokir semua akun media sosial saya.
Saya sebagai seorang yang berakhlak dan beragama,
sungguh merasakan hina dan berdosa besar pada Dian. Meminta
maaf dengan bersujud pun rasanya kurang untuk menghapus dosa
saya. Selanjutnya, kami tidak lagi saling berkomunikasi.
Saya bertobat. Saya bersumpah tidak lagi berpacaran sampai
melewati batas dengan berhubungan intim sebelum menikah. Saya
lalu menyampaikan pesan ini pada setiap perempuan agar mereka
jangan mau melakukan hubungan intim saat pacaran, sebab
dampaknya begitu besar bagi diri sendiri maupun pasangan
mereka.
Saya juga banyak berpesan pada mahasiswa untuk menjaga
hubungan asmara pada taraf wajar. Dengan melakukan pacaran
wajar pada waktunya, maka hasilnya pun akan memberikan
kebahagiaan sepanjang hidup.
Berhentilah mengambil kehormatan perempuan dengan
alasan cinta. Sudah saatnya kita berkelakuan terhormat sebagai
manusia dan bukan seperti hewan. Menjaga kehormatan wanita
yang kita cintai berarti kita menghormati dan menghargai
penderitaan Ibu yang sudah melahirkan kita.
***
35
KEINGINAN saya untuk mencintai Wina hanyalah pelarian
usai saya mengalami beberapa kali kegagalan cinta dengan
sejumlah perempuan. Saya berpikir untuk mencari pacar dari teman
SMA atau teman SMP, sebab tidak mungkin bila saya memacari
teman kuliah karena kebanyakan dari mereka laki-laki. Adapun
teman perempuan gayanya terlalu tomboi seperti laki-laki sehingga
tidak cocok dengan saya.
Hari itu, saya sedang senggang dan tidak terlalu sibuk menulis
naskah berita. Saya pun melihat media sosial mencari teman
36
perempuan yang masih jomblo. Usai beberapa jam tenggelam
dalam pencarian, akhirnya saya menemukan profil Wina. Di foto
profilnya, Wina tampak berubah dibandingkan waktu kami masih
sekelas di salah satu SMA wilayah Tangerang, Banten. Tubuh Wina
makin seksi. Wajah tirus dan rambut lurus berwarna hitamnya menarik
perhatian saya untuk menyapanya. Syukur-syukur masih jomblo
sebab Wina tidak menuliskan keterangan apapun di dalam profil
media sosialnya.
Percakapan pun terjadi. Saya menyapanya dulu, lalu Wina
langsung balas. Wah, jodoh nih, dalam hati saya. Percakapan kami
berlanjut membicarakan keburukan saat sekolah dulu, pacar kami
masing-masing, hingga impian masa depan. Semuanya mengalir
begitu saja dengan nikmatnya.
Karena ingin menjajaki hubungan ke arah pacaran, saya
meminta ijin untuk bertemu langsung dengannya di depan sekolah
kami dulu. Wina menolak untuk bertemu di depan sekolah melainkan
meminta saya untuk menjemput di kantornya. Saya
menyanggupinya untuk bertemu di sana. Sepulang kerja, saya
langsung berangkat menuju ke wilayah Jakarta Utara. Tidak terlalu
jauh dari kantor karena masih satu wilayah.
Setiba di depan kantor Wina, saya melihat sosoknya. Saya
sempat terkejut karena Wina berubah dari segi tampilan fisik. Saya
sempat berpikir bahwa keluarga Wina tambah kaya. Lalu saya
berpikir untuk melanjutkan hubungan ini ke arah lebih serius dengan
mengajaknya pacaran lalu menikah. Selesai berbincang sebentar,
saya mengantarkan Wina menuju ke indekosnya tepat di belakang
kantor.
Kami pun melanjutkan komunikasi intensif selama beberapa
hari sampai pertemuan berikutnya. Berbekal niat kurang baik itu,
saya mulai melancarkan sejumlah rayuan untuknya. Kebohongan
demi kebohongan ditambah dengan sikap mengalah, saya mulai
menarik perhatian Wina. Sampailah suatu hari, saya menganggap
37
situasinya romantic, lantas saya mengatakan cinta pada Wina.
Siapa sangka dia menerima saya menjadi pacarnya.
Sejak kami berpacaran, Wina mengajak saya ke rumahnya di
wilayah Tangerang, Banten untuk bertemu orang tua serta adik
perempuannya. Saya mau tidak mau mengikutinya. Pertama kali
saya tiba di rumah Wina, saya terkejut atas kondisi keluarganya.
Sang ayah rupanya sakit-sakitan. Sementara sang ibu hanya
berjualan es batu. Adik perempuannya bekerja di Jakarta sebagai
staf dan sama sekali tidak menunjukkan bahwa mereka keluarga
kaya.
Saya mencoba untuk berpikiran positif. Saya menenangkan
diri untuk mengikuti arusnya. Saya tetap dengan rencana awal untuk
menahan diri sekaligus menyelidiki kekayaan keluarga mereka. Saya
beranggapan bahwa pertemuan pertama kali tidak mungkin bila
mereka membuka diri terlalu besar terutama bicara soal harta dan
kekayaan. Saya hanya diam dan meneruskan hubungan asmara
dengan Wina.
Sebulan kemudian, saya mulai mengetahui banyak hal
tentang keluarga Wina. Kondisi mereka sungguh di luar dari
bayangan saya. Mereka hanya keluarga biasa dan rumah tempat
tinggal itu hanyalah milik perusahaan sang paman. Mereka hanya
tinggal sementara di rumah itu karena sang ayah bekerja
membantu usaha milik sang paman.
Mengetahui status sosial mereka tidak jauh dari kehidupan
saya saat itu, saya mulai berencana untuk menyudahi hubungan
kami. Saya mulai beralasan saat Wina mengajak saya bertemu atau
menjemputnya. Saat keinginan itu timbul, Wina menambah
keyakinan saya dengan cerita bahwa fisiknya tidak sehat. Wina
punya sejumlah pantangan makanan karena makanan itu dapat
memicu alergi hingga harus masuk rumah sakit.
Astaga!
38
Tidak mungkin bila saya menikahi perempuan dengan kondisi
fisik yang mudah alergi dengan sembarang makanan. Saya berpikir
bila kondisi alerginya timbul saat kami pergi bersama keluarga besar,
saya harus mengurusinya dan tidak dapat bekerja dengan baik.
Tekat saya bertambah kuat untuk memutuskan hubungan
kami. Saya mulai mencari-cari alasan agar Wina membenci saya.
Beberapa kali telepon dan pesan singkat, saya melancarkan jurus
merengek butuh perhatian. Saya menerornya dengan jurus itu
hingga Wina meresponnya dengan kemarahan.
“San, kamu bisa ga sih dewasa sedikit!” balasnya dalam
sebuah pesan singkat, “masa aku harus selalu memperhatikan kamu
dan segala aktivitasmu? Memangnya aku ini tidak kerja apa?”
Saya hanya diam tanpa membalas pesan singkatnya lagi. Lalu
beberapa jam kemudian, saya kembali mengirimkan pesan singkat.
“Yang, kok kamu diam aja sih. Please deh, posesifin aku dong!”
tegur saya dalam sebuah pesan singkat.
Wina lalu marah dan membalasnya, “Berisik kamu! Aku nih lagi
kerja. Sudahlah, jangan kayak anak kecil terus kek! Kamu tuh udah
dewasa!”
Kata anak kecil dalam pesan singkat dari Wina dapat saya
jadikan alasan untuk memutuskan Wina. Saya dapat beralasan
bahwa saya tersinggung atas kalimatnya tersebut. Pesan singkat
balasan saya berikan padanya. Saya marah pada ucapannya dan
meminta putus.
Sejak itu, kami resmi putus dan saya kembali jomblo.
Dalam hubungan asmara, kita harus mendasarinya dengan
pemikiran dan tujuan positif serta menghindari pemikiran dan tujuan
negatif, sebab pemikiran dan tujuan negatif akan membuat kita
kesulitan untuk menentukan arah dalam hubungan tersebut.
Terutama bagi para perempuan akan sangat menyedihkan bila
menjalani hubungan dengan lelaki yang penuh intrik dan tipu
muslihat selama menjalani masa pacaran.
39
Ada beberapa cara yang saya lakukan agar cinta penuh intrik
tidak terbaca oleh pasangan saat itu.
1. Pujian Tidak Pada Tempatnya. Umumnya perempuan
senang sekali mendengar pujian walaupun pujian tadi
tidak pada tempatnya. Mereka yang mengatakan tidak
suka pun sebenarnya tersipu malu di dalam hati. Untuk itu,
banyak lelaki memanfaatkan kelemahan perempuannya
agar modus atau upaya negatif mereka dapat dengan
mudah terlaksana. Cara mengatasinya mudah. Ujilah cinta
mereka dengan sejumlah permintaan yang melibatkan
hati dan pengorbanan. Supaya mereka yang hanya
menebar cinta palsu dapat berpikir untuk menyudahinya
karena kelelahan untuk mewujudkan semua permintaan
perempuan yang mengurasi energy serta perasaan.
2. Mengalah Untuk Melakukan Sesuatu di Luar Batas.
Misalnya, dalam kondisi hujan, sang pacar meminta tolong
untuk membelikan katak berwarna biru, sedangkan di
setiap toko menjual katak umumnya berwarna hijau atau
pink. Permintaan ajaib seperti itu menjadi tantangan
tersendiri bagi pacar untuk menguji kesetiaan kita.
Seharusnya, bila pacar yang serius menjalani hubungan,
mereka akan menolaknya dengan halus dan tidak begitu
saja melakukannya, kecuali mereka dengan modus
tertentu, maka mereka akan mencarinya dengan penuh
kesabaran untuk meujudkannya.
3. Mengacuhkan Kesalahan Prosedur Dalam Kehidupan
Pacar. Umumnya pacar dengan modus tertentu tidak mau
melibatkan diri untuk mengkoreksi kesalahan dari
pasangannya. Mereka cenderung diam dan
mengacuhkan kesalahan yang terjadi. Alasannya
sederhana karena mereka tidak ingin pacarnya marah lalu
memutuskannya. Mereka berpikir bahwa koreksi kesalahan
40
untuk sang pacar akan membuatnya marah lalu
memutuskan hubungan dengan mereka. Sehingga dari
pada mereka diputuskan tanpa mendapatkan sesuatu
dari keluarga sang pacar, lebih baik mereka
mengacuhkan saja, dan justru menghindari permasalahan
tersebut. Misalkan, sang pacar menginvestasikan hartanya
pada saham perusahaan tidak jelas. Kita diam saja tanpa
berkomentar untuk mengingatkan bahayanya bila dia
mengalami kerugian. Kita tidak berusaha untuk campur
tangan memberikan pandangan lain agar dia selamat
dari kerugian di kemudian hari. Dan bila dia sungguh
mengalami kerugian lalu bangkrut, sang pacar justru pergi
meninggalkannya dengan kerugian untuk mencari pacar
kaya lainnya.
Selain cinta dengan modus negatif, kita juga sering menjalani
hubungan dengan seseorang dengan alasan pelarian. Menjalani
cinta karena pelarian dari kegundahan serta kegalauan hati akan
berdampak negatif bagi hubungan itu sendiri. Bagi sang pelaku, dia
akan menganggap pacar barunya seperti boneka lucu yang dapat
dipermainkan dengan mudah. Dia beranggapan bila sang pacar
sekedar formalitas agar dia selamat dari kecaman dan hinaan dari
para teman. Cintanya tidak bulat pada pacar sehingga saat ada
konflik besar, biasanya hubungan itu akan mudah putus karena
cinta mereka penuh kepalsuan. Sementar bagi korbannya, mereka
akan kesulitan mengembangkan diri sendiri, karena bagi sang
pacar, mereka selalu dibandingkan dengan sang mantan. Semakin
mereka mengalah, maka semakin terjerumuslah kita pada
kepalsuan cinta dan rawan terjadi perselingkuhan. Sebab, saat sang
pacar dengan cinta pelariannya menemukan pasangan lain yang
dianggap lebih sesuai untuknya, maka mereka tidak segan-segan
meninggalkan hubungan asmara dengan sang pacar.
41
Alangkah lebih baik bila kita menjalani hubungan asmara
karena cinta dan bukan karena kasihan. Sebab saat kita menerima
kekurangan pasangan di masa pacaran, akan berdampak
perceraian di masa berumah tangga. Kekurangan dari pasangan
kita hendaknya kita koreksi bersama selama masa pacaran. Dengan
begitu, kita sanggup menerima kekurangan pada sang pacar. Kalau
pun tidak dapat diperbaiki dan cenderung mengulang terus tanpa
perubahan dalam kurun waktu tertentu, lebih baik kita putus lalu
mencari pasangan lain yang lebih ideal bagi kita.
Berhentilah bersandiwara selama menjalani hubungan
asmara. Sebab drama setiap babaknya dapat menguras energi kita
hingga tidak tersisa. Bersikaplah jujur pada diri sendiri lalu
berusahalah untuk menyesuaikan keinginan satu dan lainnya agar
hubungan dapat selalu bahagia.
***
42
PEPATAH yang mengatakan jodoh, harta, sakit, tua, dan
mati semua diatur Tuhan tampaknya benar saat kita mendapatkan
pacar dari kota beda provinsi. Seperti saya dan Amanda saat itu.
Amanda berasal dari Palembang, Sumatera selatan. Dia
datang ke Jakarta selama lima hari untuk mendalami pelajaran
penulisan naskah televisi di tempat kerja saya. Hari pertama kenalan
dengannya, saya langsung merasakan kenyamanan saat bersama
Amanda. Begitu pula dengannya. Karena kami saling nyaman,
maka kami akrab dan mampu berkomunikasi dengan baik.
43
Selanjutnya kami berdua mulai jalani kebersamaan. Hari demi
hari kami jalani untuk saling mengenal satu sama lain. Usai kerja, saya
jemput Amanda di rumah temannya. Saya ajak dia berkeliling
Jakarta. Tidak satupun detik saya lewatkan untuk bersamanya. Saya
pandangi matanya yang bersinar, rambutnya yang panjang hitam,
sampai saya tidak ingin melepaskan tangannya.
Di hari ketiga, tanpa saya duga, saya memintanya menjadi
pacar. Kalimat permintaan itu keluar begitu saja dari mulut saya.
Suasana malam penuh nuansa romantis ditambah gemerlap
bintang dan cahaya bulan, makin mendekatkan kami berdua.
Amanda tampak semakin cantik dan mempesona. Saya sampai
bersumpah tidak akan mengecewakan dan meninggalkannya.
Hingga tengah malam, kami bersama penuh romansa.
Keesokkan harinya, kami kembali melanjutkan acara jalan-
jalan. Jadwalnya mengunjungi seorang teman lama Amanda di
sebuah apartemen wilayah Cengkareng, Jakarta Barat. Pertemuan
dengan sang teman terasa seperti keluarga. Kami berbincang
panjang lebar tentang semua kejadian. Amanda tidak sungkan
menceritakan kekurangannya di hadapan kami semua. Tawa
canda mewarnai kegiatan hari itu. Hangatnya keluarga begitu
kental saya rasakan.
Waktu berjalan cepat. Kebersamaan kami di Jakarta harus
berakhir. Amanda harus pulang ke rumahnya di Palembang. Sedih
dan gundah menyelimuti hari-hari saya. Hilang semua kegairahan
hidup. Saya berpikir bahwa tantangan asmara jarak jauh segera
datang dan menghantui rutinitas berikutnya. Amanda pun
berangkat dengan pesawat pagi. Saya hanya mengucapkan
kalimat hati-hati melalui pesan singkat dari telepon genggam. Saya
harus liputan ke luar kota. Saya tidak pernah bermimpi untuk
menjalani sebuah hubungan jarak jauh. Saya merasakan beban hati
terbesar dalam hidup.
44
Saya mengerti benar bahwa sebuah hubungan jarak jauh
haruslah disertai sebuah komitmen tinggi dan kesetiaan menjaga
hubungan melalui komunikasi intensif. Tanpa keduanya maka
sebuah hubungan jarak jauh akan berakhir kosong dan kandas
tanpa sisa. Saya kembali menanyakan hal itu pada diri sendiri. Saya
pastikan bahwa saya siap dengan keduanya untuk
mempertahankan cinta kami berdua. Dilema serta kegalauan
tingkat dewa menyelimuti hati saya. Berontak dan berteriakpun saya
tidak sanggup. Nasi sudah menjadi bubur. Semua toh sudah terjadi.
Amanda sudah jauh di pulau lain. Tinggal cerita indah tersisa di
antara kami. Tinggal cara saya sendiri untuk mempertahankan cinta
dan sayang agar tidak memudar.
Perkiraan saya benar. Meskipun saya sudah maksimal
menjaga stabilitas komunikasi dan konsistensi cinta pada Amanda,
ternyata tidak sebaliknya. Amanda mulai menjaga jarak. Beberapa
kali telepon saya ditolaknya. Sejumlah pesan singkatpun diabaikan
tanpa balasan. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk
menemuinya di Palembang. Saya menghubungi Amanda untuk
meminta alamat rumah. Dia memberikan lengkap hingga rukun
tetangga (RT) dan rukun warga (RW). Saya meminta ijin untuk ke
rumahnya melalui pesan singkat.
Beberapa jam kemudian, Amanda menelepon saya. Dengan
nada dingjn dan acuh tak acuh, dia melarang saya
mengunjungjnya ke Palembang. Saya menanyakan alasan
larangannya itu. Tanpa menjawab, Amanda langsung menutup
telepon. Saya mengirim kembali pesan singkat mendesaknya
memberikan alasan larangannya itu. Pesan saya tidak kunjung
dibalas. Lalu saya kirimkan pesan berikutnya berisi kalimat paksaan
kalau saya akan menyusulnya ke Palembang.
Amanda lalu membalasnya, "Kalau kamu ke Palembang,
kamu mau tidur di mana? Rumah aku kecil dan tidak mungkin kamu
menginap di rumahku. Lagi pula kita kan belum menikah, apa kata
45
tetangga nanti? Sudahlah, kamu jangan ke sini. Tunggu aja, nanti
juga aku ke Jakarta lagi kok."
"Aku harus bertemu kamu, Beb." balas saya.
"Untuk apalagi? Kita kan sudah tidak ada hubungannya lagi."
balas Amanda.
Membaca pesan singkat itu, saya makin terkejut. Saya lalu
menelepon Amanda untuk.memgklarifikasi maksudnya
mengatakan bahwa kami sudah tidak ada hubungannya lagi.
"Halo..." telepon saya dijawab Amanda, "kok kamu bisa bilang
kalau kita tidak ada hubungannya lagi?"
"Sandy, aku ngga ingin kamu sedih kalau mengetahui bahwa
aku ngga mau nikah. Aku ngga mau berkeluarga. Bagiku
mengenalmu saat di Jakarta hanya untuk menemaniku, tapi karena
kamu baik dan perhatian sama aku, maka aku bilang iya waktu
kamu nembak aku jadi pacarmu." jelas Amanda.
Mendengarkan ucapan Amanda, telepon saya lalu terjatuh ke
lantai. Saya langsung duduk lemas tidak bertenaga. Saya sedih,
kecewa, marah, hingga benci padanya. Saya tidak dapat berkata-
kata lagi. Semua pandangan saya menjadi gelap. Tubuh saya
gemetaran dan tidak sanggup berdiri tegak. Saya merasa terbuang
dari kehidupan. Saya lalu menangis terseduh-seduh untuk beberapa
menit.
Usai sedikit lega, saya rapikan telepon selular dari lantai, lalu
menghidupkannya kembali. Sebuah pesan singkat lalu berebut
masuk ke telepon selular saya. Pesan dari Amanda salah satunya.
Pesan tersebut berbunyi, "Sandy, maafin aku ya harus jujur sama
kamu. Maafin kalau aku ga bisa lanjutin hubungan ini. Meski begitu
kamu tetap menjadi teman terbaikku."
"Oke kalau begitu. Bye!" pesan balasan saya untuk terakhir
kalinya.
Setelah itu, saya tidak pernah lagi menghubungi Amanda baik
melalui pesan singkat maupun telepon. Bagi saya, Amanda sudah
46
menjadi masa lalu dan bukan saatnya lagi saya terus
memikirkannya. Pertunjukkan harus tetap berjalan.
Saat kita menjalani hubungan asmara jarak jauh, ada
beberapa hal yang perlu kita perhatikan dengan cermat agar tidak
memicu keretakan atau kehancuran dalam hubungan tersebut.
1. LUPAKAN KALIMAT: YANG PENTING PERCAYA
Hubungan jarak jauh harus dipersiapan dengan matang.
Termasuk kepastian status masa depan atau tujuan akhir
dalam sebuah proses pacaran, yakni menikah dan
berkeluarga.
Kalimat: YANG PENTING PERCAYA AJA, membuat kita
terlena pada aktivitas lalu membuat sang pacar menjadi
terabaikan. Bila pacar terabaikan, akibatnya komunikasi akan
rusak dan berakhir putusnya hubungan asmara.
2. JANGAN PERNAH MENYAMAKAN KONDISI MASING-
MASING
Menjalani hubungan pacaran jarak jauh, seperti kita
hidup di dua dimensi berbeda. Kita tidak saling tahu kondisi
masing-masing. Untuk itu, jangan pernah menyamakan kondisi
masing-masing. Kita harusnya saling bertukar cerita seputar
kejadian yang kita alami sepanjang hari.
Dengan pertukaran cerita, maka secara otomatis kita
menjalin kedekatan dengan pacar nun jauh di sana. Selain itu,
pandai-pandailah menciptakan suasana ceria saat
komunikasi berlangsung.
Pakailah kalimat ringan (tidak baku) dan menyenangkan
untuk menciptakan kenyamanan pada pasangan kita.
Kalimat berat (baku) membuat suasana menjadi formal dan
lama kelamaan menjadi tidak nyaman.
47
3. TIDAK PERLU MENYALAHKAN SINYAL DAN KUOTA
Tantangan saat menjalani hubungan jarak jauh ya sinyal
dan kuota. Sinyal berhubungan dengan telepon serta pesan
singkat, sedangkan kuota berhubungan dengan panggilan
video atau pertukaran informasi melalui aplikasi telepon
selular.
Tantangan tersebut harus kita terima dengan lapang
dada. Tidak ada alasan biaya mahal dan tidak punya uang.
Kalau alasan itu kita gunakan, maka menunjukkan kita tidak
setia dan melanggar komitmen dalam menjalani hubungan
asmara.
Kalau kita sungguh cinta dan sayang dengan pacar,
maka kita kerja yang rajin untuk menghasilkan uang sebagai
modal menjalani hubungan jarak jauh. Kalau sudah tahu pulsa
mahal, lantas kita hanya mengandalkan uang bulanan dari
orang tua tanpa mau bekerja, maka pasti sulit menjalani
hubungan jarak jauh.
Komunikasi dalam hubungan jarak jauh memang
menjadi hal terpenting. Oleh karenanya, kita harus rutin untuk
berkomunikasi dengan pacar. Karena rutin, kita harus
bergantian saat telepon atau saat melakukan panggilan
video. Kita juga harus saling bergantian menahan rasa kantuk
saat hubungan kita beda waktu yang cukup signifikan.
Misalkan: Indonesia – Amerika Serikat, Indonesia – Arab Saudi,
Indonesia –Jepang atau Indonesia – RRC.
Kalau ego kita utamakan dan malas berkomunikasi
dengan alasan ngantuk, ya akibatnya hubungan jarak jauh
menjadi sekedar percaya saja. Akibatnya, 80 persen
hubungan jarak jauh berakhir putus.
48
4. KALAU BERTEMU BERHENTILAH MEMBUAT PERSELISIHAN
Bagi pasangan baru yang menjalani hubungan jarak
jauh, biasanya saat bertemu kembali, kita justru kebingungan
saat memulai melakukan sesuatu bersama. Akhirnya, kita
menghabiskan waktu untuk berdiam diri tanpa aktivitas
apapun. Rasa canggung menekan pikiran dan logika kita
untuk mengajaknya berbicara atau melakukan aktivitas
bersama lainnya.
Tetapi bagi pasangan yang mampu mempertahankan
hubungan jarak jauhnya lebih dari satu tahun biasanya saat
bertemu, mereka cenderung berkomunikasi menggunakan
hati bukan hanya logika. Akibatnya, mereka sering kali
terjebak pada rutinitas salah paham. Seharusnya, saat
bertemu, kita dan pasangan membincangkan masalah
kekinian dan melakukan aktivitas positif lainnya sambil
menjaga kehangatan melalui perkataan yang baik dan positif.
Dengan begitu, kesan saat berpisah nanti menjadi indah
dikenang di tempat masing-masing.
Kesempatan selama menjalani hubungan jarak jauh begitu
mahal. Bukan saatnya untuk berdebat mengenai masalah sepele
dan tidak bermanfaat. Saat perbedaan pandangan timbul dalam
hubungan jarak jauh, perbedaan itu hendaknya dipandang
sebagai warna lain untuk memperindah hubungan kita.
Menahan diri merupakan kunci dasar bagi kita untuk
mempertahankan hubungan tersebut. Kita harus mampu melihat sisi
positif dalam setiap kondisi yang terjadi selama hubungan jarak jauh
berlangsung. Selanjutnya, sabar dan berkorban menjadi kunci
berikutnya untuk memaklumi kondisi dari pasangan yang berada
jauh dari kita.
Seorang teman bernama Junita tinggal terpisah dengan
suaminya. Dia menetap di Kota Tangerang, Banten bersama sang
ayah, sedangkan sang suami menetap bersama keluarganya di
49
Kota Jambi. Hubungan seperti ini terjadi karena keduanya punya
aktivitas masing-masing yang sulit ditinggalkan. Junita mempunyai
usaha perjalanan, sementara sang suami bekerja dengan jabatan
baik di perusahaannya.
Junita akhirnya memutuskan untuk menjalani hubungan jarak
jauh dengan sang suami sama seperti saat mereka pacaran. Junita
dan sang suami melihat bahwa hubungan jarak jauh ini bukan lagi
ujian cinta dan kesetiaan, melainkan warna tersendiri untuk
memperindah rumah tangga. Tidak ada lagi kecemburuan di antara
mereka, tidak ada lagi keegoisan dalam memutuskan keinginan
mereka.
Bagi Junita, komunikasi menjadi berharga dan kebersamaan
menjadi harta terindah, sehingga saat mereka bertemu, Junita dan
suami hanya membahas kebahagiaan dan sama sekali
menghindari perselisihan yang dapat timbul dari hal-hal sepele.
Tidak ada lagi alasan untuk menolak hubungan jarak jauh saat
kita sudah menyiapkan diri untuk menjalaninya. Berhentilah menutup
diri untuk cinta dari kota yang berbeda dengan kita. Bila kita suka
dan cinta dengannya, jalani saja. Nikmati setiap kondisi yang kita
alami bersama dan berjuanglah untuk mendapatnya.
***
50
TIDAK dipungkiri bahwa kita seringkali masih mengingat
mantan pacar saat baru beberapa hari putus cinta. Tetapi bukan
berarti kenangan sang mantan terus meracuni pikiran bahkan
menghantui rutinitas kita dengan kenangan indah saat berdua
dengannya.
Lucunya, kita sering terbawa suasana saat melihat orang lain
berduaan dengan pacarnya. Mereka berbahagia, sedangkan kita
menangis karena mengingat waktu bersama sang mantan.
Banyak orang berkata bahwa mantan adalah terindah dalam
hidup kita. Pernyataan ini sebenarnya hanya seperti narkoba yang
bersifat menenangkan pikiran lalu pada akhirnya membuat kita
51
menjadi kecanduan dan berhalusinasi. Akibatnya, hidup kita
menjadi berantakan dan cenderung mengalami tekanan batin
karena menyimpan ketidakrelaan melihat mantan bersama dengan
orang lain.
Istilah mantan terindah pada kenyataannya salah. Kalau
mantan dikatakan terindah, seharusnya kita tidak memutuskannya,
melainkan menjadikan sang mantan menjadi manten atau
menikahnya. Kalau kita dan pacar sampai putus di tengah jalan,
maka peristiwa tersebut bukanlah terindah, melainkan terburuk
dalam kehidupan.
Seorang mantan seharusnya sudah tidak lagi kita anggap
penting dalam hidup karena mereka saja belum tentu
menghiraukan kita lagi. Bahkan parahnya mereka menganggap kita
sebagai barang bekas yang tidak dapat didaur ulang lagi. Mereka
membuang kenangan kita lantas sama sekali tidak mau mengenal
kita lagi. Kalau seperti itu, kita justru akan disalahkan dunia karena
masih menyimpan harapan untuk kembali padanya.
Memang sebagian dari kita memutuskan hubungan karena
emosi sesaat, lantas ketika emosi sudah mereda, kita menyesali
keputusan tersebut lalu berharap cinta lama bersemi kembali.
Segala upaya kita lakukan untuk mendapatkan cinta sang mantan.
Termasuk mengorbankan harga diri untuk mengemis cinta padanya.
Padahal saat kita mengemis cinta pada mantan, justru
membuatnya menjadi semakin tinggi hati dan menganggap remeh
kita sebagai pribadi yang tangguh. Jadi, lupakan saja mantan agar
kita berani menatap hidup lebih baik bersama orang lain.
Dalam sejumlah kasus, sering kali kita bertemu dengan pacar
yang masih mengenang mantannya. Kenangan mereka pada sang
mantan begitu kuat hingga terkadang menjadi pemicu munculnya
kebiasaan membandingkan antara kita dengan mereka.
Beri waktu bagi sang pacar untuk merasakan hubungan
barunya bersama kita. Wajar bila dalam satu bulan pertama
52
pacaran, dia masih terbayang sang mantan. Justru kurun waktu itu,
kita manfaatkan untuk menampilkan kepribadian sendiri agar sang
pacar perlahan melupakan sang mantan. Bukan sebaliknya, kita
justru berperilaku seperti sang mantan hanya untuk menarik
perhatian sang pacar. Dengan adanya kita berperilaku seperti sang
mantan, maka kita sendiri membuat sang pacar semakin berat
melupakan sang mantan. Akibatnya, Sang pacar akan semakin
tenggelam pada kenangan masa lalunya lalu perlahan
meninggalkan kita. Akibatnya, Sang pacar akan semakin
tenggelam pada kenangan masa lalunya lalu perlahan
meninggalkan kita.
Bagi para perempuan, mudah bagi mereka untuk
menyembunyikan perasaannya pada sang mantan. Bahkan bagi
sebagian perempuan, kenangan pada sang mantan ditunjukkan
saat bersama kita. Mereka tidak segan mengomentari tindakan kita
lalu membandingkannya dengan sang mantan. Bahkan mereka
seringkali mengeluarkan kalimat pamungkas “kalau begini kamu ga
beda dari dia.” atau “Dia lebih baik dari kamu.” Agar kita menuruti
kemauannya.
Sekali atau dua kali, kalimat pamungkas tersebut dapat
membungkam pacar kita, tetapi bila berulang kali kita ucapkan,
maka sang pacar akan bosan lalu meninggalkan kita.
Seharusnya, mantan sama sekali tidak kita hiraukan. Kita harus
menyadari bahwa setiap hubungan baru pastinya akan
memberikan warna baru dalam kehidupan kita. Kita justru harus
belajar untuk memperbaiki kesalahan dan berusaha tidak
mengulangi kesalahan yang sama.
Selain itu, Kita juga harus mengerti bahwa pacaran itu sebagai
proses belajar untuk mendewasakan diri, menemukan jati diri, serta
saling berbagi dengan orang lain yang kita cintai.
53
Untuk itu, kita harus memastikan bahwa hubungan kita
dengan sang mantan sungguh selesai dan tidak berbuntut panjang
pada rutinitas selanjutnya.
Bila hubungan pacar dengan mantannya belum selesai dan
masih banyak masalah hati, lebih baik kita meminta sang pacar
untuk menyelesaikan dulu semuanya agar hubungan baru dengan
kita dapat berjalan serius dan tidak terus berada dalam bayangan
masa lalu. Masalah hati di masa lalu itu melelahkan jiwa dan raga.
Terutama bila masa lalu itu kembali diungkitnya saat terjadi
perdebatan dengan kita.
Saat saya pacaran dengan seorang perempuan bernama
Sindi di pertengahan tahun 2011. Saya sama sekali tidak mengira bila
dia seorang single parent. Saya pikir suaminya kerja di luar kota lalu
Sindi dan Riko, putranya tinggal di rumah orang tua. Setahun
mengenalnya, saya mengajukan diri untuk membuat program baru
di stasiun televisi lokal tempat kami bekerja.
Proses pembuatan tayangan baru tersebut mendekatkan
kami secara mental. Cinta lokasi pun terjadi. Perhatian saya pada
Sindi ditanggapi serius. Saya mulai diajak bermain ke rumahnya
dengan tujuan mendekatkan saya pada Riko. Saat itu, saya tidak
merasa canggung sama sekali. Saya justru menikmati moment
bersama Riko. Begitu pula sebaliknya, Riko pun cepat akrab dengan
saya.
Sebulan kemudian, Sebelum hubungan kami melangkah lebih
lanjut, Sindi mengakui statusnya sebagai seorang janda dengan
anak satu. “San, aku ini janda beranak satu loh.” kata Sindi perlahan
di hadapan saya.
Mengetahui statusnya janda, saya sempat terkejut. Salah
sasaran nih, pikir saya sesaat sambil menatap dalam matanya. Tapi
ya coba saya jalani dulu.
“Kamu kenapa, San? Ada yang salah dari aku?” tanyanya
kembali sambil menepuk pundak saya.
54
“Oh, maaf, maaf, aku gapapa kok.” jawab saya sedikit
terkejut.
Hari pun berlalu. Hubungan kami makin mendekat. HIngga
suatu malam, Riko meminta Sindi mengajak saya menemaninya tidur
di kamar mereka. Awalnya saya sungkan, tetapi karena rengekan
Riko, akhirnya saya menurutinya. Riko mengambil buku cerita
bergambar, lalu meminta saya untuk membacanya.
“Om, tolong bacain ini ya? Aku suka cerita ini.” pinta Riko
sambil menyodorkan buku di hadapan saya.
“Oke, sebentar ya.” jawab saya sambil memperbaiki posisi
duduk di bangku kecil di samping kasur. “suatu hari…”
Belum selesai saya membacakan buku, Riko sudah tertidur
pulas memeluk guling kecilnya yang sedikit kumal. Saya dan Sindi
pun keluar untuk melanjutkan obrolan kami hingga larut malam.
Mengetahui Riko dapat menerima saya, kami pun akhirnya
berpacaran. Hari-hari sebagai sepasang kekasih, tidak terlalu
banyak perubahan. Hanya saja, saya mendapat tugas tambahan
antar-jemput Sindi. Saya anggap kegiatan ini wajar karena kami pun
satu kantor.
Tanpa terasa jadwal saya berubah. Semula pulang kantor
langsung ke rumah, sekarang saya harus mengantarkan Sindi pulang
ke rumahnya, lalu membantu memandikan Riko, sampai
menemaninya bermain dan tidur. Hidup saya memang lebih
berwarna, tetapi kelelahan juga meningkat. Saya nikmati saja proses
pacaran seperti itu karena saya memilihnya untuk bersama Sindi.
Banyak anggota keluarga mencibir hubungan kami. Mereka
menyayangkan kalau saya harus menjalin hubungan dengan
seorang janda. Mereka bahkan berusaha untuk mengenalkan saya
dengan perempuan lain yang lebih muda.
Hari berganti bulan, hubungan kami mengarah pada
pernikahan. Mengetahuinya, seorang paman melarang saya untuk
menikahi Sindi.
55
“Kamu tuh kayak tidak laku saja sih sampai mau menikah sama
janda!” Tegas paman saya saat pertemuan keluarga di perayaan
Imlek.
Mendengarnya saya hanya berdiam diri. Terserah saya sih mau
pacaran atau nikah sama siapa! Pikir saya di saat diam
mendengarkan kata tajam dari paman.
Hubungan kami terus berlanjut tanpa mempedulikan urusan
lainnya. Show must go on! Semua harus sesuai rencana. Keinginan
keras kami untuk menikah, rupanya dirasakan semua anggota
keluarga. Ibu saya pun akhirnya memberikan restu serta menerima
keberadaan putra Sindi. Melihat restu ibu, membuat anggota
keluarga besar tidak berdaya dan perlahan mendukung hubungan
kami. Paman pun perlahan melunak dan bersedia membantu
mencarikan tempat resepsi pernikahan.
Saat kebahagiaan menuju pernikahan, hubungan kami
mendapatkan cobaan besar. Sindi ingin kembali bekerja di Taiwan.
Bahkan dia ingin menemui sang mantan suami. Perasaan saya
menjadi gelisah. Saya marah sekaligus sedih. Keputusannya tidak
dapat dihalangi lagi, bahkan Sindi mengundurkan diri dari kantor,
untuk menjahui saya. Kami memutuskan untuk berpisah sebagai
pacar tetapi sepakat untuk berhubungan sebagai teman.
Beberapa bulan kemudian, Sindi memberi kabar
keberangkatannya ke Taiwan. Saya hanya memberikan selamat
dan tidak lagi mencampuri terlalu dalam.
Selama menjalin hubungan dengan Sindi, saya banyak belajar
bahwa saat kita mencintai seseorang, kita harus konsentrasi
menjaga komunikasi serta berupaya memaksimalkan komitmen
untuk selalu berpikiran positif. Konsentrasi pada pacar membuat kita
memiliki kemampuan untuk melupakan mantan. Tidak ada lagi
alasan bagi kita untuk memasukkan mantan dengan urusan masa
lalu dalam diskusi maupun candaan saat bersama pacar.
56
Kita menjadi tidak adil saat membicarakan mantan dengan
pacar, apalagi kita mengajak pacar untuk mengurusi kegiatan
mantan. Segala kegiatan berhubungan dengan mantan pastinya
akan membuat kita mengalami dilema hati, lalu kita akan
membandingkan pacar dengan mantan. Nostagia masa lalu
dengan mantan akan kita ingat kembali. Akhirnya, kita disibukkan
kembali untuk memilih sang pacar atau sang mantan.
Pengalaman berpacaran dengan Sindi juga membuat saya
belajar cara untuk melupakan mantan dan mengutamakan pacar.
Caranya dengan mengingat kembali penyebab kita putus
dengannya. Bayangkan bila mantan melakukan tindakan tersebut
saat kita menikahinya. Dampak dari perceraian lebih luas dari
sekedar putus pacaran.
Misalkan sang mantan menyelingkuhi kita saat pacaran. Kita
marah lalu memutuskannya. Bila suatu hari sang mantan kembali
merayu kita untuk kembali menjalin hubungan dengannya, kita
harus berani menolaknya. Penolakan kita harus berdasarkan
pemikiran bahwa sang mantan pastinya kembali mengulangi
perselingkuhan dengan lelaki lain, lalu dia meninggalkan kita. Lebih
baik putus sekarang dari pada menjadi kanker yang merugikan diri
sendiri.
Selama saya menjalin hubungan dengan Sindi, saya juga
menyadari bahwa kita harus tulus mencintai pacar. Melalui
ketulusan ini, kita akan mengarahkan pikiran pada rasa syukur lalu
bermuara pada kerelaan menerima pacar secara utuh tanpa
memintanya untuk melakukan penambahan atau pengurangan
dalam hubungan kita.
Gagal move on, hanyalah kemalasan batin yang dibuat
drama kehidupannya agar seolah-olah menyedihkan. Padahal,
mudah saja untuk kita melupakan mantan untuk mendapatkan
pacar baru. Trauma putus cinta juga alasan kita untuk menutup
ketakutan kita pada kondisi baru dengan pacar baru. Kita terlalu
57
banyak alasan ajaib untuk membungkus kesakitan hati sendiri pada
perubahan positif. Sudahi semua trauma kita dengan
memberanikan diri melihat peluang untuk menguntungkan hidup
sendiri. Setidaknya kita berpikir bahwa hidup berdua dengan pacar
akan lebih mudah dibandingkan hidup sendiri.
Tahun 2004, saya pacaran dengan seorang perempuan
bernama Ami. Dengan pekerjaan saya sebagai wali kelas. Saya
memberanikan diri untuk berpacaran dengan Ami. Di awal
pacaran, pekerjaan Ami sebagai kepala sekolah bukanlah
hambatan buat kami. Rutinitas bekerja, pacaran di malam minggu,
lalu kencan di akhir pekan, kami jalani begitu saja tanpa melihat
perbedaan usia, pekerjaan, agama, maupun harta. Kami bisa
menjalaninya dengan kerelaan satu sama lainnya. Bahkan sering
kali, Ami mengeluarkan uang untuk membayar tagihan makan kami.
Setengah tahun kemudian, semua berubah 180 derajat. Ami
mulai dingin dan tidak lagi memperhatikan saya. Setiap kali ke
rumahnya, saya disambut biasa dan tidak lagi seistimewa di awal
pacaran. Satu bulan kemudian, hubungan kami makin memburuk.
Pesan singkat hingga telepon saya ditanggapi sangat dingin
bahkan tidak dibalas. Sampailah suatu hari, saya tanyakan
kelanjutan hubungan kami.
Dengan menangis, lalu Ami memutuskan hubungan kami.
Saya dicampakkan jauh dari kehidupannya. Alasan klasik kalau kami
beda status sosial, pendidikan, dan ekonomi. Saya sedih menerima
kenyataan ini. Sedih bukan karena tidak ditraktir makanan enak lagi,
tetapi sedih karena gagal menjadi lelaki yang mampu
membahagiakan pacarnya.
Sebulan kami putus, saya masih rutin menghubungi Ami.
Balasan Ami sangat lama dan cenderung mengabaikan pesan
singkat saya. Bulan kedua usai putus, rutinitas saya masih sama. Saya
masih rutin mengirimkan pesan singkat pada Ami. Maklumlah, kita
58
yang menjadi korban putus cinta jauh lebih sulit melupakan mantan
dari pada sang pemutus hubungan.
Sampai bulan ketiga, Ami membalas pesan singkat saya
dengan nada marah. Katanya,“Sandy, kita tuh sudah putus! Jangan
hubungi aku lagi dan jangan ganggu hidupku lagi!”
Sejak itu, nomor Ami tidak aktif lagi. Begitu pula dengan
hubungan kami di seluruh media sosial. Saat itu, saya bertambah
sedih dan putus asa. Saya sungguh merasakan pahitnya putus cinta
paling dasyat selama hidup.
Tanpa saya sadari setahun berlalu. Dalam kondisi luka batin
akibat putus cinta, saya pun menganggur tanpa pekerjaan.
Kesedihan serta kesepian mendatangi saya silih berganti. Saat itulah
saya teringat kembali Ami, sang mantan. Kenangan saat
bergandengan tangan, bercerita di ruang tamunya, sampai
bercanda bersama dua keponakannya, datang satu per satu
menyita perasaan saya. Sulit luar biasa melupakan indahnya
hubungan kami. Saya terpuruk dalam cinta dan harta.
Sampailah suatu hari saya menonton sebuah film di stasiun
televisi. Dikisahkan seorang pemuda bernama Gino melalui masa
awal putus cintanya dengan bekerja keras. Dalam film itu
digambarkan pula perjuangannya mencari uang sebagai
pembuktian bahwa dia mampu menjadi lelaki kaya. Dia ingin
membuktikan pada sang mantan kalau dia rugi memutuskan
hubungan dengan Gino.
Setelah menonton film, pikiran saya terbuka. Saya terinspirasi
untuk mengalihkan perhatian dari mantan menjadi bekerja. Lalu
saya mulai mencari kerja hingga akhirnya diterima sebagai kuli
bangunan di salah satu toko material wilayah Banjar Wijaya,
Tangerang, Banten.
Saya melupakan gelar sarjana komputer. Bagi saya saat itu
adalah bekerja keras untuk memulihkan sakit hati pada mantan juga
59
mengumpulkan uang untuk membahagiakan keluarga dan
kehidupan sendiri.
Rupanya dengan kita bekerja keras hingga lelah, kita dapat
melupakan mantan. Saat lelah yang kita pikirkan hanyalah istirahat
dan tidur. Tidak sempat pikiran kita untuk mengenang mantan.
Apalagi mengingat secara lengkap kegiatan kita dengan mantan.
Berhentilah mengenang mantan. Sebab mantan bukan
santan. Mantan itu ampas kehidupan, mereka tidak lagi bisa diolah,
sedangkan santan dapat diolah menjadi makanan yang lezat.
Cinta pada hakikatnya untuk menyatukan dua pribadi dalam
satu kehidupan bahagia. Cinta dirasakan sebagai berkah dan
keberuntungan. Cinta bagaikan permata yang tidak ternilai
harganya. Untuk itu, cinta bukanlah perusak kehidupan atau
pencipta kesedihan. Bila cinta kita menciptakan kesedihan dan
kehancuran dalam hidup, lebih baik lepaskan cinta kita untuk
menemukan cinta baru yang lebih baik.
Cinta terlalu mahal untuk ditukarkan dengan kegalauan pada
para mantan. Bersikaplah bijaksana dengan berhenti menyiksa batin
sendiri untuk memikirkannya. Bersikaplah dewasa dengan berani
menerima dan menjalani perubahan. Meski sakit, meski pedih, meski
galau, tetaplah ingat bahwa pertunjukkan harus tetap berlangsung
hingga selesai.
***
60
CINTA itu universal. Cinta melihat kebaikan dan kebenaran
di dalam diri manusia. Bukan atribut keduniawian, seperti suku,
agama, maupun ras atau etnisnya. Cinta itu suci dan murni yang
dirasakan dengan hati bukan dengan dengan mata. Kenyamanan
dan kebahagiaan menjadi indikator kalau cinta sudah tumbuh di
dalam sebuah hubungan antara satu lelaki dengan satu
perempuan. Biarkan cinta mengalir memberikan keindahan dalam
hidup tanpa dibatasi oleh atribut duniawi yang membuat rumit seisi
hidup.
61
Nyatanya, sebagian orang tua kita masih mengaitkan antara
cinta dengan agama. Mereka masih beranggapan bahwa cinta
akan berjalan baik bila pacar kita mempunyai agama yang sama.
Pemikiran tersebut secara tidak langsung mempengaruhi kita
untuk mencari pasangan seiman tanpa memperhatikan kata hati.
Kita cenderung memaksakan cinta padahal sesungguhnya hati
berbicara tidak. Lama kelamaan hati berontak dan perpisahan pun
terjadi.
Mencintai seseorang seharusnya tidak hanya melihat faktor
agama, tetapi lebih pada komitmen pasangan untuk menjalani
hubungan asmara dalam hidup. Mungkin saja kita dan pasangan
berbeda agama, tetapi bila mampu menyelesaikan setiap masalah
dengan kedewasaan dan kasih sayang, hasilnya pasti lebih
sempurna dibandingkan pasangan seiman. Faktor lain yang menjadi
pertimbangan dalam menjalani hidup rumah tangga yakni sikap
saling berbagi, berkomunikasi, serta pengertian.
Memang dianjurkan agar kita memiliki pasangan seiman.
Sebab dengan kesamaan agama dapat mempermudah pola asuh
pada anak. Namun perbedaan prinsip hidup pasangan suami istri
juga menjadi pertimbangan dalam keberhasilan mendidik anak.
Sejak kecil orang tua mendidik saya dengan Agama Buddha.
Otomatis saya hanya mengenal ajaran Agama Buddha dalam
kehidupan. Ajaran Agama Buddha tentunya mempengaruhi
perilaku dan aktivitas saya. Begitu pula dengan pola pikir serta prinsip
hidup. Semua mengacu dan bercermin dari ajaran Buddha.
Saya baru mengenal ajaran Kristen saat saya duduk di sekolah
dasar. Pengetahuan Kristen dari Alkitab membombardir isi kepala
saya hingga menengah pertama. Akibatnya, saya mulai berpikir
keindahan hubungan pasangan suami istri secara Kristen. Mereka
tidak boleh bercerai, satu untuk selamanya dalam suka maupun
duka.
62
Ajaran tersebut saya pegang sebagai salah satu prinsip hidup.
Seiring bertambahnya usia, saya mengenal sejumlah perempuan.
Anehnya, bukan perempuan beragama Buddha yang saya suka,
melainkan perempuan beragama Kristen. Khususnya Katolik.
Entah karena saya terkagum-kagum dengan ajaran
agamanya, tetapi yang jelas kalau saya begitu menginginkan
mempunyai istri beragama Katolik. Kalimat dalam Alkitab yang
mengajarkan bahwa dua orang yang sudah disatukan Tuhan tidak
dapat dipisahkan manusia serta sebuah kalimat yang berbunyi
bahwa satu pasangan hanya untuk seumur hidup tanpa orang lain
di antaranya terus terngiang di pikiran saya. Sampai pada
perjalanannya, saya sengaja berpacaran dengan perempuan
beragama Katolik.
Awalnya, bunda yang menentang hubungan kami. Wajar
karena bunda ingin saya menikah dengan perempuan Buddha.
Namun, saya tetap bersikeras untuk mencari dan menikah dengan
perempuan beragama Katolik. Saya tidak menyerah. Saya tetap
melanjutkan hubungan dengan perempuan beragama Katolik
sesuai pilihan hati.
Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Kegagalan
hubungan pertama dengan perempuan Katolik tidak lantas
menyurutkan keinginan saya mencari perempuan beragama Katolik
lainnya.
Tidak mudah bagi saya mengenalkan pacar beda agama
pada orang tua. Ayah menyambutnya dengan baik, tetapi bunda
tetap pada pendiriannya bahwa pasangan hidup saya haruslah
seiman.
Menyerah? Oh, tentu tidak!
Penolakan dari bunda justru membuat saya semakin
semangat untuk membawa pacar datang ke rumah agar semakin
mendekati bunda. Pacar sempat marah karena merasa dihina
bunda, tetapi saya berikan pemahaman bahwa sudah alami
63
manusia akan menolak perubahan dalam hidupnya. Dan menerima
perbedaan agama dalam satu atap menjadi salah satu dari
perubahan hidup. Bunda hanya belum tahu siapa sesungguhnya
sang pacar. Bunda khawatir bila nantinya sang pacar akan
membuat saya menderita atau dia menderita karena perbedaan
agama tersebut.
Sehari dicuekin, sebulan dicuekin.
Kami sempat putus asa. Kami merasakan sulitnya menjalin
hubungan seperti saat itu. Bunda tetap bersikeras dengan
prinsipnya. Bahkan tidak segan, bunda menjodohkan saya dengan
perempuan dari wihara kami. Paksaan demi paksaan dilancarkan
bunda untuk mencuci otak saya agar melepaskan pacar. Tetapi
saya tetap bertahan dengan ribuan alasan untuk mencintainya.
Empat bulan kemudian, pacar Katolik saya menyerah. Kami
pun putus. Sejak itu, bunda kembali mendorong saya untuk menjalin
hubungan dengan perempuan dari wihara kami. Baiklah, saya
mencobanya untuk menghargai dan menghormati bunda. Namun,
hasilnya nihil. Saya merasa tidak nyaman dengan dia, demikian pula
sebaliknya.
Waktu terus berjalan, hidup saya pun ikut berjalan. Dengan
hati yang terseok-seok karena kesedihan mendalam usai putus
cinta, saya melanjutkan bekerja. Berat benar hidup saat itu. Hingga
ada seorang teman kerja membuat saya nyaman dengannya. Dia
beragama Kristen Protestan. Tanpa saya sadari, hubungan kami
semakin hari semakin dekat. Walau dia berstatus single mother
dengan seorang anak, tetapi saya tidak ragu dengannya. Bagi saya
mendapatkan kenyamanan dan kebahagiaan jauh lebih penting
dibandingkan atribut lainnya.
Perjalanan asmara kami dimulai. Untuk kesekian kalinya,
bunda menolak. Penolakan kali ini lebih dasyat dibandingkan
penolakan sebelumnya karena selain pacar berbeda agama, dia
pun mempunyai anak.
64
Lagi-lagi saya harus berjuang meyakinkan bunda. Pendekatan
demi pendekatan saya lakukan agar bunda mengerti keinginan
dalam pikiran saya. Hingga suatu hari, bunda bersedia mengerti dan
tidak lagi mempermasalahkan perbedaan agama. Bahkan bunda
bersedia menerima kehadiran anak dari pacar saya.
Melihat perubahan sikap bunda, saya menjadi senang. Upaya
saya melakukan pendekatan berhasil membuat bunda menerima
sang pacar.
Sayangnya, lima bulan kami berpacaran, kami kembali harus
putus karena beda prinsip terlalu jauh. Selain itu, sang pacar ingin
keluar Indonesia untuk bekerja. Sehingga tidak mungkin bila kami
tetap melanjutkan hubungan karena kami berdua tidak mahir
dalam hubungan jarak jauh.
Selang tiga bulan sejak putus kedua, saya berkenalan dengan
istri melalui seorang teman. Perjalanan cinta kami tergolong cepat.
Dua hari saya mengenalnya, agama bahwa dialah jodoh saya
bergelora di dalam pikiran dan hati. Tanpa ragu, saya nyatakan
keinginan saya untuk menjadikannya pacar. Hebatnya, saya
diterima! Kami pun berpacaran.
Tanggapan bunda padanya sama antusias dengan saya.
Bunda justru meminta saya segera melamarnya menjadi istri. Dua
bulan dari tanggal jadian, saya melamar pacar untuk menjadi istri.
Wow! Dia menerima lamaran saya! Tepat setahun kemudian, kami
pun menikah dengan status tepat berbeda agama. Saya Buddha
dan istri Katolik. Kami bahagia dalam lindungan Tuhan dengan
seorang anak sebagai hadiah terindah dalam keluarga.
Kunci dari kebahagiaan hidup dengan pasangan beda
agama terletak pada pola komunikasinya. Saat perjalanan waktu
selama menjalin hubungan asmara, kita harus saling menghormati
dengan melepaskan atribut keagamaan. Jangan saling tarik
menarik pada agama kita. Biarkan saja cinta yang bicara dari hati.
Nikmati kenyamanan yang ada untuk selalu bahagia. Kita tetap
65
menghormati, menghargai, serta memberikan cinta terbaik tanpa
syarat.
Kekuatan cinta kita nantinya memberikan pemahaman
pada kedua orang tua. Mereka dapat merasakan keyakinan dalam
diri kita masing-masing. Bila kita sendiri masih memiliki keraguan
dalam menjalani hubungan dengan pasangan beda agama, maka
orang lain di sekitar kita akan merasakan hal yang sama, lalu
penolakan terjadi sebagai sinyal alami untuk melindungi kita.
Selanjutnya, selesai pernikahan, kami harus membuktikan
bahwa kami mampu menjaga hubungan dengan baik. Kami juga
harus membuktikan bahwa kami dapat bahagia serta hidup saling
mendukung satu sama lain meski berbeda agama.
Kami tidak saling menghujat soal agama saat emosi. Kami juga
sepakat memberikan kebebasan penuh saat kami ingin beribadah
ke gereja atau wihara. Lalu untuk anak, kami sepakat untuk
mengijinkannya memilih agama yang membuatnya nyaman dan
bahagia.
Pengalaman tersebut rupanya menjadi pelajaran berharga
untuk tularkan pada seorang mahasiswi saya bernama Rini. Dia
mahasiswi tingkat akhir di kampus.
Suatu hari, kami berdua bertemu di kantin kampus usai saya
selesai mengajar mata kuliah pertama. Dalam obrolan kami, Rini
bercerita banyak mengenai hubungan asmaranya dengan sang
pacar.
"Pak, saya bingung nih. Saya harus bagaimana menjalani
hubungan dengan Bimo. Kami beda agama, Pak." jelas Rini sebagai
kalimat pembukaan yang cukup menarik perhatian saya.
"Lantas, apa yang kamu rasakan selama menjalin hubungan
dengannya?" tanya saya penasaran.
"Em, kalau saya sih merasa tidak ada masalah. Meski saya
Kristen dan dia Islam, kami tetap menghargai agama masing-masing
kok. Kami ga pernah sekalipun menyinggung agama waktu kami
66
jalan atau waktu kami bertengkar." jelas Rini selanjutnya, "malahan
saya biasa ngobrolin urusan kuliah atau topik-topik umum, Pak."
"Bagus dong! Terus kenapa kamu bingung?" tanya saya
mendalami masalah.
"Bingungnya gini Pak. Orang tua kami masih belum merestui
hubungan itu.” jelas Rini dengan wajah sedih, “wajarlah Pak,
ayahnya seorang ulama, tokoh agama lagi, sedangkan ayah saya
juga pengurus gereja. Jadi, kadang suka ada ganjalan saat saya ke
rumahnya atau dia ke rumah saya."
"Em, sebentar." saya menarik nafas untuk berpikir mencari
kalimat yang baik agar menguatkannya, "sekarang tanya kembali
pada dirimu, apakah kamu siap dengan segala konsekuensinya
dengan melanjutkan hubungan seperti itu? Lantas, kembalikan lagi
pada hatimu untuk melihat alasan awal kamu bersedia
menerimanya sebagai pacar."
"Saya suka dengan semangatnya dalam berjuang hidup.
Meski orang tuanya sudah bangkrut, tetapi dia mau untuk memulai
kehidupannya dari nol dan tidak menyalahkan orang tuanya. Dia
semangat untuk bekerja dan hidup mandiri." jelasnya dengan mata
berkaca-kaca menahan haru.
"Kalau dari perilaku dan sikapnya padamu gimana?" lanjut
saya antusias.
Rini melihat saya lalu diam sejenak. Matanya menyiratkan
betapa kesedihan mendalam. Nafas Rini mulai berat seolah
menyimpan tekanan batin mendalam yang sulit diungkapkannya
dalam waktu singkat.
Jari jemari Rini mulai bermain di meja menunjukkan
kegelisahan teramat dalam hati dan pikirannya. Dia lalu
melanjutkan cerita dengan suara lirih nyaris tidak terdengar. Saya
berusaha menyimak ucapan Rini. Saya berusaha mendekatkan diri
untuk mendukungnya secara moral. Selama Rini diam, saya pun ikut
diam menunggu Rini bicara. Rini lalu menangis.
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri
MENJADI Jomblo yang Mandiri

More Related Content

What's hot

Mencari kesempurnaan yang mustahil - urbanoir.net
Mencari kesempurnaan yang mustahil -  urbanoir.netMencari kesempurnaan yang mustahil -  urbanoir.net
Mencari kesempurnaan yang mustahil - urbanoir.netUrbanoir.net
 
Awas seks jaga kesucian sampai waktunya tiba
Awas seks   jaga kesucian sampai waktunya tibaAwas seks   jaga kesucian sampai waktunya tiba
Awas seks jaga kesucian sampai waktunya tibaAlwin Iswanto Lase
 
Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasFreddy Then
 
Locker Room Talk
Locker Room TalkLocker Room Talk
Locker Room TalkKevin Irwan
 
Kasih berarti mempercayai seseorang
Kasih berarti mempercayai seseorangKasih berarti mempercayai seseorang
Kasih berarti mempercayai seseorangFreekidstories
 
Terjalnya jalan hidupku
Terjalnya  jalan hidupkuTerjalnya  jalan hidupku
Terjalnya jalan hidupkuHeni Handayani
 
CARA MEMIKAT WANITA IDAMAN MU..(HEMMHH)
CARA MEMIKAT WANITA IDAMAN MU..(HEMMHH)CARA MEMIKAT WANITA IDAMAN MU..(HEMMHH)
CARA MEMIKAT WANITA IDAMAN MU..(HEMMHH)Martin Arale
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaGhina Siti Ramadhanty
 
Buletin awal Forum An-Nisa' Fortuna Salsabilla
Buletin awal Forum An-Nisa' Fortuna SalsabillaBuletin awal Forum An-Nisa' Fortuna Salsabilla
Buletin awal Forum An-Nisa' Fortuna SalsabillaLely Surya
 
Cerita ceweksma dalamduniagemerlap
Cerita ceweksma dalamduniagemerlapCerita ceweksma dalamduniagemerlap
Cerita ceweksma dalamduniagemerlaptaufikku
 

What's hot (18)

Wawancara ii
Wawancara iiWawancara ii
Wawancara ii
 
Mencari kesempurnaan yang mustahil - urbanoir.net
Mencari kesempurnaan yang mustahil -  urbanoir.netMencari kesempurnaan yang mustahil -  urbanoir.net
Mencari kesempurnaan yang mustahil - urbanoir.net
 
Awas seks jaga kesucian sampai waktunya tiba
Awas seks   jaga kesucian sampai waktunya tibaAwas seks   jaga kesucian sampai waktunya tiba
Awas seks jaga kesucian sampai waktunya tiba
 
Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebas
 
Locker Room Talk
Locker Room TalkLocker Room Talk
Locker Room Talk
 
Kasih berarti mempercayai seseorang
Kasih berarti mempercayai seseorangKasih berarti mempercayai seseorang
Kasih berarti mempercayai seseorang
 
Terjalnya jalan hidupku
Terjalnya  jalan hidupkuTerjalnya  jalan hidupku
Terjalnya jalan hidupku
 
CARA MEMIKAT WANITA IDAMAN MU..(HEMMHH)
CARA MEMIKAT WANITA IDAMAN MU..(HEMMHH)CARA MEMIKAT WANITA IDAMAN MU..(HEMMHH)
CARA MEMIKAT WANITA IDAMAN MU..(HEMMHH)
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
 
Teratai malam (nugroho sukmanto)
Teratai malam (nugroho sukmanto)Teratai malam (nugroho sukmanto)
Teratai malam (nugroho sukmanto)
 
Novelku
NovelkuNovelku
Novelku
 
Adekecil
AdekecilAdekecil
Adekecil
 
Hyrftu
HyrftuHyrftu
Hyrftu
 
Pengorbanan hati
Pengorbanan hatiPengorbanan hati
Pengorbanan hati
 
Cerpen 1 pop
Cerpen 1 popCerpen 1 pop
Cerpen 1 pop
 
Buletin awal Forum An-Nisa' Fortuna Salsabilla
Buletin awal Forum An-Nisa' Fortuna SalsabillaBuletin awal Forum An-Nisa' Fortuna Salsabilla
Buletin awal Forum An-Nisa' Fortuna Salsabilla
 
Berhijab dalam hati
Berhijab dalam hatiBerhijab dalam hati
Berhijab dalam hati
 
Cerita ceweksma dalamduniagemerlap
Cerita ceweksma dalamduniagemerlapCerita ceweksma dalamduniagemerlap
Cerita ceweksma dalamduniagemerlap
 

Similar to MENJADI Jomblo yang Mandiri

Slide tik siti untari
Slide tik siti untariSlide tik siti untari
Slide tik siti untarisitiuntari04
 
Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasWarnet Raha
 
DAMPAK NEGATIF PACARAN DAMPAK NEGATIF PACARAN
DAMPAK NEGATIF PACARAN DAMPAK NEGATIF PACARANDAMPAK NEGATIF PACARAN DAMPAK NEGATIF PACARAN
DAMPAK NEGATIF PACARAN DAMPAK NEGATIF PACARANiluk3
 
Text_pidatos indonesian_about_self controled.docx
Text_pidatos indonesian_about_self controled.docxText_pidatos indonesian_about_self controled.docx
Text_pidatos indonesian_about_self controled.docxfristapakpahan
 
Membimbing anak memilih teman hidup
Membimbing anak memilih teman hidupMembimbing anak memilih teman hidup
Membimbing anak memilih teman hidupRidho Hudayana
 
Pergaulan di kalangan remaja
Pergaulan di kalangan remajaPergaulan di kalangan remaja
Pergaulan di kalangan remajaahnaf712
 
Cara berhenti kecanduan miskin Jilid 1 ( By : Maris Al Fahmi )
Cara berhenti kecanduan miskin Jilid 1 ( By : Maris Al Fahmi ) Cara berhenti kecanduan miskin Jilid 1 ( By : Maris Al Fahmi )
Cara berhenti kecanduan miskin Jilid 1 ( By : Maris Al Fahmi ) menambahberatbadanotot
 
Semoga bukan seperti ini
Semoga bukan seperti iniSemoga bukan seperti ini
Semoga bukan seperti iniTaat Pamuji
 
Stop cerca cinta
Stop cerca cintaStop cerca cinta
Stop cerca cintaTeuku Asrul
 
Cara memikat wanita dan Menjadi BURONAN Wanita secara Islam
Cara memikat wanita dan Menjadi BURONAN Wanita secara IslamCara memikat wanita dan Menjadi BURONAN Wanita secara Islam
Cara memikat wanita dan Menjadi BURONAN Wanita secara Islampedesuperwow
 

Similar to MENJADI Jomblo yang Mandiri (20)

Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebas
 
Slide tik siti untari
Slide tik siti untariSlide tik siti untari
Slide tik siti untari
 
Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebas
 
Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebas
 
Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebas
 
Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebas
 
DAMPAK NEGATIF PACARAN DAMPAK NEGATIF PACARAN
DAMPAK NEGATIF PACARAN DAMPAK NEGATIF PACARANDAMPAK NEGATIF PACARAN DAMPAK NEGATIF PACARAN
DAMPAK NEGATIF PACARAN DAMPAK NEGATIF PACARAN
 
1pacar
1pacar1pacar
1pacar
 
Berpacaran Secara Islami
Berpacaran Secara IslamiBerpacaran Secara Islami
Berpacaran Secara Islami
 
sex before marriage
sex before marriagesex before marriage
sex before marriage
 
Text_pidatos indonesian_about_self controled.docx
Text_pidatos indonesian_about_self controled.docxText_pidatos indonesian_about_self controled.docx
Text_pidatos indonesian_about_self controled.docx
 
Membimbing anak memilih teman hidup
Membimbing anak memilih teman hidupMembimbing anak memilih teman hidup
Membimbing anak memilih teman hidup
 
Agama kuliah
Agama kuliahAgama kuliah
Agama kuliah
 
Pergaulan di kalangan remaja
Pergaulan di kalangan remajaPergaulan di kalangan remaja
Pergaulan di kalangan remaja
 
Cara berhenti kecanduan miskin Jilid 1 ( By : Maris Al Fahmi )
Cara berhenti kecanduan miskin Jilid 1 ( By : Maris Al Fahmi ) Cara berhenti kecanduan miskin Jilid 1 ( By : Maris Al Fahmi )
Cara berhenti kecanduan miskin Jilid 1 ( By : Maris Al Fahmi )
 
Pidato Remaja
Pidato RemajaPidato Remaja
Pidato Remaja
 
Semoga bukan seperti ini
Semoga bukan seperti iniSemoga bukan seperti ini
Semoga bukan seperti ini
 
Nak ibu ingin bicara
Nak ibu ingin bicaraNak ibu ingin bicara
Nak ibu ingin bicara
 
Stop cerca cinta
Stop cerca cintaStop cerca cinta
Stop cerca cinta
 
Cara memikat wanita dan Menjadi BURONAN Wanita secara Islam
Cara memikat wanita dan Menjadi BURONAN Wanita secara IslamCara memikat wanita dan Menjadi BURONAN Wanita secara Islam
Cara memikat wanita dan Menjadi BURONAN Wanita secara Islam
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 

MENJADI Jomblo yang Mandiri

  • 1. i `
  • 2. ii Terima kasih istriku sudah mempercayai dan memberikan kesempatan kedua untuk tetap bersamamu. Love You
  • 3. iii
  • 4. iv
  • 5. v
  • 6. vi
  • 7. vii
  • 9. ix
  • 10. 1 MENJADI jomblo rupanya tidak hanya terpengaruh oleh kesiapan lahir dan batin, melainkan kemandirian berpikir dan tidak mudah terpengaruh ucapan orang. Saat saya masih jomblo, saya banyak mendengarkan saran dari orang mengenai konsep berpacaran. Sebagian orang mengatakan bahwa memiliki pasangan hidup menambah kesulitan hidup. Sebagian lainnya mengatakan memiliki pasangan menambah kebahagiaan hidup.
  • 11. 2 Lantas, manakah yang benar? Selama mencari pasangan, saya berharap mendapatkannya, tetapi hanya berharap! Saya tidak mau bergerak memperbaiki kondisi sendiri. Saya malas instropeksi diri serta terpaku pada keegoisan diri mempertahankan keinginan dan kesenangan sendiri. Parahnya, saya pernah memusuhi teman sendiri hanya karena ketakutan kalau dia akan merebut gebetan saya. Padahal teman saya itu ingin supaya gebetan lebih mendekatkan diri pada saya. Usai kesalahpahaman itu, saya putuskan untuk menghentikan harapan pada sang gebetan. Lalu saya berpikir kalau hidup sendiri jauh lebih baik dan menyenangkan. Saya tidak perlu pusing memikirkan pasangan, tidak perlu sibuk antar jemput, tidak harus menghabiskan uang untuk mentraktirnya menonton bioskop atau sekedar makan, bahkan tidak perlu emosi saat mendengarkan kemarahannya. Sampailah suatu hari, saat saya mengalami masalah dengan pekerjaan. Saya harus memilih tempat bekerja. Apakah di Jakarta ataukah di Tangerang, Banten. Karena masih jomblo, saya bertanya pada ayah, “Pa, kira-kira saya pilih pekerjaan yang mana ya? Dua- duanya kasih gaji bagus dan jaraknya tidak terlalu jauh.” Ayah saya hanya menjawab,”Pilih saja pekerjaan yang srek dihatimu. Jangan pikirin gaji, soalnya gaji itu bonus dari hasil kerjamu.” Saya setuju dengan pemikiran ayah, lalu saya bertanya pada bunda. Jawabannya juga hampir sama. Saat itulah saya baru berpikir kalau mempunyai pasangan sedikit banyak akan memberikan pendapat yang berbeda dan minimal mendekati pemikiran kita. Dari pengalaman itulah saya menyadari dan belajar bahwa pasangan pada hakikatnya diperlukan sebagai penyeimbang hidup. Artinya, pasangan hidup nantinya membantu kita menghadapi permasalahan dengan memberikan saran agar kita
  • 12. 3 mempunyai pandangan lain sehingga dapat menyelesaikan masalah lebih baik. Usai mempertimbangkan pilihan pekerjaan, saya pun memilih untuk bekerja sebagai seorang reporter di salah satu televisi lokal di Jakarta. Setiap hari, saat menuju ke tempat kerja, saya selalu melintasi sejumlah sekolah dari wilayah Batu Ceper Indah, Tangerang sampai wilayah Mangga Dua, Jakarta Utara. Saya melihat banyak gadis muda sudah tampil eksotis cenderung berlebihan saat berangkat sekolah. Melihat kondisi tersebut, saya teringat saat masih sekolah di tingkat menengah atas. Sebagian teman berlomba untuk mendapatkan pacar. Bahkan karena ketakutan dikatakan sebagai jomblo, mereka tidak segan-segan menggunakan segala cara untuk mendapatkannya. Mereka tidak lagi memperdulikan orang yang akan dijadikan pacar. Terpenting baginya ada orang yang suka padanya, dapat memberikan perhatian, mempunyai uang untuk mengajak jalan, mempunyai kendaraan untuk antar jemput sekolah, serta tidak terlalu jelek secara fisiknya. Urusan lain dapat diatur sambil berjalannya masa pacaran. Persaingan kemewahan pun terjadi di sekolah, sejumlah teman lelaki berlomba menggunakan kendaraan terbaru milik orang tuanya. Jaman itu masih populer menggunakan motor sport. Karena prioritas teman-teman saya itu mempunyai pacar, maka banyak dari mereka mengabaikan standar moral. Akibatnya, sejumlah teman ada yang putus sekolah akibat MBA (Married by Accident) atau menikah karena hamil, atau terlibat kasus menggugurkan kandungan karena hamil sebelum nikah. Saya lalu bertanya dalam hati, apakah setiap remaja harus terjerumus dalam kejahatan hanya untuk mendapatkan pengakuan cinta? Jomblo itu bukanlah penyakit berbahaya yang mematikan para penyandangnya. Jomblo hanyalah istilah bagi setiap orang yang masih sendiri dan belum mempunyai pasangan. Jadi untuk
  • 13. 4 tidak ada alasan bagi kita untuk risih dan terganggu dengan sebutan jomblo. Saat masih jomblo, banyak teman datang pada saya untuk menasihati serta memberikan saran agar saya mendapatkan pasangan. Segala bentuk contoh dari kehidupan orang lain, mereka ceritakan seolah kisah kehidupannya. Bahkan tidak segan mereka menunjukkan cara mendapatkan pasangan dengan kekuatan supranatural alias dukun. Sempat juga saya tertarik untuk menggunakan supranatural, tetapi saya tidak lakukan karena percuma nantinya usai menjadi pasangan, dia akan seperti zombie dan hanya sekedar melayani kita secara jasmani, tanpa dapat diajak berdiskusi membicarakan masa depan keluarga. Beberapa tahun saya menikmati kesendirian. Rutinitas pun berangsur berubah. Kesepian terasa saat saya melihat banyak teman serta orang lain bercengkrama dengan pasangan masing- masing. Saya ingin merasakan kebersamaan tersebut. Keinginan bersama seorang perempuan semakin mendorong saya untuk introspeksi diri. Saya berusaha menemukan keunggulan lalu memperbaiki kelemahan sendiri supaya perempuan lebih suka dan mau dijadikan pacar. Sekian waktu saya berpikir dan merenungi penyebab kejombloan ini. Akhirnya saya menyimpulkan beberapa kondisi penyebab utama saya belum mendapatkan pasangan. Ada faktor eksternal atau faktor yang langsung dilihat orang serta faktor internal atau faktor dari dalam diri sendiri. Kedua faktor tersebut menyebabkan kita tetap jomblo. Faktor eksternal ini adalah bau badan dan tidak merawat diri, berpenampilan buruk dan tidak sesuai umur, terlalu kaku dan tertutup, bertingkah laku konyol dan aneh di depan umum, serta hidup tidak teratur dan semaunya sendiri. Mari kita bahas satu persatu.
  • 14. 5 1. BAU BADAN DAN TIDAK MERAWAT DIRI Karena terlalu lama sendiri, saya membuang rutinitas mandi dari kamus kehidupan. Saya baru mandi kalau ada kegiatan di keluar rumah, tetapi bila tetap di rumah, saya akan nyaman tidak mandi walau berhari-hari. Akibatnya kulit wajah serta badan saya menjadi kusam dan tidak cerah. Kebiasaan ini membuat saya tidak enak dilihat. Kesan pertama dari orang lain yang melihat saya langsung menilai kalau saya jorok karena tampak kusam, kumal, dan bau. Padahal, umumnya orang ingin mencium sesuatu yang harum di sekitarnya. Mereka akan komplain bila mencium aroma tidak sedap di dekatnya. Kegagalan saya mendapatkan pacar saat itu, karena saya bau badan dan terkesan jorok di awal perjumpaan kami. Dari kejadian memalukan itu, saya selalu ingat mandi dua kali sehari serta menggunakan pengharum tubuh – bukan pengharum ruangan – saat keluar rumah. Terutama saat jalan dengan calon pacar – bukan sang mantan. 2. BERPENAMPILAN BURUK DAN TIDAK SESUAI USIA Busana menjadi utama saat menampilkan diri pada kencan pertama dengan calon pacar. Salah memilih busana pasti berdampak buruk untuk hubungan selanjutnya. Dulu, saya sering menggunakan kemeja lengan panjang di setiap kegiatan. Termasuk saat saya melakukan pendekatan pada seorang perempuan yang usianya terpaut sepuluh tahun dari saya. Kencan pertama saya sukses dengannya. Tidak ada keluhan mengenai busana yang saya gunakan saat itu. Namun, pada sejumlah kesempatan lainnya, perempuan gebetan saya ini akhirnya komplain dengan penampilan saya. Dia menilai kalau penampilan saya tidak sesuai dengan usia. Menurutnya, kemeja yang saya gunakan setiap hari, bukannya
  • 15. 6 membuat saya tampak berwibawa, melainkan seperti pemain sirkus, karena dilihatnya lucu. Dia lalu menyarankan agar saya lebih sering menggunakan kaos berkerah dibandingkan kemeja. Sejak itulah, dia menjauhi saya dan kami pun gagal membina hubungan asmara. Selain busana harus sesuai dengan usia, kita pun perlu memperhatikan kesesuaian warna dan motif antara busana atas, busana bawah, hingga sepatu dan ikat pinggang. Bukan jamannya lagi mengabaikan penampilan kita di depan orang lain. Terutama orang yang kita sukai dan cintai. Sebab bila kita membuatnya malu, itu berarti mempermalukan diri sendiri. 3. TERLALU KAKU DAN TERTUTUP Penyebab saya jomblo saat itu karena saya terlalu kaku dan tertutup. Kepribadian tertutup ini disebabkan oleh kegemaran saya membaca buku sedari remaja. Akibatnya, hidup saya dipenuhi prinsip kebenaran sehingga kesalahan orang lain menjadi masalah penting yang mengusik pikiran untuk dikomentari. Selain itu, saya juga tumbuh sebagai pribadi tertutup dan tidak mudah bergaul. Saya memandang pergaulan dengan banyak teman dapat membuat saya emosi karena dalam pergaulan pastinya banyak melakukan kesalahan bersifat prinsip, seperti pulang malam, minum bir, dan sebagainya. Pribadi kaku dan tertutup saya ini dipandang begitu menyebalkan banyak perempuan yang saya dekati. Mereka kesal karena saya tidak hentinya mengomentari orang lain yang tidak sesuai dengan prinsip, seperti lelaki mencium kening perempuannya di depan bioskop, atau perempuan memeluk lelakinya saat di tangga berjalan. Adakalanya kita perlu santai sedikit saat bersama dengan orang lain. Dengan begitu, kita memiliki kesempatan untuk menikmati hidup tanpa terkekang dengan prinsip.
  • 16. 7 4. BERTINDAK KONYOL DAN ANEH DI DEPAN UMUM Saat masih menjadi siswa di sekolah menengah atas, saya banyak ditolak perempuan sekelas karena mereka melihat saya suka bertingkah laku konyol dan aneh di depan umum, seperti mencorat-coret celana sekolah pada bagian lutut atau suka datang tiba-tiba sambil berteriak tidak jelas memanggil nama teman. Para teman perempuan saya juga kesal saat melihat saya memanggil nama mereka dengan sebutan sayang. Tidak hanya itu, kadang saya suka keluar kelas telanjang dada usai olah raga. Kekonyolan serta keanehan tingkah laku tersebut sama dengan tingkah laku kekanak-kanakan alias jiwa belum dewasa. Padahal, sebagian besar perempuan menginginkan seorang lelaki dengan jiwa dewasa supaya mampu mendampingi mereka menyelesaikan permasalahan hidup dan bersama menjalani kehidupan penuh kebahagiaan tanpa masalah. Paling mudah untuk mengubah tingkah laku konyol dan aneh adalah dengan melihat perilaku orang lain di depan umum. Berhentilah melakukan sesuatu yang mempermalukan diri sendiri di depan umum. Berhentilah mencari perhatian orang lain. Karena semakin besar keinginan mencari perhatian orang lain, maka semakin besar kekonyolan yang kita lakukan. 5. HIDUP TIDAK TERATUR DAN SEMAUNYA SENDIRI Usai saya lulus menjadi sarjana, saya sempat menganggur dan tidak mendapatkan pekerjaan. Suatu hari, saya mendapatkan pekerjaan untuk mendesain buku acara kegiatan wihara. Karena panitia memberikan tenggat waktu pendek, maka saya mulai begadang untuk menyelesaikannya. Kelelahan begadang membuat saya tidur di pagi hingga siang hari. Akibatnya, hidup saya mulai tidak teratur. Rutinitas saya
  • 17. 8 menyelesaikan proyek selama dua minggu tersebut rupanya berdampak tidak baik bagi proses pendekatan pada seorang perempuan. Kami menjadi jarang berkomunikasi hingga dia menjauhi saya lalu menghilang pergi tidak tahu ke mana. Umumnya, setiap orang tidak suka dengan mereka yang tidak dapat mengatur hidupnya sendiri karena orang tersebut pastinya punya sikap semaunya sendiri. Bila sudah semaunya sendiri, akan berdampak pada kehidupan di sekitarnya, seperti keluarga, tetangga, bahkan orang lain. Untuk itulah, perempuan biasanya tidak mau berhubungan dengan lelaki dengan hidup tidak teratur dan semaunya sendiri. Mereka tidak mau terseret ke dalam permasalahan yang rentan terjadi dari lelaki yang hidup tidak teratur dan semaunya sendiri. 6. MUDAH MENCURAHKAN ISI HATI Kesalahan berikutnya yang menyebabkan saya belum mendapatkan seorang perempuan karena saya mudah menceritakan kegelisahan hati saya pada orang lain. Saya dengan mudahnya mencurahkan hati tentang perlakuan sang calon pacar (gebetan) pada setiap orang yang saya kenal. Akibatnya sang perempuan calon pacar merasa dipermalukan di hadapan orang. Tanpa kita sadari, perilaku kita yang gemar mencurahkan hati pada orang lain mengenai sang calon pacar, sama dengan merusak citra diri sang perempuan di hadapan orang. Wajar bila semakin banyak kita bercerita tentangnya, semakin gebetan berulah menjauhi kita. Sebab dia membenci kita. Dia berpikir bahwa mendekati kita akan semakin merusak reputasinya di hadapan orang lain.
  • 18. 9 Lalu saya menyadarinya dan berhenti untuk sembarangan cerita pendekatan saya pada setiap orang. Saya lebih memilih diam dan menyimpan setiap pengalaman pendekatan pada gebetan. Saya merasakannya sendiri sebagai pengalaman pribadi. Bila sukses pendekatannya, berarti pengalaman itu menjadi pengalaman indah dalam kehidupan saya, sedangkan bila gagal, ya saya cari perempuan lain dan mulai pendekatan dari awal. 7. PANDAI BERGOSIP DAN MEMPERMALUKAN ORANG LAIN Bagi perempuan, kehormatan seseorang menjadi utama dalam sebuah kehidupan. Oleh karenanya, mereka akan merasa kurang nyaman bila melihat seseorang dipermalukan di depan umum. Begitu pula saat kita mempermalukan orang lain. Mereka akan memandang kita kurang baik dan cenderung tidak dewasa. Apalagi mempermalukan orang lain saat kita membicarakannya bersama teman-teman lain. Saat saya melakukan pendekatan pada seorang teman perempuan di kampus, saya menghindari perbincangan bersama teman di area umum. Sebab calon pacar akan mudah melihat saya lalu salah paham dan menggagalkan semua rencana pendekatan saya. Oleh karenanya, saya terbiasa berbincang dengan teman di kelas atau di rumahnya. Kalau kebiasaan bergosip dan membicarakan orang lain di area umum ini terus kita pelihara, maka terimalah nasib untuk selamanya jomblo. Selepas saya memperbaiki ketujuh kekurangan saya di atas, banyak teman perempuan perlahan mulai mendekati saya. Namun, tetap saja tidak satu pun dari mereka bersedia menjadi pacar saya. Pikiran saya kembali galau dan mulai membenarkan kelemahan diri sendiri, seperti saya jelek, saya pemalu, saya miskin,
  • 19. 10 saya bodoh, dan sebagainya. Saya mulai kembali melakukan kebiasaan lama, seperti jarang mandi, menutup diri, hingga saya mengurangi pergaulan dengan teman dan saudara. Suatu hari, seorang teman datang untuk bertukar pikiran sekaligus mencurahkan isi hati. Sang pacar membuatnya jenuh dan merasa mulai terbebani dengan hubungan tersebut. Selesai mendengarkan ceritanya, saya lantas berpikir alasan sampai sebuah hubungan itu tidak bertahan lama alias cepat putus. Lama pikiran tersebut bersemayam di pikiran saya, hingga suatu hari, saya menemukan jawaban atas kejenuhan sang teman saat menjalin hubungan asmara dengan pacarnya. Kejenuhan hubungan asmara yang menjadikan kita menjadi jomblo lagi tak lain karena faktor internal dari dalam diri sendiri. Adapun faktor internal tersebut, yakni Time (Waktu), Responsibility (Tanggung jawab), Understanding (Pengertian), Solidarity (Solidaritas), Touch (Inisiatif). Mari kita lihat penjelasannya. 1. TIME (WAKTU) Kesibukan yang terkadang terjadi nyata atau alasan, lama kelamaan akan memudarkan rasa cinta dan sayang kita pada pasangan. Begitu pula sebaliknya. Apalagi kalau kesibukan itu merupakan alasan belaka. Ada waktunya kita meluangkan waktu sejenak untuk berwisata dengan pacar atau bersenda gurau dengan keluarganya. Kita tidak akan merugi bila meluangkan waktu sejenak untuk keluarga. Justru kita mendapatkan keuntungan bila melakukannya. Berikan dia kesempatan untuk merasakan kehadiran diri kita sepenuhnya lahir dan batin. Sebab suasana tersebut memberikan kenyamanan untuk merekatkan hubungan.
  • 20. 11 2. RESPONSIBILITIES (TANGGUNG JAWAB) Kurang bertanggung jawab pada saat kegiatan pendekatan ditandai dengan kurangnya kemampuan kita untuk menjaga konsistensi dan komitmen selama pendekatan maupun saat berpacaran. Artinya kita harus serius mendekati satu perempuan sampai cinta kita diterima atau ditolaknya. Janganlah kita pindah ke lain hati saat pendekatan baru berjalan dua atau tiga hari. Bila kita melakukannya terus menerus, semua perempuan akan menilai kita sebagai sang predator atau pemberi harapan palsu. 3. UNDERSTANDING (PENGERTIAN) Memberikan pengertian pada orang lain itu sederhana. Cukup tidak mengganggunya saat dia tidak ingin diganggu dan berhentilah memaksa untuk mengikuti pemikiran kita. Cara melaksanakannya yaitu dengan menghentikan pola pikir yang merendahkan kemampuan orang lain. Mengurangi sikap agresivitas kita serta belajar untuk tenang di saat pasangan sedang dalam masalah. Kita juga belajar memberikan kesempatan bagi orang lain untuk bicara dan menyampaikan gagasannya. Janganlah kita berusaha mendominasi pembicaraan sebab orang tidak suka terintimidasi atau tersudutkan dalam pergaulan. 4. SOLIDARITY (SOLIDARITAS) Solidaritas sama dengan berbagi. Solidaritas sama dengan senasib. Bila kita ingin mempunyai pasangan dalam hidup, belajarlah dulu untuk berbagi dengan orang lain serta belajar menempatkan diri dalam kehidupan orang lain sehingga kita tidak merugikan mereka.
  • 21. 12 Solidaritas bukan berarti kita mengorbankan perasaan untuk menyamakan diri dengan sang pacar. Bukan pula kita mengubah kepribadian agar dia menganggap kita punya kesamaan dengannya. Cinta itu bukan imitasi atau duplikasi seseorang. Cinta itu kejujuran dan ketulusan untuk seiya sekata dalam menjalani kehidupan bersamanya. 5. TOUCH (INISIATIF) Inisiatif menjadi penting dalam hubungan asmara karena pada dasarnya kita ingin dimengerti dan diperdulikan pasangan. Inisiatif melebih perasaan melayani dan menyayangi, sebab inistiatif memiliki arti bergerak otomatis saat melihat kesulitan orang lain tanpa perlu suara permintaan tolong. Rupanya, untuk mendapatkan cinta sejati, kita harus berjuang. Kita tidak hanya memperbaiki faktor eksternal dan internal. Sebab cinta datang karena terbiasa. Bila kita sendiri tidak mau memperjuangkan cinta dengan memaksimalkan intensitas pertemuan dengan target pacar, maka sulit baginya untuk mengenal kita. Bila tidak kenal, akibatnya tidak akan sayang. April 2017, saat saya menghadiri sebuah ujian sertifikasi pembicara profesional di salah satu lembaga pendidikan wilayah Bintaro, Jakarta Selatan. Seorang peserta lelaki bernama Yoga menceritakan perjuangan cintanya. Yoga menjelaskan jerih payahnya untuk mendapatkan sang istri. Bukan hanya mengorbankan waktu, Yoga juga mengorbankan tenaga hingga materi. Mendengar cerita tersebut, saya tergelitik untuk mendalaminya. Saya lalu berkenalan dengan Yoga dan menjalin komunikasi melalui whatapp. Beberapa pertanyaan mendasar saya sampaikan pada Yoga, seperti kapan mulai pendekatannya,
  • 22. 13 hingga pertanyaan bersifat pribadi tentang alasan memilih dia sebagai istri. Dalam ceritanya tersebut, Yoga berkisah bahwa dia harus menulis surat cinta sebanyak 231 lembar. Semua surat tersebut hanya sampai di gerbang rumah sang calon pacar. Kondisi tersebut sama sekali tidak membuat Yoga putus asa. Dengan tekat bulat, Yoga memberanikan diri datang ke rumah calon kekasihnya itu untuk memastikan bahwa sang perempuan idaman membaca semua suratnya. Ternyata sang pujaan hati Yoga belum pernah sekali pun membaca surat tersebut. Meski sakit hati menerima kenyataan tersebut, tetapi Yoga tidak lantas berpaling dari kecintaannya pada sang idaman. Disimpannya rasa cinta tersebut dalam hati sambil Yoga melanjutkan kuliah serta menata dirinya menjadi lebih baik. Lima tahun kemudian, sang pujaan hati memberikan jawaban atas ratusan surat Yoga. Mereka pun menjalin hubungan serius lantas menikah dan berumah tangga. Bukan masalah waktu atau tenaga saat kita ingin mengubah keadaan dari jomblo menjadi berpasangan. Keseriusan serta ketulusan kita untuk menjalin hubungan asmara akan menjadi tiang penopang cita-cita kita untuk mendapatkan seseorang yang terbaik dan serasi dalam kehidupan kita. Kita perlu ingat bahwa jomblo itu bukanlah penyakit berbahaya atau sejenis virus mematikan yang perlu kita khawatirkan. Saat kita masih jomblo, baiknya kita manfaatkan kesempatan tersebut untuk belajar lebih baik sampai mendapatkan setiap cita-cita dalam hidup. Bukan sebaliknya, jomblo dijadikan alasan supaya lemah dan tidak bersemangat. Berhentilah menjadi orang yang cengeng. Justru di saat kita jomblo, kita punya banyak waktu untuk berbuat lebih bagi orang-orang yang kita sayangi. Sehingga saat
  • 23. 14 kita sudah memiliki pasangan hidup, kita mampu mensyukurinya dan menjaga hubungan baik dengan pasangan kita. Tetap semangat dan selamat menikmati hidup supaya mempermudah hidup menggapai sukses. ***
  • 24. 15 JATUH cinta sejuta rasanya. Siang malam selalu terbayang wajah pacar sang kekasih hati. Tidak seorang pun menyangkal pernyataan tersebut selama kita pernah merasakan namanya jatuh cinta. Dalam berbagai kesempatan, cinta selalu datang dan pergi sesuka hatinya. Bila datang, hati kita terasa berbunga-bunga, tetapi saat pergi, hati kita dipenuhi kesedihan mendalam bahkan bias sampai menimbulkan trauma menahun. Saat kita bertemu lawan jenis lalu merasakan jatuh cinta padanya untuk pertama kali. Maka kita seperti berada di dalam kapal saat menghadapi ombak besar di tengah laut.
  • 25. 16 Kita kehilangan keseimbangan hidup karena kebingungan memikirkan proses hubungan dengannya. Kita berpikir bahwa nantinya kita akan menjalani rutinitas tambahan yang akan menyita lebih banyak waktu bersama mereka selama proses pacaran. Kita terkurung dalam pikiran bahwa selama proses pacaran, kita tidak dapat hidup bebas semaunya sendiri, lalu kita harus membagi perhatian dengan pacar, bahkan ada pula yang berpikir bahwa nantinya ada rutinitas antar jemput serta agenda malam mingguan. Akibatnya terjadi tarik ulur di dalam pikiran dan hati kita untuk melanjutkan perasaan cinta pada orang tersebut. Bahkan kita berpikir untuk berhenti mencintainya dan menyerahkan cinta pertama kita menjadi milik orang lain. Ironisnya, saat kita menghadapi dilema hati tersebut, keinginan kita menjadi kenyataan saat sang cinta pertama sudah menjadi pacar orang lain dan mereka tidak bahagia. Melihat ketidakbahagiaan sang cinta pertama dengan orang lain membuat kita semakin terpuruk pada penyesalan. Kita menyalahkan diri sendiri lalu memenjarakan hati dan perasaan kita pada keputusasaan. Kita menghentikan proses pencarian jodoh sendiri untuk merenungi kebodohan masa lalu yang terlambat menyatakan cinta pada sang cinta pertama. Kita membuang kesempatan lain untuk merasakan cinta dengan orang lain. Bahkan ada sebagian orang justru menutup diri dan kesempatan untuk menemukan cinta lain. Pada kasus serupa, saat cinta pertama kita memilih orang lain, maka kita akan berhenti memperhatikannya lalu beralih pada orang lain dan membuka diri merasakan cinta baru untuk kehidupan masa depan. Kita akan mendapatkan pacar pertama meski bukan cinta pertama.
  • 26. 17 Cinta pertama memang berbeda dengan pacar pertama. Cinta pertama biasanya berawal saat kita mengagumi lawan jenis dengan sepenuh jiwa. Lalu kita selalu membayangkan senyuman, tatapan mata, hingga suaranya. Hidup kita menjadi lebih bahagia, lebih semangat, bahkan lebih bergairah melakukan aktivitas terutama saat bersamanya. Sedangkan pacar pertama melebihi cinta pertama karena kita mendapatkan kesempatan baik untuk menjalin hubungan baik dengan orang lain yang mencintai dan menyayangi kita sepenuh hati. Namun ironisnya, bagi sebagian orang, mereka memandang cinta pertama begitu berarti, sehingga tidak jarang saat mereka tidak mendapatkan cinta pertamanya, maka mereka merasakan kegagalan hidup, putus asa, lalu mencampakkan hidupnya sendiri ke dalam perasaan sedih, bahkan mengondisikan diri untuk menolak kesempatan mendapatkan kebahagiaan dengan orang lain. Cinta pertama sesungguhnya bukanlah cinta utama dalam menentukan kebahagiaan kita saat menjalani kehidupan. Cinta pertama hanyalah simbol dari satu tahapan kehidupan dan bukan suatu jaminan kebahagiaan saat kita mendapatkannya. Semuanya dikembalikan lagi pada cara pandang dan pola pikir kita saat memaknai hadirnya seseorang untuk kita kagumi dan kita cintai. Seperti saat saya bertemu dengan seorang perempuan bernama Kai saat masih menempuh pendidikan di sekolah menengah pertama. Saya merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Putih wajah tanpa jerawat, lekuk indah tubuh Kai membuat saya terbuai saat memandangnya dari kejauhan. Saya pun membawa bayangan Kai dalam mimpi. Di awal pertemuan kami, Kai tampak berbeda dari teman- teman lainnya. Kemampuan bermain basket serta olah raga lain membuat saya makin mengagumi sosok Kai. Kekaguman ini bertambah saat kami mulai saling mengenal. Rutinitas sekolah bersamanya membuat saya makin jatuh cinta pada Kai. Saya lalu
  • 27. 18 mengikuti semua ekstra kulikuler sekolah Kai. Termasuk basket hingga pendidikan agama katolik. Bagi saya, tidak ada situasi dan kondisi membahagiakan selain dapat melihat Kai dan selalu bersamanya. Setahun berlalu, saya naik kelas dua. Saya rupanya sekelas dengan Kai. Karena sekelas, maka hubungan saya dan Kai semakin dekat. Saat itu, saya masih belum mengenal cinta. Saya hanya bertekad untuk membuat Kai selalu tersenyum dan tertawa selama dia di dekat saya. Segala upaya saya lakukan untuk Kai. Mulai dari mengerjakan pekerjaan rumah, membuatkan karya lukis, sampai mentraktirnya di kantin dengan uang jajan pas-pasan. Hari-hari indah saya lalui dengan tekad mencintai Kai. Saya pun tidak mempermasalahkan bila Kai akan membalas atau tidak. Hingga suatu hari, seorang teman Kai datang menghampiri saya. Dia pun berkata,"San, kamu mau ngga jadi pacarnya Kai?" "Pacar? Ngga salah ya kamu?" jawab saya spontan sambil menunjukkan wajah bingung. "Iya, beneran. Kamu mau ngga jadi pacarnya?" tegas teman Kai sambil menatap tajam ke mata saya. "Em, kalau dia mau menerima saya apa adanya karena dia perlu tau kalau saya dari keluarga pas-pasan. Kalau setuju ya saya mau. Tapi kalau ngga bisa terima saya ya mohon maaf saya ngga bisa jadi pacarnya. Saya ngga mau bikin dia sedih." jawab saya serius seolah sudah mengerti arti cinta dan pacaran. Mungkin jawaban itu disampaikan pada Kai. Sejak saat itulah, Kai menjaga jarak dengan saya hingga kami berpisah setelah acara perpisahan sekolah. Ketika putus hubungan dan melanjutkan ke sekolah menengah atas masing-masing, saya baru menyadari bahwa Kai merupakan cinta pertama saya. Bersamanya saya merasakan kebahagiaan dan kenyamanan sebagai seorang lelaki. Selanjutnya, saya kesulitan untuk menemukan kembali seorang perempuan seperti Kai selama melanjutkan sekolah. Ada pun perempuan
  • 28. 19 sebagai pacar, tetap perasaannya tidak sekuat dan senyaman saat saya bersama Kai. Cinta pertama memang begitu berkesan. Perasaan hangat serta romansanya begitu kental menyelimuti hati dan pikiran kita. Meski begitu, tetap saja kehidupan harus berjalan. Kita tidak dapat mempertahankan sang cinta pertama selamanya. Adegan dalam film kehidupan lain harus kita perankan agar pertunjukkan kita selesai dengan sempurna. Cinta pertama memang bukan sandiwara satu babak yang mudah berlalu cepat. Cinta pertama juga bukan sinetron dilema hati berkepanjangan yang menyita waktu serta pikiran dalam suasana sedih berkelanjutan. Cinta pertama ibarat sepenggal puisi indah berjuta makna untuk dikenang dalam hati sebagai penyemangat hidup dan motivasi untuk menjalin hubungan romantis bersama pujaan hati sejati kita. Waktu terus berlalu hingga tahun 2002. Tujuh tahun berlalu, saya belum bisa melupakan Kai. Bayangannya selalu menghantui hidup saya. Bayangan Kai masih erat membelenggu jiwa dan pikiran saya. Rasa kehilangan mendalam masih terus membayangi saya. Segala cara saya lakukan untuk mencari keberadaan Kai. Namun, hasilnya tetap nihil. Melalui media sosial Facebook juga tidak mendapatkan respon darinya. Saya berusaha mencari tahu keberadaan Kai sebab saya mendengar dari seorang teman bahwa Kai tinggal di Surabaya, Jawa Timur untuk menghindari masalah di Jakarta. Saya ingin membantu mengatasi masalah hidupnya. Tetapi saya tetap tidak menemukan informasi mengenai keberadaan Kai. Saat itulah, saya mulai melepaskan Kai dari pikiran. Belenggu cinta semu Kai saya lepaskan dari hati. Saya memasrahkan nasibnya pada Tuhan agar saya dapat memperoleh ketenangan dan tidak terus teringat Kai. Lalu Saya mulai membuka hati sedikit demi sedikit untuk mencari cinta lain untuk masa depan.
  • 29. 20 Kai memang begitu berarti dalam hidup dan perkembangan kepribadian saya. Cinta pertama untuk Kai begitu mewarnai perjalanan hidup saya untuk beberapa tahun. Saya begitu mendambakan bertemu dengan Kai untuk sekedar berbincang ringan seperti dulu. Menatap matanya yang jernih hingga memegang tangannya. Namun, saat waktunya sudah berubah, saya harus menguatkan diri untuk meninggalkan impian dan harapan ini agar pasangan saya mendapatkan cinta sepenuhnya dari hati dan pikiran saya. Mencintai seseorang haruslah seperti cinta kita pada sang cinta pertama. Penuh ketulusan, memandangnya netral tanpa pamrih, serta rela mengorbankan apapun untuk melihat dia bahagia. Bila kita tidak dapat meraihnya, berikanlah seluruh hati dan perasaan kita untuk pasangan nyata di samping kita, sebab mereka jauh lebih bermakna dan penting dibandingkan dengan cinta pertama yang hanya berada di khalayalan. Belajar melepaskan cinta pertama dari pikiran kita jauh lebih bijaksana dari pada mengingatnya lantas melukai perasaan pasangan kita. Sebab hidup merupakan tanggung jawab pribadi. Hanya kita yang mampu membahagiakan diri sendiri. Dengan keberanian untuk bangkit dari keterpurukan cinta pertama, maka kita membuka peluang lain mendapatkan kualitas hubungan lebih baik dengan orang lain. ***
  • 30. 21 SAYA mengenal perempuan bernama Ida saat menjadi wali kelas di bulan 14 pada salah satu sekolah swasta di kawasan Tangerang, Banten. Kulit kuning langsat Ida membuatnya tampak cantik alami dengan tingginya sekitar 168 cm. Mata besar di antara rambut panjang tergurai lemas yang menutupi pundaknya menambah kharisma keibuan. Begitu tenang saat saya menatap dirinya. Awal perkenalan kami saat pertemuan singkat di kantor tata usaha. Saat itu, saya ingin mengambil barang dari seorang teman.
  • 31. 22 Saya tidak mengetahui kalau Ida akan ditempatkan menjadi seorang guru kelompok bermain. Saat istirahat makan siang, saya kembali ke ruang guru sambil membawa sejumlah buku dan atribut mengajar lainnya. Setiba di ruang guru, sahabat saya, Rain, datang lalu mendekati saya dan berbisik, “Bro, ada perempuan baru ya? Cantik sekali dia!” “Di sini mah memang banyak perempuan cantik.” jawab saya sambil meletakan barang di atas meja, “terus gue harus bilang wow gitu?” “Lu kalau lihat dia, pasti lu terbelalak karena takjub!” tambahnya dengan mata berbinar-binar. “Sudah tahu gue. Kan tadi pagi gue lihat dia diskusi sama Pak Didu - Kepala sekolah kami.” jelas saya sambil mengajak Rain ke kantin sekolah mencari makanan. Saat saya dan Rain menyusuri lorong gedung di lantai dua, kami berpapasan dengan Ida. Jendela gedung yang terbuka lebar meniup rambut Ida. Harum rambut serta geraian rambutnya membuat kami berdua terpesona hingga hampir saja menabrak tembok pembatas tangga. Belum sempat kami berdiri tegak kembali, Ida sudah menyapa kami, “Hai, Bapak berdua. Kalian guru di sini ya?” “Iya benar. Kamu siapa?” jawab kami kompak. Ida merupakan perempuan tercantik di sekolah itu sebab guru perempuan lainnya sudah lebih senior dari kami. Di saat bersamaan, saya melihat wajah Rain merah merona sambil tersenyum lebar hingga terlihat lesung pipinya. Tanpa basa basi, kami mengajak Ida makan siang bersama di kantin sekolah. Ida lantas banyak cerita tentang masa lalu dan perjalanan karirnya. Kurang dari sebulan, saya, Rain, dan Ida sudah berteman baik. Setiap sekolah mengadakan kegiatan, kami bertiga selalu mengerjakannya bersama. Tidak ada niatan saya untuk menjadikan
  • 32. 23 Ida sebagai pacar atau istri. Saya hanya menganggap Ida sebagai sahabat sama seperti saya menganggap Rain. Namun, tanpa saya sadari, hubungan saya dan Ida semakin dekat. Tidak terasa kami sudah saling mengenal satu semester. Di saat itulah saya merasakan perubahan sikap Ida. Perhatian yang semula biasa saja, sekarang bertambah. Biasanya kami mengambil makanan sendiri-sendiri, tetapi saat itu, Ida mengambilkan makanan untuk saya. Lalu Ida juga kerap menerima pelukan dari saya. Berbagai kesempatan itu saya anggap biasa. Saya tetap memperlakukan Ida sebagai sahabat dan tidak lebih dari itu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Tanpa saya sadari, saya jatuh cinta pada Ida. Setiap malam, wajah Ida mengganggu tidur saya. Senyuman serta lesung pipi Ida mulai menghantui saya. Bayangan Ida seolah tidak ingin pergi jauh dari pikiran saya. Bahkan saat mengajar di kelas, diam-diam saya mencuri pandang ke ruangan guru untuk melihat Ida. Sulit rasanya untuk melupakan begitu saja wajah Ida dari rutinitas saya. Karena saya mulai merasakan dan menyadari bahwa cinta itu bukan rumus matematika atau fisika yang jelas aturannya. Cinta itu datang seketika dan langsung menggetarkan jiwa. Saya mulai kecanduan dengan hadirnya Ida dalam rutinitas. Rasanya malas untuk pulang dan selalu ingin bersama Ida. Saya akhirnya putuskan untuk bicara empat mata dengan Ida untuk mengungkapkan isi hati. Saya mencari kesempatan yang baik untuk menyatakan cinta. Saya lalu mengumpulkan keberanian untuk bilang cinta pada Ida. Saya mengajak Ida ke lokasi penembakan cinta. “Ida, aku cinta kamu. Aku sayang kamu. Maukah kamu jadi pacarku.” kata saya perlahan penuh makna. Ida terdiam mendengarnya.
  • 33. 24 “San, sepertinya aku ga bisa terima kamu. Aku cuma anggap kamu sebagai teman ga lebih dari itu.” jawab Ida dengan wajah kaku. Lalu Ida berpaling dan pergi meninggalkan saya. Sejak itu, sikap Ida berubah. Dia perlahan menjahui saya. Begitu pula Rain. Mereka menghindari saya saat kami bertemu. Hingga beberapa bulan kemudian, Ida mengundurkan diri. Lalu disusul Rain. Waktu itu saya hanya merasa bahwa mereka berdua butuh pekerjaan baru yang lebih baik. Padahal Rain dan Ida terlibat cinta lokasi. Keduanya saling jatuh cinta dan menjalin asmara. Bahkan mereka berdua sudah merencanakan untuk menikah. Mengetahui kenyataan tersebut, saya patah hati. Saya merasa dikhianati dua sahabat sekaligus. Saya tertekan dan terpuruk dalam hidup. Pekerjaan terasa menjenuhkan. Murid-murid juga tampak menyebalkan dan sulit dikendalikan. Emosi saya meningkat dan saya berubah menjadi guru yang galak. Akibatnya, kinerja saya menurun hingga banyak orang tua murid protes atas tindakan saya pada putra-putri mereka. Memang tidak mudah saat percintaan bersinggungan dengan persahabatan. Kita akan dihadapkan pada dilema perasaan serta mengalami kesulitan untuk memilih sang perempuan atau sang sahabat. Saya akhirnya lebih memilih persahabatan. Saya ingin melihat Rain dan Ida bahagia. Lalu saya mundur dan tidak melanjutkan pendekatan pada Ida. Saya tidak mau memaksakan cinta pada orang yang tidak membalas cinta kita. Makna cintanya juga akan sirna karena kita hanya memiliki raga, sementara batinnya tetap memikirkan orang lain. Bila kondisi tersebut terjadi, kebersamaan kita dengan pasangan hanya akan menjadi bom waktu yang dapat meledak sewaktu-waktu. Akan lebih baik bila kita berpikir bahwa memiliki seribu sahabat masih kurang dan memiliki satu musuh sangat banyak.
  • 34. 25 Akhirnya, seiring berjalannya waktu, saya perlahan dapat merelakan hubungan mereka. Saya lebih memilih mencari pasangan lain dibandingkan harus merusak hubungan persahabatan kami. Kerelaan saya terasa dalam perbaikan hubungan kami. Sapa saya melalui media sosial ditanggapi baik Rain dan Ida. Kami pun kembali menjalin hubungan baik yang sempat terputus akibat kesalahpahaman cinta segitiga. Harga persahabatan lebih besar dibandingkan cinta. Tetapi bukan berarti kita menipu hati demi menjaga perasaan sahabat kita. Bila dia lebih memilih kita, ya jangan paksakan dia untuk memilih sang sahabat. Kita maju untuk membahagiakan dia. Namun bila dia lebih memilih sahabat kita, ya kita mundur perlahan untuk memberikan mereka jalan menuju kebahagiaan. Segala sesuatu tidak dapat dipaksakan, sebab paksaan akan meracuni setiap kebahagiaan yang terbentuk di dunia ini. Jalani saja penuh kerelaan dan ketabahan agar hidup kita menjadi bebas dan bahagia. Seperti mahasiswa saya bernama Rian. Saya mengenalnya sejak semester dua. Kami mulai dekat sejak liputan bersama untuk menyelesaikan sebuah tugas di daerah Brebes, Jawa Tengah. Saya dikenalkan pada keluarga, pacar, serta sejumlah teman dekatnya. Pertemuan kami setiap hari membuat saya mengerti karakter Rian dan pacarnya. Saya melihat bahwa Rian begitu sayang dan mencintai pacarnya, tetapi pacar justru mengabaikan perasaan tersebut. Mereka berdua sering terlibat konflik ringan lalu membesar hingga akhirnya putus. Namun, selang beberapa waktu, keduanya kembali romantis seolah tidak pernah terjadi suatu masalah. Drama cinta putus nyambung ini terus berulang sampai beberapa kali. Perilaku tersebut bahkan menjadi hiburan tersendiri bagi teman- teman mereka di kampus. Bahkan para mahasiswa menghafalkan mereka.
  • 35. 26 Kalau Rian tidak bersama sang pacar, itu artinya mereka putus. Lalu teman lain langsung bertaruh bahwa dalam waktu singkat keduanya akan mesra kembali. Taruhan itu sering kali terbukti hingga saya putus asa menasihati keduanya. Kejadian putus nyambung ini terus berulang hingga selesai liburan semester ganjil. Lama tidak ke kampus, saya dikejutkan Rian di hari pertama mengajar. “Pak, saya mau curhat nih. Berat banget hidup saya.” sapa Rian di kantin kampus. “Waduh, saya ada kelas nih.” jawab saya, “boleh kita ketemuan habis Magrib?” Rian diam saja tidak menjawab saya. Lalu saya pun melanjutkan mengajar dan menjalani rutinitas lain seperti biasa. Beberapa hari kemudian, saat saya berbincang dengan mahasiswa lain di kantin kampus, Rian datang menghampiri saya. Lalu dia bercerita tentang kegalauannya yang sempat tertunda waktu itu. “Pak, saya beneran putus dengan pacar saya.” kata Rian membuka percakapan kami. “Loh, kenapa?” tanya saya penasaran. “Dia selingkuh dengan sahabat saya.” jawab Rian dengan nada sedih, “dia tidur dengan sahabat saya.” “Astaga, masa sampai begitu?” sambung saya penuh tanda tanya. “Jadi gini, Pak. Waktu itu, kami ikut pertemuan komunitas musik di Jakarta. Sahabat saya datang dari Jawa Tengah sebagai pengisi acara. Saya kenalin dah sahabat saya sama pacar. Ga tahunya pacar saya suka sama sahabat saya. Terus tanpa sepengetahuan saya, mereka berdua pulang ke Jawa Tengah. Mereka lalu pesta minuman keras sampai mabuk.” cerita Rian perlahan, “habis itu mereka melakukan hubungan suami istri.”
  • 36. 27 “Astaga! Kok kamu bisa tahu? Kan kamu tidak ikut?” tanya saya terkejut. “Jadi mereka rupanya sudah saling lirik waktu acara komunitas itu, Pak.” jelas Rian, “saya putus asa dan saya sudah putusin selamanya.” Mendengar peristiwa itu, saya hanya menasihati Rain agar menerima kenyataan lalu bangkit kembali dari pengkhianatan yang lebih menyakitkan dari pada pengalaman saya. Saya pikir istilah temen makan temen itu tidak ada, tetapi melalui peristiwa ini membuka mata dan pikiran saya bahwa cinta dapat berubah seketika. Seorang sahabat baik hendaknya saling menguatkan saat melihat sang teman sedang sakit. Bukannya justru menjadi penghianat yang mengambil kebahagiaan sang teman. Perjuangkan pasangan yang layak kita perjuangkan meski tantangannya adalah sahabat sendiri. Mengalah pada sahabat menjadi pilihan terakhir saat kita menyadari bahwa sang calon kekasih lebih menyukai sang sahabat. Urusan cinta urusan masa depan. Salah memilih pasangan, salah pula jalan hidup kita. Begitu pula saat memilih sahabat. Salah pilih sahabat, hidup kita semakin terpuruk. ***
  • 37. 28 PERTEMUAN saya dengan Dian terjadi melalui media sosial. Berawal dari sapaan "salam kenal", gayung pun bersambut. Kami lalu berbincang seputar kehidupan dan cita-cita. Saya mengetahui bahwa Dian adalah adik kelas di universitas saat saya mengintip album foto media sosialnya. Selanjutnya, saya mengajak Dian bertemu untuk memastikan bukti foto hasil temuan tadi. Janji pertama saya gagal. Alasan Dian tidak ada waktu karena kesibukan di kantor. Saya tidak menyerah. Saya membuat janji kedua dan berhasil. Kami pun berjumpa di kantin kampus.
  • 38. 29 Pertemuan ini saya rancang malam sepulang kerja. Begitu pun Dian. Pada pertemuan pertama ini, saya melihat Dian sebagai gadis lugu penuh semangat. Tubuhnya mungil dengan wajah tidak terlalu cantik dan kulit sawo matang. Karena sudah terlanjur janji, saya pun mengajaknya berbincang sambil menenggak secangkir kopi susu kesukaan saya di kantin kampus. Malam makin larut hingga kami putuskan untuk pulang. Sebagai lelaki, saya tawarkan untuk mengantarkan Dian pulang ke rumah. Awalnya Dia menolak, tetapi karena malam membuat jalanan gelap, akhirnya Dian pun setuju untuk saya antar. Ternyata rumahnya tidak jauh dari kampus. Kami hanya berjalan sekitar tiga ratus meter. Di depan pagar, Dian melarang saya masuk. Dari situlah saya baru mengetahui kalau ternyata Dian menyewa kamar. Rumah tersebut bukan rumahnya melainkan indekos. Saya tidak memaksa. Usai pamit, saya menyalakan mesin motor, lalu putar arah dan pulang. Keesokan harinya, saya kembali menyapa Dian melalui media sosial. Ternyata Dian demam dan tidak masuk kerja. Membaca pesannya itu, saya merasa bersalah. Saya merasa bahwa sakitnya Dian karena pertemuan kami pada malam sebelumnya. Saya merasa bertanggung jawab atas sakitnya Dian. Lalu sepulang mengajar, saya meluangkan waktu untuk ke indekos menjenguk Dian. Kedatangan saya ke indekos rupanya membuat Dian terkejut. Dian sempat menolak saya. Dia menyuruh saya pulang dan tidak usah mengkhawatirkannya. Saat itu saya menuruti permintaannya. Saya letakan buah di rak sepatu depan kamarnya, lalu saya pulang tanpa marah ataupun sedih. Pulang ya pulang dalam hati saya. Kejadian itu ternyata memberikan pandangan lain bagi Dian. Malam harinya, Dian menulis pesan singkat. Dian minta maaf karena berkelakuan tidak sopan dengan mengusir saya tadi sore. Obrolan kami pun berlanjut. Dian tampaknya mulai membuka hati menerima
  • 39. 30 saya. Diakhir obrolan, Dian meminta waktu untuk bertemu saya. Kangen katanya. Dian justru memberikan alamat kantornya supaya saya dapat menjemputnya. Saya menyanggupi dengan membalas pesan Dian menggunakan simbol tersenyum. Sore di hari berikutnya, saya menjemput Dian ke kantornya. Saya membawakan roti isi untuk Dian sebagai pengganjal lapar selama perjalanan pulang. Selama perjalanan pulang, Dian sama sekali tidak memegang pinggang saya. Dian lebih memilih untuk memegang besi di belakang kursi motor. Setiba di indekos, Dian meminta saya masuk. Padahal waktunya kurang lebih sama saat saya mengantarkan tempo hari. Saya menurutinya tanpa banyak bicara. Kami pun berbincang di dalam kamar indekos Dian hingga tengah malam. Hari berganti hari. Genap sebulan berkenalan, kami menjadi akrab. Dian mulai bercerita tentang kehidupan pribadinya. Intensitas pertemuan kami pun bertambah. Tanpa kami sadari kami sudah saling jatuh cinta. Dian sudah tidak canggung untuk memegang pinggang saya saat pulang bersama. Bahkan Dian bersedia mengenakan pakaian tidurnya saat berbincang dengan saya sepulang kerja. Kedekatan ini saya anggap luar biasa. Hidup saya seolah sudah dipatok pada hidupnya. Bulan berikutnya, saya memberanikan diri menyatakan cinta. Di luar dugaan saya, Dian bersedia menjadi pacar saya. Kami pun berpacaran. Menjalin hubungan asmara dengan Dian berjalan baik. Waktu terasa berjalan lambat penuh kebahagiaan. Kami lantas meningkatkan obrolan seputar pernikahan. Tanggapannya begitu datar dan tidak sesuai harapan saya. Dian lalu mengajak saya bertemu orang tua dan dua adiknya. Rumah keluarga Dian cukup jauh dari Tangerang. Perjalanan pulang ke rumah Dian selama dua hingga tiga jam.
  • 40. 31 Sejak itu, setiap hari sabtu, saya mengantarkan Dian pulang ke rumah untuk bertemu keluarganya. Melihat saya, respon keluarga sangat baik. Saya selalu dijamu dengan makanan enak setiap datang ke rumah orang tua Dian. Tidak ada kecanggungan sekali di antara kami. Sampai suatu hari, di tengah hujan lebat, saya mengantarkan Dian pulang ke indekosnya. Tubuh kami berdua basah meski kami sudah mengenakan jas hujan. Pakaian Dian melekat erat membentuk lekukan tubuhnya. Begitupun pakaian saya. Di saat itulah, kami melakukan tindakan yang dilarang Tuhan. Kami berhubungan intim layaknya suami istri. Saya mengambil keperawanannya dengan alasan cinta. Selesai berhubungan intim, saya merasa sangat berdosa. Saya merasa tidak mempunyai harga diri karena sudah melecehkan kesucian seorang perempuan. Sementara Dian hanya diam. Matanya tajam menatap saya. Lalu dia menangis di atas tempat tidurnya. Beberapa saat kemudian, Dian berdiri dan berbisik di telinga saya, "Sayang, kamu harus mencintaiku sampai aku mati." Selanjutnya, saya mulai mengenalkan Dian pada ayah dan ibu. Dian lalu diajak menghadiri pesta ulang tahun dari salah satu saudara. Pesta ulang tahun tersebut ternyata dihadiri keluarga besar saya. Dian bertemu dengan dua puluhan saudara saya. Dengan malu-malu, Dian mencoba mengakrabkan diri bersama mereka. Pertemuan ini membuat kami semakin dekat. Saya memberanikan diri mengajak Dian kedua kalinya untuk menikah di tahun berikutnya. Saya dan Dian lalu menjalani hubungan asmara layaknya suami istri lebih awal. Saya mulai mengajaknya berhubungan intim rutin dengan durasi tanpa batas, termasuk saat mandi. Bahkan pernah suatu hari saya menginap di indekos Dian hingga Bapak pemilik indekos datang menggeledah kami. Saya hanya bersembunyi di belakang lemari tanpa mampu berbuat banyak.
  • 41. 32 Tindakan saya pada Dian sungguh melebihi perilaku pada istri atau wanita malam sekalipun. Di situlah saya merasa berdosa besar. Hubungan intim berhenti usai Dian mengalami infeksi pada dinding rahimnya. Menstruasinya tidak teratur hingga terjadi hampir sebulan penuh. Saya lalu meminta Dian untuk memeriksakan kesehatannya ke dokter. Hasilnya mengejutkan, Dian terserang penyakit kelamin karena sering berhubungan intim. Bahkan bakterinya sudah masuk ke dinding rahim. Bila tidak segera diobati, maka bakteri tersebut dapat merusak dinding Rahim lalu mengakibatkan kemandulan. Penyakit Dian membuat saya berpikir untuk menyudahi hubungan. Saya tidak bersedia menikahi perempuan yang tidak sanggup memberikan anak. Pikiran jahat tersebut membuat saya mengurangi intensitas pertemuan dengan Dian. Di samping itu, kondisi kesehatan ayah saya menurun hingga membuat saya harus menemaninya di rumah bersama ibu. Hubungan saya dan Dian menjadi renggang. Kami hanya berkomunikasi melalui ponsel. Tidak ada lagi pertemuan setiap hari. Pertemuan seminggu sekalipun hanya bersifat biasa. Hingga suatu hari, kesehatan ayah memburuk. Ayah muntah- muntah dan panas tinggi. Saya lalu mengabari Dian. Namun Dian justru meresponnya dingin dan justru meminta saya menemaninya di indekos karena dia ketakutan. Saya marah dengan cara Dian merespon kabar ayah sakit. Saya menolaknya untuk ke indekos. Telepon saya tutup dan sibuk mengurusi ayah. Mendengar percakapan kami, ibu ikut marah. Ibu lalu meminta saya memutuskan Dian. Saya menolaknya. Saya lalu ceritakan hubungan intim kami. Ibu terkejut. Ibu menampar saya dan mengatakan saya berdosa. Ibu meminta saya bertanggung jawab atas perbuatan itu. Permasalahan malam itu bertumpuk di pikiran saya. Sampai tengah malam, ayah sekali lagi muntah. Tubuhnya mulai dingin dan akhirnya ayah meninggal dunia. Saya sedih luar biasa. Saya
  • 42. 33 menghubungi teman ibu untuk mengantarkan kami ke rumah sakit. Tetap saja, ayah sungguh sudah meninggah dunia. Semua alat deteksi dokter menunjukkan ayah memang meninggal dunia. Selesai merapikan administrasi rumah sakit, saya dan ibu mengantarkan jenazah ayah ke rumah duka. Kami memandikannya, merapikan busana terakhirnya, lalu membawanya ke ruang duka. Saya lalu menghubungi semua keluarga mengabarkan meninggalnya ayah. Suasana duka terasa menyelimuti kami saat itu. Saat suasana mulai tenang, saya menghubungi Dian lagi. Saya memintanya untuk datang memberikan perhormatan terakhir bagi ayah dan sekaligus membantu kami melayani para tamu pelayat. Dian pun datang. Usai memberi penghormatan terakhir, Dian lalu duduk di teras rumah duka. Dia asik memainkan ponselnya tanpa pedulikan tamu. Saya sudah meminta tolong untuk membantu kami menyiapkan makanan ringan khas rumah duka, tetapi Dian tidak bersedia dan justru sibuk dengan ponselnya. Melihat kelakuan Dian, ibu lalu berdiri dan menarik saya ke kamar di belakang peti jenazah. Saat itulah, ibu memaksa saya memutuskan Dian. Ibu tidak suka dengan Dian dan tidak merestui hubungan kami lagi. Ibu bahkan mengancam akan bunuh diri agar ikut ayah. Saya tidak dapat berbuat banyak. Saya lalu menghampiri Dian dan mengajaknya pulang ke indekos. Setiba di indekos, saya sampaikan pesan ibu. Dian menampar saya. Dian meminta pertanggungjawaban saya untuk menikahinya. Saya berusaha menenangkan Dian dan memintanya untuk bersabar. Saya lalu berusaha untuk meyakinkan ibu bahwa saya bisa mengubah perilaku Dian. Ibu hanya tertawa mendengarnya. Ibu tetap meminta saya memutuskannya. Usai mengkremasi ayah dan melarung abu jenazahnya, saya melanjutkan hubungan dengan Dian secara diam-diam alias back street. Beberapa kali saya bertemu dengan Dian. Namun saat itu
  • 43. 34 saya tidak berani lagi mengetubuhi Dian. Bukan karena penyakitnya, melainkan karena saya sudah bertobat. Hubungan berjalan begitu saja hingga orang tua Dian menekan saya untuk menikahinya. Saat itu, keuangan saya belum mantap. Saya masih belum sanggup membina hubungan rumah tangga. Akhirnya, saya sampaikan pada orang tua Dian. Tekanan menikah dari orang tua Dian membuat saya semakin takut menemuinya. Saya menjaga jarak dengan Dian hingga akhirnya saya putuskan untuk menyudahi hubungan kami. Saya semakin merasa berdosa saat Dian memaafkan perbuatan kami. Dian lalu menghilang dengan membuang nomor telepon genggamnya serta memblokir semua akun media sosial saya. Saya sebagai seorang yang berakhlak dan beragama, sungguh merasakan hina dan berdosa besar pada Dian. Meminta maaf dengan bersujud pun rasanya kurang untuk menghapus dosa saya. Selanjutnya, kami tidak lagi saling berkomunikasi. Saya bertobat. Saya bersumpah tidak lagi berpacaran sampai melewati batas dengan berhubungan intim sebelum menikah. Saya lalu menyampaikan pesan ini pada setiap perempuan agar mereka jangan mau melakukan hubungan intim saat pacaran, sebab dampaknya begitu besar bagi diri sendiri maupun pasangan mereka. Saya juga banyak berpesan pada mahasiswa untuk menjaga hubungan asmara pada taraf wajar. Dengan melakukan pacaran wajar pada waktunya, maka hasilnya pun akan memberikan kebahagiaan sepanjang hidup. Berhentilah mengambil kehormatan perempuan dengan alasan cinta. Sudah saatnya kita berkelakuan terhormat sebagai manusia dan bukan seperti hewan. Menjaga kehormatan wanita yang kita cintai berarti kita menghormati dan menghargai penderitaan Ibu yang sudah melahirkan kita. ***
  • 44. 35 KEINGINAN saya untuk mencintai Wina hanyalah pelarian usai saya mengalami beberapa kali kegagalan cinta dengan sejumlah perempuan. Saya berpikir untuk mencari pacar dari teman SMA atau teman SMP, sebab tidak mungkin bila saya memacari teman kuliah karena kebanyakan dari mereka laki-laki. Adapun teman perempuan gayanya terlalu tomboi seperti laki-laki sehingga tidak cocok dengan saya. Hari itu, saya sedang senggang dan tidak terlalu sibuk menulis naskah berita. Saya pun melihat media sosial mencari teman
  • 45. 36 perempuan yang masih jomblo. Usai beberapa jam tenggelam dalam pencarian, akhirnya saya menemukan profil Wina. Di foto profilnya, Wina tampak berubah dibandingkan waktu kami masih sekelas di salah satu SMA wilayah Tangerang, Banten. Tubuh Wina makin seksi. Wajah tirus dan rambut lurus berwarna hitamnya menarik perhatian saya untuk menyapanya. Syukur-syukur masih jomblo sebab Wina tidak menuliskan keterangan apapun di dalam profil media sosialnya. Percakapan pun terjadi. Saya menyapanya dulu, lalu Wina langsung balas. Wah, jodoh nih, dalam hati saya. Percakapan kami berlanjut membicarakan keburukan saat sekolah dulu, pacar kami masing-masing, hingga impian masa depan. Semuanya mengalir begitu saja dengan nikmatnya. Karena ingin menjajaki hubungan ke arah pacaran, saya meminta ijin untuk bertemu langsung dengannya di depan sekolah kami dulu. Wina menolak untuk bertemu di depan sekolah melainkan meminta saya untuk menjemput di kantornya. Saya menyanggupinya untuk bertemu di sana. Sepulang kerja, saya langsung berangkat menuju ke wilayah Jakarta Utara. Tidak terlalu jauh dari kantor karena masih satu wilayah. Setiba di depan kantor Wina, saya melihat sosoknya. Saya sempat terkejut karena Wina berubah dari segi tampilan fisik. Saya sempat berpikir bahwa keluarga Wina tambah kaya. Lalu saya berpikir untuk melanjutkan hubungan ini ke arah lebih serius dengan mengajaknya pacaran lalu menikah. Selesai berbincang sebentar, saya mengantarkan Wina menuju ke indekosnya tepat di belakang kantor. Kami pun melanjutkan komunikasi intensif selama beberapa hari sampai pertemuan berikutnya. Berbekal niat kurang baik itu, saya mulai melancarkan sejumlah rayuan untuknya. Kebohongan demi kebohongan ditambah dengan sikap mengalah, saya mulai menarik perhatian Wina. Sampailah suatu hari, saya menganggap
  • 46. 37 situasinya romantic, lantas saya mengatakan cinta pada Wina. Siapa sangka dia menerima saya menjadi pacarnya. Sejak kami berpacaran, Wina mengajak saya ke rumahnya di wilayah Tangerang, Banten untuk bertemu orang tua serta adik perempuannya. Saya mau tidak mau mengikutinya. Pertama kali saya tiba di rumah Wina, saya terkejut atas kondisi keluarganya. Sang ayah rupanya sakit-sakitan. Sementara sang ibu hanya berjualan es batu. Adik perempuannya bekerja di Jakarta sebagai staf dan sama sekali tidak menunjukkan bahwa mereka keluarga kaya. Saya mencoba untuk berpikiran positif. Saya menenangkan diri untuk mengikuti arusnya. Saya tetap dengan rencana awal untuk menahan diri sekaligus menyelidiki kekayaan keluarga mereka. Saya beranggapan bahwa pertemuan pertama kali tidak mungkin bila mereka membuka diri terlalu besar terutama bicara soal harta dan kekayaan. Saya hanya diam dan meneruskan hubungan asmara dengan Wina. Sebulan kemudian, saya mulai mengetahui banyak hal tentang keluarga Wina. Kondisi mereka sungguh di luar dari bayangan saya. Mereka hanya keluarga biasa dan rumah tempat tinggal itu hanyalah milik perusahaan sang paman. Mereka hanya tinggal sementara di rumah itu karena sang ayah bekerja membantu usaha milik sang paman. Mengetahui status sosial mereka tidak jauh dari kehidupan saya saat itu, saya mulai berencana untuk menyudahi hubungan kami. Saya mulai beralasan saat Wina mengajak saya bertemu atau menjemputnya. Saat keinginan itu timbul, Wina menambah keyakinan saya dengan cerita bahwa fisiknya tidak sehat. Wina punya sejumlah pantangan makanan karena makanan itu dapat memicu alergi hingga harus masuk rumah sakit. Astaga!
  • 47. 38 Tidak mungkin bila saya menikahi perempuan dengan kondisi fisik yang mudah alergi dengan sembarang makanan. Saya berpikir bila kondisi alerginya timbul saat kami pergi bersama keluarga besar, saya harus mengurusinya dan tidak dapat bekerja dengan baik. Tekat saya bertambah kuat untuk memutuskan hubungan kami. Saya mulai mencari-cari alasan agar Wina membenci saya. Beberapa kali telepon dan pesan singkat, saya melancarkan jurus merengek butuh perhatian. Saya menerornya dengan jurus itu hingga Wina meresponnya dengan kemarahan. “San, kamu bisa ga sih dewasa sedikit!” balasnya dalam sebuah pesan singkat, “masa aku harus selalu memperhatikan kamu dan segala aktivitasmu? Memangnya aku ini tidak kerja apa?” Saya hanya diam tanpa membalas pesan singkatnya lagi. Lalu beberapa jam kemudian, saya kembali mengirimkan pesan singkat. “Yang, kok kamu diam aja sih. Please deh, posesifin aku dong!” tegur saya dalam sebuah pesan singkat. Wina lalu marah dan membalasnya, “Berisik kamu! Aku nih lagi kerja. Sudahlah, jangan kayak anak kecil terus kek! Kamu tuh udah dewasa!” Kata anak kecil dalam pesan singkat dari Wina dapat saya jadikan alasan untuk memutuskan Wina. Saya dapat beralasan bahwa saya tersinggung atas kalimatnya tersebut. Pesan singkat balasan saya berikan padanya. Saya marah pada ucapannya dan meminta putus. Sejak itu, kami resmi putus dan saya kembali jomblo. Dalam hubungan asmara, kita harus mendasarinya dengan pemikiran dan tujuan positif serta menghindari pemikiran dan tujuan negatif, sebab pemikiran dan tujuan negatif akan membuat kita kesulitan untuk menentukan arah dalam hubungan tersebut. Terutama bagi para perempuan akan sangat menyedihkan bila menjalani hubungan dengan lelaki yang penuh intrik dan tipu muslihat selama menjalani masa pacaran.
  • 48. 39 Ada beberapa cara yang saya lakukan agar cinta penuh intrik tidak terbaca oleh pasangan saat itu. 1. Pujian Tidak Pada Tempatnya. Umumnya perempuan senang sekali mendengar pujian walaupun pujian tadi tidak pada tempatnya. Mereka yang mengatakan tidak suka pun sebenarnya tersipu malu di dalam hati. Untuk itu, banyak lelaki memanfaatkan kelemahan perempuannya agar modus atau upaya negatif mereka dapat dengan mudah terlaksana. Cara mengatasinya mudah. Ujilah cinta mereka dengan sejumlah permintaan yang melibatkan hati dan pengorbanan. Supaya mereka yang hanya menebar cinta palsu dapat berpikir untuk menyudahinya karena kelelahan untuk mewujudkan semua permintaan perempuan yang mengurasi energy serta perasaan. 2. Mengalah Untuk Melakukan Sesuatu di Luar Batas. Misalnya, dalam kondisi hujan, sang pacar meminta tolong untuk membelikan katak berwarna biru, sedangkan di setiap toko menjual katak umumnya berwarna hijau atau pink. Permintaan ajaib seperti itu menjadi tantangan tersendiri bagi pacar untuk menguji kesetiaan kita. Seharusnya, bila pacar yang serius menjalani hubungan, mereka akan menolaknya dengan halus dan tidak begitu saja melakukannya, kecuali mereka dengan modus tertentu, maka mereka akan mencarinya dengan penuh kesabaran untuk meujudkannya. 3. Mengacuhkan Kesalahan Prosedur Dalam Kehidupan Pacar. Umumnya pacar dengan modus tertentu tidak mau melibatkan diri untuk mengkoreksi kesalahan dari pasangannya. Mereka cenderung diam dan mengacuhkan kesalahan yang terjadi. Alasannya sederhana karena mereka tidak ingin pacarnya marah lalu memutuskannya. Mereka berpikir bahwa koreksi kesalahan
  • 49. 40 untuk sang pacar akan membuatnya marah lalu memutuskan hubungan dengan mereka. Sehingga dari pada mereka diputuskan tanpa mendapatkan sesuatu dari keluarga sang pacar, lebih baik mereka mengacuhkan saja, dan justru menghindari permasalahan tersebut. Misalkan, sang pacar menginvestasikan hartanya pada saham perusahaan tidak jelas. Kita diam saja tanpa berkomentar untuk mengingatkan bahayanya bila dia mengalami kerugian. Kita tidak berusaha untuk campur tangan memberikan pandangan lain agar dia selamat dari kerugian di kemudian hari. Dan bila dia sungguh mengalami kerugian lalu bangkrut, sang pacar justru pergi meninggalkannya dengan kerugian untuk mencari pacar kaya lainnya. Selain cinta dengan modus negatif, kita juga sering menjalani hubungan dengan seseorang dengan alasan pelarian. Menjalani cinta karena pelarian dari kegundahan serta kegalauan hati akan berdampak negatif bagi hubungan itu sendiri. Bagi sang pelaku, dia akan menganggap pacar barunya seperti boneka lucu yang dapat dipermainkan dengan mudah. Dia beranggapan bila sang pacar sekedar formalitas agar dia selamat dari kecaman dan hinaan dari para teman. Cintanya tidak bulat pada pacar sehingga saat ada konflik besar, biasanya hubungan itu akan mudah putus karena cinta mereka penuh kepalsuan. Sementar bagi korbannya, mereka akan kesulitan mengembangkan diri sendiri, karena bagi sang pacar, mereka selalu dibandingkan dengan sang mantan. Semakin mereka mengalah, maka semakin terjerumuslah kita pada kepalsuan cinta dan rawan terjadi perselingkuhan. Sebab, saat sang pacar dengan cinta pelariannya menemukan pasangan lain yang dianggap lebih sesuai untuknya, maka mereka tidak segan-segan meninggalkan hubungan asmara dengan sang pacar.
  • 50. 41 Alangkah lebih baik bila kita menjalani hubungan asmara karena cinta dan bukan karena kasihan. Sebab saat kita menerima kekurangan pasangan di masa pacaran, akan berdampak perceraian di masa berumah tangga. Kekurangan dari pasangan kita hendaknya kita koreksi bersama selama masa pacaran. Dengan begitu, kita sanggup menerima kekurangan pada sang pacar. Kalau pun tidak dapat diperbaiki dan cenderung mengulang terus tanpa perubahan dalam kurun waktu tertentu, lebih baik kita putus lalu mencari pasangan lain yang lebih ideal bagi kita. Berhentilah bersandiwara selama menjalani hubungan asmara. Sebab drama setiap babaknya dapat menguras energi kita hingga tidak tersisa. Bersikaplah jujur pada diri sendiri lalu berusahalah untuk menyesuaikan keinginan satu dan lainnya agar hubungan dapat selalu bahagia. ***
  • 51. 42 PEPATAH yang mengatakan jodoh, harta, sakit, tua, dan mati semua diatur Tuhan tampaknya benar saat kita mendapatkan pacar dari kota beda provinsi. Seperti saya dan Amanda saat itu. Amanda berasal dari Palembang, Sumatera selatan. Dia datang ke Jakarta selama lima hari untuk mendalami pelajaran penulisan naskah televisi di tempat kerja saya. Hari pertama kenalan dengannya, saya langsung merasakan kenyamanan saat bersama Amanda. Begitu pula dengannya. Karena kami saling nyaman, maka kami akrab dan mampu berkomunikasi dengan baik.
  • 52. 43 Selanjutnya kami berdua mulai jalani kebersamaan. Hari demi hari kami jalani untuk saling mengenal satu sama lain. Usai kerja, saya jemput Amanda di rumah temannya. Saya ajak dia berkeliling Jakarta. Tidak satupun detik saya lewatkan untuk bersamanya. Saya pandangi matanya yang bersinar, rambutnya yang panjang hitam, sampai saya tidak ingin melepaskan tangannya. Di hari ketiga, tanpa saya duga, saya memintanya menjadi pacar. Kalimat permintaan itu keluar begitu saja dari mulut saya. Suasana malam penuh nuansa romantis ditambah gemerlap bintang dan cahaya bulan, makin mendekatkan kami berdua. Amanda tampak semakin cantik dan mempesona. Saya sampai bersumpah tidak akan mengecewakan dan meninggalkannya. Hingga tengah malam, kami bersama penuh romansa. Keesokkan harinya, kami kembali melanjutkan acara jalan- jalan. Jadwalnya mengunjungi seorang teman lama Amanda di sebuah apartemen wilayah Cengkareng, Jakarta Barat. Pertemuan dengan sang teman terasa seperti keluarga. Kami berbincang panjang lebar tentang semua kejadian. Amanda tidak sungkan menceritakan kekurangannya di hadapan kami semua. Tawa canda mewarnai kegiatan hari itu. Hangatnya keluarga begitu kental saya rasakan. Waktu berjalan cepat. Kebersamaan kami di Jakarta harus berakhir. Amanda harus pulang ke rumahnya di Palembang. Sedih dan gundah menyelimuti hari-hari saya. Hilang semua kegairahan hidup. Saya berpikir bahwa tantangan asmara jarak jauh segera datang dan menghantui rutinitas berikutnya. Amanda pun berangkat dengan pesawat pagi. Saya hanya mengucapkan kalimat hati-hati melalui pesan singkat dari telepon genggam. Saya harus liputan ke luar kota. Saya tidak pernah bermimpi untuk menjalani sebuah hubungan jarak jauh. Saya merasakan beban hati terbesar dalam hidup.
  • 53. 44 Saya mengerti benar bahwa sebuah hubungan jarak jauh haruslah disertai sebuah komitmen tinggi dan kesetiaan menjaga hubungan melalui komunikasi intensif. Tanpa keduanya maka sebuah hubungan jarak jauh akan berakhir kosong dan kandas tanpa sisa. Saya kembali menanyakan hal itu pada diri sendiri. Saya pastikan bahwa saya siap dengan keduanya untuk mempertahankan cinta kami berdua. Dilema serta kegalauan tingkat dewa menyelimuti hati saya. Berontak dan berteriakpun saya tidak sanggup. Nasi sudah menjadi bubur. Semua toh sudah terjadi. Amanda sudah jauh di pulau lain. Tinggal cerita indah tersisa di antara kami. Tinggal cara saya sendiri untuk mempertahankan cinta dan sayang agar tidak memudar. Perkiraan saya benar. Meskipun saya sudah maksimal menjaga stabilitas komunikasi dan konsistensi cinta pada Amanda, ternyata tidak sebaliknya. Amanda mulai menjaga jarak. Beberapa kali telepon saya ditolaknya. Sejumlah pesan singkatpun diabaikan tanpa balasan. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk menemuinya di Palembang. Saya menghubungi Amanda untuk meminta alamat rumah. Dia memberikan lengkap hingga rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW). Saya meminta ijin untuk ke rumahnya melalui pesan singkat. Beberapa jam kemudian, Amanda menelepon saya. Dengan nada dingjn dan acuh tak acuh, dia melarang saya mengunjungjnya ke Palembang. Saya menanyakan alasan larangannya itu. Tanpa menjawab, Amanda langsung menutup telepon. Saya mengirim kembali pesan singkat mendesaknya memberikan alasan larangannya itu. Pesan saya tidak kunjung dibalas. Lalu saya kirimkan pesan berikutnya berisi kalimat paksaan kalau saya akan menyusulnya ke Palembang. Amanda lalu membalasnya, "Kalau kamu ke Palembang, kamu mau tidur di mana? Rumah aku kecil dan tidak mungkin kamu menginap di rumahku. Lagi pula kita kan belum menikah, apa kata
  • 54. 45 tetangga nanti? Sudahlah, kamu jangan ke sini. Tunggu aja, nanti juga aku ke Jakarta lagi kok." "Aku harus bertemu kamu, Beb." balas saya. "Untuk apalagi? Kita kan sudah tidak ada hubungannya lagi." balas Amanda. Membaca pesan singkat itu, saya makin terkejut. Saya lalu menelepon Amanda untuk.memgklarifikasi maksudnya mengatakan bahwa kami sudah tidak ada hubungannya lagi. "Halo..." telepon saya dijawab Amanda, "kok kamu bisa bilang kalau kita tidak ada hubungannya lagi?" "Sandy, aku ngga ingin kamu sedih kalau mengetahui bahwa aku ngga mau nikah. Aku ngga mau berkeluarga. Bagiku mengenalmu saat di Jakarta hanya untuk menemaniku, tapi karena kamu baik dan perhatian sama aku, maka aku bilang iya waktu kamu nembak aku jadi pacarmu." jelas Amanda. Mendengarkan ucapan Amanda, telepon saya lalu terjatuh ke lantai. Saya langsung duduk lemas tidak bertenaga. Saya sedih, kecewa, marah, hingga benci padanya. Saya tidak dapat berkata- kata lagi. Semua pandangan saya menjadi gelap. Tubuh saya gemetaran dan tidak sanggup berdiri tegak. Saya merasa terbuang dari kehidupan. Saya lalu menangis terseduh-seduh untuk beberapa menit. Usai sedikit lega, saya rapikan telepon selular dari lantai, lalu menghidupkannya kembali. Sebuah pesan singkat lalu berebut masuk ke telepon selular saya. Pesan dari Amanda salah satunya. Pesan tersebut berbunyi, "Sandy, maafin aku ya harus jujur sama kamu. Maafin kalau aku ga bisa lanjutin hubungan ini. Meski begitu kamu tetap menjadi teman terbaikku." "Oke kalau begitu. Bye!" pesan balasan saya untuk terakhir kalinya. Setelah itu, saya tidak pernah lagi menghubungi Amanda baik melalui pesan singkat maupun telepon. Bagi saya, Amanda sudah
  • 55. 46 menjadi masa lalu dan bukan saatnya lagi saya terus memikirkannya. Pertunjukkan harus tetap berjalan. Saat kita menjalani hubungan asmara jarak jauh, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dengan cermat agar tidak memicu keretakan atau kehancuran dalam hubungan tersebut. 1. LUPAKAN KALIMAT: YANG PENTING PERCAYA Hubungan jarak jauh harus dipersiapan dengan matang. Termasuk kepastian status masa depan atau tujuan akhir dalam sebuah proses pacaran, yakni menikah dan berkeluarga. Kalimat: YANG PENTING PERCAYA AJA, membuat kita terlena pada aktivitas lalu membuat sang pacar menjadi terabaikan. Bila pacar terabaikan, akibatnya komunikasi akan rusak dan berakhir putusnya hubungan asmara. 2. JANGAN PERNAH MENYAMAKAN KONDISI MASING- MASING Menjalani hubungan pacaran jarak jauh, seperti kita hidup di dua dimensi berbeda. Kita tidak saling tahu kondisi masing-masing. Untuk itu, jangan pernah menyamakan kondisi masing-masing. Kita harusnya saling bertukar cerita seputar kejadian yang kita alami sepanjang hari. Dengan pertukaran cerita, maka secara otomatis kita menjalin kedekatan dengan pacar nun jauh di sana. Selain itu, pandai-pandailah menciptakan suasana ceria saat komunikasi berlangsung. Pakailah kalimat ringan (tidak baku) dan menyenangkan untuk menciptakan kenyamanan pada pasangan kita. Kalimat berat (baku) membuat suasana menjadi formal dan lama kelamaan menjadi tidak nyaman.
  • 56. 47 3. TIDAK PERLU MENYALAHKAN SINYAL DAN KUOTA Tantangan saat menjalani hubungan jarak jauh ya sinyal dan kuota. Sinyal berhubungan dengan telepon serta pesan singkat, sedangkan kuota berhubungan dengan panggilan video atau pertukaran informasi melalui aplikasi telepon selular. Tantangan tersebut harus kita terima dengan lapang dada. Tidak ada alasan biaya mahal dan tidak punya uang. Kalau alasan itu kita gunakan, maka menunjukkan kita tidak setia dan melanggar komitmen dalam menjalani hubungan asmara. Kalau kita sungguh cinta dan sayang dengan pacar, maka kita kerja yang rajin untuk menghasilkan uang sebagai modal menjalani hubungan jarak jauh. Kalau sudah tahu pulsa mahal, lantas kita hanya mengandalkan uang bulanan dari orang tua tanpa mau bekerja, maka pasti sulit menjalani hubungan jarak jauh. Komunikasi dalam hubungan jarak jauh memang menjadi hal terpenting. Oleh karenanya, kita harus rutin untuk berkomunikasi dengan pacar. Karena rutin, kita harus bergantian saat telepon atau saat melakukan panggilan video. Kita juga harus saling bergantian menahan rasa kantuk saat hubungan kita beda waktu yang cukup signifikan. Misalkan: Indonesia – Amerika Serikat, Indonesia – Arab Saudi, Indonesia –Jepang atau Indonesia – RRC. Kalau ego kita utamakan dan malas berkomunikasi dengan alasan ngantuk, ya akibatnya hubungan jarak jauh menjadi sekedar percaya saja. Akibatnya, 80 persen hubungan jarak jauh berakhir putus.
  • 57. 48 4. KALAU BERTEMU BERHENTILAH MEMBUAT PERSELISIHAN Bagi pasangan baru yang menjalani hubungan jarak jauh, biasanya saat bertemu kembali, kita justru kebingungan saat memulai melakukan sesuatu bersama. Akhirnya, kita menghabiskan waktu untuk berdiam diri tanpa aktivitas apapun. Rasa canggung menekan pikiran dan logika kita untuk mengajaknya berbicara atau melakukan aktivitas bersama lainnya. Tetapi bagi pasangan yang mampu mempertahankan hubungan jarak jauhnya lebih dari satu tahun biasanya saat bertemu, mereka cenderung berkomunikasi menggunakan hati bukan hanya logika. Akibatnya, mereka sering kali terjebak pada rutinitas salah paham. Seharusnya, saat bertemu, kita dan pasangan membincangkan masalah kekinian dan melakukan aktivitas positif lainnya sambil menjaga kehangatan melalui perkataan yang baik dan positif. Dengan begitu, kesan saat berpisah nanti menjadi indah dikenang di tempat masing-masing. Kesempatan selama menjalani hubungan jarak jauh begitu mahal. Bukan saatnya untuk berdebat mengenai masalah sepele dan tidak bermanfaat. Saat perbedaan pandangan timbul dalam hubungan jarak jauh, perbedaan itu hendaknya dipandang sebagai warna lain untuk memperindah hubungan kita. Menahan diri merupakan kunci dasar bagi kita untuk mempertahankan hubungan tersebut. Kita harus mampu melihat sisi positif dalam setiap kondisi yang terjadi selama hubungan jarak jauh berlangsung. Selanjutnya, sabar dan berkorban menjadi kunci berikutnya untuk memaklumi kondisi dari pasangan yang berada jauh dari kita. Seorang teman bernama Junita tinggal terpisah dengan suaminya. Dia menetap di Kota Tangerang, Banten bersama sang ayah, sedangkan sang suami menetap bersama keluarganya di
  • 58. 49 Kota Jambi. Hubungan seperti ini terjadi karena keduanya punya aktivitas masing-masing yang sulit ditinggalkan. Junita mempunyai usaha perjalanan, sementara sang suami bekerja dengan jabatan baik di perusahaannya. Junita akhirnya memutuskan untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan sang suami sama seperti saat mereka pacaran. Junita dan sang suami melihat bahwa hubungan jarak jauh ini bukan lagi ujian cinta dan kesetiaan, melainkan warna tersendiri untuk memperindah rumah tangga. Tidak ada lagi kecemburuan di antara mereka, tidak ada lagi keegoisan dalam memutuskan keinginan mereka. Bagi Junita, komunikasi menjadi berharga dan kebersamaan menjadi harta terindah, sehingga saat mereka bertemu, Junita dan suami hanya membahas kebahagiaan dan sama sekali menghindari perselisihan yang dapat timbul dari hal-hal sepele. Tidak ada lagi alasan untuk menolak hubungan jarak jauh saat kita sudah menyiapkan diri untuk menjalaninya. Berhentilah menutup diri untuk cinta dari kota yang berbeda dengan kita. Bila kita suka dan cinta dengannya, jalani saja. Nikmati setiap kondisi yang kita alami bersama dan berjuanglah untuk mendapatnya. ***
  • 59. 50 TIDAK dipungkiri bahwa kita seringkali masih mengingat mantan pacar saat baru beberapa hari putus cinta. Tetapi bukan berarti kenangan sang mantan terus meracuni pikiran bahkan menghantui rutinitas kita dengan kenangan indah saat berdua dengannya. Lucunya, kita sering terbawa suasana saat melihat orang lain berduaan dengan pacarnya. Mereka berbahagia, sedangkan kita menangis karena mengingat waktu bersama sang mantan. Banyak orang berkata bahwa mantan adalah terindah dalam hidup kita. Pernyataan ini sebenarnya hanya seperti narkoba yang bersifat menenangkan pikiran lalu pada akhirnya membuat kita
  • 60. 51 menjadi kecanduan dan berhalusinasi. Akibatnya, hidup kita menjadi berantakan dan cenderung mengalami tekanan batin karena menyimpan ketidakrelaan melihat mantan bersama dengan orang lain. Istilah mantan terindah pada kenyataannya salah. Kalau mantan dikatakan terindah, seharusnya kita tidak memutuskannya, melainkan menjadikan sang mantan menjadi manten atau menikahnya. Kalau kita dan pacar sampai putus di tengah jalan, maka peristiwa tersebut bukanlah terindah, melainkan terburuk dalam kehidupan. Seorang mantan seharusnya sudah tidak lagi kita anggap penting dalam hidup karena mereka saja belum tentu menghiraukan kita lagi. Bahkan parahnya mereka menganggap kita sebagai barang bekas yang tidak dapat didaur ulang lagi. Mereka membuang kenangan kita lantas sama sekali tidak mau mengenal kita lagi. Kalau seperti itu, kita justru akan disalahkan dunia karena masih menyimpan harapan untuk kembali padanya. Memang sebagian dari kita memutuskan hubungan karena emosi sesaat, lantas ketika emosi sudah mereda, kita menyesali keputusan tersebut lalu berharap cinta lama bersemi kembali. Segala upaya kita lakukan untuk mendapatkan cinta sang mantan. Termasuk mengorbankan harga diri untuk mengemis cinta padanya. Padahal saat kita mengemis cinta pada mantan, justru membuatnya menjadi semakin tinggi hati dan menganggap remeh kita sebagai pribadi yang tangguh. Jadi, lupakan saja mantan agar kita berani menatap hidup lebih baik bersama orang lain. Dalam sejumlah kasus, sering kali kita bertemu dengan pacar yang masih mengenang mantannya. Kenangan mereka pada sang mantan begitu kuat hingga terkadang menjadi pemicu munculnya kebiasaan membandingkan antara kita dengan mereka. Beri waktu bagi sang pacar untuk merasakan hubungan barunya bersama kita. Wajar bila dalam satu bulan pertama
  • 61. 52 pacaran, dia masih terbayang sang mantan. Justru kurun waktu itu, kita manfaatkan untuk menampilkan kepribadian sendiri agar sang pacar perlahan melupakan sang mantan. Bukan sebaliknya, kita justru berperilaku seperti sang mantan hanya untuk menarik perhatian sang pacar. Dengan adanya kita berperilaku seperti sang mantan, maka kita sendiri membuat sang pacar semakin berat melupakan sang mantan. Akibatnya, Sang pacar akan semakin tenggelam pada kenangan masa lalunya lalu perlahan meninggalkan kita. Akibatnya, Sang pacar akan semakin tenggelam pada kenangan masa lalunya lalu perlahan meninggalkan kita. Bagi para perempuan, mudah bagi mereka untuk menyembunyikan perasaannya pada sang mantan. Bahkan bagi sebagian perempuan, kenangan pada sang mantan ditunjukkan saat bersama kita. Mereka tidak segan mengomentari tindakan kita lalu membandingkannya dengan sang mantan. Bahkan mereka seringkali mengeluarkan kalimat pamungkas “kalau begini kamu ga beda dari dia.” atau “Dia lebih baik dari kamu.” Agar kita menuruti kemauannya. Sekali atau dua kali, kalimat pamungkas tersebut dapat membungkam pacar kita, tetapi bila berulang kali kita ucapkan, maka sang pacar akan bosan lalu meninggalkan kita. Seharusnya, mantan sama sekali tidak kita hiraukan. Kita harus menyadari bahwa setiap hubungan baru pastinya akan memberikan warna baru dalam kehidupan kita. Kita justru harus belajar untuk memperbaiki kesalahan dan berusaha tidak mengulangi kesalahan yang sama. Selain itu, Kita juga harus mengerti bahwa pacaran itu sebagai proses belajar untuk mendewasakan diri, menemukan jati diri, serta saling berbagi dengan orang lain yang kita cintai.
  • 62. 53 Untuk itu, kita harus memastikan bahwa hubungan kita dengan sang mantan sungguh selesai dan tidak berbuntut panjang pada rutinitas selanjutnya. Bila hubungan pacar dengan mantannya belum selesai dan masih banyak masalah hati, lebih baik kita meminta sang pacar untuk menyelesaikan dulu semuanya agar hubungan baru dengan kita dapat berjalan serius dan tidak terus berada dalam bayangan masa lalu. Masalah hati di masa lalu itu melelahkan jiwa dan raga. Terutama bila masa lalu itu kembali diungkitnya saat terjadi perdebatan dengan kita. Saat saya pacaran dengan seorang perempuan bernama Sindi di pertengahan tahun 2011. Saya sama sekali tidak mengira bila dia seorang single parent. Saya pikir suaminya kerja di luar kota lalu Sindi dan Riko, putranya tinggal di rumah orang tua. Setahun mengenalnya, saya mengajukan diri untuk membuat program baru di stasiun televisi lokal tempat kami bekerja. Proses pembuatan tayangan baru tersebut mendekatkan kami secara mental. Cinta lokasi pun terjadi. Perhatian saya pada Sindi ditanggapi serius. Saya mulai diajak bermain ke rumahnya dengan tujuan mendekatkan saya pada Riko. Saat itu, saya tidak merasa canggung sama sekali. Saya justru menikmati moment bersama Riko. Begitu pula sebaliknya, Riko pun cepat akrab dengan saya. Sebulan kemudian, Sebelum hubungan kami melangkah lebih lanjut, Sindi mengakui statusnya sebagai seorang janda dengan anak satu. “San, aku ini janda beranak satu loh.” kata Sindi perlahan di hadapan saya. Mengetahui statusnya janda, saya sempat terkejut. Salah sasaran nih, pikir saya sesaat sambil menatap dalam matanya. Tapi ya coba saya jalani dulu. “Kamu kenapa, San? Ada yang salah dari aku?” tanyanya kembali sambil menepuk pundak saya.
  • 63. 54 “Oh, maaf, maaf, aku gapapa kok.” jawab saya sedikit terkejut. Hari pun berlalu. Hubungan kami makin mendekat. HIngga suatu malam, Riko meminta Sindi mengajak saya menemaninya tidur di kamar mereka. Awalnya saya sungkan, tetapi karena rengekan Riko, akhirnya saya menurutinya. Riko mengambil buku cerita bergambar, lalu meminta saya untuk membacanya. “Om, tolong bacain ini ya? Aku suka cerita ini.” pinta Riko sambil menyodorkan buku di hadapan saya. “Oke, sebentar ya.” jawab saya sambil memperbaiki posisi duduk di bangku kecil di samping kasur. “suatu hari…” Belum selesai saya membacakan buku, Riko sudah tertidur pulas memeluk guling kecilnya yang sedikit kumal. Saya dan Sindi pun keluar untuk melanjutkan obrolan kami hingga larut malam. Mengetahui Riko dapat menerima saya, kami pun akhirnya berpacaran. Hari-hari sebagai sepasang kekasih, tidak terlalu banyak perubahan. Hanya saja, saya mendapat tugas tambahan antar-jemput Sindi. Saya anggap kegiatan ini wajar karena kami pun satu kantor. Tanpa terasa jadwal saya berubah. Semula pulang kantor langsung ke rumah, sekarang saya harus mengantarkan Sindi pulang ke rumahnya, lalu membantu memandikan Riko, sampai menemaninya bermain dan tidur. Hidup saya memang lebih berwarna, tetapi kelelahan juga meningkat. Saya nikmati saja proses pacaran seperti itu karena saya memilihnya untuk bersama Sindi. Banyak anggota keluarga mencibir hubungan kami. Mereka menyayangkan kalau saya harus menjalin hubungan dengan seorang janda. Mereka bahkan berusaha untuk mengenalkan saya dengan perempuan lain yang lebih muda. Hari berganti bulan, hubungan kami mengarah pada pernikahan. Mengetahuinya, seorang paman melarang saya untuk menikahi Sindi.
  • 64. 55 “Kamu tuh kayak tidak laku saja sih sampai mau menikah sama janda!” Tegas paman saya saat pertemuan keluarga di perayaan Imlek. Mendengarnya saya hanya berdiam diri. Terserah saya sih mau pacaran atau nikah sama siapa! Pikir saya di saat diam mendengarkan kata tajam dari paman. Hubungan kami terus berlanjut tanpa mempedulikan urusan lainnya. Show must go on! Semua harus sesuai rencana. Keinginan keras kami untuk menikah, rupanya dirasakan semua anggota keluarga. Ibu saya pun akhirnya memberikan restu serta menerima keberadaan putra Sindi. Melihat restu ibu, membuat anggota keluarga besar tidak berdaya dan perlahan mendukung hubungan kami. Paman pun perlahan melunak dan bersedia membantu mencarikan tempat resepsi pernikahan. Saat kebahagiaan menuju pernikahan, hubungan kami mendapatkan cobaan besar. Sindi ingin kembali bekerja di Taiwan. Bahkan dia ingin menemui sang mantan suami. Perasaan saya menjadi gelisah. Saya marah sekaligus sedih. Keputusannya tidak dapat dihalangi lagi, bahkan Sindi mengundurkan diri dari kantor, untuk menjahui saya. Kami memutuskan untuk berpisah sebagai pacar tetapi sepakat untuk berhubungan sebagai teman. Beberapa bulan kemudian, Sindi memberi kabar keberangkatannya ke Taiwan. Saya hanya memberikan selamat dan tidak lagi mencampuri terlalu dalam. Selama menjalin hubungan dengan Sindi, saya banyak belajar bahwa saat kita mencintai seseorang, kita harus konsentrasi menjaga komunikasi serta berupaya memaksimalkan komitmen untuk selalu berpikiran positif. Konsentrasi pada pacar membuat kita memiliki kemampuan untuk melupakan mantan. Tidak ada lagi alasan bagi kita untuk memasukkan mantan dengan urusan masa lalu dalam diskusi maupun candaan saat bersama pacar.
  • 65. 56 Kita menjadi tidak adil saat membicarakan mantan dengan pacar, apalagi kita mengajak pacar untuk mengurusi kegiatan mantan. Segala kegiatan berhubungan dengan mantan pastinya akan membuat kita mengalami dilema hati, lalu kita akan membandingkan pacar dengan mantan. Nostagia masa lalu dengan mantan akan kita ingat kembali. Akhirnya, kita disibukkan kembali untuk memilih sang pacar atau sang mantan. Pengalaman berpacaran dengan Sindi juga membuat saya belajar cara untuk melupakan mantan dan mengutamakan pacar. Caranya dengan mengingat kembali penyebab kita putus dengannya. Bayangkan bila mantan melakukan tindakan tersebut saat kita menikahinya. Dampak dari perceraian lebih luas dari sekedar putus pacaran. Misalkan sang mantan menyelingkuhi kita saat pacaran. Kita marah lalu memutuskannya. Bila suatu hari sang mantan kembali merayu kita untuk kembali menjalin hubungan dengannya, kita harus berani menolaknya. Penolakan kita harus berdasarkan pemikiran bahwa sang mantan pastinya kembali mengulangi perselingkuhan dengan lelaki lain, lalu dia meninggalkan kita. Lebih baik putus sekarang dari pada menjadi kanker yang merugikan diri sendiri. Selama saya menjalin hubungan dengan Sindi, saya juga menyadari bahwa kita harus tulus mencintai pacar. Melalui ketulusan ini, kita akan mengarahkan pikiran pada rasa syukur lalu bermuara pada kerelaan menerima pacar secara utuh tanpa memintanya untuk melakukan penambahan atau pengurangan dalam hubungan kita. Gagal move on, hanyalah kemalasan batin yang dibuat drama kehidupannya agar seolah-olah menyedihkan. Padahal, mudah saja untuk kita melupakan mantan untuk mendapatkan pacar baru. Trauma putus cinta juga alasan kita untuk menutup ketakutan kita pada kondisi baru dengan pacar baru. Kita terlalu
  • 66. 57 banyak alasan ajaib untuk membungkus kesakitan hati sendiri pada perubahan positif. Sudahi semua trauma kita dengan memberanikan diri melihat peluang untuk menguntungkan hidup sendiri. Setidaknya kita berpikir bahwa hidup berdua dengan pacar akan lebih mudah dibandingkan hidup sendiri. Tahun 2004, saya pacaran dengan seorang perempuan bernama Ami. Dengan pekerjaan saya sebagai wali kelas. Saya memberanikan diri untuk berpacaran dengan Ami. Di awal pacaran, pekerjaan Ami sebagai kepala sekolah bukanlah hambatan buat kami. Rutinitas bekerja, pacaran di malam minggu, lalu kencan di akhir pekan, kami jalani begitu saja tanpa melihat perbedaan usia, pekerjaan, agama, maupun harta. Kami bisa menjalaninya dengan kerelaan satu sama lainnya. Bahkan sering kali, Ami mengeluarkan uang untuk membayar tagihan makan kami. Setengah tahun kemudian, semua berubah 180 derajat. Ami mulai dingin dan tidak lagi memperhatikan saya. Setiap kali ke rumahnya, saya disambut biasa dan tidak lagi seistimewa di awal pacaran. Satu bulan kemudian, hubungan kami makin memburuk. Pesan singkat hingga telepon saya ditanggapi sangat dingin bahkan tidak dibalas. Sampailah suatu hari, saya tanyakan kelanjutan hubungan kami. Dengan menangis, lalu Ami memutuskan hubungan kami. Saya dicampakkan jauh dari kehidupannya. Alasan klasik kalau kami beda status sosial, pendidikan, dan ekonomi. Saya sedih menerima kenyataan ini. Sedih bukan karena tidak ditraktir makanan enak lagi, tetapi sedih karena gagal menjadi lelaki yang mampu membahagiakan pacarnya. Sebulan kami putus, saya masih rutin menghubungi Ami. Balasan Ami sangat lama dan cenderung mengabaikan pesan singkat saya. Bulan kedua usai putus, rutinitas saya masih sama. Saya masih rutin mengirimkan pesan singkat pada Ami. Maklumlah, kita
  • 67. 58 yang menjadi korban putus cinta jauh lebih sulit melupakan mantan dari pada sang pemutus hubungan. Sampai bulan ketiga, Ami membalas pesan singkat saya dengan nada marah. Katanya,“Sandy, kita tuh sudah putus! Jangan hubungi aku lagi dan jangan ganggu hidupku lagi!” Sejak itu, nomor Ami tidak aktif lagi. Begitu pula dengan hubungan kami di seluruh media sosial. Saat itu, saya bertambah sedih dan putus asa. Saya sungguh merasakan pahitnya putus cinta paling dasyat selama hidup. Tanpa saya sadari setahun berlalu. Dalam kondisi luka batin akibat putus cinta, saya pun menganggur tanpa pekerjaan. Kesedihan serta kesepian mendatangi saya silih berganti. Saat itulah saya teringat kembali Ami, sang mantan. Kenangan saat bergandengan tangan, bercerita di ruang tamunya, sampai bercanda bersama dua keponakannya, datang satu per satu menyita perasaan saya. Sulit luar biasa melupakan indahnya hubungan kami. Saya terpuruk dalam cinta dan harta. Sampailah suatu hari saya menonton sebuah film di stasiun televisi. Dikisahkan seorang pemuda bernama Gino melalui masa awal putus cintanya dengan bekerja keras. Dalam film itu digambarkan pula perjuangannya mencari uang sebagai pembuktian bahwa dia mampu menjadi lelaki kaya. Dia ingin membuktikan pada sang mantan kalau dia rugi memutuskan hubungan dengan Gino. Setelah menonton film, pikiran saya terbuka. Saya terinspirasi untuk mengalihkan perhatian dari mantan menjadi bekerja. Lalu saya mulai mencari kerja hingga akhirnya diterima sebagai kuli bangunan di salah satu toko material wilayah Banjar Wijaya, Tangerang, Banten. Saya melupakan gelar sarjana komputer. Bagi saya saat itu adalah bekerja keras untuk memulihkan sakit hati pada mantan juga
  • 68. 59 mengumpulkan uang untuk membahagiakan keluarga dan kehidupan sendiri. Rupanya dengan kita bekerja keras hingga lelah, kita dapat melupakan mantan. Saat lelah yang kita pikirkan hanyalah istirahat dan tidur. Tidak sempat pikiran kita untuk mengenang mantan. Apalagi mengingat secara lengkap kegiatan kita dengan mantan. Berhentilah mengenang mantan. Sebab mantan bukan santan. Mantan itu ampas kehidupan, mereka tidak lagi bisa diolah, sedangkan santan dapat diolah menjadi makanan yang lezat. Cinta pada hakikatnya untuk menyatukan dua pribadi dalam satu kehidupan bahagia. Cinta dirasakan sebagai berkah dan keberuntungan. Cinta bagaikan permata yang tidak ternilai harganya. Untuk itu, cinta bukanlah perusak kehidupan atau pencipta kesedihan. Bila cinta kita menciptakan kesedihan dan kehancuran dalam hidup, lebih baik lepaskan cinta kita untuk menemukan cinta baru yang lebih baik. Cinta terlalu mahal untuk ditukarkan dengan kegalauan pada para mantan. Bersikaplah bijaksana dengan berhenti menyiksa batin sendiri untuk memikirkannya. Bersikaplah dewasa dengan berani menerima dan menjalani perubahan. Meski sakit, meski pedih, meski galau, tetaplah ingat bahwa pertunjukkan harus tetap berlangsung hingga selesai. ***
  • 69. 60 CINTA itu universal. Cinta melihat kebaikan dan kebenaran di dalam diri manusia. Bukan atribut keduniawian, seperti suku, agama, maupun ras atau etnisnya. Cinta itu suci dan murni yang dirasakan dengan hati bukan dengan dengan mata. Kenyamanan dan kebahagiaan menjadi indikator kalau cinta sudah tumbuh di dalam sebuah hubungan antara satu lelaki dengan satu perempuan. Biarkan cinta mengalir memberikan keindahan dalam hidup tanpa dibatasi oleh atribut duniawi yang membuat rumit seisi hidup.
  • 70. 61 Nyatanya, sebagian orang tua kita masih mengaitkan antara cinta dengan agama. Mereka masih beranggapan bahwa cinta akan berjalan baik bila pacar kita mempunyai agama yang sama. Pemikiran tersebut secara tidak langsung mempengaruhi kita untuk mencari pasangan seiman tanpa memperhatikan kata hati. Kita cenderung memaksakan cinta padahal sesungguhnya hati berbicara tidak. Lama kelamaan hati berontak dan perpisahan pun terjadi. Mencintai seseorang seharusnya tidak hanya melihat faktor agama, tetapi lebih pada komitmen pasangan untuk menjalani hubungan asmara dalam hidup. Mungkin saja kita dan pasangan berbeda agama, tetapi bila mampu menyelesaikan setiap masalah dengan kedewasaan dan kasih sayang, hasilnya pasti lebih sempurna dibandingkan pasangan seiman. Faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam menjalani hidup rumah tangga yakni sikap saling berbagi, berkomunikasi, serta pengertian. Memang dianjurkan agar kita memiliki pasangan seiman. Sebab dengan kesamaan agama dapat mempermudah pola asuh pada anak. Namun perbedaan prinsip hidup pasangan suami istri juga menjadi pertimbangan dalam keberhasilan mendidik anak. Sejak kecil orang tua mendidik saya dengan Agama Buddha. Otomatis saya hanya mengenal ajaran Agama Buddha dalam kehidupan. Ajaran Agama Buddha tentunya mempengaruhi perilaku dan aktivitas saya. Begitu pula dengan pola pikir serta prinsip hidup. Semua mengacu dan bercermin dari ajaran Buddha. Saya baru mengenal ajaran Kristen saat saya duduk di sekolah dasar. Pengetahuan Kristen dari Alkitab membombardir isi kepala saya hingga menengah pertama. Akibatnya, saya mulai berpikir keindahan hubungan pasangan suami istri secara Kristen. Mereka tidak boleh bercerai, satu untuk selamanya dalam suka maupun duka.
  • 71. 62 Ajaran tersebut saya pegang sebagai salah satu prinsip hidup. Seiring bertambahnya usia, saya mengenal sejumlah perempuan. Anehnya, bukan perempuan beragama Buddha yang saya suka, melainkan perempuan beragama Kristen. Khususnya Katolik. Entah karena saya terkagum-kagum dengan ajaran agamanya, tetapi yang jelas kalau saya begitu menginginkan mempunyai istri beragama Katolik. Kalimat dalam Alkitab yang mengajarkan bahwa dua orang yang sudah disatukan Tuhan tidak dapat dipisahkan manusia serta sebuah kalimat yang berbunyi bahwa satu pasangan hanya untuk seumur hidup tanpa orang lain di antaranya terus terngiang di pikiran saya. Sampai pada perjalanannya, saya sengaja berpacaran dengan perempuan beragama Katolik. Awalnya, bunda yang menentang hubungan kami. Wajar karena bunda ingin saya menikah dengan perempuan Buddha. Namun, saya tetap bersikeras untuk mencari dan menikah dengan perempuan beragama Katolik. Saya tidak menyerah. Saya tetap melanjutkan hubungan dengan perempuan beragama Katolik sesuai pilihan hati. Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Kegagalan hubungan pertama dengan perempuan Katolik tidak lantas menyurutkan keinginan saya mencari perempuan beragama Katolik lainnya. Tidak mudah bagi saya mengenalkan pacar beda agama pada orang tua. Ayah menyambutnya dengan baik, tetapi bunda tetap pada pendiriannya bahwa pasangan hidup saya haruslah seiman. Menyerah? Oh, tentu tidak! Penolakan dari bunda justru membuat saya semakin semangat untuk membawa pacar datang ke rumah agar semakin mendekati bunda. Pacar sempat marah karena merasa dihina bunda, tetapi saya berikan pemahaman bahwa sudah alami
  • 72. 63 manusia akan menolak perubahan dalam hidupnya. Dan menerima perbedaan agama dalam satu atap menjadi salah satu dari perubahan hidup. Bunda hanya belum tahu siapa sesungguhnya sang pacar. Bunda khawatir bila nantinya sang pacar akan membuat saya menderita atau dia menderita karena perbedaan agama tersebut. Sehari dicuekin, sebulan dicuekin. Kami sempat putus asa. Kami merasakan sulitnya menjalin hubungan seperti saat itu. Bunda tetap bersikeras dengan prinsipnya. Bahkan tidak segan, bunda menjodohkan saya dengan perempuan dari wihara kami. Paksaan demi paksaan dilancarkan bunda untuk mencuci otak saya agar melepaskan pacar. Tetapi saya tetap bertahan dengan ribuan alasan untuk mencintainya. Empat bulan kemudian, pacar Katolik saya menyerah. Kami pun putus. Sejak itu, bunda kembali mendorong saya untuk menjalin hubungan dengan perempuan dari wihara kami. Baiklah, saya mencobanya untuk menghargai dan menghormati bunda. Namun, hasilnya nihil. Saya merasa tidak nyaman dengan dia, demikian pula sebaliknya. Waktu terus berjalan, hidup saya pun ikut berjalan. Dengan hati yang terseok-seok karena kesedihan mendalam usai putus cinta, saya melanjutkan bekerja. Berat benar hidup saat itu. Hingga ada seorang teman kerja membuat saya nyaman dengannya. Dia beragama Kristen Protestan. Tanpa saya sadari, hubungan kami semakin hari semakin dekat. Walau dia berstatus single mother dengan seorang anak, tetapi saya tidak ragu dengannya. Bagi saya mendapatkan kenyamanan dan kebahagiaan jauh lebih penting dibandingkan atribut lainnya. Perjalanan asmara kami dimulai. Untuk kesekian kalinya, bunda menolak. Penolakan kali ini lebih dasyat dibandingkan penolakan sebelumnya karena selain pacar berbeda agama, dia pun mempunyai anak.
  • 73. 64 Lagi-lagi saya harus berjuang meyakinkan bunda. Pendekatan demi pendekatan saya lakukan agar bunda mengerti keinginan dalam pikiran saya. Hingga suatu hari, bunda bersedia mengerti dan tidak lagi mempermasalahkan perbedaan agama. Bahkan bunda bersedia menerima kehadiran anak dari pacar saya. Melihat perubahan sikap bunda, saya menjadi senang. Upaya saya melakukan pendekatan berhasil membuat bunda menerima sang pacar. Sayangnya, lima bulan kami berpacaran, kami kembali harus putus karena beda prinsip terlalu jauh. Selain itu, sang pacar ingin keluar Indonesia untuk bekerja. Sehingga tidak mungkin bila kami tetap melanjutkan hubungan karena kami berdua tidak mahir dalam hubungan jarak jauh. Selang tiga bulan sejak putus kedua, saya berkenalan dengan istri melalui seorang teman. Perjalanan cinta kami tergolong cepat. Dua hari saya mengenalnya, agama bahwa dialah jodoh saya bergelora di dalam pikiran dan hati. Tanpa ragu, saya nyatakan keinginan saya untuk menjadikannya pacar. Hebatnya, saya diterima! Kami pun berpacaran. Tanggapan bunda padanya sama antusias dengan saya. Bunda justru meminta saya segera melamarnya menjadi istri. Dua bulan dari tanggal jadian, saya melamar pacar untuk menjadi istri. Wow! Dia menerima lamaran saya! Tepat setahun kemudian, kami pun menikah dengan status tepat berbeda agama. Saya Buddha dan istri Katolik. Kami bahagia dalam lindungan Tuhan dengan seorang anak sebagai hadiah terindah dalam keluarga. Kunci dari kebahagiaan hidup dengan pasangan beda agama terletak pada pola komunikasinya. Saat perjalanan waktu selama menjalin hubungan asmara, kita harus saling menghormati dengan melepaskan atribut keagamaan. Jangan saling tarik menarik pada agama kita. Biarkan saja cinta yang bicara dari hati. Nikmati kenyamanan yang ada untuk selalu bahagia. Kita tetap
  • 74. 65 menghormati, menghargai, serta memberikan cinta terbaik tanpa syarat. Kekuatan cinta kita nantinya memberikan pemahaman pada kedua orang tua. Mereka dapat merasakan keyakinan dalam diri kita masing-masing. Bila kita sendiri masih memiliki keraguan dalam menjalani hubungan dengan pasangan beda agama, maka orang lain di sekitar kita akan merasakan hal yang sama, lalu penolakan terjadi sebagai sinyal alami untuk melindungi kita. Selanjutnya, selesai pernikahan, kami harus membuktikan bahwa kami mampu menjaga hubungan dengan baik. Kami juga harus membuktikan bahwa kami dapat bahagia serta hidup saling mendukung satu sama lain meski berbeda agama. Kami tidak saling menghujat soal agama saat emosi. Kami juga sepakat memberikan kebebasan penuh saat kami ingin beribadah ke gereja atau wihara. Lalu untuk anak, kami sepakat untuk mengijinkannya memilih agama yang membuatnya nyaman dan bahagia. Pengalaman tersebut rupanya menjadi pelajaran berharga untuk tularkan pada seorang mahasiswi saya bernama Rini. Dia mahasiswi tingkat akhir di kampus. Suatu hari, kami berdua bertemu di kantin kampus usai saya selesai mengajar mata kuliah pertama. Dalam obrolan kami, Rini bercerita banyak mengenai hubungan asmaranya dengan sang pacar. "Pak, saya bingung nih. Saya harus bagaimana menjalani hubungan dengan Bimo. Kami beda agama, Pak." jelas Rini sebagai kalimat pembukaan yang cukup menarik perhatian saya. "Lantas, apa yang kamu rasakan selama menjalin hubungan dengannya?" tanya saya penasaran. "Em, kalau saya sih merasa tidak ada masalah. Meski saya Kristen dan dia Islam, kami tetap menghargai agama masing-masing kok. Kami ga pernah sekalipun menyinggung agama waktu kami
  • 75. 66 jalan atau waktu kami bertengkar." jelas Rini selanjutnya, "malahan saya biasa ngobrolin urusan kuliah atau topik-topik umum, Pak." "Bagus dong! Terus kenapa kamu bingung?" tanya saya mendalami masalah. "Bingungnya gini Pak. Orang tua kami masih belum merestui hubungan itu.” jelas Rini dengan wajah sedih, “wajarlah Pak, ayahnya seorang ulama, tokoh agama lagi, sedangkan ayah saya juga pengurus gereja. Jadi, kadang suka ada ganjalan saat saya ke rumahnya atau dia ke rumah saya." "Em, sebentar." saya menarik nafas untuk berpikir mencari kalimat yang baik agar menguatkannya, "sekarang tanya kembali pada dirimu, apakah kamu siap dengan segala konsekuensinya dengan melanjutkan hubungan seperti itu? Lantas, kembalikan lagi pada hatimu untuk melihat alasan awal kamu bersedia menerimanya sebagai pacar." "Saya suka dengan semangatnya dalam berjuang hidup. Meski orang tuanya sudah bangkrut, tetapi dia mau untuk memulai kehidupannya dari nol dan tidak menyalahkan orang tuanya. Dia semangat untuk bekerja dan hidup mandiri." jelasnya dengan mata berkaca-kaca menahan haru. "Kalau dari perilaku dan sikapnya padamu gimana?" lanjut saya antusias. Rini melihat saya lalu diam sejenak. Matanya menyiratkan betapa kesedihan mendalam. Nafas Rini mulai berat seolah menyimpan tekanan batin mendalam yang sulit diungkapkannya dalam waktu singkat. Jari jemari Rini mulai bermain di meja menunjukkan kegelisahan teramat dalam hati dan pikirannya. Dia lalu melanjutkan cerita dengan suara lirih nyaris tidak terdengar. Saya berusaha menyimak ucapan Rini. Saya berusaha mendekatkan diri untuk mendukungnya secara moral. Selama Rini diam, saya pun ikut diam menunggu Rini bicara. Rini lalu menangis.