SlideShare a Scribd company logo
1 of 47
TANTANGAN INDUSTRI FARMASI DI
ERA JKN
LIFE
SCIENCES
ICT
ECONOMIC
ENVIRONMENT
POLITICAL
SOCIAL
REGULATORY & LEGAL
• Halal Certification for health
products
• TKDN for Pharmaceuticals
• BPOM & Minister of Health
stringent implementation
• Clinical test for Probiotics products
• Regulation of Pangan Keperluan
Gizi Khusus (PKGK)
• ePharmacy regulation
• Non-tarif barrier for exported
products
• Improvement in government service
handling
• Sponsorship for medical personnel
• Technology affecting workplace &
employee
• Personalized needed
• Trust to ‘word of mouth’
• Indonesia’s parliamentary and presidential
election 2019
• Myanmar’s politics, conflict and stabilization
• China’s presidential policy
•Integrated Healthcare
System
•Evolving Business
Model
• Artificial Intelligence &
Machine Learning
• Internet of Everything
(IoE)
• Cyber Security & Data
Protection
• Growing World Economic
• Promising Indonesian
Economic
• Improving Indonesian
Investment Climate
• Responsible Sourcing
• Global program on
Sustainable movement
Economy
(GDP growth)
Political
(JKN _BPJS)
Regulation
(cGMP)
RESUME…Trends that will impact the
Pharmaceutical Industry: Indonesia
• GDP Growth
• Indonesia economy is
expected to growth +/- 6%
• Indonesia healthcare spending
projected 2.7-5% of GDP
• Pharma market growth 10.7% by
2017
• Asia harmonization
implementation•Implementation of
universal coverage
(BPJS) to all citizen
•UU JPH
• Increasing pressure for good and
clean government
• BPOM following PIC
regulation for GMP
implementation
Indonesia
DISTRBUTION OF PHARMACEUTICAL
PRODUCT INDONESIA
Manufacturer
206
Distributor
PBF(2810)
•2.810-Distributor
•60% in Jawa –bali
•Only 30 Distributor
have branches in15
Prov
•5 PBF owned 85%
Market share
End Customer (PATIENTS)
Licensed
Drug
store
(5200 ?)
Pharmac
y
(17.000)
Hospitals
(2200)
Puskesmas
dan Klinik
(>10.000)
INDUSTRIAL ANALYSIS
Buyer power
VERY HIGH, due to
many similar
products/ choices
available
Threat of
substitutes
LOW, cannot replace
role of medicine
Barriers to entry
MEDIUM entry
barrier. highly
regulated, and Big
Capital, crowded
market
Supplier power
LIMITED, switching is
not easy due to
regulator. Difficult to
find good quality with
competitive price
RIVALRY
RIVALRY
Intensity of
Competitive Rivalry
upcoming new
innovation products
with competitive price
Pharmacy Market still promising but the challenge is to be
innovative and unique from competitors by multi collabration,
Excellent and efficient in sales operation in order to win the
competition
INDONESIAN PHARMACEUTICAL MARKET Q4 2017
Indonesian pharmaceutical market has decreased at -1.2% in MAT Q4 2017
Source: Combined Audit 4Q 2017
INDONESIAN PHARMACEUTICAL MARKET Q4 2017
Starting 4Q16, there was an overall decline growth from 5.5% to -3.5% which continue to 4Q17
Source: Combined Audit 4Q 2017
Konsep BPJS dengan pembayar Tunggal
Penduduk
RI
BPJS
Kes
DPU, DK,
Klinik,
Puskesmas
RSUD,
Dr Spesialis,
RS Pusat Rujukan
Pemerintah
APBN/APBD
Iuran Wajib % gaji
dan Nominal
Subsidi
Iuran
RUJUKAN
Melayani
Obat-MD
Obat-MD
IMPACT SJSN
PESERTA SJSN (penduduk RI)
 Pengobatan Gratis
 Ada iuran bulanan
 Sistem pelayanan Kesehatan diatur (sistem rujukan)
PROVIDER SJSN (Industri dan Distributor
Framasi
 Volume penjualan bertambah banyak
 Harga”dikontrol”
 Margin mengecil
Kondisi
sebelum JKN
2015 2019
Non JKN/ BPJS
JKN/BPJS
• Innovative products,
biosimilar, biology
products, etc
• Special Product for Private
Insurance
• M&A
•OGB
•Common Dissease
•Brandedd Generic
(Increased in Volume)
dampak JKN/BPJS terhadap Industri Farmasi
Current condition
Strategy Scenario
Maintaining % Profitability
FUTURE PHARMA PRODUCT PORTFOLIO: MARKET
APPROACH
OGB
Biology
Branded
&
Specialty
Vit,
Suppl,
Nut.
Pre JKN JKN
Insuran
ce, low
cost
Out of
pocket
market
Highe
r
margi
n
Lowe
r
margi
n
NEW BUSINESS LANDSCAPE
•High Margin-high
Price
•Low Volume
•Innovative Product
•Special/High tech
•Out-pocket
•Negotiating
Non JKN/BPJS JKN/BPJS
•Low Margin-Low
Price
•High Volume
•Generic Product
•Mass Production
•Goverment Insurance
•Bidding/ e Catalog
200
Pharm Co.10 – 20% 80 – 90%
SHIFTING STRATEGY
TO EFFICIENT GENERIC DRUG COMPPANY
Marketing strategy
Product Port folio
Production strategy
Optimizing COST &
Maintaining High Quality
Products
THANK YOU
Strategic Initiative
 Improve Sourcing of Raw Material
 Infra structure Optimizing
 Process Efficiency
 Shortend lead tie
 Reduce Inventory cost
Raw Material
Cost &
Availability
Process Efficiency
Production Process of Pharmaceuticals
Infra-Structure
Optimizing
Provide
Good Quality
Product,
Affordable in
acceptable
price
E-CATALOG
BIDDING
Lowest Price
Win all
Strict Quality
Standard
from BPOM/MOH
Optimizing COST &
Maintaining High Quality
Products
Challenges – HOW ? Alternatif: SCM
BPJS product supply
MENGOPTIMALKAN BIAYA TANPA
MENGORBANKAN KUALITAS
 Optimasi COGS
 Raw material Cost
 FOH Cost
 Optimasi Inventory
Cost
 Optimasi
Transportation Cost
SCM = Supply Chain Management
1.Incr.Volume
2.Incr. Price
3.New Prod.Mix Sales
Fixed
Cost
Variable
Cost
Profit Margin
People
Asset (deppr)
Total Cost
Rp
Unit
0
Operational
Excellent in
SCM
Cost Structure and Cost Reduction
2.Direct Labor
3.Direct Energy
RM-PM
Marketing
And sales
cost
Reduce :
•COGS
•Inventory Cost
•Transportation Cost
New
Marketing
Strategy
PENUTUP
 Penerapan SJSN/BPJS1 akan meningkatkan secara
signifikan volume penjualan Obat (in unit) dengan harga
yang Murah
 Memaksa Industri farmasi untuk bekerja efisien agar bisa
bersaiang dalam lelang e-Catalog
 Harga murah tidak boleh dengan penurunan Mutu
sehingga perlu penghematan pada cost yg tidak
bersinggungan dengan mutu: (Inv Cost, Transport Cost,
dll)
 Diharapkan Keluhan masyarakat tentang harga obat
terasa mahal akan berkurang.
TOPIK-TOPIK BAHASAN
 Ketersediaan Obat dalam rangka JKN
 Prioritas Industri Nasional utk JKN
 Keberpihakan Produk Generik vs Produk Paten untuk JKN
 Kapasitas Produksi - Daya Tarik Investasi Nasional
 Daya saing industri farmasi Nasional yang Sustainable
 Pemulihan Industri Farmasi Nasional dengan Produk2
Swamedikasi
 Daya Saing Industri untuk pasar ekspor
 Obat dalam UU JPH
 Kemandirian dalam Bahan Baku Obat
 Kemandirian Obat dan Pengembangan Produk Natural,
Biofarma dan Vaksin
KETERSEDIAAN OBAT U JKN
 Memperjuangkan perbaikan data yg tersedia
 RKO yg selalu update (tiap 3 bulan per propinsi)
 Proyeksi kebutuhan obat jangka panjang untuk Perencanaan Kapasitas
 Data kapasitas nasional dan perencanaan kapasitas industri
 Regulasi yang lebih fleksibel untuk bisa memanfaatkan kapasitas yg
tersedia ( cross-contract manufacturing) – tanpa mengorbankan kualitas –
sehingga pemain industri bisa saling memanfaatkan kapasitas untuk
memenuhi JKN
 Mekanisme tender:
 Fairness pelelangan – tanpa pengulangan. (spesifikasi yang jelas selain nama
generic dan bentuk sediaan juga informasi lengkap tentang spesifikasi kemasan
agar harga yang dibandingkan setara)
 Mekanisme harga dasar yang menjamin sustainable supply
 Reward yang jelas bagi pemenang yang konsisten memenuhi supply (dlm
bentuk “point reputasi”, dan punishment untuk yang gagal memenuhi komitmen.
Fairnes Tender : rumusan yang lebih tajam, dalam ekatalog,
dimasukkan tulisan spesifikasi kemasan yang sama, karena ini
terpengaruh harga
- Usul ini diuslkan ke LKPP( uaulan GP Jabar, Pak Maman)
- Produk yang sudah lama beredar apakah masih perlu BE (missal
Furosemide dll)
Gracia : BE diterapkan utke katalog sejak 2014 padahal pasar
menyempit dan biaya menjadi mahal
Bu Engko : Floor Price atau HPS tertarik rendah karena Industri sendiri
yg bersaing dan juga mekanisme lelang di LKPP disamakan dengan
barng komoditi
Diusulkan GPFI utk audiensi dengan LKPP agar obat tidak disamakan
dengan komoditi yang lain.
Diusulkan ada Timeline sebelum tender e-catalog,
Penawaran harga yang sangat rendah juga bisa karena ada sisa raw
material yang sudah terlanjur dibeli saat tender sebelumnya dan tidak
terpakai penuh dan bukan hanya karena mencari sumber yang murah
Note usulan lain ttg Ketersediaan Obat u JKN
PRIORITAS INDUSTRI NASIONAL UTK JKN
 Industri Nasional menyediakan kapasitas manufaktur
bukan cuma impor (komitmen jangka panjang dan
padat modal)untuk menunjang pemenuhan JKN,
oleh karena itu sewajarnya mendapatkan prioritas.
 Review kebutuhan formularium nasional, dan
memberi bobot nilai yang lebih besar utk produk dng
local content yang lebih besar dibanding dng produk
impor atau produk paten. (khususnya produk-produk
yang memiliki padanan generik nya utk kelas terapi
tertentu).
 Dimasukkan unsur TKDN untuk preferensi harga
 Peter (Pratapa Nirmala:
 Diusulkan kalau obat yang diproduksi lebih mahal
sebaiknya masih diberi preferensi karena ada invcestasi
yang sudah dijalankan.diusulkan untuk memfasilitasi
usulan ini dengan TKDN
KEBERPIHAKAN PADA PRODUK GENERIK
VS PATENT Kepastian waktu dan prioritas registrasi khususnya untuk
produk yang molekulnya sudah off patent. (copy
pertama). Produk generik yang tersedia sesegera
mungkin:
 Mempercepat range molekul baru yang dibutuhkan oleh
masyarakat
 Mengurangi ketergantungan pada obat patent yang mahal
(menghabiskan dana JKN)
 Memberi kesempatan sesegera mungkin pada pemain nasional
yang berpartisipasi dlm JKN dng fasilitas produksi
 Ada langkah yang positif dari regulator yang dapat mengatasi
hambatan munculnya first mee too product selain Registrasi yaitu
PPUB, import bahan baku yang akan off paten, Reference standar
dan comparator
ORPHAN DRUG
 Diusulkan juga untuk produk2 lama yang sudah
beredar di luar Negeri tapi belum ada di dalam
negeri karena produknya orphan dan dibutuhkan
pasien perlu diberi insentif oleh regulator kepada
produsen
 .
Note lain untuk Obat generic vs Paten :
• Definisi copy pertama harus jelas
• Untuk produk originator, agar jangan memperpanjang paten dengan produk
turunannya sehingga menghambat first mee too product
Yang diperhatikan adalah prioritas PPOB, Import bahan baku, comparator
KAPASITAS PRODUKSI -DAYA TARIK INVESTASI
NASIONAL
 Percepatan perijinan untuk pengadaan kapasitas nasional (ijin
industri, sertifikat CPOB , termasuk site transfer agar idle
capacity bisa sesingkat mungkin, dan juga peninjauan tentang
waktu kadaluarsa,etc) sehingga investasi nasional tetap
menarik meskipun terjadi penurunan margin penjualan dng
penerapan JKN.
 Merubah paradigma regulator sehingga bisa lebih business-
friendly terhadap investasi (tidak hanya mengedepankan
aspek pengawasan dan kendala)
 Percepatan Perijinan Fasilitas Baru (Cost of Capital)
 Transparansi dan Percepatan Proses registrasi
 Selain maslah regulator Farmasi juga regulasi bidang lain
yang menyebabkanHigh cost investasi harus juga dipermudah
DAYA SAING INDUSTRI FARMASI NASIONAL
YANG SUSTAINABLE
 Standar-standar CPOB,yang lebih realistik dan jelas,
serta diterapkan dengan pengawasan yang konsisten. Ini
perlu untuk mendapatkan tingkat persaingan yang wajar
di lapangan.
 Persaingan tender menjadi benar-benar “level playing field”
 Ini dapat dicapai dengan:
 Penerapan yang konsisten standar CPOB
 Penerapan yang konsisten standar pengembangan sediaan
baru dan konsistensi dalam evaluasi premarketnya (termasuk
pd spec BBO)
 Tetapi konsistensi di atas harus diikuti dengan proses yang
lugas, efisien dan business-friendly
PERLUASAN RAGAM PRODUK SWA-MEDIKASI
UNTUK MEMBERI RUANG PERTUMBUHAN
• Review kelas produk2 swamedikasi (OTC) untuk mempermudah
masyarakat mendapatkan produk2 swamedikasi yang aman.
(bondol hijau/biru)
• Perluas ragam produk yang bisa ditawarkan sebagai produk
swamedikasi (obat bebas, obat wajib apotek) dengan melihat
historis profil keamanannya. – Rx to OTC Switch
• Diikuti dng ‘drug information’ yg baik program ini bisa memberikan
pilihan bagi masyarakat di samping JKN  mengurangi beban JKN.
– Aturan periklanan lebih di-relaksasi sehingga lebih seimbang dan tidak terlalu
ketakutan pada resiko yang tidak perlu
– Iklan obat juga merupakan upaya drug information. Kekosongan drug information
justru memberikan ruang bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi obat yang
liar dan hal ini berbahaya.
DAYA SAING EKSPOR
 Berkoordinasi dengan regulator dan kementrian terkait untuk
memacu perdagangan luar negeri ini, antara lain:
 Membangun citra positif dengan coordinated exhibition yang disponsori
oleh pemerintah
 Regulasi-regulasi obat perlu direview untuk melancarkan
potensi ekspor:
 CPP yang cepat,
 CMO/Obat khusus ekspor yang sudah didaftarkan di negara
penerima, tidak perlu harus mendaftar kembali. Cukup notifikasi.
 Persyaratan BE yang lugas, dan sederhana khususnya produk
ekspor yang menyangkut pengembangan di dalam negeri.
(CRO/Codevelopment untuk pasar ekspor.
Sudah dibahas pada pleno pagi tadi, apakah masih perlu diusulkan..
OBAT DALAM JPH
 Obat secara tekstual akan menjadi obyek dari
Undang2 JPH  tidak bisa dibayangkan
kekacauan yang akan terjadi bila ini diterapkan
secara konsisten:
 Kekacauan supply utk JKN/non JKN karena terbatasnya
supplier BBO dan eksipien yang bisa memberikan
sertifikasi halal. Syarat BBO menjadi makin kompleks
 Untuk itu, pengurus harus berusaha keras untuk
mencari jalan keluar terhadap hal ini dengan
memberikan pengertian yang jelas pada seluruh
pemangku kepentingan akan akibat dari penerapan
JPH pada obat.
KEMANDIRIAN BBO
 Hambatan terhadap hal ini harus diatasi dengan
upaya multidimensi, atara lain :
 Fasilitasi Kementrian Perindustrian/BKPM untuk fokus
pada pencarian partner investor pemain BBO yang
memiliki akses pasar internasional lebih luas.
 Fasilitasi Kemenaker, Ristek etc untuk memungkinkan
masuknya SDM dengan kompetensi yang sesuai.
 Pemilihan BBO yang lebih berorientasi pada
keunggulan komparatif nasional, tetapi dengan
mengelola dampak resiko jangka panjang (misal:
aspek lingkungan hidup). Ini perlu koordinasi dan
fasilitasi antar-bidang.
KEMANDIRIAN DLM PENGEMBANGAN OBAT: OBAT BERBASIS
NATURAL, BIOFARMASETIKA DAN VAKSIN
 Kemandirian obat berbasis natural sangat mungkin diusahakan mengingat
biodiversitas sumberdaya alam di Indonesia dan ragam “ethnic medicine” yang
sangat luas. Namun demikian diperlukan campur tangan pemerintah,
khususnya regulator agar upaya-upaya lanjutan supaya comparative advantage
ini benar benar menjadi competitive advantage.
 Pengembangan Biofarmasetika di sisi lain, merupakan upaya yang sedang
marak di dunia. Meskipun di bidang ini, Indonesia belum tampak memiliki
“advantage “ yang menonjol, tetapi Indonesia masih bisa mengejar mengingat
gelombang biofarmasetika ini masih tahap awal.
 Indonesia memiliki basis penduduk yang sangat besar (seperti halnya China
dan India). Karena itu Seperti halnya India dan China, Indonesia memiliki basis
penduduk yang sangat besar. Keberpihakan pemerintah untuk mengolah
kemampuan di atas seharusnya bisa diwujudkan untuk kemandirian obat yang
riil, sehingga jumlah penduduk yang besar tidak memberikan “beban” tetapi
dilihat sebagai “peluang” untuk dipakai sebagai batu loncatan untuk
pengembangan kemampuan pada bidang ini. Keberhasilan Biofarma sebagai
perusahaan yang unggul dalam Vaksin menunjukkan bahwa Indonesia bisa
mengejar dan mulai berperan di sini.
• Peran pemerintah/regulator diperlukan, antara lain dengan:
– Keberpihakan berupa persyaratan uji klinis yang lebih realistik.. Uji klinis
harus dilakukan untuk memberikan “evidence based” tetapi persyaratan uji
klinis yang berat akan membuat layu sebelum berkembang. Ini mengingat
biaya yang paling besar dalam pengembangan adalah uji klinis
– Regulator harus secara fokus memperhatikan pembinaan regulatoris, yang
tidak hanya bertumpu pada “ketatnya pengawasan” tetapi mempunyai
sasaran yang sama agar upaya-upaya pengembangan tsb menjadi
PRODUK – (upaya evaluasi premarket yang fokus).
– Peran ketiga adalah dengan MENJADI PEMBELI, memakai atau
memastikan produk tersebut masuk ke dalam formularium nasional.
• Disadari bahwa pengembangan produk selalu melibatkan kompetensi
scientific yang tinggi. Karena itu diperlukan kerjasama yang erat dengan
kompetensi keilmuan di perguruan2 tinggi. Konsep ABG sangat relevan.
Bagaimana Pemerintah bisa melihat infrastruktur regulasi untuk upaya ABG
ini? Sekaligus menjadi fasilitator?
Kemandirian dlm Pengembangan Obat: Obat
berbasis Natural, Biofarma dan Vaksin
Excellence Execution
Profile
Drs Pre Agusta Siswantoro, Apt , MBA
Education Background
Pharmacy Graduated, Gadjah Mada University, 1985
WM 16 (1986), MBA Graduated in IPPM Jakarta, 1992
WORKING EXPERIENCES
1. R&D - Production manager , PT PRAFA, 1987 - 1992
2. Production Manager- Assisten Director R&D, PT KALBE FARMA, 1992-2000
3. Plant /Manufacturing Director PT BINTANG TOEDJOE, 2000- 2008
4. Corporate R&D Director KALBE FARMA 2006 -2008
5. Director of PT Global Chemindo Megatrading (GCM)- Raw Material Trading, 2011- 2014
6. Director Logistic PT Enseval PM Tbk . 2013 -2015
7. Supply Chain Director KALBE Group 2008 – 2015
8. Manufacturing Director Kalbe (pharma division) 2015 - present
OTHERS
1. Jury of “ Indonesia’s Innovation” organized by BIC and KNRT, 2008 – present
2. Wakil Ketua, Pengurus Pusat, IKATAN APOTEKER INDONESIA, 2009 -2013
3. Ketua Hisfardis (Himpunan Seminat Farmasi Distribusi)2009-2013
3.Pengurus Pusat Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia –GPFI ,2011-2016
Tantangan industri farmasi era JKN

More Related Content

What's hot

PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptxPPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptxMIqbal650540
 
Alat Kesehatan (Alkes) dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Alat Kesehatan (Alkes) dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)Alat Kesehatan (Alkes) dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Alat Kesehatan (Alkes) dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)Abulkhair Abdullah
 
Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik Sri Suratini
 
Persyaratan mendirikan pbf
Persyaratan mendirikan pbfPersyaratan mendirikan pbf
Persyaratan mendirikan pbfNevada Farahiyah
 
Daftar obat esensial nasional 2013
Daftar obat esensial nasional 2013Daftar obat esensial nasional 2013
Daftar obat esensial nasional 2013Ulfah Hanum
 
Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek Lalla Haflah
 
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018revDokter Tekno
 
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Ulfah Hanum
 
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di PuskesmasPengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmasemaviaza
 
ppt etika farmasi fix.pptx
ppt etika farmasi fix.pptxppt etika farmasi fix.pptx
ppt etika farmasi fix.pptxFadillahInsani
 
Farmakologi penggolongan obat
Farmakologi penggolongan obatFarmakologi penggolongan obat
Farmakologi penggolongan obatJohan Bernardus
 
Peran Apoteker AoC Program Kesehatan
Peran Apoteker AoC Program KesehatanPeran Apoteker AoC Program Kesehatan
Peran Apoteker AoC Program KesehatanSugiyantiyanti2
 
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat RasionalPemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat RasionalErie Gusnellyanti
 
Farmakologi interaksi obat dengan makanan
Farmakologi interaksi obat dengan makananFarmakologi interaksi obat dengan makanan
Farmakologi interaksi obat dengan makananEster Muki
 
Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)
Farmakologi  (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)Farmakologi  (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)
Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)Surya Amal
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORPPGhybrid3
 

What's hot (20)

PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptxPPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
PPT KEBIJAKAN FARMASI (2).pptx
 
Alat Kesehatan (Alkes) dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Alat Kesehatan (Alkes) dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)Alat Kesehatan (Alkes) dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Alat Kesehatan (Alkes) dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
 
Metode soap
Metode soapMetode soap
Metode soap
 
Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik Pelayanan farmasi klinik
Pelayanan farmasi klinik
 
Persyaratan mendirikan pbf
Persyaratan mendirikan pbfPersyaratan mendirikan pbf
Persyaratan mendirikan pbf
 
Daftar obat esensial nasional 2013
Daftar obat esensial nasional 2013Daftar obat esensial nasional 2013
Daftar obat esensial nasional 2013
 
Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek Contoh SOP Apotek
Contoh SOP Apotek
 
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
 
Kasus sistem saraf
Kasus sistem sarafKasus sistem saraf
Kasus sistem saraf
 
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
 
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di PuskesmasPengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas
 
ppt etika farmasi fix.pptx
ppt etika farmasi fix.pptxppt etika farmasi fix.pptx
ppt etika farmasi fix.pptx
 
Farmakologi penggolongan obat
Farmakologi penggolongan obatFarmakologi penggolongan obat
Farmakologi penggolongan obat
 
Analiasis abc
Analiasis abcAnaliasis abc
Analiasis abc
 
Peran Apoteker AoC Program Kesehatan
Peran Apoteker AoC Program KesehatanPeran Apoteker AoC Program Kesehatan
Peran Apoteker AoC Program Kesehatan
 
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat RasionalPemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Obat Rasional
 
UU Farmasi 3
UU Farmasi 3UU Farmasi 3
UU Farmasi 3
 
Farmakologi interaksi obat dengan makanan
Farmakologi interaksi obat dengan makananFarmakologi interaksi obat dengan makanan
Farmakologi interaksi obat dengan makanan
 
Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)
Farmakologi  (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)Farmakologi  (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)
Farmakologi (Prinsip-Prinsip Terapeutika, Keamanan, dan Efikasi Pengobatan)
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
 

Similar to Tantangan industri farmasi era JKN

Transformasi Ketahanan Kesehatan, 12 Des 2022.pptx.pdf
Transformasi Ketahanan Kesehatan, 12 Des 2022.pptx.pdfTransformasi Ketahanan Kesehatan, 12 Des 2022.pptx.pdf
Transformasi Ketahanan Kesehatan, 12 Des 2022.pptx.pdfNurhaidahAchmad3
 
PRESENTASI START UP BIDANG KE-FARMASI-AN 1
PRESENTASI START UP BIDANG KE-FARMASI-AN 1PRESENTASI START UP BIDANG KE-FARMASI-AN 1
PRESENTASI START UP BIDANG KE-FARMASI-AN 1ISD
 
Kemandirian industri Farmasi Indonesia, Harapan dan tantangan
Kemandirian industri Farmasi Indonesia, Harapan dan tantanganKemandirian industri Farmasi Indonesia, Harapan dan tantangan
Kemandirian industri Farmasi Indonesia, Harapan dan tantanganpre agusta suswantoro
 
220816 Kebijakan Pengembangan Industri AKD.pdf
220816 Kebijakan Pengembangan Industri AKD.pdf220816 Kebijakan Pengembangan Industri AKD.pdf
220816 Kebijakan Pengembangan Industri AKD.pdfBayuMukti13
 
kebijakan FORMULARIUM OBAT.pptx
kebijakan FORMULARIUM OBAT.pptxkebijakan FORMULARIUM OBAT.pptx
kebijakan FORMULARIUM OBAT.pptxjeniferkol
 
Bahan-Presentasi-Kebijakan-dan-Regulasi-BBO-Final-15-Sept-16.ppt
Bahan-Presentasi-Kebijakan-dan-Regulasi-BBO-Final-15-Sept-16.pptBahan-Presentasi-Kebijakan-dan-Regulasi-BBO-Final-15-Sept-16.ppt
Bahan-Presentasi-Kebijakan-dan-Regulasi-BBO-Final-15-Sept-16.pptssusereaeb0d
 
Bahan tayang pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas
Bahan tayang pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di PuskesmasBahan tayang pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas
Bahan tayang pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmasemaviaza
 
Bahan tayang Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas
Bahan tayang Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di PuskesmasBahan tayang Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas
Bahan tayang Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmasemaviaza
 
EPO 2022_Prof Retno.pdf
EPO  2022_Prof Retno.pdfEPO  2022_Prof Retno.pdf
EPO 2022_Prof Retno.pdfGustina20
 
Outlook Teknologi Kesehatan 2019.pdf
Outlook Teknologi Kesehatan 2019.pdfOutlook Teknologi Kesehatan 2019.pdf
Outlook Teknologi Kesehatan 2019.pdfHens Saputra
 
Future trend industri farmasi indonesia
Future trend industri farmasi indonesiaFuture trend industri farmasi indonesia
Future trend industri farmasi indonesiapre agusta suswantoro
 
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmasStandar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmasdinasintia
 
Materi Dinkes - Tata Cara Verifikasi dan Klaim Obat Kronis dan PRB 241123 kir...
Materi Dinkes - Tata Cara Verifikasi dan Klaim Obat Kronis dan PRB 241123 kir...Materi Dinkes - Tata Cara Verifikasi dan Klaim Obat Kronis dan PRB 241123 kir...
Materi Dinkes - Tata Cara Verifikasi dan Klaim Obat Kronis dan PRB 241123 kir...CosmasZebua
 
kebijakan_pemerintah.pdf
kebijakan_pemerintah.pdfkebijakan_pemerintah.pdf
kebijakan_pemerintah.pdfTioSadewa1
 
27-1-2022 Kebijakan Yanfar dalam Sistem Kesehatan Nasioal.pptx
27-1-2022 Kebijakan Yanfar dalam Sistem Kesehatan Nasioal.pptx27-1-2022 Kebijakan Yanfar dalam Sistem Kesehatan Nasioal.pptx
27-1-2022 Kebijakan Yanfar dalam Sistem Kesehatan Nasioal.pptxcandraayupuspita
 

Similar to Tantangan industri farmasi era JKN (20)

Transformasi Ketahanan Kesehatan, 12 Des 2022.pptx.pdf
Transformasi Ketahanan Kesehatan, 12 Des 2022.pptx.pdfTransformasi Ketahanan Kesehatan, 12 Des 2022.pptx.pdf
Transformasi Ketahanan Kesehatan, 12 Des 2022.pptx.pdf
 
6.pp kebijakan obat
6.pp kebijakan obat6.pp kebijakan obat
6.pp kebijakan obat
 
1.Pendahuluan.ppt
1.Pendahuluan.ppt1.Pendahuluan.ppt
1.Pendahuluan.ppt
 
PRESENTASI START UP BIDANG KE-FARMASI-AN 1
PRESENTASI START UP BIDANG KE-FARMASI-AN 1PRESENTASI START UP BIDANG KE-FARMASI-AN 1
PRESENTASI START UP BIDANG KE-FARMASI-AN 1
 
Kemandirian industri Farmasi Indonesia, Harapan dan tantangan
Kemandirian industri Farmasi Indonesia, Harapan dan tantanganKemandirian industri Farmasi Indonesia, Harapan dan tantangan
Kemandirian industri Farmasi Indonesia, Harapan dan tantangan
 
220816 Kebijakan Pengembangan Industri AKD.pdf
220816 Kebijakan Pengembangan Industri AKD.pdf220816 Kebijakan Pengembangan Industri AKD.pdf
220816 Kebijakan Pengembangan Industri AKD.pdf
 
kebijakan FORMULARIUM OBAT.pptx
kebijakan FORMULARIUM OBAT.pptxkebijakan FORMULARIUM OBAT.pptx
kebijakan FORMULARIUM OBAT.pptx
 
Bahan-Presentasi-Kebijakan-dan-Regulasi-BBO-Final-15-Sept-16.ppt
Bahan-Presentasi-Kebijakan-dan-Regulasi-BBO-Final-15-Sept-16.pptBahan-Presentasi-Kebijakan-dan-Regulasi-BBO-Final-15-Sept-16.ppt
Bahan-Presentasi-Kebijakan-dan-Regulasi-BBO-Final-15-Sept-16.ppt
 
Pengantar mfi
Pengantar mfiPengantar mfi
Pengantar mfi
 
Bahan tayang pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas
Bahan tayang pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di PuskesmasBahan tayang pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas
Bahan tayang pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas
 
Bahan tayang Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas
Bahan tayang Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di PuskesmasBahan tayang Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas
Bahan tayang Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas
 
EPO 2022_Prof Retno.pdf
EPO  2022_Prof Retno.pdfEPO  2022_Prof Retno.pdf
EPO 2022_Prof Retno.pdf
 
Outlook Teknologi Kesehatan 2019.pdf
Outlook Teknologi Kesehatan 2019.pdfOutlook Teknologi Kesehatan 2019.pdf
Outlook Teknologi Kesehatan 2019.pdf
 
Future trend industri farmasi indonesia
Future trend industri farmasi indonesiaFuture trend industri farmasi indonesia
Future trend industri farmasi indonesia
 
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmasStandar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
 
Materi Dinkes - Tata Cara Verifikasi dan Klaim Obat Kronis dan PRB 241123 kir...
Materi Dinkes - Tata Cara Verifikasi dan Klaim Obat Kronis dan PRB 241123 kir...Materi Dinkes - Tata Cara Verifikasi dan Klaim Obat Kronis dan PRB 241123 kir...
Materi Dinkes - Tata Cara Verifikasi dan Klaim Obat Kronis dan PRB 241123 kir...
 
kebijakan_pemerintah.pdf
kebijakan_pemerintah.pdfkebijakan_pemerintah.pdf
kebijakan_pemerintah.pdf
 
KEBIJK_JKN_2014.ppt
KEBIJK_JKN_2014.pptKEBIJK_JKN_2014.ppt
KEBIJK_JKN_2014.ppt
 
27-1-2022 Kebijakan Yanfar dalam Sistem Kesehatan Nasioal.pptx
27-1-2022 Kebijakan Yanfar dalam Sistem Kesehatan Nasioal.pptx27-1-2022 Kebijakan Yanfar dalam Sistem Kesehatan Nasioal.pptx
27-1-2022 Kebijakan Yanfar dalam Sistem Kesehatan Nasioal.pptx
 
Pertemuan iv dan v
Pertemuan iv dan vPertemuan iv dan v
Pertemuan iv dan v
 

Recently uploaded

Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 

Recently uploaded (20)

Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 

Tantangan industri farmasi era JKN

  • 2. LIFE SCIENCES ICT ECONOMIC ENVIRONMENT POLITICAL SOCIAL REGULATORY & LEGAL • Halal Certification for health products • TKDN for Pharmaceuticals • BPOM & Minister of Health stringent implementation • Clinical test for Probiotics products • Regulation of Pangan Keperluan Gizi Khusus (PKGK) • ePharmacy regulation • Non-tarif barrier for exported products • Improvement in government service handling • Sponsorship for medical personnel • Technology affecting workplace & employee • Personalized needed • Trust to ‘word of mouth’ • Indonesia’s parliamentary and presidential election 2019 • Myanmar’s politics, conflict and stabilization • China’s presidential policy •Integrated Healthcare System •Evolving Business Model • Artificial Intelligence & Machine Learning • Internet of Everything (IoE) • Cyber Security & Data Protection • Growing World Economic • Promising Indonesian Economic • Improving Indonesian Investment Climate • Responsible Sourcing • Global program on Sustainable movement
  • 3. Economy (GDP growth) Political (JKN _BPJS) Regulation (cGMP) RESUME…Trends that will impact the Pharmaceutical Industry: Indonesia • GDP Growth • Indonesia economy is expected to growth +/- 6% • Indonesia healthcare spending projected 2.7-5% of GDP • Pharma market growth 10.7% by 2017 • Asia harmonization implementation•Implementation of universal coverage (BPJS) to all citizen •UU JPH • Increasing pressure for good and clean government • BPOM following PIC regulation for GMP implementation
  • 4.
  • 5.
  • 6.
  • 7.
  • 9. DISTRBUTION OF PHARMACEUTICAL PRODUCT INDONESIA Manufacturer 206 Distributor PBF(2810) •2.810-Distributor •60% in Jawa –bali •Only 30 Distributor have branches in15 Prov •5 PBF owned 85% Market share End Customer (PATIENTS) Licensed Drug store (5200 ?) Pharmac y (17.000) Hospitals (2200) Puskesmas dan Klinik (>10.000)
  • 10. INDUSTRIAL ANALYSIS Buyer power VERY HIGH, due to many similar products/ choices available Threat of substitutes LOW, cannot replace role of medicine Barriers to entry MEDIUM entry barrier. highly regulated, and Big Capital, crowded market Supplier power LIMITED, switching is not easy due to regulator. Difficult to find good quality with competitive price RIVALRY RIVALRY Intensity of Competitive Rivalry upcoming new innovation products with competitive price Pharmacy Market still promising but the challenge is to be innovative and unique from competitors by multi collabration, Excellent and efficient in sales operation in order to win the competition
  • 11. INDONESIAN PHARMACEUTICAL MARKET Q4 2017 Indonesian pharmaceutical market has decreased at -1.2% in MAT Q4 2017 Source: Combined Audit 4Q 2017
  • 12. INDONESIAN PHARMACEUTICAL MARKET Q4 2017 Starting 4Q16, there was an overall decline growth from 5.5% to -3.5% which continue to 4Q17 Source: Combined Audit 4Q 2017
  • 13. Konsep BPJS dengan pembayar Tunggal Penduduk RI BPJS Kes DPU, DK, Klinik, Puskesmas RSUD, Dr Spesialis, RS Pusat Rujukan Pemerintah APBN/APBD Iuran Wajib % gaji dan Nominal Subsidi Iuran RUJUKAN Melayani Obat-MD Obat-MD
  • 14. IMPACT SJSN PESERTA SJSN (penduduk RI)  Pengobatan Gratis  Ada iuran bulanan  Sistem pelayanan Kesehatan diatur (sistem rujukan) PROVIDER SJSN (Industri dan Distributor Framasi  Volume penjualan bertambah banyak  Harga”dikontrol”  Margin mengecil
  • 15.
  • 16.
  • 17. Kondisi sebelum JKN 2015 2019 Non JKN/ BPJS JKN/BPJS • Innovative products, biosimilar, biology products, etc • Special Product for Private Insurance • M&A •OGB •Common Dissease •Brandedd Generic (Increased in Volume) dampak JKN/BPJS terhadap Industri Farmasi Current condition Strategy Scenario Maintaining % Profitability
  • 18. FUTURE PHARMA PRODUCT PORTFOLIO: MARKET APPROACH OGB Biology Branded & Specialty Vit, Suppl, Nut. Pre JKN JKN Insuran ce, low cost Out of pocket market Highe r margi n Lowe r margi n
  • 19. NEW BUSINESS LANDSCAPE •High Margin-high Price •Low Volume •Innovative Product •Special/High tech •Out-pocket •Negotiating Non JKN/BPJS JKN/BPJS •Low Margin-Low Price •High Volume •Generic Product •Mass Production •Goverment Insurance •Bidding/ e Catalog 200 Pharm Co.10 – 20% 80 – 90%
  • 20. SHIFTING STRATEGY TO EFFICIENT GENERIC DRUG COMPPANY Marketing strategy Product Port folio Production strategy Optimizing COST & Maintaining High Quality Products
  • 22.
  • 23. Strategic Initiative  Improve Sourcing of Raw Material  Infra structure Optimizing  Process Efficiency  Shortend lead tie  Reduce Inventory cost Raw Material Cost & Availability Process Efficiency Production Process of Pharmaceuticals Infra-Structure Optimizing Provide Good Quality Product, Affordable in acceptable price
  • 24. E-CATALOG BIDDING Lowest Price Win all Strict Quality Standard from BPOM/MOH Optimizing COST & Maintaining High Quality Products Challenges – HOW ? Alternatif: SCM BPJS product supply
  • 25. MENGOPTIMALKAN BIAYA TANPA MENGORBANKAN KUALITAS  Optimasi COGS  Raw material Cost  FOH Cost  Optimasi Inventory Cost  Optimasi Transportation Cost SCM = Supply Chain Management
  • 26.
  • 27.
  • 28.
  • 29. 1.Incr.Volume 2.Incr. Price 3.New Prod.Mix Sales Fixed Cost Variable Cost Profit Margin People Asset (deppr) Total Cost Rp Unit 0 Operational Excellent in SCM Cost Structure and Cost Reduction 2.Direct Labor 3.Direct Energy RM-PM Marketing And sales cost Reduce : •COGS •Inventory Cost •Transportation Cost New Marketing Strategy
  • 30. PENUTUP  Penerapan SJSN/BPJS1 akan meningkatkan secara signifikan volume penjualan Obat (in unit) dengan harga yang Murah  Memaksa Industri farmasi untuk bekerja efisien agar bisa bersaiang dalam lelang e-Catalog  Harga murah tidak boleh dengan penurunan Mutu sehingga perlu penghematan pada cost yg tidak bersinggungan dengan mutu: (Inv Cost, Transport Cost, dll)  Diharapkan Keluhan masyarakat tentang harga obat terasa mahal akan berkurang.
  • 31. TOPIK-TOPIK BAHASAN  Ketersediaan Obat dalam rangka JKN  Prioritas Industri Nasional utk JKN  Keberpihakan Produk Generik vs Produk Paten untuk JKN  Kapasitas Produksi - Daya Tarik Investasi Nasional  Daya saing industri farmasi Nasional yang Sustainable  Pemulihan Industri Farmasi Nasional dengan Produk2 Swamedikasi  Daya Saing Industri untuk pasar ekspor  Obat dalam UU JPH  Kemandirian dalam Bahan Baku Obat  Kemandirian Obat dan Pengembangan Produk Natural, Biofarma dan Vaksin
  • 32. KETERSEDIAAN OBAT U JKN  Memperjuangkan perbaikan data yg tersedia  RKO yg selalu update (tiap 3 bulan per propinsi)  Proyeksi kebutuhan obat jangka panjang untuk Perencanaan Kapasitas  Data kapasitas nasional dan perencanaan kapasitas industri  Regulasi yang lebih fleksibel untuk bisa memanfaatkan kapasitas yg tersedia ( cross-contract manufacturing) – tanpa mengorbankan kualitas – sehingga pemain industri bisa saling memanfaatkan kapasitas untuk memenuhi JKN  Mekanisme tender:  Fairness pelelangan – tanpa pengulangan. (spesifikasi yang jelas selain nama generic dan bentuk sediaan juga informasi lengkap tentang spesifikasi kemasan agar harga yang dibandingkan setara)  Mekanisme harga dasar yang menjamin sustainable supply  Reward yang jelas bagi pemenang yang konsisten memenuhi supply (dlm bentuk “point reputasi”, dan punishment untuk yang gagal memenuhi komitmen.
  • 33. Fairnes Tender : rumusan yang lebih tajam, dalam ekatalog, dimasukkan tulisan spesifikasi kemasan yang sama, karena ini terpengaruh harga - Usul ini diuslkan ke LKPP( uaulan GP Jabar, Pak Maman) - Produk yang sudah lama beredar apakah masih perlu BE (missal Furosemide dll) Gracia : BE diterapkan utke katalog sejak 2014 padahal pasar menyempit dan biaya menjadi mahal Bu Engko : Floor Price atau HPS tertarik rendah karena Industri sendiri yg bersaing dan juga mekanisme lelang di LKPP disamakan dengan barng komoditi Diusulkan GPFI utk audiensi dengan LKPP agar obat tidak disamakan dengan komoditi yang lain. Diusulkan ada Timeline sebelum tender e-catalog, Penawaran harga yang sangat rendah juga bisa karena ada sisa raw material yang sudah terlanjur dibeli saat tender sebelumnya dan tidak terpakai penuh dan bukan hanya karena mencari sumber yang murah Note usulan lain ttg Ketersediaan Obat u JKN
  • 34. PRIORITAS INDUSTRI NASIONAL UTK JKN  Industri Nasional menyediakan kapasitas manufaktur bukan cuma impor (komitmen jangka panjang dan padat modal)untuk menunjang pemenuhan JKN, oleh karena itu sewajarnya mendapatkan prioritas.  Review kebutuhan formularium nasional, dan memberi bobot nilai yang lebih besar utk produk dng local content yang lebih besar dibanding dng produk impor atau produk paten. (khususnya produk-produk yang memiliki padanan generik nya utk kelas terapi tertentu).  Dimasukkan unsur TKDN untuk preferensi harga
  • 35.  Peter (Pratapa Nirmala:  Diusulkan kalau obat yang diproduksi lebih mahal sebaiknya masih diberi preferensi karena ada invcestasi yang sudah dijalankan.diusulkan untuk memfasilitasi usulan ini dengan TKDN
  • 36. KEBERPIHAKAN PADA PRODUK GENERIK VS PATENT Kepastian waktu dan prioritas registrasi khususnya untuk produk yang molekulnya sudah off patent. (copy pertama). Produk generik yang tersedia sesegera mungkin:  Mempercepat range molekul baru yang dibutuhkan oleh masyarakat  Mengurangi ketergantungan pada obat patent yang mahal (menghabiskan dana JKN)  Memberi kesempatan sesegera mungkin pada pemain nasional yang berpartisipasi dlm JKN dng fasilitas produksi  Ada langkah yang positif dari regulator yang dapat mengatasi hambatan munculnya first mee too product selain Registrasi yaitu PPUB, import bahan baku yang akan off paten, Reference standar dan comparator
  • 37. ORPHAN DRUG  Diusulkan juga untuk produk2 lama yang sudah beredar di luar Negeri tapi belum ada di dalam negeri karena produknya orphan dan dibutuhkan pasien perlu diberi insentif oleh regulator kepada produsen  . Note lain untuk Obat generic vs Paten : • Definisi copy pertama harus jelas • Untuk produk originator, agar jangan memperpanjang paten dengan produk turunannya sehingga menghambat first mee too product Yang diperhatikan adalah prioritas PPOB, Import bahan baku, comparator
  • 38. KAPASITAS PRODUKSI -DAYA TARIK INVESTASI NASIONAL  Percepatan perijinan untuk pengadaan kapasitas nasional (ijin industri, sertifikat CPOB , termasuk site transfer agar idle capacity bisa sesingkat mungkin, dan juga peninjauan tentang waktu kadaluarsa,etc) sehingga investasi nasional tetap menarik meskipun terjadi penurunan margin penjualan dng penerapan JKN.  Merubah paradigma regulator sehingga bisa lebih business- friendly terhadap investasi (tidak hanya mengedepankan aspek pengawasan dan kendala)  Percepatan Perijinan Fasilitas Baru (Cost of Capital)  Transparansi dan Percepatan Proses registrasi  Selain maslah regulator Farmasi juga regulasi bidang lain yang menyebabkanHigh cost investasi harus juga dipermudah
  • 39. DAYA SAING INDUSTRI FARMASI NASIONAL YANG SUSTAINABLE  Standar-standar CPOB,yang lebih realistik dan jelas, serta diterapkan dengan pengawasan yang konsisten. Ini perlu untuk mendapatkan tingkat persaingan yang wajar di lapangan.  Persaingan tender menjadi benar-benar “level playing field”  Ini dapat dicapai dengan:  Penerapan yang konsisten standar CPOB  Penerapan yang konsisten standar pengembangan sediaan baru dan konsistensi dalam evaluasi premarketnya (termasuk pd spec BBO)  Tetapi konsistensi di atas harus diikuti dengan proses yang lugas, efisien dan business-friendly
  • 40. PERLUASAN RAGAM PRODUK SWA-MEDIKASI UNTUK MEMBERI RUANG PERTUMBUHAN • Review kelas produk2 swamedikasi (OTC) untuk mempermudah masyarakat mendapatkan produk2 swamedikasi yang aman. (bondol hijau/biru) • Perluas ragam produk yang bisa ditawarkan sebagai produk swamedikasi (obat bebas, obat wajib apotek) dengan melihat historis profil keamanannya. – Rx to OTC Switch • Diikuti dng ‘drug information’ yg baik program ini bisa memberikan pilihan bagi masyarakat di samping JKN  mengurangi beban JKN. – Aturan periklanan lebih di-relaksasi sehingga lebih seimbang dan tidak terlalu ketakutan pada resiko yang tidak perlu – Iklan obat juga merupakan upaya drug information. Kekosongan drug information justru memberikan ruang bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi obat yang liar dan hal ini berbahaya.
  • 41. DAYA SAING EKSPOR  Berkoordinasi dengan regulator dan kementrian terkait untuk memacu perdagangan luar negeri ini, antara lain:  Membangun citra positif dengan coordinated exhibition yang disponsori oleh pemerintah  Regulasi-regulasi obat perlu direview untuk melancarkan potensi ekspor:  CPP yang cepat,  CMO/Obat khusus ekspor yang sudah didaftarkan di negara penerima, tidak perlu harus mendaftar kembali. Cukup notifikasi.  Persyaratan BE yang lugas, dan sederhana khususnya produk ekspor yang menyangkut pengembangan di dalam negeri. (CRO/Codevelopment untuk pasar ekspor. Sudah dibahas pada pleno pagi tadi, apakah masih perlu diusulkan..
  • 42. OBAT DALAM JPH  Obat secara tekstual akan menjadi obyek dari Undang2 JPH  tidak bisa dibayangkan kekacauan yang akan terjadi bila ini diterapkan secara konsisten:  Kekacauan supply utk JKN/non JKN karena terbatasnya supplier BBO dan eksipien yang bisa memberikan sertifikasi halal. Syarat BBO menjadi makin kompleks  Untuk itu, pengurus harus berusaha keras untuk mencari jalan keluar terhadap hal ini dengan memberikan pengertian yang jelas pada seluruh pemangku kepentingan akan akibat dari penerapan JPH pada obat.
  • 43. KEMANDIRIAN BBO  Hambatan terhadap hal ini harus diatasi dengan upaya multidimensi, atara lain :  Fasilitasi Kementrian Perindustrian/BKPM untuk fokus pada pencarian partner investor pemain BBO yang memiliki akses pasar internasional lebih luas.  Fasilitasi Kemenaker, Ristek etc untuk memungkinkan masuknya SDM dengan kompetensi yang sesuai.  Pemilihan BBO yang lebih berorientasi pada keunggulan komparatif nasional, tetapi dengan mengelola dampak resiko jangka panjang (misal: aspek lingkungan hidup). Ini perlu koordinasi dan fasilitasi antar-bidang.
  • 44. KEMANDIRIAN DLM PENGEMBANGAN OBAT: OBAT BERBASIS NATURAL, BIOFARMASETIKA DAN VAKSIN  Kemandirian obat berbasis natural sangat mungkin diusahakan mengingat biodiversitas sumberdaya alam di Indonesia dan ragam “ethnic medicine” yang sangat luas. Namun demikian diperlukan campur tangan pemerintah, khususnya regulator agar upaya-upaya lanjutan supaya comparative advantage ini benar benar menjadi competitive advantage.  Pengembangan Biofarmasetika di sisi lain, merupakan upaya yang sedang marak di dunia. Meskipun di bidang ini, Indonesia belum tampak memiliki “advantage “ yang menonjol, tetapi Indonesia masih bisa mengejar mengingat gelombang biofarmasetika ini masih tahap awal.  Indonesia memiliki basis penduduk yang sangat besar (seperti halnya China dan India). Karena itu Seperti halnya India dan China, Indonesia memiliki basis penduduk yang sangat besar. Keberpihakan pemerintah untuk mengolah kemampuan di atas seharusnya bisa diwujudkan untuk kemandirian obat yang riil, sehingga jumlah penduduk yang besar tidak memberikan “beban” tetapi dilihat sebagai “peluang” untuk dipakai sebagai batu loncatan untuk pengembangan kemampuan pada bidang ini. Keberhasilan Biofarma sebagai perusahaan yang unggul dalam Vaksin menunjukkan bahwa Indonesia bisa mengejar dan mulai berperan di sini.
  • 45. • Peran pemerintah/regulator diperlukan, antara lain dengan: – Keberpihakan berupa persyaratan uji klinis yang lebih realistik.. Uji klinis harus dilakukan untuk memberikan “evidence based” tetapi persyaratan uji klinis yang berat akan membuat layu sebelum berkembang. Ini mengingat biaya yang paling besar dalam pengembangan adalah uji klinis – Regulator harus secara fokus memperhatikan pembinaan regulatoris, yang tidak hanya bertumpu pada “ketatnya pengawasan” tetapi mempunyai sasaran yang sama agar upaya-upaya pengembangan tsb menjadi PRODUK – (upaya evaluasi premarket yang fokus). – Peran ketiga adalah dengan MENJADI PEMBELI, memakai atau memastikan produk tersebut masuk ke dalam formularium nasional. • Disadari bahwa pengembangan produk selalu melibatkan kompetensi scientific yang tinggi. Karena itu diperlukan kerjasama yang erat dengan kompetensi keilmuan di perguruan2 tinggi. Konsep ABG sangat relevan. Bagaimana Pemerintah bisa melihat infrastruktur regulasi untuk upaya ABG ini? Sekaligus menjadi fasilitator? Kemandirian dlm Pengembangan Obat: Obat berbasis Natural, Biofarma dan Vaksin
  • 46. Excellence Execution Profile Drs Pre Agusta Siswantoro, Apt , MBA Education Background Pharmacy Graduated, Gadjah Mada University, 1985 WM 16 (1986), MBA Graduated in IPPM Jakarta, 1992 WORKING EXPERIENCES 1. R&D - Production manager , PT PRAFA, 1987 - 1992 2. Production Manager- Assisten Director R&D, PT KALBE FARMA, 1992-2000 3. Plant /Manufacturing Director PT BINTANG TOEDJOE, 2000- 2008 4. Corporate R&D Director KALBE FARMA 2006 -2008 5. Director of PT Global Chemindo Megatrading (GCM)- Raw Material Trading, 2011- 2014 6. Director Logistic PT Enseval PM Tbk . 2013 -2015 7. Supply Chain Director KALBE Group 2008 – 2015 8. Manufacturing Director Kalbe (pharma division) 2015 - present OTHERS 1. Jury of “ Indonesia’s Innovation” organized by BIC and KNRT, 2008 – present 2. Wakil Ketua, Pengurus Pusat, IKATAN APOTEKER INDONESIA, 2009 -2013 3. Ketua Hisfardis (Himpunan Seminat Farmasi Distribusi)2009-2013 3.Pengurus Pusat Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia –GPFI ,2011-2016