SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
Download to read offline
BAGIAN 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting keberadannya bagi
masyarakat. Bahasa digunakan masyarakat untuk mengungkapkan ide, pikiran dan perasaan
kepada orang lain sehingga akan terjalin interaksi antarmasyarakan, tanpa bahasa komunikasi
tidak akan terjalin dengan baik.
Bangsa Indonesia memiliki keberagaman bahasa selain bahasa Indonesia sebagai bahasa
pemersatu dan bahasa nasional. Bahasa Dayak Suahid merupakan satu di antara bahasa daerah
yang terdapat di wilayah Indonesia, tepatnya di daerah Kecamatan Nanga Suahid, Kabupaten
Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Sampai sekarang, bahasa ini masih digunakan oleh masyarakat
Dayak Suahid.
Mereka melakukan migrasi ke hulu Sungai Kapuas., maka bahasa yang digunakanpun
adalah bahasa Dayak Suahid juga. Untuk mempermudah pengambilan data penelitian, peneliti
membatasi lokasi penelitian sistem sapaan pada masyarakat Suahid dilakukan di Dusun
Kerangas , Desa Kerangas, Kecamatan Nanga Suahid, Kabupaten Kapuas Hulu.
Berdasarkan pengamatan peneliti, pemilihan Dusun Kerangas sebagai lokasi penelitian
dikarenakan bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang masih belum tercampur dengan
bahasa lain dan didukung kondisi masyarakat yang masih asli. Selain itu, mayoritas penuturnya
berada di Dusun Kerangas.
Bahasa Dayak Suahid dipergunakan sebagai sarana komunikasi masyarakat setempat
yang mempunyai sistem bahasa sama dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah lainnya.
Sistem bahasa tersebut seperti: fonologi mendeskripsikan masalah bunyi, morfologi
mendeskripsikan bentuk kata, sintaksis mendeskripsikan bentuk kalimat, dan semantik
mendeskripsikan bentuk makna. Luasnya sistem bahasa yang ada, maka pada penelitian ini
dibatasi tentang sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid dalam hubungan kekerabatan dan
nonkekerabatan.
Beberapa pertimbangan dari peneliti dalam mengambil penelitian mengenai sistem sapaan pada
masyarakat Dayak Suahid. Pertama, berdasarkan kajian kepustakaan, penelitian mengenai sistem
sapaan pada masyarakat Dayak Suahid belum pernah dilakukan. Kedua, dalam bahasa Dayak
Suahid terdapat keunikan tersendiri yang menjadi sebuah ciri khas bahasa tersebut, sehingga
menjadikan bahasa Dayak Suahid sangat berbeda dengan bahasa-bahasa daerah lain yang
terkadang hampir mempunyai kemiripan. Misalnya:
(1) Tok apak aku. (sapaan dalam bahasa Dayak Suahid)
Inilah ayahmu. (sapaan dalam bahasa Indonesia)
(2) Kemenai adaek nuan? (sapaan dalam bahasa Dayak Suahid)
Kemanakah adikmu? (sapaan dalam bahasa Indonesia)
Ketiga, sebagai usaha peneliti untuk mendokumentasikan secara tertulis agar terjadi kelestarian
penggunaan bahasa Dayak Suahid. Keempat, untuk mengetahui lebih dalam mengenai bentuk
kata sapaan baik dalam hubungan kekerabatan maupun nonkekrabatan serta tujuan
penggunaannya dalam masyarakat Dayak Suahid. Kelima, penelitian ini juga sebagai upaya
menambah literatur kebahasaan, khususnya literatur bahasa daerah.
Pada penelitian sebelumnya mengenai sistem sapaan, terdapat dua peneltian yang relevan.
Pertama, penelitian Sistem Sapaan pada Masyarakat Melayu Ketapang, dengan simpulannya
yaitu terdapat 14 sapaan dalam hubungan kekerabatan dan 10 sapaan dalam hubungan
nonkekerabtan (Sari Handayani, 2010). Kedua, Sistem Sapaan pada Bahasa Dayak Kanayatn
Dialek Bajare Kecamatan Mempawah Hulu, dengan simpulannya yaitu terdapat 5 sapaan dalam
hubungan kekerabatan dan 5 sapaan dalam hubungan nonkekerabatan (Rusmalasari, 2008).
Berikut beberapa rekomendasi atau saran dari peneltian-penelitian di atas.
1. Sebagai bentuk pelestarian terhadap bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia. Diharapkan
berbagai kalangan akan lebih menghargai bahasa daerah serta sebagai sarana untuk saling
mempelajari dan mengenal berbagai bentuk kebahasaan dalam meningkatkan persaudaraan
antarsuku bangsa.
2. Bagi pengajar, penelitian-penelitian di atas dapat dijadikan rujukan dalam pengajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia. Pengajar dapat memanfaatkan bahasa daerah hasil penelitian sebagai
materi pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam pembelajaran kebahasaan dan muatan
lokal.
3. Bagi pelajar, penelitian ini dapat menumbuhkan sikap apresiatif terhadap kebahasaan, khususnya
bahasa daerah, serta dapat memberikan pemahaman untuk lebih mengenal dan menghargai
bahasa aslinya.
4. Bagi masyarakat, khususnya `tempat penelitian ini dilakukan, agar senantiasa menjaga dan
melestarikan bahasa daerah sebagai kekayaan bangsa Indonesia.
Peneliti lain dapat menggunakan hasil penelitian di atas sebagai bahasan perbandingan
analisis, metode maupun langkah-langkah dalam melakukan penelitian bahasa.
Penelitian mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid diharapkan dapat
memberikan sumbangan dalam bidang pembelajaran. Misalnya, di sekolah dasar dapat dijadikan
sebagai kurikulum muatan lokal di sekolah. Jika dihubungkan dengan pembelajaran yang
terkandung dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), penelitian ini dapat
manfaatkan sebagai bahan pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya di bidang
pembelajaran kebahasaan sebagai bahan perbandingan dalam proses pembelajaran di sekolah.
B. Masalah Penelitian
Masalah umum yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana sistem sapaan pada
masyarakat Dayak Suahid?” Masalah ini dirincikan lagi ke dalam submasalah sebagai
berikut.
1. Bagaimanakah sistem sapaan dalam masyarakat Dayak Suahid berdasarkan hubungan
kekerabatan?
2. Bagaimanakah sistem sapaan dalam masyarakat Dayak Suahid berdasarkan hubungan
nonkekerabatan?
3. Bagaimanakah tujuan penggunaan kata sapaan dalam masyarakat Dayak Suahid ?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem sapaan pada
masyarakat Dayak Suahid. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan sistem sapaan dalam bahasa Dayak Suahid berdasarkan hubungan
kekerabatan.
2. Mendeskripsikan sistem sapaan dalam bahasa Dayak Suahid berdasarkan hubungan
nonkekerabatan.
3. Mendeskripsikan tujuan penggunaan kata sapaan dalam bahasa Dayak Suahid.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis maupun praktis. Manfaat
teoritis yang diharapkan adalah sebagai bahan pembelajaran dan pengembangan dalam kajian
kebahasaan, khususnya yang berkaitan dengan sistem sapaan. Manfaat praktisnya antara lain
sebagai berikut.
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan tentang bahasa, khusunya mengenai
sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid.
2. Bagi guru bahasa Indonesia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru bahasa Indonesia sebagai salah satu
alternasi bahan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran kebahasaan yang
berkaitan dengan sistem sapaan.
3. Bagi penelitian lainnya
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternasi bahan informasi bagi
penelitian-penelitian selanjutnya di bidang kebahasaan, khususnya yang berkaitan dengan sistem
sapaan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya ruang lingkup agar penelitian yang dilakukan
terarah. Penulis memfokuskan untuk mendeskripsikan sistem sapaan pada masyarakat Dayak
Suahid sebagai berikut.
1. Pembahasan mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid dalam hubungan
kekerabatan dibagi menjadi dua, sebagai berikut.
a. Sapaan karena hubungan keturunan atau karena pertalian darah dibedakan menjadi empat yaitu:
bentuk sapaan bagi orang yang lebih tua, bentuk sapaan untuk saudara, bentuk sapaan untuk
sebaya, dan bentuk sapaan berdasarkan urutan generasi anak.
b. Sapaan hubungan keluarga karena perkawinan dibagi menjadi delapan yaitu: suami, istri,
mertua, ipar, biras, menantu, besan, dan kemenakan.
2. Pembahasan mengenai bentuk penggunaan sapaan pada masyarakat Dayak Suahid dalam
hubungan nonkekerabatan (sapaan dalam masyarakat) dibagi menjadi delapan yaitu: sapaan
untuk orang yang lebih tua laki-laki dan perempuan, sapaan untuk orang yang lebih muda laki-
laki dan perempuan, sapaan untuk orang yang belum dikenal, sapaan untuk orang sebaya, sapaan
dalam profesi, sapaan dalam keagamaan, sapaan dalam jabatan, dan sapaan dalam adat istiadat.
3. Pembahasan mengenai tujuan penggunaan kata sapaan dalam bahasa Dayak Suahid dibagi
menjadi tiga yaitu: sepaan sebagai tanda hormat, sapaan sebagai ungkapan sakit hati, dan sapaan
ungkapan kekerabatan.
BAGIAN II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penjelasan Istilah
Penjelasam istilah dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman antara peneliti dan
pembaca dalam memahami istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan istilah tersebut
sebagai berikut.
1. Kata Sapaan
Kata sapaan adalah morfem, kata, atau frase yang digunakan untuk saling merujuk dalam situasi
pembicaraan dan yang berbeda-beda menurut sifat hubungan antara pembicara (Kridalaksana,
2008: 214).
2. Sistem sapaan
Sistem sapaan adalah sistem yang mengikat unsur-unsur bahasa yang menandai perbedaan status
dan peran partisipan dalam komunikasi dengan bahasa (Kridalaksana, 2008: 224).
3. Bahasa Dayak Suahid.
Bahasa Dayak Suahid adalah bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat suku Dayak
yang bermukim di Sungai Kpuas, Kecamatan Nanga Suahid, Kabupaten Kapuas Hulu.
Berdasarkan penjelasan istilah yang telah dikemukakan di atas, penelitian mengenai
sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid dapat diartikan sebagai suatu penelitian yang
membahas bentuk sapaan berupa morfem, kata, atau frase yang merupakan sebuah sistem yang
mengikat unsur-unsur bahasa yang menandai perbedaan status dan peran partisipan dalam
komunikasi dengan bahasa dalam situasi pembicaraan menurut sifat hubungan pada masyarakat
Dayak Suahid. Sifat hubungan yang dimaksud merupakan sapaan hubungan kekerabatan dan
nonkekerabatan. Sapaan hubungan kekerabatan adalah sapaan yang dugunakan untuk menyapa
orang yang lebih tua dan sebaliknya dalam sebuah keluarga disesuaikan menurut hubungan
kekerabatan, sedangkan sapaan pada hubungan nonkekerabatan adalah kata-kata sapaan yang
digunakan untuk menyapa orang-orang yang tidak memiliki hubungan keluarga.
B. Kajian Teoretis
Penelitian ini merupakan sebuah kajian sosiolinguistik, dan teori yang digunakan adalah
teori sosiolinguistik. Penggunaan toeri ini sebagai dasar acuan analisis yang berkaitan langsung
dengan masalah penelitian.
Sosiolingustik adalah ilmu yang membicarakan hal ikhwal yang dikaitkan dengan
masyarakat pemakainya. Dalam hal ini, sosiolinguistik memandang bahasa sebagai sistem
komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat dan budaya tertentu, sedangkan pemakai
bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi-situasi konkret.
1. Kata Sapaan
Menurut Anwar (2003:399) kata sapaan adalah perkataan untuk menegur, mengajak
bercakap-cakap dan sebagainya. Oleh karena itu, sapaan merupakan satu di antara cara menegur
orang yang di ajak bicara serta merupakan suatu cara menyampaikan maksud dari yang menyapa
kepada yang disapa baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan dalam bentuk kata-kata.
Menurut Kridalaksana (2001:191), kata sapaan adalah morfem, kata atau frase yang
digunakan untuk saling menunjuk dalam situasi pembicaraan yang berbeda-beda menurut sifat
hubungan atau pembicaraan. Menurut Sugiono (2006:77), kata sapaan adalah kata yang
digunakan untuk menyapa orang yang diajak bicara (orang kedua) atau menggantikan nama
ketiga. Berikut ini beberapa contoh yang digunakan sebagai sapaan.
(1) Nama diri seperti Budi dan Pepi
(2) Kata yang tergolong istilah kekerabatan, seperti: bapak, ibu, paman, bibi, adik, kakak, mas, atau
abang.
(3) Gelar kepangkatan, profesi atau jabatan, seperti: kapten, profesor, dokter, dan sopir.
Kata sapaan ini sangat terikat pada adat istiadat setempat, seperti adat kesantunan serta situasi
dan kondisi percakapan. Itulah sebabnya kaidah kebahasaan sering terkalahkan oleh adat atau
kebiasaan yang berlaku di daerah tempat bahasa tersebut tumbuh dan berkembang.
Chaer (2006: 107), kata sapaan adalah kata-kata yang digunakan untuk menyapa,
menegur, atau menyebut orang kedua atau orang yang diajak bicara. Dengan demikian, kata
sapaan merupakan satu di antara penyampaian maksud dari yang disapa kepada yang disapa,
baik lisan maupun tulisan dalam bentuk perangkat kata-kata.
Kata-kata sapaan ini tidak mempunyai perbendaharaan kata sendiri, seseorang langsung
disapa dengan nama diri atau nama perkerabatan. Sebagai kata sapaan, kata nama diri dapat
digunakan dalam bentuk utuh seperti Arif, Supri, Norman, dan Bejo. Kata sapaan nama diri
dapat juga disingkat, seperti:
(1) Rif (bentuk utuhnya Arif)
(2) Ri (bentuk utuhnya Supri)
(3) Man (bentuk utuhnya Norman)
(4) Jo (bentuk utuhnya Bejo)
Selain nama diri, dalam nama perkerabatan semua bentuk utuh dan disingkat dapat juga
digunakan, seperti:
(1) pak (bentuk utuhnya bapak)
(2) yah (bentuk utuhnya ayah)
(3) bu (bentuk utuhnya ibu)
(4) kak (bentuk utuhnya kakak)
(5) dik (bentuk utuhnya adik)
(6) bi (bentuk utuhnya bibi)
(7) kek (bentuk utuhnya kakek)
(8) nek (bentuk utuhnya nenek)
(9) nak (bentuk utuhnya anak)
(10) cu (bentuk utuhnya cucu)
Perlu diperhatikan, tidak semua kata kekerabatan mempunyai bentuk singkatan. Menurut Chaer
(2006: 107) kata saudara dan paman tidak ada bentuk singkatannya. Jadi, harus digunakan dalam
bentuk utuh, tetapi ada juga pemakaian paman disingkat man tergantung pada tempat dan situasi
pemakaian.
Menurut Kridalaksana (1975:14), satuan bahasa mempunyai sistem tutur sapa, yakni sistem yang
mempertautkan seperangkat kata-kata atau ungkapan yang dipakai untuk menyebut dan
memanggil para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa. Oleh karena itu, sapaan merupakan satu di
antara cara penyampaian maksud dari yang menyapa kepada yang disapa, baik secara lisan
maupun tulisan dalam bentuk prangkat kata-kata. Tutur sapa sebagai suatu bentuk sistem untuk
penyampaian maksud, mempunyai peranan penting karena sistem penyapa yang berlaku dalam
bahasa-bahasa tertentu berbeda dengan sistem panyapa yang berlaku bahasa yang lain. perbedaan
itu tidak terletak pada kosakata sapaan, tetapi juga pada sikap penuturnya ketika proses sapaan
berlangsung.
Menurut Kridalaksana (1975: 140), ada sembilan kelompok tentang sapaan untuk orang kedua
dalam bahasa Indonesia, yaitu:
1. kata ganti orang kedua seperti engkau, kamu
2. nama diri seperti Mita, Edi, atau dapat didahului katas saudara, tuan, nyonya
3. istilah kekerabatan seperti kakek, paman, dan abang
4. gelar dan pangkat seperti jenderal dan dokter
5. kata ganti agentif seperti penonton dan pendengar
6. bentuk nomina+ku seperti kekasihku dan ibuku
7. kata-kata diektis atau penunjuk seperti situ
8. bentuk nominal lainnya seperti bung dan anda
9. bentuk zero seperti kalau O senang dengan buku itu ambillah!
Brown dan Gilman (1997:76), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
hubungan resiprokal dan nonresiprokal. Hubungan antar pelaku bicara tergantung pada:
a. perbedaan kerabat, yaitu kawan bicara masih punya hubungan darah,
b. perbedaan umur, yaitu apakah umur lawan bicara lebih tua, sama umurnya, atau
lebih muda dari pembicaraan,
c. perbedaan jabatan, yaitu apakah jabatan lawan bicara lebih tinggi, sama atau lebih
rendah dari pembicara,
d. perbedaan situasi, yaitu situasi yang ada pada saat terjadinya peristiwa tutur.
Situasi yang ada dapat bersifat sangat formal atau tidak formal,
e. perbedaan situasi sosial, yaitu perbedaan status sosial dan perbedaan tingkt sosial
antarpelaku wicara. Pembicaraan akan melihat apakah status sosial lawan
bicaranya lebih tinggi, sama atau lebih rendah. Ukuran status sosial dalam hal ini
adalah kedudukan seseorang dalam lingkungan masyarakatnya,
f. hubungan kekerabatannya, yaitu apakah pembicara telah mengenal dengan baik
kawan bicaranya. Hubungan kekerabatan lawan bicaradapat bersifat sangat akrab
atau tidak akrab, dan
g. tujuan pembicaraan, yaitu maksud dan tujuan pembicaraan melakukan
pembicaraan dengan kawan bicara. Dalam hal ini dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu afektif, pembicaraan biasa, atau menghina.
Badudu Zain dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), kata sapaan adalah kata
yang dipakai untuk menyapa orang, seperti ibu, nyonya, tuan, bapak atau saudara. Kata sapaan
juga dapat berupa kata benda yang merujuk pada seseorang, contoh:
(1) Hendak kemana kakek sepagi ini? (kata sapaan)
(2) Ia heran melihat Bapaknya pulang larut malam. (kata benda)
(3) Apakah Tuan mengenal istrinya? (kata sapaan dan benda)
Kata sapaan yang digunakan dalam kalimat (1) merupakan kata sapaan karena penyapa berbicara
langsung dengan orang yang disapa, yaitu Kakek. Pada kalimat (2) merupakan kata benda,
karena pada kalimat tersebut memberitahukan bahwa seseorang merasa heran melihat Bapaknya
pulang larut malam tanpa berbicara langsung dengan objek. Sedangkan pada kalimat (3) kata
Tuan merupakan kata sapaan karena penyapa berbicara langsung dengan disapa, dan kata istri
merupakan kata benda karena penyapa berbicara kepada yang disapa untuk menanyakan istri dari
pihak ketiga.
2. Sapaan dalam Hubungan Kekerabatan
Kekerabatan merupakan suatu bentuk hubungan sosial yang terjadi karena keturunan dan
perkawinan. Sapaan dalam hubungan kekerabatan ialah sapaan yang digunakan untuk menyapa
orang yang lebih tua atau sebaliknya dalam sebuah keluarga disesuaikan menurut hubungan
keluarga.
a. Sapaan berdasarkan keturunan atau hubungan darah
1) Sapaan terhadap yang Lebih Tua
Sapaan terhadap yang lebih tua ialah sapaan yang ditunjukkan untuk menyapa orang yang
lebih tua dari penyapa.
a) Sapaan terhadap orang tua kakek atau nenek
Sapaan untuk orang tua dari kakek atau nenek adalah moyang atau buyut adalah. Sapaan moyang
digunakan baik orang tua kakek laki-laki maupun perempuan oleh cicitnya. Sapaan moyang ini
sudah jarang ditemui dalam satu keturunan karena faktor umur yang tak memungkinkan lagi.
b) Sapaan terhadap orang tua laki-laki dari ayah dan ibu
Sapaan terhadap orang tua laki-laki dari ayah dan ibu adalah kakek. Sapaan kakek ini
digunakan untuk menyapa orang tua laki-laki baik dari ayah maupun ibu oleh cucunya.
c) Sapaan terhadap orang tua perempuan dari ayah dan ibu
Sapaan terhadap orang tua perempuan dari ayah dan ibu adalah nenek. Sapaan nenek digunakan
untuk menyapa orang tua perempuan baik dari ayah maupun ibu oleh cucunya.
d) Sapaan terhadap orang tua laki-laki
Sapaan terhadap orang tua laki-laki adalah bapak atau ayah. Sapaan ini juga digunakan untuk
menyapa mertua laki-laki oleh menantunya.
e) Sapaan terhadap orang tua perempuan
Sapaan terhadap orang tua perempuan adalah ibu. Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa
mertua perempuan oleh menantunya.
f) Sapaan terhadap saudara tua dan muda laki-laki dari orang tua
Sapaan terhadap saudara tua laki-laki dari orang tua adalah paman atau om. Sapaan paman atau
om digunakan untuk menyapa saudara tua laki-laki dari orang tua oleh kemenakannya.
g) Sapaan terhadap saudara tua dan muda perempuan dari orang tua
Sapaan terhadap saudara tua perempuan dari orang tua adalah bibi atau ibu. Sapaan bibi atau ibu
digunakan untuk menyapa saudara tua perempuan dari orang tua oleh kemenakannya.
2) Sapaan terhadap saudara
a) Sapaan terhadap saudara tua laki-laki
Sapaan terhadap saudara tua laki-laki adalah abang. Sapaan abang digunakan oleh saudara yang
lebih muda untuk menyapa saudara yang lebih tua, sapaan ini juga digunakan untuk menyapa
sepupu laki-laki yang lebih tua.
b) Sapaan terhadap saudara tua perempuan
Sapaan terhadap saudara tua perempuan adalah kakak. Sapaan kakak digunakan oleh saudara
yang lebih muda untuk menyapa saudara yang lebih tua, sapaan ini juga digunakan untuk
menyapa sepupu perempuan yang lebih tua.
c) Sapaan terhadap saudara muda laki-laki atau perempuan
Sapaan terhadap saudara muda laki-laki atau perempuan adalah adik, sapaan adik biasanya
disertai dengan nama diri atau dengan nama saja. Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa
saudara sepupu laki-laki maupun perempuan yang lebih muda.
3) Sapaan terhadap yang sebaya
Sapaan terhadap yang sebaya dalam keluarga cukup dengan nama saja. Sapaan nama dapat
digunakan untuk mengakrabkan diri antara panyapa dan yang disapa. Sapaan ini juga digunakan
untuk menyapa sepupu yang sebaya.
4) Sapaan berdasarkan urutan generasi anak
a) Sapaan terhadap anak laki-laki atau perempuan
Sapaan utama terhadap anak laki-laki atau perempuan umumnya adalah menggunakan nak,
nak+nama, atau nama saja.
b) Sapaan terhadap cucu laki-laki atau perempuan
Sapaan utama terhadap cucu laki-laki atau perempuan umumnya adalah cu, cu+nama, atau nama
saja.
b. Sapaan hubungan keluarga berdasarkan perkawinan
Istilah kekerabatan yang disebabkan oleh ikatan perkawinan yaitu suami, istri, mertua, ipar,
menantu, biras, besan, dan kemanakan.
1) Suami
Suami adalah saudara laki-laki yang sudah menikah. Suami biasanya disapa dengan bapak, pak,
atau bang oleh istrinya.
2) Istri
Istri adalah perempuan yang sudah menikah. Biasanya istri dipanggil dengan bu, ma, dek atau
dengan nama saja oleh suaminya.
3) Mertua perempuan dan laki-laki
Mertua adalah orang tua dari suami maupun istri. Sapaan untuk mertua laki-laki sama dengan
orang tua laki-laki, yaitu bapak atau ayah, begitu juga sebaliknya untuk mertua perempuan sama
dengan orang tua perempuan, yaitu ibu atau mama.
4) Ipar
Ipar adalah istilah untuk menyapa saudara tua atau saudara muda dari suami atau istri, baik laki-
laki maupun perempuan. Sapaan untuk menyapa saudara tua dari istri atau sumai yaitu kakak
atau kakak+nama untuk perempuan, abang atau abang+nama untuklaki-laki, sedangkan untuk
menyapa saudara muda dari istri atau suami yaitu adik ipar atau cukup dengan nama saja.
5) Menantu laki-laki atau perempuan
Menantu adalah suami atau istri dari anak, menantu biasa dipanggil nak atau nama saja oleh
mertuanya.
6) Biras
Biras adalah pertalian keluarga antara dua orang karena masing-masing menikah dengan dua
orang bersaudara. Misalnya, A dan B bersaudara, A menikah dengan C sedangkan B menikah
dengan D, maka C dan D adalah biras.
7) Besan
Besan adalah orang tua dari menantu laki-laki atau perempuan. Besan biasa dipanggil pak,
pak+nama atau bu, bu+nama, atau nama besan saja.
8) Kemenakan
Kemenakan adalah sapaan terhadap anak dari saudara, seperti anak kakak, adik, dan abang.
Sapaan yang digunakan cukup dengan nama saja.
3. Sapaan dalam Hubungan Nonkekerabatan
Sapaan dalam hubungan kekerabatan sering juga disebut sapaan dalam masyarakat.
Sapaan dalam masyarkat adalah sapaan yang digunakan untuk menyapa anggota masyarakat
yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan atau hubungan darah.
a. Sapaan terhadap yang lebih tua laki-laki dan perempuan
Sapaan yang sering digunakan untuk menyapa orang yang lebih tua laki-laki yaitu bapak
atau pak, sedangkan untuk menyapa orang yang lebih tua perempuan yaitu ibu atau bu. Sapaan
bisa juga disesuaikan dengan urutan kelahiran orang tersebut.
b. Sapaan terhadap yang lebih muda
Sapaan terhadap yang lebih muda baik laki-laki maupun perempuan yaitu adik, dik atau
dengan nama diri saja.
c. Sapaan terhadap yang sebaya
Sapaan terhadap orang yang sebaya dalam masyarakat dapat disapa dengan sapaan nama
diri.
d. Sapaan terhadap orang yang belum dikenal
Sapaan terhadap orang yang belum dikenal biasanya menyesuaikan dengan kondisi
lingkungan, sapaan pak atau bu digunakan untuk orang yang kira-kira sebaya dengan ayah atau
ibu, sedangkan bang atau kak digunakan untuk menyapa orang yang sebaya dengan kakak atau
abang. Sapaan ini juga bisa disesuaikan dengan urutan kelahiran orang tersebut.
e. Sapaan dalam profesi
Sapaan dalam profesi biasanya menggunakan sapaan pak atau bu. Penggunaan sapaan
tersebut dikarenakan tuntutan profesi seseorang agar lebih sopan. Misalnya, ketika berbicara
dengan seorang dosen, maka panyapa akan menggunakan sapaan pak dosen atau bu dosen.
f. Sapaan dalam jabatan
Sapaan dalam jabatan digunakan untuk menyapa orang-orang yang mempunyai jabatan
tertentu dalam masyarakat. Misalnya menyapa presiden, gubernur, bupati, dan camat.
4. Tujuan penggunaan kata sapaan
a. Sapaan tanda hormat
Sapaan tanda hormat merupakan sapaan yang menjunjung tinggi sopan santun dalam
menghargai orang lain meskipun orang tersebut tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan
panyapa. Contoh sapaan tanda hormat, sapaan bapak, ibu, yang mulia, yang terhormat dan yang
berbahagia.
b. Sapaan ungkapan sakit hati
Sapaan sakit hati merupakan sapaan kepada seseorang yang tidak senang dengan yang
disapa. Sapaan semacam ini terjadi akibat adanya permusuhan, iri hati, atau sengketa antara
kedua belah pihak. Sapaan yang digunakan umumnya berkonotasi negatif, seperti setan, pelacur,
anjing, atau iblis. Makna yang diungkapkan selalu merujuk pada sapaan yang menggambarkan
seseorang tersebut sesuai sapaan yang di ungkapkan.
c. Sapaan ungkapan keakraban
Faktor kekerabatan antara penyapa dan yang disapa sangat mempengaruhi penggunaan
sapaan. Keakraban yang terjalin antara penyapa dan yang disapa tidak menyebabakan sakit hati
atau direndahkan. Contoh, penggunaan kata binatang untuk mengganti nama yang disapa,
keadaan fisik, ataupun penggunaan kata sapaan yang berhubungan dengan kebiasaan jelek yang
disapa.
BAGIAN III
Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini mengkaji bentuk sapaan pada masyarakat Dayak Suahid, meliputi: sapaan
kekerabatan, nonkekerabatan, dan tujuan penggunaan kata sapaan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif diarahakn sebagai
prosedur pemecahan masalah yang akan diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan subjek atau objek yang diteliti secara apa adanya sesuai dengan fakta pada saat
penelitian dilakukan.
Dengan metode deskriptif, penelitian dilakukan semata-mata berdasarkan fakta atau
fenomena yang memang hidup pada penuturnya. Dalam hal ini, metode dekriptif memberikan
gambaran yang objektif tentang sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid yang akan
dianalisis sesuai dengan faktor pemakaian sebenarnya dari bahasa Dayak Suahid.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian kulaitatif merupakan bentuk penelitian yang menggambarkan
suatu keadaaan dengan uraian. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka (Moleong, 2005:11). Oleh karena itu, data yang akan dikumpulkan tidak
menggunakan angka-angka atau perhitungan, melainkan mengacu pada makna atau pemahaman
terhadap interkasi terhadap konsep data yang dianalisis. Dengan demikian data dianalisis dalam
bentuk uraian dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
Pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri berlatar alamiah, bersifat deskriptif, lebih
mengutamakan proses daripada hasil, dan analisis data bersifat induktif (Bogdan dan Biklen,
1982 dalam Djajasudarma,1994).
Berlatar alamiah, maksudnya data penelitian bersumber dari peristiwa-peristiwa
komunikasi dan situasi alamiah yang berlangsung di masyarakat Dayak Suahid.
Bersifat deskriptif, maksudnya data dikumpulkan berbentuk deskripsi wacana. Data
dilengkapi dengan konteks terjadinya interaksi. Pendeskripsian konteks diupayakan hingga
menyentuh hal-hal kecil, seperti waktu, tempat, dan kedudukan partisipan. Hasil analisis data
dilaporkan dalam bentuk deskripsi fenomenologis, artinya hasil analisis dipaparkan sesuai
dengan temuan di lapangan tanpa dihubungkan dengan variabel-variabel tertentu.
Lebih mengutamakan proses daripada hasil, maksudnya dalam pelaksanaan penelitian ini,
khususnya kegiatan pengumpulan lebih diorientasikan pada proses. Pengorientasian tersebut,
misalnya pengupayaan waktu pelaksanaan pengumpulan data yang bersifat fleksibel. Karena itu,
jadwal tidak dijadikan target. Demikian halnya dengan perolehan data, baik jenis maupun
jumlahnya tidak didasarkan pada perencanaan atau target tertentu.
Analisis data bersifat induktif, maksudnya penelitian ini tidak diarahkan untuk
memperkuat atau menolak hipotesis tertentu. Karena itu, paparan hasil analisis penelitian yang
berkaitan dengan sistem sapaan pada masyarakat Dayak Menterap Kabut lebih didasarkan pada
data alamiah yang terkumpul di lapangan.
3. Data dan Sumber Data
a. Data
Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang mengandung sapaan dan konteks
penggunaannya pada masyarakat Dayak Suahid.
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa yang dituturkan oleh penutur asli bahasa
Dayak Suahid dan konteks tuturan yang diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan lapangan
secara langsung. Konteks ini dimasukkan dalam sumber data karena konteks tuturan berpengaruh
terhadap tujuan penggunaan kata sapaan pada masyarakat Dayak Suahid.
Subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat asli penutur bahasa Dayak
Suahid. Namun, tidak semua masyarakat asli penutur bahasa Dayak Suahid mempunyai
kedudukan yang sama sebagai informan dalam penelitian, sebab terdapat syarat-syarat yang
harus dipenuhi sebagai seorang informan, sebagai berikut:
Data dianalisis selama dan setelah pengumpulan data. Maksudnya, selama pengumpulan data,
data ditranskripsikan (dari pita rekaman ke data tulisan) dan disesuaikan dengan catatan peneliti.
Apabila terdapat penyimpangan, pada observasi berikutnya dapat dilakukan perekaman atau
pencatatan data dengan lebih cermat untuk menghidari kesalahan.
4. Teknik dan Alat Pengumpul Data
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cakap langsung, pencatatan
lapangan, dan perekaman. Teknik cakap langsung merupakan teknik penjaringan data melalui
percakapan antara peneliti dan informan. Pelaksanaan teknik ini dilakukan dengan cara tanya
jawab langsung dengan berpedoman pada instrumen penelitian. Teknik cakap langsung
digunakan untuk mengetahui secara langsung sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid.
Teknik pencatatan lapangan digunakan untuk mencatat konteks tuturan yang berguna untuk
memaknai data yang diperoleh, sedangkan teknik perekaman dalam penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk memperoleh data yang sebenarnya, berupa sistem sapaan pada masyarakat
Dayak Suahid.
b. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, para ahli mengemukakan pendapatnya bahwa yang menjadi
instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri, atau dengan bantuan orang lain yang merupakan
alat pengumpul data utama (Guba dan Lincoln, 1981 dalam Moleong, 2005). Hal ini dikarenakan
peneliti dalam penelitian kualitatif dipandang sebagai pencari tahu alami dalam pengumpulan
data.
Peneliti sebagai instrumen, ada beberapa prasyarat yang harus diperhatikan, yaitu: (1)
peneliti ada jarak dengan objek terteliti, (2) tetap objektif, (3) berorientasi pada tujuan penelitian,
(4) tetap setia pada data penelitian, dan (5) menyelesaikan sesuai dengan disiplin ilmu serta
paradigma.
Selain peneliti sebagai instrumen utama, penelitian ini menggunakan instrumen bantu,
yaitu alat perekam (tape recorder), kartu data atau catatan lapangan, daftar pertanyaan dan
kalimat yang mengandung kata sapaan. Alat perekam (tape recorder) digunakan untuk merekam
tuturan informan, catatan lapangan digunakan untuk mencatat konteks tuturan, dan daftar
pertanyaan dan kalimat digunakan sebagai pedoman percakapan.
c. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data ini didasarkan pada teknik yang dikemukakan oleh Miles dan
Huberman (1992: 15-20). Teknik analisis yang dimaksud meliputi: (a) reduksi data, (b)
penyajian data, dan (c) penyimpulan. Ketiga langkah tersebut merupakan satu siklus yang saling
terkait dan dilaksanakan secara serentak selama dan setelah pengumpulan data. Ketiga langkah
itu secara memadai dipaparkan di bawah ini.
Reduksi data adalah kegiatan analisis yang meliputi (a) identifikasi, (b) klasifikasi, dan
(c) kodefikasi data. Identifikasi data adalah kegiatan menyeleksi kelayakan data, misalnya dari
segi kejelasan dan ada tidaknya sistem sapaan pada masyarakat Dayak Menterap Kabut.
Klasifikasi data adalah kegiatan memilah dan mengelompokkan data berdasarkan sistem sapaan
dan konteks tuturan. Kodefikasi data adalah kegiatan memberi identitas data sesuai dengan
sistem sapaan dan konteks tuturan.
Penyajian data adalah kegiatan mengelompokkan data yang telah direduksi.
Pengelompokan data dilakukan dengan menggunakan tabel, Dengan penyajian data ini
diharapkan penarikan kesimpulan menjadi terarah.
Penarikan simpulan adalah kegiatan analisis yang lebih dikhususkan pada penafsiran data
yang telah disajikan. Penafsiran dilakukan secara menyeluruh tetang hubungan kekerabtan,
nonkekerabatan, dan tujuan penggunaan kata sapaan pada masyarakat Dayak Menterap Kabut.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
-----, 2006: Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Diah, Mohammad dkk. 1999. Morfosintaksis Bahasa Mantang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Djajasudarma, T.Fatimah. 1992. Metodologi Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian.
Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.
Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Koentjoroningrat. 1991. Metodologi Penelitian Masyarakat. Jakarta: LIPI.
Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Majalah Kalawarta edisi Juni 2006: The Nature Concervancy.
Mandaru, A. Mans dkk. 1998: Morfologi dan Sintaksis Bahasa Kemak. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Mardalis. 1989. Metode Penelitian Suatu Pendekaan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.
Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang
Metode-metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Moleong, J. Lexi. 2006. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nida, Eugena. A. 1963. Morphology: The Descriptive Analysis of Words. Ann Arbor: The University of
Michigan.
Panga, Rizal Effendy. 2008. Afiksasi Bahasa Dayak Wehea. Samarinda: Skripsi pada Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mulawarman.
Parera, Josa Daniel. 1994. Morfologi Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

More Related Content

What's hot

Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna
Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah munaProses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna
Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah munaOperator Warnet Vast Raha
 
Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda jatmika nurhadi
Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadiDiamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi
Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda jatmika nurhadijatmikanurhadi
 
Sistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos final
Sistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos finalSistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos final
Sistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos finaljuniato
 
KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...
KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...
KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...rachelianto
 
KAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN KAPUAS HULU
KAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN KAPUAS HULUKAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN KAPUAS HULU
KAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN KAPUAS HULUnataliasusanti
 
52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaul52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaulKatarina Yuliana
 
Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai...
Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai...Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai...
Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai...Maikel71
 
Dampak bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Dampak bahasa gaul terhadap bahasa indonesiaDampak bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Dampak bahasa gaul terhadap bahasa indonesiaArdhy Danu
 
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesiaPengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesiaOperator Warnet Vast Raha
 
RPP Bahasa Jawa X Pawarta Kurikulum 2013
RPP Bahasa Jawa X Pawarta Kurikulum 2013RPP Bahasa Jawa X Pawarta Kurikulum 2013
RPP Bahasa Jawa X Pawarta Kurikulum 2013harry widhiarto
 
RPP Bahasa Jawa Kelas x Materi cerkak
RPP Bahasa Jawa Kelas x Materi cerkakRPP Bahasa Jawa Kelas x Materi cerkak
RPP Bahasa Jawa Kelas x Materi cerkakharry widhiarto
 
Cover campur kode bahasa pada warga dusun teladan keutapang dua
Cover campur kode bahasa  pada warga dusun teladan keutapang duaCover campur kode bahasa  pada warga dusun teladan keutapang dua
Cover campur kode bahasa pada warga dusun teladan keutapang duaShinta Villa
 
Tugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayuTugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayuElyn Eveline
 
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistik
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistikTugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistik
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistikAhmad NazRi
 

What's hot (18)

Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna
Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah munaProses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna
Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna
 
PENELITIAN BAHASA PUTU EKA RESPATI
 PENELITIAN BAHASA PUTU EKA RESPATI PENELITIAN BAHASA PUTU EKA RESPATI
PENELITIAN BAHASA PUTU EKA RESPATI
 
Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda jatmika nurhadi
Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadiDiamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda   jatmika nurhadi
Diamorf dalam bahasa indonesia dan bahasa sunda jatmika nurhadi
 
Sistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos final
Sistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos finalSistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos final
Sistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos final
 
Makalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa munaMakalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa muna
 
KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...
KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...
KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...
 
KAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN KAPUAS HULU
KAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN KAPUAS HULUKAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN KAPUAS HULU
KAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN KAPUAS HULU
 
Bahasa dohoi
Bahasa dohoiBahasa dohoi
Bahasa dohoi
 
52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaul52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaul
 
Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai...
Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai...Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak  Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai...
Sistem Kata Kerja pada Masyarakat Dayak Kanayatn Ahe Desa Lingga Kec. Sungai...
 
Dampak bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Dampak bahasa gaul terhadap bahasa indonesiaDampak bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Dampak bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
 
Rafika
RafikaRafika
Rafika
 
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesiaPengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
 
RPP Bahasa Jawa X Pawarta Kurikulum 2013
RPP Bahasa Jawa X Pawarta Kurikulum 2013RPP Bahasa Jawa X Pawarta Kurikulum 2013
RPP Bahasa Jawa X Pawarta Kurikulum 2013
 
RPP Bahasa Jawa Kelas x Materi cerkak
RPP Bahasa Jawa Kelas x Materi cerkakRPP Bahasa Jawa Kelas x Materi cerkak
RPP Bahasa Jawa Kelas x Materi cerkak
 
Cover campur kode bahasa pada warga dusun teladan keutapang dua
Cover campur kode bahasa  pada warga dusun teladan keutapang duaCover campur kode bahasa  pada warga dusun teladan keutapang dua
Cover campur kode bahasa pada warga dusun teladan keutapang dua
 
Tugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayuTugasan bahasa melayu
Tugasan bahasa melayu
 
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistik
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistikTugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistik
Tugasan hbml3403 linguistik dan sosiolinguistik
 

Similar to Disain Penelitian Kebahasaan

penelitian kebahasaan
penelitian kebahasaanpenelitian kebahasaan
penelitian kebahasaanrachelianto
 
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)Ibi E
 
Silabus-Bahasa-Indonesia-Kelas-Xi-Peminatan fixx jadiii okeeee ira.docx
Silabus-Bahasa-Indonesia-Kelas-Xi-Peminatan fixx jadiii okeeee ira.docxSilabus-Bahasa-Indonesia-Kelas-Xi-Peminatan fixx jadiii okeeee ira.docx
Silabus-Bahasa-Indonesia-Kelas-Xi-Peminatan fixx jadiii okeeee ira.docxNovi110908
 
Silabus bhs. indonesia peminatan kls 10
Silabus bhs. indonesia peminatan kls 10Silabus bhs. indonesia peminatan kls 10
Silabus bhs. indonesia peminatan kls 10SMA Negeri 9 KERINCI
 
Afiksasi bahasa dayak pompakng desa penyalimau jaya kecamatan kapuas kabupate...
Afiksasi bahasa dayak pompakng desa penyalimau jaya kecamatan kapuas kabupate...Afiksasi bahasa dayak pompakng desa penyalimau jaya kecamatan kapuas kabupate...
Afiksasi bahasa dayak pompakng desa penyalimau jaya kecamatan kapuas kabupate...PUTU EKA RESPATI
 
Rencana Penelitian Bahasa (IKIP-PGRI Pontianak)
Rencana Penelitian Bahasa (IKIP-PGRI Pontianak)Rencana Penelitian Bahasa (IKIP-PGRI Pontianak)
Rencana Penelitian Bahasa (IKIP-PGRI Pontianak)Rina Fadhali
 
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)roviantoelieser
 
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdfMakalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdfSalisAstutiN
 
Penggunaan Bahasa Alay Dalam Jejaring Sosial
Penggunaan Bahasa Alay Dalam Jejaring SosialPenggunaan Bahasa Alay Dalam Jejaring Sosial
Penggunaan Bahasa Alay Dalam Jejaring SosialYuliaDwi9
 

Similar to Disain Penelitian Kebahasaan (20)

penelitian kebahasaan
penelitian kebahasaanpenelitian kebahasaan
penelitian kebahasaan
 
tugas individu
tugas individutugas individu
tugas individu
 
Makalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa munaMakalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa muna
 
Makalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa munaMakalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa muna
 
Makalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa munaMakalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa muna
 
Disain Penelitian Kebahasaan
Disain Penelitian KebahasaanDisain Penelitian Kebahasaan
Disain Penelitian Kebahasaan
 
Disain Penelitian Kebahasaan
Disain Penelitian KebahasaanDisain Penelitian Kebahasaan
Disain Penelitian Kebahasaan
 
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
 
Silabus-Bahasa-Indonesia-Kelas-Xi-Peminatan fixx jadiii okeeee ira.docx
Silabus-Bahasa-Indonesia-Kelas-Xi-Peminatan fixx jadiii okeeee ira.docxSilabus-Bahasa-Indonesia-Kelas-Xi-Peminatan fixx jadiii okeeee ira.docx
Silabus-Bahasa-Indonesia-Kelas-Xi-Peminatan fixx jadiii okeeee ira.docx
 
Silabus bhs. indonesia peminatan kls 10
Silabus bhs. indonesia peminatan kls 10Silabus bhs. indonesia peminatan kls 10
Silabus bhs. indonesia peminatan kls 10
 
Afiksasi bahasa dayak pompakng desa penyalimau jaya kecamatan kapuas kabupate...
Afiksasi bahasa dayak pompakng desa penyalimau jaya kecamatan kapuas kabupate...Afiksasi bahasa dayak pompakng desa penyalimau jaya kecamatan kapuas kabupate...
Afiksasi bahasa dayak pompakng desa penyalimau jaya kecamatan kapuas kabupate...
 
Proposal penelitian kebahasaan dan sosial
Proposal penelitian kebahasaan dan sosialProposal penelitian kebahasaan dan sosial
Proposal penelitian kebahasaan dan sosial
 
Rencana Penelitian Bahasa (IKIP-PGRI Pontianak)
Rencana Penelitian Bahasa (IKIP-PGRI Pontianak)Rencana Penelitian Bahasa (IKIP-PGRI Pontianak)
Rencana Penelitian Bahasa (IKIP-PGRI Pontianak)
 
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
 
Aspek membaca
Aspek membacaAspek membaca
Aspek membaca
 
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdfMakalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
Makalah Bahasa Indonesia Kelompok 2 A8.pdf
 
Penggunaan Bahasa Alay Dalam Jejaring Sosial
Penggunaan Bahasa Alay Dalam Jejaring SosialPenggunaan Bahasa Alay Dalam Jejaring Sosial
Penggunaan Bahasa Alay Dalam Jejaring Sosial
 
Aspek membaca
Aspek membacaAspek membaca
Aspek membaca
 
Aspek membaca
Aspek membacaAspek membaca
Aspek membaca
 
Aspek membaca
Aspek membacaAspek membaca
Aspek membaca
 

Recently uploaded

Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 

Disain Penelitian Kebahasaan

  • 1. BAGIAN 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting keberadannya bagi masyarakat. Bahasa digunakan masyarakat untuk mengungkapkan ide, pikiran dan perasaan kepada orang lain sehingga akan terjalin interaksi antarmasyarakan, tanpa bahasa komunikasi tidak akan terjalin dengan baik. Bangsa Indonesia memiliki keberagaman bahasa selain bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dan bahasa nasional. Bahasa Dayak Suahid merupakan satu di antara bahasa daerah yang terdapat di wilayah Indonesia, tepatnya di daerah Kecamatan Nanga Suahid, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Sampai sekarang, bahasa ini masih digunakan oleh masyarakat Dayak Suahid. Mereka melakukan migrasi ke hulu Sungai Kapuas., maka bahasa yang digunakanpun adalah bahasa Dayak Suahid juga. Untuk mempermudah pengambilan data penelitian, peneliti membatasi lokasi penelitian sistem sapaan pada masyarakat Suahid dilakukan di Dusun Kerangas , Desa Kerangas, Kecamatan Nanga Suahid, Kabupaten Kapuas Hulu. Berdasarkan pengamatan peneliti, pemilihan Dusun Kerangas sebagai lokasi penelitian dikarenakan bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang masih belum tercampur dengan bahasa lain dan didukung kondisi masyarakat yang masih asli. Selain itu, mayoritas penuturnya berada di Dusun Kerangas. Bahasa Dayak Suahid dipergunakan sebagai sarana komunikasi masyarakat setempat yang mempunyai sistem bahasa sama dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah lainnya. Sistem bahasa tersebut seperti: fonologi mendeskripsikan masalah bunyi, morfologi
  • 2. mendeskripsikan bentuk kata, sintaksis mendeskripsikan bentuk kalimat, dan semantik mendeskripsikan bentuk makna. Luasnya sistem bahasa yang ada, maka pada penelitian ini dibatasi tentang sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid dalam hubungan kekerabatan dan nonkekerabatan. Beberapa pertimbangan dari peneliti dalam mengambil penelitian mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid. Pertama, berdasarkan kajian kepustakaan, penelitian mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid belum pernah dilakukan. Kedua, dalam bahasa Dayak Suahid terdapat keunikan tersendiri yang menjadi sebuah ciri khas bahasa tersebut, sehingga menjadikan bahasa Dayak Suahid sangat berbeda dengan bahasa-bahasa daerah lain yang terkadang hampir mempunyai kemiripan. Misalnya: (1) Tok apak aku. (sapaan dalam bahasa Dayak Suahid) Inilah ayahmu. (sapaan dalam bahasa Indonesia) (2) Kemenai adaek nuan? (sapaan dalam bahasa Dayak Suahid) Kemanakah adikmu? (sapaan dalam bahasa Indonesia) Ketiga, sebagai usaha peneliti untuk mendokumentasikan secara tertulis agar terjadi kelestarian penggunaan bahasa Dayak Suahid. Keempat, untuk mengetahui lebih dalam mengenai bentuk kata sapaan baik dalam hubungan kekerabatan maupun nonkekrabatan serta tujuan penggunaannya dalam masyarakat Dayak Suahid. Kelima, penelitian ini juga sebagai upaya menambah literatur kebahasaan, khususnya literatur bahasa daerah. Pada penelitian sebelumnya mengenai sistem sapaan, terdapat dua peneltian yang relevan. Pertama, penelitian Sistem Sapaan pada Masyarakat Melayu Ketapang, dengan simpulannya yaitu terdapat 14 sapaan dalam hubungan kekerabatan dan 10 sapaan dalam hubungan nonkekerabtan (Sari Handayani, 2010). Kedua, Sistem Sapaan pada Bahasa Dayak Kanayatn
  • 3. Dialek Bajare Kecamatan Mempawah Hulu, dengan simpulannya yaitu terdapat 5 sapaan dalam hubungan kekerabatan dan 5 sapaan dalam hubungan nonkekerabatan (Rusmalasari, 2008). Berikut beberapa rekomendasi atau saran dari peneltian-penelitian di atas. 1. Sebagai bentuk pelestarian terhadap bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia. Diharapkan berbagai kalangan akan lebih menghargai bahasa daerah serta sebagai sarana untuk saling mempelajari dan mengenal berbagai bentuk kebahasaan dalam meningkatkan persaudaraan antarsuku bangsa. 2. Bagi pengajar, penelitian-penelitian di atas dapat dijadikan rujukan dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pengajar dapat memanfaatkan bahasa daerah hasil penelitian sebagai materi pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam pembelajaran kebahasaan dan muatan lokal. 3. Bagi pelajar, penelitian ini dapat menumbuhkan sikap apresiatif terhadap kebahasaan, khususnya bahasa daerah, serta dapat memberikan pemahaman untuk lebih mengenal dan menghargai bahasa aslinya. 4. Bagi masyarakat, khususnya `tempat penelitian ini dilakukan, agar senantiasa menjaga dan melestarikan bahasa daerah sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Peneliti lain dapat menggunakan hasil penelitian di atas sebagai bahasan perbandingan analisis, metode maupun langkah-langkah dalam melakukan penelitian bahasa. Penelitian mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam bidang pembelajaran. Misalnya, di sekolah dasar dapat dijadikan sebagai kurikulum muatan lokal di sekolah. Jika dihubungkan dengan pembelajaran yang terkandung dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), penelitian ini dapat
  • 4. manfaatkan sebagai bahan pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya di bidang pembelajaran kebahasaan sebagai bahan perbandingan dalam proses pembelajaran di sekolah. B. Masalah Penelitian Masalah umum yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid?” Masalah ini dirincikan lagi ke dalam submasalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah sistem sapaan dalam masyarakat Dayak Suahid berdasarkan hubungan kekerabatan? 2. Bagaimanakah sistem sapaan dalam masyarakat Dayak Suahid berdasarkan hubungan nonkekerabatan? 3. Bagaimanakah tujuan penggunaan kata sapaan dalam masyarakat Dayak Suahid ? D. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan sistem sapaan dalam bahasa Dayak Suahid berdasarkan hubungan kekerabatan. 2. Mendeskripsikan sistem sapaan dalam bahasa Dayak Suahid berdasarkan hubungan nonkekerabatan. 3. Mendeskripsikan tujuan penggunaan kata sapaan dalam bahasa Dayak Suahid. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis yang diharapkan adalah sebagai bahan pembelajaran dan pengembangan dalam kajian
  • 5. kebahasaan, khususnya yang berkaitan dengan sistem sapaan. Manfaat praktisnya antara lain sebagai berikut. 1. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan tentang bahasa, khusunya mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid. 2. Bagi guru bahasa Indonesia Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru bahasa Indonesia sebagai salah satu alternasi bahan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran kebahasaan yang berkaitan dengan sistem sapaan. 3. Bagi penelitian lainnya Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternasi bahan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya di bidang kebahasaan, khususnya yang berkaitan dengan sistem sapaan. F. Ruang Lingkup Penelitian Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya ruang lingkup agar penelitian yang dilakukan terarah. Penulis memfokuskan untuk mendeskripsikan sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid sebagai berikut. 1. Pembahasan mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid dalam hubungan kekerabatan dibagi menjadi dua, sebagai berikut. a. Sapaan karena hubungan keturunan atau karena pertalian darah dibedakan menjadi empat yaitu: bentuk sapaan bagi orang yang lebih tua, bentuk sapaan untuk saudara, bentuk sapaan untuk sebaya, dan bentuk sapaan berdasarkan urutan generasi anak.
  • 6. b. Sapaan hubungan keluarga karena perkawinan dibagi menjadi delapan yaitu: suami, istri, mertua, ipar, biras, menantu, besan, dan kemenakan. 2. Pembahasan mengenai bentuk penggunaan sapaan pada masyarakat Dayak Suahid dalam hubungan nonkekerabatan (sapaan dalam masyarakat) dibagi menjadi delapan yaitu: sapaan untuk orang yang lebih tua laki-laki dan perempuan, sapaan untuk orang yang lebih muda laki- laki dan perempuan, sapaan untuk orang yang belum dikenal, sapaan untuk orang sebaya, sapaan dalam profesi, sapaan dalam keagamaan, sapaan dalam jabatan, dan sapaan dalam adat istiadat. 3. Pembahasan mengenai tujuan penggunaan kata sapaan dalam bahasa Dayak Suahid dibagi menjadi tiga yaitu: sepaan sebagai tanda hormat, sapaan sebagai ungkapan sakit hati, dan sapaan ungkapan kekerabatan.
  • 7. BAGIAN II KAJIAN PUSTAKA A. Penjelasan Istilah Penjelasam istilah dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman antara peneliti dan pembaca dalam memahami istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan istilah tersebut sebagai berikut. 1. Kata Sapaan Kata sapaan adalah morfem, kata, atau frase yang digunakan untuk saling merujuk dalam situasi pembicaraan dan yang berbeda-beda menurut sifat hubungan antara pembicara (Kridalaksana, 2008: 214). 2. Sistem sapaan Sistem sapaan adalah sistem yang mengikat unsur-unsur bahasa yang menandai perbedaan status dan peran partisipan dalam komunikasi dengan bahasa (Kridalaksana, 2008: 224). 3. Bahasa Dayak Suahid. Bahasa Dayak Suahid adalah bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat suku Dayak yang bermukim di Sungai Kpuas, Kecamatan Nanga Suahid, Kabupaten Kapuas Hulu. Berdasarkan penjelasan istilah yang telah dikemukakan di atas, penelitian mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid dapat diartikan sebagai suatu penelitian yang membahas bentuk sapaan berupa morfem, kata, atau frase yang merupakan sebuah sistem yang mengikat unsur-unsur bahasa yang menandai perbedaan status dan peran partisipan dalam komunikasi dengan bahasa dalam situasi pembicaraan menurut sifat hubungan pada masyarakat Dayak Suahid. Sifat hubungan yang dimaksud merupakan sapaan hubungan kekerabatan dan nonkekerabatan. Sapaan hubungan kekerabatan adalah sapaan yang dugunakan untuk menyapa
  • 8. orang yang lebih tua dan sebaliknya dalam sebuah keluarga disesuaikan menurut hubungan kekerabatan, sedangkan sapaan pada hubungan nonkekerabatan adalah kata-kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang-orang yang tidak memiliki hubungan keluarga. B. Kajian Teoretis Penelitian ini merupakan sebuah kajian sosiolinguistik, dan teori yang digunakan adalah teori sosiolinguistik. Penggunaan toeri ini sebagai dasar acuan analisis yang berkaitan langsung dengan masalah penelitian. Sosiolingustik adalah ilmu yang membicarakan hal ikhwal yang dikaitkan dengan masyarakat pemakainya. Dalam hal ini, sosiolinguistik memandang bahasa sebagai sistem komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat dan budaya tertentu, sedangkan pemakai bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi-situasi konkret. 1. Kata Sapaan Menurut Anwar (2003:399) kata sapaan adalah perkataan untuk menegur, mengajak bercakap-cakap dan sebagainya. Oleh karena itu, sapaan merupakan satu di antara cara menegur orang yang di ajak bicara serta merupakan suatu cara menyampaikan maksud dari yang menyapa kepada yang disapa baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan dalam bentuk kata-kata. Menurut Kridalaksana (2001:191), kata sapaan adalah morfem, kata atau frase yang digunakan untuk saling menunjuk dalam situasi pembicaraan yang berbeda-beda menurut sifat hubungan atau pembicaraan. Menurut Sugiono (2006:77), kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menyapa orang yang diajak bicara (orang kedua) atau menggantikan nama ketiga. Berikut ini beberapa contoh yang digunakan sebagai sapaan. (1) Nama diri seperti Budi dan Pepi
  • 9. (2) Kata yang tergolong istilah kekerabatan, seperti: bapak, ibu, paman, bibi, adik, kakak, mas, atau abang. (3) Gelar kepangkatan, profesi atau jabatan, seperti: kapten, profesor, dokter, dan sopir. Kata sapaan ini sangat terikat pada adat istiadat setempat, seperti adat kesantunan serta situasi dan kondisi percakapan. Itulah sebabnya kaidah kebahasaan sering terkalahkan oleh adat atau kebiasaan yang berlaku di daerah tempat bahasa tersebut tumbuh dan berkembang. Chaer (2006: 107), kata sapaan adalah kata-kata yang digunakan untuk menyapa, menegur, atau menyebut orang kedua atau orang yang diajak bicara. Dengan demikian, kata sapaan merupakan satu di antara penyampaian maksud dari yang disapa kepada yang disapa, baik lisan maupun tulisan dalam bentuk perangkat kata-kata. Kata-kata sapaan ini tidak mempunyai perbendaharaan kata sendiri, seseorang langsung disapa dengan nama diri atau nama perkerabatan. Sebagai kata sapaan, kata nama diri dapat digunakan dalam bentuk utuh seperti Arif, Supri, Norman, dan Bejo. Kata sapaan nama diri dapat juga disingkat, seperti: (1) Rif (bentuk utuhnya Arif) (2) Ri (bentuk utuhnya Supri) (3) Man (bentuk utuhnya Norman) (4) Jo (bentuk utuhnya Bejo) Selain nama diri, dalam nama perkerabatan semua bentuk utuh dan disingkat dapat juga digunakan, seperti: (1) pak (bentuk utuhnya bapak) (2) yah (bentuk utuhnya ayah) (3) bu (bentuk utuhnya ibu)
  • 10. (4) kak (bentuk utuhnya kakak) (5) dik (bentuk utuhnya adik) (6) bi (bentuk utuhnya bibi) (7) kek (bentuk utuhnya kakek) (8) nek (bentuk utuhnya nenek) (9) nak (bentuk utuhnya anak) (10) cu (bentuk utuhnya cucu) Perlu diperhatikan, tidak semua kata kekerabatan mempunyai bentuk singkatan. Menurut Chaer (2006: 107) kata saudara dan paman tidak ada bentuk singkatannya. Jadi, harus digunakan dalam bentuk utuh, tetapi ada juga pemakaian paman disingkat man tergantung pada tempat dan situasi pemakaian. Menurut Kridalaksana (1975:14), satuan bahasa mempunyai sistem tutur sapa, yakni sistem yang mempertautkan seperangkat kata-kata atau ungkapan yang dipakai untuk menyebut dan memanggil para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa. Oleh karena itu, sapaan merupakan satu di antara cara penyampaian maksud dari yang menyapa kepada yang disapa, baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk prangkat kata-kata. Tutur sapa sebagai suatu bentuk sistem untuk penyampaian maksud, mempunyai peranan penting karena sistem penyapa yang berlaku dalam bahasa-bahasa tertentu berbeda dengan sistem panyapa yang berlaku bahasa yang lain. perbedaan itu tidak terletak pada kosakata sapaan, tetapi juga pada sikap penuturnya ketika proses sapaan berlangsung. Menurut Kridalaksana (1975: 140), ada sembilan kelompok tentang sapaan untuk orang kedua dalam bahasa Indonesia, yaitu: 1. kata ganti orang kedua seperti engkau, kamu
  • 11. 2. nama diri seperti Mita, Edi, atau dapat didahului katas saudara, tuan, nyonya 3. istilah kekerabatan seperti kakek, paman, dan abang 4. gelar dan pangkat seperti jenderal dan dokter 5. kata ganti agentif seperti penonton dan pendengar 6. bentuk nomina+ku seperti kekasihku dan ibuku 7. kata-kata diektis atau penunjuk seperti situ 8. bentuk nominal lainnya seperti bung dan anda 9. bentuk zero seperti kalau O senang dengan buku itu ambillah! Brown dan Gilman (1997:76), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan resiprokal dan nonresiprokal. Hubungan antar pelaku bicara tergantung pada: a. perbedaan kerabat, yaitu kawan bicara masih punya hubungan darah, b. perbedaan umur, yaitu apakah umur lawan bicara lebih tua, sama umurnya, atau lebih muda dari pembicaraan, c. perbedaan jabatan, yaitu apakah jabatan lawan bicara lebih tinggi, sama atau lebih rendah dari pembicara, d. perbedaan situasi, yaitu situasi yang ada pada saat terjadinya peristiwa tutur. Situasi yang ada dapat bersifat sangat formal atau tidak formal, e. perbedaan situasi sosial, yaitu perbedaan status sosial dan perbedaan tingkt sosial antarpelaku wicara. Pembicaraan akan melihat apakah status sosial lawan bicaranya lebih tinggi, sama atau lebih rendah. Ukuran status sosial dalam hal ini adalah kedudukan seseorang dalam lingkungan masyarakatnya, f. hubungan kekerabatannya, yaitu apakah pembicara telah mengenal dengan baik kawan bicaranya. Hubungan kekerabatan lawan bicaradapat bersifat sangat akrab atau tidak akrab, dan g. tujuan pembicaraan, yaitu maksud dan tujuan pembicaraan melakukan pembicaraan dengan kawan bicara. Dalam hal ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu afektif, pembicaraan biasa, atau menghina.
  • 12. Badudu Zain dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), kata sapaan adalah kata yang dipakai untuk menyapa orang, seperti ibu, nyonya, tuan, bapak atau saudara. Kata sapaan juga dapat berupa kata benda yang merujuk pada seseorang, contoh: (1) Hendak kemana kakek sepagi ini? (kata sapaan) (2) Ia heran melihat Bapaknya pulang larut malam. (kata benda) (3) Apakah Tuan mengenal istrinya? (kata sapaan dan benda) Kata sapaan yang digunakan dalam kalimat (1) merupakan kata sapaan karena penyapa berbicara langsung dengan orang yang disapa, yaitu Kakek. Pada kalimat (2) merupakan kata benda, karena pada kalimat tersebut memberitahukan bahwa seseorang merasa heran melihat Bapaknya pulang larut malam tanpa berbicara langsung dengan objek. Sedangkan pada kalimat (3) kata Tuan merupakan kata sapaan karena penyapa berbicara langsung dengan disapa, dan kata istri merupakan kata benda karena penyapa berbicara kepada yang disapa untuk menanyakan istri dari pihak ketiga. 2. Sapaan dalam Hubungan Kekerabatan Kekerabatan merupakan suatu bentuk hubungan sosial yang terjadi karena keturunan dan perkawinan. Sapaan dalam hubungan kekerabatan ialah sapaan yang digunakan untuk menyapa orang yang lebih tua atau sebaliknya dalam sebuah keluarga disesuaikan menurut hubungan keluarga. a. Sapaan berdasarkan keturunan atau hubungan darah 1) Sapaan terhadap yang Lebih Tua Sapaan terhadap yang lebih tua ialah sapaan yang ditunjukkan untuk menyapa orang yang lebih tua dari penyapa. a) Sapaan terhadap orang tua kakek atau nenek
  • 13. Sapaan untuk orang tua dari kakek atau nenek adalah moyang atau buyut adalah. Sapaan moyang digunakan baik orang tua kakek laki-laki maupun perempuan oleh cicitnya. Sapaan moyang ini sudah jarang ditemui dalam satu keturunan karena faktor umur yang tak memungkinkan lagi. b) Sapaan terhadap orang tua laki-laki dari ayah dan ibu Sapaan terhadap orang tua laki-laki dari ayah dan ibu adalah kakek. Sapaan kakek ini digunakan untuk menyapa orang tua laki-laki baik dari ayah maupun ibu oleh cucunya. c) Sapaan terhadap orang tua perempuan dari ayah dan ibu Sapaan terhadap orang tua perempuan dari ayah dan ibu adalah nenek. Sapaan nenek digunakan untuk menyapa orang tua perempuan baik dari ayah maupun ibu oleh cucunya. d) Sapaan terhadap orang tua laki-laki Sapaan terhadap orang tua laki-laki adalah bapak atau ayah. Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa mertua laki-laki oleh menantunya. e) Sapaan terhadap orang tua perempuan Sapaan terhadap orang tua perempuan adalah ibu. Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa mertua perempuan oleh menantunya. f) Sapaan terhadap saudara tua dan muda laki-laki dari orang tua Sapaan terhadap saudara tua laki-laki dari orang tua adalah paman atau om. Sapaan paman atau om digunakan untuk menyapa saudara tua laki-laki dari orang tua oleh kemenakannya. g) Sapaan terhadap saudara tua dan muda perempuan dari orang tua Sapaan terhadap saudara tua perempuan dari orang tua adalah bibi atau ibu. Sapaan bibi atau ibu digunakan untuk menyapa saudara tua perempuan dari orang tua oleh kemenakannya. 2) Sapaan terhadap saudara a) Sapaan terhadap saudara tua laki-laki
  • 14. Sapaan terhadap saudara tua laki-laki adalah abang. Sapaan abang digunakan oleh saudara yang lebih muda untuk menyapa saudara yang lebih tua, sapaan ini juga digunakan untuk menyapa sepupu laki-laki yang lebih tua. b) Sapaan terhadap saudara tua perempuan Sapaan terhadap saudara tua perempuan adalah kakak. Sapaan kakak digunakan oleh saudara yang lebih muda untuk menyapa saudara yang lebih tua, sapaan ini juga digunakan untuk menyapa sepupu perempuan yang lebih tua. c) Sapaan terhadap saudara muda laki-laki atau perempuan Sapaan terhadap saudara muda laki-laki atau perempuan adalah adik, sapaan adik biasanya disertai dengan nama diri atau dengan nama saja. Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa saudara sepupu laki-laki maupun perempuan yang lebih muda. 3) Sapaan terhadap yang sebaya Sapaan terhadap yang sebaya dalam keluarga cukup dengan nama saja. Sapaan nama dapat digunakan untuk mengakrabkan diri antara panyapa dan yang disapa. Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa sepupu yang sebaya. 4) Sapaan berdasarkan urutan generasi anak a) Sapaan terhadap anak laki-laki atau perempuan Sapaan utama terhadap anak laki-laki atau perempuan umumnya adalah menggunakan nak, nak+nama, atau nama saja. b) Sapaan terhadap cucu laki-laki atau perempuan Sapaan utama terhadap cucu laki-laki atau perempuan umumnya adalah cu, cu+nama, atau nama saja. b. Sapaan hubungan keluarga berdasarkan perkawinan
  • 15. Istilah kekerabatan yang disebabkan oleh ikatan perkawinan yaitu suami, istri, mertua, ipar, menantu, biras, besan, dan kemanakan. 1) Suami Suami adalah saudara laki-laki yang sudah menikah. Suami biasanya disapa dengan bapak, pak, atau bang oleh istrinya. 2) Istri Istri adalah perempuan yang sudah menikah. Biasanya istri dipanggil dengan bu, ma, dek atau dengan nama saja oleh suaminya. 3) Mertua perempuan dan laki-laki Mertua adalah orang tua dari suami maupun istri. Sapaan untuk mertua laki-laki sama dengan orang tua laki-laki, yaitu bapak atau ayah, begitu juga sebaliknya untuk mertua perempuan sama dengan orang tua perempuan, yaitu ibu atau mama. 4) Ipar Ipar adalah istilah untuk menyapa saudara tua atau saudara muda dari suami atau istri, baik laki- laki maupun perempuan. Sapaan untuk menyapa saudara tua dari istri atau sumai yaitu kakak atau kakak+nama untuk perempuan, abang atau abang+nama untuklaki-laki, sedangkan untuk menyapa saudara muda dari istri atau suami yaitu adik ipar atau cukup dengan nama saja. 5) Menantu laki-laki atau perempuan Menantu adalah suami atau istri dari anak, menantu biasa dipanggil nak atau nama saja oleh mertuanya. 6) Biras
  • 16. Biras adalah pertalian keluarga antara dua orang karena masing-masing menikah dengan dua orang bersaudara. Misalnya, A dan B bersaudara, A menikah dengan C sedangkan B menikah dengan D, maka C dan D adalah biras. 7) Besan Besan adalah orang tua dari menantu laki-laki atau perempuan. Besan biasa dipanggil pak, pak+nama atau bu, bu+nama, atau nama besan saja. 8) Kemenakan Kemenakan adalah sapaan terhadap anak dari saudara, seperti anak kakak, adik, dan abang. Sapaan yang digunakan cukup dengan nama saja. 3. Sapaan dalam Hubungan Nonkekerabatan Sapaan dalam hubungan kekerabatan sering juga disebut sapaan dalam masyarakat. Sapaan dalam masyarkat adalah sapaan yang digunakan untuk menyapa anggota masyarakat yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan atau hubungan darah. a. Sapaan terhadap yang lebih tua laki-laki dan perempuan Sapaan yang sering digunakan untuk menyapa orang yang lebih tua laki-laki yaitu bapak atau pak, sedangkan untuk menyapa orang yang lebih tua perempuan yaitu ibu atau bu. Sapaan bisa juga disesuaikan dengan urutan kelahiran orang tersebut. b. Sapaan terhadap yang lebih muda Sapaan terhadap yang lebih muda baik laki-laki maupun perempuan yaitu adik, dik atau dengan nama diri saja. c. Sapaan terhadap yang sebaya Sapaan terhadap orang yang sebaya dalam masyarakat dapat disapa dengan sapaan nama diri.
  • 17. d. Sapaan terhadap orang yang belum dikenal Sapaan terhadap orang yang belum dikenal biasanya menyesuaikan dengan kondisi lingkungan, sapaan pak atau bu digunakan untuk orang yang kira-kira sebaya dengan ayah atau ibu, sedangkan bang atau kak digunakan untuk menyapa orang yang sebaya dengan kakak atau abang. Sapaan ini juga bisa disesuaikan dengan urutan kelahiran orang tersebut. e. Sapaan dalam profesi Sapaan dalam profesi biasanya menggunakan sapaan pak atau bu. Penggunaan sapaan tersebut dikarenakan tuntutan profesi seseorang agar lebih sopan. Misalnya, ketika berbicara dengan seorang dosen, maka panyapa akan menggunakan sapaan pak dosen atau bu dosen. f. Sapaan dalam jabatan Sapaan dalam jabatan digunakan untuk menyapa orang-orang yang mempunyai jabatan tertentu dalam masyarakat. Misalnya menyapa presiden, gubernur, bupati, dan camat. 4. Tujuan penggunaan kata sapaan a. Sapaan tanda hormat Sapaan tanda hormat merupakan sapaan yang menjunjung tinggi sopan santun dalam menghargai orang lain meskipun orang tersebut tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan panyapa. Contoh sapaan tanda hormat, sapaan bapak, ibu, yang mulia, yang terhormat dan yang berbahagia. b. Sapaan ungkapan sakit hati Sapaan sakit hati merupakan sapaan kepada seseorang yang tidak senang dengan yang disapa. Sapaan semacam ini terjadi akibat adanya permusuhan, iri hati, atau sengketa antara kedua belah pihak. Sapaan yang digunakan umumnya berkonotasi negatif, seperti setan, pelacur,
  • 18. anjing, atau iblis. Makna yang diungkapkan selalu merujuk pada sapaan yang menggambarkan seseorang tersebut sesuai sapaan yang di ungkapkan. c. Sapaan ungkapan keakraban Faktor kekerabatan antara penyapa dan yang disapa sangat mempengaruhi penggunaan sapaan. Keakraban yang terjalin antara penyapa dan yang disapa tidak menyebabakan sakit hati atau direndahkan. Contoh, penggunaan kata binatang untuk mengganti nama yang disapa, keadaan fisik, ataupun penggunaan kata sapaan yang berhubungan dengan kebiasaan jelek yang disapa.
  • 19. BAGIAN III Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini mengkaji bentuk sapaan pada masyarakat Dayak Suahid, meliputi: sapaan kekerabatan, nonkekerabatan, dan tujuan penggunaan kata sapaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif diarahakn sebagai prosedur pemecahan masalah yang akan diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek yang diteliti secara apa adanya sesuai dengan fakta pada saat penelitian dilakukan. Dengan metode deskriptif, penelitian dilakukan semata-mata berdasarkan fakta atau fenomena yang memang hidup pada penuturnya. Dalam hal ini, metode dekriptif memberikan gambaran yang objektif tentang sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid yang akan dianalisis sesuai dengan faktor pemakaian sebenarnya dari bahasa Dayak Suahid. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kulaitatif merupakan bentuk penelitian yang menggambarkan suatu keadaaan dengan uraian. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2005:11). Oleh karena itu, data yang akan dikumpulkan tidak menggunakan angka-angka atau perhitungan, melainkan mengacu pada makna atau pemahaman terhadap interkasi terhadap konsep data yang dianalisis. Dengan demikian data dianalisis dalam bentuk uraian dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
  • 20. Pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri berlatar alamiah, bersifat deskriptif, lebih mengutamakan proses daripada hasil, dan analisis data bersifat induktif (Bogdan dan Biklen, 1982 dalam Djajasudarma,1994). Berlatar alamiah, maksudnya data penelitian bersumber dari peristiwa-peristiwa komunikasi dan situasi alamiah yang berlangsung di masyarakat Dayak Suahid. Bersifat deskriptif, maksudnya data dikumpulkan berbentuk deskripsi wacana. Data dilengkapi dengan konteks terjadinya interaksi. Pendeskripsian konteks diupayakan hingga menyentuh hal-hal kecil, seperti waktu, tempat, dan kedudukan partisipan. Hasil analisis data dilaporkan dalam bentuk deskripsi fenomenologis, artinya hasil analisis dipaparkan sesuai dengan temuan di lapangan tanpa dihubungkan dengan variabel-variabel tertentu. Lebih mengutamakan proses daripada hasil, maksudnya dalam pelaksanaan penelitian ini, khususnya kegiatan pengumpulan lebih diorientasikan pada proses. Pengorientasian tersebut, misalnya pengupayaan waktu pelaksanaan pengumpulan data yang bersifat fleksibel. Karena itu, jadwal tidak dijadikan target. Demikian halnya dengan perolehan data, baik jenis maupun jumlahnya tidak didasarkan pada perencanaan atau target tertentu. Analisis data bersifat induktif, maksudnya penelitian ini tidak diarahkan untuk memperkuat atau menolak hipotesis tertentu. Karena itu, paparan hasil analisis penelitian yang berkaitan dengan sistem sapaan pada masyarakat Dayak Menterap Kabut lebih didasarkan pada data alamiah yang terkumpul di lapangan. 3. Data dan Sumber Data a. Data Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang mengandung sapaan dan konteks penggunaannya pada masyarakat Dayak Suahid.
  • 21. b. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa yang dituturkan oleh penutur asli bahasa Dayak Suahid dan konteks tuturan yang diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan lapangan secara langsung. Konteks ini dimasukkan dalam sumber data karena konteks tuturan berpengaruh terhadap tujuan penggunaan kata sapaan pada masyarakat Dayak Suahid. Subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat asli penutur bahasa Dayak Suahid. Namun, tidak semua masyarakat asli penutur bahasa Dayak Suahid mempunyai kedudukan yang sama sebagai informan dalam penelitian, sebab terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai seorang informan, sebagai berikut: Data dianalisis selama dan setelah pengumpulan data. Maksudnya, selama pengumpulan data, data ditranskripsikan (dari pita rekaman ke data tulisan) dan disesuaikan dengan catatan peneliti. Apabila terdapat penyimpangan, pada observasi berikutnya dapat dilakukan perekaman atau pencatatan data dengan lebih cermat untuk menghidari kesalahan. 4. Teknik dan Alat Pengumpul Data a. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cakap langsung, pencatatan lapangan, dan perekaman. Teknik cakap langsung merupakan teknik penjaringan data melalui percakapan antara peneliti dan informan. Pelaksanaan teknik ini dilakukan dengan cara tanya jawab langsung dengan berpedoman pada instrumen penelitian. Teknik cakap langsung digunakan untuk mengetahui secara langsung sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid. Teknik pencatatan lapangan digunakan untuk mencatat konteks tuturan yang berguna untuk memaknai data yang diperoleh, sedangkan teknik perekaman dalam penelitian ini dilakukan
  • 22. dengan tujuan untuk memperoleh data yang sebenarnya, berupa sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid. b. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, para ahli mengemukakan pendapatnya bahwa yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri, atau dengan bantuan orang lain yang merupakan alat pengumpul data utama (Guba dan Lincoln, 1981 dalam Moleong, 2005). Hal ini dikarenakan peneliti dalam penelitian kualitatif dipandang sebagai pencari tahu alami dalam pengumpulan data. Peneliti sebagai instrumen, ada beberapa prasyarat yang harus diperhatikan, yaitu: (1) peneliti ada jarak dengan objek terteliti, (2) tetap objektif, (3) berorientasi pada tujuan penelitian, (4) tetap setia pada data penelitian, dan (5) menyelesaikan sesuai dengan disiplin ilmu serta paradigma. Selain peneliti sebagai instrumen utama, penelitian ini menggunakan instrumen bantu, yaitu alat perekam (tape recorder), kartu data atau catatan lapangan, daftar pertanyaan dan kalimat yang mengandung kata sapaan. Alat perekam (tape recorder) digunakan untuk merekam tuturan informan, catatan lapangan digunakan untuk mencatat konteks tuturan, dan daftar pertanyaan dan kalimat digunakan sebagai pedoman percakapan. c. Teknik Analisis Data Teknik analisis data ini didasarkan pada teknik yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992: 15-20). Teknik analisis yang dimaksud meliputi: (a) reduksi data, (b) penyajian data, dan (c) penyimpulan. Ketiga langkah tersebut merupakan satu siklus yang saling terkait dan dilaksanakan secara serentak selama dan setelah pengumpulan data. Ketiga langkah itu secara memadai dipaparkan di bawah ini.
  • 23. Reduksi data adalah kegiatan analisis yang meliputi (a) identifikasi, (b) klasifikasi, dan (c) kodefikasi data. Identifikasi data adalah kegiatan menyeleksi kelayakan data, misalnya dari segi kejelasan dan ada tidaknya sistem sapaan pada masyarakat Dayak Menterap Kabut. Klasifikasi data adalah kegiatan memilah dan mengelompokkan data berdasarkan sistem sapaan dan konteks tuturan. Kodefikasi data adalah kegiatan memberi identitas data sesuai dengan sistem sapaan dan konteks tuturan. Penyajian data adalah kegiatan mengelompokkan data yang telah direduksi. Pengelompokan data dilakukan dengan menggunakan tabel, Dengan penyajian data ini diharapkan penarikan kesimpulan menjadi terarah. Penarikan simpulan adalah kegiatan analisis yang lebih dikhususkan pada penafsiran data yang telah disajikan. Penafsiran dilakukan secara menyeluruh tetang hubungan kekerabtan, nonkekerabatan, dan tujuan penggunaan kata sapaan pada masyarakat Dayak Menterap Kabut.
  • 24. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. -----, 2006: Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Diah, Mohammad dkk. 1999. Morfosintaksis Bahasa Mantang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Djajasudarma, T.Fatimah. 1992. Metodologi Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah. Koentjoroningrat. 1991. Metodologi Penelitian Masyarakat. Jakarta: LIPI. Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Majalah Kalawarta edisi Juni 2006: The Nature Concervancy. Mandaru, A. Mans dkk. 1998: Morfologi dan Sintaksis Bahasa Kemak. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Mardalis. 1989. Metode Penelitian Suatu Pendekaan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Moleong, J. Lexi. 2006. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nida, Eugena. A. 1963. Morphology: The Descriptive Analysis of Words. Ann Arbor: The University of Michigan. Panga, Rizal Effendy. 2008. Afiksasi Bahasa Dayak Wehea. Samarinda: Skripsi pada Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mulawarman. Parera, Josa Daniel. 1994. Morfologi Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.