SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Sistem Rumah Tangga Daerah
sistem rumah tangga adalah tatanan yang bersangkutan dengan tugas, wewenang dan
tanggungjawab antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Di dalam pelaksanaan tata
kelola pemerintahan yang menyangkut dengan tugas, wewenang dan tanggungjawab harus
memiliki konsep yang jelas antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. hal ini bertujuan
agar pengusahaan tata kelola pemerintahan daerah dapat berjalan sesuai dengan prosedur dsan
memilikim landasan hukum maupun teritis yang dapat dipertanggung jawabkan baik secara
konstitusi maupun secara moral kepada masyarakat selaku pemilik hekuasaan. Sistem rumah
tangga daerah dapat di bagi menjadi 3 sistem.
1. sistem rumah tangga materil
sistem rumah tangga materil adalah pembagian tugas,wewenang dan tanggungjawab antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dijelaskan secara normatif dalam Undang-undang
dan turunan hirarki di bawahnya. sistem rumah tangga ini berpangkal tolak dari pemikiran bahwa
antara urusan pemerintah pusat dan urusan pemerintah daerah dapat dibedakan yang kemudian di
tuangkan dalam landasan hukum yang mengikat terhadap urusan tersebut. dalam pasa 10 dan 13
Undang-undang no 32 tahun 2004 tentang pemerintah Daerah dijelaskan secara normatif urusan-
urusan mana yang menjadi domainnya pemerintah, pusat dan daerah. jika ditilik lebih jauh
dengan mempertimbangkan azas otonomi daerah sisitem rumah tangga ini tidak memberikan
kebebasan dan kemandirian daerah otonom. urusan-urusan tersebut di berikan kepada
pemerintah daerah selaku yang berwenang di daerah otonom oleh pemerintah pusat, jadi hak-hak
dasar sebuah daerah otonom tidak terpenuhi oleh sistem rumah tangga ini. kemudian di dalam
pelaksanaannya juga menghadapi berbagai kerancuan. contohnya di dalam pasal 13 UU no 32
tahun 2004 tentang pemerintah daerah urusan penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan
diserahkan kepada pemerintah daerah, namun standarisasi kelulusan siswa di tentukan oleh
peerintah pusat. disini bisa kita lihat sebuah kerancuan dan tumpang tindih urusan yang
notabene telah diberikan kepada pemerintah daerah namun pemerintah pusat masih tetap
mengikat dengan standarisasi tingkat nasional. contoh di atas tadi sangat tidak menghargai
konsensus yang telah di sepakati bersama.
2. sistem rumah tangga formil
sistem rumah tangga formil adalah pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab atara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah tidak dijelaskan secara rinci. artinya, sebuah urusan
pemerintahan diserahkan kepada pemerintah daerah oleh pemerintah pusat dengan
mempertimbangkan tingkat efisiensi (berdaya guna) dan efektivitas (berhasil guna). sistem
rumah tangga ini mempunya landasan pemikiran bahwa tidak ada perbedaan urusan secara
prinsipnya antara urusan pemerintah pusat atau urusan pemerintah daerah. sistem ini sudah lebih
baik jika si bandingkan dengan sisitem rumah tangga materil, karena unsur-unsur pemberian hak
kemandirian dan kebebasan daerah otonom dalam mengurus rumah tanggany sendiri. contohnya
seperti pelaksanaan ritual “balimau kasai” di kabupaten pelalawan, “bakar tongkang” di
kabupaten Rokan Hilir, “pacu jalur” di Kabupaten Kuantan singingi.
Namun di dalam pelaksanaan sistem rumah tangga ini, terdapat beberapa kendala yang dialami
oleh pemerintah daerah. yaitu antara lain ;
a. sistem rumah tangga ini menuntut pemerintah daerah agar mempunyai inisiatif yang tinggi.
apa saja urusan penyelenggaraan pemerintah yang bisa di laksanakan oleh pemerintah derah. hal
ini berpotensi terjadinya perbedaan yang mencolok antara daerah yang memiliki inisiatif tinggi
dengan daerah yang memiliki inisiatif yang rendah. dengan demikian tingkat keegoan daerah
meningkat yang tentu mengancam negara republik indonesia dalam kerangka negara kesatuan.
b. anggaran daerah yang terbatas untuk melaksanakan seluruh usaha penyelenggaraan
pemerintah yang sekiranya sangat efektif dan efisien jika dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
c. pemerintah derah sulit untuk mengetahui urusan-urusan apa saja yang tidak diberikan dan
yang telah diberikan. karena urusan tersebut tidak terdapat pada legal formal yang menjadi dasar
hukum usaha penyelenggaraan pemerintah. akibatnya pemerintah daerah tidak berani untuk
berinisiatif menyelenggarakan urusan tersebut dengan kekhawatiran akan menyalahi tugas,
wewenang dan tanggungjawabnya.
3. sistem rumah tangga Riil
SIstem rumah tangga riil (nyata) adalah pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab antara
pemerintah pyusat dengan pemerintah daerah yang mengambil jalan tengah dari sistem rumah
tangga materil dan sistem rumah tangga formil. artinya, sistem rumah tangga ini
mengkombinasikan 2 sistem rumah tangga daerah. dalam konspnya, sistem rumah tangga Riil
lebih banyak memakai azas sistem rumah tangga formil. dimana dalam urusan rumah tangga
formil ini menjamin kebebasan dan kemandirian daerah otonom. sedabgkan azas sisitem rumah
tangga meteri yang diadopsi adalah dalam hal urudan yang berdifat umum yang prinsipnya di
jelaskan secara normatif dalam Undang-undang.
http://arinugrohosusanto.wordpress.com/2010/05/15/sistem-rumah-tangga-daerah/
SISTEMOTONOMI DAERAHDI INDONESIA
November19th,2011 • Related• FiledUnder
FiledUnder:Umum
Tags: OTONOMIDAERAH INDONESIA
SistemOtonomi Daerah
Sistemotonomi terdapat duasistem,yaitusistemotonomimateriil dansystemotonomi formal.Oleh
Sujamto(1990) keduaistilahini lazimjugadisebutpengertianrumahtanggamateriil (materiele
huishoudingsbegrip) danpengertianrumahtanggaformil (formeele huishoudingsbegrip)
Koesoemahatmadja(1978) menyatakanadatiga ajaran rumahtangga yang terkenal yaitu:
a. AjaranRumah Tangga Materiil (materielehuishoudingsleer) atauPengertianRumahTanggaMateriil
(materielehuishoudingsbegrip),
bahwadalamhubunganantara pemerintahpusatdanpemerintahdaerahadapembagiantugasyang
jelas,dimanatugas-tugastersebutdiperincidenganjelasdandiperiinci dengantegasdalamUndang –
Undang tentangpembentukansuatudaerah.
b. AjaranRumahTangga Formil (formil huishoudingsleer) atauPengertianRumahTanggaFormil
(formeele huishoudingsbegrip)
Disini tidakterdapatperbedaansifatantaratugas-tugasyangdiselenggarakanolehpemerintahpusat
dan olehpemerintahdaerah.Pembagiantugasdidasarkanataspertimbanganrasional danpraktis.
c. AjaranRumah Tangga Riil (riele huishoudingsleer) atauPengertianRumahTanggaRiil (riele
huishoudingsbegrip)
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/sistem-otonomi-daerah-di-indonesia/
I. Pendahuluan
Perkembangan sebuah ilmu sangat ditentukan oleh kemampuannya
menjawab berbagai masalah-masalah sosial dan alam yang menjadi bidang
garapannya. Semakin fungsional sebuah ilmu- dalam arti mampu menjalankan
sekurang-kurangnya lima fungsi utama ilmu – akan semakin banyak
pendukungnya. Hal tersebut pada gilirannya akan mendorong semakin banyak
orang yang mempelajari dan menghasilkan teori maupun konsep baru.
Sebaliknya, apabila sebuah ilmu tidak fungsional dalam menjawab kebutuhan
masyarakat, maka ilmu tersebut akan ditinggalkan oleh masyarakat dan akhirnya
akan mati.
Kemampuan suatu ilmu untuk menjawab berbagai kebutuhan masyarakat
akan sangat tergantung pada epistemologinya, karena salah satu hal yang
membedakan antara ilmu satu dengan ilmu lainnya adalah dari segi
metodologinya.(Wasistiono, 2001)
Demikian juga halnya dengan Ilmu Pemerintahan. Dari berbagai literature
dapat lihat bahwa bahwa pemerintahan disamping sebagai sebuah pengetahuan
(knowledge) adalah sekaligus juga meruapakan sebuah kemahiran (know-how).
Karena itu Ilmu Pemerintahan diharapkan dapat menjawab berbagai tantangan
dalam kehidupan manusia, termasuk dalam konteks kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia dewasa ini.
Gelombang perubahan yang melanda Indonesia pasca jatuhnya
pemerintahan orde baru, membuka wacana dan gerakan baru diseluruh aspek
kehidupan masyarakat, tak terkecuali dalam dunia pemerintahan. Semangat
yang menyala-nyala untuk melakukan reformasi, bahkan cennderung melahirkan
euphoria, memberikan energi yang luar biasa bagi bangkintya kembali wacana
otonomi daerah, setelah hampir sepertiga abad ditenggelamkan oleh rezim
otoritarian orde baru dengan politik stick and carrot-nya (Sri Budi Santoso :
2000). Salah satu unsur reformasi total itu adalah tuntutan pemberian otonomi
yang luas kepada daerah kabupaten dan kota. Marsdiasmo (1999), menyatakan
bahwa tuntutan seperti itu adalah wajar, paling tidak untuk dua alasan. Pertama,
intervensi pemerintah pusat yang terlalu besar di masa yang lalu telah
menimbulkan masalah rendahnya kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah
dalam mendorong proses pembangunan dan kehidupan demokrasi di daerah ,
Kedua, tuntutan pemberian otonomi itu juga muncul sebagai jawaban untuk
memasuki era new game yang membawa new rules pada semua aspek
kehidupan manusia di masa akan datang.
Dalam sejarah perkembangannya kebijakan otonomi daerah di Indonesia
mengikuti pola seperti pada bandul jam yaitu beredar antara sangat sentralistik
dan sangat desentarlistik. Apabila kebijakan yang dilaksanakan sangat
sentralistik maka bandulnya akan ditarik kembali kepada arah titik
keseimbanganm desentralistik demikian pula sebaliknya. Hal ini dapat dilihat
dengan mengikuti perkembangan pelaksanaan otonomi daerah melalui
peraturan perundang-undangan yang mengaturnya mulai dari UU nomor 1 tahun
1945 sampai dengan UU Nomor 22 tahun 1999.
Otonomi Daerah di Indonesia dilaksanakan dalam rangka desentralisasi
di bidang pemerintahan. Desentralisasi itu sendiri setidak-tidaknya mempunyai
tiga tujuan. Pertama, tujuan politik, yakni demokratisasi kehidupan berbangsa
dan bernegara pada tataran infrastruktur dan suprastruktur politik. Kedua, tujuan
administrasi, yakni efektivitas dan efisiensi proses-proses administrasi
pemerintahan sehingga pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih cepat,
tepat, transparan serta murah. Ketiga, tujuan social ekonomi, yakni
meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat.(Sadu Wasisitiono;2003)
Dalam malakah ini mencoba untuk membahas sejarah perkembangan
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai
dengan era reformasi sekarang ini dengan melihat oelaksanaan undang-undang
otonomi daearh dalam era tersebut. untuk dapat membedakan pelaksanaan
otonomi daerah pada masing-masing undang-undang maka kami akan
mengakajinya dari sudut sisitem yang digunakan. Kemudian untuk memudahkan
pemahamannya maka dalam penulisan makalah ini kami membaginya menjadi
dua bagian. Pada bagian pertama kami akan mengakaji tentang system otonomi
daerah. Sedangkan pada bagian kedua mengkaji tentang perkembangan system
yang digunakan pada masing-masing Undang-Undang otoniomi daerah yang
pernah digunakan sepanjang sejarah Republik Indonesia.
II. Sistem Otonomi Daerah
Yang dimaksud dengan faham atau sistem otonomi disini ialah patokan
tentang cara penentuan batas-batas urusan rumah tangga daerah dan tentang
tata cara pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah menurut
suatu prinsip atau pola pemikiran tertentu. (Sujamto; 1990)
Banyak istilah yang digunakan oleh para ahli untuk menerjemahkan
maksud tersebut diatas. Penulis paling tidak mengidentifikasi ada empat istilah
yang digunakan oleh para ahli untuk memahaminya. Istilah-istilah itu antara lain
sistem, paham, ajaran, pengertian.
Adapun mengenai faham atau atau system otonomi tersebut pada
umumnya orang mengenal ada dua faham atau system pokok, yaitu faham atau
system otonomi materiil dan faham atau system otonomi formal. Oleh Sujamto
(1990) kedua istilah ini lazim juga disebut pengertian rumah tangga materiil
(materiele huishoudingsbegrip) dan pengertian rumah tangga formil (formeele
huishoudingsbegrip)
Koesoemahatmadja (1978) menyatakan ada tiga ajaran rumah tangga
yang terkenal yaitu :
a. Ajaran Rumah Tangga Materiil (materiele huishoudingsleer) atau
Pengertian Rumah Tangga Materiil (materiele huishoudingsbegrip),
b. Ajaran Rumah Tangga Formil (formil huishoudingsleer) atau Pengertian
Rumah Tangga Formil (formeele huishoudingsbegrip)
c. Ajaran Rumah Tangga Riil (riele huishoudingsleer) atau Pengertian
Rumah Tangga Riil (riele huishoudingsbegrip)
Pada ajaran rumah tangga meteril bahwa dalam hubungan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah ada pembagian tugas yang jelas,
dimana tugas-tugas tersebut diperinci dengan jelas dan diperiinci dengan tegas
dalam Undang –Undang tentang pembentukan suatu daerah. Artinya rumah
tangga daerah itu hanya meliputi tugas-tugas yang telah ditentukan satu persatu
dalam Undang-Undang pembentukannya. Apa yang tidak termasuk dalam
perincian tidak termasuk dalam rumah tangga daerah, melainkan tetap berada
ditangan pemerintah pusat. Jadi ada perbedaan sifat materi antara tugas
pemerintah pusat dam pemerintah daerah.
Adapun mengenai ajaran rumah tangga formil disini tidak terdapat
perbedaan sifat antara tugas-tugas yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat
dan oleh pemerintah daerah. Apa yang dapat dikerjakan oleh pemerintah pusat
pada prinsipnya dapat dikerjakan pula oleh pemerintah daerah demikian pula
sebaliknya. Bila ada pembagian tugas maka itu didasarkan atas pertimbangan
rasional dan praktis. Artinya pembagian tugas itu tidaklah disebabkan karena
materi yang diatur berbeda sifatnya, melainkan semata-mata karena keyakinan
bahwa kepentingan daerah itu lebih baik dan berhasil jika diselenggarakan
sendiri daripada diselenggarakan oleh pemerintah pusat. Jadi pertimbangan
efisiensilah yang menentukan pembagian tugas itu bukan disebabkan oleh
perbedaan sifat dari urusan yang menjadi tanggung jawab masing-masing.
http://orangbuton.wordpress.com/2008/10/16/studi-sejarah-terhadap-sistem-otonomi-daerah-di-
indonesia/
KonsepOtonomi Daerah
Sehari sesudahmerdeka,NegaraKesatuanRIpadadasarnyatelahmenetapkanpilihannyasecaraformal
pada dianutnyaasasdesentralisasi dalampenyelenggaraanpemerintahan,denganmemberikan
kesempatandankeleluasaankepadadaerahuntukmenyelenggarakanotonomi daerah.Hal itudapat
disimpulkandari bunyi BabIV,pasal 18 UUD 1945 dan penjelasannya.Dalampasal 18 UUD 1945, antara
laindinyatakanbahwa“pembagiandaerahIndonesiaatasdaerahbesardan kecil,denganbentukdan
susunanpemerintahannyaditetapkandenganundang-undang”.Sementara,dalampenjelasanpasal
tersebutantaralaindikemukakanbahwa:
“…olehkarenanegaraIndonesiaitusuatu“eenheidsstaat”,makaIndonesiatakakanmempunyai daerah
di dalam lingkungannyayangbersifatstaatjuga.DaerahIndonesiaakandibagi dalamdaerahpropinsi
dan daerahyang lebihkecil.Daerahitubersifatotonom(streckdanlocale rechtsgemeenchappen) atau
bersifatdaerahadministrasibelaka,semuanyamenurutaturanyangakanditetapkandenganundang-
undang”.
DalamamandemenkeduaUUD 1945, ketentuantersebutmengalami perubahan.Perubahantersebut
tidakmerubahesensinya,tapi lebihbersifatmempertegas,memperjelasdanmelengkapi.Disebutkan,
misalnya,“NegaraKesatuanRIdibagi atasdaerah-daerahprovinsi dandaerahprovinsi itudibagiatas
kabupatendankota,yang tiap-tiapprovinsi,kabupaten,dankotaitumempunyai pemerintahandaerah”
(pasal 18 ayat 1). Pemerintahdaerahtersebutmengaturdanmengurussendiriurusanpemerintahan
menurutasasotonomi dantugas pembantuan(pasal 18 ayat 2). Selanjutnya,dikatakanbahwa
pemerintahandaerahmenjalankanotonomiseluas-luasnya,kecuali urusanpemerintahanyangoleh
undang-undangditentukansebagai urusanPemerintahPusat(pasal 18 ayat 5 UUD 1945).
Secara etimologi,perkataanotonomiberasal dari bahasalatin“autos”yangberarti sendiri dan“nomos”
yang berarti aturan.Dengandemikian,mula-mulaotonomi berartimempunyai “peraturansendiri”atau
mempunyai hak/kekuasaan/kewenanganuntukmembuatperaturansendiri.Kemudianarti ini
berkembangmenjadi “pemerintahansendiri”.Pemerintahansendiri ini meliputi pengaturanatau
perundang-undangansendiri,pelaksanaansendiri,dandalambatas-batastertentujugapengadilandan
kepolisiansendiri (JosepRiwuKaho,1991:14). Sementaraitu,dalamUU No.32/ 2004 tentang
PemerintahDaerahditegaskanbahwaotonomi daerahadalahhak,wewenangdankewajibandaerah
otonomuntukmengaturdanmengurussendiri urusanpemerintahandankepentinganmasyarakat
setempatsesuai denganperaturanperundang-undangan.
Urusan pemerintahandankepentinganmasyarakatsetempatyangdiaturdandiurustersebutmeliputi
kewenangan-kewenanganyangdiserahkanolehpemerintahpusatkepadadaerah-daerahuntuk
diselenggarakanmenurutprakarsasendiri berdasarkanaspirasi masyarakat.Josef RiwuKaho(1991:15-
17) menyebutkanberbagai teknikuntukmenetapkanbidangmanayangmenjadi urusanpemerintah
pusatdan mana yang merupakanwewenangpemerintahdaerah,yaitu(a) sistemresidu,(b) sistem
material,(c) sistemformal,(d) sistemotonomi riil,dan(e) prinsipotonomi yangnyata,dinamisdan
bertanggungjawab.
Dalam sistemresidu,secara umum telahditentukan lebihdahulutugas-tugas yang menjadi
wewenangpemerintahpusat, sedangkansisanya menjadi urusan rumah tangga daerah. Kebaikannya
terutama terletak pada saat timbulnyakeperluan-keperluanbaru,pemerintahdaerah dapat dengan
cepat mengambil keputusandan tindakan yang dipandang perlu,tanpa menunggu perintahdari
pusat. Sebaliknya,sistemini dapat pula menimbulkankesulitanmengingatkemampuandaerah yang
satu dengan yang lainnya tidak sama dalam pelbagai lapangan atau bidang. Akibatnya, bidangatau
tugas yang dirumuskansecara umum ini dapat menjadi terlalusempitbagi daerah yang
kemampuannya terbatas.
Sementara,dalamsistemmaterial,tugaspemerintahdaerahditetapkansatupersatusecaralimitatif
atau terinci.Di luartugas yangtelahditentukan,merupakanurusanpemerintahpusat.Kelemahannya,
sistemini kurangfleksibel karenasetiapperubahantugasdanwewenangdaerahharusdilakukannya
melalui proseduryanglamadanberbelit-belit.Akibatnya,memghambatkemajuandaerah,karena
merekaharusmenunggu penyerahanyangnyatabagi setiapurusan.Kadang-kadangsuatuurusan
menjadi terbengkelai,tidakdiurusolehpemerintahpusatdantidakpulaolehpemerintahdaerah.
Sedangkandalamsistemformal,daerahbolehmengaturdanmengurussegalasesuatuyangdianggap
pentingbagi daerahnya,asal sajatidakmencakupurusanyangtelahdiaturdan diurusolehpemerintah
pusatatau pemerintahdaerahyanglebihtinggi tingkatannya.Dengankatalain,urusanrumahtangga
daerahdibatasi olehperaturanperundang-undanganyanglebihtinggitingkatannya.
Dalamsistemotonomi riil,penyerahanurusanatautugasdankewenangankepadadaerahdidasarkan
pada faktoryang nyataatau riil,sesuai dengankebutuhandankemampuanyangriil dari daerahmaupun
pemerintahpusatsertapertumbuhankehidupanmasyarakatyangterjadi.Karenapemberiantugasdan
kewajibansertawewenangini didasarkanpadakeadaanriil di dalammasyarakat,makakemungkinan
yang dapatditimbulkannyaialahbahwatugasatauurusanyang selamaini menjadi wewenang
pemerintahpusatdapatdiserahkankepadapemerintahdaerahdenganmelihatkepadakemampuan
dan keperluannyauntukdiaturdandiurussendiri.Sebaliknya,tugasyangkini menjadiwewenang
daerah,pada suatuketika,bilamanadipandangperludapatdiserahkankembali kepadapemerintah
pusatatau ditarikkembali dari daerah.
Prinsipotonomi yangnyata,dinamisdanbertanggungjawabdikenal dalamUUNo.5 tahun1974 sebagai
salahsatu variasi dari sistemotonomi riil.DalamUUtentangPemerintahDaerahyangbaru, yaituUU
No.22 tahun 1999, otonomi daerahdilaksanakandenganmemberikankewenanganyangluas,nyata
dan bertanggungjawabkepadadaerahsecaraproporsional yangdiwujudkandenganpengaturan,
pembagiandanpemanfaatansumberdayanasional yangberkeadilan,sertaperimbangankeuangan
pusatdan daerah.
Agar otonomi daerahdapatdilaksanakansejalandengantujuanyanghendakdicapai,Pemerintahwajib
melakukanpembinaanyangberupapemberianpedomanseperti dalampenelitian,pengembangan,
perencanaandanpengawasan.Di sampingitudiberikanpulastandar,arahan,bimbingan,pelatihan,
supervisi,pengendalian,koordinasi,pemantauandanevaluasi.Bersamaandenganitu,Pemerintahwajib
memberikanfasilitasi berupapemberianpeluang,kemudahan,bantuan,dandorongankepadadaerah
agar dalam melaksanakanotonomi dapatdilakukansecaraefisiendanefektifsesuai denganperaturan
perundang-undangan.
http://sdnsilihwangi1.blogspot.com/2011/02/makalah-kebijakan-pendidikan-di-era.html
Teori Pembagian Kewenangan Dalam Negara
Filed under: Law — 1 Komentar
Desember 21, 2008
Saya dapat tugas mencari sistem pembagian kewenangan ini… Lumayan susah carinya.
Makanya saya mau share, sapa tau berguna buat yang lain.. ^^
Menurut Muhammad Abud Musa’ad[1], ada beberapa sistem pembagian kewenangan:
a. Sistem Residu
Dalam sistem ini, secara umum telah ditentukan lebih dahulu tugas-tugas yang menjadi
wewenang Pemerintah Pusat, sedangkan sisanya menjadi urusan rumah tangga Daerah. Sistem
ini umumnya dianut oleh negara-negara di daratan Eropa seperti Perancis, Belgia, Belanda dan
sebagainya.
Kebaikan sistem ini terutama terletak pada saat timbulnya keperluan-keperluan baru, Pemerintah
Daerah dapat dengan cepat mengambil keputusan dan tindakan yang dipandang perlu, tanpa
menunggu perintah dari Pusat. Sebaliknya, sistem ini dapat pula menimbulkan kesulitan
mengingat kemampuan Daerah yang satu berbeda dengan yang lainnya tidak sama dalam
pelbagai lapangan atau bidang. Akibatnya bidang atau tugas yang dirumuskan secara umum ini
dapat menjadi terlalu sempit bagi Daerah yang kapasitasnya besar atau sebaliknya terlalu luas
bagi Daerah yang kemampuannya terbatas.
b. Sistem Material
Dalam sistem ini, tugas Pemerintah Daerah ditetapkan satu persatu secara limitatif atau terinci.
Selain dari tugas yang telah ditentukan, merupakan urusan Pemerintah Pusat. Sistem ini lebih
banyak dianut oleh negara-negara Anglo Saxon, terutama Inggris dan Amerika Serikat.
Cara ini kurang begitu fleksibel, karena setiap perubahan tugas dan wewenang Daerah baik yang
bersifat pengurangan maupun penambahan, harus dilakukan melalui prosedur yang lama dan
berbelit-belit. Hal ini tentunya akan menghambat kemajuan bagi Daerah yang mempunyai
inisiatif/prakarsa, karena mereka harus menunggu penyerahan yang nyata bagi setiap urusan.
Kadang-kadang suatu urusan menjadi terbengkalai, tidak diurus oleh Pemerintah Pusat dan tidak
pula oleh Pemerintah Daerah.
Sistem ini pernah diatur oleh Negara Republik Indonesia pada saat berlakunya Undang-Undang
no. 22 tahun 1948 dan Staatblad Indonesia Timur no. 44 tahun 1950.
c. Sistem Formal
Dalam sistem ini urusan yang termasuk dalam urusan rumah tangga Daerah tidak secara apriori
ditetapkan dalam atau dengan Undang-Undang. Daerah boleh mengatur dan mengurus segala
sesuatu yang dianggap penting bagi Daerahnya, asal saja tidak mencakup urusan yang telah
diatur dan diurus oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang lebih tinggi tingkatnya.
Jadi, urusan yang telah diatur dan diurus oleh Pemerintah yang lebih tinggi tingkatnya, tidak
boleh diatur dan diurus lagi oleh Daerah. Dengan perkataan lain, urusan rumah tangga daerah
dibatasi oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatnya (hierarchische
taakafbakening).
d. Sistem Riil
Dalam sistem ini, penyerahan urusan atau tugas dan kewenangan kepada Daerah didasarkan pada
faktor yang nyata atau riil, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang riil dari Daerah
maupun Pemerintah Pusat serta pertumbuhan kehidupan masyarakat yang terjadi. Karena
pemberian tugas dan kewajiban serta wewenang ini didasarkan pada keadaan yang riil didalam
masyarakat maka kemungkinan yang dapat ditimbulkannya ialah bahwa tugas/urusan yang
selama ini menjadi wewenang Pemerintah Pusat dapat diserahkan kepada Pemerintah Daerah
dengan melihat kepada kemampuan dan keperluannya untuk diatur dan diurus sendiri, sebaliknya
tugas bilamana dipandang perlu dapat diserahkan kembali kepada Pemerintah Pusat atau ditarik
kembali dari Daerah. Sistem ini dianut oleh Negara Republik Indonesia semasa berlakunya
Undang-Undang no. 1 tahun 1957, Penetapan Presiden no. 6 tahun 1956 (disempurnakan) dan
penpres no. 5 1960 (disempurnakan), dan Undang-Undang no. 18 tahun 1965.
[1] Muhammad Abud Musa’ad, Penguatan Otonomi Daerah Di Balik Bayang-Bayang Ancaman
Disintegrasi, Penerbit ITB, 2002, h.28
http://karishachan.wordpress.com/category/law/page/3/

More Related Content

What's hot

Organisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi NegaraOrganisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi NegaraSiti Sahati
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanMuhammad Fahri
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarUiversitas Muhammadiyah Maluku Utara
 
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintahAbid Zamzami
 
Organ dan Fungsi Kekuasaan Negara
Organ dan Fungsi Kekuasaan NegaraOrgan dan Fungsi Kekuasaan Negara
Organ dan Fungsi Kekuasaan NegaraSarah Zamzami
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negaranurul khaiva
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Idik Saeful Bahri
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahDadang Solihin
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraNakano
 
LANDASAN SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LANDASAN SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIALANDASAN SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LANDASAN SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIASiti Sahati
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalNuelnuel11
 

What's hot (20)

Organisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi NegaraOrganisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi Negara
 
hukum Adat
hukum Adathukum Adat
hukum Adat
 
Urusan Pemerintahan
Urusan Pemerintahan Urusan Pemerintahan
Urusan Pemerintahan
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
 
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantarPolitik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar
 
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
 
Organ dan Fungsi Kekuasaan Negara
Organ dan Fungsi Kekuasaan NegaraOrgan dan Fungsi Kekuasaan Negara
Organ dan Fungsi Kekuasaan Negara
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
Hukum agraria
Hukum agraria   Hukum agraria
Hukum agraria
 
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARAHUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan Daerah
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negara
 
LANDASAN SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LANDASAN SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIALANDASAN SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LANDASAN SISTEM ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
 
Hukum tata negara
Hukum tata negaraHukum tata negara
Hukum tata negara
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
 
Hukum Pemerintah Daerah
Hukum Pemerintah DaerahHukum Pemerintah Daerah
Hukum Pemerintah Daerah
 

Viewers also liked

UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan DaerahUU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan DaerahSuprijanto Rijadi
 
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerahUu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerahWinarto Winartoap
 
Rpp bab 4 ppkn sma kelas x kurnas
Rpp bab 4 ppkn sma kelas x kurnasRpp bab 4 ppkn sma kelas x kurnas
Rpp bab 4 ppkn sma kelas x kurnaseli priyatna laidan
 
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Hanifmaruf19
 
Definisi dan ruang lingkup ilmu pemerintahan
Definisi dan ruang lingkup ilmu pemerintahanDefinisi dan ruang lingkup ilmu pemerintahan
Definisi dan ruang lingkup ilmu pemerintahanNina Muhaemin
 
Buku Paket Kelas 10 - PPKN
Buku Paket Kelas 10 - PPKNBuku Paket Kelas 10 - PPKN
Buku Paket Kelas 10 - PPKNStraw Hat
 
Buku Pegangan Guru PPKN SMA/SMK kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi 2014
Buku Pegangan Guru PPKN SMA/SMK kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi 2014Buku Pegangan Guru PPKN SMA/SMK kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi 2014
Buku Pegangan Guru PPKN SMA/SMK kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi 2014IWAN SUKMA NURICHT
 

Viewers also liked (10)

UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan DaerahUU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
 
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerahUu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
Uu nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah
 
Rpp bab 4 ppkn sma kelas x kurnas
Rpp bab 4 ppkn sma kelas x kurnasRpp bab 4 ppkn sma kelas x kurnas
Rpp bab 4 ppkn sma kelas x kurnas
 
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
 
Definisi dan ruang lingkup ilmu pemerintahan
Definisi dan ruang lingkup ilmu pemerintahanDefinisi dan ruang lingkup ilmu pemerintahan
Definisi dan ruang lingkup ilmu pemerintahan
 
Makalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerahMakalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerah
 
Buku Paket Kelas 10 - PPKN
Buku Paket Kelas 10 - PPKNBuku Paket Kelas 10 - PPKN
Buku Paket Kelas 10 - PPKN
 
PKn Kelas X
PKn Kelas XPKn Kelas X
PKn Kelas X
 
Metodologi ilmu pemerintahan
Metodologi ilmu pemerintahanMetodologi ilmu pemerintahan
Metodologi ilmu pemerintahan
 
Buku Pegangan Guru PPKN SMA/SMK kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi 2014
Buku Pegangan Guru PPKN SMA/SMK kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi 2014Buku Pegangan Guru PPKN SMA/SMK kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi 2014
Buku Pegangan Guru PPKN SMA/SMK kelas 10 kurikulum 2013 edisi revisi 2014
 

Similar to Ajaran otonomi daerah

Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal perwujudan kinerja pemerint...
Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal  perwujudan kinerja pemerint...Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal  perwujudan kinerja pemerint...
Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal perwujudan kinerja pemerint...Researcher Syndicate68
 
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIAHUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIASanawiyah29
 
Desentralisasi dan otonomi
Desentralisasi dan otonomiDesentralisasi dan otonomi
Desentralisasi dan otonomijenis6575
 
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Jerry Makawimbang
 
PPKn Pemerintahan Pusat dan Daerah
PPKn Pemerintahan Pusat dan DaerahPPKn Pemerintahan Pusat dan Daerah
PPKn Pemerintahan Pusat dan DaerahFajar Panjalu
 
Pelayanan prima
Pelayanan primaPelayanan prima
Pelayanan primamuhalif
 
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptx
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptxPPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptx
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptxYasintadevi1
 
PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )
PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )
PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )Dheea Resta
 
Tugas system komunikasi indonesia
Tugas system komunikasi indonesiaTugas system komunikasi indonesia
Tugas system komunikasi indonesiaindraagus
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Dadang Solihin
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahDadang Solihin
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Dadang Solihin
 
Rimawati - Analisis Regulasi JKN
Rimawati - Analisis Regulasi JKNRimawati - Analisis Regulasi JKN
Rimawati - Analisis Regulasi JKNInsan Adiwibowo
 

Similar to Ajaran otonomi daerah (20)

Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal perwujudan kinerja pemerint...
Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal  perwujudan kinerja pemerint...Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal  perwujudan kinerja pemerint...
Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal perwujudan kinerja pemerint...
 
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIAHUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
 
Desentralisasi dan otonomi
Desentralisasi dan otonomiDesentralisasi dan otonomi
Desentralisasi dan otonomi
 
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
 
PPKn Pemerintahan Pusat dan Daerah
PPKn Pemerintahan Pusat dan DaerahPPKn Pemerintahan Pusat dan Daerah
PPKn Pemerintahan Pusat dan Daerah
 
Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerah
 
Pelayanan prima
Pelayanan primaPelayanan prima
Pelayanan prima
 
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptx
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptxPPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptx
PPT FARIS000fe1c5-1c3b-49aa-9514-eba79aa5faf7.pptx
 
PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )
PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )
PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )
 
Tugas system komunikasi indonesia
Tugas system komunikasi indonesiaTugas system komunikasi indonesia
Tugas system komunikasi indonesia
 
Denis anggun
Denis anggunDenis anggun
Denis anggun
 
Jawaban
JawabanJawaban
Jawaban
 
Makalah sistem pemerintahan 2
Makalah sistem pemerintahan 2Makalah sistem pemerintahan 2
Makalah sistem pemerintahan 2
 
Makalah sistem pemerintahan 2
Makalah sistem pemerintahan 2Makalah sistem pemerintahan 2
Makalah sistem pemerintahan 2
 
Uu perda
Uu perdaUu perda
Uu perda
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
 
2784873.ppt
2784873.ppt2784873.ppt
2784873.ppt
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan Daerah
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
 
Rimawati - Analisis Regulasi JKN
Rimawati - Analisis Regulasi JKNRimawati - Analisis Regulasi JKN
Rimawati - Analisis Regulasi JKN
 

Recently uploaded

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 

Ajaran otonomi daerah

  • 1. Sistem Rumah Tangga Daerah sistem rumah tangga adalah tatanan yang bersangkutan dengan tugas, wewenang dan tanggungjawab antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Di dalam pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang menyangkut dengan tugas, wewenang dan tanggungjawab harus memiliki konsep yang jelas antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. hal ini bertujuan agar pengusahaan tata kelola pemerintahan daerah dapat berjalan sesuai dengan prosedur dsan memilikim landasan hukum maupun teritis yang dapat dipertanggung jawabkan baik secara konstitusi maupun secara moral kepada masyarakat selaku pemilik hekuasaan. Sistem rumah tangga daerah dapat di bagi menjadi 3 sistem. 1. sistem rumah tangga materil sistem rumah tangga materil adalah pembagian tugas,wewenang dan tanggungjawab antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dijelaskan secara normatif dalam Undang-undang dan turunan hirarki di bawahnya. sistem rumah tangga ini berpangkal tolak dari pemikiran bahwa antara urusan pemerintah pusat dan urusan pemerintah daerah dapat dibedakan yang kemudian di tuangkan dalam landasan hukum yang mengikat terhadap urusan tersebut. dalam pasa 10 dan 13 Undang-undang no 32 tahun 2004 tentang pemerintah Daerah dijelaskan secara normatif urusan- urusan mana yang menjadi domainnya pemerintah, pusat dan daerah. jika ditilik lebih jauh dengan mempertimbangkan azas otonomi daerah sisitem rumah tangga ini tidak memberikan kebebasan dan kemandirian daerah otonom. urusan-urusan tersebut di berikan kepada pemerintah daerah selaku yang berwenang di daerah otonom oleh pemerintah pusat, jadi hak-hak dasar sebuah daerah otonom tidak terpenuhi oleh sistem rumah tangga ini. kemudian di dalam pelaksanaannya juga menghadapi berbagai kerancuan. contohnya di dalam pasal 13 UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah urusan penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan diserahkan kepada pemerintah daerah, namun standarisasi kelulusan siswa di tentukan oleh peerintah pusat. disini bisa kita lihat sebuah kerancuan dan tumpang tindih urusan yang notabene telah diberikan kepada pemerintah daerah namun pemerintah pusat masih tetap mengikat dengan standarisasi tingkat nasional. contoh di atas tadi sangat tidak menghargai konsensus yang telah di sepakati bersama. 2. sistem rumah tangga formil sistem rumah tangga formil adalah pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab atara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah tidak dijelaskan secara rinci. artinya, sebuah urusan pemerintahan diserahkan kepada pemerintah daerah oleh pemerintah pusat dengan mempertimbangkan tingkat efisiensi (berdaya guna) dan efektivitas (berhasil guna). sistem rumah tangga ini mempunya landasan pemikiran bahwa tidak ada perbedaan urusan secara prinsipnya antara urusan pemerintah pusat atau urusan pemerintah daerah. sistem ini sudah lebih baik jika si bandingkan dengan sisitem rumah tangga materil, karena unsur-unsur pemberian hak kemandirian dan kebebasan daerah otonom dalam mengurus rumah tanggany sendiri. contohnya seperti pelaksanaan ritual “balimau kasai” di kabupaten pelalawan, “bakar tongkang” di kabupaten Rokan Hilir, “pacu jalur” di Kabupaten Kuantan singingi.
  • 2. Namun di dalam pelaksanaan sistem rumah tangga ini, terdapat beberapa kendala yang dialami oleh pemerintah daerah. yaitu antara lain ; a. sistem rumah tangga ini menuntut pemerintah daerah agar mempunyai inisiatif yang tinggi. apa saja urusan penyelenggaraan pemerintah yang bisa di laksanakan oleh pemerintah derah. hal ini berpotensi terjadinya perbedaan yang mencolok antara daerah yang memiliki inisiatif tinggi dengan daerah yang memiliki inisiatif yang rendah. dengan demikian tingkat keegoan daerah meningkat yang tentu mengancam negara republik indonesia dalam kerangka negara kesatuan. b. anggaran daerah yang terbatas untuk melaksanakan seluruh usaha penyelenggaraan pemerintah yang sekiranya sangat efektif dan efisien jika dilaksanakan oleh pemerintah daerah. c. pemerintah derah sulit untuk mengetahui urusan-urusan apa saja yang tidak diberikan dan yang telah diberikan. karena urusan tersebut tidak terdapat pada legal formal yang menjadi dasar hukum usaha penyelenggaraan pemerintah. akibatnya pemerintah daerah tidak berani untuk berinisiatif menyelenggarakan urusan tersebut dengan kekhawatiran akan menyalahi tugas, wewenang dan tanggungjawabnya. 3. sistem rumah tangga Riil SIstem rumah tangga riil (nyata) adalah pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab antara pemerintah pyusat dengan pemerintah daerah yang mengambil jalan tengah dari sistem rumah tangga materil dan sistem rumah tangga formil. artinya, sistem rumah tangga ini mengkombinasikan 2 sistem rumah tangga daerah. dalam konspnya, sistem rumah tangga Riil lebih banyak memakai azas sistem rumah tangga formil. dimana dalam urusan rumah tangga formil ini menjamin kebebasan dan kemandirian daerah otonom. sedabgkan azas sisitem rumah tangga meteri yang diadopsi adalah dalam hal urudan yang berdifat umum yang prinsipnya di jelaskan secara normatif dalam Undang-undang. http://arinugrohosusanto.wordpress.com/2010/05/15/sistem-rumah-tangga-daerah/ SISTEMOTONOMI DAERAHDI INDONESIA November19th,2011 • Related• FiledUnder FiledUnder:Umum Tags: OTONOMIDAERAH INDONESIA SistemOtonomi Daerah
  • 3. Sistemotonomi terdapat duasistem,yaitusistemotonomimateriil dansystemotonomi formal.Oleh Sujamto(1990) keduaistilahini lazimjugadisebutpengertianrumahtanggamateriil (materiele huishoudingsbegrip) danpengertianrumahtanggaformil (formeele huishoudingsbegrip) Koesoemahatmadja(1978) menyatakanadatiga ajaran rumahtangga yang terkenal yaitu: a. AjaranRumah Tangga Materiil (materielehuishoudingsleer) atauPengertianRumahTanggaMateriil (materielehuishoudingsbegrip), bahwadalamhubunganantara pemerintahpusatdanpemerintahdaerahadapembagiantugasyang jelas,dimanatugas-tugastersebutdiperincidenganjelasdandiperiinci dengantegasdalamUndang – Undang tentangpembentukansuatudaerah. b. AjaranRumahTangga Formil (formil huishoudingsleer) atauPengertianRumahTanggaFormil (formeele huishoudingsbegrip) Disini tidakterdapatperbedaansifatantaratugas-tugasyangdiselenggarakanolehpemerintahpusat dan olehpemerintahdaerah.Pembagiantugasdidasarkanataspertimbanganrasional danpraktis. c. AjaranRumah Tangga Riil (riele huishoudingsleer) atauPengertianRumahTanggaRiil (riele huishoudingsbegrip) http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/sistem-otonomi-daerah-di-indonesia/ I. Pendahuluan Perkembangan sebuah ilmu sangat ditentukan oleh kemampuannya menjawab berbagai masalah-masalah sosial dan alam yang menjadi bidang garapannya. Semakin fungsional sebuah ilmu- dalam arti mampu menjalankan sekurang-kurangnya lima fungsi utama ilmu – akan semakin banyak pendukungnya. Hal tersebut pada gilirannya akan mendorong semakin banyak orang yang mempelajari dan menghasilkan teori maupun konsep baru. Sebaliknya, apabila sebuah ilmu tidak fungsional dalam menjawab kebutuhan masyarakat, maka ilmu tersebut akan ditinggalkan oleh masyarakat dan akhirnya akan mati. Kemampuan suatu ilmu untuk menjawab berbagai kebutuhan masyarakat akan sangat tergantung pada epistemologinya, karena salah satu hal yang membedakan antara ilmu satu dengan ilmu lainnya adalah dari segi metodologinya.(Wasistiono, 2001) Demikian juga halnya dengan Ilmu Pemerintahan. Dari berbagai literature dapat lihat bahwa bahwa pemerintahan disamping sebagai sebuah pengetahuan (knowledge) adalah sekaligus juga meruapakan sebuah kemahiran (know-how). Karena itu Ilmu Pemerintahan diharapkan dapat menjawab berbagai tantangan
  • 4. dalam kehidupan manusia, termasuk dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia dewasa ini. Gelombang perubahan yang melanda Indonesia pasca jatuhnya pemerintahan orde baru, membuka wacana dan gerakan baru diseluruh aspek kehidupan masyarakat, tak terkecuali dalam dunia pemerintahan. Semangat yang menyala-nyala untuk melakukan reformasi, bahkan cennderung melahirkan euphoria, memberikan energi yang luar biasa bagi bangkintya kembali wacana otonomi daerah, setelah hampir sepertiga abad ditenggelamkan oleh rezim otoritarian orde baru dengan politik stick and carrot-nya (Sri Budi Santoso : 2000). Salah satu unsur reformasi total itu adalah tuntutan pemberian otonomi yang luas kepada daerah kabupaten dan kota. Marsdiasmo (1999), menyatakan bahwa tuntutan seperti itu adalah wajar, paling tidak untuk dua alasan. Pertama, intervensi pemerintah pusat yang terlalu besar di masa yang lalu telah menimbulkan masalah rendahnya kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah dalam mendorong proses pembangunan dan kehidupan demokrasi di daerah , Kedua, tuntutan pemberian otonomi itu juga muncul sebagai jawaban untuk memasuki era new game yang membawa new rules pada semua aspek kehidupan manusia di masa akan datang. Dalam sejarah perkembangannya kebijakan otonomi daerah di Indonesia mengikuti pola seperti pada bandul jam yaitu beredar antara sangat sentralistik dan sangat desentarlistik. Apabila kebijakan yang dilaksanakan sangat sentralistik maka bandulnya akan ditarik kembali kepada arah titik keseimbanganm desentralistik demikian pula sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dengan mengikuti perkembangan pelaksanaan otonomi daerah melalui peraturan perundang-undangan yang mengaturnya mulai dari UU nomor 1 tahun 1945 sampai dengan UU Nomor 22 tahun 1999. Otonomi Daerah di Indonesia dilaksanakan dalam rangka desentralisasi di bidang pemerintahan. Desentralisasi itu sendiri setidak-tidaknya mempunyai tiga tujuan. Pertama, tujuan politik, yakni demokratisasi kehidupan berbangsa dan bernegara pada tataran infrastruktur dan suprastruktur politik. Kedua, tujuan administrasi, yakni efektivitas dan efisiensi proses-proses administrasi pemerintahan sehingga pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih cepat, tepat, transparan serta murah. Ketiga, tujuan social ekonomi, yakni meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat.(Sadu Wasisitiono;2003)
  • 5. Dalam malakah ini mencoba untuk membahas sejarah perkembangan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai dengan era reformasi sekarang ini dengan melihat oelaksanaan undang-undang otonomi daearh dalam era tersebut. untuk dapat membedakan pelaksanaan otonomi daerah pada masing-masing undang-undang maka kami akan mengakajinya dari sudut sisitem yang digunakan. Kemudian untuk memudahkan pemahamannya maka dalam penulisan makalah ini kami membaginya menjadi dua bagian. Pada bagian pertama kami akan mengakaji tentang system otonomi daerah. Sedangkan pada bagian kedua mengkaji tentang perkembangan system yang digunakan pada masing-masing Undang-Undang otoniomi daerah yang pernah digunakan sepanjang sejarah Republik Indonesia. II. Sistem Otonomi Daerah Yang dimaksud dengan faham atau sistem otonomi disini ialah patokan tentang cara penentuan batas-batas urusan rumah tangga daerah dan tentang tata cara pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah menurut suatu prinsip atau pola pemikiran tertentu. (Sujamto; 1990) Banyak istilah yang digunakan oleh para ahli untuk menerjemahkan maksud tersebut diatas. Penulis paling tidak mengidentifikasi ada empat istilah yang digunakan oleh para ahli untuk memahaminya. Istilah-istilah itu antara lain sistem, paham, ajaran, pengertian. Adapun mengenai faham atau atau system otonomi tersebut pada umumnya orang mengenal ada dua faham atau system pokok, yaitu faham atau system otonomi materiil dan faham atau system otonomi formal. Oleh Sujamto (1990) kedua istilah ini lazim juga disebut pengertian rumah tangga materiil (materiele huishoudingsbegrip) dan pengertian rumah tangga formil (formeele huishoudingsbegrip)
  • 6. Koesoemahatmadja (1978) menyatakan ada tiga ajaran rumah tangga yang terkenal yaitu : a. Ajaran Rumah Tangga Materiil (materiele huishoudingsleer) atau Pengertian Rumah Tangga Materiil (materiele huishoudingsbegrip), b. Ajaran Rumah Tangga Formil (formil huishoudingsleer) atau Pengertian Rumah Tangga Formil (formeele huishoudingsbegrip) c. Ajaran Rumah Tangga Riil (riele huishoudingsleer) atau Pengertian Rumah Tangga Riil (riele huishoudingsbegrip) Pada ajaran rumah tangga meteril bahwa dalam hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah ada pembagian tugas yang jelas, dimana tugas-tugas tersebut diperinci dengan jelas dan diperiinci dengan tegas dalam Undang –Undang tentang pembentukan suatu daerah. Artinya rumah tangga daerah itu hanya meliputi tugas-tugas yang telah ditentukan satu persatu dalam Undang-Undang pembentukannya. Apa yang tidak termasuk dalam perincian tidak termasuk dalam rumah tangga daerah, melainkan tetap berada ditangan pemerintah pusat. Jadi ada perbedaan sifat materi antara tugas pemerintah pusat dam pemerintah daerah. Adapun mengenai ajaran rumah tangga formil disini tidak terdapat perbedaan sifat antara tugas-tugas yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan oleh pemerintah daerah. Apa yang dapat dikerjakan oleh pemerintah pusat pada prinsipnya dapat dikerjakan pula oleh pemerintah daerah demikian pula sebaliknya. Bila ada pembagian tugas maka itu didasarkan atas pertimbangan rasional dan praktis. Artinya pembagian tugas itu tidaklah disebabkan karena materi yang diatur berbeda sifatnya, melainkan semata-mata karena keyakinan bahwa kepentingan daerah itu lebih baik dan berhasil jika diselenggarakan sendiri daripada diselenggarakan oleh pemerintah pusat. Jadi pertimbangan
  • 7. efisiensilah yang menentukan pembagian tugas itu bukan disebabkan oleh perbedaan sifat dari urusan yang menjadi tanggung jawab masing-masing. http://orangbuton.wordpress.com/2008/10/16/studi-sejarah-terhadap-sistem-otonomi-daerah-di- indonesia/ KonsepOtonomi Daerah Sehari sesudahmerdeka,NegaraKesatuanRIpadadasarnyatelahmenetapkanpilihannyasecaraformal pada dianutnyaasasdesentralisasi dalampenyelenggaraanpemerintahan,denganmemberikan kesempatandankeleluasaankepadadaerahuntukmenyelenggarakanotonomi daerah.Hal itudapat disimpulkandari bunyi BabIV,pasal 18 UUD 1945 dan penjelasannya.Dalampasal 18 UUD 1945, antara laindinyatakanbahwa“pembagiandaerahIndonesiaatasdaerahbesardan kecil,denganbentukdan susunanpemerintahannyaditetapkandenganundang-undang”.Sementara,dalampenjelasanpasal tersebutantaralaindikemukakanbahwa: “…olehkarenanegaraIndonesiaitusuatu“eenheidsstaat”,makaIndonesiatakakanmempunyai daerah di dalam lingkungannyayangbersifatstaatjuga.DaerahIndonesiaakandibagi dalamdaerahpropinsi dan daerahyang lebihkecil.Daerahitubersifatotonom(streckdanlocale rechtsgemeenchappen) atau bersifatdaerahadministrasibelaka,semuanyamenurutaturanyangakanditetapkandenganundang- undang”. DalamamandemenkeduaUUD 1945, ketentuantersebutmengalami perubahan.Perubahantersebut tidakmerubahesensinya,tapi lebihbersifatmempertegas,memperjelasdanmelengkapi.Disebutkan, misalnya,“NegaraKesatuanRIdibagi atasdaerah-daerahprovinsi dandaerahprovinsi itudibagiatas kabupatendankota,yang tiap-tiapprovinsi,kabupaten,dankotaitumempunyai pemerintahandaerah” (pasal 18 ayat 1). Pemerintahdaerahtersebutmengaturdanmengurussendiriurusanpemerintahan menurutasasotonomi dantugas pembantuan(pasal 18 ayat 2). Selanjutnya,dikatakanbahwa pemerintahandaerahmenjalankanotonomiseluas-luasnya,kecuali urusanpemerintahanyangoleh undang-undangditentukansebagai urusanPemerintahPusat(pasal 18 ayat 5 UUD 1945). Secara etimologi,perkataanotonomiberasal dari bahasalatin“autos”yangberarti sendiri dan“nomos” yang berarti aturan.Dengandemikian,mula-mulaotonomi berartimempunyai “peraturansendiri”atau mempunyai hak/kekuasaan/kewenanganuntukmembuatperaturansendiri.Kemudianarti ini berkembangmenjadi “pemerintahansendiri”.Pemerintahansendiri ini meliputi pengaturanatau perundang-undangansendiri,pelaksanaansendiri,dandalambatas-batastertentujugapengadilandan kepolisiansendiri (JosepRiwuKaho,1991:14). Sementaraitu,dalamUU No.32/ 2004 tentang PemerintahDaerahditegaskanbahwaotonomi daerahadalahhak,wewenangdankewajibandaerah otonomuntukmengaturdanmengurussendiri urusanpemerintahandankepentinganmasyarakat setempatsesuai denganperaturanperundang-undangan. Urusan pemerintahandankepentinganmasyarakatsetempatyangdiaturdandiurustersebutmeliputi kewenangan-kewenanganyangdiserahkanolehpemerintahpusatkepadadaerah-daerahuntuk diselenggarakanmenurutprakarsasendiri berdasarkanaspirasi masyarakat.Josef RiwuKaho(1991:15- 17) menyebutkanberbagai teknikuntukmenetapkanbidangmanayangmenjadi urusanpemerintah
  • 8. pusatdan mana yang merupakanwewenangpemerintahdaerah,yaitu(a) sistemresidu,(b) sistem material,(c) sistemformal,(d) sistemotonomi riil,dan(e) prinsipotonomi yangnyata,dinamisdan bertanggungjawab. Dalam sistemresidu,secara umum telahditentukan lebihdahulutugas-tugas yang menjadi wewenangpemerintahpusat, sedangkansisanya menjadi urusan rumah tangga daerah. Kebaikannya terutama terletak pada saat timbulnyakeperluan-keperluanbaru,pemerintahdaerah dapat dengan cepat mengambil keputusandan tindakan yang dipandang perlu,tanpa menunggu perintahdari pusat. Sebaliknya,sistemini dapat pula menimbulkankesulitanmengingatkemampuandaerah yang satu dengan yang lainnya tidak sama dalam pelbagai lapangan atau bidang. Akibatnya, bidangatau tugas yang dirumuskansecara umum ini dapat menjadi terlalusempitbagi daerah yang kemampuannya terbatas. Sementara,dalamsistemmaterial,tugaspemerintahdaerahditetapkansatupersatusecaralimitatif atau terinci.Di luartugas yangtelahditentukan,merupakanurusanpemerintahpusat.Kelemahannya, sistemini kurangfleksibel karenasetiapperubahantugasdanwewenangdaerahharusdilakukannya melalui proseduryanglamadanberbelit-belit.Akibatnya,memghambatkemajuandaerah,karena merekaharusmenunggu penyerahanyangnyatabagi setiapurusan.Kadang-kadangsuatuurusan menjadi terbengkelai,tidakdiurusolehpemerintahpusatdantidakpulaolehpemerintahdaerah. Sedangkandalamsistemformal,daerahbolehmengaturdanmengurussegalasesuatuyangdianggap pentingbagi daerahnya,asal sajatidakmencakupurusanyangtelahdiaturdan diurusolehpemerintah pusatatau pemerintahdaerahyanglebihtinggi tingkatannya.Dengankatalain,urusanrumahtangga daerahdibatasi olehperaturanperundang-undanganyanglebihtinggitingkatannya. Dalamsistemotonomi riil,penyerahanurusanatautugasdankewenangankepadadaerahdidasarkan pada faktoryang nyataatau riil,sesuai dengankebutuhandankemampuanyangriil dari daerahmaupun pemerintahpusatsertapertumbuhankehidupanmasyarakatyangterjadi.Karenapemberiantugasdan kewajibansertawewenangini didasarkanpadakeadaanriil di dalammasyarakat,makakemungkinan yang dapatditimbulkannyaialahbahwatugasatauurusanyang selamaini menjadi wewenang pemerintahpusatdapatdiserahkankepadapemerintahdaerahdenganmelihatkepadakemampuan dan keperluannyauntukdiaturdandiurussendiri.Sebaliknya,tugasyangkini menjadiwewenang daerah,pada suatuketika,bilamanadipandangperludapatdiserahkankembali kepadapemerintah pusatatau ditarikkembali dari daerah. Prinsipotonomi yangnyata,dinamisdanbertanggungjawabdikenal dalamUUNo.5 tahun1974 sebagai salahsatu variasi dari sistemotonomi riil.DalamUUtentangPemerintahDaerahyangbaru, yaituUU No.22 tahun 1999, otonomi daerahdilaksanakandenganmemberikankewenanganyangluas,nyata dan bertanggungjawabkepadadaerahsecaraproporsional yangdiwujudkandenganpengaturan, pembagiandanpemanfaatansumberdayanasional yangberkeadilan,sertaperimbangankeuangan pusatdan daerah. Agar otonomi daerahdapatdilaksanakansejalandengantujuanyanghendakdicapai,Pemerintahwajib melakukanpembinaanyangberupapemberianpedomanseperti dalampenelitian,pengembangan, perencanaandanpengawasan.Di sampingitudiberikanpulastandar,arahan,bimbingan,pelatihan, supervisi,pengendalian,koordinasi,pemantauandanevaluasi.Bersamaandenganitu,Pemerintahwajib memberikanfasilitasi berupapemberianpeluang,kemudahan,bantuan,dandorongankepadadaerah
  • 9. agar dalam melaksanakanotonomi dapatdilakukansecaraefisiendanefektifsesuai denganperaturan perundang-undangan. http://sdnsilihwangi1.blogspot.com/2011/02/makalah-kebijakan-pendidikan-di-era.html Teori Pembagian Kewenangan Dalam Negara Filed under: Law — 1 Komentar Desember 21, 2008 Saya dapat tugas mencari sistem pembagian kewenangan ini… Lumayan susah carinya. Makanya saya mau share, sapa tau berguna buat yang lain.. ^^ Menurut Muhammad Abud Musa’ad[1], ada beberapa sistem pembagian kewenangan: a. Sistem Residu Dalam sistem ini, secara umum telah ditentukan lebih dahulu tugas-tugas yang menjadi wewenang Pemerintah Pusat, sedangkan sisanya menjadi urusan rumah tangga Daerah. Sistem ini umumnya dianut oleh negara-negara di daratan Eropa seperti Perancis, Belgia, Belanda dan sebagainya. Kebaikan sistem ini terutama terletak pada saat timbulnya keperluan-keperluan baru, Pemerintah Daerah dapat dengan cepat mengambil keputusan dan tindakan yang dipandang perlu, tanpa menunggu perintah dari Pusat. Sebaliknya, sistem ini dapat pula menimbulkan kesulitan mengingat kemampuan Daerah yang satu berbeda dengan yang lainnya tidak sama dalam pelbagai lapangan atau bidang. Akibatnya bidang atau tugas yang dirumuskan secara umum ini dapat menjadi terlalu sempit bagi Daerah yang kapasitasnya besar atau sebaliknya terlalu luas bagi Daerah yang kemampuannya terbatas. b. Sistem Material Dalam sistem ini, tugas Pemerintah Daerah ditetapkan satu persatu secara limitatif atau terinci. Selain dari tugas yang telah ditentukan, merupakan urusan Pemerintah Pusat. Sistem ini lebih banyak dianut oleh negara-negara Anglo Saxon, terutama Inggris dan Amerika Serikat. Cara ini kurang begitu fleksibel, karena setiap perubahan tugas dan wewenang Daerah baik yang bersifat pengurangan maupun penambahan, harus dilakukan melalui prosedur yang lama dan berbelit-belit. Hal ini tentunya akan menghambat kemajuan bagi Daerah yang mempunyai inisiatif/prakarsa, karena mereka harus menunggu penyerahan yang nyata bagi setiap urusan.
  • 10. Kadang-kadang suatu urusan menjadi terbengkalai, tidak diurus oleh Pemerintah Pusat dan tidak pula oleh Pemerintah Daerah. Sistem ini pernah diatur oleh Negara Republik Indonesia pada saat berlakunya Undang-Undang no. 22 tahun 1948 dan Staatblad Indonesia Timur no. 44 tahun 1950. c. Sistem Formal Dalam sistem ini urusan yang termasuk dalam urusan rumah tangga Daerah tidak secara apriori ditetapkan dalam atau dengan Undang-Undang. Daerah boleh mengatur dan mengurus segala sesuatu yang dianggap penting bagi Daerahnya, asal saja tidak mencakup urusan yang telah diatur dan diurus oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang lebih tinggi tingkatnya. Jadi, urusan yang telah diatur dan diurus oleh Pemerintah yang lebih tinggi tingkatnya, tidak boleh diatur dan diurus lagi oleh Daerah. Dengan perkataan lain, urusan rumah tangga daerah dibatasi oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatnya (hierarchische taakafbakening). d. Sistem Riil Dalam sistem ini, penyerahan urusan atau tugas dan kewenangan kepada Daerah didasarkan pada faktor yang nyata atau riil, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang riil dari Daerah maupun Pemerintah Pusat serta pertumbuhan kehidupan masyarakat yang terjadi. Karena pemberian tugas dan kewajiban serta wewenang ini didasarkan pada keadaan yang riil didalam masyarakat maka kemungkinan yang dapat ditimbulkannya ialah bahwa tugas/urusan yang selama ini menjadi wewenang Pemerintah Pusat dapat diserahkan kepada Pemerintah Daerah dengan melihat kepada kemampuan dan keperluannya untuk diatur dan diurus sendiri, sebaliknya tugas bilamana dipandang perlu dapat diserahkan kembali kepada Pemerintah Pusat atau ditarik kembali dari Daerah. Sistem ini dianut oleh Negara Republik Indonesia semasa berlakunya Undang-Undang no. 1 tahun 1957, Penetapan Presiden no. 6 tahun 1956 (disempurnakan) dan penpres no. 5 1960 (disempurnakan), dan Undang-Undang no. 18 tahun 1965. [1] Muhammad Abud Musa’ad, Penguatan Otonomi Daerah Di Balik Bayang-Bayang Ancaman Disintegrasi, Penerbit ITB, 2002, h.28 http://karishachan.wordpress.com/category/law/page/3/