2. Latar Belakang
Di dunia: diperkirakan
lebih 1 juta kematian
pasien meninggal karena
kesalahan penanganan
yang dapat dicegah
Di AS: sampai 1.000.000
kematian yang dapat
dicegah/tahun
Di Eropa: 150 kematian
yang dapat
dihindari/minggu
Bagaimana dengan
di Indonesia?
INDONESIA
BUDAYA MELAPOR
INSIDEN KESELAMATAN
PASIEN PERLU
DITINGKATKAN
Baru 118 RS
melaporkan insiden
3. Ancaman Global Resistensi
Deaths attributable to AMR every year
Compared to other major couses of death
▪ Perkiraan kematian akibat AMR saat ini sebesar 700.000/ thn
▪ Tahun 2050-→ ada 10 juta kematian/tahun karena AMR
▪ Angka kematian lebih tinggi dibandingkan dengan akibat kanker*
ANCAMAN KESELAMATAN PASIEN
DAMPAK RESISTENSI ANTIMIKROBA
▪ Mengancam upaya pencegahan dan pengobatan efektif untuk
berbagai infeksi yang terus meningkat, yang disebabkan oleh bakteri,
parasit, virus dan jamur
▪ Mutu pelayanan kesehatan menurun, karena lama perawatan
memanjang, resiko kematian tinggi
▪ Mengancam upaya pengobatan modern (seperti operasi open heart,
transplantasi organ)
▪ Meningkatkan beban ekonomi, karena perpanjangan lama rawat inap,
penggunaan antimikroba yang lebih mahal dan lebih lama
▪ Secara global 480,000 orang mengalami MDR TB/tahun
▪ Mempersulit pemberantasan infeksi HIV dan malaria
4. Perubahan Paradigma Keselamatan Pasien
Keselamatan
pasien di RS
Keselamatan
pasien di
pelayanan primer
Keselamatan
pasien di
komunitas/publik
5. PARADIGMA SEHAT
PROGRAM
• Pengarusutamaan kesehatan
dalam pembangunan
• Promotif preventif sebagai pilar
utama upaya kesehatan
• Pemberdayaan masyarakat
INDIKATOR
• Kota Sehat
• Kecamatan Sehat
• Desa Sehat
PENGUATAN YANKES
INDIKATOR
• Jumlah kecamatan yang minimal
memiliki 1 Puskesmas terakreditasi
• Jumlah Kabupaten/ Kota yang minimal
memiliki 1 RSUD yang terakreditasi
PROGRAM
• Peningkatan Akses
• Peningkatan Mutu
JKN
PROGRAM
• Benefit
• Sistem Pembiayaan : asuransi – Gotong royong
• Kendali mutu & biaya
• Sasaran : PBI-non PBI
• Tanda kepesertaan KIS
(Kartu BPJS)
INDIKATOR
• Total Coverage
PROGRAM
INDONESIA
SEHAT
6. MEWUJUDKAN
GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT
Peningkatan
Edukasi
Hidup Sehat
Peningkatan
Kualitas
Lingkungan
Peningkatan
Pencegahan
dan Deteksi
Dini Penyakit
Penyediaan
Pangan Sehat
dan Percepatan
Perbaikan Gizi
Peningkatan
Perilaku
Hidup Sehat
Peningkatan
Aktivitas Fisik
7. PENGUATAN PELAYANAN KESEHATAN
PROGRAM PENINGKATAN
MUTU
• AKREDITASI RS
• AKREDITASI PKM
PROGRAM PENINGKATA
N AKSES
• SARANA PRASARANA
• KOMPETENSI SDM
• OBAT DAN ALKES
Terwujudnya
Akses Pelayanan
Kesehatan Dasar
dan Rujukan
yang berkualitas
Bagi Masyarakat
8. Melakukan praktek kefarmasian yang profesional dan bertanggung jawab → PHARMACEUTICAL CARE
Menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan yang bermutu di fasilitas kesehatan tempat berpraktek
Memberikan pelayanan kefarmasian sesuai standar di fasilitas kesehatan tempat berpraktek
APOTEKER
PILAR
3
Jaminan
Kesehatan
Nasional
9. HARAPAN PELAYANAN KESEHATAN
PRIMER
PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
BERKUALITAS
AKREDITASI
Transisi
Demografis:
Urbanisasi
Jangkauan Akses
menuju Universal
Coverage
Pola Hidup / Faktor
Resiko Linglungan →
Perubahan Pola
Penyakit
1 3
4
2
▪ BONUS DEMOGRAFI
▪ ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
▪ OTONOMI DAERAH
▪ SISTEM PEMBIAYAAN & PEMBAYARAN (KAPITASI)
▪ PENGUATAN UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF
▪ KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA
▪ JAMAN NOW /ERA MILENNIAL/ ERA IT/ MEDSOS
Mortalitas dan
Morbiditas Penyakit
TANTANGAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
10. UU No 36/2009 tentang Kesehatan
Praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 108
Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukan praktik kefarmasian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
Pasal 198
11. UU No 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan
1) Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik harus dilakukan sesuai dengan kewenangan yang
didasarkan pada Kompetensi yang dimilikinya.
Penjelasan
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kewenangan berdasarkan Kompetensi" adalah kewenangan untuk melakukan
pelayanan kesehatan secara mandiri sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya, antara lain:
a. apoteker memiliki kewenangan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian;
b. perawat ..........
c. bidan........
Pasal 62
14. Pengelolaan Obat dan BMHP
Pelayanan Farmasi Klinik
Peran serta di masyarakat dalam upaya
Promotif dan Preventif
Peran Apoteker di Puskesmas
15. Aksesibilitas
Obat
Monitoring &
Evaluasi
Tata Kelola Obat
(supply chain
management/SCM)
Penggunaan:
Pelayanan
Kefarmasian
⚫Good Prescribing Practice
⚫Good Pharmacy Practice
⚫FORNAS
⚫Pedoman Teknis Analisis
Farmakoekonomi
Pemilihan/Seleksi
⚫ FORNAS
⚫ Standar
⚫ NIE
Perencanaan
dan
Pembiayaan
⚫RKO
Pengadaan
⚫E-Purchasing (e-Katalog)
⚫Cara lain sesuai Perpres
Pengadaan B/J Pemerintah
Distribusi
⚫ E-Logistik
⚫ LP-LPO
⚫ Good DistributionPractice
⚫ Good StoragePractice
⚫ E-Monev Katalog
Penyaluran
Bahan Baku
Produksi
Penyimpanan
atau Logistik
PBF
16. KEBIJAKAN DAN PROGRAM
BIDANG KEFARMASIAN
Pelayanan Kefarmasian terkait
peggunaan obat yg aman
(medication safety)
KESELAMATAN PASIEN
FASILITAS KESEHATAN
FORMULARIUM NASIONAL
E KATALOG OBAT
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN
AKREDITASI PUSKESMAS
REGULASI
17. CAKUPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai
Pelayanan Farmasi Klinis
D I D U K U N G O L E H
SUMBER DAYA
KEFARMASIAN
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGENDALIAN MUTU
PELAYANAN KEFARMASIAN
• Monitoring
• Evaluasi
19. PERMENKES NOMOR 72 TAHUN 2018
Pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai
D I D U K U N G O L E H
SUMBER DAYA
KEFARMASIAN
LEGALITAS STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGENDALIAN MUTU
PELAYANAN KEFARMASIAN
• Monitoring
• Evaluasi
Pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai
20. SELEKSI
Seleksi mengacu pada
▪ FORMULARIUM
NASIONAL (FORNAS)
▪ Formularium Puskesmas
RKO
▪ Rencana
kebutuhan obat
▪ E-Monev
PENGADAAN
OBAT
▪Secara e-Purchasing
atau cara lain sesuai
ketentuan
pengadaan
barang/jasa
pemerintah
21. Output:
Formularium
Puskesmas
Outcome:
Tercapainya
Kendali mutu
dan kendali biaya
di Puskesmas
Acuan:
Formularium
nasional
Disusun oleh Tim
kesehatan
Kebutuhan obat
di Puskesmas
✓ Obat yang masuk dalam
formularium Puskesmas adalah
obat fornas minimal (80%) dan
obat lain diluar fornas maksimal
(20%).
✓ Obat yang dikelola di Puskesmas
merupakan obat yang memiliki
nomor izin edar (NIE)
✓ mengutamakan penggunaan
obat generik
✓ memiliki rasio manfaat-risiko
(benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita
✓ menguntungkan dalam hal
kepatuhan dan penerimaan oleh
pasien
✓ memiliki rasio manfaat-biaya
(benefit-cost ratio) yang
tertinggi
✓ Obat lain yang terbukti paling
efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines)
22. Pengumpulan data
• Data konsumsi
Usulan kebutuhan
obat dari unit kerja
Data sisa stok
Data buffer stock
Pola penyakit
Perkiraan kunjungan
Pengkajian usulan
kebutuhan
• Spesifikasi/data teknis
Kuantitas kebutuhan
Analisa harga satuan
Perhitungan
Kebutuhan
• Metode konsumsi
• Metode morbiditas
• Metode Proxy
Consumption
Membahas usulan
dan rencana
kebutuhan dalam
rapat tim kesehatan
Evaluasi
Perencanaan
• Analisa nilai ABC,
untuk evaluasi aspek
ekonomi
• Kriteria VEN, untuk
evaluasi aspek medik/
terapi
• Kombinasi ABC dan
VEN
Tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, efisien
23. Penyimpanan Obat
obat risiko tinggi
LASA/NORUM
elektrolit
konsentrat
23
Obat High Alert Daftar obat berisiko tinggi ditetapkan oleh
Puskesmas dengan mempertimbangkan data dari
referensi dan data internal tentang “kejadian
yang tidak diharapkan” (adverse event) atau
“kejadian nyaris cedera” (near miss)
Elektrolit konsentrasi tinggi dan obat risiko tinggi
harus disimpan dengan terpisah dan penandaan
yang jelas untuk menghindari kesalahan
pengambilan dan penggunaan.
Penyimpanan dilakukan terpisah, mudah
dijangkau dan tidak harus terkunci. Disarankan
pemberian label high alert diberikan untuk
menghindari kesalahan.
24. PELAYANAN FARMASI KLINIK
pengkajian resep, penyerahan Obat, dan pemberian informasi Obat
Pelayanan Informasi Obat
Konseling
Visite (khusus Puskesmas rawat inap)
pemantauan dan pelaporan efek samping Obat
Pemantauan terapi Obat
Evaluasi penggunaan Obat
25. SUMBER DAYA KEFARMASIAN
Sumber Daya
Manusia
• Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit menjadi tanggungjawab Apoteker
• Apoteker berkolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam
meningkatkan outcome terapi obat dalam menjamin keselamatan pasien
• Apoteker dan TTK harus Memenuhi syarat adminstratif
Sarana dan
Prasarana
Ruang Kantor/Administrasi
Ruang penyimpanan Obat, Alkes dan BMHP
Ruang penerimaan dan Pelayanan resep
Ruang konseling
Ruang PIO
26. EVALUASI MUTU
• 1. MUTU MANAJERIAL
• Indikator:
❖Kesesuaian proses terhadap standar
❖Efektifitas dan efisiensi
• 2. PELAYANAN FARMASI KLINIK
Indikator :
❖Zero deffect dari medication error
❖SPO
❖PIO dan Konseling
❖Output Yanfarklin, seperti kesembuhan pasien, pengurangan gejala penyakit
27. INDIKATOR PELAYANAN KEFARMASIAN
(SESUAI RENSTRA 2020– 2024)
No Indikator
Target
2020
1 Persentase Fasyankes yang Melaksanakan
Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar
50%
28. PERAN APOTEKER AOC PADA PROGRAM INDONESIA SEHAT
DENGAN PENDEKATAN KELUARGA (PIS-PK)
28
Pembina Keluarga
Keluarga mengikuti KB
Ibu bersalin di faskes
Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan
Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan
Penderita TB Paru berobat sesuai standar
Penderita hipertensi berobat teratur
Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan
Tidak ada anggota keluarga yang merokok
Keluarga mempunyai akses thd air bersih
Keluarga mempunyai akses atau
menggunakan jamban sehat
Sekeluarga menjadi anggota JKN/askes
PELAYANAN KEFARMASIAN
PENGELOLAAN
SEDIAAN
FARMASI
PELAYANAN
FARMASI KLINIK
PMK No. 72 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di RS
PMK No. 73 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek
PMK No. 74 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
Peran Apoteker
Agent Of Change
(AoC)
29. Pedoman dan Standar berbasis bukti
(EBM)
◦ Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
◦ Formularium Nasional (FORNAS)
◦ Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik
◦ Permenkes Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011
◦ Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Terapi
Antibiotik
◦ Undang-undang tentang Obat Keras
Kebijakan Penggunaan Antibiotik