Beberapa masalah umum pada neonatus yang membutuhkan perawatan darurat meliputi hipoglikemia, hiperbilirubinemia, dan gangguan pernapasan seperti transient tachypnea of the newborn dan penyakit membran hialin. Hipoglikemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti diabetes ibu hamil, sedangkan hiperbilirubinemia seringkali terjadi karena inkompatibilitas golongan darah ibu dan bayi. Gangguan pernapasan pada neonatus um
9. Pemantauan
• Hipoglikemi umumnya pulih dalam 3 hari, apabila terjadi >7 hari perlu
konsultasi dan pemeriksaan lebih lanjut
• Bila ibu DM, perlu skrining / uji tapis DM utk bayi
• Bila bayi menderita DM (Juvenile diabetes melitus) konsultasikan ke
endokrin anak
• Memantau kadar glukosa darah terutama 48 jam pertama
• Semua neonatus berisiko tinggi
10. Hipoglikemia Refrakter
• Kebutuhan Glukosa >2 mg/kg/menit à ada
hiperinsulinisme
• Perbaiki dengan :
• Hidrokortison 5 mg/kg IV setiap 12 jam
• Glukagon 200 µg IV (segera atau infus
berkesinambungan 10 µg/kg/jam)
• Diazoxid 10 mg/kg/hari setiap 8 jam menghambat
sekresi insulin pankreas
12. Jaundice (Iketerus)
• Ditandai dengan diskolorasi kuning pada kulit dan mukosa
pada kadar Bilirubin serum total (BST) ≥5 mg/dL
(86µmol/L)
1. Inkompatibilitas darah ibu dan bayi
2. Infeksi : TORCH, sepsis
3. Perdarahan tertutup (trauma lahir)
4. Obat – obatan : ibu : diazepam, oxytocin,
pada bayi : erytromicin, chloramphenicol, sulfa
5. Polisitemia
6. Prematuritas
7. Riwayat hiperbilirubin pada anak sebelumnya
Faktor Risiko
13. Indirek (unconjugated)
• Tidak larut dalam air
• Berikatan dengan albumin untuk transport
• Komponen bebas larut dalam lemak
• Komponen bebas bersifat toksik untuk otak
Direk (conjugated)
• Dapat larut dalam air
• Tidak larut dalam lemak
• Tidak toksik untuk otak
• Penumpukan di dalam hati menjadi
kolestasis dapat menjadi sirosis hepatis
Metabolisme Bilirubin
14. Ikterus Fisiologis pada Neonatus
• Meningkatnya produksi bilirubin
• Jumlah sel darah merah yang lebih tinggi
• Umur sel darah merah lebih singkat à turn over lebih cepat
• Penurunan ekskresi bilirubin
• Penurunan uptake dalam hati
• Penurunan konyugasi oleh hati
• Peningkatan sirkulasi enterohepatik
Ekskresi bilirubin membaik setelah 1 minggu
16. Hiperbilirubin pada bayi prematur
• Disebabkan oleh
• Jumlah eritrosit lebih banyak
• usia eritrosit lebih singkat
• sel hati yang masih imatur
• uptake dan konyugasi lebih lambat
• sirkulasi enterohepatik ↑ (masukan oral yang
tertunda dan kolonisasi bakteri yang terhambat)
Lebih sering, Lebih berat, Lebih lama
17. Ikterus Non Fisiologis
• Awitan dimulai sebelum usia 24 jam
• Tingkat kenaikan > 0,5 mg/ dL/ jam
• Kadar bilirubin terkonjugasi >2 mg/dL
• Ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)
• > 8 hari pada bayi cukup bulan
• > 14 hari pada bayi prematur
• Tanda-tanda penyakit lain
18. Riwayat :
• Golongan darah ibu tidak sesuai dengan golongan darah bayi
• Usia kehamilan <37 minggu
• Kesulitan menyusui/pemberian ASI eksklusif
• Trauma lahir yang nyata
• Ras Asia
• Kakaknya juga mengalami ikterus yang nyata
• Ikterus pada 24 jam kehidupan pertama
• Kadar bilirubin sebelum bayi pulang berada pada kelompok bayi yang
berisiko tinggi
Faktor Risiko
19. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Breastfeeding Jaundice
• Ikterus karena kekurangan ASI
• Umumnya timbul pada hari ke 2
atau 3 saat peoduksi ASI belum
banyak
Breast-milk Jaundice
• Ikterus karena ASI
• Bilirubin terus naik pada hari ke 4.
bila ASI dihentikan bilirubin turun
drastis dalam 48 jam
• Bila ASI diberikan kembali, bilirubin
akan naik namun tidak setinggi
sebelumnya
20. • Pemeriksaan fisik:
• Berat lahir
• Tingkat ikterus
• Pucat
• Aktivitas
• Hepatosplenomegali
• Memar, Sefalhematoma
Pemeriksaan Fisis
• Laju Cephalocaudal
• Wajah 5 mg/ dL (kurang lebih)
• Dada atas 10 mg/ dL (kurang lebih)
• Abdomen dan paha atas 15 mg/ dL ( kurang lebih)
• Telapak kaki 20 mg/ dL ( kurang lebih)
• Pemeriksaan secara visual kurang akurat
21. Bilirubinometer Transkutan
•Pengukuran cukup akurat pada Sebagian besar bayi
dengan TSB < 15mg/ dL.
•Tidak bergantung pada usia, ras, dan berat badan BBL
•Berguna sebagai alat penapisan
•Tidak akurat setelah terapi sinar
22.
23. Pemeriksaan Penunjang
• Bilirubin serum total
• Bilirubin direk dianjurkan periksa bila ikterus menetap >2 minggu/ curiga
kolestasis
• Darah perifer lengkap dan gambaran apusan darah tepi
• Golongan darah, resus, dan direct Coomb’s test dari ibu dan bayi
• Kadar albumin (pada BBLR)
• Kadar enzim G6PD
• Bila ikterus berkepanjangan : uji fungsi hati, urinalisa, kelainan atau
infeksi kongenital
25. Nomogram untuk penentuan risiko berdasarkan kadar
bilirubin serum spesifik berdasarkan waktu pada saat bayi
pulang
26. Kemampuan prediktif dari Bilirubin Serum Spesifik
Diagnosis hiperbilirubinemia pada bayi diatas 35 minggu
adalah kadar diatas persentil-95.
• 24 jam: ≥ 8 mg/ dL (137 µM/ L)
• 48 jam: ≥ 14 mg/ dL (239 µM/ L)
• 72 jam: ≥ 16 mg/ dL (274 µM/ L)
• 84 jam: ≥ 17 mg/ dL (290 µM/ L)
Bilirubin Serum Spesifik berdasarkan
Waktu
27. Komplikasi Hiperbilirubin
• Efek neurotoksin: gangguan konduksi
saraf, khususnya pada saraf pendengaran
• Bi menghambat ambilan Tirosin (petanda
transmisi sinaptik)
• Bi menghambat fungsi kanal ion
• Ensefalopati Bilirubun Akut
• Manifestasi akut dari toksisitas bilirubin,
terlihat pada minggu-minggu pertama
kehidupan
• Kernikterus
• Sekuel klinis toksisitas bilirubin yang kronik
dan permanen
28. Terapi Sinar
• Panjang gelombang cahaya yang mempengaruhi
metabolisme bilirubin : 450 sampai 460 nm
• Gelombang sinar biru: 425 sampai 475 nm
• Gelombang sinar putih: 380 sampai 700 nm
29.
30. Terapi Sinar Intensif
• Sumber cahaya: cahaya alami siang hari, cahaya putih, cahaya biru, neon
fluoresen biru khusus, lampu halogen tungten, selimut serabut optik, dioda yang
memancarkan cahaya galium nitrida.
• Jarak dari cahaya: cahaya fluoresen harus berada sedekat mungkin 9 sampai 10
cm dari bayi), sinar halogen dapat menyebabkan panas berlebihan
• Daerah permukaan: maksimal, lepas semua pakaian kecuali popok, popok juga
dapat dilepas
• Berkala versus terus menerus
• Perhatikan hidrasi
32. Komplikasi terapi sinar
• Komplikasi bermakna jarang sekali terjadi
• Pemisahan ibu dengan bayi
• Peningkatan insensible water loss dan
dehidrasi pada bayi prematur
• Sindrom bronze-baby (bayi dengan ikterus
kolestatik)
34. • Gagal jantung
• Hipoglikemia, hiperkalemia, hipokalsemia, toksisitas sitrat
• Emboli udara
• Trombositopenia
• Sepsis bakteri
• Penyakit virus yang ditularkan melalui transfusi
• Enterokolitis nekrotikans
• Trombosis vena porta
Komplikasi Transfusi Tukar
35. Pemantauan bayi dengan
hiperbilirubinemia
• Cari gejala kemungkinan adanya kernikterus
• Periksa kemungkinan adanya tuli sensorineural
• Pantau kenaikan kadar bilirubin direk, bila > 2mg/dL
• Periksa warna feses
• Periksa tumbuh kembang
36. Pencegahan Hiperbilirubinemia
Pencegahan primer
• Pemberian ASI dini dan sering
• Menghindari pemberian suplementasi air atau air gula pada bayi-bayi yang
menyusu yang tidak dehidrasi
Pencegahan sekunder
• Bila golongan darah ibu O atau ibu adalah Rh-negatif, perlu dilakukan
pemeriksaan darah tali pusat.
• Apabila bayi dipulangkan sebelum 72jam cek bilirubinnya sebelum pulang.
Apabila kadar bilirubinnya mendekati kadar berisiko, bayi diminta kontrol lebih
cepat.
38. Distress Napas/ Gawat Napas
• Sianosis
• Apneu berat
• Stridor
• Kesulitan bernapas
(gasping)
• Retraksi dada yang
berat
• Perfusi buruk (syok)
39. Pemeriksaan
• Rontgen Dada
• Analisis gas darah arteri
• Pemeriksaan darah tepi lengkap
• Pemeriksaan kadar glukosa
• Kultur darah
40. Tatalaksana Awal
• Siapkan alat dan tim resusitasi
• stabilisasi airway, breathing, dan circulation
• Tangani penyebab gawat napas
• Gunakan CPAP
• Hindari pemaparan oksigen yang tidak perlu
• Berikan antibiotik sampai kemungkinan sepsis
dapat disingkirkan
41. Penyebab Umum Gawat Napas
• Transient tachypnea of the newborn (TTN)
• Penyakit Membran Hialin (HMD)
• Sindrom aspirasi Mekonium (MAS)
• Air leak syndrome
• Pneumonia
• Penyakit jantung bawaan
42. Transient Tachypnea of the
Newborn (TTN)
• Suatu penyakit ringan pada neonatus yang
mendekati cukup bulan atau neonatus cukup
bulan yang mengalami takipnea (>80x/menit)
segera setelah lahir dan hilang dengan sendirinya
dalam waktu 3-5 hari
• Neonatus mungkin juga merintih, napas cuping
hidung, mengalami retraksi dada dan mengalami
sianosis.
43. Transient Tachypnea of the
Newborn (TTN)
Faktor Risiko
• Bedah Saesar sebelum ada
kontraksi
• Makrosomia
• Jenis kelamin laki-laki
• Partus lama
• Sedasi ibu berlebihan
• Skor APGAR rendah (1 menit <7)
Rontgen Dada
Garis pada perihilar, kardiomegali ringan, peningkatan
volume paru, cairan pada fissura minor, dan umumnya
ditemukan cairan pada rongga pleural
44. Transient Tachypnea of the
Newborn (TTN)
Umum:
• Pemberian oksigen dalam jumlah berlebihan
• Pembatasan cairan
• Pemberian asupan setelah takipnea membaik Konfirmasi
diagnosis dengan menyisihkan penyebab-penyebab takipnea
lain seperti pneumonia, penyakit jantung kongenital dan
hiperventilasi serebral.
45. Penyakit Membran Hialin
• Penyakit membran hialin juga dikenal sebagai sindrom
gawat napas. Kondisi ini biasanya terjadi pada bayi
prematur.
• HMD terjadi pada sekitar 25% neonatus yang lahir pada
usia kehamilan 32 minggu. Insidens meningkat dengan
semakin prematurnya neonatus
46. Penyakit Membran Hialin
Kesulitan bernapas yang terlihat mencakup:
• Takipnea yang meningkat (> 60/menit)
• Retraksi dada
• Sianosis pada udara kamar yang menetap atau
progresif lebih dari 24-48 jam pertama kehidupan
• Foto rontgen yang khas menunjukkan adanya pola
retikulogranular seragam dan bronkogram udara.
• Menurunnya udara yang masuk
• Grunting
47. Penyakit Membran Hialin
• Risiko berkurang apabila ada
• Stres intrauterin kronis
• Ketuban Pecah Dini dalam waktu lama
• Hipertensi ibu
• Pemakaian narkotik
• Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau
kecil untuk masa kehamilan (KMK)
• Kortikosteroid – Prenatal
48. Penyakit Membran Hialin
Pemeriksaan untuk HMD (RDS)
• Pemeriksaan Laboratorium:
• Gas darah: mengungkap adanya
hipoksia, hiperkarbia, asidosis
• Gambaran darah lengkap dan biakan
darah diperlukan untuk menyisihkan
kemungkinan infeksi
• Kadar glukosa darah biasanya rendah
49. Penyakit Membran Hialin
Tatalaksana :
• Umum
• Pengaturan Suhu
• Cairan parenteral
• Antibiotik
• Pemantauan
• Penggunaan CPAP
• Bila 2 AGD berturut-turut dengan jeda 20 menit hasilnya
• PH <7,2 atau PO2 <40 mmHg, atau PCO2 >60 mmHg, Defisit basa >-10
• FiO2 >60% maka pertimbangkan Intubasi dan ventilasi mekanik
50. Sindrom Aspirasi Mekonium (MAS)
• Gawat napas yang bersifat sekunder akibat aspirasi mekonium oleh fetus
dalam uterus atau oleh neonatus selama proses persalinan dan
kelahiran.
• Aspirasi meconium dapat menyebabkan sumbatan jalan napas, inflamasi
berat, hipertensi pulmonal, dan aktivasi trombosis
• Bayi yang bertahan hidup mungkin akan menderita displasia
bronkopulmonari dan sekuele neurologis
51. Sindrom Aspirasi Mekonium (MAS)
Faktor Risiko
• Kehamilan lebih bulan
• Hipertensi maternal
• Denyut jantung janin abnormal
• Profil biofisis ≤6
• Pre-eclampsia
• Ibu penderita diabetes
• KMK
• Korioamnionitis
Presentasi Klinis MAS
• Air ketuban bercampur mekonium
sebelum kelahiran
• Pewarnaan kuning oleh mekonium
pada neonatus setelah lahir.
• Gagal pernapasan yang mengarah
pada peningkatan diameter
anteroposterior dada
• Persistent pulmonary hypertension
of the newborn (PPHN).
53. Sindrom Aspirasi Mekonium (MAS)
Pencegahan
• Prenatal : identifikasi
risiko tinggi, pantau DJJ
selama persalinan
• Saat persalinan :
pengisapan oropharynx
sebelum melahirkan
bahu, visualisasi pita
suara dan pengisapan
trakea apabila bayi
tidak bernapas
Tata Laksana Umum
• Mengosongkan isi lambung
untuk menghindari aspirasi
lebih lanjut
• Koreksi abnormalitas metabolik,
misalnya hipoksia, asidosis,
hipoglikemia, hipokalsemia dan
hipotermia.
• Pemantauan untuk melihat
kerusakan pada organ lain (otak,
ginjal, jantung dan hati).
Tata Laksana Pernapasan
• Pengisapan dan vibrasi dada
dengan frekuensi yang sering
• Pulmonary toilet untuk
menghilangkan mekonium
residual jika diintubasi
• Cakupan antibiotik (ampicillin
dan gentamicin)
• Gunakan CPAP
54. Sindrom Kebocoran Udara
• Sindrom kebocoran udara (pneumomediastinum, pneumothorax,
pulmonary interstitial emphysema dan pneumopericardium) didasari
oleh distensi saccus alverolaris atau saluran napas terminal yang
berlebihan akan menyebabkan pada kerusakan integritas saluran napas
yang mengakibatkan penyebaran udara ke rongga di sekitarnya
• Paling sering ditemui pada neonatus dengan penyakit paru yang
pernapasannya dibantu ventilator tapi bisa juga terjadi secara spontan
55. Sindrom Kebocoran Udara
Faktor Risiko
• Spontan 0,5%
• Bantuan ventilator 15-20%
• CPAP 5%
• Pewarnaan kuning oleh
mekonium / aspirasi mekonium
• Terapi surfaktan
• Upaya keras resusitasi (ventilasi
dengan kantung)
Presentasi Klinis MAS
• Gawat napas atau kondisi klinis
yang tiba-tiba memburuk dan
disertai dengan perubahan tanda-
tanda vital dan memburuknya gas
darah.
• Toraks asimetris pada kasus
unilateral
56. Sindrom Kebocoran Udara
• Diagnosis definitif dari
semua sindrom kebocoran
udara dibuat berdasarkan
pemeriksaan radiografis
dengan posisi A-P dan lateral.
57. Sindrom Kebocoran Udara
• Tata laksana
• Umum
• Hindari penggunaan ventilator
• Gunakan ventilasi kantung manual dengan hati-hati
• Spesifik
• Dekompresi kebocoran udara sesuai dengan jenisnya.
• Jangan melakukan dekompresi dengan jarum
58. Apnea
• Berhentinya pernapasan disertai oleh bradikardia dan/atau sianosis selama
lebih dari 20 detik.
• Terjadi pada 50-60% bayi permatur
• 35% dengan apnea sentral,
• 5-10% apnea obstruktif,
• dan 15-20% dengan apnea campuran
59. Apnea
Faktor Risiko
• Hipothermia
• Hipoglikemia
• Anemia
• Hipovolemia
• Aspirasi
• NEC / Distensi
• Penyakit jantung
• Penyakit paru
• Gastro intestinal reflux
• Obstruksi jalan napas
• Infeksi, meningitis
• Gangguan neurologis
60. Apnea
• Terapi Umum
• Melakukan stimulasi taktil.
• CPAP pada apnea berulang dan memanjang.
• Terapi farmakologis (kafein atau theophylline) mungkin diperlukan
• Terapi Spesifik
• Pengobatan penyebab, jika terindentifikasi, misalnya pengobatan
sepsis, hipoglikemia, anemia dan kelainan elektrolit.
65. Sepsis Neonatorum
— Sindrom atau sekumpulan gejala dari respon inflamasi sistemik (SIRS) terhadap
proses infeksi pada bulan pertama kehidupan
— Systemic inflammatory response syndrome (SIRS) : respons inflamasi sistemik
terhadap trauma, luka bakar, pankreatitis dan infeksi
— Etiologi à mikroorganisme
Early Onset
• < 72 jam
• berkaitan dengan infeksi
vertikal/maternal genital
tract
Late Onset
• ≥ 72 jam
• berkaitan dengan infeksi
nosokomial / HAI – Hospital
Acquired Infection)
67. Gambaran Klinis
SSP
Letargi, refleks hisap buruk, limp, tidak dapat
dibangunkan, poor or high pitch cry, iritabel, kejang
Kardiovaskuler Pucat, sianosis, dingin, clummy skin
Respiratorik Takipnu, apnu, merintih, retraksi
Saluran pencernaan Muntah, diare, distensi abdomen
Hematologik Pendarahan, jaundice
Kulit Ruam, purpura, pustula
68. Gejala dan tanda klinis non spesifik
• Bayi tidak mampu menyusu
• Refleks hisap tidak ada/lemah
• Temperatur >37,7 OC atau
<35,5 OC
• Laju napas >60x/menit
• Retraksi dada yang berat
• Napas cuping hidung
• Merintih
• Krepitasi
• Letargis atau kesadaran
menurun
• Kejang
• Ubun-ubun membonjol
• Sianosis
• Waktu pengisian kapiler
lambat
• Keluarnya pus dari telinga
• Kemerahan di sekitar
umbilikus yang meluas ke kulit
69. 69
— Laboratorium Penunjang
— Baku Emas : Kultur Darah
à Spesifitas : 96% à Sensitivitas : 82%
— Leukositosis (Leukosit > 34.000/µL)
— Leukopenia (Leukosit < 5.000/µL)
— Netrofil imatur > 10%
— Imatur: total neutrofil (IT) Ratio > 0,2
— Trombositopenia < 100.000/µL
— CRP > 10mg/dL atau > 2 SD di atas nilai normal
— Prokalsitonin > 8,1 mg/dL atau > 2 SD di atas nilai normal
— IL-6 or IL-8 > 70 pg/mL
— PCR positif
Menegakkan Diagnosis Sepsis
HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
70. 70
Bila ditemukan dua atau lebih keadaan:
• Laju nafas >60x/m dengan/tanpa retraksi dan desaturasi O2
• Suhu tubuh tidak stabil (<36ºC atau >37.5ºC)
• Waktu pengisian kapiler > 3 detik
• Hitung leukosit <4000x109/L atau >34000x109/L
• CRP >10mg/dl
• IL-6 atau IL-8 >70pg/ml
• 16 S rRNA gene PCR : Positif
SIRS
Terdapat satu atau lebih kriteria SIRS disertai dengan gejala klinis
infeksi
SEPSIS
Sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal SEPSIS BERAT
Sepsis berat disertai hipotensi dan kebutuhan resusitasi cairan dan
obat-obat inotropik
SYOK
SEPTIK
Terdapat disfungsi multi organ meskipun telah mendapatkan
pengobatan optimal
SINDROM DISFUNGSI
MULTIORGAN
↓ KEMATIAN
Perjalanan Penyakit Infeksi
Pada Neonatus
71. 71
Tata Laksana
q Eliminasi kuman penyebab merupakan pilihan utama
¨ Terapi suportif (adjuvant)
¨ Inotropik
¨ Nutrisi
¨ Pemberian Produk Darah
¨ Transfusi tukar
¨ Khusus: Steroid
¨ Pemberian imunoglobulin intravena (IVIG)
HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
72. 72
Eliminasi Kuman
penggunaan antibiotika secara empiris sesuai
dengan pola kuman dan resistensi kuman
penyebab yang tersering ditemukan di tempat
tersebut
Segera setelah didapatkan hasil kultur
darah, jenis antibiotik disesuaikan
dengan kuman penyebab dan pola
resistensinya
Bila hasil kultur steril dalam 2-3 hari dan
bayi secara klinis baik, pemberian
antibiotika harus dihentikan
HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
73. 73
Inotropik
• Pada neonatus inotropik yang sering digunakan:
• Dopamin : 2-20 mcg/kg/menit
• Dobutamin : 5-20 mcg/kg/menit, mulai dengan 5
mcg/kg/menit, bila perlu dapat ditingkatkan
setelah 10 menit
• Epinephrine : 0,05-1 mcg/kg/menit
74. 74
Nutrisi
Sepsis merupakan keadaan stress : hipermetabolisme,
hiperglikemia, resistensi insulin, lipolisis, dan katabolisme
protein
•Minimal 50% dari energy expenditure bayi sehat harus
dipenuhi atau minimal 60 kal/kg/hari
•Kebutuhan Protein : 2,5-4 g/kg/hari
•Kebutuhan Karbohidrat : 8,5-10 g/kg/hari
•Kebutuhan Lemak : 1 g/kg/hari
dianjurkan untuk tidak memberikan nutrisi enteral pada 24-48
jam pertama. Pemberian nutrisi enteral diberikan setelah bayi
lebih stabil (suhu, ventilasi dan sirkulasi)
HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
75. 75
Produk Darah
• Pada bayi dengan sepsis, pemberian Fresh Frozen Plasma
(FFP) biasanya diberikan apabila ditemukan gangguan
koagulasi (Disseminated Intravascular Coaagulation/DIC)
HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
Weiss MD.;. Burchfield DJ. NBIN 2004, 4 (1): 46-50
76. 76
Transfusi Tukar
• Prosedur untuk menukarkan sel darah dan plasma resipien
dengan sel darah merah dan plasma donor
• Memutuskan rantai inflamasi sepsis dan memperbaiki keadaan
umum
• Darah yang digunakan:
• Whole blood
• Segar (optimalnya < 3 hari, max 5 – 7 hari), Bebas CMV
• Ht minimal 45 – 50%, Antikoagulan = CPD
• Gunakan £ 24 jam setelah pengambilan
HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
Rohsiswatmo R. Update in neonatal infection. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. 2005. hlm 92-98
77. 77
Transfusi Tukar
Volume darah yang dibutuhkan:
— 2 x volume total darah bayi + 75 – 100 ml untuk “priming the tubing”
agar dapat menggantikan 90% dari volume darah yang bersirkulasi
— Volume darah bayi : 80-85 ml/kgBB
— Volume darah bayi prematur : 100 ml/kgBB
Metode:
— “Isovolumetric exchange : A. dan V. umbilikalis
— “Two-site” : A. umbilikalis dan vena perifer
A. perifer dan vena umbilikas
— “Push-pull” : A.umbilikalis saja atau vena umbilikalis
HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
Rohsiswatmo R. Update in neonatal infection. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. 2005. hlm 92-98
79. 79
Pemberian Intravenous Immune Globulin (IVIG)
— Untuk memberikan antibodi spesifik yang berguna pada proses
opsonisasi dan fagositosis organisme bakteri
— Untuk mengaktivasi komplemen serta proses kemotaksis neutrofil
pada neonatus
— Manfaat pemberian IVIG sebagai tatalaksana tambahan pada
penderita sepsis neonatal masih bersifat kontroversi
— Pemberian IVIG terbukti memiliki keuntungan untuk mencegah
kematian dan kerusakan otak bila diberikan pada sepsis
neonatorum onset dini
— Dosis yang dianjurkan adalah 500-750mg/kgBB IVIG dosis tunggal
Andersen-Berry, AL. Available in: www.emedicine.com. cited at December 13th 2006
Jenson HB, Pollock BH. American Academic of Pediatrics 1997; 99(2)
80. 80
Pemberian Steroid
— Pemberian kortikosteroid pada pasien sepsis lebih ditujukan untuk
mengatasi kekurangan kortisol endogen akibat insufisiensi renal
— Kortikosteroid dosis rendah bermanfaat pada syok sepsis ®
memperbaiki status hemodinamik, memperpendek masa syok,
memperbaiki respons terhadap katekolamin, dan meningkatkan
survival
— Dosis Hidrokortison: 2 mg/kgBB/hari
HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
Seri I, Tan R, Evans J, et al. Pediatrics 2001;107:1070-1074
81. 81
Infeksi Jamur
— Infeksi berkepanjangan, penggunaan antibiotik spektrum luas
dan kortikosteroid jangka panjang
— Faktor risiko terjadinya infeksi jamur adalah:
— Bayi berat lahir rendah
— Penggunaan antibiotik dan kortikosteroid jangka panjang
— Nutrisi Parenteral Total
— Infeksi aliran darah sebelumnya
— Necrotizing enterocolitis (NEC)
infeksi jamur
Rohsiswatmo R. Paediatrica Indonesiana, Vol. 46, No. 1-2 • January - February 2006
82. 82
Infeksi Jamur
• Gejala dan tanda klinis infeksi jamur sistemik pada neonatus
bervariasi dan tidak khas (sangat mirip dengan sepsis bakteri)
ü Suhu tidak stabil
üPerubahan perilaku
ü Kulit
ü Masalah pemberian minum
ü Kardiopulmoner
ü Metabolik
Gomella TL.5th edition. New York: McGraw-Hill Companies. Inc.2004:h.435-6
83. 83
Infeksi Jamur
• Pengobatan Infeksi Jamur
• Amphotericin B IV selama 14-21 hari
dosis terapeutik: 0,25-0,5 mg/kg/hari
• Fluconazol I.V.
dosis terapeutik: 6-12mg/kg/dosis
Neonatal pharmacopoeia 2nd Ed. Pharmacy Departement, The Royal Women’s Hospital, Carlton. 2005
85. Etiologi Kejang Neonatus berdasarkan awitan
dan frekuensi relatif
* Usia postnatal
# Frekuensi relatif kejang di antara
semua etiologi: +++ sangat umum, ++
kurang umum, + tidak umum
(diadaptasi dari JJ Volpe: Neurology
of the Newborn 4th edition. h 190)
86. Pendekatan Diagnosis
Anamnesis
• Deskripsi lengkap tentang kejang
• Pergerakan mata
• Pergerakan anggota tubuh
• Perubahan warna kulit (mottling atau cyanosis)
• Perubahan fungsi autonomik
• Kesadaran atau saat tidur
• Usia terjadinya kejang
• Neonatus cukup bulan / kurang bulan
87. Pendekatan Diagnosis
Riwayat antenatal Riwayat perinatal
• Infeksi intrauterin
• Maternal diabetes
• Ketergantungan obat
narkotika
• Peningkatan pergerakan
janin yang tiba-tiba
• Asfiksia perinatal
• Gawat janin
• Penurunan pergerakan janin
• Penggunaan alat dalam persalinan
• Membutuhkan resusitasi
• Nilai Apgar rendah (<3 saat menit ke 5)
• pH abnormal dari umbilikus (≤7), base
deficit (> - 10)
• Penggunaan pudendal block untuk mid-
cavity forcep
88. Pendekatan Diagnosis
Riwayat asupan makanan Riwayat keluarga
• Tanda-tanda inborn error of
metabolism
• Letargis
• Kurangnya aktifitas
• Drowsiness
• Muntah
• Top feeding dengan susu sapi
• Hipokalsemia awitan
lambat
• Konsanguinitas
• Riwayat kejang di keluarga /
retardasi mental / kematian
janin/neonatus dini
89. Pemeriksaan fisis
• Tanda vital
• Usia gestasi
• Berat lahir kemungkinan etiologi dari kejang
• Weight-for-age
• Kejang pada bayi sehat cukup bulan à perdarahan
subarachnoid
• Kejang pada bayi besar masa kehamilan à hipoglikemia
• Malformasi yang tampak nyata
• Gambaran dismorfik
Pendekatan Diagnosis
90. Pendekatan Diagnosis
Pemeriksaan neurologis
• Ubun-ubun membonjol à meningitis, perdarahan intrakranial
• Kesadaran (sadar penuh, drowsy, comatose)
• Tonus otot (hipotoni, hipertoni)
• Pemeriksaan fundus mata (chorioretinitis)
• Hepatomegali, bau urin yang abnormal à inborn error of metabolism
• Ada tidaknya tanda neurocutaneous
• Makula hipopigmentasi/Ash-leaf spot à tuberous sclerosis
Pemeriksaan generalis
91. Pendekatan Diagnosis
Pemeriksaan wajib Pemeriksaan spesifik
• Gula darah
• Hematokrit
• Bilirubin (jika bayi kuning)
• Elektrolit serum (Na, Ca, Mg)
• Gas darah
• Anion gap
• Cairan serebrospinal
• USG kepala
• EEG
• Untuk neonatus yang tidak
respons dengan kombinasi
fenobarbital dan fenitoin
• Radio imaging (CT, MRI)
• Skrining infeksi kongenital
(TORCH, VDRL)
• Skrining metabolik untuk
inborn error of metabolism
Pemeriksaan Penunjang
92. Dampak Kejang
• Hypoventilation / apnea à
• Hypoxia à cardiovascular collapse, diminished cerebral blood flow
• Hypercarbia
• Tekanan darah meningkat à CBF meningkat, risiko perdarahan
intraserebral
• Glikolisis meningkat à hipoglikemia
• Excitatory amino acid
93. Tata laksana
• Menjamin ventilasi dan perfusi adekuat
• Rawat bayi dalam lingkungan thermoneutral dan pastikan ABC
• Berikan oksigen, pasang infus, loading cairan
• Indikasi intubasi :
§ Depresi napas akibat pemberian antikonvulsan
§ Kejang yang tidak teratasi à knock down
94. Tata laksana
• Koreksi hipoglikemi dan hipokalsemi
• Bila tidak ada fasilitas memeriksa GDS à beri bolus Dekstrose 10% 2
mL/kg, diikuti infus kontinu 6-8 mg/kg/menit
• Bila hipoglikemi sudah disingkirkan / diterapi à masih kejang àCa
glukonas 10% IV 2 mL/kg drip 20 menit. Bila terbukti hipokalsemi,
setelah loading dose berikan maintenance 8 mL/kg/hari selama 3 hari
• Bila kejang masih berlangsung setelah koreksi kalsium à beri 0,25
mL/kg MgSO4 50% IM / IV
95. Tata laksana
• Terapi kejang elektrik lebih penting dari kejang klinis
• Pemberian antikonvulsan bila :
§ Kejang menetap > 3 menit
§ Kejang yang sering > 3 dalam 1 jam
§ Kejang mengganggu fungsi vital
• Lama terapi antikonvulsan tergantung etiologi yang
mendasari
97. Prognosis dari Kejang Neonatus
• Faktor penentu dari prognosis neurologis yang penting adalah
proses neuropatologis yang mendasari
Penyakit Neurologis
Perkembangan
Normal (%)^
Hypoxic-ischemic encephalopathy 50
Perdarahan intraventricular hebat dengan PVH infarction 10
Perdarahan subarachnoid primer
Hipokalsemia
Awitan dini
Awitan Lambat
50
100
Hipoglikemia 50
Meningitis bakterial 50
Gangguan perkembagan 0
98.
99.
100. Terminologi Diagnosis Neonatus
Berdasarkan usia gestasi
• Term/neonatus cukup bulan (NCB) :
≥37 minggu
• Preterm/neonatus kurang bulan
(NKB) <37 minggu
• Late preterm : 34-<37 minggu
• Moderate preterm : 32-<34 minggu
• Very preterm : 28-<32 minggu
• Extreme preterm : <28 minggu
101. Terminologi Diagnosis Neonatus
Berdasarkan berat badan lahir
1. Low birth weight (LBW) / Berat lahir rendah (BBLR) : <2500 g
2. Very low birth weight (VLBW)/ Berat lahir sangat
rendah (BBLSR)
: <1500 g
3. Extremely low birth weight (ELBW) / Berat lahir
amat sangat rendah (BBLASR)
: <1000 g
102. Kesesuaian BB dengan Masa
Kehamilan
• LGA : Large for gestasional age /
BMK : Besar masa kehamilan
• AGA : appropriate for gestational age/
SMK : Sesuai masa kehamilan
• SGA : small for gestationa age/
KMK : Kecil masa kehamilan
• IUGR : intrauterine growth retardation/
PJT : Pertumbuhan Janin Terhambat
104. Penilaian Usia Gestasi :
Skor Ballard
• Disesuaikan dengan perhitungan usia
gestasi berdasarkan USG
• UG berdasarkan USG lebih akurat bila
dilakukan rutin sejak awal kehamilan
Physical maturity
107. Perhitungan Usia Neonatus
• Kriteria Neonatus
• Bayi usia 0-28 hari
• Bayi premature dengan PMA <40 minggu
• Bayi premature dengan usia koreksi <1 bulan
• Usia Bayi Prematur
• Usia kehamilan/post menstrual age (PMA)
• Usia kronologis : sejak bayi lahir
• Usia Koreksi : Usia kronologis-prematuritas
(batas aterm 40 minggu)
110. Persiapan Sebelum Resusitasi
• Edukasi dan persetujuan keluarga
• Konseling antenatal
• Pembentukan dan pengarahan tim resusitasi
• Persiapan alat resusitasi
• Persiapan transportasi dan ruang perawatan
116. Fase Transisi
• Janin kekurangan O2 pada periode awal
usana bernapas
• Denyut jantung turun, tensi tetap
• Bayi bereaksi terhadap rangsang taktil
Apnea Primer
• Kekurangan O2 berlangsung à bayi
berusaha nafas (megap-megap)
• Denyut jantung turun, tensi turun
• Tidak bereaksi terhadap rangsang taktil
Apnea Sekunder
117.
118. Atur Posisi dan Bersihkan Jalan Napas
• Atur Posisi bayi agar jalan napas terbuka
• Penghisapan dilakukan pada Mulut dan Hidung
133. Indikasi memulai kompresi dada
• Laju denyut jantung <60x/menit walaupun VTP telah diberikan secara adekuat
selama 30 detik
• 1 sikulus 3 kompresi dan 1 ventilasi dalam 2 detik
• Frekuensi : 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit
135. Pemberian obat melalui vena
umbilikalis
• Berikan epinefrin sambil melanjutkan kompresi dada dan ventilasi
Epinefrin
• Meningkatkan kontraksi jantung
• Konstriksi perifer meningkatkan
darah ke arteri coroner dan otak
• Dosis 0,1-0,3 ml/kg larutan 1:10.000
(0,01-0,03 mg/kg)
NaCl 0,9%
• Pada solusio plasenta, plasenta
previa, dan yang menyebabkan
kehilangan darah tali pusat lainnya
dapat menyebabkan kondisi syok
hipovolemik
• Dosis NaCl 10 mL/kg IV selama 15
menit (bila cukup bulan) – 30 menit
(prematur)
136. Jika Sudah stabil transport
pasien Ke NICU
• Upayakan pasien Warm, Sweet, Pink :
• Suhu tubuh 36-37
• Sirkulasi dan respirasi baik (tidak pucat atau
tidak biru)
• Kadar gula darah normal
142. S.T.A.B.L.E
• Pertahankan suhu tubuh normal : 36,5-37,5
• Ukur suhu di aksila bayi secara berkala
• Menggunakan radiant warmer, untuk bayi
<1500 gram menggunakan plastik
• Menggunakan inkubator saat transport maupun
ruang rawat
• Inkubator dengan humidifikasi terutama bayi
<32 minggu dgn mode “neutral thermal
environtment” dan disetting sesuai usia dan BB
pasien
Temperatur
143. S.T.A.B.L.E
• Penilaian usaha napas
• Usaha napas
• Auskultasi suara napas
• Laju napas
• Kebutuhan oksigen
• Saturasi oksigen
• Kembang dada
• Tanda pneumotoraks
Airway
Skor Downe
145. Dekompresi Lambung
• Bayi yang dipasang alat bantu
napas, lakukan dekompresi
lambung dengan
pemsasangan feeding
tube/OGT 8-10 Fr
146. S.T.A.B.L.E
• Penilaian sirkulasi :
• warna kulit merah/tidak sianosis
• Akral tidak dingin
• CRT <3detik
• LDJ>100x/menit
• Pulsasi nadi perifer kuat
• TD normal sesuai gestasi
Blood Pressure
• Pasang monitor dengan cuff manset
sesuai, pantau tanda vital dan balans
diuresis (timbang popok/pasang
kateter)
147. S.T.A.B.L.E
• Pemeriksaan laboratorium dilakukan
dalam 1 jam :
• Analisis Gas darah
• Darah lengkap
• Kultur darah
• Gula darah
• Sesuaikan dengan Riwayat
resusitasi, faktor risiko, klinis bayi
• Berikan antibiotic segera dalam 1
jam bila dicurigai sepsis
Pemeriksaan Laboratorium
148. Analisis gas darah neonatus
• Dilakukan 1 jam pertama setelah
pemakaian alat bantu napas
• Lokasi: arteri umbilikal, pembuluh darah
arteri (radialis), infus arterial line
• Diulang bila:
• Setelah perubahan setting alat bantu
napas
• Hasil sebelumnya tidak “acceptable”
• Asidosis metabolik pasca koreksi •
• Sesuai indikasi
149. S.T.A.B.L.E.
• Sampaikan informasi terkait kondisi
bayi dan rencana Tindakan yang akan
dilakukan
• Izinkan ibu/ayah melihat bayi
• Berikan kesempatan keluarga untuk
bertanya
• Libatkan orang tua dalam pengambilan
keputusan terhadap intervensi yang
akan dilakukan
Emotional Support