Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) dalam pembelajaran matematika di sekolah.
2. MEAs dirancang untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui proses pemodelan matematika.
3. Terdapat beberapa tahapan MEAs mulai dari mengidentifikasi masalah, membangun model, hingga menyelesaikan masalah.
1. PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAS) DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MAKALAH
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran Matematika
oleh :
Annisa Fatchatul Izzah (1404106)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dasar pada setiap jenjang pendidikan
formal yang memegang peran penting. Matematika merupakan alat yang dapat
memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstrak, idealisasi
atau generalisasi untuk menjadi suatu studi ataupun pemecahan masalah.
Dalam pembelajaran matematika secara konvensional, umumnya peserta didik
tidak cukup diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan penalaran mereka,
sehingga lemahnya kemampuan siswa dalam menggunakan kemampuan berpikirnya
untuk menyelesaikan masalah. Sementara kemampuan tersebut sangat penting bagi
peserta didik di era global saat ini.
Pentingnya kemampuan penalaran matematis bagi siswa tercantum dalam tujuan
pembelajaran matematika di sekolah, yaitu melatih cara berpikir dan bernalar dalam
menarik kesimpulan, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, serta
mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-
ide melalui lisan, tulisan, gambar, grafik, peta, diagram, dan sebagainya
(Depdiknas,2006)
Selain itu, dalam National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000),
tercantum bahwa melalui pembelajaran matematika terdapat keterampilan berpikir
matematika tingkat tinggi (high order mathematical thinking) yang perlu dimiliki serta
untuk dikembangkan oleh siswa dalam proses pembelajaran matematika. Keterampilan
tersebut, yaitu: Pemecahan masalah (problem solving); Penalaran dan pembuktian
(reasoning and proof); Komunikasi (communication); Koneksi (connection); dan
Representasi (representation).
Salah satu upaya mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dengan
suatu pembelajaran yang membuat siswa aktif sehingga siswa dapat dengan leluasa
untuk berpikir serta menanyakan kembali apa yang diterima dari gurunya. Pendekatan
model-eliciting activities (MEAs) merupakan salah satu alternatif untuk membuat siswa
dapat secara aktif ikut terlibat dalam proses pembelajaran matematika di kelas.
3. B. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan:
1. Guru dapat memahami dan menjelaskan pengertian model-eliciting activities (MEAs)
melalui diskusi kelompok.
2. Guru dapat memahami tahapan model-eliciting activities (MEAs) melalui diskusi
kelompok.
3. Guru dapat mengimplementasikan model-eliciting activities (MEAs) ini dalam
pembelajaran matematika melalui simulasi praktik pembelajaran.
C. Peta Kompetensi
Setelah mempelajari modul ini diharapkan pembaca memiliki atau meningkatkan
kompetensi sebagai berikut.
1. Memahami teori model-eliciting activities (MEAs).
2. Mampu mempraktikkan pembelajaran matematika dengan model-eliciting activities
(MEAs).
D. Ruang Lingkup
Modul ini berisi tentang teori model-eliciting activities (MEAs), contoh
penerapan model-eliciting activities (MEAs) dalam pembelajaran matematika SMA,
dan panduan aktivitas pembelajaran dengan model-eliciting activities (MEAs).
4. BAB II
Kegiatan Pembelajaran
A. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini diharapkan guru:
1. Memahami dan menjelaskan pengertian model-eliciting activities (MEAs).
2. Memahami tahap-tahap model-eliciting activities (MEAs).
3. Mampu mengimplementasikan model-eliciting activities (MEAs) ini dalam
pembelajaran matematika.
4. Mampu meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan pembelajaran.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
Modul ini berisi model-eliciting activities (MEAs) bagi guru Matematika SMA.
Indikator pencapaian kompetensi guru setelah mempelajari modul ini adalah guru
mampu:
1. Menjelaskan pengertian model-eliciting activities (MEAs).
2. Memahami langkah-langkah model-eliciting activities (MEAs).
3. Menerapkan model-eliciting activities (MEAs) dalam pembelajaran dengan materi
yang sesuai
C. Uraian Materi
1. Pengertian
Model-eliciting activities (MEAs) pada awalnya dibuat pada pertengahan
1970-an oleh pendidik matematika (Chamberlin, 2002; Lesh, Hoover, Tahan, Kelly &
Post, 2000; Lesh & Lamon, 1992).
Model Eliciting Activities (MEAs) adalah pendekatan pembelajaran
untuk memahami, menjelaskan dan mengkomunikasikan konsep-konsep yang
terkandung dalam suatu masalah melalui tahapan proses pemodelan matematika.
Pendekatan model-eliciting activities (MEAs) adalah pendekatan pembelajaran
yang didasarkan pada masalah realistis (kontekstual), bekerja dalam kelompok kecil,
dan menyajikan sebuah model untuk membantu siswa membangun pemecahan
masalah dan membuat siswa menerapkan pemahaman konsep matematika yang telah
dipelajarinya (Nur’aviandini, 2013).
Pada pembelajarannya, MEAs dirancang untuk kelompok-kelompok kecil
yaitu 3-4 orang yang telah diatur berdasarkan tingkat kemampuannya dalam
memahami matematika.
5. Lesh dan Diefes-Dux, et al (Chamberlin dan Moon, 2005) menyatakan prinsip
MEAs sebagai berikut:
1. Prinsip konstruksi model menekankan pada masalah yang harus didesain
sehingga memungkinkan penciptaan model terkait dengan: unsur-unsur,
hubungan dan operasi antara unsur-unsur, pola dan aturan yang mengatur
hubungan ini. Siswa diminta untuk berpikir apakah konstruksi model tersebut
benar untuk permasalahan yang ada
2. Prinsip realitas disebut prinsip keberartian. Prinsip realitas menyatakan bahwa
masalah yang disajikan sebaiknya realitas dan dapat terjadi dalam kehidupan
nyata. Prinsip ini bertujuan untuk meningkatkan minat siswa dalam
mensimulasikan aktivitas yang nyata. Permasalahan yang realistis lebih
memungkinkan solusi kreatif dari siswa.
3. Prinsip Self-Assessment menyatakan bahwa siswa harus mampu mengukur
kelayakan dan kegunaan solusi tanpa bantuan guru. Prinsip ini terjadi saat
kelompok-kelompok mencari jawaban yang tepat
4. Prinsip konstruksi dokumentasi menyatakan bahwa siswa harus mampu
menyatakan pikiran mereka sendiri selama bekerja dalam MEAs dan bahwa
proses berpikir mereka harus didokumentasikan dalam solusi. Tuntutan
dokumentasi solusi melibatkan teknis penulisan.
5. Prinsip Effective Prototype menyatakan bahwa model yang dihasilkan harus dapat
ditafsirkan oleh orang lain. Prinsip ini membantu siswa belajar bahwa solusi
kreatif yang diterapkan pada permasalahan matematis berguna dan dapat
digeneralisasikan. Solusi terbaik dari masalah matematis harus cukup kuat untuk
diterapkan pada situasi berbeda dan mudah dipahami
6. Prinsip konstruksi shareability dan reusability menyatakan bahwa model harus
dapat digunakan pada situasi serupa. Jika model yang dikembangkan dapat
digeneralisasi pada situasi serupa, maka respon siswa dapat dikatakan sukses.
2. Tahap-Tahap Model-Eliciting Activities (MEAs)
Tahap-tahap dalam model-eliciting activities (MEAs), yaitu:
a. Mengidentifikasi dan menyederhanakan situasi masalah
b. Membangun model matematis
c. Mentransformasikan dan menyelesaikan model
d. Mengidentifikasi model
6. Menurut Chamberlin dan Moon (2008:5), MEAs diimplementasikan ke dalam
beberapa langkah, yaitu:
1. Guru memberikan sebuah artikel yang memuat permasalahan yang berhubungan
dengan konteks pelajaran bagi para siswa
2. Siswa merespon masalah-masalah yang terdapat pada artikel tersebut
3. Guru membaca kembali permasalahan bersama dengan siswa dan memastikan
setiap kelompok mengerti apa yang ditanyakan
4. Siswa membuat model matematika dari permasalahan tersebut secara
berkelompok
5. Setelah siswa menyelesaikan masalah tersebut, siswa mempresentasikan hasil
pekerjaan mereka di depan kelas
Proses pemodelan yang digambarkan dalam standar NCTM (1989). Proses ini
menunjukkan bahwa pemodelan matematis adalah proses non linear yang meliputi
tahap-tahap yang saling berhubungan. Menurut NCTM terhadap tahap-tahap dasar
dalam proses pemodelan matematis yang meliputi:
Pada tahap pertama, siswa mengidentifikasi masalah untuk dipecahkan dalam
situasi dunia nyata dan menyatakannya dalam bentuk yang setepat mungkin. Dengan
observasi, bertanya dan diskusi mereka berpikir tentang informasi apa yang penting
atau tidak dalam situasi yang diberikan. Jadi, mereka menyederhanakan situasi
dengan pertama-tama mengabaikan info yang kurang penting.
Pada tahap kedua, siswa membuat repesentasi matematis tentang komponen
spesifik dari masalah dan hubungan di antara mereka. Pada tahap ini siswa
mendefinisikan variabel, membuat notasi dan secara eksplisit mengidentifikasi
beberapa bentuk dari hubungan struktur matematis, membuat grafik atau menuliskan
persamaan. Semua usaha matematisasi ini akhirnya mendorong siswa membangun
model matematis.
Situasi masalah dunia nyata Solusi dalam model
Formulasi masalah Model matematis
simplikasi validasi
Interpretasi
Transformasi
Rill/Nyata Abstrak
7. Pada tahap ketiga yaitu tahap transformasi, siswa menganalisa dan
memanipulasi model untuk menemukan solusi secara matematika signifikan terhadap
masalah yang teridentifikasi. Model ini, tahap kedua dipecahkan dan jawaban
dipahami dalam konteks masalah yang orisinil.
Pada tahap interpretasi, siswa membawa solusi matematis mereka yang
dicapai dalam konteks dari model matematis kembali ke situasi masalah yang spesifik.
Jika model yang sudah dikonstruksi telah melewati pengujian yang diberikan dalam
proses validasi, model tersebut dipertimbangkan sebagi model yang kuat dengan sifat
sharable and reasable (Lesh dan Doerr, 2003).
3. Integrasi Pendekatan Saintifik dengan Model-Eliciting Activities
Model-Eliciting Activities (MEAs) adalah salah satu model yang menunjang
pendekatan saintifik. Guru dapat mengintegrasikan pendekatan saintifik dengan
Model-Eliciting Activities (MEAs) dalam pembelajaran di kelas. Berikut ini cara
alternatif untuk mengintegrasikan pendekatan saintifik ke dalam Model-Eliciting
Activities (MEAs).
Model-Eliciting
Activities
Pendekatan
Saintifik
Keterangan
Mengidentifikasi dan
menyederhanakan
situasi masalah
Mengamati
Menanya
Siswa mengamati masalah yang diberikan gurus
dan dirangsang untuk menemukan pemecahan
masalah. Guru memberi kesempatan siswa untuk
bertanya perihal konsep yang belum dimengerti.
Membangun model
matematis
Mengumpulkan
informasi
Mengasosiasi
Siswa mengumpulkan informasi untuk
membangun model matematis
Siswa mengolah data hingga didapatkan suatu
kesimpulan. Siswa juga mengecek temuan
mereka untuk kondisi lain yang serupa.
Mentransformasikan
dan menyelesaikan
model
Mengidentifikasi
model
Mengomunikasikan Siswa mempresentasikan hasil temuan dan
pemecahan masalah di dalam kelas. Siswa atau
kelompok lain menanggapi presentasi dengan
pengarahan guru
8. 4. Kelemahan Model-Eliciting Activities (MEAs)
a. Membuat soal pemecahan masalah yang bermakna bagi siswa bukan merupakan
hal yang mudah
b. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit
sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon masalah
yang diberikan
c. Lebih dominannya soal pemecahan masalah terutama soal yang terlalu sulit untuk
dikerjakan, terkadang membuat siswa jenuh
d. Sebagian siswa bisa merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan
karena kesulitan yang mereka hadapi
9. BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Model Eliciting Activities (MEAs) adalah pendekatan pembelajaran untuk memahami,
menjelaskan dan mengkomunikasikan konsep-konsep yangterkandung dalam suatu
masalah melalui tahapan proses pemodelan matematika. Melalui pendekatan Model
Eliciting Activities (MEAs) ada beberapa tahap yang harus dilewati oleh siswa, yaitu
mengidentifikasi dan menyederhanakan situasi masalah, membangun model matematis,
mentransformasikan dan menyelesaikanmodel dan mengidentifikasi model. Dengan
menggunakan model eliciting activities belajar siswa menjadi bermakna karena ia dapat
menghubungkankonsepyangdipelajarinyadengankonsepyangsudahdikenalnya.
10. DAFTAR PUSTAKA
Chamberlin, Scott A & Moon, Sidney M. (2005). Model Eliciting Activities as a Tool to
Develop and Identify Creatively Gifted Mathematicians. [online]. Tersedia:
http://andrianifadly.wordpress.com/2012/01/13/model-eliciting-activities/. [30 April
2016].
Chamberlin, Scott A & Moon, Sidney M. (2008). How does the Problem Based
Learning Approach Compare to the Model-Eliciting Activity Approach in
Mathematics?. [Online]. Tersedia: http://www.cimt.plymouth.ac.uk/ journal/
chamberlin.pdf [9 Mei 2016].
Depdiknas. (2006). Permendiknas No. 22 tahun 2006. Jakarta : Depdiknas.
Nur’aviandini, Tresna.(2013). Penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs)
dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa SMP. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/2928.
Rahma. (2012). Model Eliciting Activities [Online].
Tersedia: http://id.scribd.com/doc/87325480/Model-Eliciting-Activities Shadiq, Fajar.
Deduksi atau Penalaran Deduktif : Kelebihan dan Kekurangannya