Dokumen tersebut membahas tentang rencana penelitian analisis fonetik pada Bahasa Dayak Jangkang di Desa Jangkang Benua, Kabupaten Sanggau. Terdapat latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian yang mencakup metode pengumpulan dan analisis data.
1. 1
BAGIAN I
RENCANA PENELITIAN
A. Latar Belakang
Bahasa daerah adalah bahasa pertama yang diajarkan kepada
manusia. Itu artinya bahasa pertama atau bahasa ibu sangat mempengaruhi
pemerolehan bahasa kedua yaitu Bahasa indonesia dan bahasa asing.
Dengan adanya bahasa ibu atau bahasa pertama, maka manusia akan lebih
bisa melestarikan bahasa dan budaya agar bahasa daerah tidak hilang atau
terpengaruh oleh bahasa lain. Bahasa daerah merupakan suatu bahasa yang
pertama dimilki manusia ketika pertama kali belajar berkomunikasi.
Manusia memiliki beragam bahasa, pertama bahasa daerah dan bahasa
keduanya adalah bahasa Indonesia. Pemerolehan bahasa ke dua, perlu
adanya pendidikan yang harus didapatkan oleh manusia. Maka dari itu,
bahasa pertama bisa dikatakan bahasa pengantar. Bahasa pertama bisa
digunakan sebagai pelengkap kekurangan itu. namun, semuanya perlu ada
proses dalam penyerapan istilah-istilah itu.
Bahasa-bahasa Dayak yang diperkirankan berjumlah sekitar 400-an
merupakan tumpukan harta karun budaya bangsa yang menyimpan
beraneka ragam keindahan, kearifan, dan keunikan tradisi, pengetahuan,
dan teknologi. Bahasa-bahasa tersebut merupakan the last frontier yang
membentangi berbagai kearifan tersebut dari kepunahan. Bagi orang dayak
yang tidak mengenal tradisi tulisan, bahasa-bahasa yang mereka miliki
dapat diandalkan sebagai pertahanan budaya dan eksistensinya sebagai
komunikasi masyarakat adat. Bahasa dayak merupakan salah satu bahasa
suku dayak di Kalimantan. Suku Dayak yang tersebar di seluruh wilayah
Kalimantan yang di huni tiga Negara sekaligus, sudah pasti memiliki
perbedaan karakter satu sama lainnya, akibat sistem yang berlaku di
Negara masing-masing. Jika di telusuri asal muasal istilah Dayak dan
pengertiannya pada berbagai kelompok masyarakat yang ada di
Kalimantan Barat terdapat berbagai variannya. Lokasi perkampungan
2. 2
orang Dayak pada masa purba, ketika orang-orang Dayak pada waktu itu
kebanyakan tinggal di kawasan pengunungan, dataran tinggi, dan di hulu-
hulu sungai. Istilah Dayak, pada mulanya memang hasil rekonstruksi
colonial untuk menyebut seluruh penduduk asli pulau Borneo untuk
memudahkan proses administrasi mereka. Dalam hal bahasa, orang dapat
menelusuri sejarah mereka, mengkomunikasikan budaya, serta
membangun identitas.
Bahasa-bahasa Dayak yang berjumlah ratusan dan beragam
menimbulkan kesulitan-kesulitan sendiri bagi orang Dayak untuk saling
berkomunikasi selain didalam komunitas subsukunya sendiri. Komunitas
antar sesama Dayak yang berlainan subsuku menggunakan bahasa
pengantar lain yakni bahasa Indonesia atau bahasa melayu yang lebih
dominan dan popular. Kondisi ini membuat orang dayak secara otomatis
menjadi bilingual. Manakala seorang Dayak dibesarkan dan tinggal di luar
komunitasnya sendiri maka sangat sulit baginya untuk dapat
mempergunakan bahasa ibu.
Dalam rentangan perjalanan sang waktu, bahasa merupakan
wahana warisan budaya masyarakat. Permasalahan kebahasaan yang
utama adalah terjadinya kepunahan Pada “bahasa-bahasa Dayak”. Kalau
bahasa punah, maka dipastikan bahwa budaya termasuk di dalamnya
pengetahuan lokal dan sistem nilai. Juga akan punah. Bahkan, masyarakat
tuturnya pun juga akan kehilangan sejarah dan identitas mereka. Kalau
budaya lupa, bahasa masih ada, maka kemungkinan untuk menggali
kembali budaya tersebut, dalam hal ini, nyatalah bahwa peran bahasa
sebagai benteng pertahanan terakhir budaya Dayak yang syarat dengan
tradisi lisan adalah penting dan mendesak untuk di pertahankan
eksistensinya. UNESCO juga menyebutkan beberapa factor spesifik yang
menyebabkan lenyapnya suatu bahasa, misalnya perang, genosida,
pelarangan penggunaan suatu bahasa, asimilasi cultural etnik minoritas,
dan tidak adanya interes dari para penutur asli dalam pembelajaran bahasa.
3. 3
Fonologi merupakan ilmu tentang bunyi. Sebagai sebuah ilmu,
fonologi lazim diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik yang
mempelajari, membahas, membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi
bahasa yang diproduksi oleh alat-alat ucap manusia. Runtutan bunyi
bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkat-
tingkat kesatuannya. Bunyi-bunyi bahasa inilah beserta runtutuan dan
segala aturannya yang menjadi objek kajian cabang linguistik yang disebut
fonologi. Jadi objek kajian fonologi adalah bunyi-bunyi bahasa yang
dihasilkan oleh alat ucap atau alat bicara manusia dalam berkomunikasi.
Fonetik adalah cabang kajian linguistik yang meneliti bunyi-bunyi bahasa
tanpa melihat apakah bunyi-bunyi itu dapat membedakan makna kata atau
tidak. Bersadarkan dimana beradanya bunyi bahasa itu sewaktu dikaji,
dibedakan adanya tiga macam fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik
akustik, dan fonetik auditoris.
Dengan adanya penelitian dalam mennganalis Bahasa Dayak, maka
merupakan suatu tambahan materi atau pengetahuan dalam dunia
pendidikan sehingga untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai
beragam Bahasa Dayak di Kalimantan. Terutama dalam melestarikan dan
menjaga bahasa Dayak yang sudah ada sejak zaman dahulu. Bahasa-
bahasa dayak merupakan suatu bahasa yang relatif kecil sehingga dibuat
suatu kebijakan agar budaya tradisi dan tradisi yang ada di Kalimantan
tidak akan mengalami kepunahan. Dengan demikian diperlukan kebijakan
yang tepat agar dalam beberapa generasi kedepannya, bahasa-bahasa
tersebut tidak mengalami kepunahan. Jika tidak diambil kebijakan yang
tepat, mustahil budaya-budaya yang terkadung didalamnya juga akan ikut
punah. Oleh karena itu peneliti melakukan suatu penelitain untuk
mengetahui bagaimana menganalisis fonetik pada Bahasa Dayak Jangkang
di Desa Jangkang Benua Kabupaten Sanggau?”.
4. 4
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan proposal ini, penulis selaku penyusun proposal
menemukan permasalahan yang harus dipecahkan. Secara umum
permasalahan dalam penelitian ini adalah, “Bagaimanakah analisis fonetik
pada bahasa Dayak Jangkang di Desa Jangkang Benua Kabupaten
Sanggau? “berlandaskan pada rumusan masalah umum tersebut, maka
dirumuskanlah beberapa sub masalah.
1. Bagaimanakah bunyi vokal fonetik pada Bahasa Dayak Jangkang di
Desa Jangkang Benua Kabupaten Sanggau ?
2. Bagaimana bunyi bahasa dalam fonetik artikulatoris pada bahasa
Dayak jangkang di desa jangkang Benua Kabupaten Sanggau?
C. Tujuan
Penulisan proposal ini mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai
penulis, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana menganalisis fonetik pada bahasa Dayak
Jangkang di Desa Jangkang Benua Kabupaten Sanggau.
2. Untuk mengetahui bunyi vokal fonetik pada bahasa Dayak Jangkang di
Desa Jangkang Benua Kabupaten Sanggau.
3. Untuk mengetahui bunyi bahasa dalam fonetik artikulatoris pada
bahasa Dayak Jangkang di desa Jangkang Benua Kabupaten Sanggau.
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan masukan bagi dunia pendidikan khususnya program
studi Bahasa dan Sastra Indonesia
b. Selain itu dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tolak ukur
kajian pada penelitian yang lebih lanjut.
5. 5
c. Diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan tentang Bahasa-
bahasa Dayak yang ada di Kalimantan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan tentang
Bahasa-bahasa Dayak yang ada di Kalimantan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat di temukan strategi dan
langkah-langkah yang tepat dalam bimbingan belajar, sehingga akan
bermanfaat dan memudahkan bagi siswa dalam mengembangkan
pengetahuan yang ada serta menambah wawasan tentang Bahasa-
Bahasa Dayak yang ada di kalimantan.
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru,
guna meningkat kemampuannya dalam proses pembelajaran. Serta
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternative
pemilihan teknik pembelajaran di lingkungan bidang Ilmu
pendidikan.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian artinya sering disamakan dengan metode penelitian
atau teknik penelitian. Hal ini, disebabkan karena ketiga hal tersebut saling
berhubungan dan sulit dibedakan. Metode penelitian membicarakan
mengenai tatacara pelaksanaan penelitian, sedangkan prosedur penelitian
membicarakan alat-alat yang digunakan dalam mengukur atau
mengumpulkan data penelitian.
1. Metode dan Bentuk Penelitian
a. Metode Penelitian
Menurut Klaus Buhr,(dalam Mahmud, 2011:23) Metode
merupakan cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. Maksud
adanya metode adalah kegiatan praktis terlaksana secara terarah dan
mencapai hasil optimal. Metode menurut arti luas tersebut dapat di
6. 6
khususkan berhubungan dengan pemikiran pada umumnya sebagai
cara berpikir menurut sistem aturan tertentu.
Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2013:6)
menyatakan bahwa, metode penelitian pendidikan merupkan cara
ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu
sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian adalah tata cara ilmiah dengan menggunakan alat dan
teknik tertentu untuk mendapatkan data yang valid agar tercapainya
pemahaman dan tujuan. Adapun metode penelitiannya adalah
menggunakan metode penelitian Deskriptif. Metode deskriptif dapat
di artikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan / melukiskan keadaan subjek atau objek
penelitian ( seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain ) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana
adanya.
2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan
data, maka penelti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi
standar data yang ditetapkan. Setiap penelitian dilakukan untuk
menjawab semua permasalahan yang ada dalam penelitian, maka
diperlukan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat, sehingga
penelitian tersebut berhasil dengan baik. Menurut Hadari Nawawi
7. 7
(2007:100) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data
digolongkan menjadi 6 (enam) bentuk penelitian, yaitu:
1. Teknik Observasi Langsung
2. Teknik Observasi Tidak Langsung
3. Teknik Komunikasi Langsung
4. Teknik Komunikasi Tidak Langsung
5. Teknik Pengukuran
Berdasarkan teknik diatas, maka teknik pengumpulan data yang
tepat dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
observasi langsung, teknik pengukuran, dan teknik studi
dokumentar.
a) Teknik Observasi Langsung
Menurut Hadari Nawawi (2007:100) teknik observasi
langsung adalah cara mengumpulkan data melalui pengamatan
dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek
penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat dimana
suatu peristiwa, keadaan atau situasi sedang terjadi.
b) Teknik komunikasi langsung
Teknik komunikasi langsung adalah teknik pengumpulan
data dengan mengadakan hubungan langsung atau tatap muka
dengan narasumber. S Margono (2005 : 165) “ mengatakan
teknik komunikasi langsung adalah teknik pengumpulan data
yang menggunakan interview sebagai alatnya.
3. Alat Pengumpulan Data
Djaali (dalam Esti Ismawati, 2011:89) mengemukakan
bahwa, instrument atau alat pengumpul data adalah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian.
Arikunto (dalam Esti Ismawati, 2011:89) mendefinisikan bahwa,
instrument penelitian juga merupakan alat atau fasilitas yang
8. 8
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat,
lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah.
a) Panduan observasi
Panduan observasi atau daftar cek (check list) adalah
pencatatan data yang dilakukan oleh penelitian dengan
mempergunakan sebuah nama-nama reserve disertai jenis-jenis
gejala yang akan diamati. Fathurrohman dan Sutikno (2010 : 87)
“ check list suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang
akan diamati.
b) Panduan wawancara
Panduan wawancara yaitu alat pengumpulan data dengan
cara membuat daftar pertanyaan yang digunakan sebagai
pedoman untuk mengadakan wawancara dengan sumber data.
Menurut Narbuko dan Achmadi (2005 : 83), wawancara adalah
proses pertanyaan tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dan dimana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsunng informasi-informasi atau
keterangan-keterangan.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan bagian yang sangat penting
dalam proses penelitian, sebab dari analisis yang dilakukan
tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan atas apa yang telah
dilakukan. Analisis data yang diperoleh dalam penelitian
memerlukan teknik tertentu hingga diperoleh hasil terpercaya dan
akurat. Dalam teknik analisis data ini didasarkan pada teknik yang
di kemukakan oleh (Sugiyono, 2013 : 330), bahwa dalam teknik
pengumpulan data, trangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila
9. 9
penelitian melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnyapenelitian mengumpulkan data yang sekaligus menguji
kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai
teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Dapat di sintesiskan bahwa triangulasi merupakan suatu
teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Misalnya, data yang diperoleh dengan wawancara lalu
dicek observasi, dokumentasi. Sehingga dalam penelitian ini,
triangulasi digunakan untuk memeriksa keabsahan dan kesalahan
data sebagai strategi yang dapat meningkatkan kredibilitas
penelitian ini. Adapun triangulasi yang digunakan adalah
triangulasi teknik, yang berarti penelitian menggunakan teknik
pengumpulan data yang sama yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama. Penelitian
menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
Menurut Susan Stainback ( dalam Sugiyono, 2013 : 330).
Tujuan dari trianggulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang
beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman
penelitian terhadap apa yang telah ditemukan. Menurut Mathinson
(1988:332), nilai dari teknik pengumpulan data dengan
trianggulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh
convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena
itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan
data, maka data yang diperoleh akan konsisten, tuntas dan pasti.
10. 10
5. Jabwal Penelitian
TABEL 1.2
JADWAL RENCANA KEGIATAN PENELITIAN
Keterangan:
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada tiap bulan.
Bulan
Kegiatan
Juli
2013
Nov
2013
Jan
2014
Juli
2014
Agus
2014
Sept
2014
Okt
2014
Nov
2014
Mengajukan outline penelitian
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Revisi Proposal
Pengajuan Penelitian
Pelaksanaan penelitian
11. 11
BAGIAN II
KAJIAN FONETIK BAHASA DAYAK JANGKANG
A. Definisi Fonetik
Secara umum fonetik bisa dijelaskan sebagai cabang fonologi yang
mengkaji bunyi-bunyi bahasa tanpa memperhatikan statusnya, apakah
bunyi-bunyi bahasa itu dapat membedakan makna (kata) atau tidak.
Dimana dalam fonetik bunyi-bunyi ujaran dipandang sebagai media
bahasa semata, tak ubahnya seperti benda atau zat. Dengan demikian
bunyi-bunyi dianggap sebagai bahan mentah, bagaikan batu, pasir, semen
sebagai bahan mentah bangunan rumah. Menurut Clark dan Yallop
(1990:8), fonetik merupakan bidang yang berkaitan erat dengan kajian
bagaimana cara manusia berbahasa serta mendengar dan memproses
ujaran yang diterima. Menurut O’ Connor (2008:19), fonetik ialah ilmu
yang bersangkut paut dengan bunyi-bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia. Bunyi-bunyi yang dapat didengar ini kemudian
diformulasikan sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang terdapat
dalam bahasa masyarakat yang bersangkutan. Seterusnya, formula bunyi-
bunyi ujaran ini diberi “fungsi” tertentu sehingga dapat dipakai untuk
menyimpaikan pesan-pesan tertentu.
Bertil Malmberg (dalam Muslich Masnur 2008:17), seorang
fonetisi prancis, mendefinisikan fonetik sebagai pengkajian bunyi-bunyi
bahasa. Fonetik ialah pengkajian yang lebih menitikberatkan pada ekspresi
bahasa, bukan isinya. Yang dipentingkan adalah bunyi-bunyi bahasa yang
dihasilkan penutur, bukan makna yang ingin disampaikan. Menurut Bertil
Mamlberg, ilmu fonetik bisa dibagi menjadi empat cabang, yaitu ilmu
fonetik umum, ilmu fonetik deskriptif, ilmu fonetik sejarah,dan ilmu
fonetik normatif. Sedangkan Menurut status atau hierarki satuan bunyi
terkecil yang menjadi objek kajiannya, fonologi dibagi atas dua bagian,
yaitu fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasa dijelaskan sebagai
cabang fonologi yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa tanpa memperhatikan
12. 12
statusnya. Sedangkan fonemik adalah cabag kajian fonologi yang
mengkaji bunyi-bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsinya sebagai
pembeda makna ( kata ) . untuk jelasnya kalau disimak baik-baik bunyi [i]
pada kata [tani] dan kata batik [batik] adalah tidak sama, bunyi [u]
padakata [susu] dan [dapur] juga tidak sama. Namun, sebelum
pembicaraan berlanjut perlu diketahui ada pakar yang menggunakan istilah
fonologi untuk fonemik. Jadi, mereka membagi bidang fonologi bukan
menjadi fonetik dan fonemik, melainkan menjadi fonetik dan fonologi,
(dalam Abdul Chaer.2009:).
Berdasarkan dimana beradanya bunyi bahasa itu sewaktu dikaji,
dibedakan adanya tiga macam fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik
akustik, dan fonetik auditoris. Sewaktu bunyi itu berada dalam proses
produksi di dalam mulut penutur, dia menjadi objek kajian fonetik
artikulatoris atau fonetik organis. Sewaktu bunyi bahasa itu berada atau
sedang merambat diuadara menuju telinga pendengar, dia menjadi objek
kajian fonetik akustik. Lalu sewaktu bunyi bahasa itu sampai atau berada
ditelinga pendengar, dia menjkadi objek kajian fonetik auditoris, (Abdul
Chaer.2009:5).
a. Jenis-jenis fonetik
1. Fonetik artikulatoris
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau
fonetik fisiologis meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu
diproduksi oleh alat-alat ucap manusia. Pembahasannya, antar lain
meliputi masalah alat-alat ucap yang digunakan dalam
memproduksi bunyi bahasa itu, mekanisme arus udara yang
digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa. Bagaimana bunyi
bahasa itu dibuat, mengenai klasifikasi bunyi bahasa yang
dihasilkan serta apa kriteria yang digunakan, mengenai silabel dan
juga mengenai unsur-unsur atau cirri-ciri supra segmental seperti
tekanan, jeda, durasi, dan nada.
13. 13
2. Fonetik Akustik
Fonetik akustik yang objeknya adalah bunyi bahasa ketika
merambat diudara, antara lain membicarakan : gelombang bunyi
beserta frekuensi dan kecepatannya ketika merambat di udara,
spectrum, tekanan, dan intensitras bunyi. Juga mengenai skala
decibel, resonansi, akustik produksi bunyi, serta pengukuiran
akustiik itu. Kajian fonetik akustik lebih mengarah kepada kajian
fisika dari pada kajian linguistik, meskipun linguistik memiliki
kepentingan di dalamnya.
3. Fonetik auditori
Fonetik auditori meliputi bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu
“diterima” oleh telinga sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan
dapat dipahami. Dalam hal ini tentunya, pembahasan mengenai
struktur dan fungsi alat dengar, yang disebut telinga itu bekerja.
Bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahsa itu, sehingga biasa
dipahami. Oleh Karen itu, kiranya kajian fonetik auditori lebih
berkenaan dengan ilmu kedokteran, termasuk kajin neurologi. Dari
ketiga jenis fonetik itu jelas, yang paling berkaitan dengan ilmu
linguistik adalah fonetik artikulatoris, karena fonetik ini sangat
berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi bahasa itu di produksi
atau dihasilkan.
B. Alat Ucap
Sebenarnya alat-alat ucap yang digunakan untuk menghasilkan
bunyi-bunyi bahasa ini mempunyai fungsi utama yang lain bersifat
fisiologis. Misalnya, paru-paru untuk bernafas, lidah untuk mengecap, dan
gigi untuk mengunyah. Namun, alat-alat itu secara linguistik digunakan
untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa sewaktu berujar.
Kita perlu mengenal nama-nama alat ucap itu persatu untuk bisa
memahami bagaimana bunyi bahasa itu diproduksi. Nama-nama bunyi
bahasa itupun diambil dari nama-nama alat ucap itu. Nama-nama alat ucap
14. 14
atau alat-alat yang terlibat dalam produksi bunyi bahasa adalah sebagai
berikut :
1) Paru-paru (lung).
2) Batang tenggorokan (trachea).
3) Pangkal tenggorokan ( laring).
4) Pita suara (vocal cord) yang didalamnya terdapat glottis, yaitu celah
di antara dua bilah pita suara.
5) Krioid (cricoid).
6) Lekum atau tiroid (thyroid).
7) Aritenoid ( aythenoid rynx).
8) Dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx).
9) Epiglotis (epiglotis).
10) Akar lidah ( aythenoid).
11) Pangkal lidah atau sering disatukan dengan daun lidah. Pangkal lidah
(back of tongue, dorsum).
12) Tengah lidah (blade of thoungue).
13) Daun lidah (midlle of the tongue, medium).
14) Ujung lidah (tip of tongue, apex).
15) Anak tekak (uvula).
16) Langit-langit lunak( soft palate, volum).
17) Langit-langit keras ( hard palate, palatum).
18) Gusi, ceruk gigi (alveolum).
19) Gigi atas ( upper teeth, dentum).
20) Gigi bawah ( lower teeth, dentum).
21) Bibir atas ( upper lip, labium).
22) Mulut ( mounth).
23) Rongga mulut oral cavity).
24) Rongga hidung ( nasal cavity).
Nama-nama latin alat ucap itu perlu diperhatikan karena nama-
nama bunyi disebut juga dengan nama latinnya itu. Misalnya bunyi
yang dihasilkan di bibir disebut labial, diambil dari kata latin, bium
15. 15
yaitu bibir dan bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah dan gigi disebut
bunyi apikondetal yang diambil dari kata apeks yaitu ujung lidah dan
kata dentum yaitu gigi.
C. Definisi Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi
manusia. Dengan bahasa orang menyampaikan pikiran,pengalaman,
perasaan dan harapannya kepada orang lain. Bahasa sebagai alat
komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Semua kegiatan manusia di dalam hubungannya dengan
manusia lain banyak tergantung pada bahasa , bahkan budaya suatu bangsa
dapat tercermin dalam bahasa yang digunakan . Dan bahasa merupakan
alat komunikasi yang paling efektif baik dalam bentuk tulisan maupun
lisan. Bahkan bahasa merupakan pegangan hidup manusia untuk saling
berinteraksi dan kerja sama dengan sesama dalam hubungan masyarakat,
pendidikan juga memberikan pemikiran manusia untuk menggunakan
bahasa dalam budaya bangsa dengan baik dan benar.
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh
dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang
terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi,
tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan
lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai
bahasanya. Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat
komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan
bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer
yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.
D. Fonetik Bahasa Dayak Jangkang
Bahasa Dayak merupakan salah satu bahasa suku Dayak di
Kalimantan. Suku Dayak yang tersebar di seluruh wilayah Kalimantan
16. 16
yang di Huni tiga Negara sekaligus, sudah pasti memiliki perbedaan dan
karakter satu sama lainnya, akibat sistem yang berlaku di Negara masing-
masing. Oleh karena itu perlu di ketahui fonetik pada Bahasa Dayak,
terutama pada bahasa Dayak Jangkang. Bunyi konsonan pada bahasa
Dayak Jangkang menggunakan bunyi konsonan normal (trill alveolar
bersuara [r]. Serta pada bunyi vokal yang berwujud dalam bahasa Dayak
Jangkang tersebut berdialek bunyi [o] dan berkorespodensi dengan bunyi
vokal depan menjadi [a] terbuka. Misalnya pada bunyi bahasa [o] omo,
oko . Sedangkan pada bunyi vokal [a] misalnya pada bunyi vokal, onya,
poya, kopa, Bunyi vokalnya rendah.
Sudah di kemukakan sebelumnya bahwa fonetik secara umum di
jelaskan sebagai cabang linguistik yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa.
Sehingga dapat didefinisikan fonetik pada bahasa Dayak Jangkang.
Fonetik pada bahasa Dayak jangkang seperti pada pengucapan bahasa,
sebagai berikut.
Tangan = Tongan
Gelas = Gilas
Beras = boras
Mobil = mobel
Sepatu = sepatu
Batik = batek
Meja = mija
Semangka = somangka
Kerupuk = koropok
Bunyi bahasa yang digunakan dalam fonetik artikulatoris,seperti
pada tekanan, jeda, durasi, dan nada. Berikut ini dipaparkan bunyi bahasa
dalam fonetik artikulatoris pada fonetik Bahasa Dayak Jangkang. Pada
tekanan bunyi Bahasa misalnya:
Mandi = mane’k Jantung = jantong’k
17. 17
Air = ai’k Kaleng = kaleng’k
Cangkir = cawan’t jalan = Joran’t
Baik = bae’k Benar = oman’t
Munsang = Munsang’k mudik = mude’k
18. 18
DAFTAR PUSTAKA
Albertus, Alloy Sujarni dkk. (2008). Mozaik Dayak Keberagaman Subsuku dan
Bahasa Dayak di Kalimantan Barat. Pontianak: Institut Dayakologi.
Chaer, Abdul. (2009). Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Muslich, Masnur. (2008). Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem
Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Askara.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.