SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Oleh:
PENDIDIKANMATEMATIKA 2015
UNIVERSITASSRIWIJAYA
Dosen Pembimbing :
Dr. Hapizah, S.Pd, M.T
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK-PAIR-SHARE
PADA MATERI OPERASI HITUNG ALJABAR
Penulis :
Reno Sutriono dan Devi Kumala S
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA
MATERI OPERASI HITUNG ALJABAR
Oleh : Reno Sutriono dan Devi Kumala Sari
ABSTRAK
Aljabar merupakan cabang matematika yang mempelajari tentang
pemecahan masalah menggunakan simbol-simbol sebagai pengganti
konstanta atau variabel. Dalam operasi aljabar, siswa sering salah
menuliskan hasil perhitungan operasi aljabar yang variabelnya berbeda
atau tidak sejenis dan siswa juga sering salah dalam membuat model
matematika pada soal cerita. Hal tersebut dikarenakan siswa kurang
memahami konsep awal aljabar. Vygotsky menjelaskan dalan konsep
ZPD ( Zone of Proximal Development ) bahwa untuk memahami suatu
konsep seseorang memerlukan bantuan orang lain serta scaffolding
yang merupakan bantuan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk
belajar dan memecahkan masalah. Berdasarkan pendapat Vygotsky
tersebut, Model Kooperatif dapat diterapkan untuk memudahkan guru
dalam menyampaikan materi operasi hitung aljabar agar siswa paham,
salah satunya tipe think-pair and-share cocok untuk diterapkan pada
siswa agar siswa dapat saling bertukar pikiran antar kelompok,
bertanya serta berbagi hasil dengan teman antar kelompok lainnya di
kelas untuk memahami konsep awal aljabar dan diharapkan dapat lebih
mudah untuk menyelesaikan soal permodelan matematika. Bruner juga
menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan
manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang
diberikan kepada dirinya. Bruner membagi proses belajar menjadi 3
tahap yaitu enaktif, ikonik dan simbolik. Dalam operasi aljabar, tahap
enaktifnya yaitu pembelian 3 permen dan 2 coklat, pada tahap ikonik
dibuat bentuk gambar atau visualisasi dari 3 permen dan 2 coklat itu,
dan pada tahap simbolik pena dan buku dibuat dalam bentuk variabel
misalkan 3x + 2y
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern. Matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin
ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Marks (1988:3) berpendapat bahwa
matematika sangat berperan penting dalam persiapan untuk memberi bekal agar kita
dapat berfungsi secara efektif dalam zaman teknologi. Matematika merupakan salah
satu mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa mulai dari tingkat sekolah dasar
sampai sekolah menengah atas hingga ke perguruan tinggi. Namun masalah yang
biasa muncul dalam dunia pendidikan matematika adalah masih banyaknya siswa
yang kurang memahami pelajaran matematika, bahkan ada yang tidak tertarik sama
sekali dengan pelajaran matematika. Siswa menganggap matematika adalah mata
pelajaran yang sulit untuk dipahami dan dimengerti.
Menurut Indiyani dan Listiara (2006) Matematika merupakan salah satu
cabang pengetahuan eksak yang berhubungan dengan bilangan dan kalkulasi, sebagai
bahasa simbolis untuk menunjukkan hubungan kuantitatif dan keruangan dengan
penalaran yang logis, serta memudahkan dalam berpikir. Matematika dapat
mengembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kritis dalam diri siswa.
Sehingga, untuk mempelajari matematika siswa diharapkan dapat memahami konsep-
konsep matematika dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Namun pada
kenyataannya, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep-
konsep matematika.
Aljabar merupakan bentuk operasi atau pengerjaan hitung penjumlahan atau
pengurangan, perkalian atau pembagian yang terdiri dari satu atau beberapa suku yang
melibatkan peubah atau variabel. Materi dalam operasi hitung Aljabar sebenarnya
relatif agak mudah. Pada materi ini diperlukan ketelitian dan keseriusan dalam
memahami konsep mengenai operasi hitung aljabar. Namun karena kebanyakan pada
materi ini guru hanya menjelaskan materi beserta contoh serta diberikan sedikit
latihan soal, hal ini mengakibatkan konsep dasar, prinsip dan sifat yang ada dalam
operasi hitung aljabar belum dikuasai siswa dengan baik, sehingga hal ini
menyulitkan siswa dalam menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan operasi
hitung berbentuk aljabar dan juga materi yang lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya kesalahan yang ditimbulkan siswa saat melakukan operasi hitung aljabar.
Dalam hal ini materi ini sangat penting dipelajari karena berhubungan dengan materi
yang akan dipelajari selanjutnya. Hudojo (1988:3 ) berpendapat bahwa mempelajari
matematika haruslah bertahap dan berurutan serta mendasarkan pada pengalaman
belajar yang lalu.
Pada permasalahan ini kami mencoba menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe think-pair-share karena dalam model ini siswa dihadapkan pada
masalah-masalah nyata yang ada di lingkungan serta mengajarkan mereka berdiskusi
atau belajar secara berkelompok, sedangkan guru sebagai fasilitator bagi siswa.
Sehingga aktivitas belajar siswa khususnya aktivitas mental siswa dapat teramati oleh
guru. Melalui pembelajaran ini diharapkan siswa memperoleh pengetahuan yang
bermakna dan menumbuhkan motivasi siswa sehingga pembelajaran Matematika
khususnya pada operasi hitung aljabar dapat terlaksana secara optimal.
Materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar
Operasi adalah pengerjaan hitung yang terdiri dari penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian. Sedangkan aljabar merupakan bahasa simbol dari relasi.
Aljabar digunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari, dengan bahasa simbol,
dari relasi yang muncul, masalah-masalah dipecahkan sederhana. Bahkan untuk hal-
hal tertentu ada algoritma-algoritma yang mudah diikuti dalam rangka memecahkan
masalah simbolik itu yang pada saatnya nanti dikembalikan pada masalah sehari-hari
(Depdiknas, 2004a:4). Jadi belajar aljabar bukan semata-mata belajar tentang masalah
sehari-hari. Bentuk aljabar adalah bentuk matematika yang menggunakan tanda-tanda
dan huruf-huruf untuk menggambarkan atau mewakili angka-angka (Sudarto,
2000:19). Operasi hitung bentuk aljabar adalah pengerjaan hitung dalam bentuk
simbol-simbol.
Pada saat proses pembelajaran materi operasi hitung aljabar biasanya banyak
siswa yang meminta kepada guru untuk mengulangi penjelasannya. Sesuai dengan
pernyataan Soedjadi (1996: 27) yang mengatakan bahwa kesulitan yang dialami siswa
akan memungkinkan terjadi kesalahan sewaktu menjawab soal tes. Sebagaimana yang
sudah dijelaskan oleh Soedjadi, kesalahan yang dilakukan siswa dalam menjawab
persoalan aljabar merupakan bukti adanya kesulitan yang dialami oleh siswa pada
materi tersebut. Hubungan antara kesalahan dan kesulitan dapat diperhatikan pada
kalimat “jika seorang siswa mengalami kesulitan maka ia akan membuat kesalahan”
(Depdikbud: 1982). Artinya guru perlu mengembangkan model pembelajaran atau
strategi apa yang harus diterapkan agar siswa benar-benar paham dalam mempelajari
operasi hitung aljabar. Model pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh
guru dalam mengelola kelas pembelajaran agar materi dapat tersampaikan (Suherman,
2003: 6-7).
Berikut ini adalah kesalahan atau kesulitan siswa dalam memahami materi
operasi hitung aljabar :
a) siswa menuliskan 3x + 4y = 7xy, hal ini terjadi karena siswa menjumlahkan
bilangannya dan menggabungkan variabelnya. Di sini siswa tidak mengerti
konsep penjumlahan suku sejenis dan tidak sejenis.
b) siswa tidak dapat membagi suatu pecahan dengan cara mengalikan kebalikan
pecahan tersebut contohnya
1
2
:
3
2
=
1
2
x
2
3
=
2
6
=
1
2
c) siswa tidak dapat menyatakan kalimat sehari-hari dalam kalimat matematika atau
memodelkan soal cerita ke dalam bentuk aljabar. Contohnya “Suatu bilangan
dikurangi 3 menghasilkan bilangan lebih dari atau sama dengan satu” siswa
menuliskan modelnya 4 – 3 ≥ 1 siswa menganggap bahwa 4 jika dikurang 3
menghasilkan lebih dari atau sama dengan 1. Padahal model yang benarnya yaitu
x – 3 ≥ 1.
d) siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal operasi hitung aljabar bentuk
pecahan siswa belum memahami cara penyelesaian operasi hitung pecahan bentuk
aljabar untuk kasus penyebut yang berbeda. Misalkan pada soal
1
2𝑥
+
2
6𝑥
= .... ,
siswa kesulitan dalam menyamakan penyebutnya dengan mengoperasikannya
secara langsung tanpa memperhatikan penyebut yang berbeda. Sehingga hasil
jawaban siswa yaitu
1
2𝑥
+
2
6𝑥
=
3
8𝑥2 . Artinya siswa tidak mampu menyamakan
penyebut pecahan dengan menentukan KPK, tidak memahami konsep pada
operasi penjumlahan pecahan bentuk aljabar, tidak memahami operasi
perpangkatan, dan tidak memahami operasi pembagian pecahan aljabar.
Berdasarkan kesulitan di atas, maka diperlukan model pembelajaran yang bisa
digunakan guru untuk memudahkan siswa dalam memahami operasi hitung
aljabar sekaligus membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan
mengaktifkan siswa selama pembelajaran, sehingga siswa dapat saling bertukar
pikiran dan pendapat dalam memahami konsep serta mampu menyelesaikan soal-
soal secara berdiskusi. Sebagai motivator, guru memberikan motivasi kepada
siswa yang kurang aktif di dalam proses pembelajaran, dengan demikian proses
pembelajaran akan menjadi aktif.
Belajar secara berkelompok juga mengembangkan kondisi keterlibatan siswa
akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan demokratis.
Alasan adanya belajar secara berkelompok karena tidak semua siswa mempunyai
rasa percaya diri yang besar untuk bertanya hanya dengan teman semeja apa lagi
teman sekelas yang jarang sekali saling berkomunikasi dalam belajar serta guru
tentunya jika siswa itu tidak mengerti atau mengalami kesulitan pada materi
matematika seperti contohnya operasi hitung aljabar yang telah disebutkan di atas
tadi, maka siswa itu akan cenderung diam dan tidak ada tindakan untuk
memahami materi tersebut karena rasa malu atau tidak ada rasa percaya diri tadi
untuk bertanya kepada teman apalagi guru. Maka siswa tersebut akan
mendapatkan kerugian nantinya dengan tidak bisa menjawab soal materi operasi
hitung aljabar pada saat ulangan atau latihan yang diberikan oleh guru, maka nilai
siswa itu sendiri yang akan anjlok atau kecil. Dengan adanya belajar kelompok
yang diarahkan oleh guru maka akan ada tuntutan partisipasi atau peran serta
siswa secara aktif tanpa ada rasa canggung atau malu untuk mengungkapkan
pendapat sekaligus bertanya kepada teman dimateri bagian mana siswa belum
mengerti sehingga proses ini membantu atau memudahkan guru dalam
menyampaikan materi pelajaran. Pembelajaran ini sering disebut tipe
pembelajaran kooperatif.
Menurut Slavin (2011: 4) menyatakan “Pembelajaran kooperaif merujuk pada
berbagai macam metode pengajaran sehingga siswa bekerja dalam kelompok –
kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari
“materi pelajaran”. Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan
strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Tujuan
yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para
siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan
(Slavin, 2011: 33).
Menurut Widyantini dalam bukunya Model Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Kooperatif (2006:24) Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki
tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap
anggota saling bekerjasama dan membantu memahami suatu bahan pembelajaran
artinya belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pembelajaran.
Menurut Lie (2010: 12), model pembelajaran kooperatif atau disebut juga
dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama peserta didik
dalam menyelesaikan tugas-tugas terstruktur. Selanjutnya menurut Ibrahim
(2000:2), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang jangkauannya
melampaui membantu siswa belajar isi akademik dan keterampilan semata namun
juga melatih siswa tujuan – tujuan hubungan sosial dan manusia.
Roger dan David Johnson dalam Lie (2010: 30) mengatakan bahwa tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai
hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus
diterapkan. Kelima unsur tersebut, yaitu: 1) saling ketergantungan positif, 2)
tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5)
evaluasi proses kelompok. Untuk memenuhi kelima unsur tersebut harus
dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat para anggota kelompok para
peserta didik harus mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya
dalam kegiatan belajar kelompok yang akan saling menguntungkan. Selain niat,
peserta didik juga harus menguasai kiat – kiat berinteraksi dan bekerja sama
dengan orang lain. Salah satu cara untuk mengembangkan niat dan kerja sama
antar peserta didik dalam model pembelajaran kooperatif adalah melalui
pengelolaan kelas. Ada tiga hal penting dalam pembelajaran kooperatif, yakni
pengelompokan, semangat kerja sama, dan penataan ruang kelas.
Tipe- Tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa tipe dalam model pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2005: 11-
15), di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Student Team-Achievement Division (STAD)
Keutamaan dari STAD adalah keharusan adanya kerja sama anggota kelompok
dan kompetisi antar kelompok, memotivasi siswa supaya dapat saling mengajari
temannya yang kesulitan dalam belajar
2. Teams Games Tournaments (TGT)
TGT pada dasarnya sama dengan STAD, hanya saja TGT menggunakan turnamen
akademik pada akhir pertemuannya.(selebihnya akan dibahas dalam kajian
selanjutnya).
3. Jigsaw
Metode pengajaran dengan Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-
rekannya (1978). Kunci dari metode Jigsaw adalah interdependensi, yaitu tiap
siswa bergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi
yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian.
4. Team Accelerated Instruction (TAI)
TAI menggunakan penggabungan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran
yang individual dan dirancang khusus untuk mengajarkan matematika kepada
siswa kelas 3-6 (atau siswa yang belum siap menerima materi aljabar lengkap)
Selain tipe di atas, ada beberapa tipe kooperatif menurut beberapa ahli :
1. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993).
Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan
pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share
Dikemukakan oleh Frank Lyman (1985). Model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang
mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu
diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Think-Pair-
Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa
waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu
sama lain. Dari cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling
membutuhkan, dan saling tergantung pada kelompok-kelompok kecil secara
kooperatif.
3. Model Pembelajaran Kooperatif : Picture and Picture
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses
pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi
urutan yang logis.
4. Model pembelajaran kooperatif make a match (mencari pasangan)
Dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan.
Semua tipe model pembelajaran kooperatif yang dipaparkan di atas sudah sangat baik
untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika dan tapi di sini akan dibahas model
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-and-share untuk memudahkan siswa dalam
memahami operasi hitung aljabar sekaligus memudahkan guru dalam menyampaikan
materi tersebut. Model pembelajaran tipe think-pair-share cukup efektif untuk
diterapkan dalam pembelajaran matematika karena di sini semua siswa akan
mendapatkan pengetahuan/informasi dari hasil pemikiran tiap kelompok yang
dibagikan kesetiap kelompok lainnya sehingga siswa bisa mengerti dan paham dari
materi yang didiskusikan secara keseluruhan.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengharuskan
siswa untuk bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan
tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran kooperatif ini menekankan adanya kerja sama, saling ketergantungan
dan menghormati pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai
tujuan pembelajaran dan satu penghargaan bersama.
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Strategi Think-Pair-Share (TPS) ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lymann
dan koleganya di Universitas Maryland. Arends (dalam Trianto, 2007: 61),
menyatakan bahwa Think-Pair-Share (TPS) merupakan suatu cara yang efektif
untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua
resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think-Pair-Share (TPS) dapat
memberikan siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling
membantu.
Di kelas biasa, guru mengajukan pertanyaan, dan hanya beberapa siswa
mengangkat tangan untuk menjawab. Pada Think-Pair-Share, guru mengajukan
suatu pertanyaan, siswa memikirkan jawabannya dalam beberapa saat, kemudian
mereka membagi jawabannya dengan pasangan atau dengan anggota tim lainnya
tetapi dalam bentuk pasangan dialog (Jaeng, 2008:64). Para siswa membagi
jawaban, tidak hanya dengan teman dalam tim, tetapi juga dengan anggota dari tim
lain ke seluruh kelas.
Menurut Arends (Arif, 2003:26-27) langkah-langkah pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share, sebagai berikut.
Langkah pertama : Think (berpikir), siswa diminta untuk berpikir secara
individual terlebih dahulu beberapa saat terhadap masalah
yang disajikan oleh guru.
Langkah kedua : Pair (berpasangan), siswa diminta untuk membentuk
pasangan atau kelompok (4 – 6 orang), dan mendiskusikan
hasil pikirannya secara individual tadi. Interaksi pada tahap ini
diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu
pertanyaan atau masalah dan berbagi ide jika suatu persoalan
itu telah diidentifikasi (Ibrahim, 2000).
Langkah ketiga : Share (saling berbagi ide), setelah tercapai kesepakatan
tentang pikiran kelompok, maka salah seorang
mempresentasikan hasil kesepakatan kelompoknya. Ini efektif
dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan
dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat
kesempatan untuk melaporkan.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dibagi atas 5 fase, yakni: 1)
penyajian materi; 2) berpikir bersama; 3) transisi ke pasangan/tim; 4) monitoring;
dan 5) berbagi jawaban.
Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sebagai
berikut:
1. meningkatkan daya pikir siswa, memperoleh kedalaman tingkat pengetahuan
dan menciptakan kemampuan berpikir kritis siswa.
2. meningkatkan kemampuan bekerja dan menyelesaikan masalah secara
bersama.
3. mendorong siswa untuk memperhatikan pendapat orang lain.
4. menyenangkan siswa dalam belajar.
5. mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, dan
6. mengembangkan rasa percaya diri siswa.
Selain memiliki beberapa kelebihan, pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-
Share ini tentu memiliki kelemahan. Kelemahan yang ada pada pembelajaran ini
tidak lepas dari kelemahan yang ada pada pembelajaran kooperatif, yaitu
membutuhkan waktu yang cukup lama bagi siswa dan guru sehingga sulit
mencapai target kurikulum, membutuhkan kemampuan khusus guru dalam
melakukan atau menerapkan model pembelajaran kooperatif dan menuntut sifat
tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.
Teori Belajar Vygotsky
Lev Vygotsky (1896-1934), seorang psikolog berkebangsaan Rusia mengenal
poin penting tentang pikiran anak ini lebih dari setengah abad yang lalu. Teori
Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika memasuki akhir abad ke-20.
Sezaman dengan Piaget, Vygotsky menulis di Uni Soviet selama 1920-an dan 1930-
an. Namun, karyanya baru dipublikasikan di dunia Barat pada tahun 1960-an. Sejak
saat itulah tulisan-tulisannya menjadi sangat berpengaruh.
Teori belajar Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia
sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya.
Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti
ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-
temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan. Ia juga
menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari
orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut. Vygotsky lebih
banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan
perkembangan si anak.
Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan
dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa meliputi orang-orang,
kebudayaan, termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut. Orang lain merupakan
bagian dari lingkungan (Taylor, 1993), pemerolehan pengetahuan siswa bermula
dari lingkup sosial, antar orang, dan kemudian pada lingkup individu sebagai
peristiwa internalisasi (Taylor, 1993). Vygotsky menekankan pada pentingnya
hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan
yang menurut beliau, bahwa interaksi sosial yaitu interaksi individu tersebut
dengan orang lain merupakan faktor terpenting yang dapat memicu
perkembangan kognitif seseorang. Vygotsky berpendapat bahwa proses belajar akan
terjadi secara efisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-
anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung (supportive), dalam
bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa.
Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky dalam pembelajaran (Slavin,1997),
yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding.
1. Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat
perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan
masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan
sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau
melalui kerjasama dengan teman sejawa/sebaya yang lebih mampu. Siswa bekerja
dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat
memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya
(peer). Bantuan atau support dimaksud agar si anak mampu untuk mengerjakan
tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari pada tingkat
perkembangan kognitif si anak
2. Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-
tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan
kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia
dapat melakukannya (Slavin, 1997). Istilah yang lain yaitu Scaffolding merupakan
bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan
masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan,
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh,
dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri.
Teori Belajar Bruner
Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard,
Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberikan
perhatian pada pentingnya pengembangan berpikir. Bruner banyak memberikan
pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar,
atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran
teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta
informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang
diberikan kepada dirinya.
Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) proses perolehan
informasi baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima dan (3)
menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Perolehan informasi baru dapat
terjadi melalui aktivitas membaca, mendengarkan guru pada waktu pembelajaran
atau mendengarkan audio visual dan lain-lain. Proses transformasi pengetahuan
yang diterima disesuaikan dengan kebutuhan. Informasi yang diterima dianalisis,
diproses menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan.
Menurut Bruner belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep
dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari
serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.
Jika memungkinkan pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan
pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan
mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk
menguasai konsep matematika. Penggunakan teknologi informasi dan komunikasi
seperti komputer, alat peraga atau media lainnya di sekolah diharapkan dapat
meningkatkan keefektifan pembelajaran.
Bruner melalui teorinya mengatakan bahwa dalam proses belajar, sebaiknya
anak diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dapat
diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat
peraga anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang
terdapat dalam benda yang diperhatikannya.
Menurut Bruner ada 3 tahapan pembelajaran, sebagai berikut.
1. Tahap Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara
langsung terlihat dalam memanipulasi ( mengotak-atik ) objek.
2. Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan penyajian hendaknya dilakukan berdasarkan pada
pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-
gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang
merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.
3. Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbol-
simbol atau lambang-lambang objek tertentu.
Selain mengembangkan teori perkembangan kognitif, Bruner mengemukakan
teorema atau dalil-dalil berkaitan dengan pengajaran matematika. Berdasarkan
hasil-hasil eksperimen dan observasi yang dilakukan pada tahun 1963, Bruner
mengemukakan empat teorema /dalil-dalil berkaitan dengan pengajaran
Matematika yang masing-masing disebut “teorema atau dalil”. Keempat dalil
tersebut adalah seba-gai berikut :
a. Dalil Konstruksi/Penyusunan (Contruc-tion theorem)
Di dalam teorema konstruksi dikatakan cara yang terbaik bagi seorang siswa
untuk mempelajari sesuatu atau prinsip dalam matematika adalah dengan
mengkonstruksi atau melakukan penyusunan sebuah representasi dari konsep
atau prinsip tersebut.
b. Dalil Notasi (Notation Theorem)
Menurut teorema notasi representasi dari suatu materi matematika akan lebih
mudah dipahami oleh siswa apabila di dalam representasi itu digunakan notasi
yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.
c. Dalil Kekontrasan dan Variasi (Contras and Variation Theorem)
Menurut teorema kekontrasan dan variasi dikemukakan bahwa suatu konsep
matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila konsep itu
dikontraskan dengan konsep-konsep yang lain sehingga perbedaan antar
konsep itu dengan konsep-konsep yang lain menjadi jelas.
d. Dalil Konektivitas dan Pengaitan (Conectivity Theorem)
Di dalam teorema konektivitas disebut bahwa setiap konsep, setiap prinsip,
dan setiap ketrampilan dalam Matematika berhubungan dengan konsep-
konsep, prinsip-prinsip, dan keterampilan-keterampilan lain.
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share pada
Materi Operasi Hitung Aljabar
Seperti kita ketahui bahwa model ini menuntut siswa untuk bekerja sama dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dengan harapan tercapainya tujuan
pembelajaran contohnya pada operasi hitung bentuk aljabar. Dalam model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dibagi atas 5 fase, yakni: 1) penyajian
materi; 2) berpikir bersama; 3) transisi ke pasangan/tim; 4) monitoring; dan 5)
berbagi jawaban.
1. Fase I : Penyajian Materi
Guru menyajikan materi operasi hitung aljabar tentang penjumlahan
suku sejenis dan tidak sejenis yang dibuat dalam bentuk soal cerita
atau materi lain yang sulit dipahami oleh siswa tadi. Guru juga
memberikan beberapa contoh soal operasi hitung aljabar yang sejenis
dan tidak sejenis itu dan menyuruh siswa menemukan
penyelesaiannya untuk berpikir secara mandiri terlebih dahulu (
Tahap 1 atau Think ). Di sini guru juga memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya jika ada yang belum dimengerti.
2. Fase II : Berpikir Bersama
Pada fase ini guru memberikan sebuah masalah atau pertanyaan
berupa contoh soal mengenai operasi hitung aljabar kepada siswa
secara keseluruhan yang dipikirkan secara individu. Jika dirasa
tampak beberapa siswa kebingungan maka guru menyuruh siswa
tersebut untuk bediskusi secara berkelompok dengan membentuk 2
sampai 4 orang untuk menyelesaikan masalah tersebut ( Tahap 2 atau
Pair )
3. Fase III : Transisi ke Pasangan atau Tim
Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi antar pasangannya untuk
mendiskusikan masalah atau pertanyaan yang telah diberikan dan
tiap kelompok tersebut bertanggung jawab atas masalah yang telah
diberikan jika disuruh untuk menjelaskan kesemua kelompok apabila
disuruh, ketika siswa diminta untuk berpasangan, maka setiap siswa
diharapkan dapat berbagi jawaban dengan pasangan atau
kelompoknya.
4. Fase IV : Monitoring
Pada tahap ini guru memantau aktivitas tiap kelompok dalam
menyelesaikan soal, apakah diskusi tersebut berjalan dengan baik
serta melihat keaktifan siswa dalam berdiskusi. Jika ada kelompok
yang merasa kesulitan dan bertanya maka guru bisa mengarahkan
seperlunya.
5. Fase V : Berbagi Jawaban
Pada fase ini, guru meminta setiap pasangan/kelompok untuk berbagi
jawaban dengan seluruh siswa di kelas tentang apa yang telah mereka
bicarakan dan kerjakan secara bersama ( Tahap 3 atau Share ). Guru
memandu siswa dalam berdiskusi antar kelompok dan mendiskusikan
hasil secara bersama-sama, sebelum menutup kegiatan pembelajaran,
guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi dan
memberikan tes individu.
Implementasi Teori Belajar terhadap Operasi Hitung Aljabar
Sesuai teori vygotsky menurut Slavin terdapat dua konsep penting dalam
pembelajaran yaitu :
1. Zone of Proximal Development (ZPD)
Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri
berupa contoh soal atau materi matematika yang sulit untuk dipahami, tetapi dapat
memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau melalui
kerjasama dengan teman sejawa/sebaya yang lebih mampu. Pada materi operasi
hitung aljabar siswa mengalami kesulitan dimana siswa belum memahami seperti
siswa tidak mengerti konsep penjumlahan suku sejenis dan tidak sejenis, siswa
tidak dapat menyatakan kalimat sehari-hari dalam kalimat matematika atau
memodelkan soal cerita ke dalam bentuk aljabar dan lain sebagainya seperti yang
telah dipaparkan pada materi operasi hitung aljabar di atas tadi. Maka dari itu
alternatif guru agar mudah dalam menyampaikan materi yang dianggap sulit oleh
siswa tersebut yaitu menyuruh siswa membentuk kelompok belajar 4-6 orang di
kelas yang didalamnya terdapat siswa yang sudah benar-benar paham materi itu
agar bisa sekaligus membantu guru untuk menyampaikan materi yang dianggap
sulit kepada teman yang belum paham dan yang pasti itu semua dengan
bimbingan atau pengawasan guru agar semuanya bisa terarah dengan baik.
2. Scaffolding
Yaitu merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan
memecahkan masalah. Di sini guru memberikan bantuan kepada siswa dalam
mempelajari operasi hitung aljabar pada materi yang dianggap sulit berupa
petunjuk, dorongan, serta peringatan pada tiap kelompok yang mengalami
kesulitan kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk
mengambil alih tanggung jawab sehingga mengarahkan siswa ke dalam sebuah
pemahaman.
Sesuai dengan teori dari Bruner dalam pembelajaran operasi hitung bentuk aljabar,
ada tiga tahapan dalam pembelajaran yaitu :
1. Tahap Enaktif
Siswa dapat menggunakan benda-benda konkrit yang dapat diotak-atik, bisa
menggunakan permainan tebak-tebakan untuk mendapatkan pemahaman bentuk
aljabar, variabel serta menentukan hasil operasinya. Contohnya pada operasi
hitung aljabar yaitu misalnya banyaknya permen dalam kantong x.
Berapakah banyaknya permen yang ditunjukkan pada gambar berikut :
a.
Banyaknya permen pada gambar di atas yaitu 2x + 4. Jika x = 25, maka
banyaknya permen seluruhnya adalah 2 x 25 + 4 = 54. Jika x = 40, maka
banyaknya permen seluruhnya adalah 2 x 40 + 4 = 84. Banyaknya permen
selurunya tergantung nilai x yang diberikan, pada bentuk 2x + 4 dikatakan x
adalah variabel yang nilainya bisa berubah-ubah, 2 adalah koefisien dari x, dan 4
adalah konstanta yang dilambangkan atau banyaknya permen.
b.
Misalnya banyak cokelat dalam kaleng adalah p, dan banyaknya cokelat dalam
kotak adalah q. Banyaknya permen seluruhnya tergantung pada nilai p dan q yang
diberikan. Banyaknya permen pada gambar di atas yaitu 3p + 2q + 4. 3
merupakan koefisien dari p, 2 merupakan koefisien dari q dan 4 adalah konstanta.
c. Penjumlahan bentuk aljabar
Cokelat Reno Cokelat Devi
Dari gambar contoh soal penjumlahan di atas dapat kita ambil kesimpulan dari 3
dalil dominan yang dikemukakan oleh Bruner yaitu :
I. Dalil Penyusunan : Gambar cokelat pada soal ( representasi konsep
operasi hitung aljabar.
II. Dalil Notasi : ( 2x+y+3 ) + ( x+y+2)
III. Dalil Konektivitas : 2x dan x serta y dan y adalah suku sejenis jadi
keduanya bisa dioperasikan maka kesimpulannya adalah 2𝑥 + 𝑥 + 𝑦 +
𝑦 + 3 + 2 = 3𝑥 + 2𝑦 + 5
d. Tahap Ikonik
Siswa dapat menggunakan gambar untuk menggantikan benda-benda konkrit.
Contohnya untuk menggambarkan x2 dapat menggunakan luas persegi yang
panjang sisinya x, sedangkan xy dapat menggunakan luas persegi panjang yang
panjang sisinya x = lebar dan y = panjang .
X y
X x
e. Tahap Simbolik
Siswa sudah dapat menggunakan lambang-lambang yang menggambarkan
bentuk aljabar, variabel serta menentukan hasil operasinya. Contohnya 𝑎𝑥 +
𝑏𝑦 + 𝑐 = 0 . 𝑥 dan 𝑦 adalah variabel , 𝑎 adalah koefisien dari 𝑥 dan 𝑏 adalah
koefisien dari 𝑦 dan 𝑐 adalah konstanta. Jadi siswa sudah dapat memahami
lambang-lambang dari aljabar itu sendiri.
X2
xy
Kaitan Teori Belajar terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-
Pair-Share
Menurut teori konstruktivisme, satu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam
benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi
kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan
secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat
memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih
tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut
(Nur dalam Trianto, 2007:13). Artinya hal ini selaras dengan teori belajar Vygotsky
yang termasuk kedalam golongan teori konstruktivisme. Dalam teori belajar
Vygotsky menekankan pada hakekat sosiokultural dalam pembelajaran dan juga
dijelaskan hubungan antara kemampuan kognitif terhadap sosial budaya. Hal
tersebut terlihat bahwa kualitas berpikir siswa dibangun di dalam ruang kelas,
sedangkan aktivitas sosial siswa dikembangkan dalam bentuk kerjasama antar
siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Teori belajar Vygotsky erat berhubungan dengan model pembelajaran
kooperatif, dimana model pembelajaran tersebut lebih menekankan pada diskusi
kelompok untuk memecahkan masalah seperti kesulitan dalam memahami operasi
hitung aljabar. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah tipe think-
pair-and-share. Dalam penerapannya memungkinkan siswa untuk berdiskusi dan
bekerjasama memecahkan suatu permasalahan atau tugas yang diberikan seperti
pada materi operasi hitung aljabar yang dianggap sulit oleh siswa lalu dipikirkan
oleh antar kelompok kemudian berbagi hasil diskusi secara keseluruhan kepada
semua anggota kelompok.
Pada saat berdiskusi antar kelompok atau penerapan model pembelajaran
kooperatif guru dapat mengajukan masalah kontekstual (nyata), peserta didik
secara bertahap dibimbing oleh guru untuk menguasai konsep matematika.
Penggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga
atau media lainnya di sekolah diharapkan dapat meningkatkan keefektifan
pembelajaran. Hal ini juga selaras dengan Bruner melalui teorinya mengatakan
bahwa dalam proses belajar, sebaiknya anak diberi kesempatan memanipulasi
benda-benda atau alat peraga yang dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami
suatu konsep matematika seperti penggunaan media berupa cokelat dan permen
untuk memberikan contoh konsep suku sejenis dan tidak sejenis.
PENUTUP
Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share
untuk memudahkan penyampaian materi operasi hitung aljabar pada kesulitan yang
dialami siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share ini cukup efektif
untuk diterapkan oleh guru karena membangun keaktifan siswa yang cenderung diam
di kelas karena tidak ada rasa percaya diri atau malu untuk bertanya kepada teman
semeja belajar apalagi bertanya kepada guru karena pada model ini siswa dituntut
untuk berperan serta secara aktif dengan cara membentuk kelompok diskusi untuk
bertukar pikiran, bertanya lalu hasil diskusi antar kelompok tersebut lalu dibagikan
kepada kelompok lain. Kemudian hasil diskusi tersebut disampaikan atau
dipersentasikan oleh perwakilan tiap kelompok sehingga siswa dari kelompok lain
dapat memahami materi mana yang belum paham dan yang pasti itu semua dengan
bimbingan atau pengawasan guru agar semuanya berjalan dengan lancar, kondusif
dan terarah.
DAFTAR PUSTAKA
Bakti, Gunawan. 2015. “Penerapan Teori Belajar Vygotsky dalam Interaksi Belajar
Mengajar”.
http://www.kompasiana.com/baktigunawan/penerapan-teori-belajar-
vygotsky- dalam-interaksi-belajar-mengajar_550d985b8133115d22b1e4d8,
diakses pada 21 November 2016.
Nurhakiki, Rini. 2013. “Problematika Pembelajaran Bentuk Aljabar dan Operasinya
Serta Alternatif Pemecahannya”.
http://fmipa.um.ac.id/index.php/component/attachments/download/202.html,
diakses pada 14 November 2016.
Soerdjono, Bambang. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk
Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Soal-Soal Operasi Hitung
Bentuk Aljabar”.
http://lppm.stkippgri-sidoarjo.ac.id/files/Penerapan-Model-Pembelajaran-
Kooperatif-Untuk-Meningkatkan-Kemampuan--Siswa-Dalam-Memecahkan-
Soal-Soal-Operasi-Hitung-Bentuk-Aljabar.pdf, diakses pada 19 November
2016.
Syndi, Meinito. 2015. “Penerapan Model Kooperatif Tipe Tps (Think-Phair-Share)
Dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Operasi Hitung Bentuk Aljabar”.
http://www.slideshare.net/nitho09/penerapan-model-kooperatif-tipe-tps-
dalam-pembelajaran-matematika-pokok-bahasan-operasi-hitung-bentuk-
aljabar, diakses pada 14 November 2016.
Widyantini, 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif.
Yogyakarta : Depdiknas Direktorat Tenaga Kependidikan.

More Related Content

What's hot

Lembar kerja peserta didik 1 materi spldv kelas viii
Lembar kerja peserta didik 1 materi spldv kelas viiiLembar kerja peserta didik 1 materi spldv kelas viii
Lembar kerja peserta didik 1 materi spldv kelas viiiMartiwiFarisa
 
10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika
10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika
10 Strategi Pemecahan Masalah MatematikaRudi Hartono
 
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)Aisyah Turidho
 
RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.doc
RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.docRPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.doc
RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.docFadhilahHaswenova1
 
LKS Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) SMP Kelas VIII
LKS Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) SMP Kelas VIIILKS Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) SMP Kelas VIII
LKS Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) SMP Kelas VIIIYoshiie Srinita
 
135928077 instrumen-penilaian-mat-smp
135928077 instrumen-penilaian-mat-smp135928077 instrumen-penilaian-mat-smp
135928077 instrumen-penilaian-mat-smpSlamet Achwandy
 
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Aisyah Turidho
 
8.3.8 instrumen penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan lingkaran (ren...
8.3.8 instrumen penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan lingkaran (ren...8.3.8 instrumen penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan lingkaran (ren...
8.3.8 instrumen penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan lingkaran (ren...reno sutriono
 
Rpp inquiry k13 statistika
Rpp inquiry k13   statistikaRpp inquiry k13   statistika
Rpp inquiry k13 statistikaRisky Hasibuan
 
Rpp kd 3.2 program linear fix
Rpp kd 3.2 program linear fixRpp kd 3.2 program linear fix
Rpp kd 3.2 program linear fixAZLAN ANDARU
 
RPP KURIKULUM 2013 (GARIS DAN SUDUT)
RPP KURIKULUM 2013 (GARIS DAN SUDUT)RPP KURIKULUM 2013 (GARIS DAN SUDUT)
RPP KURIKULUM 2013 (GARIS DAN SUDUT)Ana Safrida
 
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabar
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabarRpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabar
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabarAZLAN ANDARU
 
RPP FUNGSI KOMPOSISI DAN INVERS KELAS XI MIPA KURIKULUM2013
RPP FUNGSI KOMPOSISI DAN INVERS KELAS XI MIPA KURIKULUM2013RPP FUNGSI KOMPOSISI DAN INVERS KELAS XI MIPA KURIKULUM2013
RPP FUNGSI KOMPOSISI DAN INVERS KELAS XI MIPA KURIKULUM2013randiramlan
 
Instrumen tes ulangan harian mengenal bentuk aljabar (kisi dan kartu soal)
Instrumen tes ulangan harian mengenal bentuk aljabar (kisi dan kartu soal)Instrumen tes ulangan harian mengenal bentuk aljabar (kisi dan kartu soal)
Instrumen tes ulangan harian mengenal bentuk aljabar (kisi dan kartu soal)nurwa ningsih
 
modul matematika berbasis problem based learning pada materi matriks kelas x MIA
modul matematika berbasis problem based learning pada materi matriks kelas x MIAmodul matematika berbasis problem based learning pada materi matriks kelas x MIA
modul matematika berbasis problem based learning pada materi matriks kelas x MIAAnik Zahrotus Sajida
 
Materi Penunjang sebelum memasuki Barisan dan Deret Aritmatika
Materi Penunjang sebelum memasuki Barisan dan Deret AritmatikaMateri Penunjang sebelum memasuki Barisan dan Deret Aritmatika
Materi Penunjang sebelum memasuki Barisan dan Deret AritmatikaIndah Oktriani
 

What's hot (20)

LIMIT FUNGSI (RPP & LKPD)
LIMIT FUNGSI (RPP & LKPD)LIMIT FUNGSI (RPP & LKPD)
LIMIT FUNGSI (RPP & LKPD)
 
INDUKSI MATEMATIKA (RPP & LKPD)
INDUKSI MATEMATIKA (RPP & LKPD)INDUKSI MATEMATIKA (RPP & LKPD)
INDUKSI MATEMATIKA (RPP & LKPD)
 
Lembar kerja peserta didik 1 materi spldv kelas viii
Lembar kerja peserta didik 1 materi spldv kelas viiiLembar kerja peserta didik 1 materi spldv kelas viii
Lembar kerja peserta didik 1 materi spldv kelas viii
 
10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika
10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika
10 Strategi Pemecahan Masalah Matematika
 
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
 
RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.doc
RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.docRPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.doc
RPP Merdeka Belajar FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS.doc
 
LKS Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) SMP Kelas VIII
LKS Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) SMP Kelas VIIILKS Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) SMP Kelas VIII
LKS Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) SMP Kelas VIII
 
SILABUS MATEMATIKA KELAS 8
SILABUS MATEMATIKA KELAS 8SILABUS MATEMATIKA KELAS 8
SILABUS MATEMATIKA KELAS 8
 
135928077 instrumen-penilaian-mat-smp
135928077 instrumen-penilaian-mat-smp135928077 instrumen-penilaian-mat-smp
135928077 instrumen-penilaian-mat-smp
 
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
 
8.3.8 instrumen penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan lingkaran (ren...
8.3.8 instrumen penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan lingkaran (ren...8.3.8 instrumen penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan lingkaran (ren...
8.3.8 instrumen penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan lingkaran (ren...
 
Rpp inquiry k13 statistika
Rpp inquiry k13   statistikaRpp inquiry k13   statistika
Rpp inquiry k13 statistika
 
Rpp kd 3.2 program linear fix
Rpp kd 3.2 program linear fixRpp kd 3.2 program linear fix
Rpp kd 3.2 program linear fix
 
RPP KURIKULUM 2013 (GARIS DAN SUDUT)
RPP KURIKULUM 2013 (GARIS DAN SUDUT)RPP KURIKULUM 2013 (GARIS DAN SUDUT)
RPP KURIKULUM 2013 (GARIS DAN SUDUT)
 
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabar
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabarRpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabar
Rpp kd 3.3 konsep matriks dan operasi aljabar
 
Silabus Matematika Wajib Kelas XI
Silabus Matematika Wajib Kelas XISilabus Matematika Wajib Kelas XI
Silabus Matematika Wajib Kelas XI
 
RPP FUNGSI KOMPOSISI DAN INVERS KELAS XI MIPA KURIKULUM2013
RPP FUNGSI KOMPOSISI DAN INVERS KELAS XI MIPA KURIKULUM2013RPP FUNGSI KOMPOSISI DAN INVERS KELAS XI MIPA KURIKULUM2013
RPP FUNGSI KOMPOSISI DAN INVERS KELAS XI MIPA KURIKULUM2013
 
Instrumen tes ulangan harian mengenal bentuk aljabar (kisi dan kartu soal)
Instrumen tes ulangan harian mengenal bentuk aljabar (kisi dan kartu soal)Instrumen tes ulangan harian mengenal bentuk aljabar (kisi dan kartu soal)
Instrumen tes ulangan harian mengenal bentuk aljabar (kisi dan kartu soal)
 
modul matematika berbasis problem based learning pada materi matriks kelas x MIA
modul matematika berbasis problem based learning pada materi matriks kelas x MIAmodul matematika berbasis problem based learning pada materi matriks kelas x MIA
modul matematika berbasis problem based learning pada materi matriks kelas x MIA
 
Materi Penunjang sebelum memasuki Barisan dan Deret Aritmatika
Materi Penunjang sebelum memasuki Barisan dan Deret AritmatikaMateri Penunjang sebelum memasuki Barisan dan Deret Aritmatika
Materi Penunjang sebelum memasuki Barisan dan Deret Aritmatika
 

Similar to Artikel Operasi hitung aljabar dengan menggunakan model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiUnimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiCha Aisyah
 
1.10 bab2 (1)
1.10 bab2 (1)1.10 bab2 (1)
1.10 bab2 (1)AIC
 
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Mohamad Ridwan
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahNailul Hasibuan
 
tugas pemahaman tentang peserta didik T1 Ruang kolaborasi
tugas pemahaman tentang peserta didik T1 Ruang kolaborasitugas pemahaman tentang peserta didik T1 Ruang kolaborasi
tugas pemahaman tentang peserta didik T1 Ruang kolaborasikharismaanjas
 
Kajian tindakan (kaedah)bib
Kajian tindakan (kaedah)bibKajian tindakan (kaedah)bib
Kajian tindakan (kaedah)bibHabibah Abdullah
 
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaMedia pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaDyan Novitasari
 
20140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl0120140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl01Fppi Unila
 
MEMBANDINGKAN DAN MENGURUTKAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MAKE A MATCH
MEMBANDINGKAN DAN MENGURUTKAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MAKE A MATCHMEMBANDINGKAN DAN MENGURUTKAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MAKE A MATCH
MEMBANDINGKAN DAN MENGURUTKAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MAKE A MATCHUniversitas Pendidikan Indonesia
 
Model Eliciting Activities (MEAs)
Model Eliciting Activities (MEAs)Model Eliciting Activities (MEAs)
Model Eliciting Activities (MEAs)Annisa Izzah
 
Paper penemuan terbimbing
Paper penemuan terbimbingPaper penemuan terbimbing
Paper penemuan terbimbingDiah Dwi
 

Similar to Artikel Operasi hitung aljabar dengan menggunakan model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (20)

Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
A410050066
A410050066A410050066
A410050066
 
Skripsi yang benar
Skripsi yang benarSkripsi yang benar
Skripsi yang benar
 
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiUnimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
 
1.10 bab2 (1)
1.10 bab2 (1)1.10 bab2 (1)
1.10 bab2 (1)
 
rancangan PTK Aulia rahmawati
rancangan PTK Aulia rahmawati rancangan PTK Aulia rahmawati
rancangan PTK Aulia rahmawati
 
Ptk ilham dani,s.pd sma n 18 tebo
Ptk ilham dani,s.pd sma n 18  teboPtk ilham dani,s.pd sma n 18  tebo
Ptk ilham dani,s.pd sma n 18 tebo
 
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
ALAT PERAGA DAKON UNTUK METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
 
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahLaporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis Masalah
 
tugas pemahaman tentang peserta didik T1 Ruang kolaborasi
tugas pemahaman tentang peserta didik T1 Ruang kolaborasitugas pemahaman tentang peserta didik T1 Ruang kolaborasi
tugas pemahaman tentang peserta didik T1 Ruang kolaborasi
 
Kajian tindakan (kaedah)bib
Kajian tindakan (kaedah)bibKajian tindakan (kaedah)bib
Kajian tindakan (kaedah)bib
 
laporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih meranginlaporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih merangin
 
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaMedia pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematika
 
Kt bib (2)
Kt bib (2)Kt bib (2)
Kt bib (2)
 
20140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl0120140305 yp01-stl01
20140305 yp01-stl01
 
MEMBANDINGKAN DAN MENGURUTKAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MAKE A MATCH
MEMBANDINGKAN DAN MENGURUTKAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MAKE A MATCHMEMBANDINGKAN DAN MENGURUTKAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MAKE A MATCH
MEMBANDINGKAN DAN MENGURUTKAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MAKE A MATCH
 
Model Eliciting Activities (MEAs)
Model Eliciting Activities (MEAs)Model Eliciting Activities (MEAs)
Model Eliciting Activities (MEAs)
 
Bab i bilangan bulat
Bab i bilangan bulatBab i bilangan bulat
Bab i bilangan bulat
 
Seminar Usul penelitian
Seminar Usul penelitianSeminar Usul penelitian
Seminar Usul penelitian
 
Paper penemuan terbimbing
Paper penemuan terbimbingPaper penemuan terbimbing
Paper penemuan terbimbing
 

More from reno sutriono

8.3.8 Rpp lingkaran (reno sutriono)
8.3.8 Rpp lingkaran (reno sutriono)8.3.8 Rpp lingkaran (reno sutriono)
8.3.8 Rpp lingkaran (reno sutriono)reno sutriono
 
8.3.8 modul lingkaran (reno sutriono)
8.3.8 modul lingkaran (reno sutriono)8.3.8 modul lingkaran (reno sutriono)
8.3.8 modul lingkaran (reno sutriono)reno sutriono
 
8.3.8 lembar kerja peserta didik soal lingkaran (reno sutriono)
8.3.8 lembar kerja peserta didik soal lingkaran (reno sutriono)8.3.8 lembar kerja peserta didik soal lingkaran (reno sutriono)
8.3.8 lembar kerja peserta didik soal lingkaran (reno sutriono)reno sutriono
 
8.3.8 lembar kerja peserta didik prosedural lingkaran (reno sutriono)
8.3.8 lembar kerja peserta didik prosedural lingkaran (reno sutriono)8.3.8 lembar kerja peserta didik prosedural lingkaran (reno sutriono)
8.3.8 lembar kerja peserta didik prosedural lingkaran (reno sutriono)reno sutriono
 
Bahan ajar matematika ( kapita selekta )
Bahan ajar matematika ( kapita selekta )Bahan ajar matematika ( kapita selekta )
Bahan ajar matematika ( kapita selekta )reno sutriono
 
Modul soal trigonometri
Modul soal trigonometriModul soal trigonometri
Modul soal trigonometrireno sutriono
 
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)reno sutriono
 
Pertemuan 9 (kombinasi, permutasi, peluang)
Pertemuan 9 (kombinasi, permutasi, peluang)Pertemuan 9 (kombinasi, permutasi, peluang)
Pertemuan 9 (kombinasi, permutasi, peluang)reno sutriono
 
Pertemuan 7 (ukuran kemiringan)
Pertemuan 7 (ukuran kemiringan)Pertemuan 7 (ukuran kemiringan)
Pertemuan 7 (ukuran kemiringan)reno sutriono
 
Pertemuan 10 (distribusi binomial, poison, normal)
Pertemuan 10 (distribusi binomial, poison, normal)Pertemuan 10 (distribusi binomial, poison, normal)
Pertemuan 10 (distribusi binomial, poison, normal)reno sutriono
 
Pertemuan 6 (ukuran penyebaran data))
Pertemuan 6 (ukuran penyebaran data))Pertemuan 6 (ukuran penyebaran data))
Pertemuan 6 (ukuran penyebaran data))reno sutriono
 
Pertemuan 4 (daftar distribusi frekuensi)
Pertemuan 4 (daftar distribusi frekuensi)Pertemuan 4 (daftar distribusi frekuensi)
Pertemuan 4 (daftar distribusi frekuensi)reno sutriono
 
Pertemuan 5 (ukuran pemusatan dan letak data)
Pertemuan 5 (ukuran pemusatan dan letak data)Pertemuan 5 (ukuran pemusatan dan letak data)
Pertemuan 5 (ukuran pemusatan dan letak data)reno sutriono
 
Pertemuan 2 (konsep awal)
Pertemuan 2 (konsep awal)Pertemuan 2 (konsep awal)
Pertemuan 2 (konsep awal)reno sutriono
 
Pertemuan 3 (penyajian data)
Pertemuan 3 (penyajian data)Pertemuan 3 (penyajian data)
Pertemuan 3 (penyajian data)reno sutriono
 
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)reno sutriono
 
Pertemuan 10 (distribusi binomial, poisson, distribusi normal) edit
Pertemuan 10 (distribusi binomial, poisson, distribusi normal) editPertemuan 10 (distribusi binomial, poisson, distribusi normal) edit
Pertemuan 10 (distribusi binomial, poisson, distribusi normal) editreno sutriono
 

More from reno sutriono (20)

8.3.8 Rpp lingkaran (reno sutriono)
8.3.8 Rpp lingkaran (reno sutriono)8.3.8 Rpp lingkaran (reno sutriono)
8.3.8 Rpp lingkaran (reno sutriono)
 
8.3.8 modul lingkaran (reno sutriono)
8.3.8 modul lingkaran (reno sutriono)8.3.8 modul lingkaran (reno sutriono)
8.3.8 modul lingkaran (reno sutriono)
 
8.3.8 lembar kerja peserta didik soal lingkaran (reno sutriono)
8.3.8 lembar kerja peserta didik soal lingkaran (reno sutriono)8.3.8 lembar kerja peserta didik soal lingkaran (reno sutriono)
8.3.8 lembar kerja peserta didik soal lingkaran (reno sutriono)
 
8.3.8 lembar kerja peserta didik prosedural lingkaran (reno sutriono)
8.3.8 lembar kerja peserta didik prosedural lingkaran (reno sutriono)8.3.8 lembar kerja peserta didik prosedural lingkaran (reno sutriono)
8.3.8 lembar kerja peserta didik prosedural lingkaran (reno sutriono)
 
Bahan ajar matematika ( kapita selekta )
Bahan ajar matematika ( kapita selekta )Bahan ajar matematika ( kapita selekta )
Bahan ajar matematika ( kapita selekta )
 
Silabus
SilabusSilabus
Silabus
 
Prota dan prosem
Prota dan prosemProta dan prosem
Prota dan prosem
 
Rpp
RppRpp
Rpp
 
Modul soal trigonometri
Modul soal trigonometriModul soal trigonometri
Modul soal trigonometri
 
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)
 
Pertemuan 9 (kombinasi, permutasi, peluang)
Pertemuan 9 (kombinasi, permutasi, peluang)Pertemuan 9 (kombinasi, permutasi, peluang)
Pertemuan 9 (kombinasi, permutasi, peluang)
 
Pertemuan 7 (ukuran kemiringan)
Pertemuan 7 (ukuran kemiringan)Pertemuan 7 (ukuran kemiringan)
Pertemuan 7 (ukuran kemiringan)
 
Pertemuan 10 (distribusi binomial, poison, normal)
Pertemuan 10 (distribusi binomial, poison, normal)Pertemuan 10 (distribusi binomial, poison, normal)
Pertemuan 10 (distribusi binomial, poison, normal)
 
Pertemuan 6 (ukuran penyebaran data))
Pertemuan 6 (ukuran penyebaran data))Pertemuan 6 (ukuran penyebaran data))
Pertemuan 6 (ukuran penyebaran data))
 
Pertemuan 4 (daftar distribusi frekuensi)
Pertemuan 4 (daftar distribusi frekuensi)Pertemuan 4 (daftar distribusi frekuensi)
Pertemuan 4 (daftar distribusi frekuensi)
 
Pertemuan 5 (ukuran pemusatan dan letak data)
Pertemuan 5 (ukuran pemusatan dan letak data)Pertemuan 5 (ukuran pemusatan dan letak data)
Pertemuan 5 (ukuran pemusatan dan letak data)
 
Pertemuan 2 (konsep awal)
Pertemuan 2 (konsep awal)Pertemuan 2 (konsep awal)
Pertemuan 2 (konsep awal)
 
Pertemuan 3 (penyajian data)
Pertemuan 3 (penyajian data)Pertemuan 3 (penyajian data)
Pertemuan 3 (penyajian data)
 
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)
Pertemuan 11 (uji normalitas dan homogenitas)
 
Pertemuan 10 (distribusi binomial, poisson, distribusi normal) edit
Pertemuan 10 (distribusi binomial, poisson, distribusi normal) editPertemuan 10 (distribusi binomial, poisson, distribusi normal) edit
Pertemuan 10 (distribusi binomial, poisson, distribusi normal) edit
 

Recently uploaded

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 

Artikel Operasi hitung aljabar dengan menggunakan model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

  • 1. Oleh: PENDIDIKANMATEMATIKA 2015 UNIVERSITASSRIWIJAYA Dosen Pembimbing : Dr. Hapizah, S.Pd, M.T MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA MATERI OPERASI HITUNG ALJABAR Penulis : Reno Sutriono dan Devi Kumala S
  • 2. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA MATERI OPERASI HITUNG ALJABAR Oleh : Reno Sutriono dan Devi Kumala Sari ABSTRAK Aljabar merupakan cabang matematika yang mempelajari tentang pemecahan masalah menggunakan simbol-simbol sebagai pengganti konstanta atau variabel. Dalam operasi aljabar, siswa sering salah menuliskan hasil perhitungan operasi aljabar yang variabelnya berbeda atau tidak sejenis dan siswa juga sering salah dalam membuat model matematika pada soal cerita. Hal tersebut dikarenakan siswa kurang memahami konsep awal aljabar. Vygotsky menjelaskan dalan konsep ZPD ( Zone of Proximal Development ) bahwa untuk memahami suatu konsep seseorang memerlukan bantuan orang lain serta scaffolding yang merupakan bantuan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk belajar dan memecahkan masalah. Berdasarkan pendapat Vygotsky tersebut, Model Kooperatif dapat diterapkan untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi operasi hitung aljabar agar siswa paham, salah satunya tipe think-pair and-share cocok untuk diterapkan pada siswa agar siswa dapat saling bertukar pikiran antar kelompok, bertanya serta berbagi hasil dengan teman antar kelompok lainnya di kelas untuk memahami konsep awal aljabar dan diharapkan dapat lebih mudah untuk menyelesaikan soal permodelan matematika. Bruner juga menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Bruner membagi proses belajar menjadi 3 tahap yaitu enaktif, ikonik dan simbolik. Dalam operasi aljabar, tahap enaktifnya yaitu pembelian 3 permen dan 2 coklat, pada tahap ikonik dibuat bentuk gambar atau visualisasi dari 3 permen dan 2 coklat itu, dan pada tahap simbolik pena dan buku dibuat dalam bentuk variabel misalkan 3x + 2y
  • 3. PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Marks (1988:3) berpendapat bahwa matematika sangat berperan penting dalam persiapan untuk memberi bekal agar kita dapat berfungsi secara efektif dalam zaman teknologi. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah atas hingga ke perguruan tinggi. Namun masalah yang biasa muncul dalam dunia pendidikan matematika adalah masih banyaknya siswa yang kurang memahami pelajaran matematika, bahkan ada yang tidak tertarik sama sekali dengan pelajaran matematika. Siswa menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit untuk dipahami dan dimengerti. Menurut Indiyani dan Listiara (2006) Matematika merupakan salah satu cabang pengetahuan eksak yang berhubungan dengan bilangan dan kalkulasi, sebagai bahasa simbolis untuk menunjukkan hubungan kuantitatif dan keruangan dengan penalaran yang logis, serta memudahkan dalam berpikir. Matematika dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kritis dalam diri siswa. Sehingga, untuk mempelajari matematika siswa diharapkan dapat memahami konsep- konsep matematika dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Namun pada kenyataannya, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep- konsep matematika. Aljabar merupakan bentuk operasi atau pengerjaan hitung penjumlahan atau pengurangan, perkalian atau pembagian yang terdiri dari satu atau beberapa suku yang melibatkan peubah atau variabel. Materi dalam operasi hitung Aljabar sebenarnya relatif agak mudah. Pada materi ini diperlukan ketelitian dan keseriusan dalam memahami konsep mengenai operasi hitung aljabar. Namun karena kebanyakan pada materi ini guru hanya menjelaskan materi beserta contoh serta diberikan sedikit latihan soal, hal ini mengakibatkan konsep dasar, prinsip dan sifat yang ada dalam operasi hitung aljabar belum dikuasai siswa dengan baik, sehingga hal ini menyulitkan siswa dalam menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan operasi hitung berbentuk aljabar dan juga materi yang lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kesalahan yang ditimbulkan siswa saat melakukan operasi hitung aljabar. Dalam hal ini materi ini sangat penting dipelajari karena berhubungan dengan materi
  • 4. yang akan dipelajari selanjutnya. Hudojo (1988:3 ) berpendapat bahwa mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan serta mendasarkan pada pengalaman belajar yang lalu. Pada permasalahan ini kami mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share karena dalam model ini siswa dihadapkan pada masalah-masalah nyata yang ada di lingkungan serta mengajarkan mereka berdiskusi atau belajar secara berkelompok, sedangkan guru sebagai fasilitator bagi siswa. Sehingga aktivitas belajar siswa khususnya aktivitas mental siswa dapat teramati oleh guru. Melalui pembelajaran ini diharapkan siswa memperoleh pengetahuan yang bermakna dan menumbuhkan motivasi siswa sehingga pembelajaran Matematika khususnya pada operasi hitung aljabar dapat terlaksana secara optimal. Materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar Operasi adalah pengerjaan hitung yang terdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Sedangkan aljabar merupakan bahasa simbol dari relasi. Aljabar digunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari, dengan bahasa simbol, dari relasi yang muncul, masalah-masalah dipecahkan sederhana. Bahkan untuk hal- hal tertentu ada algoritma-algoritma yang mudah diikuti dalam rangka memecahkan masalah simbolik itu yang pada saatnya nanti dikembalikan pada masalah sehari-hari (Depdiknas, 2004a:4). Jadi belajar aljabar bukan semata-mata belajar tentang masalah sehari-hari. Bentuk aljabar adalah bentuk matematika yang menggunakan tanda-tanda dan huruf-huruf untuk menggambarkan atau mewakili angka-angka (Sudarto, 2000:19). Operasi hitung bentuk aljabar adalah pengerjaan hitung dalam bentuk simbol-simbol. Pada saat proses pembelajaran materi operasi hitung aljabar biasanya banyak siswa yang meminta kepada guru untuk mengulangi penjelasannya. Sesuai dengan pernyataan Soedjadi (1996: 27) yang mengatakan bahwa kesulitan yang dialami siswa akan memungkinkan terjadi kesalahan sewaktu menjawab soal tes. Sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Soedjadi, kesalahan yang dilakukan siswa dalam menjawab persoalan aljabar merupakan bukti adanya kesulitan yang dialami oleh siswa pada materi tersebut. Hubungan antara kesalahan dan kesulitan dapat diperhatikan pada kalimat “jika seorang siswa mengalami kesulitan maka ia akan membuat kesalahan” (Depdikbud: 1982). Artinya guru perlu mengembangkan model pembelajaran atau
  • 5. strategi apa yang harus diterapkan agar siswa benar-benar paham dalam mempelajari operasi hitung aljabar. Model pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam mengelola kelas pembelajaran agar materi dapat tersampaikan (Suherman, 2003: 6-7). Berikut ini adalah kesalahan atau kesulitan siswa dalam memahami materi operasi hitung aljabar : a) siswa menuliskan 3x + 4y = 7xy, hal ini terjadi karena siswa menjumlahkan bilangannya dan menggabungkan variabelnya. Di sini siswa tidak mengerti konsep penjumlahan suku sejenis dan tidak sejenis. b) siswa tidak dapat membagi suatu pecahan dengan cara mengalikan kebalikan pecahan tersebut contohnya 1 2 : 3 2 = 1 2 x 2 3 = 2 6 = 1 2 c) siswa tidak dapat menyatakan kalimat sehari-hari dalam kalimat matematika atau memodelkan soal cerita ke dalam bentuk aljabar. Contohnya “Suatu bilangan dikurangi 3 menghasilkan bilangan lebih dari atau sama dengan satu” siswa menuliskan modelnya 4 – 3 ≥ 1 siswa menganggap bahwa 4 jika dikurang 3 menghasilkan lebih dari atau sama dengan 1. Padahal model yang benarnya yaitu x – 3 ≥ 1. d) siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal operasi hitung aljabar bentuk pecahan siswa belum memahami cara penyelesaian operasi hitung pecahan bentuk aljabar untuk kasus penyebut yang berbeda. Misalkan pada soal 1 2𝑥 + 2 6𝑥 = .... , siswa kesulitan dalam menyamakan penyebutnya dengan mengoperasikannya secara langsung tanpa memperhatikan penyebut yang berbeda. Sehingga hasil jawaban siswa yaitu 1 2𝑥 + 2 6𝑥 = 3 8𝑥2 . Artinya siswa tidak mampu menyamakan penyebut pecahan dengan menentukan KPK, tidak memahami konsep pada operasi penjumlahan pecahan bentuk aljabar, tidak memahami operasi perpangkatan, dan tidak memahami operasi pembagian pecahan aljabar. Berdasarkan kesulitan di atas, maka diperlukan model pembelajaran yang bisa digunakan guru untuk memudahkan siswa dalam memahami operasi hitung aljabar sekaligus membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan mengaktifkan siswa selama pembelajaran, sehingga siswa dapat saling bertukar pikiran dan pendapat dalam memahami konsep serta mampu menyelesaikan soal-
  • 6. soal secara berdiskusi. Sebagai motivator, guru memberikan motivasi kepada siswa yang kurang aktif di dalam proses pembelajaran, dengan demikian proses pembelajaran akan menjadi aktif. Belajar secara berkelompok juga mengembangkan kondisi keterlibatan siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan demokratis. Alasan adanya belajar secara berkelompok karena tidak semua siswa mempunyai rasa percaya diri yang besar untuk bertanya hanya dengan teman semeja apa lagi teman sekelas yang jarang sekali saling berkomunikasi dalam belajar serta guru tentunya jika siswa itu tidak mengerti atau mengalami kesulitan pada materi matematika seperti contohnya operasi hitung aljabar yang telah disebutkan di atas tadi, maka siswa itu akan cenderung diam dan tidak ada tindakan untuk memahami materi tersebut karena rasa malu atau tidak ada rasa percaya diri tadi untuk bertanya kepada teman apalagi guru. Maka siswa tersebut akan mendapatkan kerugian nantinya dengan tidak bisa menjawab soal materi operasi hitung aljabar pada saat ulangan atau latihan yang diberikan oleh guru, maka nilai siswa itu sendiri yang akan anjlok atau kecil. Dengan adanya belajar kelompok yang diarahkan oleh guru maka akan ada tuntutan partisipasi atau peran serta siswa secara aktif tanpa ada rasa canggung atau malu untuk mengungkapkan pendapat sekaligus bertanya kepada teman dimateri bagian mana siswa belum mengerti sehingga proses ini membantu atau memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Pembelajaran ini sering disebut tipe pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2011: 4) menyatakan “Pembelajaran kooperaif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran sehingga siswa bekerja dalam kelompok – kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari “materi pelajaran”. Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan (Slavin, 2011: 33). Menurut Widyantini dalam bukunya Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif (2006:24) Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki
  • 7. tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu memahami suatu bahan pembelajaran artinya belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Menurut Lie (2010: 12), model pembelajaran kooperatif atau disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas terstruktur. Selanjutnya menurut Ibrahim (2000:2), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang jangkauannya melampaui membantu siswa belajar isi akademik dan keterampilan semata namun juga melatih siswa tujuan – tujuan hubungan sosial dan manusia. Roger dan David Johnson dalam Lie (2010: 30) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Kelima unsur tersebut, yaitu: 1) saling ketergantungan positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5) evaluasi proses kelompok. Untuk memenuhi kelima unsur tersebut harus dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat para anggota kelompok para peserta didik harus mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar kelompok yang akan saling menguntungkan. Selain niat, peserta didik juga harus menguasai kiat – kiat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Salah satu cara untuk mengembangkan niat dan kerja sama antar peserta didik dalam model pembelajaran kooperatif adalah melalui pengelolaan kelas. Ada tiga hal penting dalam pembelajaran kooperatif, yakni pengelompokan, semangat kerja sama, dan penataan ruang kelas. Tipe- Tipe Model Pembelajaran Kooperatif Ada beberapa tipe dalam model pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2005: 11- 15), di antaranya adalah sebagai berikut : 1. Student Team-Achievement Division (STAD) Keutamaan dari STAD adalah keharusan adanya kerja sama anggota kelompok dan kompetisi antar kelompok, memotivasi siswa supaya dapat saling mengajari temannya yang kesulitan dalam belajar 2. Teams Games Tournaments (TGT)
  • 8. TGT pada dasarnya sama dengan STAD, hanya saja TGT menggunakan turnamen akademik pada akhir pertemuannya.(selebihnya akan dibahas dalam kajian selanjutnya). 3. Jigsaw Metode pengajaran dengan Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan- rekannya (1978). Kunci dari metode Jigsaw adalah interdependensi, yaitu tiap siswa bergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian. 4. Team Accelerated Instruction (TAI) TAI menggunakan penggabungan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran yang individual dan dirancang khusus untuk mengajarkan matematika kepada siswa kelas 3-6 (atau siswa yang belum siap menerima materi aljabar lengkap) Selain tipe di atas, ada beberapa tipe kooperatif menurut beberapa ahli : 1. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together) Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share Dikemukakan oleh Frank Lyman (1985). Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Think-Pair- Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Dari cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling tergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. 3. Model Pembelajaran Kooperatif : Picture and Picture Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. 4. Model pembelajaran kooperatif make a match (mencari pasangan)
  • 9. Dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Semua tipe model pembelajaran kooperatif yang dipaparkan di atas sudah sangat baik untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika dan tapi di sini akan dibahas model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-and-share untuk memudahkan siswa dalam memahami operasi hitung aljabar sekaligus memudahkan guru dalam menyampaikan materi tersebut. Model pembelajaran tipe think-pair-share cukup efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika karena di sini semua siswa akan mendapatkan pengetahuan/informasi dari hasil pemikiran tiap kelompok yang dibagikan kesetiap kelompok lainnya sehingga siswa bisa mengerti dan paham dari materi yang didiskusikan secara keseluruhan. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif ini menekankan adanya kerja sama, saling ketergantungan dan menghormati pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan pembelajaran dan satu penghargaan bersama. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi Think-Pair-Share (TPS) ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lymann dan koleganya di Universitas Maryland. Arends (dalam Trianto, 2007: 61), menyatakan bahwa Think-Pair-Share (TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think-Pair-Share (TPS) dapat memberikan siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Di kelas biasa, guru mengajukan pertanyaan, dan hanya beberapa siswa mengangkat tangan untuk menjawab. Pada Think-Pair-Share, guru mengajukan suatu pertanyaan, siswa memikirkan jawabannya dalam beberapa saat, kemudian
  • 10. mereka membagi jawabannya dengan pasangan atau dengan anggota tim lainnya tetapi dalam bentuk pasangan dialog (Jaeng, 2008:64). Para siswa membagi jawaban, tidak hanya dengan teman dalam tim, tetapi juga dengan anggota dari tim lain ke seluruh kelas. Menurut Arends (Arif, 2003:26-27) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share, sebagai berikut. Langkah pertama : Think (berpikir), siswa diminta untuk berpikir secara individual terlebih dahulu beberapa saat terhadap masalah yang disajikan oleh guru. Langkah kedua : Pair (berpasangan), siswa diminta untuk membentuk pasangan atau kelompok (4 – 6 orang), dan mendiskusikan hasil pikirannya secara individual tadi. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau masalah dan berbagi ide jika suatu persoalan itu telah diidentifikasi (Ibrahim, 2000). Langkah ketiga : Share (saling berbagi ide), setelah tercapai kesepakatan tentang pikiran kelompok, maka salah seorang mempresentasikan hasil kesepakatan kelompoknya. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dibagi atas 5 fase, yakni: 1) penyajian materi; 2) berpikir bersama; 3) transisi ke pasangan/tim; 4) monitoring; dan 5) berbagi jawaban. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sebagai berikut: 1. meningkatkan daya pikir siswa, memperoleh kedalaman tingkat pengetahuan dan menciptakan kemampuan berpikir kritis siswa. 2. meningkatkan kemampuan bekerja dan menyelesaikan masalah secara bersama.
  • 11. 3. mendorong siswa untuk memperhatikan pendapat orang lain. 4. menyenangkan siswa dalam belajar. 5. mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, dan 6. mengembangkan rasa percaya diri siswa. Selain memiliki beberapa kelebihan, pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair- Share ini tentu memiliki kelemahan. Kelemahan yang ada pada pembelajaran ini tidak lepas dari kelemahan yang ada pada pembelajaran kooperatif, yaitu membutuhkan waktu yang cukup lama bagi siswa dan guru sehingga sulit mencapai target kurikulum, membutuhkan kemampuan khusus guru dalam melakukan atau menerapkan model pembelajaran kooperatif dan menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama. Teori Belajar Vygotsky Lev Vygotsky (1896-1934), seorang psikolog berkebangsaan Rusia mengenal poin penting tentang pikiran anak ini lebih dari setengah abad yang lalu. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika memasuki akhir abad ke-20. Sezaman dengan Piaget, Vygotsky menulis di Uni Soviet selama 1920-an dan 1930- an. Namun, karyanya baru dipublikasikan di dunia Barat pada tahun 1960-an. Sejak saat itulah tulisan-tulisannya menjadi sangat berpengaruh. Teori belajar Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan- temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut. Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa meliputi orang-orang, kebudayaan, termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut. Orang lain merupakan bagian dari lingkungan (Taylor, 1993), pemerolehan pengetahuan siswa bermula dari lingkup sosial, antar orang, dan kemudian pada lingkup individu sebagai peristiwa internalisasi (Taylor, 1993). Vygotsky menekankan pada pentingnya
  • 12. hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan yang menurut beliau, bahwa interaksi sosial yaitu interaksi individu tersebut dengan orang lain merupakan faktor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif seseorang. Vygotsky berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara efisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak- anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung (supportive), dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa. Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky dalam pembelajaran (Slavin,1997), yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding. 1. Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawa/sebaya yang lebih mampu. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya (peer). Bantuan atau support dimaksud agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif si anak 2. Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap- tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya (Slavin, 1997). Istilah yang lain yaitu Scaffolding merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri. Teori Belajar Bruner Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berpikir. Bruner banyak memberikan
  • 13. pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) proses perolehan informasi baru, (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Perolehan informasi baru dapat terjadi melalui aktivitas membaca, mendengarkan guru pada waktu pembelajaran atau mendengarkan audio visual dan lain-lain. Proses transformasi pengetahuan yang diterima disesuaikan dengan kebutuhan. Informasi yang diterima dianalisis, diproses menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan. Menurut Bruner belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Jika memungkinkan pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Penggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga atau media lainnya di sekolah diharapkan dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran. Bruner melalui teorinya mengatakan bahwa dalam proses belajar, sebaiknya anak diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang diperhatikannya. Menurut Bruner ada 3 tahapan pembelajaran, sebagai berikut. 1. Tahap Enaktif Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi ( mengotak-atik ) objek. 2. Tahap Ikonik Dalam tahap ini kegiatan penyajian hendaknya dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-
  • 14. gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. 3. Tahap Simbolis Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbol- simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Selain mengembangkan teori perkembangan kognitif, Bruner mengemukakan teorema atau dalil-dalil berkaitan dengan pengajaran matematika. Berdasarkan hasil-hasil eksperimen dan observasi yang dilakukan pada tahun 1963, Bruner mengemukakan empat teorema /dalil-dalil berkaitan dengan pengajaran Matematika yang masing-masing disebut “teorema atau dalil”. Keempat dalil tersebut adalah seba-gai berikut : a. Dalil Konstruksi/Penyusunan (Contruc-tion theorem) Di dalam teorema konstruksi dikatakan cara yang terbaik bagi seorang siswa untuk mempelajari sesuatu atau prinsip dalam matematika adalah dengan mengkonstruksi atau melakukan penyusunan sebuah representasi dari konsep atau prinsip tersebut. b. Dalil Notasi (Notation Theorem) Menurut teorema notasi representasi dari suatu materi matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila di dalam representasi itu digunakan notasi yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. c. Dalil Kekontrasan dan Variasi (Contras and Variation Theorem) Menurut teorema kekontrasan dan variasi dikemukakan bahwa suatu konsep matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila konsep itu dikontraskan dengan konsep-konsep yang lain sehingga perbedaan antar konsep itu dengan konsep-konsep yang lain menjadi jelas. d. Dalil Konektivitas dan Pengaitan (Conectivity Theorem) Di dalam teorema konektivitas disebut bahwa setiap konsep, setiap prinsip, dan setiap ketrampilan dalam Matematika berhubungan dengan konsep- konsep, prinsip-prinsip, dan keterampilan-keterampilan lain.
  • 15. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Materi Operasi Hitung Aljabar Seperti kita ketahui bahwa model ini menuntut siswa untuk bekerja sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dengan harapan tercapainya tujuan pembelajaran contohnya pada operasi hitung bentuk aljabar. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dibagi atas 5 fase, yakni: 1) penyajian materi; 2) berpikir bersama; 3) transisi ke pasangan/tim; 4) monitoring; dan 5) berbagi jawaban. 1. Fase I : Penyajian Materi Guru menyajikan materi operasi hitung aljabar tentang penjumlahan suku sejenis dan tidak sejenis yang dibuat dalam bentuk soal cerita atau materi lain yang sulit dipahami oleh siswa tadi. Guru juga memberikan beberapa contoh soal operasi hitung aljabar yang sejenis dan tidak sejenis itu dan menyuruh siswa menemukan penyelesaiannya untuk berpikir secara mandiri terlebih dahulu ( Tahap 1 atau Think ). Di sini guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang belum dimengerti. 2. Fase II : Berpikir Bersama Pada fase ini guru memberikan sebuah masalah atau pertanyaan berupa contoh soal mengenai operasi hitung aljabar kepada siswa secara keseluruhan yang dipikirkan secara individu. Jika dirasa tampak beberapa siswa kebingungan maka guru menyuruh siswa tersebut untuk bediskusi secara berkelompok dengan membentuk 2 sampai 4 orang untuk menyelesaikan masalah tersebut ( Tahap 2 atau Pair ) 3. Fase III : Transisi ke Pasangan atau Tim Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi antar pasangannya untuk mendiskusikan masalah atau pertanyaan yang telah diberikan dan tiap kelompok tersebut bertanggung jawab atas masalah yang telah diberikan jika disuruh untuk menjelaskan kesemua kelompok apabila disuruh, ketika siswa diminta untuk berpasangan, maka setiap siswa diharapkan dapat berbagi jawaban dengan pasangan atau kelompoknya.
  • 16. 4. Fase IV : Monitoring Pada tahap ini guru memantau aktivitas tiap kelompok dalam menyelesaikan soal, apakah diskusi tersebut berjalan dengan baik serta melihat keaktifan siswa dalam berdiskusi. Jika ada kelompok yang merasa kesulitan dan bertanya maka guru bisa mengarahkan seperlunya. 5. Fase V : Berbagi Jawaban Pada fase ini, guru meminta setiap pasangan/kelompok untuk berbagi jawaban dengan seluruh siswa di kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan dan kerjakan secara bersama ( Tahap 3 atau Share ). Guru memandu siswa dalam berdiskusi antar kelompok dan mendiskusikan hasil secara bersama-sama, sebelum menutup kegiatan pembelajaran, guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi dan memberikan tes individu. Implementasi Teori Belajar terhadap Operasi Hitung Aljabar Sesuai teori vygotsky menurut Slavin terdapat dua konsep penting dalam pembelajaran yaitu : 1. Zone of Proximal Development (ZPD) Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri berupa contoh soal atau materi matematika yang sulit untuk dipahami, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawa/sebaya yang lebih mampu. Pada materi operasi hitung aljabar siswa mengalami kesulitan dimana siswa belum memahami seperti siswa tidak mengerti konsep penjumlahan suku sejenis dan tidak sejenis, siswa tidak dapat menyatakan kalimat sehari-hari dalam kalimat matematika atau memodelkan soal cerita ke dalam bentuk aljabar dan lain sebagainya seperti yang telah dipaparkan pada materi operasi hitung aljabar di atas tadi. Maka dari itu alternatif guru agar mudah dalam menyampaikan materi yang dianggap sulit oleh siswa tersebut yaitu menyuruh siswa membentuk kelompok belajar 4-6 orang di kelas yang didalamnya terdapat siswa yang sudah benar-benar paham materi itu agar bisa sekaligus membantu guru untuk menyampaikan materi yang dianggap sulit kepada teman yang belum paham dan yang pasti itu semua dengan bimbingan atau pengawasan guru agar semuanya bisa terarah dengan baik.
  • 17. 2. Scaffolding Yaitu merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan masalah. Di sini guru memberikan bantuan kepada siswa dalam mempelajari operasi hitung aljabar pada materi yang dianggap sulit berupa petunjuk, dorongan, serta peringatan pada tiap kelompok yang mengalami kesulitan kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab sehingga mengarahkan siswa ke dalam sebuah pemahaman. Sesuai dengan teori dari Bruner dalam pembelajaran operasi hitung bentuk aljabar, ada tiga tahapan dalam pembelajaran yaitu : 1. Tahap Enaktif Siswa dapat menggunakan benda-benda konkrit yang dapat diotak-atik, bisa menggunakan permainan tebak-tebakan untuk mendapatkan pemahaman bentuk aljabar, variabel serta menentukan hasil operasinya. Contohnya pada operasi hitung aljabar yaitu misalnya banyaknya permen dalam kantong x. Berapakah banyaknya permen yang ditunjukkan pada gambar berikut : a. Banyaknya permen pada gambar di atas yaitu 2x + 4. Jika x = 25, maka banyaknya permen seluruhnya adalah 2 x 25 + 4 = 54. Jika x = 40, maka banyaknya permen seluruhnya adalah 2 x 40 + 4 = 84. Banyaknya permen selurunya tergantung nilai x yang diberikan, pada bentuk 2x + 4 dikatakan x adalah variabel yang nilainya bisa berubah-ubah, 2 adalah koefisien dari x, dan 4 adalah konstanta yang dilambangkan atau banyaknya permen. b. Misalnya banyak cokelat dalam kaleng adalah p, dan banyaknya cokelat dalam kotak adalah q. Banyaknya permen seluruhnya tergantung pada nilai p dan q yang diberikan. Banyaknya permen pada gambar di atas yaitu 3p + 2q + 4. 3 merupakan koefisien dari p, 2 merupakan koefisien dari q dan 4 adalah konstanta.
  • 18. c. Penjumlahan bentuk aljabar Cokelat Reno Cokelat Devi Dari gambar contoh soal penjumlahan di atas dapat kita ambil kesimpulan dari 3 dalil dominan yang dikemukakan oleh Bruner yaitu : I. Dalil Penyusunan : Gambar cokelat pada soal ( representasi konsep operasi hitung aljabar. II. Dalil Notasi : ( 2x+y+3 ) + ( x+y+2) III. Dalil Konektivitas : 2x dan x serta y dan y adalah suku sejenis jadi keduanya bisa dioperasikan maka kesimpulannya adalah 2𝑥 + 𝑥 + 𝑦 + 𝑦 + 3 + 2 = 3𝑥 + 2𝑦 + 5 d. Tahap Ikonik Siswa dapat menggunakan gambar untuk menggantikan benda-benda konkrit. Contohnya untuk menggambarkan x2 dapat menggunakan luas persegi yang panjang sisinya x, sedangkan xy dapat menggunakan luas persegi panjang yang panjang sisinya x = lebar dan y = panjang . X y X x e. Tahap Simbolik Siswa sudah dapat menggunakan lambang-lambang yang menggambarkan bentuk aljabar, variabel serta menentukan hasil operasinya. Contohnya 𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 + 𝑐 = 0 . 𝑥 dan 𝑦 adalah variabel , 𝑎 adalah koefisien dari 𝑥 dan 𝑏 adalah koefisien dari 𝑦 dan 𝑐 adalah konstanta. Jadi siswa sudah dapat memahami lambang-lambang dari aljabar itu sendiri. X2 xy
  • 19. Kaitan Teori Belajar terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think- Pair-Share Menurut teori konstruktivisme, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur dalam Trianto, 2007:13). Artinya hal ini selaras dengan teori belajar Vygotsky yang termasuk kedalam golongan teori konstruktivisme. Dalam teori belajar Vygotsky menekankan pada hakekat sosiokultural dalam pembelajaran dan juga dijelaskan hubungan antara kemampuan kognitif terhadap sosial budaya. Hal tersebut terlihat bahwa kualitas berpikir siswa dibangun di dalam ruang kelas, sedangkan aktivitas sosial siswa dikembangkan dalam bentuk kerjasama antar siswa yang satu dengan siswa yang lain. Teori belajar Vygotsky erat berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif, dimana model pembelajaran tersebut lebih menekankan pada diskusi kelompok untuk memecahkan masalah seperti kesulitan dalam memahami operasi hitung aljabar. Model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah tipe think- pair-and-share. Dalam penerapannya memungkinkan siswa untuk berdiskusi dan bekerjasama memecahkan suatu permasalahan atau tugas yang diberikan seperti pada materi operasi hitung aljabar yang dianggap sulit oleh siswa lalu dipikirkan oleh antar kelompok kemudian berbagi hasil diskusi secara keseluruhan kepada semua anggota kelompok. Pada saat berdiskusi antar kelompok atau penerapan model pembelajaran kooperatif guru dapat mengajukan masalah kontekstual (nyata), peserta didik secara bertahap dibimbing oleh guru untuk menguasai konsep matematika. Penggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga atau media lainnya di sekolah diharapkan dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran. Hal ini juga selaras dengan Bruner melalui teorinya mengatakan bahwa dalam proses belajar, sebaiknya anak diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami
  • 20. suatu konsep matematika seperti penggunaan media berupa cokelat dan permen untuk memberikan contoh konsep suku sejenis dan tidak sejenis. PENUTUP Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share untuk memudahkan penyampaian materi operasi hitung aljabar pada kesulitan yang dialami siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share ini cukup efektif untuk diterapkan oleh guru karena membangun keaktifan siswa yang cenderung diam di kelas karena tidak ada rasa percaya diri atau malu untuk bertanya kepada teman semeja belajar apalagi bertanya kepada guru karena pada model ini siswa dituntut untuk berperan serta secara aktif dengan cara membentuk kelompok diskusi untuk bertukar pikiran, bertanya lalu hasil diskusi antar kelompok tersebut lalu dibagikan kepada kelompok lain. Kemudian hasil diskusi tersebut disampaikan atau dipersentasikan oleh perwakilan tiap kelompok sehingga siswa dari kelompok lain dapat memahami materi mana yang belum paham dan yang pasti itu semua dengan bimbingan atau pengawasan guru agar semuanya berjalan dengan lancar, kondusif dan terarah.
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Bakti, Gunawan. 2015. “Penerapan Teori Belajar Vygotsky dalam Interaksi Belajar Mengajar”. http://www.kompasiana.com/baktigunawan/penerapan-teori-belajar- vygotsky- dalam-interaksi-belajar-mengajar_550d985b8133115d22b1e4d8, diakses pada 21 November 2016. Nurhakiki, Rini. 2013. “Problematika Pembelajaran Bentuk Aljabar dan Operasinya Serta Alternatif Pemecahannya”. http://fmipa.um.ac.id/index.php/component/attachments/download/202.html, diakses pada 14 November 2016. Soerdjono, Bambang. 2013. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Soal-Soal Operasi Hitung Bentuk Aljabar”. http://lppm.stkippgri-sidoarjo.ac.id/files/Penerapan-Model-Pembelajaran- Kooperatif-Untuk-Meningkatkan-Kemampuan--Siswa-Dalam-Memecahkan- Soal-Soal-Operasi-Hitung-Bentuk-Aljabar.pdf, diakses pada 19 November 2016. Syndi, Meinito. 2015. “Penerapan Model Kooperatif Tipe Tps (Think-Phair-Share) Dalam Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Operasi Hitung Bentuk Aljabar”. http://www.slideshare.net/nitho09/penerapan-model-kooperatif-tipe-tps- dalam-pembelajaran-matematika-pokok-bahasan-operasi-hitung-bentuk- aljabar, diakses pada 14 November 2016. Widyantini, 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Yogyakarta : Depdiknas Direktorat Tenaga Kependidikan.