1. 1
BAGIAN I
RENCANA PENELITIAN
A. Latar Belakang
Indonesia, merupakan negara yang kaya raya. Kaya akan hasil
buminya, kaya akan budaya dan tradisinya serta juga kaya akan
keindahan pariwisatanya. Hal itu dikarenakan di negara Indonesia
memiliki banyak pulau, yang terbentang dari Sabang sampai Merauke,
dari Pulau Nias sampai pulau We. Melihat banyaknya pulau atau
daerah yang ada di Indonesia, tentunya banyak pula terdapat suku, ras,
agama, adat istiadat, budaya serta bahasa. Akan tetapi walaupun
Indonesia mempunyai bergama suku degan seribu bahasanya, kita
tetap bisa bersatu dalam bhinneka tunggal ika dan menjunjung tinggi
bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Manusia adalah makhluk sosial,yaitu makhluk yang dalam
kehidupanya selalu hidup bermasyarakat .dalam hal ini kehidupan
bermasyarakat ini di kembangkan norma-norma etika yang
membedakan antara yang benar dan yang salah, dan norma-norma
estetika yang membedakan antara yang baik dan yang buruk atau yang
indah dan yang tidak indah. Norma-norma tetika dan norma-norma
estetika yang demikian itu diterapkanya ke dalam setiap aspek
kehidupanya, juga ke dalam setiap lembaga-lembaga sosialnya.
Bahasa adalah salah satu dari lembaga sosial kemanusiaan. Karena
itu,tidak heranlah kalau kita di dalam berbahasa membedakan antara
bentuk ucapan bahasa yang benar atau betul dan yang salah, Antara
bentuk ucapan bahasa yang baik atau indah dan yang tidak sbaik atau
indah.
Sehubungan dengan ini,Masnur Muslich (2008:163) mengatakan
bahwa pembedaan antara bentuk ucapan bahasa yang benar dan yang
salah seerta antara yang baik dan yang buruk disebabkan oleh karena
adanya kebiasaan membedakan serupa itu dalam bidang kehidupan
2. 2
yang lain.selanjutnya ,dikatakan bahwa pembedaan serupa tu
sebenarnya bukanlah persoalan bahasa itu sendiri,melainkan
pembedaan yang dibuat oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Menurut agus budi wahyudi (2012:1) mengatakan bahwa bahasa
indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk
mempeersatukan seluruh elemen bangsa. Oleh sebab itu bahasa
merupakan alat mengungkapkan diri baik secara lisan maupun
tulis,dari segi rasa,karsa,dan cipta serta pikir baik secara etis
,estetis,dan logis.
(Menurut Abdul Chaer:2009) Fonologi ialah bunyi-bunyi bahasa
sebagai satuan terkecil dari ujaran beserta dengan gabungan
antarabunyi yang membentuk silabel atau suku kata. Serta juga dengan
unsur-unsur suprasegmentalnya, seperti tekanan, nada, hentian dan
durasi.
Merujuk pada yang akan dibahas dalam fonologi ini adalah bagian
fonemik yaiyu mempelajari tentang mengkaji bunyi bahasadengan
memperhatikan statusnya sebagai pembeda makna yang satu dengan
yang lain saat berkomunikasi.
Tuturan yang dikemukakan di atas memiliki konteks kalimat yang
beragam. Masing-masing memegang peran dalam interaksi antar
penutu , lawan tutur, dan partisipanya. Oleh karena itu ,makna kalimat
baik tersurat maupun tersirat masing-masing dapat dimaknai
berdasarkan siapa, apa, di mana, kapan, mengapa dan bagaimana
tuturan itu diucapkan dalam sebuah percakapan atau wacana.jadi
bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang sesuai dengan
konteksnya dan sesuai dengan memperhatikan kaidah atau ejaan yang
benar dari bahasa tersebut.
Namun,berbicara tentang bahasa manusia memang memerlukan
bahasa dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulis.artinya bahwa
bahasa adalah suatu alat untuk mengungkapkan pikiran,
gagasan,perasaan,dan kemauan yang murni manusiawi, dengan
3. 3
pertolongan sistem lambang-lambang yang diciptakan dengan sengaja
.penyampaian informasi atau pesan tersebut tentunya dengan
menggunakan kalimat.maka ,agar pesan yang disampaikan oleh
penutur dapat diterima oleh penerima hendaknya perlu memperhatikan
kalimat efektif.
Merujuk pada definisi bahasa, maka kehadiran bahasa dalam
lingkungan sosial masyarakat sangat berpengaruh terhadap interaksi
yang dilakukan. Masyarakat tidak hanya menggunakan bahasa
Indonesia saja dalam berinteraksi, akan tetapi ada bahasa lain yang
turut digunakan, yaitu bahasa daerah maupun bahasa asing. Maka
daripada itu diperlukan suatu ilmu untuk menganalisis mengapa kita
harus mempelajari bunyi-bunyi bahasa, dan ilmu yang bisa diterapkan
untuk hal tersebut adalah fonologi pada sub bagian fonemik.
Desa parit lintang kecamatan Salatiga merupakan temapat atau
desa yang akan penulis jadikan sebagai objek penelitian, karena
penulis sudah mengetahui lingkungan desa tersebut yang sangat
memungkinkan pengunan, baik pada saat interaksi antar sesama saat
berkomunikasi maupun di luar kegiatan misalnya pada saat ada acara
tertentu. Desa Serumpun Kec. Salatiga merupakan desa yang yang
sangat cocok untuk dijadikan objek penelitian karena pada desa
tersebut banyak sekali orang-orang pada jaman dahulu yang benar-
benar mengerti bahasa sambas yang pada zaman dahulu yang bisa
dijadikan narasumber untuk penelitian ini karena pada desa Serumpun
ini dalam berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa melayu
sambas ahli yang mungkin jika ada orang asing datang kesini bakalan
tidak mengrti dengan bahasa daerah Serumpun tersebut.
Satu diantara media masa merupakan media yang digunakan unuk
menyampaikan suatu pikiran, hendaknya memperhatikan pengucapan
bunyi atau fonologi sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
berbicara.selain dalam bentuk fonologi kesalahan berkomunikasi
4. 4
dalam media masa dapat dilihat dalam struktur kalimat atau
sintaksisnya dan kesalahan pengucapan,bunyi bahasa atau fonologi.
Berdasarkan penyajian masalah yang dikemukakan, maka
“Fonemik Bahasa Melayu Sambas Di Desa Serumpun Kecamatan
Salatiga Kabupaten Sambas Dalam Kajian Fonologi ”. dijadikan
sebagai judul rencana penelitian ini.
B. Masalah Penelitian
Masalah Penelitian menurut Guba (dalam zuldafrial dkk,2012:24)
mengatakan bahwa masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari
hubungan antara dua faktor atau lebihyang menghasilkan situasi yang
membingungkan.Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Fonemik
Bahasa Melayu Sambas di Desa Serumpun Kecamatan Salatiga
Kabupaten Sambas”.
Selain masalah umum, dalam penelitian ini juga terdapat masalah
khusus, yaitu:
1. Bagaimana Fonem dan Alofon Bahasa melayu Sambas di Desa
Serumpun Kecamatan Salatiga Kabupaten Sambas?
2. Bagaimana Fonemik Bahasa melayu Sambas di Desa Serumpun
Kecamatan Salatiga Kabupaten Sambas ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian, maka tujuan umum penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana Fonologi bahasa melayu sambas
di Desa Serumpun Kecamatan Salatiga Kabupaten Sambas
ambas.sedangkan tujuan khususnya dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Fonem dan alofon dalam fonologi bahasa melayu sambas di Desa
Serumpun Kecamatan Salatiga Kabupaten Sambas.
5. 5
2. Fonemik fonologi bahasa melayu sambas di Desa Serumpun
Kecamatan Salatiga Kabupaten Sambas.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian kebahasaan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat
memberikan sumbangan pikiran dalam bidang ilmu fonologi
khususnya dalam bidang fonemik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan kepada
masyarakat desa serumpun mengenaai fonologi khususnya
bagian fonemik dalam bahasa melayu yang sering mereka
lakukan setiap hari, agar nanti kedepannya mereka bisa
melakukan pemakaian fonologi pada bagian fonemik di saat
yang tepat.
b. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti, yakni
dapat memberikan pengalaman dan wawasan bagi Peneliti
bahwa dalam proses interaksi atau berkomunikasi dengan
masyarakat dalam forum resmi lebih dominan menggunakan
bahasa Indonesia, dan bahasa daerah digunakan sebagai bahasa
sehari-hari saja saat berinteraksi dengan sesama.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Menurut Esti Ismawati (2011: 4) ruang lingkup penelitian Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia mencakup wilayah yang amat luas baik
pada tatanan input, proses, maupun output dari PBSI. Dalam proposal
penelitian ini, ruang lingkup penelitian adalah definisi operasional.
6. 6
Definisi operasional adalah definisi yang diperlukan untuk
memperjelas dan merinci variabel penelitian menjadi gejala-gejala
yang akan diungkapkan dalam penelitian. Definisi operasional dalam
proposal penelitian ini adalah:
1. Fonologi adalah bunyi-bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari
ujaran beserta dengan “gabungan” antarbunyi yang membentuk
silabel atau suku kata .serta juga dengan unsur-unsur
suprasegmentalnya, seperti tekanan, nada, hentian,dan durasi.
2. Fonemik adalah bunyi bahasa dengan memperhatikan statusnya
sebagai pembeda makna
3. Bahasa adalah sistem bunyi ujar sudah disadari oleh para
linguis.oleh karena itu,objek utama kajian fonologi adalah bahasa
lisan,yaitu bahasa dalam bentuk bunyi ujar.
4. Bahasa melayu adalah bahasa kebangsaan malaysia, indonesia,
brunai darussalam dn singapura. Indonesia bahasa melayu kini di
pangging bahasa indonesia dan di Malaysia, bahasa melayu secara
resminya di panggil bahasa malaysia.
F. Prosedur Penelitian
1. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif yang mana menggambarkan secara tepat
mengenai permasalahan fonologi khususnya pada bagian fonemik
di Desa Serumpun Kecamatan Salatiga Kabupaten Sambas .
2. Bentuk penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam proposal penelitian
adalah bentuk penelitian kualitatif yang dimana mendeskirpiskan
hasil penelitian dengan kalimat-kalimat tanpa menggunakan
hitungan statistik, dan lebih mementingkan proses daripada hasil.
7. 7
3. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah H. Itong, Hj. Jasimah, Po,adi
selaku ketua dan beberapa masyarakat pada masyarakat Desa
Serumpun Kecamatan Salatiga Kabupaten.
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian
meliputi:
a. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan berperan serta
secara aktif. Pengamatan ini dilakukan terhadap masyarakat
desa serumpun saat melakukan interaksi komunikasi pada saat
ada acara tertentu maupun saat berinterkasi dalam sehari-hari.
Kemudian pengamatan juga dilakukan saat berinteraksi dengan
yang muda terhadap yang tua dan yang tua terhadap yang muda
saat melakukan komunikasi.
b. Wawancara
Wawancara pada penelitian ini dilakukan peneliti dengan
mewawancarai orang-orang tua zaman dahulu yang benar-
benar paham terhadap bahasa melayu yang asli dan masyarakat
sekitar desa serumpun yang terlibat dalam proses penelitian.
c. Teknik Sadap
Teknik sadap merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara merekam percakapan serta
mendengarkan bunyi bahasa yang terjadi, baik pada saat
proses interaksi atau pada saat komunikasi dengan yang tua
maupun dengan yang muda.
d. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis kritis yang mencakup kegiatan untuk
mengungkap fonemik bahasa melayu sambas yang terjadi pada
8. 8
masyarakat desa serumpun, pada saat proses interaksi
komunikasi.
G. Jadwal Penulisan Rancangan Penelitian
No Tahap September Oktober November Desember Januari Februari
1 Pengumpula
n Referensi
2 Pembuatan
Proposal
3 Pengumpula
n Proposal
4 Perbaikan
Proposal
5 Analisis
6 Desain
9. 9
BAGIAN II
FONEMIK BAHASA MELAYU SAMBAS
A. Hakikat Fonologi
Secara etimologi kata fonologi berasal dari gabungan kata fon yang
berarti bunyi dan logi yang berarti ilmu. Sebagai sebuah ilmu, fonologi
lazim di artikan sebagai bagian dari kajian linguistik yang mempelajari,
memnahas, membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang
diproduksi oleh alat-alat ucap manusia.
(Menurut Abdul Chaer:2009) Fonologi ialah bunyi-bunyi bahasa
sebagai satuan terkecil dari ujaran beserta dengan gabungan antarabunyi
yang membentuk silabel atau suku kata. Serta juga dengan unsur-unsur
suprasegmentalnya,seperti tekanan, nada,hentian dan durasi.
Hasil kajian fonologi juga diperlukan dalam bidang klinis yaitu
dalam membantu mereka yang mendapat hambatan dalam berbicara
maupun mendengar .yang sangat diperlukan disini adalah hasil kajian
fonemiknya.
Bahasa melayu adalah bahasa kebangsaan malaysia, indonesia,
brunai darussalam dn singapura. Indonesia bahasa melayu kini di pangging
bahasa indonesia dan di Malaysia, bahasa melayu secara resminya di
panggil bahasa malaysia.
B. Fonemik Bahasa Melayu Sambas
1. Pengertian Fonem dan Alofon
a. Fonem
Objek kajian fonetik adalah bunyi bahasa atau fon,sedangkan
objek kajian fonemik adalah foneem. Sudah disebutkan bahwa
fonetik mengkaji bunyi-bunyi bahasa dengan tidak memperhatikan
status bunyi itu bisa membedakan makna kata atau tidak sementara
fonemik dikatakan sebagai mengkaji bunyi bahasa dengan
memperhatikan statusnya sebagai pembeda makna.
10. 10
Bunyi-bunyi bahasa yang sudah dibicarakan baik yang disebut
vocal maupun konsonan jumlahnya sangatlah banyak, lalu apakah
semuanya dapat membedakan makna kata ? ternyata tidak. Bunyi-
bunyi tersebut meskipun merupakan refresentasi dalam pertututran,
ternyata yang satu dengan yang lain dapat bergabung dalam satu
kesatuan yang statusnya lebih tinggi yaitu sebuah fonem, sehingga
dapat membedakan makna kata. Jadi, fonem merupakan abstraksi
dari satu atau sejumlah fon, entah vocal maupun konsonan.
Memang banyak versi mengenai definisi atau konsep fonem.
Namun, intinya adalah satu kesatuan bunyi terkecil yang dapat
membedakan makna kata. Intinya kalau kita ingin mengetahui
sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari yang disebut
pasangan minimk atau minimal pair, yaitu dua buah bentuk yang
bunyinya mirip dan hanya sedikit berbeda.
Misalnya kita ingin mengetahui bunyi [p] fonem atau
bukan,maka kita cari, misalnya, pasangan kata paku dan baku.
Kedua kata ini mirip sekali. Masing-masing terdiri dari empat buah
bunyi. Kata paku terdiri dari bunyi [p],[a],[k],dan bunyi [u];
sedangkan kata baku terdiri dari bunyi [b],[a],[k],dan [u]. jadi,
pada pasangan paku dan baku terdapat tiga buah bunyi yang sama,
yaitu bunyi kedua, ketiga dan keempat. Yang berbeda hanya bunyi
pertama, yaitu bunyi [p] pada kata paku dan bunyi [b] padakata
baku.
b. Alofon
Vocal-vokal yang menjadi anggota dari sebuah fonem, seperti
[u] dan [U] untuk fonem/u/ disebut dengan istilah alofon. Dengan
demikian kalau dibalik, bisa dikatakan alofon adaah anggota dari
sebuah fonem atau varian dari sebuah fonem. Bisa dikatakn bahwa
fonem merupakan konsep abstrak karena kehadirannya dalam
ujaran dia diwakili oleh alofon yang sifatnya konkret, dapat
diamati secara empiris.
11. 11
Jadi, misalnya fonem /i/ pada kata <tani> diwakili oleh alofon
[i],karena lafal kata itu adalah [tani] , sedangkan pada kata [tarik]
diwakili oleh alofon [I] karena lafalnya adalah [tarIk]. Contoh
fonem /k/ pada kata <baku> diwakili oleh alofon [k] karena
lafalnya adalah [baku], sedangkan pada kata <bapak> diwakili oleh
alofon[?] karena lafalnya [bapa?].
Persoalannya sekarang apakah setiap fonem memiliki lebih
dari sebuah alofon? Jawabannya karena dalam realisasinya fonem
itu tidak dilafalkan tersendiri melainkan berdampingan dengan
fonem lain karena fonem yang satu dengan yang lain saling
mempengaruhi, maka fonem-fonem tersebut akan mempunyai
sejumlah alofon. Sebagai kajian perkenalan mengenai fonologi,
hanya tercatat adanya dua buah alofon fonem /i/ yaitu alofon [i]
dan alofon [I].
C. Fonem Bahasa Indonesia
1. Fonem Vokal
Nama –nama fonem vocal yang ada dalam bahasa Indonesia aadalah:
a. /i/ vocal depan, tinggi, tidak bundar.
b. /e/ vocal epan, sedang, atas, tak bundar.
c. /a/ vocal depan, rendah, tak bundar.
d. /u/ vocal belakang, atas, bumdar.
e. /o/ vocal belakang, sedang bundar.
2. Fonem Diftong
Fonem, diftong yang ada dalam bahsa Indonesia adalah fonem diftong
/ay/, ditong /aw/, dan diftong /oy/. Ketiganya dapat dibuktikan dengan
pasangan minimal.
/ay/ gulai x gula ( gulay x gula)
/aw/ pulau x pula (pulaw x pula)
/oi/ sekoi x seka ( sakoy x seka)
3. Fonem Konsonan
Nama-nama fonem konsonan yang ada dalam bahsa Indonesia adalah :
12. 12
a. /b/ konsonan bilabial, hambat, bersuara.
b. /p/ konsonan bilabial, hambat, tak bersuara.
c. /m/ konsonan bilabial, nasal.
d. /w/ konsonan bilabial, semi vocal.
e. /f/ konsonan labiodentals, geseran, tak bersuara.
f. /d/ konsonal apikoalveolar, hambat, bersuara.
g. /t/ konsonan apikoalveolar, hambat, tak bersuara.
h. /n/ konsonan apikoalveolar, nasal.
i. /r/ konsonan apikoalveolar, getar.
j. /z/ konsonan laminoalveolar, geseran, bersuara.
k. /s/ konsonan laminoalveolar, geseran, tak bersuara.
l. /l/ konsonan laminopalatal, geseran, bersuara.
m. /j/ konsonan laminopalatal, paduan, bersuara.
D. Realisasi Fonem Bahasa Indonesia
Realisasi fonem sebenarnya sama dengan bagaimana fonem iti dilafalkan.
Hanya masalahnya kalau orang Indonesia melafalkan fonem-fonem bahasa
Indonesia sangat banyak sekali variasinya. Hal ini berkenaan bahwa
bangsa Indonesia terdiri dari berbagai etnis dan berbagai bahasa daerah;
sehingga ketika melafalkan fonem-fonem bahasa Indonesia pasti
dipengaruhi oleh sistem fonologi bahsa daerahnya. Disamping itu,
bagaimana lafal baku bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa lafal
bahsa baku Indonesia adalah lafal yang “bersih” dari pengaruh bahasa
daerah.
1. Realisasi Fonem Vokal
a) Fonem /i/
b) Fonem /e/
c) Fonem /a/
d) Fonem /u/
e) Fonem /o/
2. Lafal Fonem Konsonan
13. 13
a) Fonem /b/
b) Fonem /p/
c) Fonem /n/
d) Fonem/w/
e) Fonem /f/
f) Fonem /d/
g) Fonem /t/
h) Fonem /n/
i) Fonem /I/
j) Fonem /r/
k) Fonem /z/
l) Fonem /s/
m) Fonem /j/
n) Fonem /c/
o) Fonem /y/
p) Fonem /g/
q) Fonem /k/
r) Fonem /x/
s) Fonem/h/
t) Fonem/?/.
E. Gugus Fonem dan Deret Fonem
Yang dimaksud dengan gugus fonem adalah dua buh fonem yang berbeda
tetapi berada pada dalam sebuah silabel atau suku kata. Sedangkan yang
dimaksud dengan deret fonem adalah dua buah fonem yang berbeda,
meskipun letaknya berdampingan.
1. Gugus dan Deret Fonem
Sejauh ini diftong yang tercatat ada dalam bahsa Indonesia adalh
diftong atau gugus vocal <ai>, <au>, <oi>, dan <ei>, seperti terdapat
pada kata-kata : pulau, santai, sekoi, dan survei.
Sedangkan deret vocal yang tercatat sampai saat ini adalah:
Aa seperti pada kata saat dan taat
14. 14
Au seperti pada katalaut dan daun
Ai seperti pada kata kain dan kait
Ao seperti pada kata kaos dan laos
Ua seperti pada kata luar dan kuat
Ue seperti pada kata kue
Ui seperti pada kata puing dan suit
Ia seperti pada kata siar dan koat
Iu seperti pada kata tiup dan liur
Io seperti pada kata kiong dan biola
Oa seperti pada kata loak dan soak
Oi seperti pada kata koin dan poin
Eo seperti padakata beo dan leo.
Gugus konsonan disebut juga klaster yang ada dalam bahsa Indonesia
adalah
Br seperti pada kata brahma dan labrak
Bl seperti pada kata blangko dan semblih
Dr seperti pada kata drama dan drakula
Dwseperti pada kata dwidarma
Fl seperti pada kata flannel dan inflasi
Fr seperti pada kata frater dan infra
Kl seperti pada kata klasik dan klinik
Pr seperti pada kata pribadi dan keprok
Sl seperti pada kata slogan dan slalom.
Deret konsonan yang ada dalam bahsa indonesiaa adalah:
Bd seperti pada kata sabda
Hb seperti pada kata tahbis
Kl seperti padakataiklan dan coklat
Ld seperti pada kata kaldu dan kaldera
Mb seperti pada kata sambut dan timbul
Nc seperti pada kata hancur dan lancip
Rb seperti pada kata karbon dan terbang
15. 15
Sk seperti pada kata misin dan riskin
Tl seperti pada kata mutlak
Xl seperti pada kata maxluk
F. Distribusi Fonem Bahsa Indonesia
Yang dimaksud distribusi fonem adalah leta atau beradanya sebuah fonem
di dalam satuan ujuran, yang kita sebut sebuah kata atau morfem. Secara
umum fonem dapat berada pada posisi awal kata, ditengah kata, maupun
di akhir kata. Fonem vocal mem,ang selalu dapat menduduki posisipada
semua tempat, berkenaan dengan posisinya sebagai puncak kenyaringan
pada setiap silabel.
1. Fonem vocal
2. Fonem diftong
3. Fonem konsonan
4. Gugus konsonan
G. Perubahan Bunyi atau Fonem
Penyebab perubahan itu bisa diperinci menjadi akibat adanya koartikulasi,
akibat pengaruh bunyi yang mendahului atau yang melatarbelakangi,
akibat distribusi,dan akinat lainnya.
1. Akibat adanya koartikulasi
Dalam peristiwa ini dikenal adanya proses-proses
a) Labialisasi
b) Retrofleksi
c) Palatalisasi
d) Velarisasi
e) Faringalisasi
f) Glotalisasi
2. Akibat pengaruh bunyi lingkungan
a) Asimilasi
b) Disimillasi
3. Akibat distribusi
a) Aspirasi
16. 16
b) Pelepasan
c) Pemaduan
d) Harmonisasi vocal
e) Netralisasi
4. Akibat proses morfologi
a) Pemunculan fonem
b) Pelepasan fonem
c) Peluluhan fonem
d) Pergeseran fonem
e) Perubahan fonerm
5. Akibat dari perkembangan sejarah
a) Kontraksi
b) Metatesis
c) Diftongisasi
d) Monoftongisasi
e) Anaftiksis.
17. 17
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. ( 2009). Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Iswandi, Esti. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa&Sastra. Surakarta:
Yuma Pustaka.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suwandi, Sarwiji. (2012). Penelitian Tindakan Kelas (PTK)&Penulisan Karya
Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka.
Zuldafrial & Lahir, M. (2012). Penelitian Kualitatif. Surakarta: Yuma Pustaka.