SlideShare a Scribd company logo
1 of 149
Download to read offline
Emergency pada Neonatus
Masalah Umum Bayi Baru Lahir
Keseluruhan isi pada dokumen ini merupakan hak cipta dari Asclepio
Hipoglikemia
Hiperinsulin
• Neonatus dari ibu penderita
diabetes
• Besar masa kehamilan (BMK)
• Neonatus dengan eritroblas
fetalis, Sindrom Beckwith-
Siedemann, dan
Nesidioblastosis/ adenoma
pankeratik
• Malposisi kateter arteri
umbilikalis
• Ibu yang mendapat terapi
tokolitik
• Setelah (pasca) transfusi tukar
Penurunan Produksi/ Simpanan
Glukosa
• Prematur
• IUGR
• Asupan kalori tidak adekuat
• Penundaan pemberian asupan
Peningkatan Pemakaian atau
Penurunan Produksi Glukosa
• Sepsis
• Syok
• Asfiksia
• Hipotermi
• Distress pernapasan
• Pasca Resusitasi
• Defek matabolisme karbohidrat
dan/atau asam amino
• Defisiensi Endokrin
• Polisitemia
• Ibu yang mendapat terapi B-
blocker / steroid
Etiologi
Gejala Hipoglikemia
• Tremor, Jitteriness (Gerakan tidak beraturan)
• Iritabilitas
• Hipotonia, Letargi
• High-pitched cry (melengking), tangisan lemah
• Hipotermia
• Refleks hisap lemah
• Takipnea
• Sianosis
• Apnea
• Kejang
• Beberapa bayi tanpa gejala
Alur tatalaksana
hipoglikemia
transien di ruang
rawat
Alur tatalaksana
hipoglikemia bayi
Akut
Menghitung GIR
Menghitung konsentrasi glukosa
Pemantauan
• Hipoglikemi umumnya pulih dalam 3 hari, apabila terjadi >7 hari perlu
konsultasi dan pemeriksaan lebih lanjut
• Bila ibu DM, perlu skrining / uji tapis DM utk bayi
• Bila bayi menderita DM (Juvenile diabetes melitus) konsultasikan ke
endokrin anak
• Memantau kadar glukosa darah terutama 48 jam pertama
• Semua neonatus berisiko tinggi
Hipoglikemia Refrakter
• Kebutuhan Glukosa >2 mg/kg/menit à ada
hiperinsulinisme
• Perbaiki dengan :
• Hidrokortison 5 mg/kg IV setiap 12 jam
• Glukagon 200 µg IV (segera atau infus
berkesinambungan 10 µg/kg/jam)
• Diazoxid 10 mg/kg/hari setiap 8 jam menghambat
sekresi insulin pankreas
Jaundice / Hiperbilirubinemia
Jaundice (Iketerus)
• Ditandai dengan diskolorasi kuning pada kulit dan mukosa
pada kadar Bilirubin serum total (BST) ≥5 mg/dL
(86µmol/L)
1. Inkompatibilitas darah ibu dan bayi
2. Infeksi : TORCH, sepsis
3. Perdarahan tertutup (trauma lahir)
4. Obat – obatan : ibu : diazepam, oxytocin,
pada bayi : erytromicin, chloramphenicol, sulfa
5. Polisitemia
6. Prematuritas
7. Riwayat hiperbilirubin pada anak sebelumnya
Faktor Risiko
Indirek (unconjugated)
• Tidak larut dalam air
• Berikatan dengan albumin untuk transport
• Komponen bebas larut dalam lemak
• Komponen bebas bersifat toksik untuk otak
Direk (conjugated)
• Dapat larut dalam air
• Tidak larut dalam lemak
• Tidak toksik untuk otak
• Penumpukan di dalam hati menjadi
kolestasis dapat menjadi sirosis hepatis
Metabolisme Bilirubin
Ikterus Fisiologis pada Neonatus
• Meningkatnya produksi bilirubin
• Jumlah sel darah merah yang lebih tinggi
• Umur sel darah merah lebih singkat à turn over lebih cepat
• Penurunan ekskresi bilirubin
• Penurunan uptake dalam hati
• Penurunan konyugasi oleh hati
• Peningkatan sirkulasi enterohepatik
Ekskresi bilirubin membaik setelah 1 minggu
Ikterus Fisiologis
0
2
4
6
8
10
12
14
hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7
fisiologis
Hiperbilirubin pada bayi prematur
• Disebabkan oleh
• Jumlah eritrosit lebih banyak
• usia eritrosit lebih singkat
• sel hati yang masih imatur
• uptake dan konyugasi lebih lambat
• sirkulasi enterohepatik ↑ (masukan oral yang
tertunda dan kolonisasi bakteri yang terhambat)
Lebih sering, Lebih berat, Lebih lama
Ikterus Non Fisiologis
• Awitan dimulai sebelum usia 24 jam
• Tingkat kenaikan > 0,5 mg/ dL/ jam
• Kadar bilirubin terkonjugasi >2 mg/dL
• Ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)
• > 8 hari pada bayi cukup bulan
• > 14 hari pada bayi prematur
• Tanda-tanda penyakit lain
Riwayat :
• Golongan darah ibu tidak sesuai dengan golongan darah bayi
• Usia kehamilan <37 minggu
• Kesulitan menyusui/pemberian ASI eksklusif
• Trauma lahir yang nyata
• Ras Asia
• Kakaknya juga mengalami ikterus yang nyata
• Ikterus pada 24 jam kehidupan pertama
• Kadar bilirubin sebelum bayi pulang berada pada kelompok bayi yang
berisiko tinggi
Faktor Risiko
Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Breastfeeding Jaundice
• Ikterus karena kekurangan ASI
• Umumnya timbul pada hari ke 2
atau 3 saat peoduksi ASI belum
banyak
Breast-milk Jaundice
• Ikterus karena ASI
• Bilirubin terus naik pada hari ke 4.
bila ASI dihentikan bilirubin turun
drastis dalam 48 jam
• Bila ASI diberikan kembali, bilirubin
akan naik namun tidak setinggi
sebelumnya
• Pemeriksaan fisik:
• Berat lahir
• Tingkat ikterus
• Pucat
• Aktivitas
• Hepatosplenomegali
• Memar, Sefalhematoma
Pemeriksaan Fisis
• Laju Cephalocaudal
• Wajah 5 mg/ dL (kurang lebih)
• Dada atas 10 mg/ dL (kurang lebih)
• Abdomen dan paha atas 15 mg/ dL ( kurang lebih)
• Telapak kaki 20 mg/ dL ( kurang lebih)
• Pemeriksaan secara visual kurang akurat
Bilirubinometer Transkutan
•Pengukuran cukup akurat pada Sebagian besar bayi
dengan TSB < 15mg/ dL.
•Tidak bergantung pada usia, ras, dan berat badan BBL
•Berguna sebagai alat penapisan
•Tidak akurat setelah terapi sinar
Pemeriksaan Penunjang
• Bilirubin serum total
• Bilirubin direk dianjurkan periksa bila ikterus menetap >2 minggu/ curiga
kolestasis
• Darah perifer lengkap dan gambaran apusan darah tepi
• Golongan darah, resus, dan direct Coomb’s test dari ibu dan bayi
• Kadar albumin (pada BBLR)
• Kadar enzim G6PD
• Bila ikterus berkepanjangan : uji fungsi hati, urinalisa, kelainan atau
infeksi kongenital
Skoring ABE dan BIND
Nomogram untuk penentuan risiko berdasarkan kadar
bilirubin serum spesifik berdasarkan waktu pada saat bayi
pulang
Kemampuan prediktif dari Bilirubin Serum Spesifik
Diagnosis hiperbilirubinemia pada bayi diatas 35 minggu
adalah kadar diatas persentil-95.
• 24 jam: ≥ 8 mg/ dL (137 µM/ L)
• 48 jam: ≥ 14 mg/ dL (239 µM/ L)
• 72 jam: ≥ 16 mg/ dL (274 µM/ L)
• 84 jam: ≥ 17 mg/ dL (290 µM/ L)
Bilirubin Serum Spesifik berdasarkan
Waktu
Komplikasi Hiperbilirubin
• Efek neurotoksin: gangguan konduksi
saraf, khususnya pada saraf pendengaran
• Bi menghambat ambilan Tirosin (petanda
transmisi sinaptik)
• Bi menghambat fungsi kanal ion
• Ensefalopati Bilirubun Akut
• Manifestasi akut dari toksisitas bilirubin,
terlihat pada minggu-minggu pertama
kehidupan
• Kernikterus
• Sekuel klinis toksisitas bilirubin yang kronik
dan permanen
Terapi Sinar
• Panjang gelombang cahaya yang mempengaruhi
metabolisme bilirubin : 450 sampai 460 nm
• Gelombang sinar biru: 425 sampai 475 nm
• Gelombang sinar putih: 380 sampai 700 nm
Terapi Sinar Intensif
• Sumber cahaya: cahaya alami siang hari, cahaya putih, cahaya biru, neon
fluoresen biru khusus, lampu halogen tungten, selimut serabut optik, dioda yang
memancarkan cahaya galium nitrida.
• Jarak dari cahaya: cahaya fluoresen harus berada sedekat mungkin 9 sampai 10
cm dari bayi), sinar halogen dapat menyebabkan panas berlebihan
• Daerah permukaan: maksimal, lepas semua pakaian kecuali popok, popok juga
dapat dilepas
• Berkala versus terus menerus
• Perhatikan hidrasi
Pedoman terapi Sinar pada
bayi usia gestasi ≥35 minggu
Komplikasi terapi sinar
• Komplikasi bermakna jarang sekali terjadi
• Pemisahan ibu dengan bayi
• Peningkatan insensible water loss dan
dehidrasi pada bayi prematur
• Sindrom bronze-baby (bayi dengan ikterus
kolestatik)
Transfusi Tukar
• Gagal jantung
• Hipoglikemia, hiperkalemia, hipokalsemia, toksisitas sitrat
• Emboli udara
• Trombositopenia
• Sepsis bakteri
• Penyakit virus yang ditularkan melalui transfusi
• Enterokolitis nekrotikans
• Trombosis vena porta
Komplikasi Transfusi Tukar
Pemantauan bayi dengan
hiperbilirubinemia
• Cari gejala kemungkinan adanya kernikterus
• Periksa kemungkinan adanya tuli sensorineural
• Pantau kenaikan kadar bilirubin direk, bila > 2mg/dL
• Periksa warna feses
• Periksa tumbuh kembang
Pencegahan Hiperbilirubinemia
Pencegahan primer
• Pemberian ASI dini dan sering
• Menghindari pemberian suplementasi air atau air gula pada bayi-bayi yang
menyusu yang tidak dehidrasi
Pencegahan sekunder
• Bila golongan darah ibu O atau ibu adalah Rh-negatif, perlu dilakukan
pemeriksaan darah tali pusat.
• Apabila bayi dipulangkan sebelum 72jam cek bilirubinnya sebelum pulang.
Apabila kadar bilirubinnya mendekati kadar berisiko, bayi diminta kontrol lebih
cepat.
Distress Napas
Distress Napas/ Gawat Napas
• Sianosis
• Apneu berat
• Stridor
• Kesulitan bernapas
(gasping)
• Retraksi dada yang
berat
• Perfusi buruk (syok)
Pemeriksaan
• Rontgen Dada
• Analisis gas darah arteri
• Pemeriksaan darah tepi lengkap
• Pemeriksaan kadar glukosa
• Kultur darah
Tatalaksana Awal
• Siapkan alat dan tim resusitasi
• stabilisasi airway, breathing, dan circulation
• Tangani penyebab gawat napas
• Gunakan CPAP
• Hindari pemaparan oksigen yang tidak perlu
• Berikan antibiotik sampai kemungkinan sepsis
dapat disingkirkan
Penyebab Umum Gawat Napas
• Transient tachypnea of the newborn (TTN)
• Penyakit Membran Hialin (HMD)
• Sindrom aspirasi Mekonium (MAS)
• Air leak syndrome
• Pneumonia
• Penyakit jantung bawaan
Transient Tachypnea of the
Newborn (TTN)
• Suatu penyakit ringan pada neonatus yang
mendekati cukup bulan atau neonatus cukup
bulan yang mengalami takipnea (>80x/menit)
segera setelah lahir dan hilang dengan sendirinya
dalam waktu 3-5 hari
• Neonatus mungkin juga merintih, napas cuping
hidung, mengalami retraksi dada dan mengalami
sianosis.
Transient Tachypnea of the
Newborn (TTN)
Faktor Risiko
• Bedah Saesar sebelum ada
kontraksi
• Makrosomia
• Jenis kelamin laki-laki
• Partus lama
• Sedasi ibu berlebihan
• Skor APGAR rendah (1 menit <7)
Rontgen Dada
Garis pada perihilar, kardiomegali ringan, peningkatan
volume paru, cairan pada fissura minor, dan umumnya
ditemukan cairan pada rongga pleural
Transient Tachypnea of the
Newborn (TTN)
Umum:
• Pemberian oksigen dalam jumlah berlebihan
• Pembatasan cairan
• Pemberian asupan setelah takipnea membaik Konfirmasi
diagnosis dengan menyisihkan penyebab-penyebab takipnea
lain seperti pneumonia, penyakit jantung kongenital dan
hiperventilasi serebral.
Penyakit Membran Hialin
• Penyakit membran hialin juga dikenal sebagai sindrom
gawat napas. Kondisi ini biasanya terjadi pada bayi
prematur.
• HMD terjadi pada sekitar 25% neonatus yang lahir pada
usia kehamilan 32 minggu. Insidens meningkat dengan
semakin prematurnya neonatus
Penyakit Membran Hialin
Kesulitan bernapas yang terlihat mencakup:
• Takipnea yang meningkat (> 60/menit)
• Retraksi dada
• Sianosis pada udara kamar yang menetap atau
progresif lebih dari 24-48 jam pertama kehidupan
• Foto rontgen yang khas menunjukkan adanya pola
retikulogranular seragam dan bronkogram udara.
• Menurunnya udara yang masuk
• Grunting
Penyakit Membran Hialin
• Risiko berkurang apabila ada
• Stres intrauterin kronis
• Ketuban Pecah Dini dalam waktu lama
• Hipertensi ibu
• Pemakaian narkotik
• Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau
kecil untuk masa kehamilan (KMK)
• Kortikosteroid – Prenatal
Penyakit Membran Hialin
Pemeriksaan untuk HMD (RDS)
• Pemeriksaan Laboratorium:
• Gas darah: mengungkap adanya
hipoksia, hiperkarbia, asidosis
• Gambaran darah lengkap dan biakan
darah diperlukan untuk menyisihkan
kemungkinan infeksi
• Kadar glukosa darah biasanya rendah
Penyakit Membran Hialin
Tatalaksana :
• Umum
• Pengaturan Suhu
• Cairan parenteral
• Antibiotik
• Pemantauan
• Penggunaan CPAP
• Bila 2 AGD berturut-turut dengan jeda 20 menit hasilnya
• PH <7,2 atau PO2 <40 mmHg, atau PCO2 >60 mmHg, Defisit basa >-10
• FiO2 >60% maka pertimbangkan Intubasi dan ventilasi mekanik
Sindrom Aspirasi Mekonium (MAS)
• Gawat napas yang bersifat sekunder akibat aspirasi mekonium oleh fetus
dalam uterus atau oleh neonatus selama proses persalinan dan
kelahiran.
• Aspirasi meconium dapat menyebabkan sumbatan jalan napas, inflamasi
berat, hipertensi pulmonal, dan aktivasi trombosis
• Bayi yang bertahan hidup mungkin akan menderita displasia
bronkopulmonari dan sekuele neurologis
Sindrom Aspirasi Mekonium (MAS)
Faktor Risiko
• Kehamilan lebih bulan
• Hipertensi maternal
• Denyut jantung janin abnormal
• Profil biofisis ≤6
• Pre-eclampsia
• Ibu penderita diabetes
• KMK
• Korioamnionitis
Presentasi Klinis MAS
• Air ketuban bercampur mekonium
sebelum kelahiran
• Pewarnaan kuning oleh mekonium
pada neonatus setelah lahir.
• Gagal pernapasan yang mengarah
pada peningkatan diameter
anteroposterior dada
• Persistent pulmonary hypertension
of the newborn (PPHN).
Sindrom Aspirasi Mekonium (MAS)
• Pemeriksaan Laboratorium
• AGD
• Kultur darah dan CBC
Sindrom Aspirasi Mekonium (MAS)
Pencegahan
• Prenatal : identifikasi
risiko tinggi, pantau DJJ
selama persalinan
• Saat persalinan :
pengisapan oropharynx
sebelum melahirkan
bahu, visualisasi pita
suara dan pengisapan
trakea apabila bayi
tidak bernapas
Tata Laksana Umum
• Mengosongkan isi lambung
untuk menghindari aspirasi
lebih lanjut
• Koreksi abnormalitas metabolik,
misalnya hipoksia, asidosis,
hipoglikemia, hipokalsemia dan
hipotermia.
• Pemantauan untuk melihat
kerusakan pada organ lain (otak,
ginjal, jantung dan hati).
Tata Laksana Pernapasan
• Pengisapan dan vibrasi dada
dengan frekuensi yang sering
• Pulmonary toilet untuk
menghilangkan mekonium
residual jika diintubasi
• Cakupan antibiotik (ampicillin
dan gentamicin)
• Gunakan CPAP
Sindrom Kebocoran Udara
• Sindrom kebocoran udara (pneumomediastinum, pneumothorax,
pulmonary interstitial emphysema dan pneumopericardium) didasari
oleh distensi saccus alverolaris atau saluran napas terminal yang
berlebihan akan menyebabkan pada kerusakan integritas saluran napas
yang mengakibatkan penyebaran udara ke rongga di sekitarnya
• Paling sering ditemui pada neonatus dengan penyakit paru yang
pernapasannya dibantu ventilator tapi bisa juga terjadi secara spontan
Sindrom Kebocoran Udara
Faktor Risiko
• Spontan 0,5%
• Bantuan ventilator 15-20%
• CPAP 5%
• Pewarnaan kuning oleh
mekonium / aspirasi mekonium
• Terapi surfaktan
• Upaya keras resusitasi (ventilasi
dengan kantung)
Presentasi Klinis MAS
• Gawat napas atau kondisi klinis
yang tiba-tiba memburuk dan
disertai dengan perubahan tanda-
tanda vital dan memburuknya gas
darah.
• Toraks asimetris pada kasus
unilateral
Sindrom Kebocoran Udara
• Diagnosis definitif dari
semua sindrom kebocoran
udara dibuat berdasarkan
pemeriksaan radiografis
dengan posisi A-P dan lateral.
Sindrom Kebocoran Udara
• Tata laksana
• Umum
• Hindari penggunaan ventilator
• Gunakan ventilasi kantung manual dengan hati-hati
• Spesifik
• Dekompresi kebocoran udara sesuai dengan jenisnya.
• Jangan melakukan dekompresi dengan jarum
Apnea
• Berhentinya pernapasan disertai oleh bradikardia dan/atau sianosis selama
lebih dari 20 detik.
• Terjadi pada 50-60% bayi permatur
• 35% dengan apnea sentral,
• 5-10% apnea obstruktif,
• dan 15-20% dengan apnea campuran
Apnea
Faktor Risiko
• Hipothermia
• Hipoglikemia
• Anemia
• Hipovolemia
• Aspirasi
• NEC / Distensi
• Penyakit jantung
• Penyakit paru
• Gastro intestinal reflux
• Obstruksi jalan napas
• Infeksi, meningitis
• Gangguan neurologis
Apnea
• Terapi Umum
• Melakukan stimulasi taktil.
• CPAP pada apnea berulang dan memanjang.
• Terapi farmakologis (kafein atau theophylline) mungkin diperlukan
• Terapi Spesifik
• Pengobatan penyebab, jika terindentifikasi, misalnya pengobatan
sepsis, hipoglikemia, anemia dan kelainan elektrolit.
Gangguan Sirkulasi
Gangguan Sirkulasi
• Target laju nadi 100-
160x/min
• Tekanan darah sesuai dengan
usia gestasi
Tatalaksana Gangguan Sirkulasi
Sepsis
Sepsis Neonatorum
— Sindrom atau sekumpulan gejala dari respon inflamasi sistemik (SIRS) terhadap
proses infeksi pada bulan pertama kehidupan
— Systemic inflammatory response syndrome (SIRS) : respons inflamasi sistemik
terhadap trauma, luka bakar, pankreatitis dan infeksi
— Etiologi à mikroorganisme
Early Onset
• < 72 jam
• berkaitan dengan infeksi
vertikal/maternal genital
tract
Late Onset
• ≥ 72 jam
• berkaitan dengan infeksi
nosokomial / HAI – Hospital
Acquired Infection)
Faktor Risiko
Gambaran Klinis
SSP
Letargi, refleks hisap buruk, limp, tidak dapat
dibangunkan, poor or high pitch cry, iritabel, kejang
Kardiovaskuler Pucat, sianosis, dingin, clummy skin
Respiratorik Takipnu, apnu, merintih, retraksi
Saluran pencernaan Muntah, diare, distensi abdomen
Hematologik Pendarahan, jaundice
Kulit Ruam, purpura, pustula
Gejala dan tanda klinis non spesifik
• Bayi tidak mampu menyusu
• Refleks hisap tidak ada/lemah
• Temperatur >37,7 OC atau
<35,5 OC
• Laju napas >60x/menit
• Retraksi dada yang berat
• Napas cuping hidung
• Merintih
• Krepitasi
• Letargis atau kesadaran
menurun
• Kejang
• Ubun-ubun membonjol
• Sianosis
• Waktu pengisian kapiler
lambat
• Keluarnya pus dari telinga
• Kemerahan di sekitar
umbilikus yang meluas ke kulit
69
— Laboratorium Penunjang
— Baku Emas : Kultur Darah
à Spesifitas : 96% à Sensitivitas : 82%
— Leukositosis (Leukosit > 34.000/µL)
— Leukopenia (Leukosit < 5.000/µL)
— Netrofil imatur > 10%
— Imatur: total neutrofil (IT) Ratio > 0,2
— Trombositopenia < 100.000/µL
— CRP > 10mg/dL atau > 2 SD di atas nilai normal
— Prokalsitonin > 8,1 mg/dL atau > 2 SD di atas nilai normal
— IL-6 or IL-8 > 70 pg/mL
— PCR positif
Menegakkan Diagnosis Sepsis
HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
70
Bila ditemukan dua atau lebih keadaan:
• Laju nafas >60x/m dengan/tanpa retraksi dan desaturasi O2
• Suhu tubuh tidak stabil (<36ºC atau >37.5ºC)
• Waktu pengisian kapiler > 3 detik
• Hitung leukosit <4000x109/L atau >34000x109/L
• CRP >10mg/dl
• IL-6 atau IL-8 >70pg/ml
• 16 S rRNA gene PCR : Positif
SIRS
Terdapat satu atau lebih kriteria SIRS disertai dengan gejala klinis
infeksi
SEPSIS
Sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal SEPSIS BERAT
Sepsis berat disertai hipotensi dan kebutuhan resusitasi cairan dan
obat-obat inotropik
SYOK
SEPTIK
Terdapat disfungsi multi organ meskipun telah mendapatkan
pengobatan optimal
SINDROM DISFUNGSI
MULTIORGAN
↓ KEMATIAN
Perjalanan Penyakit Infeksi
Pada Neonatus
71
Tata Laksana
q Eliminasi kuman penyebab merupakan pilihan utama
¨ Terapi suportif (adjuvant)
¨ Inotropik
¨ Nutrisi
¨ Pemberian Produk Darah
¨ Transfusi tukar
¨ Khusus: Steroid
¨ Pemberian imunoglobulin intravena (IVIG)
HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
72
Eliminasi Kuman
penggunaan antibiotika secara empiris sesuai
dengan pola kuman dan resistensi kuman
penyebab yang tersering ditemukan di tempat
tersebut
Segera setelah didapatkan hasil kultur
darah, jenis antibiotik disesuaikan
dengan kuman penyebab dan pola
resistensinya
Bila hasil kultur steril dalam 2-3 hari dan
bayi secara klinis baik, pemberian
antibiotika harus dihentikan
HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
73
Inotropik
• Pada neonatus inotropik yang sering digunakan:
• Dopamin : 2-20 mcg/kg/menit
• Dobutamin : 5-20 mcg/kg/menit, mulai dengan 5
mcg/kg/menit, bila perlu dapat ditingkatkan
setelah 10 menit
• Epinephrine : 0,05-1 mcg/kg/menit
74
Nutrisi
Sepsis merupakan keadaan stress : hipermetabolisme,
hiperglikemia, resistensi insulin, lipolisis, dan katabolisme
protein
•Minimal 50% dari energy expenditure bayi sehat harus
dipenuhi atau minimal 60 kal/kg/hari
•Kebutuhan Protein : 2,5-4 g/kg/hari
•Kebutuhan Karbohidrat : 8,5-10 g/kg/hari
•Kebutuhan Lemak : 1 g/kg/hari
dianjurkan untuk tidak memberikan nutrisi enteral pada 24-48
jam pertama. Pemberian nutrisi enteral diberikan setelah bayi
lebih stabil (suhu, ventilasi dan sirkulasi)
HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
75
Produk Darah
• Pada bayi dengan sepsis, pemberian Fresh Frozen Plasma
(FFP) biasanya diberikan apabila ditemukan gangguan
koagulasi (Disseminated Intravascular Coaagulation/DIC)
HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
Weiss MD.;. Burchfield DJ. NBIN 2004, 4 (1): 46-50
76
Transfusi Tukar
• Prosedur untuk menukarkan sel darah dan plasma resipien
dengan sel darah merah dan plasma donor
• Memutuskan rantai inflamasi sepsis dan memperbaiki keadaan
umum
• Darah yang digunakan:
• Whole blood
• Segar (optimalnya < 3 hari, max 5 – 7 hari), Bebas CMV
• Ht minimal 45 – 50%, Antikoagulan = CPD
• Gunakan £ 24 jam setelah pengambilan
HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
Rohsiswatmo R. Update in neonatal infection. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. 2005. hlm 92-98
77
Transfusi Tukar
Volume darah yang dibutuhkan:
— 2 x volume total darah bayi + 75 – 100 ml untuk “priming the tubing”
agar dapat menggantikan 90% dari volume darah yang bersirkulasi
— Volume darah bayi : 80-85 ml/kgBB
— Volume darah bayi prematur : 100 ml/kgBB
Metode:
— “Isovolumetric exchange : A. dan V. umbilikalis
— “Two-site” : A. umbilikalis dan vena perifer
A. perifer dan vena umbilikas
— “Push-pull” : A.umbilikalis saja atau vena umbilikalis
HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
Rohsiswatmo R. Update in neonatal infection. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. 2005. hlm 92-98
78
79
Pemberian Intravenous Immune Globulin (IVIG)
— Untuk memberikan antibodi spesifik yang berguna pada proses
opsonisasi dan fagositosis organisme bakteri
— Untuk mengaktivasi komplemen serta proses kemotaksis neutrofil
pada neonatus
— Manfaat pemberian IVIG sebagai tatalaksana tambahan pada
penderita sepsis neonatal masih bersifat kontroversi
— Pemberian IVIG terbukti memiliki keuntungan untuk mencegah
kematian dan kerusakan otak bila diberikan pada sepsis
neonatorum onset dini
— Dosis yang dianjurkan adalah 500-750mg/kgBB IVIG dosis tunggal
Andersen-Berry, AL. Available in: www.emedicine.com. cited at December 13th 2006
Jenson HB, Pollock BH. American Academic of Pediatrics 1997; 99(2)
80
Pemberian Steroid
— Pemberian kortikosteroid pada pasien sepsis lebih ditujukan untuk
mengatasi kekurangan kortisol endogen akibat insufisiensi renal
— Kortikosteroid dosis rendah bermanfaat pada syok sepsis ®
memperbaiki status hemodinamik, memperpendek masa syok,
memperbaiki respons terhadap katekolamin, dan meningkatkan
survival
— Dosis Hidrokortison: 2 mg/kgBB/hari
HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
Seri I, Tan R, Evans J, et al. Pediatrics 2001;107:1070-1074
81
Infeksi Jamur
— Infeksi berkepanjangan, penggunaan antibiotik spektrum luas
dan kortikosteroid jangka panjang
— Faktor risiko terjadinya infeksi jamur adalah:
— Bayi berat lahir rendah
— Penggunaan antibiotik dan kortikosteroid jangka panjang
— Nutrisi Parenteral Total
— Infeksi aliran darah sebelumnya
— Necrotizing enterocolitis (NEC)
infeksi jamur
Rohsiswatmo R. Paediatrica Indonesiana, Vol. 46, No. 1-2 • January - February 2006
82
Infeksi Jamur
• Gejala dan tanda klinis infeksi jamur sistemik pada neonatus
bervariasi dan tidak khas (sangat mirip dengan sepsis bakteri)
ü Suhu tidak stabil
üPerubahan perilaku
ü Kulit
ü Masalah pemberian minum
ü Kardiopulmoner
ü Metabolik
Gomella TL.5th edition. New York: McGraw-Hill Companies. Inc.2004:h.435-6
83
Infeksi Jamur
• Pengobatan Infeksi Jamur
• Amphotericin B IV selama 14-21 hari
dosis terapeutik: 0,25-0,5 mg/kg/hari
• Fluconazol I.V.
dosis terapeutik: 6-12mg/kg/dosis
Neonatal pharmacopoeia 2nd Ed. Pharmacy Departement, The Royal Women’s Hospital, Carlton. 2005
Kejang
Etiologi Kejang Neonatus berdasarkan awitan
dan frekuensi relatif
* Usia postnatal
# Frekuensi relatif kejang di antara
semua etiologi: +++ sangat umum, ++
kurang umum, + tidak umum
(diadaptasi dari JJ Volpe: Neurology
of the Newborn 4th edition. h 190)
Pendekatan Diagnosis
Anamnesis
• Deskripsi lengkap tentang kejang
• Pergerakan mata
• Pergerakan anggota tubuh
• Perubahan warna kulit (mottling atau cyanosis)
• Perubahan fungsi autonomik
• Kesadaran atau saat tidur
• Usia terjadinya kejang
• Neonatus cukup bulan / kurang bulan
Pendekatan Diagnosis
Riwayat antenatal Riwayat perinatal
• Infeksi intrauterin
• Maternal diabetes
• Ketergantungan obat
narkotika
• Peningkatan pergerakan
janin yang tiba-tiba
• Asfiksia perinatal
• Gawat janin
• Penurunan pergerakan janin
• Penggunaan alat dalam persalinan
• Membutuhkan resusitasi
• Nilai Apgar rendah (<3 saat menit ke 5)
• pH abnormal dari umbilikus (≤7), base
deficit (> - 10)
• Penggunaan pudendal block untuk mid-
cavity forcep
Pendekatan Diagnosis
Riwayat asupan makanan Riwayat keluarga
• Tanda-tanda inborn error of
metabolism
• Letargis
• Kurangnya aktifitas
• Drowsiness
• Muntah
• Top feeding dengan susu sapi
• Hipokalsemia awitan
lambat
• Konsanguinitas
• Riwayat kejang di keluarga /
retardasi mental / kematian
janin/neonatus dini
Pemeriksaan fisis
• Tanda vital
• Usia gestasi
• Berat lahir kemungkinan etiologi dari kejang
• Weight-for-age
• Kejang pada bayi sehat cukup bulan à perdarahan
subarachnoid
• Kejang pada bayi besar masa kehamilan à hipoglikemia
• Malformasi yang tampak nyata
• Gambaran dismorfik
Pendekatan Diagnosis
Pendekatan Diagnosis
Pemeriksaan neurologis
• Ubun-ubun membonjol à meningitis, perdarahan intrakranial
• Kesadaran (sadar penuh, drowsy, comatose)
• Tonus otot (hipotoni, hipertoni)
• Pemeriksaan fundus mata (chorioretinitis)
• Hepatomegali, bau urin yang abnormal à inborn error of metabolism
• Ada tidaknya tanda neurocutaneous
• Makula hipopigmentasi/Ash-leaf spot à tuberous sclerosis
Pemeriksaan generalis
Pendekatan Diagnosis
Pemeriksaan wajib Pemeriksaan spesifik
• Gula darah
• Hematokrit
• Bilirubin (jika bayi kuning)
• Elektrolit serum (Na, Ca, Mg)
• Gas darah
• Anion gap
• Cairan serebrospinal
• USG kepala
• EEG
• Untuk neonatus yang tidak
respons dengan kombinasi
fenobarbital dan fenitoin
• Radio imaging (CT, MRI)
• Skrining infeksi kongenital
(TORCH, VDRL)
• Skrining metabolik untuk
inborn error of metabolism
Pemeriksaan Penunjang
Dampak Kejang
• Hypoventilation / apnea à
• Hypoxia à cardiovascular collapse, diminished cerebral blood flow
• Hypercarbia
• Tekanan darah meningkat à CBF meningkat, risiko perdarahan
intraserebral
• Glikolisis meningkat à hipoglikemia
• Excitatory amino acid
Tata laksana
• Menjamin ventilasi dan perfusi adekuat
• Rawat bayi dalam lingkungan thermoneutral dan pastikan ABC
• Berikan oksigen, pasang infus, loading cairan
• Indikasi intubasi :
§ Depresi napas akibat pemberian antikonvulsan
§ Kejang yang tidak teratasi à knock down
Tata laksana
• Koreksi hipoglikemi dan hipokalsemi
• Bila tidak ada fasilitas memeriksa GDS à beri bolus Dekstrose 10% 2
mL/kg, diikuti infus kontinu 6-8 mg/kg/menit
• Bila hipoglikemi sudah disingkirkan / diterapi à masih kejang àCa
glukonas 10% IV 2 mL/kg drip 20 menit. Bila terbukti hipokalsemi,
setelah loading dose berikan maintenance 8 mL/kg/hari selama 3 hari
• Bila kejang masih berlangsung setelah koreksi kalsium à beri 0,25
mL/kg MgSO4 50% IM / IV
Tata laksana
• Terapi kejang elektrik lebih penting dari kejang klinis
• Pemberian antikonvulsan bila :
§ Kejang menetap > 3 menit
§ Kejang yang sering > 3 dalam 1 jam
§ Kejang mengganggu fungsi vital
• Lama terapi antikonvulsan tergantung etiologi yang
mendasari
Kejang vs Jitteriness
Prognosis dari Kejang Neonatus
• Faktor penentu dari prognosis neurologis yang penting adalah
proses neuropatologis yang mendasari
Penyakit Neurologis
Perkembangan
Normal (%)^
Hypoxic-ischemic encephalopathy 50
Perdarahan intraventricular hebat dengan PVH infarction 10
Perdarahan subarachnoid primer
Hipokalsemia
Awitan dini
Awitan Lambat
50
100
Hipoglikemia 50
Meningitis bakterial 50
Gangguan perkembagan 0
Terminologi Diagnosis Neonatus
Berdasarkan usia gestasi
• Term/neonatus cukup bulan (NCB) :
≥37 minggu
• Preterm/neonatus kurang bulan
(NKB) <37 minggu
• Late preterm : 34-<37 minggu
• Moderate preterm : 32-<34 minggu
• Very preterm : 28-<32 minggu
• Extreme preterm : <28 minggu
Terminologi Diagnosis Neonatus
Berdasarkan berat badan lahir
1. Low birth weight (LBW) / Berat lahir rendah (BBLR) : <2500 g
2. Very low birth weight (VLBW)/ Berat lahir sangat
rendah (BBLSR)
: <1500 g
3. Extremely low birth weight (ELBW) / Berat lahir
amat sangat rendah (BBLASR)
: <1000 g
Kesesuaian BB dengan Masa
Kehamilan
• LGA : Large for gestasional age /
BMK : Besar masa kehamilan
• AGA : appropriate for gestational age/
SMK : Sesuai masa kehamilan
• SGA : small for gestationa age/
KMK : Kecil masa kehamilan
• IUGR : intrauterine growth retardation/
PJT : Pertumbuhan Janin Terhambat
Kesesuaian BB dengan Masa
Kehamilan
• NCB SMK
• NCB KMK
• NCB BMK
• NKB SMK
• NKB KMK
• NKB BMK
• NLB SMK
• NLB KMK
• NLB BMK
Penilaian Usia Gestasi :
Skor Ballard
• Disesuaikan dengan perhitungan usia
gestasi berdasarkan USG
• UG berdasarkan USG lebih akurat bila
dilakukan rutin sejak awal kehamilan
Physical maturity
Penilaian Usia Gestasi :
Skor Ballard
Kurva Fenton : Prematur
Perhitungan Usia Neonatus
• Kriteria Neonatus
• Bayi usia 0-28 hari
• Bayi premature dengan PMA <40 minggu
• Bayi premature dengan usia koreksi <1 bulan
• Usia Bayi Prematur
• Usia kehamilan/post menstrual age (PMA)
• Usia kronologis : sejak bayi lahir
• Usia Koreksi : Usia kronologis-prematuritas
(batas aterm 40 minggu)
Resusitasi Neonatus
Persiapan Sebelum Resusitasi
• Edukasi dan persetujuan keluarga
• Konseling antenatal
• Pembentukan dan pengarahan tim resusitasi
• Persiapan alat resusitasi
• Persiapan transportasi dan ruang perawatan
Persiapan Resusitasi :
konseling antenatal
Informasi Antenatal – Intrapartum ibu dan janin
Anggota tim resusitasi
Persiapan Alat Resusitasi BBL
Airway
• Airway Box
• Stetoskop
• Suction dan
selang
Breathing
• Pompa/T-Piece
resuscitator
• Sungkup
• Oksigen
• Oksimeter
Circulation
• UVC kit
• Epinefrin
• NaCl 0,9%
Thermo Regulator
• Infant warmer
• plastik
Alur resusitasi Neonatus
Alur resusitasi Neonatus
Fase Transisi
• Janin kekurangan O2 pada periode awal
usana bernapas
• Denyut jantung turun, tensi tetap
• Bayi bereaksi terhadap rangsang taktil
Apnea Primer
• Kekurangan O2 berlangsung à bayi
berusaha nafas (megap-megap)
• Denyut jantung turun, tensi turun
• Tidak bereaksi terhadap rangsang taktil
Apnea Sekunder
Atur Posisi dan Bersihkan Jalan Napas
• Atur Posisi bayi agar jalan napas terbuka
• Penghisapan dilakukan pada Mulut dan Hidung
Alur resusitasi Neonatus
Ventilasi Tekanan Positif
• Balon mengembang sendiri (BMS)
• Balon tidak mengembang sendiri (BTMS)
VTP dengan T-Peace Resusitator
• VTP dilakukan dengan tekanan
puncak inspirasi 25 sd 30
cmH2O
• Tekanan akhir ekspirasi 5
CmH2O
Memilih dan memegang sungkup
VTP Efektif
• Ventilasi diberikan dengan
frekuensi 40-60x/menit
• Efektif Ditandai oleh :
• Dada Mengembang
• Denyut jantung meningkat/membaik
• Saturasi oksigen membaik
Alur resusitasi Neonatus
Continous Positive Airway
Pressure (CPAP)
• Udara tekanan positif terus menerus PEEP 7 cmH2O
• Observasi
• Jika masih retraksi PEEP 8 CmH2O
Memberikan Ventilasi
dengan CPAP
Memberikan Ventilasi
dengan CPAP
Single Nasal Prong untuk
pemberian CPAP
Alur resusitasi Neonatus
• Bayi yang dapat bernapas tapi mengalami sianosis sentral à Free
flow oxygen
Kebutuhan Oksigen
Target saturasi 88%-92%, Bukan 100%
à hindari pemberian O2 berlebihan
Dampak toksisitas oksigen : retinopati,
necrotizing entero colitis, BPD
Alur resusitasi Neonatus
Indikasi memulai kompresi dada
• Laju denyut jantung <60x/menit walaupun VTP telah diberikan secara adekuat
selama 30 detik
• 1 sikulus 3 kompresi dan 1 ventilasi dalam 2 detik
• Frekuensi : 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit
Pemberian obat melalui vena
umbilikalis
Pemberian obat melalui vena
umbilikalis
• Berikan epinefrin sambil melanjutkan kompresi dada dan ventilasi
Epinefrin
• Meningkatkan kontraksi jantung
• Konstriksi perifer meningkatkan
darah ke arteri coroner dan otak
• Dosis 0,1-0,3 ml/kg larutan 1:10.000
(0,01-0,03 mg/kg)
NaCl 0,9%
• Pada solusio plasenta, plasenta
previa, dan yang menyebabkan
kehilangan darah tali pusat lainnya
dapat menyebabkan kondisi syok
hipovolemik
• Dosis NaCl 10 mL/kg IV selama 15
menit (bila cukup bulan) – 30 menit
(prematur)
Jika Sudah stabil transport
pasien Ke NICU
• Upayakan pasien Warm, Sweet, Pink :
• Suhu tubuh 36-37
• Sirkulasi dan respirasi baik (tidak pucat atau
tidak biru)
• Kadar gula darah normal
Paca Resusitasi
Resusitasi (ABCD)
Sugar + Safe Care
Temperature
Airway
Blood Pressure
Lab work
Emotional Support
S.T.A.B.L.E
• Target GDS 50-110 mg/dL
• Cairan Rumatan :
• Dekstrose 10% atau ditambah elektrolit/mineral
sesuai indikasi
• Dekstrose 10%, protein, Lipid sesuai indikasi
• Total cairan diberikan sesuai kebutuhan/hari
• Hindari penggunaan dengan hitungan
“tetesan”
• Gunakan syringe pump dan infus pump
Sugar
Kebutuhan Cairan Neonatus
Kebutuhan Cairan Neonatus
Kebutuhan Cairan Neonatus
S.T.A.B.L.E
• Pertahankan suhu tubuh normal : 36,5-37,5
• Ukur suhu di aksila bayi secara berkala
• Menggunakan radiant warmer, untuk bayi
<1500 gram menggunakan plastik
• Menggunakan inkubator saat transport maupun
ruang rawat
• Inkubator dengan humidifikasi terutama bayi
<32 minggu dgn mode “neutral thermal
environtment” dan disetting sesuai usia dan BB
pasien
Temperatur
S.T.A.B.L.E
• Penilaian usaha napas
• Usaha napas
• Auskultasi suara napas
• Laju napas
• Kebutuhan oksigen
• Saturasi oksigen
• Kembang dada
• Tanda pneumotoraks
Airway
Skor Downe
Tahapan Penggunaan Alat Bantu
Napas
LFN : low flow nasal kanul
HFN : high flow nasal kanul
CPAP : continuous Positive Airway Pressure
NIPPV : Nasal Intermittent Positive Pressure
Ventilation
Nasal HFO : Nasal high-frequency oscillation
CMV : Conventional mechanical ventilation
HFOV : High-frequency oscillatory ventilation
Dekompresi Lambung
• Bayi yang dipasang alat bantu
napas, lakukan dekompresi
lambung dengan
pemsasangan feeding
tube/OGT 8-10 Fr
S.T.A.B.L.E
• Penilaian sirkulasi :
• warna kulit merah/tidak sianosis
• Akral tidak dingin
• CRT <3detik
• LDJ>100x/menit
• Pulsasi nadi perifer kuat
• TD normal sesuai gestasi
Blood Pressure
• Pasang monitor dengan cuff manset
sesuai, pantau tanda vital dan balans
diuresis (timbang popok/pasang
kateter)
S.T.A.B.L.E
• Pemeriksaan laboratorium dilakukan
dalam 1 jam :
• Analisis Gas darah
• Darah lengkap
• Kultur darah
• Gula darah
• Sesuaikan dengan Riwayat
resusitasi, faktor risiko, klinis bayi
• Berikan antibiotic segera dalam 1
jam bila dicurigai sepsis
Pemeriksaan Laboratorium
Analisis gas darah neonatus
• Dilakukan 1 jam pertama setelah
pemakaian alat bantu napas
• Lokasi: arteri umbilikal, pembuluh darah
arteri (radialis), infus arterial line
• Diulang bila:
• Setelah perubahan setting alat bantu
napas
• Hasil sebelumnya tidak “acceptable”
• Asidosis metabolik pasca koreksi •
• Sesuai indikasi
S.T.A.B.L.E.
• Sampaikan informasi terkait kondisi
bayi dan rencana Tindakan yang akan
dilakukan
• Izinkan ibu/ayah melihat bayi
• Berikan kesempatan keluarga untuk
bertanya
• Libatkan orang tua dalam pengambilan
keputusan terhadap intervensi yang
akan dilakukan
Emotional Support

More Related Content

Similar to 9. Emergensi pada Neonatus.pdf

Menyusui bagi anak (page15)
Menyusui bagi anak (page15)Menyusui bagi anak (page15)
Menyusui bagi anak (page15)
REISA Class
 
Penanganan Awal dan Rujukan pada Ibu Hamil dengan kasus kegawatdaruratan.ppt
Penanganan Awal dan Rujukan pada Ibu Hamil dengan kasus kegawatdaruratan.pptPenanganan Awal dan Rujukan pada Ibu Hamil dengan kasus kegawatdaruratan.ppt
Penanganan Awal dan Rujukan pada Ibu Hamil dengan kasus kegawatdaruratan.ppt
rosalindipan
 
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm WebGawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
msholehkosim
 
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm WebGawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
msholehkosim
 

Similar to 9. Emergensi pada Neonatus.pdf (20)

Rkik1
Rkik1Rkik1
Rkik1
 
Rkk1
Rkk1Rkk1
Rkk1
 
PPT Metabolisme Bilirubin.pptx
PPT Metabolisme Bilirubin.pptxPPT Metabolisme Bilirubin.pptx
PPT Metabolisme Bilirubin.pptx
 
Gestational Diabetes - Keadaan Berkaitan Dengan Kehamilan
Gestational Diabetes - Keadaan Berkaitan Dengan KehamilanGestational Diabetes - Keadaan Berkaitan Dengan Kehamilan
Gestational Diabetes - Keadaan Berkaitan Dengan Kehamilan
 
Bblr
BblrBblr
Bblr
 
Menyusui bagi anak (page15)
Menyusui bagi anak (page15)Menyusui bagi anak (page15)
Menyusui bagi anak (page15)
 
Asuhan neonatus, bayi, dan balita
Asuhan neonatus, bayi, dan balitaAsuhan neonatus, bayi, dan balita
Asuhan neonatus, bayi, dan balita
 
Hiperbilirubinemia rafika - p.17420110024
Hiperbilirubinemia   rafika - p.17420110024Hiperbilirubinemia   rafika - p.17420110024
Hiperbilirubinemia rafika - p.17420110024
 
Penanganan Awal dan Rujukan pada Ibu Hamil dengan kasus kegawatdaruratan.ppt
Penanganan Awal dan Rujukan pada Ibu Hamil dengan kasus kegawatdaruratan.pptPenanganan Awal dan Rujukan pada Ibu Hamil dengan kasus kegawatdaruratan.ppt
Penanganan Awal dan Rujukan pada Ibu Hamil dengan kasus kegawatdaruratan.ppt
 
hiperbilirubinemia
hiperbilirubinemiahiperbilirubinemia
hiperbilirubinemia
 
Modul 2 kulit kuning GEH
Modul 2 kulit kuning GEHModul 2 kulit kuning GEH
Modul 2 kulit kuning GEH
 
Ikterus neonatorum
Ikterus neonatorumIkterus neonatorum
Ikterus neonatorum
 
Penyulit Neonatus BAHAN TUGAS (1).pdf
Penyulit Neonatus BAHAN TUGAS (1).pdfPenyulit Neonatus BAHAN TUGAS (1).pdf
Penyulit Neonatus BAHAN TUGAS (1).pdf
 
Askep hyperbilirubinemia
Askep hyperbilirubinemiaAskep hyperbilirubinemia
Askep hyperbilirubinemia
 
Gadar maternal neo
Gadar maternal neoGadar maternal neo
Gadar maternal neo
 
Ikterus
IkterusIkterus
Ikterus
 
PPT KEL 5 GADAR HIPOGLIKEMI, BU EVRINA.pptx
PPT KEL 5 GADAR HIPOGLIKEMI, BU EVRINA.pptxPPT KEL 5 GADAR HIPOGLIKEMI, BU EVRINA.pptx
PPT KEL 5 GADAR HIPOGLIKEMI, BU EVRINA.pptx
 
Ikterus Neonatus
Ikterus NeonatusIkterus Neonatus
Ikterus Neonatus
 
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm WebGawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
 
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm WebGawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
 

Recently uploaded

materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
PrajaPratama4
 
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptxPENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
sandiharyanto
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
PutriKemala3
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Halo Docter
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
cheatingw995
 
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 

Recently uploaded (20)

High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxPRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
 
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptxPENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
 
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptxTata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
 
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatEPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptxAsuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
 
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptxCRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
 
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 

9. Emergensi pada Neonatus.pdf

  • 1. Emergency pada Neonatus Masalah Umum Bayi Baru Lahir Keseluruhan isi pada dokumen ini merupakan hak cipta dari Asclepio
  • 3. Hiperinsulin • Neonatus dari ibu penderita diabetes • Besar masa kehamilan (BMK) • Neonatus dengan eritroblas fetalis, Sindrom Beckwith- Siedemann, dan Nesidioblastosis/ adenoma pankeratik • Malposisi kateter arteri umbilikalis • Ibu yang mendapat terapi tokolitik • Setelah (pasca) transfusi tukar Penurunan Produksi/ Simpanan Glukosa • Prematur • IUGR • Asupan kalori tidak adekuat • Penundaan pemberian asupan Peningkatan Pemakaian atau Penurunan Produksi Glukosa • Sepsis • Syok • Asfiksia • Hipotermi • Distress pernapasan • Pasca Resusitasi • Defek matabolisme karbohidrat dan/atau asam amino • Defisiensi Endokrin • Polisitemia • Ibu yang mendapat terapi B- blocker / steroid Etiologi
  • 4. Gejala Hipoglikemia • Tremor, Jitteriness (Gerakan tidak beraturan) • Iritabilitas • Hipotonia, Letargi • High-pitched cry (melengking), tangisan lemah • Hipotermia • Refleks hisap lemah • Takipnea • Sianosis • Apnea • Kejang • Beberapa bayi tanpa gejala
  • 9. Pemantauan • Hipoglikemi umumnya pulih dalam 3 hari, apabila terjadi >7 hari perlu konsultasi dan pemeriksaan lebih lanjut • Bila ibu DM, perlu skrining / uji tapis DM utk bayi • Bila bayi menderita DM (Juvenile diabetes melitus) konsultasikan ke endokrin anak • Memantau kadar glukosa darah terutama 48 jam pertama • Semua neonatus berisiko tinggi
  • 10. Hipoglikemia Refrakter • Kebutuhan Glukosa >2 mg/kg/menit à ada hiperinsulinisme • Perbaiki dengan : • Hidrokortison 5 mg/kg IV setiap 12 jam • Glukagon 200 µg IV (segera atau infus berkesinambungan 10 µg/kg/jam) • Diazoxid 10 mg/kg/hari setiap 8 jam menghambat sekresi insulin pankreas
  • 12. Jaundice (Iketerus) • Ditandai dengan diskolorasi kuning pada kulit dan mukosa pada kadar Bilirubin serum total (BST) ≥5 mg/dL (86µmol/L) 1. Inkompatibilitas darah ibu dan bayi 2. Infeksi : TORCH, sepsis 3. Perdarahan tertutup (trauma lahir) 4. Obat – obatan : ibu : diazepam, oxytocin, pada bayi : erytromicin, chloramphenicol, sulfa 5. Polisitemia 6. Prematuritas 7. Riwayat hiperbilirubin pada anak sebelumnya Faktor Risiko
  • 13. Indirek (unconjugated) • Tidak larut dalam air • Berikatan dengan albumin untuk transport • Komponen bebas larut dalam lemak • Komponen bebas bersifat toksik untuk otak Direk (conjugated) • Dapat larut dalam air • Tidak larut dalam lemak • Tidak toksik untuk otak • Penumpukan di dalam hati menjadi kolestasis dapat menjadi sirosis hepatis Metabolisme Bilirubin
  • 14. Ikterus Fisiologis pada Neonatus • Meningkatnya produksi bilirubin • Jumlah sel darah merah yang lebih tinggi • Umur sel darah merah lebih singkat à turn over lebih cepat • Penurunan ekskresi bilirubin • Penurunan uptake dalam hati • Penurunan konyugasi oleh hati • Peningkatan sirkulasi enterohepatik Ekskresi bilirubin membaik setelah 1 minggu
  • 15. Ikterus Fisiologis 0 2 4 6 8 10 12 14 hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7 fisiologis
  • 16. Hiperbilirubin pada bayi prematur • Disebabkan oleh • Jumlah eritrosit lebih banyak • usia eritrosit lebih singkat • sel hati yang masih imatur • uptake dan konyugasi lebih lambat • sirkulasi enterohepatik ↑ (masukan oral yang tertunda dan kolonisasi bakteri yang terhambat) Lebih sering, Lebih berat, Lebih lama
  • 17. Ikterus Non Fisiologis • Awitan dimulai sebelum usia 24 jam • Tingkat kenaikan > 0,5 mg/ dL/ jam • Kadar bilirubin terkonjugasi >2 mg/dL • Ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice) • > 8 hari pada bayi cukup bulan • > 14 hari pada bayi prematur • Tanda-tanda penyakit lain
  • 18. Riwayat : • Golongan darah ibu tidak sesuai dengan golongan darah bayi • Usia kehamilan <37 minggu • Kesulitan menyusui/pemberian ASI eksklusif • Trauma lahir yang nyata • Ras Asia • Kakaknya juga mengalami ikterus yang nyata • Ikterus pada 24 jam kehidupan pertama • Kadar bilirubin sebelum bayi pulang berada pada kelompok bayi yang berisiko tinggi Faktor Risiko
  • 19. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Breastfeeding Jaundice • Ikterus karena kekurangan ASI • Umumnya timbul pada hari ke 2 atau 3 saat peoduksi ASI belum banyak Breast-milk Jaundice • Ikterus karena ASI • Bilirubin terus naik pada hari ke 4. bila ASI dihentikan bilirubin turun drastis dalam 48 jam • Bila ASI diberikan kembali, bilirubin akan naik namun tidak setinggi sebelumnya
  • 20. • Pemeriksaan fisik: • Berat lahir • Tingkat ikterus • Pucat • Aktivitas • Hepatosplenomegali • Memar, Sefalhematoma Pemeriksaan Fisis • Laju Cephalocaudal • Wajah 5 mg/ dL (kurang lebih) • Dada atas 10 mg/ dL (kurang lebih) • Abdomen dan paha atas 15 mg/ dL ( kurang lebih) • Telapak kaki 20 mg/ dL ( kurang lebih) • Pemeriksaan secara visual kurang akurat
  • 21. Bilirubinometer Transkutan •Pengukuran cukup akurat pada Sebagian besar bayi dengan TSB < 15mg/ dL. •Tidak bergantung pada usia, ras, dan berat badan BBL •Berguna sebagai alat penapisan •Tidak akurat setelah terapi sinar
  • 22.
  • 23. Pemeriksaan Penunjang • Bilirubin serum total • Bilirubin direk dianjurkan periksa bila ikterus menetap >2 minggu/ curiga kolestasis • Darah perifer lengkap dan gambaran apusan darah tepi • Golongan darah, resus, dan direct Coomb’s test dari ibu dan bayi • Kadar albumin (pada BBLR) • Kadar enzim G6PD • Bila ikterus berkepanjangan : uji fungsi hati, urinalisa, kelainan atau infeksi kongenital
  • 25. Nomogram untuk penentuan risiko berdasarkan kadar bilirubin serum spesifik berdasarkan waktu pada saat bayi pulang
  • 26. Kemampuan prediktif dari Bilirubin Serum Spesifik Diagnosis hiperbilirubinemia pada bayi diatas 35 minggu adalah kadar diatas persentil-95. • 24 jam: ≥ 8 mg/ dL (137 µM/ L) • 48 jam: ≥ 14 mg/ dL (239 µM/ L) • 72 jam: ≥ 16 mg/ dL (274 µM/ L) • 84 jam: ≥ 17 mg/ dL (290 µM/ L) Bilirubin Serum Spesifik berdasarkan Waktu
  • 27. Komplikasi Hiperbilirubin • Efek neurotoksin: gangguan konduksi saraf, khususnya pada saraf pendengaran • Bi menghambat ambilan Tirosin (petanda transmisi sinaptik) • Bi menghambat fungsi kanal ion • Ensefalopati Bilirubun Akut • Manifestasi akut dari toksisitas bilirubin, terlihat pada minggu-minggu pertama kehidupan • Kernikterus • Sekuel klinis toksisitas bilirubin yang kronik dan permanen
  • 28. Terapi Sinar • Panjang gelombang cahaya yang mempengaruhi metabolisme bilirubin : 450 sampai 460 nm • Gelombang sinar biru: 425 sampai 475 nm • Gelombang sinar putih: 380 sampai 700 nm
  • 29.
  • 30. Terapi Sinar Intensif • Sumber cahaya: cahaya alami siang hari, cahaya putih, cahaya biru, neon fluoresen biru khusus, lampu halogen tungten, selimut serabut optik, dioda yang memancarkan cahaya galium nitrida. • Jarak dari cahaya: cahaya fluoresen harus berada sedekat mungkin 9 sampai 10 cm dari bayi), sinar halogen dapat menyebabkan panas berlebihan • Daerah permukaan: maksimal, lepas semua pakaian kecuali popok, popok juga dapat dilepas • Berkala versus terus menerus • Perhatikan hidrasi
  • 31. Pedoman terapi Sinar pada bayi usia gestasi ≥35 minggu
  • 32. Komplikasi terapi sinar • Komplikasi bermakna jarang sekali terjadi • Pemisahan ibu dengan bayi • Peningkatan insensible water loss dan dehidrasi pada bayi prematur • Sindrom bronze-baby (bayi dengan ikterus kolestatik)
  • 34. • Gagal jantung • Hipoglikemia, hiperkalemia, hipokalsemia, toksisitas sitrat • Emboli udara • Trombositopenia • Sepsis bakteri • Penyakit virus yang ditularkan melalui transfusi • Enterokolitis nekrotikans • Trombosis vena porta Komplikasi Transfusi Tukar
  • 35. Pemantauan bayi dengan hiperbilirubinemia • Cari gejala kemungkinan adanya kernikterus • Periksa kemungkinan adanya tuli sensorineural • Pantau kenaikan kadar bilirubin direk, bila > 2mg/dL • Periksa warna feses • Periksa tumbuh kembang
  • 36. Pencegahan Hiperbilirubinemia Pencegahan primer • Pemberian ASI dini dan sering • Menghindari pemberian suplementasi air atau air gula pada bayi-bayi yang menyusu yang tidak dehidrasi Pencegahan sekunder • Bila golongan darah ibu O atau ibu adalah Rh-negatif, perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat. • Apabila bayi dipulangkan sebelum 72jam cek bilirubinnya sebelum pulang. Apabila kadar bilirubinnya mendekati kadar berisiko, bayi diminta kontrol lebih cepat.
  • 38. Distress Napas/ Gawat Napas • Sianosis • Apneu berat • Stridor • Kesulitan bernapas (gasping) • Retraksi dada yang berat • Perfusi buruk (syok)
  • 39. Pemeriksaan • Rontgen Dada • Analisis gas darah arteri • Pemeriksaan darah tepi lengkap • Pemeriksaan kadar glukosa • Kultur darah
  • 40. Tatalaksana Awal • Siapkan alat dan tim resusitasi • stabilisasi airway, breathing, dan circulation • Tangani penyebab gawat napas • Gunakan CPAP • Hindari pemaparan oksigen yang tidak perlu • Berikan antibiotik sampai kemungkinan sepsis dapat disingkirkan
  • 41. Penyebab Umum Gawat Napas • Transient tachypnea of the newborn (TTN) • Penyakit Membran Hialin (HMD) • Sindrom aspirasi Mekonium (MAS) • Air leak syndrome • Pneumonia • Penyakit jantung bawaan
  • 42. Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) • Suatu penyakit ringan pada neonatus yang mendekati cukup bulan atau neonatus cukup bulan yang mengalami takipnea (>80x/menit) segera setelah lahir dan hilang dengan sendirinya dalam waktu 3-5 hari • Neonatus mungkin juga merintih, napas cuping hidung, mengalami retraksi dada dan mengalami sianosis.
  • 43. Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) Faktor Risiko • Bedah Saesar sebelum ada kontraksi • Makrosomia • Jenis kelamin laki-laki • Partus lama • Sedasi ibu berlebihan • Skor APGAR rendah (1 menit <7) Rontgen Dada Garis pada perihilar, kardiomegali ringan, peningkatan volume paru, cairan pada fissura minor, dan umumnya ditemukan cairan pada rongga pleural
  • 44. Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) Umum: • Pemberian oksigen dalam jumlah berlebihan • Pembatasan cairan • Pemberian asupan setelah takipnea membaik Konfirmasi diagnosis dengan menyisihkan penyebab-penyebab takipnea lain seperti pneumonia, penyakit jantung kongenital dan hiperventilasi serebral.
  • 45. Penyakit Membran Hialin • Penyakit membran hialin juga dikenal sebagai sindrom gawat napas. Kondisi ini biasanya terjadi pada bayi prematur. • HMD terjadi pada sekitar 25% neonatus yang lahir pada usia kehamilan 32 minggu. Insidens meningkat dengan semakin prematurnya neonatus
  • 46. Penyakit Membran Hialin Kesulitan bernapas yang terlihat mencakup: • Takipnea yang meningkat (> 60/menit) • Retraksi dada • Sianosis pada udara kamar yang menetap atau progresif lebih dari 24-48 jam pertama kehidupan • Foto rontgen yang khas menunjukkan adanya pola retikulogranular seragam dan bronkogram udara. • Menurunnya udara yang masuk • Grunting
  • 47. Penyakit Membran Hialin • Risiko berkurang apabila ada • Stres intrauterin kronis • Ketuban Pecah Dini dalam waktu lama • Hipertensi ibu • Pemakaian narkotik • Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau kecil untuk masa kehamilan (KMK) • Kortikosteroid – Prenatal
  • 48. Penyakit Membran Hialin Pemeriksaan untuk HMD (RDS) • Pemeriksaan Laboratorium: • Gas darah: mengungkap adanya hipoksia, hiperkarbia, asidosis • Gambaran darah lengkap dan biakan darah diperlukan untuk menyisihkan kemungkinan infeksi • Kadar glukosa darah biasanya rendah
  • 49. Penyakit Membran Hialin Tatalaksana : • Umum • Pengaturan Suhu • Cairan parenteral • Antibiotik • Pemantauan • Penggunaan CPAP • Bila 2 AGD berturut-turut dengan jeda 20 menit hasilnya • PH <7,2 atau PO2 <40 mmHg, atau PCO2 >60 mmHg, Defisit basa >-10 • FiO2 >60% maka pertimbangkan Intubasi dan ventilasi mekanik
  • 50. Sindrom Aspirasi Mekonium (MAS) • Gawat napas yang bersifat sekunder akibat aspirasi mekonium oleh fetus dalam uterus atau oleh neonatus selama proses persalinan dan kelahiran. • Aspirasi meconium dapat menyebabkan sumbatan jalan napas, inflamasi berat, hipertensi pulmonal, dan aktivasi trombosis • Bayi yang bertahan hidup mungkin akan menderita displasia bronkopulmonari dan sekuele neurologis
  • 51. Sindrom Aspirasi Mekonium (MAS) Faktor Risiko • Kehamilan lebih bulan • Hipertensi maternal • Denyut jantung janin abnormal • Profil biofisis ≤6 • Pre-eclampsia • Ibu penderita diabetes • KMK • Korioamnionitis Presentasi Klinis MAS • Air ketuban bercampur mekonium sebelum kelahiran • Pewarnaan kuning oleh mekonium pada neonatus setelah lahir. • Gagal pernapasan yang mengarah pada peningkatan diameter anteroposterior dada • Persistent pulmonary hypertension of the newborn (PPHN).
  • 52. Sindrom Aspirasi Mekonium (MAS) • Pemeriksaan Laboratorium • AGD • Kultur darah dan CBC
  • 53. Sindrom Aspirasi Mekonium (MAS) Pencegahan • Prenatal : identifikasi risiko tinggi, pantau DJJ selama persalinan • Saat persalinan : pengisapan oropharynx sebelum melahirkan bahu, visualisasi pita suara dan pengisapan trakea apabila bayi tidak bernapas Tata Laksana Umum • Mengosongkan isi lambung untuk menghindari aspirasi lebih lanjut • Koreksi abnormalitas metabolik, misalnya hipoksia, asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia dan hipotermia. • Pemantauan untuk melihat kerusakan pada organ lain (otak, ginjal, jantung dan hati). Tata Laksana Pernapasan • Pengisapan dan vibrasi dada dengan frekuensi yang sering • Pulmonary toilet untuk menghilangkan mekonium residual jika diintubasi • Cakupan antibiotik (ampicillin dan gentamicin) • Gunakan CPAP
  • 54. Sindrom Kebocoran Udara • Sindrom kebocoran udara (pneumomediastinum, pneumothorax, pulmonary interstitial emphysema dan pneumopericardium) didasari oleh distensi saccus alverolaris atau saluran napas terminal yang berlebihan akan menyebabkan pada kerusakan integritas saluran napas yang mengakibatkan penyebaran udara ke rongga di sekitarnya • Paling sering ditemui pada neonatus dengan penyakit paru yang pernapasannya dibantu ventilator tapi bisa juga terjadi secara spontan
  • 55. Sindrom Kebocoran Udara Faktor Risiko • Spontan 0,5% • Bantuan ventilator 15-20% • CPAP 5% • Pewarnaan kuning oleh mekonium / aspirasi mekonium • Terapi surfaktan • Upaya keras resusitasi (ventilasi dengan kantung) Presentasi Klinis MAS • Gawat napas atau kondisi klinis yang tiba-tiba memburuk dan disertai dengan perubahan tanda- tanda vital dan memburuknya gas darah. • Toraks asimetris pada kasus unilateral
  • 56. Sindrom Kebocoran Udara • Diagnosis definitif dari semua sindrom kebocoran udara dibuat berdasarkan pemeriksaan radiografis dengan posisi A-P dan lateral.
  • 57. Sindrom Kebocoran Udara • Tata laksana • Umum • Hindari penggunaan ventilator • Gunakan ventilasi kantung manual dengan hati-hati • Spesifik • Dekompresi kebocoran udara sesuai dengan jenisnya. • Jangan melakukan dekompresi dengan jarum
  • 58. Apnea • Berhentinya pernapasan disertai oleh bradikardia dan/atau sianosis selama lebih dari 20 detik. • Terjadi pada 50-60% bayi permatur • 35% dengan apnea sentral, • 5-10% apnea obstruktif, • dan 15-20% dengan apnea campuran
  • 59. Apnea Faktor Risiko • Hipothermia • Hipoglikemia • Anemia • Hipovolemia • Aspirasi • NEC / Distensi • Penyakit jantung • Penyakit paru • Gastro intestinal reflux • Obstruksi jalan napas • Infeksi, meningitis • Gangguan neurologis
  • 60. Apnea • Terapi Umum • Melakukan stimulasi taktil. • CPAP pada apnea berulang dan memanjang. • Terapi farmakologis (kafein atau theophylline) mungkin diperlukan • Terapi Spesifik • Pengobatan penyebab, jika terindentifikasi, misalnya pengobatan sepsis, hipoglikemia, anemia dan kelainan elektrolit.
  • 62. Gangguan Sirkulasi • Target laju nadi 100- 160x/min • Tekanan darah sesuai dengan usia gestasi
  • 65. Sepsis Neonatorum — Sindrom atau sekumpulan gejala dari respon inflamasi sistemik (SIRS) terhadap proses infeksi pada bulan pertama kehidupan — Systemic inflammatory response syndrome (SIRS) : respons inflamasi sistemik terhadap trauma, luka bakar, pankreatitis dan infeksi — Etiologi à mikroorganisme Early Onset • < 72 jam • berkaitan dengan infeksi vertikal/maternal genital tract Late Onset • ≥ 72 jam • berkaitan dengan infeksi nosokomial / HAI – Hospital Acquired Infection)
  • 67. Gambaran Klinis SSP Letargi, refleks hisap buruk, limp, tidak dapat dibangunkan, poor or high pitch cry, iritabel, kejang Kardiovaskuler Pucat, sianosis, dingin, clummy skin Respiratorik Takipnu, apnu, merintih, retraksi Saluran pencernaan Muntah, diare, distensi abdomen Hematologik Pendarahan, jaundice Kulit Ruam, purpura, pustula
  • 68. Gejala dan tanda klinis non spesifik • Bayi tidak mampu menyusu • Refleks hisap tidak ada/lemah • Temperatur >37,7 OC atau <35,5 OC • Laju napas >60x/menit • Retraksi dada yang berat • Napas cuping hidung • Merintih • Krepitasi • Letargis atau kesadaran menurun • Kejang • Ubun-ubun membonjol • Sianosis • Waktu pengisian kapiler lambat • Keluarnya pus dari telinga • Kemerahan di sekitar umbilikus yang meluas ke kulit
  • 69. 69 — Laboratorium Penunjang — Baku Emas : Kultur Darah à Spesifitas : 96% à Sensitivitas : 82% — Leukositosis (Leukosit > 34.000/µL) — Leukopenia (Leukosit < 5.000/µL) — Netrofil imatur > 10% — Imatur: total neutrofil (IT) Ratio > 0,2 — Trombositopenia < 100.000/µL — CRP > 10mg/dL atau > 2 SD di atas nilai normal — Prokalsitonin > 8,1 mg/dL atau > 2 SD di atas nilai normal — IL-6 or IL-8 > 70 pg/mL — PCR positif Menegakkan Diagnosis Sepsis HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
  • 70. 70 Bila ditemukan dua atau lebih keadaan: • Laju nafas >60x/m dengan/tanpa retraksi dan desaturasi O2 • Suhu tubuh tidak stabil (<36ºC atau >37.5ºC) • Waktu pengisian kapiler > 3 detik • Hitung leukosit <4000x109/L atau >34000x109/L • CRP >10mg/dl • IL-6 atau IL-8 >70pg/ml • 16 S rRNA gene PCR : Positif SIRS Terdapat satu atau lebih kriteria SIRS disertai dengan gejala klinis infeksi SEPSIS Sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal SEPSIS BERAT Sepsis berat disertai hipotensi dan kebutuhan resusitasi cairan dan obat-obat inotropik SYOK SEPTIK Terdapat disfungsi multi organ meskipun telah mendapatkan pengobatan optimal SINDROM DISFUNGSI MULTIORGAN ↓ KEMATIAN Perjalanan Penyakit Infeksi Pada Neonatus
  • 71. 71 Tata Laksana q Eliminasi kuman penyebab merupakan pilihan utama ¨ Terapi suportif (adjuvant) ¨ Inotropik ¨ Nutrisi ¨ Pemberian Produk Darah ¨ Transfusi tukar ¨ Khusus: Steroid ¨ Pemberian imunoglobulin intravena (IVIG) HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
  • 72. 72 Eliminasi Kuman penggunaan antibiotika secara empiris sesuai dengan pola kuman dan resistensi kuman penyebab yang tersering ditemukan di tempat tersebut Segera setelah didapatkan hasil kultur darah, jenis antibiotik disesuaikan dengan kuman penyebab dan pola resistensinya Bila hasil kultur steril dalam 2-3 hari dan bayi secara klinis baik, pemberian antibiotika harus dihentikan HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
  • 73. 73 Inotropik • Pada neonatus inotropik yang sering digunakan: • Dopamin : 2-20 mcg/kg/menit • Dobutamin : 5-20 mcg/kg/menit, mulai dengan 5 mcg/kg/menit, bila perlu dapat ditingkatkan setelah 10 menit • Epinephrine : 0,05-1 mcg/kg/menit
  • 74. 74 Nutrisi Sepsis merupakan keadaan stress : hipermetabolisme, hiperglikemia, resistensi insulin, lipolisis, dan katabolisme protein •Minimal 50% dari energy expenditure bayi sehat harus dipenuhi atau minimal 60 kal/kg/hari •Kebutuhan Protein : 2,5-4 g/kg/hari •Kebutuhan Karbohidrat : 8,5-10 g/kg/hari •Kebutuhan Lemak : 1 g/kg/hari dianjurkan untuk tidak memberikan nutrisi enteral pada 24-48 jam pertama. Pemberian nutrisi enteral diberikan setelah bayi lebih stabil (suhu, ventilasi dan sirkulasi) HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum
  • 75. 75 Produk Darah • Pada bayi dengan sepsis, pemberian Fresh Frozen Plasma (FFP) biasanya diberikan apabila ditemukan gangguan koagulasi (Disseminated Intravascular Coaagulation/DIC) HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum Weiss MD.;. Burchfield DJ. NBIN 2004, 4 (1): 46-50
  • 76. 76 Transfusi Tukar • Prosedur untuk menukarkan sel darah dan plasma resipien dengan sel darah merah dan plasma donor • Memutuskan rantai inflamasi sepsis dan memperbaiki keadaan umum • Darah yang digunakan: • Whole blood • Segar (optimalnya < 3 hari, max 5 – 7 hari), Bebas CMV • Ht minimal 45 – 50%, Antikoagulan = CPD • Gunakan £ 24 jam setelah pengambilan HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum Rohsiswatmo R. Update in neonatal infection. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. 2005. hlm 92-98
  • 77. 77 Transfusi Tukar Volume darah yang dibutuhkan: — 2 x volume total darah bayi + 75 – 100 ml untuk “priming the tubing” agar dapat menggantikan 90% dari volume darah yang bersirkulasi — Volume darah bayi : 80-85 ml/kgBB — Volume darah bayi prematur : 100 ml/kgBB Metode: — “Isovolumetric exchange : A. dan V. umbilikalis — “Two-site” : A. umbilikalis dan vena perifer A. perifer dan vena umbilikas — “Push-pull” : A.umbilikalis saja atau vena umbilikalis HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum Rohsiswatmo R. Update in neonatal infection. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. 2005. hlm 92-98
  • 78. 78
  • 79. 79 Pemberian Intravenous Immune Globulin (IVIG) — Untuk memberikan antibodi spesifik yang berguna pada proses opsonisasi dan fagositosis organisme bakteri — Untuk mengaktivasi komplemen serta proses kemotaksis neutrofil pada neonatus — Manfaat pemberian IVIG sebagai tatalaksana tambahan pada penderita sepsis neonatal masih bersifat kontroversi — Pemberian IVIG terbukti memiliki keuntungan untuk mencegah kematian dan kerusakan otak bila diberikan pada sepsis neonatorum onset dini — Dosis yang dianjurkan adalah 500-750mg/kgBB IVIG dosis tunggal Andersen-Berry, AL. Available in: www.emedicine.com. cited at December 13th 2006 Jenson HB, Pollock BH. American Academic of Pediatrics 1997; 99(2)
  • 80. 80 Pemberian Steroid — Pemberian kortikosteroid pada pasien sepsis lebih ditujukan untuk mengatasi kekurangan kortisol endogen akibat insufisiensi renal — Kortikosteroid dosis rendah bermanfaat pada syok sepsis ® memperbaiki status hemodinamik, memperpendek masa syok, memperbaiki respons terhadap katekolamin, dan meningkatkan survival — Dosis Hidrokortison: 2 mg/kgBB/hari HTA Indonesia 2008. Sepsis Neonatorum Seri I, Tan R, Evans J, et al. Pediatrics 2001;107:1070-1074
  • 81. 81 Infeksi Jamur — Infeksi berkepanjangan, penggunaan antibiotik spektrum luas dan kortikosteroid jangka panjang — Faktor risiko terjadinya infeksi jamur adalah: — Bayi berat lahir rendah — Penggunaan antibiotik dan kortikosteroid jangka panjang — Nutrisi Parenteral Total — Infeksi aliran darah sebelumnya — Necrotizing enterocolitis (NEC) infeksi jamur Rohsiswatmo R. Paediatrica Indonesiana, Vol. 46, No. 1-2 • January - February 2006
  • 82. 82 Infeksi Jamur • Gejala dan tanda klinis infeksi jamur sistemik pada neonatus bervariasi dan tidak khas (sangat mirip dengan sepsis bakteri) ü Suhu tidak stabil üPerubahan perilaku ü Kulit ü Masalah pemberian minum ü Kardiopulmoner ü Metabolik Gomella TL.5th edition. New York: McGraw-Hill Companies. Inc.2004:h.435-6
  • 83. 83 Infeksi Jamur • Pengobatan Infeksi Jamur • Amphotericin B IV selama 14-21 hari dosis terapeutik: 0,25-0,5 mg/kg/hari • Fluconazol I.V. dosis terapeutik: 6-12mg/kg/dosis Neonatal pharmacopoeia 2nd Ed. Pharmacy Departement, The Royal Women’s Hospital, Carlton. 2005
  • 85. Etiologi Kejang Neonatus berdasarkan awitan dan frekuensi relatif * Usia postnatal # Frekuensi relatif kejang di antara semua etiologi: +++ sangat umum, ++ kurang umum, + tidak umum (diadaptasi dari JJ Volpe: Neurology of the Newborn 4th edition. h 190)
  • 86. Pendekatan Diagnosis Anamnesis • Deskripsi lengkap tentang kejang • Pergerakan mata • Pergerakan anggota tubuh • Perubahan warna kulit (mottling atau cyanosis) • Perubahan fungsi autonomik • Kesadaran atau saat tidur • Usia terjadinya kejang • Neonatus cukup bulan / kurang bulan
  • 87. Pendekatan Diagnosis Riwayat antenatal Riwayat perinatal • Infeksi intrauterin • Maternal diabetes • Ketergantungan obat narkotika • Peningkatan pergerakan janin yang tiba-tiba • Asfiksia perinatal • Gawat janin • Penurunan pergerakan janin • Penggunaan alat dalam persalinan • Membutuhkan resusitasi • Nilai Apgar rendah (<3 saat menit ke 5) • pH abnormal dari umbilikus (≤7), base deficit (> - 10) • Penggunaan pudendal block untuk mid- cavity forcep
  • 88. Pendekatan Diagnosis Riwayat asupan makanan Riwayat keluarga • Tanda-tanda inborn error of metabolism • Letargis • Kurangnya aktifitas • Drowsiness • Muntah • Top feeding dengan susu sapi • Hipokalsemia awitan lambat • Konsanguinitas • Riwayat kejang di keluarga / retardasi mental / kematian janin/neonatus dini
  • 89. Pemeriksaan fisis • Tanda vital • Usia gestasi • Berat lahir kemungkinan etiologi dari kejang • Weight-for-age • Kejang pada bayi sehat cukup bulan à perdarahan subarachnoid • Kejang pada bayi besar masa kehamilan à hipoglikemia • Malformasi yang tampak nyata • Gambaran dismorfik Pendekatan Diagnosis
  • 90. Pendekatan Diagnosis Pemeriksaan neurologis • Ubun-ubun membonjol à meningitis, perdarahan intrakranial • Kesadaran (sadar penuh, drowsy, comatose) • Tonus otot (hipotoni, hipertoni) • Pemeriksaan fundus mata (chorioretinitis) • Hepatomegali, bau urin yang abnormal à inborn error of metabolism • Ada tidaknya tanda neurocutaneous • Makula hipopigmentasi/Ash-leaf spot à tuberous sclerosis Pemeriksaan generalis
  • 91. Pendekatan Diagnosis Pemeriksaan wajib Pemeriksaan spesifik • Gula darah • Hematokrit • Bilirubin (jika bayi kuning) • Elektrolit serum (Na, Ca, Mg) • Gas darah • Anion gap • Cairan serebrospinal • USG kepala • EEG • Untuk neonatus yang tidak respons dengan kombinasi fenobarbital dan fenitoin • Radio imaging (CT, MRI) • Skrining infeksi kongenital (TORCH, VDRL) • Skrining metabolik untuk inborn error of metabolism Pemeriksaan Penunjang
  • 92. Dampak Kejang • Hypoventilation / apnea à • Hypoxia à cardiovascular collapse, diminished cerebral blood flow • Hypercarbia • Tekanan darah meningkat à CBF meningkat, risiko perdarahan intraserebral • Glikolisis meningkat à hipoglikemia • Excitatory amino acid
  • 93. Tata laksana • Menjamin ventilasi dan perfusi adekuat • Rawat bayi dalam lingkungan thermoneutral dan pastikan ABC • Berikan oksigen, pasang infus, loading cairan • Indikasi intubasi : § Depresi napas akibat pemberian antikonvulsan § Kejang yang tidak teratasi à knock down
  • 94. Tata laksana • Koreksi hipoglikemi dan hipokalsemi • Bila tidak ada fasilitas memeriksa GDS à beri bolus Dekstrose 10% 2 mL/kg, diikuti infus kontinu 6-8 mg/kg/menit • Bila hipoglikemi sudah disingkirkan / diterapi à masih kejang àCa glukonas 10% IV 2 mL/kg drip 20 menit. Bila terbukti hipokalsemi, setelah loading dose berikan maintenance 8 mL/kg/hari selama 3 hari • Bila kejang masih berlangsung setelah koreksi kalsium à beri 0,25 mL/kg MgSO4 50% IM / IV
  • 95. Tata laksana • Terapi kejang elektrik lebih penting dari kejang klinis • Pemberian antikonvulsan bila : § Kejang menetap > 3 menit § Kejang yang sering > 3 dalam 1 jam § Kejang mengganggu fungsi vital • Lama terapi antikonvulsan tergantung etiologi yang mendasari
  • 97. Prognosis dari Kejang Neonatus • Faktor penentu dari prognosis neurologis yang penting adalah proses neuropatologis yang mendasari Penyakit Neurologis Perkembangan Normal (%)^ Hypoxic-ischemic encephalopathy 50 Perdarahan intraventricular hebat dengan PVH infarction 10 Perdarahan subarachnoid primer Hipokalsemia Awitan dini Awitan Lambat 50 100 Hipoglikemia 50 Meningitis bakterial 50 Gangguan perkembagan 0
  • 98.
  • 99.
  • 100. Terminologi Diagnosis Neonatus Berdasarkan usia gestasi • Term/neonatus cukup bulan (NCB) : ≥37 minggu • Preterm/neonatus kurang bulan (NKB) <37 minggu • Late preterm : 34-<37 minggu • Moderate preterm : 32-<34 minggu • Very preterm : 28-<32 minggu • Extreme preterm : <28 minggu
  • 101. Terminologi Diagnosis Neonatus Berdasarkan berat badan lahir 1. Low birth weight (LBW) / Berat lahir rendah (BBLR) : <2500 g 2. Very low birth weight (VLBW)/ Berat lahir sangat rendah (BBLSR) : <1500 g 3. Extremely low birth weight (ELBW) / Berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) : <1000 g
  • 102. Kesesuaian BB dengan Masa Kehamilan • LGA : Large for gestasional age / BMK : Besar masa kehamilan • AGA : appropriate for gestational age/ SMK : Sesuai masa kehamilan • SGA : small for gestationa age/ KMK : Kecil masa kehamilan • IUGR : intrauterine growth retardation/ PJT : Pertumbuhan Janin Terhambat
  • 103. Kesesuaian BB dengan Masa Kehamilan • NCB SMK • NCB KMK • NCB BMK • NKB SMK • NKB KMK • NKB BMK • NLB SMK • NLB KMK • NLB BMK
  • 104. Penilaian Usia Gestasi : Skor Ballard • Disesuaikan dengan perhitungan usia gestasi berdasarkan USG • UG berdasarkan USG lebih akurat bila dilakukan rutin sejak awal kehamilan Physical maturity
  • 105. Penilaian Usia Gestasi : Skor Ballard
  • 106. Kurva Fenton : Prematur
  • 107. Perhitungan Usia Neonatus • Kriteria Neonatus • Bayi usia 0-28 hari • Bayi premature dengan PMA <40 minggu • Bayi premature dengan usia koreksi <1 bulan • Usia Bayi Prematur • Usia kehamilan/post menstrual age (PMA) • Usia kronologis : sejak bayi lahir • Usia Koreksi : Usia kronologis-prematuritas (batas aterm 40 minggu)
  • 108.
  • 110. Persiapan Sebelum Resusitasi • Edukasi dan persetujuan keluarga • Konseling antenatal • Pembentukan dan pengarahan tim resusitasi • Persiapan alat resusitasi • Persiapan transportasi dan ruang perawatan
  • 111. Persiapan Resusitasi : konseling antenatal Informasi Antenatal – Intrapartum ibu dan janin
  • 113. Persiapan Alat Resusitasi BBL Airway • Airway Box • Stetoskop • Suction dan selang Breathing • Pompa/T-Piece resuscitator • Sungkup • Oksigen • Oksimeter Circulation • UVC kit • Epinefrin • NaCl 0,9% Thermo Regulator • Infant warmer • plastik
  • 116. Fase Transisi • Janin kekurangan O2 pada periode awal usana bernapas • Denyut jantung turun, tensi tetap • Bayi bereaksi terhadap rangsang taktil Apnea Primer • Kekurangan O2 berlangsung à bayi berusaha nafas (megap-megap) • Denyut jantung turun, tensi turun • Tidak bereaksi terhadap rangsang taktil Apnea Sekunder
  • 117.
  • 118. Atur Posisi dan Bersihkan Jalan Napas • Atur Posisi bayi agar jalan napas terbuka • Penghisapan dilakukan pada Mulut dan Hidung
  • 120. Ventilasi Tekanan Positif • Balon mengembang sendiri (BMS) • Balon tidak mengembang sendiri (BTMS)
  • 121. VTP dengan T-Peace Resusitator • VTP dilakukan dengan tekanan puncak inspirasi 25 sd 30 cmH2O • Tekanan akhir ekspirasi 5 CmH2O
  • 123. VTP Efektif • Ventilasi diberikan dengan frekuensi 40-60x/menit • Efektif Ditandai oleh : • Dada Mengembang • Denyut jantung meningkat/membaik • Saturasi oksigen membaik
  • 125. Continous Positive Airway Pressure (CPAP) • Udara tekanan positif terus menerus PEEP 7 cmH2O • Observasi • Jika masih retraksi PEEP 8 CmH2O
  • 128. Single Nasal Prong untuk pemberian CPAP
  • 130. • Bayi yang dapat bernapas tapi mengalami sianosis sentral à Free flow oxygen
  • 131. Kebutuhan Oksigen Target saturasi 88%-92%, Bukan 100% à hindari pemberian O2 berlebihan Dampak toksisitas oksigen : retinopati, necrotizing entero colitis, BPD
  • 133. Indikasi memulai kompresi dada • Laju denyut jantung <60x/menit walaupun VTP telah diberikan secara adekuat selama 30 detik • 1 sikulus 3 kompresi dan 1 ventilasi dalam 2 detik • Frekuensi : 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit
  • 134. Pemberian obat melalui vena umbilikalis
  • 135. Pemberian obat melalui vena umbilikalis • Berikan epinefrin sambil melanjutkan kompresi dada dan ventilasi Epinefrin • Meningkatkan kontraksi jantung • Konstriksi perifer meningkatkan darah ke arteri coroner dan otak • Dosis 0,1-0,3 ml/kg larutan 1:10.000 (0,01-0,03 mg/kg) NaCl 0,9% • Pada solusio plasenta, plasenta previa, dan yang menyebabkan kehilangan darah tali pusat lainnya dapat menyebabkan kondisi syok hipovolemik • Dosis NaCl 10 mL/kg IV selama 15 menit (bila cukup bulan) – 30 menit (prematur)
  • 136. Jika Sudah stabil transport pasien Ke NICU • Upayakan pasien Warm, Sweet, Pink : • Suhu tubuh 36-37 • Sirkulasi dan respirasi baik (tidak pucat atau tidak biru) • Kadar gula darah normal
  • 137. Paca Resusitasi Resusitasi (ABCD) Sugar + Safe Care Temperature Airway Blood Pressure Lab work Emotional Support
  • 138. S.T.A.B.L.E • Target GDS 50-110 mg/dL • Cairan Rumatan : • Dekstrose 10% atau ditambah elektrolit/mineral sesuai indikasi • Dekstrose 10%, protein, Lipid sesuai indikasi • Total cairan diberikan sesuai kebutuhan/hari • Hindari penggunaan dengan hitungan “tetesan” • Gunakan syringe pump dan infus pump Sugar
  • 142. S.T.A.B.L.E • Pertahankan suhu tubuh normal : 36,5-37,5 • Ukur suhu di aksila bayi secara berkala • Menggunakan radiant warmer, untuk bayi <1500 gram menggunakan plastik • Menggunakan inkubator saat transport maupun ruang rawat • Inkubator dengan humidifikasi terutama bayi <32 minggu dgn mode “neutral thermal environtment” dan disetting sesuai usia dan BB pasien Temperatur
  • 143. S.T.A.B.L.E • Penilaian usaha napas • Usaha napas • Auskultasi suara napas • Laju napas • Kebutuhan oksigen • Saturasi oksigen • Kembang dada • Tanda pneumotoraks Airway Skor Downe
  • 144. Tahapan Penggunaan Alat Bantu Napas LFN : low flow nasal kanul HFN : high flow nasal kanul CPAP : continuous Positive Airway Pressure NIPPV : Nasal Intermittent Positive Pressure Ventilation Nasal HFO : Nasal high-frequency oscillation CMV : Conventional mechanical ventilation HFOV : High-frequency oscillatory ventilation
  • 145. Dekompresi Lambung • Bayi yang dipasang alat bantu napas, lakukan dekompresi lambung dengan pemsasangan feeding tube/OGT 8-10 Fr
  • 146. S.T.A.B.L.E • Penilaian sirkulasi : • warna kulit merah/tidak sianosis • Akral tidak dingin • CRT <3detik • LDJ>100x/menit • Pulsasi nadi perifer kuat • TD normal sesuai gestasi Blood Pressure • Pasang monitor dengan cuff manset sesuai, pantau tanda vital dan balans diuresis (timbang popok/pasang kateter)
  • 147. S.T.A.B.L.E • Pemeriksaan laboratorium dilakukan dalam 1 jam : • Analisis Gas darah • Darah lengkap • Kultur darah • Gula darah • Sesuaikan dengan Riwayat resusitasi, faktor risiko, klinis bayi • Berikan antibiotic segera dalam 1 jam bila dicurigai sepsis Pemeriksaan Laboratorium
  • 148. Analisis gas darah neonatus • Dilakukan 1 jam pertama setelah pemakaian alat bantu napas • Lokasi: arteri umbilikal, pembuluh darah arteri (radialis), infus arterial line • Diulang bila: • Setelah perubahan setting alat bantu napas • Hasil sebelumnya tidak “acceptable” • Asidosis metabolik pasca koreksi • • Sesuai indikasi
  • 149. S.T.A.B.L.E. • Sampaikan informasi terkait kondisi bayi dan rencana Tindakan yang akan dilakukan • Izinkan ibu/ayah melihat bayi • Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya • Libatkan orang tua dalam pengambilan keputusan terhadap intervensi yang akan dilakukan Emotional Support