SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
SISTEM SAPAAN PADA MASYARAKAT DAYAK SENGANGAN ATAU
MELAYU SEKADAU
BAB I
RANCANGAN PENELITIAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting keberadannya bagi
masyarakat. Bahasa digunakan masyarakat untuk mengungkapkan ide, pikiran
dan perasaan kepada orang lain sehingga akan terjalin interaksi
antarmasyarakan, tanpa bahasa komunikasi tidak akan terjalin dengan baik.
Bangsa Indonesia memiliki keberagaman bahasa selain bahasa Indonesia
sebagai bahasa pemersatu dan bahasa nasional. Bahasa Dayak Sengangan
merupakan satu di antara bahasa daerah yang terdapat di wilayah Indonesia,
tepatnya di daerah Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau,
Kalimantan Barat. Sampai sekarang, bahasa ini masih digunakan oleh
masyarakat Sengangan atau Melayu Sekadau. Kampung Beringin, Sei
Mayong, dan Sei Pandak menyebut identitasnya sebagai orang Dayak
Segangan atau Melayu Sekadau. Mereka melakukan migrasi ke hulu Sungai
Sekadau., maka bahasa yang digunakanpun adalah bahasa Melayu Sekadau
juga. Untuk mempermudah pengambilan data penelitian, peneliti membatasi
lokasi penelitian sistem sapaan pada masyarakat Menterap Kabut dilakukan di
Dusun Lembah Beringi, Desa Beringin, Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten
Sekadau. Berdasarkan pengamatan peneliti, pemilihan Dusun Beringin
sebagai lokasi penelitian dikarenakan bahasa yang digunakan merupakan
bahasa yang masih belum tercampur dengan bahasa lain dan didukung kondisi
masyarakat yang masih asli. Selain itu, mayoritas penuturnya berada di Dusun
Beringin. Bahasa Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau dipergunakan
sebagai sarana komunikasi masyarakat setempat yang mempunyai sistem
bahasa sama dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah lainnya. Sistem
bahasa tersebut seperti: fonologi mendeskripsikan masalah bunyi, morfologi
mendeskripsikan bentuk kata, sintaksis mendeskripsikan bentuk kalimat, dan
semantik mendeskripsikan bentuk makna. Luasnya sistem bahasa yang ada,
maka pada penelitian ini dibatasi tentang sistem sapaan pada masyarakat
Dayak Segangan atau Melayu Sekadau dalam hubungan kekerabatan dan
nonkekerabatan. Beberapa pertimbangan dari peneliti dalam mengambil
penelitian mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan atau
Melayu Sekadau. Pertama, berdasarkan kajian kepustakaan, penelitian
mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan atau Melayu
Sekadau belum pernah dilakukan. Kedua, dalam bahasa Dayak Sengangan
terdapat keunikan tersendiri yang menjadi sebuah ciri khas bahasa tersebut,
sehingga menjadikan bahasa Dayak Sengangant sangat berbeda dengan
bahasa-bahasa daerah lain yang terkadang hampir mempunyai kemiripan.
Misalnya:
1. Tuk Apak ikau ! (sapaan dalam bahasa Dayak Sengangan) Inilah ayahmu.
(sapaan dalam bahasa Indonesia)
2. Konai gek adik ikau? (sapaan dalam bahasa Dayak Sengangan)
Kemanakah adikmu? (sapaan dalam bahasa Indonesia)
Ketiga, sebagai usaha peneliti untuk mendokumentasikan secara tertulis agar
terjadi kelestarian penggunaan bahasa Dayak Sengangan. Keempat, untuk
mengetahui lebih dalam mengenai bentuk kata sapaan baik dalam hubungan
kekerabatan maupun nonkekrabatan serta tujuan penggunaannya dalam
masyarakat Dayak Sengangan. Kelima, penelitian ini juga sebagai upaya
menambah literatur kebahasaan, khususnya literatur bahasa daerah.
B. RUMUSAN MASALAH
Masalah umum yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana sistem
sapaan pada masyarakat Dayak Segangan atau Melayu Sekadau?” Masalah ini
dirincikan lagi ke dalam submasalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah sistem sapaan dalam masyarakat Dayak Sengangan atau
Melayu Sekadau berdasarkan hubungan kekerabatan?
2. Bagaimanakah sistem sapaan dalam masyarakat Dayak Sengangan atau
Melayu Sekadau berdasarkan hubungan nonkekerabatan?
3. Bagaimanakah tujuan penggunaan kata sapaan dalam masyarakat Dayak
Sengangan?
C. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem sapaan
pada masyarakat Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau. Secara khusus
penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan sistem sapaan dalam bahasa Dayak Sengangan
berdasarkan hubungan kekerabatan.
2. Mendeskripsikan sistem sapaan dalam bahasa Dayak Sengangan
berdasarkan hubungan nonkekerabatan.
3. Mendeskripsikan tujuan penggunaan kata sapaan dalam bahasa Dayak
Sengangan.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis maupun
praktis. Manfaat teoritis yang diharapkan adalah sebagai bahan pembelajaran
dan pengembangan dalam kajian kebahasaab, khususnya yang berkaitan
dengan sistem sapaan. Manfaat praktisnya antara lain sebagai berikut.
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan tentang bahasa,
khusunya mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan.
2. Bagi guru bahasa Indonesia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru bahasa Indonesia
sebagai salah satu alternasi bahan pembelajaran bahasa Indonesia,
khususnya dalam pembelajaran kebahasaan yang berkaitan dengan sistem
sapaan.
3. Bagi penelitian lainnya
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternasi bahan
informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya di bidang kebahasaan,
khususnya yang berkaitan dengan sistem sapaan.
E. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya ruang lingkup agar penelitian
yang dilakukan terarah. Penulis memfokuskan untuk mendeskripsikan sistem
sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau sebagai
berikut.
1. Pembahasan mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan
dalam hubungan kekerabatan dibagi menjadi dua, sebagai berikut.
a. Sapaan karena hubungan keturunan atau karena pertalian darah
dibedakan menjadi empat yaitu: bentuk sapaan bagi orang yang lebih
tua, bentuk sapaan untuk saudara, bentuk sapaan untuk sebaya, dan
bentuk sapaan berdasarkan urutan generasi anak.
b. Sapaan hubungan keluarga karena perkawinan dibagi menjadi delapan
yaitu: suami, istri, mertua, ipar, biras, menantu, besan, dan
kemenakan.
2. Pembahasan mengenai bentuk penggunaan sapaan pada masyarakat Dayak
Sengangan dalam hubungan nonkekerabatan (sapaan dalam masyarakat)
dibagi menjadi delapan yaitu: sapaan untuk orang yang lebih tua laki-laki
dan perempuan, sapaan untuk orang yang lebih muda laki-laki dan
perempuan, sapaan untuk orang yang belum dikenal, sapaan untuk orang
sebaya, sapaan dalam profesi, sapaan dalam keagamaan, sapaan dalam
jabatan, dan sapaan dalam adat istiadat.
3. Pembahasan mengenai tujuan penggunaan kata sapaan dalam bahasa
Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau dibagi menjadi tiga yaitu: sepaan
sebagai tanda hormat, sapaan sebagai ungkapan sakit hati, dan sapaan
ungkapan kekerabatan.
a. Penjelasan Istilah
Penjelasam istilah dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman antara
peneliti dan pembaca dalam memahami istilah yang digunakan dalam
penelitian. Penjelasan istilah tersebut sebagai berikut.
1. Kata Sapaan
Kata sapaan adalah morfem, kata, atau frase yang digunakan untuk saling
merujuk dalam situasi pembicaraan dan yang berbeda-beda menurut sifat
hubungan antara pembicara (Kridalaksana, 2008: 214).
2. Sistem sapaan
Sistem sapaan adalah sistem yang mengikat unsur-unsur bahasa yang
menandai perbedaan status dan peran partisipan dalam komunikasi dengan
bahasa (Kridalaksana, 2008: 224).
3. Bahasa Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau
Bahasa Dayak Sengangan adalah bahasa yang digunakan oleh sekelompok
masyarakat suku Dayak yang bermukim di dusun Beringin Sekadau,
Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau. Berdasarkan penjelasan
istilah yang telah dikemukakan di atas, penelitian mengenai sistem sapaan
pada masyarakat Dayak Sengangan dapat diartikan sebagai suatu
penelitian yang membahas bentuk sapaan berupa morfem, kata, atau frase
yang merupakan sebuah sistem yang mengikat unsur-unsur bahasa yang
menandai perbedaan status dan peran partisipan dalam komunikasi dengan
bahasa dalam situasi pembicaraan menurut sifat hubungan pada
masyarakat Dayak Sengangan. Sifat hubungan yang dimaksud merupakan
sapaan hubungan kekerabatan dan nonkekerabatan. Sapaan hubungan
kekerabatan adalah sapaan yang dugunakan untuk menyapa orang yang
lebih tua dan sebaliknya dalam sebuah keluarga disesuaikan menurut
hubungan kekerabatan, sedangkan sapaan pada hubungan nonkekerabatan
adalah kata-kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang-orang yang
tidak memiliki hubungan keluarga.
b. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini mengkaji bentuk sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan,
meliputi: sapaan kekerabatan, nonkekerabatan, dan tujuan penggunaan
kata sapaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan
metode deskriptif. Metode deskriptif diarahakn sebagai prosedur
pemecahan masalah yang akan diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subjek atau objek yang diteliti secara apa adanya
sesuai dengan fakta pada saat penelitian dilakukan. Dengan metode
deskriptif, penelitian dilakukan semata-mata berdasarkan fakta atau
fenomena yang memang hidup pada penuturnya. Dalam hal ini, metode
dekriptif memberikan gambaran yang objektif tentang sistem sapaan pada
masyarakat Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau yang akan dianalisis
sesuai dengan faktor pemakaian sebenarnya dari bahasa Dayak
Sengangan.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kulaitatif merupakan
bentuk penelitian yang menggambarkan suatu keadaaan dengan uraian.
Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-
angka (Moleong, 2005:11). Dengan demikian data dianalisis dalam bentuk
uraian dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Pendekatan kualitatif
memiliki ciri-ciri berlatar alamiah, bersifat deskriptif, lebih
mengutamakan proses daripada hasil, dan analisis data bersifat induktif
(Bogdan dan Biklen, 1982 dalam Djajasudarma,1994). Berlatar alamiah,
maksudnya data penelitian bersumber dari peristiwa-peristiwa komunikasi
dan situasi alamiah yang berlangsung di masyarakat Dayak Sengangan.
Bersifat deskriptif, maksudnya data dikumpulkan berbentuk deskripsi
wacana. Data dilengkapi dengan konteks terjadinya interaksi.
Pendeskripsian konteks diupayakan hingga menyentuh hal-hal kecil,
seperti waktu, tempat, dan kedudukan partisipan. Hasil analisis data
dilaporkan dalam bentuk deskripsi fenomenologis, artinya hasil analisis
dipaparkan sesuai dengan temuan di lapangan tanpa dihubungkan dengan
variabel-variabel tertentu. Lebih mengutamakan proses daripada hasil,
maksudnya dalam pelaksanaan penelitian ini, khususnya kegiatan
pengumpulan lebih diorientasikan pada proses. Pengorientasian tersebut,
misalnya pengupayaan waktu pelaksanaan pengumpulan data yang
bersifat fleksibel. Karena itu, jadwal tidak dijadikan target. Demikian
halnya dengan perolehan data, baik jenis maupun jumlahnya tidak
didasarkan pada perencanaan atau target tertentu. Analisis data bersifat
induktif, maksudnya penelitian ini tidak diarahkan untuk memperkuat atau
menolak hipotesis tertentu. Karena itu, paparan hasil analisis penelitian
yang berkaitan dengan sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan
lebih didasarkan pada data alamiah yang terkumpul di lapangan.
3. Data dan Sumber Data
a. Data
Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang mengandung sapaan
dan konteks penggunaannya pada masyarakat Dayak Sengangan.
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa yang dituturkan oleh
penutur asli bahasa Dayak Sengangan dan konteks tuturan yang
diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan lapangan secara
langsung. Konteks ini dimasukkan dalam sumber data karena konteks
tuturan berpengaruh terhadap tujuan penggunaan kata sapaan pada
masyarakat Dayak Sengangan. Subjek penelitian yang dipilih dalam
penelitian ini adalah masyarakat asli penutur bahasa Dayak
Sengangan. Namun, tidak semua masyarakat asli penutur bahasa
Dayak Sengangan mempunyai kedudukan yang sama sebagai
informan dalam penelitian, sebab terdapat syarat-syarat yang harus
dipenuhi sebagai seorang informan, sebagai berikut: Data dianalisis
selama dan setelah pengumpulan data. Maksudnya, selama
pengumpulan data, data ditranskripsikan (dari pita rekaman ke data
tulisan) dan disesuaikan dengan catatan peneliti. Apabila terdapat
penyimpangan, pada observasi berikutnya dapat dilakukan perekaman
atau pencatatan data dengan lebih cermat untuk menghidari kesalahan.
4. Teknik dan Alat Pengumpul Data
a. Teknik Pengumpul Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cakap langsung,
pencatatan lapangan, dan perekaman. Teknik cakap langsung
merupakan teknik penjaringan data melalui percakapan antara peneliti
dan informan. Pelaksanaan teknik ini dilakukan dengan cara tanya
jawab langsung dengan berpedoman pada instrumen penelitian.
Teknik cakap langsung digunakan untuk mengetahui secara langsung
sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan. Teknik pencatatan
lapangan digunakan untuk mencatat konteks tuturan yang berguna
untuk memaknai data yang diperoleh, sedangkan teknik perekaman
dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data
yang sebenarnya, berupa sistem sapaan pada masyarakat Dayak
Sengangan.
b. Alat Pengumpul Data
Dalam penelitian kualitatif, para ahli mengemukakan pendapatnya
bahwa yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri,
atau dengan bantuan orang lain yang merupakan alat pengumpul data
utama (Guba dan Lincoln, 1981 dalam Moleong, 2005). Hal ini
dikarenakan peneliti dalam penelitian kualitatif dipandang sebagai
pencari tahu alami dalam pengumpulan data. Peneliti sebagai
instrumen, ada beberapa prasyarat yang harus diperhatikan, yaitu: (1)
peneliti ada jarak dengan objek terteliti, (2) tetap objektif, (3)
berorientasi pada tujuan penelitian, (4) tetap setia pada data penelitian,
dan (5) menyelesaikan sesuai dengan disiplin ilmu serta paradigma.
Selain peneliti sebagai instrumen utama, penelitian ini menggunakan
instrumen bantu, yaitu alat perekam (tape recorder), kartu data atau
catatan lapangan, daftar pertanyaan dan kalimat yang mengandung
kata sapaan. Alat perekam (tape recorder) digunakan untuk merekam
tuturan informan, catatan lapangan digunakan untuk mencatat konteks
tuturan, dan daftar pertanyaan dan kalimat digunakan sebagai
pedoman percakapan.
c. Teknis Analisis Data
Teknik analisis data ini didasarkan pada teknik yang dikemukakan
oleh Miles dan Huberman (1992: 15-20). Teknik analisis yang
dimaksud meliputi: (a) reduksi data, (b) penyajian data, dan (c)
penyimpulan. Ketiga langkah tersebut merupakan satu siklus yang
saling terkait dan dilaksanakan secara serentak selama dan setelah
pengumpulan data. Ketiga langkah itu secara memadai dipaparkan di
bawah ini. Reduksi data adalah kegiatan analisis yang meliputi (a)
identifikasi, (b) klasifikasi, dan (c) kodefikasi data. Identifikasi data
adalah kegiatan menyeleksi kelayakan data, misalnya dari segi
kejelasan dan ada tidaknya sistem sapaan pada masyarakat Dayak
Sengangan. Klasifikasi data adalah kegiatan memilah dan
mengelompokkan data berdasarkan sistem sapaan dan konteks tuturan.
Kodefikasi data adalah kegiatan memberi identitas data sesuai dengan
sistem sapaan dan konteks tuturan. Penyajian data adalah kegiatan
mengelompokkan data yang telah direduksi. Pengelompokan data
dilakukan dengan menggunakan tabel, Dengan penyajian data ini
diharapkan penarikan kesimpulan menjadi terarah. Penarikan simpulan
adalah kegiatan analisis yang lebih dikhususkan pada penafsiran data
yang telah disajikan. Penafsiran dilakukan secara menyeluruh tetang
hubungan kekerabtan, nonkekerabatan, dan tujuan penggunaan kata
sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan.
d. Pengecekan Keabsahan Data
Konsekuensi bagi peneliti yang melakukan penelitian kualitatif adalah
sering dijumpai data kasus negatif dan data bervariasi. Dalam kegiatan
penelitian diperlukan kriteria tertentu yang dapat memenuhi nilai
kebenaran (keabsahan) terhadap data informasi yang dikumpulkan
peneliti dari lapangan, untuk mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan terjadi kesalahan, kekurangan atau bias terhadap data
yang dianalisis. Kekhawatiran ini dapat dihindari dengan melakukan
trianggulasi sebagai salah satu teknik pemeriksaan data (Moleong,
2005). Pengecekan keabsahan data menurut Moleong (2005:175) ada
sembilan teknik, yaitu: (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) ketekunan
pengamatan, (3) trianggulasi, (4) pemeriksaan sejawat melalui diskusi,
(5) analisis kasus negatif, (6) kecukupan referensi, (7) pengecekan
keanggotaan, (8) uraian rinci, dan (9) auditing. Dalam penelitian ini,
pemeriksaan keabsahan data hanya difokuskan pada ketekunan
pengamatan, trianggulasi, dan kecukupan referensial.
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu (Moleong, 2005:178).
Teknik trianggulasi paling banyak digunakan ialah pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode penyidik dan teori
(Denzin dan Moleong, 2005). Perlunya diadakan trianggulasi adalah
untuk memeriksa kepercayaan dan validasi dari hasil-hasil temuan
penelitian. Trianggulasi sebagai salah satu alat yang tepat untuk
mengatasi terjadinya perbedaan-perbedaan sumber dalam temuan
penelitian. Beberapa ahli mengatakan bahwa trianggulasi dilakukan
untuk pengecekan data agar penelitian memiliki taraf kepercayaan
yang tinggi (Miles dan Huberman, 1984). Dalam penelitian ini,
trianggulasi digunakan untuk memeriksa keabsahan dan kesalahan
data sebagai strategi yang dapat meningkatkan kredibitas penelitian
ini.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kata Sapaan
Menurut Anwar (2003:399) kata sapaan adalah perkataan untuk menegur,
mengajak bercakap-cakap dan sebagainya. Oleh karena itu, sapaan merupakan
satu di antara cara menegur orang yang di ajak bicara serta merupakan suatu
cara menyampaikan maksud dari yang menyapa kepada yang disapa baik
secara lisan maupun dalam bentuk tulisan dalam bentuk kata-kata. Menurut
Kridalaksana (2001:191), kata sapaan adalah morfem, kata atau frase yang
digunakan untuk saling menunjuk dalam situasi pembicaraan yang berbeda-
beda menurut sifat hubungan atau pembicaraan. Menurut Sugiono (2006:77),
kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menyapa orang yang diajak
bicara (orang kedua) atau menggantikan nama ketiga. Berikut ini beberapa
contoh yang digunakan sebagai sapaan.
a. Nama diri seperti Budi dan Pepi
b. Kata yang tergolong istilah kekerabatan, seperti: bapak, ibu, paman,
bibi, adik, kakak, mas, atau abang.
c. Gelar kepangkatan, profesi atau jabatan, seperti: kapten, profesor,
dokter, dan sopir.
Kata sapaan ini sangat terikat pada adat istiadat setempat, seperti adat
kesantunan serta situasi dan kondisi percakapan. Itulah sebabnya kaidah
kebahasaan sering terkalahkan oleh adat atau kebiasaan yang berlaku di
daerah tempat bahasa tersebut tumbuh dan berkembang. Chaer (2006: 107),
kata sapaan adalah kata-kata yang digunakan untuk menyapa, menegur, atau
menyebut orang kedua atau orang yang diajak bicara. Dengan demikian, kata
sapaan merupakan satu di antara penyampaian maksud dari yang disapa
kepada yang disapa, baik lisan maupun tulisan dalam bentuk perangkat kata-
kata.
Kata-kata sapaan ini tidak mempunyai perbendaharaan kata sendiri, seseorang
langsung disapa dengan nama diri atau nama perkerabatan. Sebagai kata
sapaan, kata nama diri dapat digunakan dalam bentuk utuh seperti Arif, Supri,
Norman, dan Bejo. Kata sapaan nama diri dapat juga disingkat, seperti:
a. Rif (bentuk utuhnya Arif)
b. Ri (bentuk utuhnya Supri)
c. Man (bentuk utuhnya Norman)
d. Jo (bentuk utuhnya Bejo)
Selain nama diri, dalam nama perkerabatan semua bentuk utuh dan disingkat
dapat juga digunakan, seperti:
a. pak (bentuk utuhnya bapak)
b. yah (bentuk utuhnya ayah)
c. bu (bentuk utuhnya ibu)
d. kak (bentuk utuhnya kakak)
e. dik (bentuk utuhnya adik)
f. bi (bentuk utuhnya bibi)
g. kek (bentuk utuhnya kakek)
h. nek (bentuk utuhnya nenek)
i. nak (bentuk utuhnya anak)
j. cu (bentuk utuhnya cucu)
Perlu diperhatikan, tidak semua kata kekerabatan mempunyai bentuk
singkatan. Menurut Chaer (2006: 107) kata saudara dan paman tidak ada
bentuk singkatannya. Jadi, harus digunakan dalam bentuk utuh, tetapi ada
juga pemakaian paman disingkat man tergantung pada tempat dan situasi
pemakaian.
Menurut Kridalaksana (1975:14), satuan bahasa mempunyai sistem tutur sapa,
yakni sistem yang mempertautkan seperangkat kata-kata atau ungkapan yang
dipakai untuk menyebut dan memanggil para pelaku dalam suatu peristiwa
bahasa. Oleh karena itu, sapaan merupakan satu di antara cara penyampaian
maksud dari yang menyapa kepada yang disapa, baik secara lisan maupun
tulisan dalam bentuk prangkat kata-kata. Tutur sapa sebagai suatu bentuk
sistem untuk penyampaian maksud, mempunyai peranan penting karena
sistem penyapa yang berlaku dalam bahasa-bahasa tertentu berbeda dengan
sistem panyapa yang berlaku bahasa yang lain. perbedaan itu tidak terletak
pada kosakata sapaan, tetapi juga pada sikap penuturnya ketika proses sapaan
berlangsung.
Menurut Kridalaksana (1975: 140), ada sembilan kelompok tentang sapaan
untuk orang kedua dalam bahasa Indonesia, yaitu:
a. kata ganti orang kedua seperti engkau, kamu
b. nama diri seperti Mita, Edi, atau dapat didahului katas saudara, tuan,
nyonya
c. istilah kekerabatan seperti kakek, paman, dan abang
d. gelar dan pangkat seperti jenderal dan dokter
e. kata ganti agentif seperti penonton dan pendengar
f. bentuk nomina+ku seperti kekasihku dan ibuku
g. kata-kata diektis atau penunjuk seperti situ
h. bentuk nominal lainnya seperti bung dan anda
i. bentuk zero seperti kalau O senang dengan buku itu ambillah!
Brown dan Gilman (1997:76), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi hubungan resiprokal dan nonresiprokal. Hubungan antar
pelaku wicara tergantung pada:
a. perbedaan kerabat, yaitu kawan bicara masih punya hubungan darah,
b. perbedaan umur, yaitu apakah umur lawan bicara lebih tua, sama
umurnya, atau lebih muda dari pembicaraan,
c. perbedaan jabatan, yaitu apakah jabatan lawan bicara lebih tinggi, sama
atau lebih rendah dari pembicara,
d. perbedaan situasi, yaitu situasi yang ada pada saat terjadinya peristiwa
tutur. Situasi yang ada dapat bersifat sangat formal atau tidak formal,
e. perbedaan situasi sosial, yaitu perbedaan status sosial dan perbedaan
tingkt sosial antarpelaku wicara. Pembicaraan akan melihat apakah status
sosial lawan bicaranya lebih tinggi, sama atau lebih rendah. Ukuran status
sosial dalam hal ini adalah kedudukan seseorang dalam lingkungan
masyarakatnya,
f. hubungan kekerabatannya, yaitu apakah pembicara telah mengenal dengan
baik kawan bicaranya. Hubungan kekerabatan lawan bicaradapat bersifat
sangat akrab atau tidak akrab, dan
g. tujuan pembicaraan, yaitu maksud dan tujuan pembicaraan melakukan
pembicaraan dengan kawan bicara. Dalam hal ini dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu afektif, pembicaraan biasa, atau menghina.
1. Sapaan dalam Hubungan Kekerabatan
Kekerabatan merupakan suatu bentuk hubungan sosial yang terjadi karena
keturunan dan perkawinan. Sapaan dalam hubungan kekerabatan ialah sapaan
yang digunakan untuk menyapa orang yang lebih tua atau sebaliknya dalam
sebuah keluarga disesuaikan menurut hubungan keluarga.
a. Sapaan berdasarkan keturunan atau hubungan darah
1. Sapaan terhadap yang Lebih Tua
Sapaan terhadap yang lebih tua ialah sapaan yang ditunjukkan untuk
menyapa orang yang lebih tua dari penyapa.
a) Sapaan terhadap orang tua kakek atau nenek
Sapaan untuk orang tua dari kakek atau nenek adalah moyang atau
buyut adalah. Sapaan moyang digunakan baik orang tua kakek
laki-laki maupun perempuan oleh cicitnya. Sapaan moyang ini
sudah jarang ditemui dalam satu keturunan karena faktor umur
yang tak memungkinkan lagi.
b) Sapaan terhadap orang tua laki-laki dari ayah dan ibu
Sapaan terhadap orang tua laki-laki dari ayah dan ibu adalah
kakek. Sapaan kakek ini digunakan untuk menyapa orang tua
laki-laki baik dari ayah maupun ibu oleh cucunya.
c) Sapaan terhadap orang tua perempuan dari ayah dan ibu
Sapaan terhadap orang tua perempuan dari ayah dan ibu adalah
nenek. Sapaan nenek digunakan untuk menyapa orang tua
perempuan baik dari ayah maupun ibu oleh cucunya.
d) Sapaan terhadap orang tua laki-laki
Sapaan terhadap orang tua laki-laki adalah bapak atau ayah.
Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa mertua laki-laki oleh
menantunya.
e) Sapaan terhadap orang tua perempuan
Sapaan terhadap orang tua perempuan adalah ibu. Sapaan ini juga
digunakan untuk menyapa mertua perempuan oleh menantunya.
f) Sapaan terhadap saudara tua dan muda laki-laki dari orang tua
Sapaan terhadap saudara tua laki-laki dari orang tua adalah paman
atau om. Sapaan paman atau om digunakan untuk menyapa
saudara tua laki-laki dari orang tua oleh kemenakannya.
g) Sapaan terhadap saudara tua dan muda perempuan dari orang tua
Sapaan terhadap saudara tua perempuan dari orang tua adalah bibi
atau ibu. Sapaan bibi atau ibu digunakan untuk menyapa saudara
tua perempuan dari orang tua oleh kemenakannya.
2. Sapaan terhadap saudara
a) Sapaan terhadap saudara tua laki-laki
Sapaan terhadap saudara tua laki-laki adalah abang. Sapaan abang
digunakan oleh saudara yang lebih muda untuk menyapa saudara
yang lebih tua, sapaan ini juga digunakan untuk menyapa sepupu
laki-laki yang lebih tua.
b) Sapaan terhadap saudara tua perempuan
Sapaan terhadap saudara tua perempuan adalah kakak. Sapaan
kakak digunakan oleh saudara yang lebih muda untuk menyapa
saudara yang lebih tua, sapaan ini juga digunakan untuk menyapa
sepupu perempuan yang lebih tua.
c) Sapaan terhadap saudara muda laki-laki atau perempuan
Sapaan terhadap saudara muda laki-laki atau perempuan adalah
adik, sapaan adik biasanya disertai dengan nama diri atau dengan
nama saja. Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa saudara
sepupu laki-laki maupun perempuan yang lebih muda.
3. Sapaan terhadap yang sebaya
Sapaan terhadap yang sebaya dalam keluarga cukup dengan nama saja.
Sapaan nama dapat digunakan untuk mengakrabkan diri antara
panyapa dan yang disapa. Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa
sepupu yang sebaya.
4. Sapaan berdasarkan urutan generasi anak
a) Sapaan terhadap anak laki-laki atau perempuan
Sapaan utama terhadap anak laki-laki atau perempuan umumnya
adalah menggunakan nak, nak+nama, atau nama saja.
b) Sapaan terhadap cucu laki-laki atau perempuan
Sapaan utama terhadap cucu laki-laki atau perempuan umumnya
adalah cu, cu+nama, atau nama saja.
2. Sapaan dalam Hubungan Nonkekerabatan
Sapaan dalam hubungan kekerabatan sering juga disebut sapaan dalam
masyarakat. Sapaan dalam masyarkat adalah sapaan yang digunakan untuk
menyapa anggota masyarakat yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan
atau hubungan darah.
a. Sapaan terhadap yang lebih tua laki-laki dan perempuan
Sapaan yang sering digunakan untuk menyapa orang yang lebih tua laki-laki
yaitu bapak atau pak, sedangkan untuk menyapa orang yang lebih tua
perempuan yaitu ibu atau bu. Sapaan bisa juga disesuaikan dengan urutan
kelahiran orang tersebut.
b. Sapaan terhadap yang lebih muda
Sapaan terhadap yang lebih muda baik laki-laki maupun perempuan yaitu
adik, dik atau dengan nama diri saja.
c. Sapaan terhadap yang sebaya
Sapaan terhadap orang yang sebaya dalam masyarakat dapat disapa dengan
sapaan nama diri.
d. Sapaan terhadap orang yang belum dikenal
Sapaan terhadap orang yang belum dikenal biasanya menyesuaikan dengan
kondisi lingkungan, sapaan pak atau bu digunakan untuk orang yang kira-kira
sebaya dengan ayah atau ibu, sedangkan bang atau kak digunakan untuk
menyapa orang yang sebaya dengan kakak atau abang. Sapaan ini juga bisa
disesuaikan dengan urutan kelahiran orang tersebut.
e. Sapaan dalam profesi
Sapaan dalam profesi biasanya menggunakan sapaan pak atau bu.
Penggunaan sapaan tersebut dikarenakan tuntutan profesi seseorang agar lebih
sopan. Misalnya, ketika berbicara dengan seorang dosen, maka panyapa akan
menggunakan sapaan pak dosen atau bu dosen.
f. Sapaan dalam jabatan
Sapaan dalam jabatan digunakan untuk menyapa orang-orang yang
mempunyai jabatan tertentu dalam masyarakat. Misalnya menyapa presiden,
gubernur, bupati, dan camat.
3. Tujuan penggunaan kata sapaan
a. Sapaan tanda hormat
Sapaan tanda hormat merupakan sapaan yang menjunjung tinggi sopan santun
dalam menghargai orang lain meskipun orang tersebut tidak memiliki
hubungan kekerabatan dengan panyapa. Contoh sapaan tanda hormat, sapaan
bapak, ibu, yang mulia, yang terhormat dan yang berbahagia.
b. Sapaan ungkapan sakit hati
Sapaan sakit hati merupakan sapaan kepada seseorang yang tidak senang
dengan yang disapa. Sapaan semacam ini terjadi akibat adanya permusuhan,
iri hati, atau sengketa antara kedua belah pihak. Sapaan yang digunakan
umumnya berkonotasi negatif, seperti setan, pelacur, anjing, atau iblis. Makna
yang diungkapkan selalu merujuk pada sapaan yang menggambarkan
seseorang tersebut sesuai sapaan yang di ungkapkan.
c. Sapaan ungkapan keakraban
Faktor kekerabatan antara penyapa dan yang disapa sangat mempengaruhi
penggunaan sapaan. Keakraban yang terjalin antara penyapa dan yang disapa
tidak menyebabakan sakit hati atau direndahkan. Contoh, penggunaan kata
binatang untuk mengganti nama yang disapa, keadaan fisik, ataupun
penggunaan kata sapaan yang berhubungan dengan kebiasaan jelek yang
disapa.

More Related Content

What's hot

1 bahasa-dan_sastra_indonesia (1)
1  bahasa-dan_sastra_indonesia (1)1  bahasa-dan_sastra_indonesia (1)
1 bahasa-dan_sastra_indonesia (1)Hjyayat Hermayati
 
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata KerjaAnalisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata KerjaMarliena An
 
Sistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos final
Sistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos finalSistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos final
Sistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos finaljuniato
 
Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna
Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah munaProses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna
Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah munaOperator Warnet Vast Raha
 
KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...
KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...
KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...rachelianto
 
9. model pembelajaran saintifik mp bhs indonesia
9. model pembelajaran saintifik mp bhs indonesia9. model pembelajaran saintifik mp bhs indonesia
9. model pembelajaran saintifik mp bhs indonesiaadulcharli
 
Silabus bhs. indonesia peminatan kls 10
Silabus bhs. indonesia peminatan kls 10Silabus bhs. indonesia peminatan kls 10
Silabus bhs. indonesia peminatan kls 10SMA Negeri 9 KERINCI
 
Morfologi Dan Morfofonemik Bahasa Sumbawa Dialek Tongo
Morfologi Dan Morfofonemik Bahasa Sumbawa Dialek TongoMorfologi Dan Morfofonemik Bahasa Sumbawa Dialek Tongo
Morfologi Dan Morfofonemik Bahasa Sumbawa Dialek TongoRakatajasa
 

What's hot (12)

1 bahasa-dan_sastra_indonesia (1)
1  bahasa-dan_sastra_indonesia (1)1  bahasa-dan_sastra_indonesia (1)
1 bahasa-dan_sastra_indonesia (1)
 
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata KerjaAnalisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
 
Makalah kesinoniman kata dalam bahasa muna
Makalah kesinoniman kata dalam bahasa munaMakalah kesinoniman kata dalam bahasa muna
Makalah kesinoniman kata dalam bahasa muna
 
Sistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos final
Sistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos finalSistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos final
Sistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (sfbbb) kelompok jun, adral, yos final
 
Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna
Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah munaProses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna
Proses morfologis nomina dalam bahasa daerah muna
 
KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...
KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...
KELAS KATA VERBA BAHASA BUGIS PARIT HARUNA DESA PAL IX KECAMATAN SUNGAI KAKAP...
 
Makalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa munaMakalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa muna
 
9. model pembelajaran saintifik mp bhs indonesia
9. model pembelajaran saintifik mp bhs indonesia9. model pembelajaran saintifik mp bhs indonesia
9. model pembelajaran saintifik mp bhs indonesia
 
Bahasa dohoi
Bahasa dohoiBahasa dohoi
Bahasa dohoi
 
Silabus bhs. indonesia peminatan kls 10
Silabus bhs. indonesia peminatan kls 10Silabus bhs. indonesia peminatan kls 10
Silabus bhs. indonesia peminatan kls 10
 
Morfologi Dan Morfofonemik Bahasa Sumbawa Dialek Tongo
Morfologi Dan Morfofonemik Bahasa Sumbawa Dialek TongoMorfologi Dan Morfofonemik Bahasa Sumbawa Dialek Tongo
Morfologi Dan Morfofonemik Bahasa Sumbawa Dialek Tongo
 
korenspondensi 1.
korenspondensi 1.korenspondensi 1.
korenspondensi 1.
 

Similar to Disain Dani Apriyanto

Analisis Fonetik Pada bahasa Dayak Jangkang di Desa jangkang Benua Kabupaten ...
Analisis Fonetik Pada bahasa Dayak Jangkang di Desa jangkang Benua Kabupaten ...Analisis Fonetik Pada bahasa Dayak Jangkang di Desa jangkang Benua Kabupaten ...
Analisis Fonetik Pada bahasa Dayak Jangkang di Desa jangkang Benua Kabupaten ...rachelianto
 
Makalah kesinoniman kata dalam bahasa muna
Makalah kesinoniman kata dalam bahasa munaMakalah kesinoniman kata dalam bahasa muna
Makalah kesinoniman kata dalam bahasa munaSeptian Muna Barakati
 
Afiksasi bahasa dayak pompakng desa penyalimau jaya kecamatan kapuas kabupate...
Afiksasi bahasa dayak pompakng desa penyalimau jaya kecamatan kapuas kabupate...Afiksasi bahasa dayak pompakng desa penyalimau jaya kecamatan kapuas kabupate...
Afiksasi bahasa dayak pompakng desa penyalimau jaya kecamatan kapuas kabupate...PUTU EKA RESPATI
 
Rencana Penelitian Bahasa (IKIP-PGRI Pontianak)
Rencana Penelitian Bahasa (IKIP-PGRI Pontianak)Rencana Penelitian Bahasa (IKIP-PGRI Pontianak)
Rencana Penelitian Bahasa (IKIP-PGRI Pontianak)Rina Fadhali
 
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Oktari Aneliya
 
penelitian kebahasaan
penelitian kebahasaanpenelitian kebahasaan
penelitian kebahasaanrachelianto
 
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF  “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF  “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...Undergraduate Degree Alumnae
 
semantik dalam bahasa indonesia
semantik dalam bahasa indonesiasemantik dalam bahasa indonesia
semantik dalam bahasa indonesiaNUR DIANA
 
PPT OUTLINE KELOMPOK 1 (1).pptx
PPT OUTLINE KELOMPOK 1 (1).pptxPPT OUTLINE KELOMPOK 1 (1).pptx
PPT OUTLINE KELOMPOK 1 (1).pptxDINAMARIATEKA
 
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang Budaya
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang BudayaMiskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang Budaya
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang BudayaRizkiMagfirah
 
Rpp bahas indonesia sma xii bab 5
Rpp bahas indonesia sma xii bab 5Rpp bahas indonesia sma xii bab 5
Rpp bahas indonesia sma xii bab 5eli priyatna laidan
 
Penggunaan Bahasa Alay Dalam Jejaring Sosial
Penggunaan Bahasa Alay Dalam Jejaring SosialPenggunaan Bahasa Alay Dalam Jejaring Sosial
Penggunaan Bahasa Alay Dalam Jejaring SosialYuliaDwi9
 

Similar to Disain Dani Apriyanto (20)

Analisis Fonetik Pada bahasa Dayak Jangkang di Desa jangkang Benua Kabupaten ...
Analisis Fonetik Pada bahasa Dayak Jangkang di Desa jangkang Benua Kabupaten ...Analisis Fonetik Pada bahasa Dayak Jangkang di Desa jangkang Benua Kabupaten ...
Analisis Fonetik Pada bahasa Dayak Jangkang di Desa jangkang Benua Kabupaten ...
 
Makalah kesinoniman kata dalam bahasa muna
Makalah kesinoniman kata dalam bahasa munaMakalah kesinoniman kata dalam bahasa muna
Makalah kesinoniman kata dalam bahasa muna
 
Afiksasi bahasa dayak pompakng desa penyalimau jaya kecamatan kapuas kabupate...
Afiksasi bahasa dayak pompakng desa penyalimau jaya kecamatan kapuas kabupate...Afiksasi bahasa dayak pompakng desa penyalimau jaya kecamatan kapuas kabupate...
Afiksasi bahasa dayak pompakng desa penyalimau jaya kecamatan kapuas kabupate...
 
Rencana Penelitian Bahasa (IKIP-PGRI Pontianak)
Rencana Penelitian Bahasa (IKIP-PGRI Pontianak)Rencana Penelitian Bahasa (IKIP-PGRI Pontianak)
Rencana Penelitian Bahasa (IKIP-PGRI Pontianak)
 
Penelitian kebahasaan Fransiskus
Penelitian kebahasaan FransiskusPenelitian kebahasaan Fransiskus
Penelitian kebahasaan Fransiskus
 
Disain penelitian bahasa
Disain penelitian bahasaDisain penelitian bahasa
Disain penelitian bahasa
 
Disain Penelitian Kebahasaan
Disain Penelitian KebahasaanDisain Penelitian Kebahasaan
Disain Penelitian Kebahasaan
 
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)Kajian wacana (Barbara Johnstone)
Kajian wacana (Barbara Johnstone)
 
tugas individu
tugas individutugas individu
tugas individu
 
penelitian kebahasaan
penelitian kebahasaanpenelitian kebahasaan
penelitian kebahasaan
 
Proposal penelitian kebahasaan dan sosial
Proposal penelitian kebahasaan dan sosialProposal penelitian kebahasaan dan sosial
Proposal penelitian kebahasaan dan sosial
 
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF  “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF  “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...
LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF “Leksikostatistik Bahasa Melayu Deli dengan B...
 
Makalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa munaMakalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa muna
 
Makalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa munaMakalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa muna
 
Makalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa munaMakalah sistem sapaan bahasa muna
Makalah sistem sapaan bahasa muna
 
semantik dalam bahasa indonesia
semantik dalam bahasa indonesiasemantik dalam bahasa indonesia
semantik dalam bahasa indonesia
 
PPT OUTLINE KELOMPOK 1 (1).pptx
PPT OUTLINE KELOMPOK 1 (1).pptxPPT OUTLINE KELOMPOK 1 (1).pptx
PPT OUTLINE KELOMPOK 1 (1).pptx
 
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang Budaya
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang BudayaMiskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang Budaya
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang Budaya
 
Rpp bahas indonesia sma xii bab 5
Rpp bahas indonesia sma xii bab 5Rpp bahas indonesia sma xii bab 5
Rpp bahas indonesia sma xii bab 5
 
Penggunaan Bahasa Alay Dalam Jejaring Sosial
Penggunaan Bahasa Alay Dalam Jejaring SosialPenggunaan Bahasa Alay Dalam Jejaring Sosial
Penggunaan Bahasa Alay Dalam Jejaring Sosial
 

Recently uploaded

RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRizalAminulloh2
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 

Recently uploaded (20)

RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 

Disain Dani Apriyanto

  • 1. SISTEM SAPAAN PADA MASYARAKAT DAYAK SENGANGAN ATAU MELAYU SEKADAU BAB I RANCANGAN PENELITIAN A. LATAR BELAKANG Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting keberadannya bagi masyarakat. Bahasa digunakan masyarakat untuk mengungkapkan ide, pikiran dan perasaan kepada orang lain sehingga akan terjalin interaksi antarmasyarakan, tanpa bahasa komunikasi tidak akan terjalin dengan baik. Bangsa Indonesia memiliki keberagaman bahasa selain bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dan bahasa nasional. Bahasa Dayak Sengangan merupakan satu di antara bahasa daerah yang terdapat di wilayah Indonesia, tepatnya di daerah Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Sampai sekarang, bahasa ini masih digunakan oleh masyarakat Sengangan atau Melayu Sekadau. Kampung Beringin, Sei Mayong, dan Sei Pandak menyebut identitasnya sebagai orang Dayak Segangan atau Melayu Sekadau. Mereka melakukan migrasi ke hulu Sungai Sekadau., maka bahasa yang digunakanpun adalah bahasa Melayu Sekadau juga. Untuk mempermudah pengambilan data penelitian, peneliti membatasi lokasi penelitian sistem sapaan pada masyarakat Menterap Kabut dilakukan di Dusun Lembah Beringi, Desa Beringin, Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau. Berdasarkan pengamatan peneliti, pemilihan Dusun Beringin
  • 2. sebagai lokasi penelitian dikarenakan bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang masih belum tercampur dengan bahasa lain dan didukung kondisi masyarakat yang masih asli. Selain itu, mayoritas penuturnya berada di Dusun Beringin. Bahasa Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau dipergunakan sebagai sarana komunikasi masyarakat setempat yang mempunyai sistem bahasa sama dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah lainnya. Sistem bahasa tersebut seperti: fonologi mendeskripsikan masalah bunyi, morfologi mendeskripsikan bentuk kata, sintaksis mendeskripsikan bentuk kalimat, dan semantik mendeskripsikan bentuk makna. Luasnya sistem bahasa yang ada, maka pada penelitian ini dibatasi tentang sistem sapaan pada masyarakat Dayak Segangan atau Melayu Sekadau dalam hubungan kekerabatan dan nonkekerabatan. Beberapa pertimbangan dari peneliti dalam mengambil penelitian mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau. Pertama, berdasarkan kajian kepustakaan, penelitian mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau belum pernah dilakukan. Kedua, dalam bahasa Dayak Sengangan terdapat keunikan tersendiri yang menjadi sebuah ciri khas bahasa tersebut, sehingga menjadikan bahasa Dayak Sengangant sangat berbeda dengan bahasa-bahasa daerah lain yang terkadang hampir mempunyai kemiripan. Misalnya: 1. Tuk Apak ikau ! (sapaan dalam bahasa Dayak Sengangan) Inilah ayahmu. (sapaan dalam bahasa Indonesia)
  • 3. 2. Konai gek adik ikau? (sapaan dalam bahasa Dayak Sengangan) Kemanakah adikmu? (sapaan dalam bahasa Indonesia) Ketiga, sebagai usaha peneliti untuk mendokumentasikan secara tertulis agar terjadi kelestarian penggunaan bahasa Dayak Sengangan. Keempat, untuk mengetahui lebih dalam mengenai bentuk kata sapaan baik dalam hubungan kekerabatan maupun nonkekrabatan serta tujuan penggunaannya dalam masyarakat Dayak Sengangan. Kelima, penelitian ini juga sebagai upaya menambah literatur kebahasaan, khususnya literatur bahasa daerah. B. RUMUSAN MASALAH Masalah umum yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana sistem sapaan pada masyarakat Dayak Segangan atau Melayu Sekadau?” Masalah ini dirincikan lagi ke dalam submasalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah sistem sapaan dalam masyarakat Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau berdasarkan hubungan kekerabatan? 2. Bagaimanakah sistem sapaan dalam masyarakat Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau berdasarkan hubungan nonkekerabatan? 3. Bagaimanakah tujuan penggunaan kata sapaan dalam masyarakat Dayak Sengangan? C. TUJUAN PENELITIAN Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
  • 4. 1. Mendeskripsikan sistem sapaan dalam bahasa Dayak Sengangan berdasarkan hubungan kekerabatan. 2. Mendeskripsikan sistem sapaan dalam bahasa Dayak Sengangan berdasarkan hubungan nonkekerabatan. 3. Mendeskripsikan tujuan penggunaan kata sapaan dalam bahasa Dayak Sengangan. D. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis yang diharapkan adalah sebagai bahan pembelajaran dan pengembangan dalam kajian kebahasaab, khususnya yang berkaitan dengan sistem sapaan. Manfaat praktisnya antara lain sebagai berikut. 1. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan tentang bahasa, khusunya mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan. 2. Bagi guru bahasa Indonesia Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru bahasa Indonesia sebagai salah satu alternasi bahan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran kebahasaan yang berkaitan dengan sistem sapaan. 3. Bagi penelitian lainnya
  • 5. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternasi bahan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya di bidang kebahasaan, khususnya yang berkaitan dengan sistem sapaan. E. RUANG LINGKUP PENELITIAN Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya ruang lingkup agar penelitian yang dilakukan terarah. Penulis memfokuskan untuk mendeskripsikan sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau sebagai berikut. 1. Pembahasan mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan dalam hubungan kekerabatan dibagi menjadi dua, sebagai berikut. a. Sapaan karena hubungan keturunan atau karena pertalian darah dibedakan menjadi empat yaitu: bentuk sapaan bagi orang yang lebih tua, bentuk sapaan untuk saudara, bentuk sapaan untuk sebaya, dan bentuk sapaan berdasarkan urutan generasi anak. b. Sapaan hubungan keluarga karena perkawinan dibagi menjadi delapan yaitu: suami, istri, mertua, ipar, biras, menantu, besan, dan kemenakan. 2. Pembahasan mengenai bentuk penggunaan sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan dalam hubungan nonkekerabatan (sapaan dalam masyarakat) dibagi menjadi delapan yaitu: sapaan untuk orang yang lebih tua laki-laki dan perempuan, sapaan untuk orang yang lebih muda laki-laki dan perempuan, sapaan untuk orang yang belum dikenal, sapaan untuk orang
  • 6. sebaya, sapaan dalam profesi, sapaan dalam keagamaan, sapaan dalam jabatan, dan sapaan dalam adat istiadat. 3. Pembahasan mengenai tujuan penggunaan kata sapaan dalam bahasa Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau dibagi menjadi tiga yaitu: sepaan sebagai tanda hormat, sapaan sebagai ungkapan sakit hati, dan sapaan ungkapan kekerabatan. a. Penjelasan Istilah Penjelasam istilah dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman antara peneliti dan pembaca dalam memahami istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan istilah tersebut sebagai berikut. 1. Kata Sapaan Kata sapaan adalah morfem, kata, atau frase yang digunakan untuk saling merujuk dalam situasi pembicaraan dan yang berbeda-beda menurut sifat hubungan antara pembicara (Kridalaksana, 2008: 214). 2. Sistem sapaan Sistem sapaan adalah sistem yang mengikat unsur-unsur bahasa yang menandai perbedaan status dan peran partisipan dalam komunikasi dengan bahasa (Kridalaksana, 2008: 224). 3. Bahasa Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau Bahasa Dayak Sengangan adalah bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat suku Dayak yang bermukim di dusun Beringin Sekadau, Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau. Berdasarkan penjelasan
  • 7. istilah yang telah dikemukakan di atas, penelitian mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan dapat diartikan sebagai suatu penelitian yang membahas bentuk sapaan berupa morfem, kata, atau frase yang merupakan sebuah sistem yang mengikat unsur-unsur bahasa yang menandai perbedaan status dan peran partisipan dalam komunikasi dengan bahasa dalam situasi pembicaraan menurut sifat hubungan pada masyarakat Dayak Sengangan. Sifat hubungan yang dimaksud merupakan sapaan hubungan kekerabatan dan nonkekerabatan. Sapaan hubungan kekerabatan adalah sapaan yang dugunakan untuk menyapa orang yang lebih tua dan sebaliknya dalam sebuah keluarga disesuaikan menurut hubungan kekerabatan, sedangkan sapaan pada hubungan nonkekerabatan adalah kata-kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang-orang yang tidak memiliki hubungan keluarga. b. Metode Penelitian dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini mengkaji bentuk sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan, meliputi: sapaan kekerabatan, nonkekerabatan, dan tujuan penggunaan kata sapaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif diarahakn sebagai prosedur pemecahan masalah yang akan diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek yang diteliti secara apa adanya sesuai dengan fakta pada saat penelitian dilakukan. Dengan metode
  • 8. deskriptif, penelitian dilakukan semata-mata berdasarkan fakta atau fenomena yang memang hidup pada penuturnya. Dalam hal ini, metode dekriptif memberikan gambaran yang objektif tentang sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan atau Melayu Sekadau yang akan dianalisis sesuai dengan faktor pemakaian sebenarnya dari bahasa Dayak Sengangan. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kulaitatif merupakan bentuk penelitian yang menggambarkan suatu keadaaan dengan uraian. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka- angka (Moleong, 2005:11). Dengan demikian data dianalisis dalam bentuk uraian dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri berlatar alamiah, bersifat deskriptif, lebih mengutamakan proses daripada hasil, dan analisis data bersifat induktif (Bogdan dan Biklen, 1982 dalam Djajasudarma,1994). Berlatar alamiah, maksudnya data penelitian bersumber dari peristiwa-peristiwa komunikasi dan situasi alamiah yang berlangsung di masyarakat Dayak Sengangan. Bersifat deskriptif, maksudnya data dikumpulkan berbentuk deskripsi wacana. Data dilengkapi dengan konteks terjadinya interaksi. Pendeskripsian konteks diupayakan hingga menyentuh hal-hal kecil, seperti waktu, tempat, dan kedudukan partisipan. Hasil analisis data
  • 9. dilaporkan dalam bentuk deskripsi fenomenologis, artinya hasil analisis dipaparkan sesuai dengan temuan di lapangan tanpa dihubungkan dengan variabel-variabel tertentu. Lebih mengutamakan proses daripada hasil, maksudnya dalam pelaksanaan penelitian ini, khususnya kegiatan pengumpulan lebih diorientasikan pada proses. Pengorientasian tersebut, misalnya pengupayaan waktu pelaksanaan pengumpulan data yang bersifat fleksibel. Karena itu, jadwal tidak dijadikan target. Demikian halnya dengan perolehan data, baik jenis maupun jumlahnya tidak didasarkan pada perencanaan atau target tertentu. Analisis data bersifat induktif, maksudnya penelitian ini tidak diarahkan untuk memperkuat atau menolak hipotesis tertentu. Karena itu, paparan hasil analisis penelitian yang berkaitan dengan sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan lebih didasarkan pada data alamiah yang terkumpul di lapangan. 3. Data dan Sumber Data a. Data Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang mengandung sapaan dan konteks penggunaannya pada masyarakat Dayak Sengangan. b. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa yang dituturkan oleh penutur asli bahasa Dayak Sengangan dan konteks tuturan yang diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan lapangan secara langsung. Konteks ini dimasukkan dalam sumber data karena konteks
  • 10. tuturan berpengaruh terhadap tujuan penggunaan kata sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan. Subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat asli penutur bahasa Dayak Sengangan. Namun, tidak semua masyarakat asli penutur bahasa Dayak Sengangan mempunyai kedudukan yang sama sebagai informan dalam penelitian, sebab terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai seorang informan, sebagai berikut: Data dianalisis selama dan setelah pengumpulan data. Maksudnya, selama pengumpulan data, data ditranskripsikan (dari pita rekaman ke data tulisan) dan disesuaikan dengan catatan peneliti. Apabila terdapat penyimpangan, pada observasi berikutnya dapat dilakukan perekaman atau pencatatan data dengan lebih cermat untuk menghidari kesalahan. 4. Teknik dan Alat Pengumpul Data a. Teknik Pengumpul Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cakap langsung, pencatatan lapangan, dan perekaman. Teknik cakap langsung merupakan teknik penjaringan data melalui percakapan antara peneliti dan informan. Pelaksanaan teknik ini dilakukan dengan cara tanya jawab langsung dengan berpedoman pada instrumen penelitian. Teknik cakap langsung digunakan untuk mengetahui secara langsung sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan. Teknik pencatatan lapangan digunakan untuk mencatat konteks tuturan yang berguna
  • 11. untuk memaknai data yang diperoleh, sedangkan teknik perekaman dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang sebenarnya, berupa sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan. b. Alat Pengumpul Data Dalam penelitian kualitatif, para ahli mengemukakan pendapatnya bahwa yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri, atau dengan bantuan orang lain yang merupakan alat pengumpul data utama (Guba dan Lincoln, 1981 dalam Moleong, 2005). Hal ini dikarenakan peneliti dalam penelitian kualitatif dipandang sebagai pencari tahu alami dalam pengumpulan data. Peneliti sebagai instrumen, ada beberapa prasyarat yang harus diperhatikan, yaitu: (1) peneliti ada jarak dengan objek terteliti, (2) tetap objektif, (3) berorientasi pada tujuan penelitian, (4) tetap setia pada data penelitian, dan (5) menyelesaikan sesuai dengan disiplin ilmu serta paradigma. Selain peneliti sebagai instrumen utama, penelitian ini menggunakan instrumen bantu, yaitu alat perekam (tape recorder), kartu data atau catatan lapangan, daftar pertanyaan dan kalimat yang mengandung kata sapaan. Alat perekam (tape recorder) digunakan untuk merekam tuturan informan, catatan lapangan digunakan untuk mencatat konteks tuturan, dan daftar pertanyaan dan kalimat digunakan sebagai pedoman percakapan.
  • 12. c. Teknis Analisis Data Teknik analisis data ini didasarkan pada teknik yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992: 15-20). Teknik analisis yang dimaksud meliputi: (a) reduksi data, (b) penyajian data, dan (c) penyimpulan. Ketiga langkah tersebut merupakan satu siklus yang saling terkait dan dilaksanakan secara serentak selama dan setelah pengumpulan data. Ketiga langkah itu secara memadai dipaparkan di bawah ini. Reduksi data adalah kegiatan analisis yang meliputi (a) identifikasi, (b) klasifikasi, dan (c) kodefikasi data. Identifikasi data adalah kegiatan menyeleksi kelayakan data, misalnya dari segi kejelasan dan ada tidaknya sistem sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan. Klasifikasi data adalah kegiatan memilah dan mengelompokkan data berdasarkan sistem sapaan dan konteks tuturan. Kodefikasi data adalah kegiatan memberi identitas data sesuai dengan sistem sapaan dan konteks tuturan. Penyajian data adalah kegiatan mengelompokkan data yang telah direduksi. Pengelompokan data dilakukan dengan menggunakan tabel, Dengan penyajian data ini diharapkan penarikan kesimpulan menjadi terarah. Penarikan simpulan adalah kegiatan analisis yang lebih dikhususkan pada penafsiran data yang telah disajikan. Penafsiran dilakukan secara menyeluruh tetang hubungan kekerabtan, nonkekerabatan, dan tujuan penggunaan kata sapaan pada masyarakat Dayak Sengangan.
  • 13. d. Pengecekan Keabsahan Data Konsekuensi bagi peneliti yang melakukan penelitian kualitatif adalah sering dijumpai data kasus negatif dan data bervariasi. Dalam kegiatan penelitian diperlukan kriteria tertentu yang dapat memenuhi nilai kebenaran (keabsahan) terhadap data informasi yang dikumpulkan peneliti dari lapangan, untuk mengantisipasi kemungkinan- kemungkinan terjadi kesalahan, kekurangan atau bias terhadap data yang dianalisis. Kekhawatiran ini dapat dihindari dengan melakukan trianggulasi sebagai salah satu teknik pemeriksaan data (Moleong, 2005). Pengecekan keabsahan data menurut Moleong (2005:175) ada sembilan teknik, yaitu: (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) ketekunan pengamatan, (3) trianggulasi, (4) pemeriksaan sejawat melalui diskusi, (5) analisis kasus negatif, (6) kecukupan referensi, (7) pengecekan keanggotaan, (8) uraian rinci, dan (9) auditing. Dalam penelitian ini, pemeriksaan keabsahan data hanya difokuskan pada ketekunan pengamatan, trianggulasi, dan kecukupan referensial. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu (Moleong, 2005:178). Teknik trianggulasi paling banyak digunakan ialah pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode penyidik dan teori (Denzin dan Moleong, 2005). Perlunya diadakan trianggulasi adalah untuk memeriksa kepercayaan dan validasi dari hasil-hasil temuan
  • 14. penelitian. Trianggulasi sebagai salah satu alat yang tepat untuk mengatasi terjadinya perbedaan-perbedaan sumber dalam temuan penelitian. Beberapa ahli mengatakan bahwa trianggulasi dilakukan untuk pengecekan data agar penelitian memiliki taraf kepercayaan yang tinggi (Miles dan Huberman, 1984). Dalam penelitian ini, trianggulasi digunakan untuk memeriksa keabsahan dan kesalahan data sebagai strategi yang dapat meningkatkan kredibitas penelitian ini.
  • 15. BAB II KAJIAN TEORI A. Kata Sapaan Menurut Anwar (2003:399) kata sapaan adalah perkataan untuk menegur, mengajak bercakap-cakap dan sebagainya. Oleh karena itu, sapaan merupakan satu di antara cara menegur orang yang di ajak bicara serta merupakan suatu cara menyampaikan maksud dari yang menyapa kepada yang disapa baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan dalam bentuk kata-kata. Menurut Kridalaksana (2001:191), kata sapaan adalah morfem, kata atau frase yang digunakan untuk saling menunjuk dalam situasi pembicaraan yang berbeda- beda menurut sifat hubungan atau pembicaraan. Menurut Sugiono (2006:77), kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menyapa orang yang diajak bicara (orang kedua) atau menggantikan nama ketiga. Berikut ini beberapa contoh yang digunakan sebagai sapaan. a. Nama diri seperti Budi dan Pepi b. Kata yang tergolong istilah kekerabatan, seperti: bapak, ibu, paman, bibi, adik, kakak, mas, atau abang. c. Gelar kepangkatan, profesi atau jabatan, seperti: kapten, profesor, dokter, dan sopir. Kata sapaan ini sangat terikat pada adat istiadat setempat, seperti adat kesantunan serta situasi dan kondisi percakapan. Itulah sebabnya kaidah
  • 16. kebahasaan sering terkalahkan oleh adat atau kebiasaan yang berlaku di daerah tempat bahasa tersebut tumbuh dan berkembang. Chaer (2006: 107), kata sapaan adalah kata-kata yang digunakan untuk menyapa, menegur, atau menyebut orang kedua atau orang yang diajak bicara. Dengan demikian, kata sapaan merupakan satu di antara penyampaian maksud dari yang disapa kepada yang disapa, baik lisan maupun tulisan dalam bentuk perangkat kata- kata. Kata-kata sapaan ini tidak mempunyai perbendaharaan kata sendiri, seseorang langsung disapa dengan nama diri atau nama perkerabatan. Sebagai kata sapaan, kata nama diri dapat digunakan dalam bentuk utuh seperti Arif, Supri, Norman, dan Bejo. Kata sapaan nama diri dapat juga disingkat, seperti: a. Rif (bentuk utuhnya Arif) b. Ri (bentuk utuhnya Supri) c. Man (bentuk utuhnya Norman) d. Jo (bentuk utuhnya Bejo) Selain nama diri, dalam nama perkerabatan semua bentuk utuh dan disingkat dapat juga digunakan, seperti: a. pak (bentuk utuhnya bapak) b. yah (bentuk utuhnya ayah) c. bu (bentuk utuhnya ibu) d. kak (bentuk utuhnya kakak) e. dik (bentuk utuhnya adik)
  • 17. f. bi (bentuk utuhnya bibi) g. kek (bentuk utuhnya kakek) h. nek (bentuk utuhnya nenek) i. nak (bentuk utuhnya anak) j. cu (bentuk utuhnya cucu) Perlu diperhatikan, tidak semua kata kekerabatan mempunyai bentuk singkatan. Menurut Chaer (2006: 107) kata saudara dan paman tidak ada bentuk singkatannya. Jadi, harus digunakan dalam bentuk utuh, tetapi ada juga pemakaian paman disingkat man tergantung pada tempat dan situasi pemakaian. Menurut Kridalaksana (1975:14), satuan bahasa mempunyai sistem tutur sapa, yakni sistem yang mempertautkan seperangkat kata-kata atau ungkapan yang dipakai untuk menyebut dan memanggil para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa. Oleh karena itu, sapaan merupakan satu di antara cara penyampaian maksud dari yang menyapa kepada yang disapa, baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk prangkat kata-kata. Tutur sapa sebagai suatu bentuk sistem untuk penyampaian maksud, mempunyai peranan penting karena sistem penyapa yang berlaku dalam bahasa-bahasa tertentu berbeda dengan sistem panyapa yang berlaku bahasa yang lain. perbedaan itu tidak terletak pada kosakata sapaan, tetapi juga pada sikap penuturnya ketika proses sapaan berlangsung.
  • 18. Menurut Kridalaksana (1975: 140), ada sembilan kelompok tentang sapaan untuk orang kedua dalam bahasa Indonesia, yaitu: a. kata ganti orang kedua seperti engkau, kamu b. nama diri seperti Mita, Edi, atau dapat didahului katas saudara, tuan, nyonya c. istilah kekerabatan seperti kakek, paman, dan abang d. gelar dan pangkat seperti jenderal dan dokter e. kata ganti agentif seperti penonton dan pendengar f. bentuk nomina+ku seperti kekasihku dan ibuku g. kata-kata diektis atau penunjuk seperti situ h. bentuk nominal lainnya seperti bung dan anda i. bentuk zero seperti kalau O senang dengan buku itu ambillah! Brown dan Gilman (1997:76), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan resiprokal dan nonresiprokal. Hubungan antar pelaku wicara tergantung pada: a. perbedaan kerabat, yaitu kawan bicara masih punya hubungan darah, b. perbedaan umur, yaitu apakah umur lawan bicara lebih tua, sama umurnya, atau lebih muda dari pembicaraan, c. perbedaan jabatan, yaitu apakah jabatan lawan bicara lebih tinggi, sama atau lebih rendah dari pembicara, d. perbedaan situasi, yaitu situasi yang ada pada saat terjadinya peristiwa tutur. Situasi yang ada dapat bersifat sangat formal atau tidak formal,
  • 19. e. perbedaan situasi sosial, yaitu perbedaan status sosial dan perbedaan tingkt sosial antarpelaku wicara. Pembicaraan akan melihat apakah status sosial lawan bicaranya lebih tinggi, sama atau lebih rendah. Ukuran status sosial dalam hal ini adalah kedudukan seseorang dalam lingkungan masyarakatnya, f. hubungan kekerabatannya, yaitu apakah pembicara telah mengenal dengan baik kawan bicaranya. Hubungan kekerabatan lawan bicaradapat bersifat sangat akrab atau tidak akrab, dan g. tujuan pembicaraan, yaitu maksud dan tujuan pembicaraan melakukan pembicaraan dengan kawan bicara. Dalam hal ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu afektif, pembicaraan biasa, atau menghina. 1. Sapaan dalam Hubungan Kekerabatan Kekerabatan merupakan suatu bentuk hubungan sosial yang terjadi karena keturunan dan perkawinan. Sapaan dalam hubungan kekerabatan ialah sapaan yang digunakan untuk menyapa orang yang lebih tua atau sebaliknya dalam sebuah keluarga disesuaikan menurut hubungan keluarga. a. Sapaan berdasarkan keturunan atau hubungan darah 1. Sapaan terhadap yang Lebih Tua Sapaan terhadap yang lebih tua ialah sapaan yang ditunjukkan untuk menyapa orang yang lebih tua dari penyapa. a) Sapaan terhadap orang tua kakek atau nenek
  • 20. Sapaan untuk orang tua dari kakek atau nenek adalah moyang atau buyut adalah. Sapaan moyang digunakan baik orang tua kakek laki-laki maupun perempuan oleh cicitnya. Sapaan moyang ini sudah jarang ditemui dalam satu keturunan karena faktor umur yang tak memungkinkan lagi. b) Sapaan terhadap orang tua laki-laki dari ayah dan ibu Sapaan terhadap orang tua laki-laki dari ayah dan ibu adalah kakek. Sapaan kakek ini digunakan untuk menyapa orang tua laki-laki baik dari ayah maupun ibu oleh cucunya. c) Sapaan terhadap orang tua perempuan dari ayah dan ibu Sapaan terhadap orang tua perempuan dari ayah dan ibu adalah nenek. Sapaan nenek digunakan untuk menyapa orang tua perempuan baik dari ayah maupun ibu oleh cucunya. d) Sapaan terhadap orang tua laki-laki Sapaan terhadap orang tua laki-laki adalah bapak atau ayah. Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa mertua laki-laki oleh menantunya. e) Sapaan terhadap orang tua perempuan Sapaan terhadap orang tua perempuan adalah ibu. Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa mertua perempuan oleh menantunya. f) Sapaan terhadap saudara tua dan muda laki-laki dari orang tua
  • 21. Sapaan terhadap saudara tua laki-laki dari orang tua adalah paman atau om. Sapaan paman atau om digunakan untuk menyapa saudara tua laki-laki dari orang tua oleh kemenakannya. g) Sapaan terhadap saudara tua dan muda perempuan dari orang tua Sapaan terhadap saudara tua perempuan dari orang tua adalah bibi atau ibu. Sapaan bibi atau ibu digunakan untuk menyapa saudara tua perempuan dari orang tua oleh kemenakannya. 2. Sapaan terhadap saudara a) Sapaan terhadap saudara tua laki-laki Sapaan terhadap saudara tua laki-laki adalah abang. Sapaan abang digunakan oleh saudara yang lebih muda untuk menyapa saudara yang lebih tua, sapaan ini juga digunakan untuk menyapa sepupu laki-laki yang lebih tua. b) Sapaan terhadap saudara tua perempuan Sapaan terhadap saudara tua perempuan adalah kakak. Sapaan kakak digunakan oleh saudara yang lebih muda untuk menyapa saudara yang lebih tua, sapaan ini juga digunakan untuk menyapa sepupu perempuan yang lebih tua. c) Sapaan terhadap saudara muda laki-laki atau perempuan Sapaan terhadap saudara muda laki-laki atau perempuan adalah adik, sapaan adik biasanya disertai dengan nama diri atau dengan
  • 22. nama saja. Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa saudara sepupu laki-laki maupun perempuan yang lebih muda. 3. Sapaan terhadap yang sebaya Sapaan terhadap yang sebaya dalam keluarga cukup dengan nama saja. Sapaan nama dapat digunakan untuk mengakrabkan diri antara panyapa dan yang disapa. Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa sepupu yang sebaya. 4. Sapaan berdasarkan urutan generasi anak a) Sapaan terhadap anak laki-laki atau perempuan Sapaan utama terhadap anak laki-laki atau perempuan umumnya adalah menggunakan nak, nak+nama, atau nama saja. b) Sapaan terhadap cucu laki-laki atau perempuan Sapaan utama terhadap cucu laki-laki atau perempuan umumnya adalah cu, cu+nama, atau nama saja. 2. Sapaan dalam Hubungan Nonkekerabatan Sapaan dalam hubungan kekerabatan sering juga disebut sapaan dalam masyarakat. Sapaan dalam masyarkat adalah sapaan yang digunakan untuk menyapa anggota masyarakat yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan atau hubungan darah. a. Sapaan terhadap yang lebih tua laki-laki dan perempuan Sapaan yang sering digunakan untuk menyapa orang yang lebih tua laki-laki yaitu bapak atau pak, sedangkan untuk menyapa orang yang lebih tua
  • 23. perempuan yaitu ibu atau bu. Sapaan bisa juga disesuaikan dengan urutan kelahiran orang tersebut. b. Sapaan terhadap yang lebih muda Sapaan terhadap yang lebih muda baik laki-laki maupun perempuan yaitu adik, dik atau dengan nama diri saja. c. Sapaan terhadap yang sebaya Sapaan terhadap orang yang sebaya dalam masyarakat dapat disapa dengan sapaan nama diri. d. Sapaan terhadap orang yang belum dikenal Sapaan terhadap orang yang belum dikenal biasanya menyesuaikan dengan kondisi lingkungan, sapaan pak atau bu digunakan untuk orang yang kira-kira sebaya dengan ayah atau ibu, sedangkan bang atau kak digunakan untuk menyapa orang yang sebaya dengan kakak atau abang. Sapaan ini juga bisa disesuaikan dengan urutan kelahiran orang tersebut. e. Sapaan dalam profesi Sapaan dalam profesi biasanya menggunakan sapaan pak atau bu. Penggunaan sapaan tersebut dikarenakan tuntutan profesi seseorang agar lebih sopan. Misalnya, ketika berbicara dengan seorang dosen, maka panyapa akan menggunakan sapaan pak dosen atau bu dosen. f. Sapaan dalam jabatan
  • 24. Sapaan dalam jabatan digunakan untuk menyapa orang-orang yang mempunyai jabatan tertentu dalam masyarakat. Misalnya menyapa presiden, gubernur, bupati, dan camat. 3. Tujuan penggunaan kata sapaan a. Sapaan tanda hormat Sapaan tanda hormat merupakan sapaan yang menjunjung tinggi sopan santun dalam menghargai orang lain meskipun orang tersebut tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan panyapa. Contoh sapaan tanda hormat, sapaan bapak, ibu, yang mulia, yang terhormat dan yang berbahagia. b. Sapaan ungkapan sakit hati Sapaan sakit hati merupakan sapaan kepada seseorang yang tidak senang dengan yang disapa. Sapaan semacam ini terjadi akibat adanya permusuhan, iri hati, atau sengketa antara kedua belah pihak. Sapaan yang digunakan umumnya berkonotasi negatif, seperti setan, pelacur, anjing, atau iblis. Makna yang diungkapkan selalu merujuk pada sapaan yang menggambarkan seseorang tersebut sesuai sapaan yang di ungkapkan. c. Sapaan ungkapan keakraban Faktor kekerabatan antara penyapa dan yang disapa sangat mempengaruhi penggunaan sapaan. Keakraban yang terjalin antara penyapa dan yang disapa tidak menyebabakan sakit hati atau direndahkan. Contoh, penggunaan kata binatang untuk mengganti nama yang disapa, keadaan fisik, ataupun
  • 25. penggunaan kata sapaan yang berhubungan dengan kebiasaan jelek yang disapa.