SlideShare a Scribd company logo
1 of 168
Download to read offline
i
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.R USIA 22 TAHUN P1A0
POST PARTUM 3 HARI DENGAN BENDUNGAN ASI
DI BPS NENY SUZANNAWATI, Amd.Keb
KEMILING BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satus yarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Kebidanan
Disusun Oleh:
N a m a : RULI DESTA PRATIWI
Nim : 201207117
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Di terima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 07 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Adhesty Novita Xanda, S.ST, M.Kes Anggun Prajaningrum, S.ST
NIK : 11402052 NIK :2015021068
Direktur Akademi Kebidanan Adila
Bandar Lampung
dr. Wazni Adila, MPH
NIK : 201041008
ii
iii
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.R USIA 22 TAHUN P1A0
POST PARTUM 3 HARI DENGAN BENDUNGAN ASI
DI BPS NENY SUZANNAWATI, Amd.Keb
KEMILING BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Ruli Desta Pratiwi, Adhesty Novita Xanda, S.ST.,M.Kes, Anggun Prajaningrum, S.ST
INTISARI
Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan
aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai
kenaikan suhu badan
Apabila Masalah Bendungan ASI tidak ditangani dapat berpotensi terjadinya payudara
bengkak. Permasalahan tersebut mendasari rumusan masalah Bagaimanakah asuhan
kebidanan pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum 3 hari dengan Bendungan ASI di
BPS Neny Suzannawati,Amd. Keb Bandar Lampung tahun 2015”
Tujuan penulisan yaitu dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. R usia 22 tahun
P1A0 post partum 3 hari dengan Bendungan ASI di BPS Neny Suzannawati, Amd. Keb
Bandar Lampung sesuai dengan standar yang berlaku dan dengan pendekatan manajemen
kebidanan tahun 2015 sesuai dengan 7 langkah varney. metode penelitian yang di
gunakan adalah metode deskriptif. Teknik memperoleh data yang di gunakan antara lain
yaitu data primer dan data sekunder. Studi kasus ini adalah Ny. R usia 22 tahun tempat
penelitian bidan Neny Suzannawati Amd. Keb waktu pengambilan data dari tanggal 07
april-11 april 2015.
Hasil dari studi kasus terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus yaitu pada istirahat
dan penulis mampu melakukan penatalaksanaan menggunakan pendekatan 7 langkah
varney dengan hasil evaluasi payudara ibu sudah tidak mengalami bengkak, tidak
merasakan nyeri, dan ASI sudah keluar dengan lancar.saran yang di berikan agar ibu
segera memeriksakan diri apabila ada tanda-tanda gejala yang tidak normal segera dating
ketenaga kesehatan untuk mendapatkan tindakan segera atau penanganan secara dini.
Kata kunci : Ibu Nifas, Bendungan ASI
Kepustakaan : 20 referensi (2005-2015)
Jumlah halaman: 137 Hamalan
iii
iv
CURRICULUM VITAE
Nama : Ruli Desta Pratiwi
Nim : 201207117
Tempat/Tanggal lahir : Sukaraja, 18 Desember 1994
Alamat : Sukaraja Semaka, Kab. Tanggamus
Institusi : Akademi Kebidanan Adila
Angkatan : VII
Riwayat pendidikan :
1. SDN 1 Sukaraja Semaka Tanggamus lulus Tahun 2006.
2. SMPN 2 Semaka, Tanggamus lulus Tahun 2009
3. SMA N 1 Gedong Tataan, Pesawaran lulus Tahun 2012
4. Saat ini Penulis Sedang Menyelesaikan Pendidikan di
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
iv
v
MOTO
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik di
hari tua”
By.
Ruli Desta Pratiwi
v
vi
PERSEMBAHAN
ِ‫ﻢ‬‫ِﯿ‬‫ﺣ‬‫ﱠ‬‫ﺮ‬‫اﻟ‬ ِ‫ﻦ‬َ‫ﻤ‬ْ‫ﺣ‬‫ﱠ‬‫ﺮ‬‫اﻟ‬ ِ‫ﮫ‬‫ﱠ‬‫ﻠ‬‫اﻟ‬ ِ‫ﻢ‬ْ‫ﺴ‬ِ‫ﺑ‬
Saya persembahkan karya kecil saya ini untuk orang- orang yang sangat saya
sayangi Ibu saya (Rokayah) dan Ayah saya tersayang (Saidi) yang dengan ikhlas
mendo’akan, mengorbankan tenaga dan fikirannya serta memberikan dukungan
baik moral, material dan spiritual selama saya menempuh Program Study
Diploma III di Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung.
Semua Kasih sayng Ibu dan Ayah tiada mungkin dapat saya balas hanya dengan
selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi
langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia, karena kusadar selama ini
belum bisa berbuat yang lebih untuk Ibu dan Ayah yang selalu membuat saya
termotivasi dan selalu member saya kasih sayang, selalu mendoakan saya, selalu
menasehati saya untuk menjadi lebih baik, Terima Kasih Ibu dan Ayah...
Saya persembahkan pula untuk ketiga kakak saya Rudi Septyawan, SE, Rifki
Milano,SE dan Febri Santoni, S.COM tiada yang paling mengharukan saat
berkumpul bersama kalian, terimakasih atas doa dan dukungan kalian selama ini
hanya karya kecilku ini yang dapat saya persembahkan, maaf saya belum bisa jadi
panutan seutuhnya tapi saya akan barusaha jadi yang terbaik untuk kalian.
Untuk Dosen pembimbing tugas akhir saya Ibu Ninik Masturiah, SST, MKES, Ibu
Tri Riwayati Ningsih, SST terimakasih telah membimbing dengan sabar hingga
karya kecil saya ini terselesaaikan
Untuk seluruh dosen pengajar Akademi Kebidanan Adila terimakasih untuk
semua ilmu, didikan dan pengalaman yang talah kalian berikan, penulis
menyadari tiada mungkin dapat membalas jasa-jasa kalian. Hanya karya kecil dan
sederhana ini yang dapat penulis persembahkan sebagai tanda terima kasih atas
semua yang telah kalian berikan.
Dan tak lupa pula saya persembahakan untuk teman-taman angkatan VII, terima
kasih atas bantuan dan kerja samanya selama ini.
By: Ruli Desta Pratiwi
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam
bentuk Studi Kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.R Umur 22
Tahun P1A0 Post Partum 3 Hari dengan Bendungan ASI di BPS Neny
Suzannawati, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2015”.
Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan Karya Tulis Ilmiah ini, dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Wazni Adila, MPH selaku direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung.
2. Ninik Masturiah , S.ST, M.Kes selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah.
3. Tri Riwayati Ningsih, S.ST selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah.
4. Neny Suzannawati, Amd.Keb selaku pemilik BPS yang telah memberikan.
izin untuk melakukan penelitian di BPS Neny Suzannawati, Amd.Keb Bandar
Lampung.
5. Seluruh Staf dan Dosen Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua
pihak. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca.
Bandar Lampung, Agustus 2015
Penulis
vii
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPULi
HALAMAN JUDUL...................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................iii
INTISARI....................................................................................................iv
CURICULUM VITAE................................................................................v
MOTTO .....................................................................................................vi
PERSEMBAHAN .......................................................................................vii
KATA PENGANTAR.................................................................................viii
DAFTAR ISI...............................................................................................ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ............................................................................1
1.2.Rumusan Masalah .......................................................................3
1.3.Tujuan Penulis.............................................................................4
1.4.Ruang Lingkup ...........................................................................5
1.5.Manfaat Penulisan .......................................................................6
1.6.Metodelogi Dan Tehnik Memperoleh Data..................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis .................................................................9
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan..............................................56
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan.........................................76
viii
ix
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian.................................................................................78
3.2 Matriks......................................................................................88
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian.................................................................................96
4.2 Interpretasi Data........................................................................128
4.3 Antisipasi Masalah Potensial .....................................................129
4.4 Tindakan Segera........................................................................130
4.5 Intervensi ..................................................................................130
4.6 Implementasi.............................................................................133
4.7 Evaluasi.....................................................................................135
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...............................................................................138
5.2 Saran.........................................................................................139
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Program Masa Nifas......................................................................13
Tabel 2.2 Involusi Uterus..............................................................................15
Tabel 3.1 Matriks..........................................................................................88
x
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Permohonan Pengambilan Data
Lampiran 2 : Surat Balasan Pengambilan Data Serta Melakukan Asuhan
Lampiran 3 : Jadwal Penelitian
Lampiran 4 : SAP dan Leaflet
Lampiran 5 : Dokumentasi
Lampiran 6 : Lembar konsul
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Payudara ..................................................................... 32
Gambar 2.2 Bentuk Puting Susu ................................................................... 34
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas atau puerpuriam dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 1).
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan
oleh bayi. Asi mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang
bayi dan sesuai dengan kebutuhan (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 22).
ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian asi saja pada bayi sampai
usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. Asi dapat
diberikan sampai bayi usia 2 tahun. Pemberian ASI selama 6 bulan
dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah
tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun Negara. (Dewi
dan Sunarsih, 2011; h. 25).
Presentasi pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia ada
tahun 2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun
2012 yang sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI eksklusif tertinggi
terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 79,74%, sedangkan persentase
pemberian ASI eksklusif terendah terdapat di Provinsi Maluku sebesar
25,21% (Supriyantoro dkk, 2014; h. 95)
2
Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari sarana kesehatan di Provinsi
Lampung, pemberian Air Susu (ASI) pada bayi usia 0-1 tahun mempunyai arti
sangat penting, terutama menyangkut pemenuhan kebutuhan zat gizi dan zat
lain pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit. Cakupan bayi
mendapatkan ASI Eksklusif di Provinsi Lampung tahun 2012 sebesar 29,24%
dimana angka ini masih ada dibawah target yang diharapkan yaitu 60% (Profil
Kesehatan Provinsi Lampung, 2012).
Salah satu kelainan atau keadaan abnormal payudara pada masa nifas adalah
bendungan ASI (Prawiroharjo, 2008). Bendungan Air Susu adalah terjadinya
pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe
sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan (Rukiyah dkk, 2010; h. 345).
Faktor-faktor penyebab bendungan ASI adalah pengosongan mamae yang
tidak sempurna, apabila Masalah Bendungan ASI tidak ditangani dapat
berpotensi terjadinya payudara bengkak (Rukiyah dkk, 2010; 346).
Penanganan yang dilakukan yang paling penting adalah susukan bayi segera
setelah lahir, susukan bayi tanpa jadwal keluarkan sedikit ASI sebelum
menyusui agar payudara lebih lembek, keluarkan ASI dengan tangan atau
pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI, laksanakan perawatan payudara
setelah melahirkan.
3
Berdasarkan hasil pre survey di BPS. Neny Suzannawati,Amd.Keb Bandar
Lampung dari awal bulan April sampai tanggal 07 April Tahun 2015 di
peroleh hasil 15 ibu bersalin ada 9 yang primipara dan mengalami Bendungan
ASI karena itu penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Kebidanan Pada
Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum 3 Hari dengan Bendungan ASI’’ untuk
meminimalkan Kurangnya pemberian ASI eksklusif pada bayi yang
diakibatkan oleh bendungan ASI.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalah yaitu
”Bagaimanakah asuhan kebidanan pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post
Partum 3 hari dengan Bendungan ASI di BPS Neny Suzannawati,Amd.Keb
Bandar Lampung tahun 2015”
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum 3 hari dengan
bendungan ASI di BPS. Neny Suzannawati,Amd.Keb Bandar
Lampung dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
varney.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian pada ibu
nifas khususnya pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum 3
4
hari dengan bendungan ASI di BPS. Neny Suzannawati,
Amd.Keb Bandar Lampung.
1.3.2.2 Diharapkan penulis dapat menentukan interpretasi data pada
ibu nifas khususnya pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum
3 hari dengan bendungan ASI di BPS. Neny Suzannawati,
Amd. Keb Bandar Lampung.
1.3.2.3 Diharapkan penulis dapat menentukan diagnosa potensial pada
ibu nifas khususnya pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum
3 hari dengan bendungan ASI di BPS. Neny Suzannawati,
Amd. Keb Bandar Lampung.
1.3.2.4 Diharapkan penulis dapat melakukan tindakan segera pada ibu
nifas khususnya pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum 3
hari dengan bendungan ASI di BPS. Neny Suzannawati,
Amd.Keb Bandar Lampung.
1.3.2.5 Diharapkan penulis dapat menentukan rencana asuhan pada
ibu nifas khususnya pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post
Partum 3 hari dengan bendungan ASI di BPS. Neny
Suzannawati, Amd.Keb Bandar Lampung.
1.3.2.6 Diharapkan penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan
pada ibu nifas khususnya pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post
Partum 3 hari dengan bendungan ASI di BPS. Neny
Suzannawati, Amd.Keb Bandar Lampung.
1.3.2.7 Diharapkan penulis dapat melakukan evaluasi asuhan
kebidanan pada ibu nifas khususnya pada Ny.R usia 22 tahun
5
P1A0 Post Partum 3 hari dengan bendungan ASI di BPS. Neny
Suzannawati, Amd.Keb Bandar Lampung.
1.4 Ruang lingkup
1.4.1 Sasaran
Subyek yang diambil dalam Karya Tulis Ilmiah ini ialah satu orang
ibu nifas yaitu Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum 3 hari dengan
bendungan ASI di BPS. Neny Suzannawati, Amd. Keb Bandar
Lampung
1.4.2 Tempat
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengambil kasus di BPS.Neny
Suzannawati, Amd. Keb Bandar Lampung
1.4.3 Waktu
Pelaksanaan asuhan kebidanan dalam Karya Tulis Ilmiah
dilaksanakan dari tanggal 07 April 2015 sampai 11April 2015.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber bacaan bagi
mahasiswi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam
menerapkan ilmu dan sebagai acuan penelitian berikutnya
1.5.2 Bagi lahan praktek
Sebagai bahan masukkan dan bahan informasi untuk meningkatkan
upaya pencegahan dan penanganan pada kasus Bendunga ASI pada ibu
nifas di BPS. Neny Suzannawati, Amd. Keb Bandar Lampung
6
1.5.3 Bagimasyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang
penatalaksanaan pada ibu dengan bendungan ASI
1.5.4 Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang ibu nifas dengan Bendungan ASI dan sebagai bahan
perbandingan antara teori yang diperoleh dibangku kuliah dengan
dilahan praktek.
1.6 Metodologi dan Teknik Memperoleh Data
1.6.1 Metode Penulisan
Dalam penyusunan study kasus ini dilakukan dengan cara meneliti
suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal.
Unit tunggal disini dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk
yang terkena suatu masalah, misalnya keracunan, atau sekelompok
masyarakat di suatu daerah (Notoatmodjo, 2005;h. 139).
1.6.2 Teknik memperoleh data
1.6.2.1 Data primer
adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti secara
langsung dari sumber datanya. Untuk mendapatkan data
primer, peneliti harus mengumpulkan secara langsung.
a. Wawancara
Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana penelitian mendapatkan
7
keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang
sasaran penelitian (responden). (Natoatmodjo, 2012; h.
139).
b. PengkajianFisik
Adalah suatu pengkajian yang dapat dipandang sebagai
bagian tahap pengkajian pada proses keperawatan atau
tahap pengkajian atau pemeriksaan klinis dari sistem
pelayanan terintegrasi, yang prinsipnya menggunakan
cara–cara yang sama dengan pengkajian fisik kedokteran,
yaitu inspeksi, palpasi, dan auskultasi (Prihardjo, 2006;h.
13).
1.6.2.2 Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan
kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber
Biro Pusat Statistik (BPS), buku laporan, jurnal, dan lain-lain.
a. Studi Pustaka
Penulis mencari, mengumpulkan, dan mempelajari
referensi yang relevan berdasarkan kasus yang dibahas..
(Notoatmodjo, 2005; h. 63)
b. Studi Dokumentasi
Study dilkukan dengan mempelajari status klien
bersumber dari catatan dokter, bidan, dan sumber lain
8
yang menunjang seperti hasil pemeriksaan diagnostik..
(Notoatmodjo, 2005; h. 62)
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS
2.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlansung selama kira-kira 6 minggu
(Sulistyawati, 2009; h. 1).
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.
Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan
tidak hamil yang normal
(Rukiayah dkk, 2011; h. 2).
2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi
Dengan diberikan asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan
dukungan dalam upayanya untuk menyusuaikan peran barunya
sebagai ibu (pada kasus ibu dengan kelahiran anak pertama) dan
pendampingan keluaga dalam membuat bentuk dan pola baru
dengan anak kelahiran berikutnya. Jika ibu dapat melewati masa
ini dengan baik maka kesejahteraan fisik dan psikologis ibupun
akan meningkat.
9
10
2. Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu.
Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan
munculnya permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat
terdeteksi sehingga penangananpun dapat lebih maksimal.
3. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli jika perlu.
Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan
kesehatan pada ibu nifas yang memerlukan rujukan, namun tidak
semua keputusan yang diambil tepat, misalnya mereka lebih
memilih untuk tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
karena pertimbangan tertentu. Jika bidan senantiasa mendampingi
pasien dan keluarga maka keputusan tepat dapat diambil sesuai
dengan kondisi pasien sehingga kejadian mortalitas dapat dicegah.
4. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan
ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga
dan budaya yang khusus. Pada saat memberikan asuhan nifas,
keterampilan seseorang bidan sangat dituntut dalam memberikan
pendidikan kesehatan terhadap ibu dan keluarga. Keterampilan
yang harus dikuasai oleh bidan, antara lain berupa materi
pendidikan yang sesuai dengan kondisi pasien, teknik
penyampaian, media yang digunakan, dan pendekatan psikologis
yang efektif sesuai dengan budaya setempat. Hal tersebut sangat
penting untuk diperhatikan karena banyak pihak yang
beranggapan bahwa jika bayi telah lahir dengan selamat, serta
secara fisik ibu dan bayi tidak ada masalah maka tidak perlu lagi
11
dilakuakn pendampingan bagi ibu. Padahal bagi para ibu(terutama
ibu baru), beradaptasi dengan peran barunya sangatlah berat dan
membutuhkan suatu kondisi mental yang maksimal.
5. Imunisasi ibu terhadap tetanus.
Dengan pemberian asuhan maksimal pada ibu nifas, kejadian
tetanus dapat dihindari, meskipun untuk saat ini angka kejadian
tetanus sudah banyak mengalami penurunan.
6. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian
makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang
baik antara ibu dan anak.
Saat bidan memberikan asuhan pada masa nifas, materi dan
pemantauan yang diberikaan tidak hanya sebatas pada lingkup
permasalah ibu, tapi bersifat menyeluruh terhadap ibu dan anak.
Kesempatan untuk berkonsultasi tentang kesehatan, termasuk
kesehatan anak dan keluarga akan sangat terbuka. Bidan akan
mengkaji pengetahuan ibu dan keluarga mengenai upaya mereka
dalam rangka peningkatan kesehatan keluarga. Upaya
pengembangan pola hubungan psikologis yang baik antara ibu,
anak, dan keluarga juga dapat ditingkatkan melalui pelaksanaan
asuhan ini.
12
2.1.3 Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini,
puerpurium intermadial,dan remote puerperium. Dengan penjelasan
sebagai berikut:
1. Puerperium dini
Pueperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini
ibu tetap diperbolehkan berdiri dan berjalan- jalan. Dalam agam
islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh
alat- alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
3. Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
dapat berlansung selama berminggu-minggu, berbulan-bulan,
bahkan bertahun-tahun.
13
2.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Table 2.1. Program Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam
setelah
persalinan
Pencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan;rujuk jika perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai bagaimana cara
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
Pemberian ASI awal
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah
hypotermi
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir selama 2 jam
pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan
bayinya dalam keadaan stabil.
2 6 hari
setelah
persalinan
Memastikan involusi uterus berjalan normal:uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
Menilai adanya tanda-tanda demam,infeks, atau
perdarahan abnormal.
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan, dan istirahat.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
mmperlihatkan tanda tanda penyulit.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan
merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu
setelah
prsalinan
Sama seperti diatas
4 6 minggu
setelah
persalinan
Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan
yang ia atau bayinya alami.
Memberikan konseling Kb secara dini
(Sulistyawati, 2009; h. 6)
14
2.1.5 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
2.1.5.1 Perubahan sisitem reproduksi
1. Uterus
a. Pengerutan rahim (involusi)
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada
kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini,
lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta
akan menjadi neurotic(layu/ mati). Perubahan ini dapat
diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk
meraba TFU-nya.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi didalam otot uteri. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula
dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan.
Sitoplasma sel yang berlebihan akan tercerna
sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastis
dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
2) Atrofi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen
dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi
15
sebagai reaksi terhadap penghentian produksi
estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain
perubahan atrofi pada otot – otot uterus, lapisan
desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan
meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi
menjadi endometrium yang baru.
3) Efek oksitosin (kontraksi)
Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar
hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi
uterus, mengompresi pembuluh darah dan
membantu proses hemostatis. Kontraksi dan
retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah
ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi
suplai darah keuterus.
(Sulistyawati, 2009; h. 71-75)
Tabel 2.2 Involusi Uterus
Involusi Tinggi Fundus
Uteri
Berat
Uterus (gr)
Keadaan Serviks
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah
pusat
750 Lembek
Satu minggu Pertengahan pusat
dan simpisis
500 Beberapa hari setelah
postpartum dapat
dilalui 2 jari.
Akhir minggu pertama
dapat dimasuki 1 jari.
Dua minggu Tak teraba diatas
simpisis
350
Enam minggu Bertambah kecil 50-60
Delapan
minggu
Sebesar normal 30
(Dewi dkk, 2011; h. 57)
Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan
memeriksa fundus uteri dengan cara:
16
a) Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2
cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1
cm diatas pusat dan menurun kira- kira 1 cm
setiap hari.
b) Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus
uteri 1 cm dibawah pusat. Pada hari ketiga
sampai hari keempat tinggi fundus uteri 2 cm
dibawah pusat. Pada hari kelima sampai hari
ketujuh tinggi fundus uteri pertengahan antara
pusat dan simpisis. Pada hari kesepuluh tinggi
fundus uteri tidak teraba
(Ambarwati dkk, 2010; h. 77)
2. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam
yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau
yang amis, meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda-beda pada setiap wanita.
Berikut Ini Adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada
wanita pada masa nifas yaitu :
a) Lochea rubra (cruenta)
Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ke
empat post partum. Cairan yang keluar berwarna merah
17
karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan
mekonium
b) Lochea sanguilenta
Berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta
berlansung, dari hari keempat dan hari ketujuh post
partum.
c) Lochea serosa
Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan
versi yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini
berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian
menjadi kuning. Cairan tidah berdarah lagi pada hari
ke-7 sampai hari ke-14 pascapersalinan.
d) Lochea alba
Lokia ini mengandung leukosit sel, desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.
Lokia alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu
post partum.
e) Lochea Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau
busuk
f) Lochiostatis
lochea yang tidak lancar keluarnya.
(Sulistyawati, 2009; h. 77)
18
3. Perubahan di serviks dan Segmen Bawah Uterus
Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang
sangat menipis berkontraksi dan bertraksi tetapi tidak
sekuat korpus uteri. Segera setelah melahirkan, serviks
menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti
corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga perbatasan
antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin
4. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua
organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu,
vulva dan vagina kembali keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina
(Rukiyah dkk, 2011; h. 61)
5. Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur
karena sebelumnya terenggang oleh tekanan bayi yang
bergerak maju. Pada post natal hari kelima, perineum
19
sudah mendapatkan kembali sebagian tonus-nya, sekalipun
tetap kendur daripada keadaan sebelum hamil
(Sulistyawati, 2009; h. 78-79)
Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Biasanya
setelah melahirkan, perineum menjadi agak bengkak /
edema dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau
episiotomi, yaitu sayatan untuk memperluas pengeluaran
bayi
(Maryuyani, 2009; h. 15 )
2.1.5.2 Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan
hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat
pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu
persalinan,kurangnya asupan cairan dan makanan, serta
kurangnya aktifitas tubuh Supaya buang air besar kembali
normal, dapat diatasi diet tinggi serat, peningkatan asupan
cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3
hari dapat diberikan obat laksansia.Selain konstipasi, ibu juga
mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar
pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta
penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu
makan.
20
2.1.5.3 Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan
penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan
edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami
kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis
selama persalinan berlansung.Urine dalam jumlah besar akan
dihasilkan dalam 12-36 jam /postpartum. Kadar hormon
estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan
yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “dieresis”. Ureter
yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.
2.1.5.4 Perubahan Sistem Muskulos keletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada
waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus
jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen
rotundum menjadi kendor.
(Sulistyawati, 2009; h. 79)
2.1.5.5 Perubahan Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan
pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang
berperan dalam proses tersebut.
1. Oksitosin Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian
belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon
21
oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI
dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus
kembali ke bentuk normal.
2. Prolaktin Menurunnya kadar estrogen menimbulkan
terangsangnya kelenjar pituitary bagian belakang untuk
mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.
3. Estrogen dan Progesteron Selama hamil volume darah
normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh
belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen
yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang
meningkatkan volume darah. Di samping itu, progesteron
memengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan
dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat
memengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena,
dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina.
(Saleha, 2009; h. 60).
2.1.5.6 Perubahan Tanda-Tanda Vital
1. Suhu
Badan Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari
37,2derajat Celsius. sesudah partus dapat naik kurang dari
0,5 derajat Celsius dari keadaan normal, namun tidak akan
22
melebihi 8 derajat Celsius. Sesudah dua jam pertama
melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal.
Bila suhu ibu lebih dari 38 derajat Celsius, mungkin terjadi
infeksi pada klien.
2. Nadi dan pernafasan
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit
setelah partus, dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada
perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada
penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil
dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan
akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali
seperti keadaan semula.
3. Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak
terdapat penyakit – penyakit lain yang menyertai dalam ½
bulan tanpa pengobatan.
(Saleha, 2009; h. 61).
2.1.5.7 Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil.
Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal
pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami
penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun
23
kadarnya masih tetap lebih tinggi dari pada normal. Plasma
darah tidak begitu mengandung cairan dengan demikian daya
koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan
penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
2.1.5.8 Perubahan Sistem Hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan
volume plasma dari pada sel darah, penurunan plasma
ditambah peningkatan sel darah pada waktu kehamilan
diasosikan dengan peningkatan hematokrit dan haemoglobin
pada hari ketiga sampai tujuh hari setelah persalinan.
(Rukiyah dkk, 2011; h. 71)
2.1.5.9 Perubahan Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi
secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme
fisiologi, yaitu produksi susu dan sekresi susu atau let
down..Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara
tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan
makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika
hormon yang dihasilkan plasenta lalu mengeluarkan hormon
prolaktin. Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek
prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah
payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa
hangat, bengkak, dan sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan
ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap putting,
24
refleks saraf meransang untuk mengsekresi hormon oksitosin.
Oksitosin merangsang reflek let down (mengalirkan), sehingga
menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke
duktus yang terdapat pada putting. Ketika ASI dialirkan karena
isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang
untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat
berlanjut sampai waktu yang cukup lama.
(Saleha, 2009; h. 58)
2.1.6 Adaptasi Psikologi Pada Masa Nifas
2.1.6.1 Taking in period
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan. Ibu masih pasif dan
sangat bergantung pada orang lain, focus terhadap tubuhnya,
ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan
yang di alami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan
meningkat.
2.1.6.2 Taking hold period
Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi
pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab
sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu
menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan
dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang di alami
ibu.
25
2.1.6.3 Letting go period
Dialami setelah tiba ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai
secara penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang
ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat
bergantung pada dirinya.
2.1.7 Kebutuhan dasar ibu masa nifas
2.1.7.1 Nutrisi
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat
perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang
baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan
sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang
diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup
kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung
cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan
akan gizi sebagai berikut.
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral, dan vitamin
yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
26
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah
zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca
persalinan.
e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar
dapat memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASI.
(Saleha, 2009; h. 71-72).
2.1.7.2 Ambulasi Dini
Ambulasi dini (early ambulation) ialah
kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan
membimbing ibu postpartum bangun dari tempat
tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin
untuk berjalan. Ibu postpartum sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24
- 48 jam postpartum.
Keuntungan early ambulation adalah sebagai
berikut :
a. Ibu merasa lebih sehat, dan lebih kuat
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik
c. Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari
ibu untuk merawat anaknya selama ibu masih
dalam perawatan
d. Early ambulation tidak mempunyai pengaruh
yang buruk,
27
tidak menyebabkan perdarahan yang
abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan
luka episiotomi atau luka diperut, serta tidak
memperbesar kemungkinan prolapsus.
(Saleha, 2009; h.72).
2.1.7.3 Eliminasi
a. Buang Air Kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6
jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum
belum dapat berkemih atau sekali berkemih
belum melebihi 100 cc, maka dilakukan
kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata
kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu
8 jam untuk kateterisasi.
(Saleha, 2009; h. 73).
b. Buang Air Besar
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air
besar (defekasi) setelah hari kedua
postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB,
maka perlu diberi obat pencahar per oral atau
per rektal. Jika setelah pemberian obat
pencahar masih belum bisa BAB, maka
dilakukan klisma (huknah).
(Saleha, 2009; h.73)
28
2.1.7.4 Kebersihan Diri (Personal Hygiene)
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan
terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri
sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur,
dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.
Langkah – langkah yang dapat dilakukan untuk
menjaga kebersihan diri ibu postpartum adalah
sebagai berikut :
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama
perineum.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan
daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan
bahwa ibu mengerti untuk membersihkan
daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari
depan kebelakang, kemudian Bersihkan daerah
sekitar anus.
c. Anjurkan ibu untuk membersihkan vulva
setiap setelah BAK dan BAB.
d. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun
dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya
e. Sarankan ibu mengganti pembalut minimal 2
kali sehari.
29
f. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau
laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
(Saleha, 2009; h. 73 – 74).
2.1.5.5 Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup,
istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8
jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam
memenuhi kebutuhan istirahatnya antara lain:
a. Anjurkan ibu untuk cukup istirahat.
b. Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan
rumah tangga secara perlahan.
c. Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur.
Kurang istirahat dapat menyebabkan:
a. Jumlah ASI berkurang.
b. Memperlambat proses involusi uteri.
c. Menyebabkan defresi dan ketidakmampuan
dalam merawat bayi.
(Yanti damai dkk, 2011; h. 84).
30
2.1.5.6 Seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu
masa nifas harus memenuhi syarat berikut ini.
a. Secara fisik aman untuk melakukan hubungan
suami istri bagitu darah merah berhenti dan
ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya
ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu
aman untuk memulai melakukan hubungan
suami istri kapan saja ibu siap.
b. Banyak budaya dan agama yang melarang
untuk melakukan hubungan seksual sampai
masa waktu tertentu misalnya setalah 40 hari
atau 6 minggu setelah kelahiran. Keputusan
bergantung pada pasangan yang bersangkutan
(Saleha, 2009; h. 75).
2.1.5.7 Keluarga Berencana
Program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah
nifas selesai atau 40 hari (6 minggu), dengan
tujuan menjaga kesehatan ibu. Pada saat
melakukan hubungan seksual sebaiknya
perhatikan waktu, penggunaan kontrasepsi,
dispareuni, kenikmatan, dan kepuasan pasangan
suami istri
(Yanti damai dkk, 2011; h. 86).
31
2.1.5.8 Senam Nifas
Organ-organ tubuhwanita akan kembali seperti
semula sekitar 6 minggu. Oleh karena itu, ibu
akan berusaha memulihkan dan mengencangkan
bentuk tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara latihan senam nifas. Senam nifas
adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama
melahirkan sampai dengan hari ke sepuluh.
Beberapa faktor yang menentukan kesiapan ibu
untuk memulai senam nifas antara lain:
a. Tingkat kebugaran ibu.
b. Riwayat persalinan.
c. Kemudahan bayi dalam pemberian asuhan.
d. Kesulitan adaptasi post partum.
Tujuan Senam Nifas adalah sebagai berikut:
a. Membantu mempercepat pemulihan kondisi
ibu.
b. Mempercepat proses involusi uteri.
c. Membantu memulihkan dan mengencangkan
otot panggul, perut, dan perineum.
d. Memperlancar pengeluaran lochea.
e. Membantu mengurangi rasa sakit.
f. Merelaksasikan otot-otot yang menunjang
proses kehamilan dan persalinan.
32
g. Mengurangi kelainan dan komplikasi masa
nifas.
(Yanti damai dkk, 2011; h. 86).
2.1.8 Laktasi dan Menyusui
2.1.8.1 Anatomi Payudara
Payudara yang matang adalah salah satu tanda pertumbuhan
sekunder dari seorang perempuan dan salah satu organ yang
indah dan menarik. Lebih dari itu, untuk mempertahankan
kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi
sumber utama kehidupan, karena Air Susu Ibu (ASI) adalah
makanan bayi yang paling penting. Payudara adalah
kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada.
Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk
nutrisi bayi. Manusia yang mempunyai sepasang kelenjar
payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil
600 gram, dan saat menyusui 800 gram.
Gambar. 2.1 Anatomi Payudara
33
1. Letak
setiap payudara terletak pada sternum yang meluas
setinggi kosta kedua dan keenam. Payudara ini terletak
pada fascia superficialis dinding rongga dada yang
disangga oleh ligamentum sospensorium
2. Bentuk
bentuk masing-masing payudara berbentuk tonjolan
setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan
yang meluas keketiak atau aksila
3. Ukuran
ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga
tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak
jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar
dari pada yang lain.
a. Struktur Makroskopis
Struktur makroskopis payudara adalah sebagai berikut
1) Cauda Aksilaris
Adalah jaringan payudara yang meluas ke arah
aksila.
2) Areola
Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang
longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada
masing-masing payudara memiliki garis tengah
kira-kira 2.5 cm. Letaknya mengelilingi puting susu
dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh
penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya.
3) Papila Mamae
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi ber
adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka
letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat
lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari
duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf,
pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat
serat otot polos yang tersusun secara sirkuler
sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan
memadat dan menyebabkan puting susu ereksi,
sedangkan otot-otot yang Longitudinal akan
menarik kembali puting susu tersebut.
Bentuk puting ada 4 macam yaitu bentuk yang
normal, pendek/datar, panjang dan terbenam.
(Dewi dkk, 2011; h. 7
Gambar. 2.2 Jenis-jenis Puting Susu
34
dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh
penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya.
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung
adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka
letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat
lubang kecil yang merupakan muara dari
ujung serat saraf,
pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-
s yang tersusun secara sirkuler
sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan
memadat dan menyebabkan puting susu ereksi,
otot yang Longitudinal akan
Bentuk puting ada 4 macam yaitu bentuk yang
al, pendek/datar, panjang dan terbenam.
(Dewi dkk, 2011; h. 7-9
35
b. Struktur Mikroskopis
1) Alveoli
Alveolus merupakan tempat air susu diproduksi.
2) Ductus lactifer
Saluran sentral yang merupakan muara beberapa
tubulus lactiferus.
3) Ampulla
Bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang
merupakan tempat menyimpan air susu. Letaknya
di bawah areola.
4) Lanjutan setiap duktus laktiferus meluas dari
ampula sampai muara papilla mammae.
(Dewi dkk, 2011; h. 9)
2.1.9 Manfaat pemberian ASI
2.1.9.1 Bagi bayi
1. Komposisi sesuai kebutuhan
2. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6
bulan
3. ASI mengandung zat pelindung
4. Perkembangan psikomotorik lebih cepat
5. Menunjang perkembangan kognitif
6. Menunjang perkembangan penglihatan
7. Memperkuat ikatan batin ibu dan anak
36
8. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat dasar untuk
perkembangan kepribadian dan percaya diri
2.1.9.2 Bagi ibu
1. Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat
kembalinya rahim kebentuk semula
2. Mencegah anemia defisiensi besi
3. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil
4. Menunda kesuburan
5. Menimbulkan perasaan dibutuhkan
6. Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium
2.1.9.3 Manfaat bagi keluarga
1. Mudah dalam proses pemberiannya
2. Mengurangi biaya rumah tangga
3. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat
menghemat biaya untuk berobat
2.1.9.4 Manfaat bagi Negara
Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat
obatan
1. Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan
perlengkapan menyusui
2. Mengurangi populasi
3. Mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas
(Saleha, 2009; h. 31-33)
37
2.1.10 Komposisi ASI
Asi adalah makanan terbaik untuk bayi. kandungan gizi dan ASI
sangat khusu dan sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh
kembang bayi.
Berikut ini beberapa Komposisi gizi dalam ASI yaitu:
1. Protein
Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio protein
whey : kasein = 60 : 40, dibanding dengan susu sapi yang rasionya
20 : 80. ASI mengandung alfa – laktabumin, sedangkan air susu
sapi mengandung beta – laktoglobulin dan bovine serum albumin.
ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi. Kadar
metiolin dalam ASI lebih rendah dari pada susu sapi, sedangakan
sisten lebih tinggi. Kadar tirosin dan fenalanin pada asi rendah.
Kadar poliamin dan nukleotid yang untuk sintesis protein pada asi
lebih tinggi dibandingkan air susu sapi.
2. Karbohidrat
ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari air susu sapi (6,5 – 7
gram). Karbohidrat yang pertama adalah laktosa
3. Lemak
Bentuk emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh dalam ASI
7-8 kali lebih besar dari air susu sapi. Asam lemak rantai panjang
berperan dalam perkembangan otak. Kolesterol yang diperlukan
untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan diperkirakan juga
berfungsi dalam perkembangan pembentukan enzim.
38
4. Mineral
ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi
adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet ibu.
Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama kalsium, kalium,
dan natrium dari asam klorida dan fosfat. ASI memiliki kalsium,
fosfor, sodium potasium, dalam tingkat yang lebih rendah
dibandingkan dengan susu sapi. Bayi yang diberikan ASI tidak
akan menerima pemasukan suatu muatan garam yang berlebihan
sehingga tidak memrlukan air tambahan dibawah kondisi – kondisi
umum.
5. Air
Kira – kira 88 % ASI terdiri atas air yang berguna melarutkan zat –
zat yang terdapat didalamnya sekaligus juga dapat meredakan
rangsangan haus dari bayi.
6. Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D, C
cukup. Sementara itu golongan vitamin B kecuali ribofin dan asam
penthothenik lebih kurang.
a) Vitamin A
Air susu manusia yang sudah masak (dewasa mengandung 280
IU) vitamin A dan kolostrum mengandung sejumlah dua kali itu.
Susu sapi hanya mengandung 18 IU
b) Vitamin D
Vitamin D larut dalam air dan lemak, terdalam air susu manusia
39
c) Vitamin E
Kolostrum manusia kaya vitamin E, fungsinya adalah untuk
mencegah hemolitik anemia, akan tetapi juga membantu
melindungi paru – paru dan retina dari akibat oxide
d) Vitamin K
Diperlukan untuk sintesis faktor – faktor pembekuan darah, bayi
yang mendapatkan ASI mendapatkan vitamin K lebih banyak
e) Vitamin B komplek
Semua vitamin B ada pada tingkat yang diyakinkan memberikan
kebutuhan harian yang diperlukan
f) Vitamin C
Vitamin C sangat penting dalam sintesis kolagen, ASI
mengandung 43 mg/100 ml vitamin C dibanding dengan susu
sapi.
2.1.11 Stadium ASI
ASI dibandingkan dalam 3 stadium yaitu sebagai berikut :
1) Kolostrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah
kolostrum yang mengandung campuran kaya akan protein,
mineral, antibodi daripada ASI yang telah matang. ASI dimulai
ada kira – kira pada hari ke 3 atau hari ke 4. Kolostrum berulah
menjadi ASI yang matang kira – kira 15 hari sesudah bayi lahir.
Kolostrum merupakan cairan dengan viskosis kental, lengket,
dan berwarna kekuningan.
40
2) ASI transisi
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Selama 2
minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna,
serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun,
sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
3) ASI matur
ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. ASI matur
tanpa warna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak
mengumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama
kali atau lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih
encer, serta mempunyai kandungan lemak rendah, tinggi
laktosa, gula, protein, mineral, dan air.
2.1.12 Masalah Dalam pemberian ASI
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena
timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada
bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan
menyusui sering diangap masalah pada anak saja. Dan hal ini akan
menjadi masalah menyusui pada masa nifas dini yaitu sebagai
berikut:
1. Puting Susu Lecet
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui.
Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah.
beberapa penyebab puting susu lecet adalah :
41
a. Teknik menyusui yang tidak benar
b. Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat
iritan lain saat ibu membersihkan puting susu
c. Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu
d. Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue)
e. Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi puting susu lecet
adalah:
a. Cari penyebab putting lecet
b. Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap
dikeluarkan dengan tangan,dan tidak di anjurkan
menggunakan pompa karena nyeri atau bayi disusukan lebih
dulu pada putting susu yang normal atau lecetnya sedikit.
c. Olesi puting dengan ASI akhir (hind milk), tidak
menggunakan sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain
saat membersihkan payudara.
d. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam)
e. Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara
waktu 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam
waaktu 2x24 jam.
f. Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk
mengunakan sabun.
42
g. Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai kalang
payudara dan susukan secara bergantian di antara kedua
payudara.
h. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan
biarkan kering
i. Pergunakan bra yang menyangga.
j. Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa
sakit
k. Jika penyebab monilia, diberi pengobatan dengan tablet
Nystatin.
(Dewi dkk, 2011; h. 39-40)
2. Puting melesak (masuk ke dalam)
Jika puting susu melesak diketahui sejak hamil, hendaknya puting
susu ditari-tarik dengan menggunakan minyak kelapa setiap
mandi 2-3 kali sehari. Jika puting susu melesak diketahui setelah
melahirkan, dapat dibantu dengan tudung puting (nipple hoot).
(Dewi dkk, 2011; h. 40)
3. Payudara Bengkak
Bedakan antara payudara penuh karena berisi ASI dengan
payudara bengkak. Pada payudara penuh terasa berat pada
payudara, panas, dank eras, bila diperiksa ASI keluar dan tidak
demam. Pada payudara bengkak; payudara udem, sakit, putting
kencang, kulit mengkilap walau tidak merah, dan bila
43
diperiksa/dihisap ASI tidak keluar, badan bias demam setelah 24
jam.
Penyebab payudara bengkak :
Menyusui yang tidak kontinu sehingga sisa ASI terkumpul pada
daerah duktus. Hal ini terjadi karena antara lain produksi ASI
meningkat, terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang baik,
mungkin kurang sering ASI dikeluarkan, dan mungkin juga ada
pembatasan waktu menyusui. Hal ini dapat terjadipada hari ke 3
setelah melahirkan. Selain itu penggunaan bra yang ketat serta
keadaan putting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan
sumbatan pada duktus.
Cara mengatasinya hal di atas adalah :
b. Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan
perlekatan yang benar
c. Menyusui bayi tanpa jadwal (nir-jadwal dan on demand)
d. Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi
kebutuhan bayi
e. Jangan memberikan minuman lain pada bayi
f. Lakukan perawatan payudara pasca-persalinan
(Dewi dkk, 2011; h. 40)
4. Bendungan Asi
Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada
payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga
menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
44
suhu badan. Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya
penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat
terjadi pula bila ibu memiliki kelainan puting susu( misalnya
puting susu datar, terbenam dan cekung).
Sesudah bayi dan plasenta lahir, kadar estrogen dan progestron
turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang
menghalangi keluarnya prolaktin waktu hamil, dan sangat
dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi
sekresi prolaktin oleh hypopisis. Hormon ini menyebabkan
alveolus- alveolus kelenjar mamae terisi dengan air susu, tetapi
untuk mangeluarkannya dibutuhkan reflex yang menyebabkan
kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan
duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Pada permulaan nifas
apabila bayi belum mampu menyusun dengan baik, atau
kemudian apabila terjadi kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan
dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu.
(Rukiyah dkk, 2010; h. 345)
Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun
dipayudara sudah terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk
bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan antibiotik pembunuh
kuman.
(Saleha, 2009; h. 11).
45
- Faktor-faktor penyebab Bendungan ASI
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (dalam masa
laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang
produksi ASI-nya berlebihan, apabila bayi sudah kenyang
dan selesai menyusu, dan payudara tidak dikosongkan,
maka masih terdapat sisa ASI didalam payudara. Sisa ASI
tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan
bendungan ASI).
2. Faktor hisap bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila
ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika
bayi tidak aktif menghisap, maka akan menimbulkan
bendungan ASI).
3. Faktor menyusui bayi yang tidak benar ( teknik yang salah
dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu.
Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi
bendungan ASI).
4. Puting susu terbenam ( putting susu terbenam akan
menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat
menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan
akibatnya terjadi bendungan ASI).
5. Puting susu terlalu panjang (putting susu yang panjang
menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena
bayi tidak dapat menghisap areola dan meransang sinus
46
laktiferus untuk megeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan
dan menimbulkan bendungan ASI).
(Rukiyah dkk, 2010; h. 346)
- Tanda dan gejala bendungan ASI
Tanda dan gejala bendungan ASI antara lain dengan
ditandainya dengan: mamae panas serta keras pada perabaan
dan nyeri, putting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit
menyusui, pengeluaran susu kadang terhalang oleh duktus
laktiferi yang menyempit, payudara bengkak, keras, panas,
Nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan,suhu tubuh mencapai
380
c.
(Rukiyah dkk, 2010; h. 346)
- Pencegahan bendungan ASI
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah:
1) Menyusui dini
2) Susui bayi sesegera mungkin setelah dilahirkan
3) Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand
4) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa
5) Bila produksi melebihi kebutuhan bayi
6) Perawatan payudara pasca persalinan
(Rukiyah dkk, 2010; h. 347)
47
- Pananganan Bendungan ASI
Salah satu cara yang dapat kita lakukan dalam pananganan
bendungan ASI adalah dengan melakukan tindakan perawatan
payudara. Alat-alat yang diperlukan melakukan tindakan
perawatan payudara adalah kapas dalam kom kecil
1) 2 buah waskom yang berisi air hangat dan air dingin
2) baby oil
3) waslap 2 buah
4) handuk besar 2 buah
5) bengkok 1 buah
6) dan baju ganti set.
Langkah-langkah tindakan perawatan payudara adalah
1) Bantu ibu untuk membuka pakaian bagian atas dan dalam
secara sopan.
2) Berikan kompres kapas yang berisikan baby oil pada putting
susu selama dua menit.
3) Bersihkan putting susu pada kotoran.
4) Kemudian oleskan baby oil pada kedua tangan pemeriksa.
5) Kompres payudara kanan dan kiri dengan kompres hangat
dan kompres dingin secara bergantian sebanyak 5 langkah
diakhiri dengan kompres hangat (kompres hangat selama 2
menit, kompres air dingin selama 1 menit).
6) Keringkan payudara dengan handuk.
7) Bantu ibu mengenakan pakaian dan bereskan alat- alat.
48
8) Cuci tangan.
Lakukan teknik menyusui, dengan langkah- langkah sebagai
berikut:
1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada putting susu dan areola disekitarnya. Cara
ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga
kelembaban putting susu.
2) Bayi diletakan menghadap perut ibu/ payudara
3) Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih
baik menggunakan kursi yang rendah (kaki tidak
menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran
kursi.
4) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan,
kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak
boleh mengenadah) dan bokong bayi ditahan dengan
telapak tangan ibu.
5) Satu tangan bayi diletakan dibelakang badan ibu, dan yang
satu didepan
6) Perut bayi menempel perut ibu, kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
7) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
49
Catatan : ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lain
menopang dibawah, jangan menekan putting susu atau
areola saja.
2) Bayi diberi ransangan untuk membuka mulut (rooting
reflek) dengan cara:
a) Menyentuh pipi dengan putting susu
b) Menyentuh sisi mulut bayi
3) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan putting susu serta areola
dimasukan kemulut bayi.
4) Usahakan sebagian areola dapat masukan kedalam mulut
bayi sehingga putting susu ibu berada dibawah langit- langit
dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat
penampung ASI yang terletak dibawah areola.
5) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang
atau disanggah lagi.
6) Untuk mengetahui bayi telah menyusui dengan teknik yang
benar dan tepat. Dapat dilihat :
a) Bayi tampak tenang
(1) Badan bayi menempel dengan perut ibu
(2) Mulut bayi membuka dengan lebar
(3) Sebagain areola masuk kedalam mulut bayi
50
(4) Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama
perlahan
(5) Putting susu ibu tidak terasa nyeri
(6) Telinga dan lengan sejajar terletak pada garis lurus
(7) Kepala tidak menengadah
b) Melepaskan isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong,
sebaiknya ganti payudara yang lain. Cara melepaskan
isapan bayi :
(1) Jari kelingking ibu dimasukan kemulut bayi melalui
sudut mulut.
(2) Dagu bayi ditekan kebawah
(3) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan pada putting susu dan areola
sekitar. Biarkan kering dengan sendirinya.
(Daftar tilik kebidanan, AKBID ADILA)
(4) Bagi ibu menyusui, dan bayi tidak menetek,
bantulah memerah air susu dengan tangan dan
pompa, jika ibu menyusui dan bayi mampu menetek,
bantu ibu meneteki lebih sering pada kedua
payudara tiap kali meneteki, berikan penyuluhan
cara meneteki yang baik. Mengurangi sebelum
menetek: berikan kompres hangat pada dada
sebelum meneteki atau mandi air hangat, pijat
51
punggung dan leher, memeras susu secara manual
sebelum meneteki dan basahi putting susu agar bayi
mudah menetek. Mengurangi nyeri setelah
meneteki: gunakan bebet atau kutang, kompres
dingin pada dada untuk mengurangi bengkak, terapi
paresetamol 500 mg per oral.
(5) Bagi ibu tidak menyusui, berikan bebet atau kutang
ketat, kompres dingin pada dada untuk mengurangi
bengkak dan nyeri, hindari pijat dan kompres
hangat, berikan paresetamol 500 mg per oral,
evaluasi 3 hari.
(Rukiyah dkk, 2010; h. 347-348)
5. Mastitis Atau Abses Payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi
merah, bengkak kadang kala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu
tubuh meningkat. Didalam terasa ada masa padat (lump), dan
diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa
nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan
saluran susu yang berlanjut. Tindakan yang dapat dilakukan :
a. Kompres hangat/panas dan pemijatan.
b. Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit
yaitu stimulasi putting susu, pijat leher punggung, dll.
52
c. Pemberian antibiotik : Flucloxacilin atau erythromycin selama
7-10 hari.
d. Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk
penghilang rasa nyeri.
e. Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin
perlu tindakan bedah.
(Ambarwati dkk, 2010; h. 49-50)
6. Kelainan anatomi pada putting
Pada ibu yang mengalami kelainan pada putting bila sudah di
ketahui selama hamil harus dilakukan masase dengan tehnik
hofman secara teratur jika sampai melahirkan putting masih
mengalami intervensi setelah bayi lahir lakukan hal berikut
a. Jika hanya satu putting yang mengalami intervensi susui bayi
pada putting yang normal agar kebutuhan nutrisi bayi
terpenuhi, sehingga bayi mau mencoba menyusu pada putting
yang mengalami intervensi
b. Kompres dingin pada putting yang sakit sebelum menyusu
akan menambah protaktilitas putting
c. Lakukan tehnik Hoffman
7. Bayi enggan menyusu
Bayi yang enggan menyusu harus mendapatkan perhatian khusus
karna kadang-kadang merupakan gejala dari penyakit yang
membahayakan jiwa bayi. Misalnya pada bayi neonaturum,
53
meningitis, hiperbilirubinemia dan sebagainya. Penyebab lain dari
bayi enggan menyusu adalah :
a. Bayi pilek sehinggasaat menyusui bayi sulit bernafas
b. Bayi sariawan/moniliasis sehingga nyeri pada saat menghisap
c. Bayi tidak dirawat gabung sehingga bayi sudah mendapat susu
botol
d. Bayi di tinggal lama karna ibunya mengalami komplikasi
e. Bayi bingung putting
f. Bayi dengan lidah pendek (freenulum linguae)
g. Teknik menyusui yang salah
h. Asi yang kurang lancar
i. Pemberian makan tambahan
8. Kegagalan menyusui
Beberapa ibu merasa bahwa ia tidak cukup memiliki ASI, padahal
tidak ada masalah sama sekali pada ASI nya.
Tanda bayi cukup ASI
a. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal
mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minngu pertama
b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna
menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir
c. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali perhari
d. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi mendengarkan ASI
e. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah
habis
54
f. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal
g. Pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) bayi
sesuai dengan grafik pertumbuhan
h. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motorik sesuai
dengan rentang usianya)
i. Bayi kelihatan puas, sewaktu waktu saat lapar akan bangun
dan tidur dengan cukup
j. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian melemah dan
tertidur puas.
(Dewi dkk, 2011; h. 24)
9. Langkah-langkah menyusui yang benar
a. Duduk dengan posisi santai dan tegak
b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya
c. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan
pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada
lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi
ditahan dengan telapak tangan ibu
d. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang
satu didepan
e. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara
f. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
g. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
55
h. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan
ibu jari menekan payudara bagian atas areola
i. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek)
dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau
menyentuh sisi mulut bayi
j. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta areola
dimasukkan ke mulut bayi
k. Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong,
sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang lain. Cara
melepas isapan bayi :
1) Jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui sudut
mulut
2) Dagu bayi ditekan kebawah
l. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan
kering dengan sendirinya.
(Ambarwati, 2010; h. 38-40)
m.Mengajarkan kepada ibu tentang cara menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari
lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh) setelah menyusui.
56
Cara menyendawakan bayi :
a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan
b. Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu,
lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa.
(Ambarwati dkk, 2010; h. 40)
2.2 TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
2.2.1 Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen asuhan
kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara
sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar
menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi
asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan,
dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus terhadap klien.
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery,
edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan
kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara
sistematis dan siklik
(Soepardan, 2008; h. 96).
57
Varney menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah yang
ditemukan oleh perawat dan bidan pada tahun 1970-an. Proses ini
memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan
tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi
klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses manajemen kebidanan ini
terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan setiap langkah
disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dari pengumpulan data
dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke-tujuh langkah tersebut
membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam
situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi
menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini bisa berubah sesuai
dengan kebutuhan klien
(Saminem, 2010; h. 39).
2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney
2.2.2.1 Pengumpulan data dasar (Pengkajian)
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien.
a) Data subjektif
1) Identitas pasien
a. Nama pasien dikaji agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan.
b. Umur pasien dikaji untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
58
matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan
umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas.
c. Agama pasien dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien
tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa.
d. Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan
sehari- hari.
e. Pendidikan pasien dikaji karena berpengarauh terhadap
tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikan.
f. Pekerjaan passien dikaji untuk mengetahui dan mengukur
tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut.
(Ambarwati, 2010; h. 131-132)
g. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan
(Ambarwati, 2010; h. 131)
2) Keluhan utama dikaji untuk mengetahui masalah yang
dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya
pasien merasa mulas, sakit pada jalan lahir karena adanya
jahitan pada perineum.
59
(Rukiyah, 2011;h. 141)
1) Riwayat obstetric
a) Riwayat haid
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari
organ reproduksinya
(1) Menarche
Usia pertama kali mengalami menstruasi. Untuk
wanita Indonesia pada usia sekitar 12- 16 tahun.
(2) Siklus
Jarak antara menstruasi yang di alami dengan
menstruasi berikutnya dalam hitungan hari,
biasanya sekitar 23-32 hari.
(3) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah
menstrusi yang di keluarkan.
(4) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang
di rasakan ketika mengalami menstruasi
misalnya sakit yang sangat pening sampai
pingsan,atau jumlah darah yang banyak.
(Sulistyawati dkk, 2009; h. 112)
60
(5) HPHT
Bidan ingin mengetahui tanggal hari pertama
dari menstruasi terakhir klien untuk
memperkirakan kapan kira-kira bayi akan lahir
(Walyani, 2015: h. 120)
(6) Tapsiran Persalinan
Gambaran riwayat menstruasi klien yang akurat
biasanya membantu penetapan tanggal perkiraan
kelahiran yang disebut tapsiran partus
(Walyani, 2015:h. 121)
(7) Gangguan kesehatan alat reproduksi
Ada beberapa penyakit organ reproduksi yang
berkaitan erat dengan personal hygiene pasien
atau kebiasaan lain yang tidak mendukung
kesehatan reproduksinya.
(Sulistyawati, 2009; h. 113)
2) Riwayat kesehatan
a) Sekarang
Data-data ini di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang di derita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas
dan bayinya.
61
b) Yang Lalu
Data yang di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut,
kronis seperti: Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang
dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
c) Keluarga
Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu bila
ada penyakit keluarga yang menyertainya.
(Ambarwati, 2010; h. 133)
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,
jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu.
(Ambarwati, 2010;h. 134)
d) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB
dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah
keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontrasepsi apa.
(Ambarwati. 2010 ;h. 134)
62
3) Pola kebutuhan Sehari-hari
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan
pantangan.
(Ambarwati, 2010; h. 136).
b) Eliminasi
Ibu diminta untuk miksi 6 jam pst partum. Jika
dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih
atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka
dilakukan kateterisasi, ibu post partum diharapkan
dapat defekasi setelah hari kedua post partum
( Saleha, 2009; h. 73)
c) Istirahat
Istirahat Ibu nifas memeerlukan istirahat yang
cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas
sekitar 8 jam pada malam hari dan satu jam pada
siang hari.
d) Personal Hygine
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia,
karena pada masa nifas masih mengeluarkan lokia.
63
e) Aktivitas sehari hari
Bidan perlu mengkaji aktivitas sehari-hari pasien
karena data ini memberikan gambaran tentang
seberapa berat aktifitas yang biasa dilakukan pasien
dirumah.
(Sulistyawati, 2009; h. 116)
f) Aktivitas seksual
Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu
masa nifas harus memenuhi syarat berikut ini.
1. Secara fisik aman untuk melakukan
hubungan suami istri bagitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu
atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai
melakukan hubungan suami istri kapan
saja ibu siap.
2. Banyak budaya dan agama yang melarang
untuk melakukan hubungan seksual
sampai masa waktu tertentu misalnya
setalah 40 hari atau 6 minggu setelah
kelahiran. Keputusan bergantung pada
pasangan yang bersangkutan.
(Saleha, 2009; h. 75).
64
g) Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan
emosi / psikologis selama masa nifas sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup
sering ibu menunjukan depresi ringan beberapa hari
setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut
sebagai post partum blues. Post partum blues
sebagian besar merupakan perwujudanfenomena
psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah
dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi
sering diakibatkan oleh sejumlah factor.
Penyebab yang paling menonjol adalah:
- Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa
puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita
selama kehamilan dan persalinan
- Rasa sakit masa nifas awal
- Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan
dan post partum
- Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat
bayinya setelah meninggalkan rumah sakit.
- Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi
suaminya.
65
Menjelaskan pengkajian psikologis:
- Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya
- Respon ibu terhadap bayinya
- Respon ibu terhadap dirinya
b) Data objektif
Untuk melengkapi data untuk menegakkan diagnosis. Bidan
melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan
inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan
penunjang yang di lakukan secara berurutan.
a. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai
berikut:
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan, hasil pengamatan
yang di laporkan kriterianya baik atau lemah.
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang ke sadaran
pasien,kita dapat melakukan pengkajian derajat
kesadaran pasien dari keadaan compos mentis sampai
dengan koma.
(Sulistyawati, 2009; h. 121)
3) Tanda-tanda vital
66
a) Tekanan darah
Pada beberapa kasus di temukan keadaan hipertensi
post partum, tetapi keadaan ini akan menghilang
dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-
penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan
pengobatan.
(Ambarwati, 2010; h. 139).
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik
antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg.
Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah
biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah
menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat
diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan
darah tinggi pada post partum merupakan tanda
terjadinya pre eklamsia post partum.
(Rukiyah dkk, 2011;h. 69)
b) Nadi
Berkisar antara 60- 80x/menit denyut nadi di atas
100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di
akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena
kehilangan darah yang berlebih.
c) Suhu
67
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam
pertama pada masa nifas pada umumnya di sebabkan
oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya
cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga di
sebabkan karena istirahat dan tidur yang di
perpanjang selama awal persalinan.
(Ambarwati dkk, 2010; h. 138).
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2
derajat Celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat
naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan
normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja
keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan
maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post
partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini
diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan
payudara membengkak, maupun kemungkinan
infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis
ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu di atas
38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post
partum.
(Rukiyah dkk, 2011;h. 68)
d) Pernafasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang
normal,yaitu sekitar 20-30 x/menit.
68
(Ambarwati, 2010; h. 139)
Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat
atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila
ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila
pernafasan pada masa post partum menjadi lebih
cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
(Rukiyah dkk, 2011; h.69)
e) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi :
pemeriksaan khusus ( terdiri dari inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan penunjang
yaitu laboratorium dan catatan terbaru serta catatan
sebelumnya
( Soepardan, 2008; h. 97-98).
4) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Organ tubuh yang perlu dikaji karena pada kepala
terdapat organ –organ yang sangat penting pengkajian
diawali dengan inspeksi lalu palpasi
(Tambunan, 2011;h. 66)
69
b) Wajah
Pada daerah wajah kesimetrisan muka, apakah
kulitnya normal, pucat,. Ketidak simetrisan muka
menunjukan adanya gangguan pada saraf ke tujuh
(Tambunan, 2011;h. 66)
c) Mata
Untuk mengetahui dan fungsi mata, teknik yang di
gunakan inspeksi dan palpasi
(Tambunan, 2011;h. 67)
d) Hidung
Di kaji untuk mengetahiui keadaan bentuk dan fungsi
hidung, bagian dalam, lalu sinus-sinus
(Tambunan, 2011;h.79)
e) Mulut
Untuk mengetahui bentuk dan adanya kelainan pada
mulut atau tidak
(Tambunan, 2011;h.81)
f) Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran
telinga, gendang telinga,/membrane timpani, dan
pendengaran. Teknik yang digunakan adalah inspeksi
dan palpasi
(Tambunan,2011;h.73)
70
g) Leher
Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ-organ
lain yang berkaitan. Teknik yang digunakan adalah
inspeksi dan palpasi
h) Dada
Untuk mengkaji kesehatan pernafasan dan untuk
mengetahui adanya kelainan atau tidak
(Tambunan, 2011; h. 66-68)
i) Payudara
Inspeksi bentuk payudara, benjolan pigmentasi
putting susu, palpasi adanya benjolan (tumor mamae)
dan kolostrum
(Walyani, 2015; h.87)
Simetris/ tidak, konsistensi, ada pembengkakan atau
tidak, putting menonjol/tidak
(Ambarwati dkk, 2010:h. 139)
j) Abdomen
Untuk memeriksa apakah ada komplikasi post partum
pada abdomen ibu atau tidak dengan melihat bentuk,
palpasi untuk mengetahui TFU.
(Anggraini, 2010; h.126-127)
71
TFU :
Involusi Tinggi Fundus
Uteri
Berat
Uterus (gr)
Keadaan Serviks
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah
pusat
750 Lembek
Satu minggu Pertengahan pusat
dan simpisis
500 Beberapa hari setelah
postpartum dapat
dilalui 2 jari.
Akhir minggu pertama
dapat dimasuki 1 jari.
Dua minggu Tak teraba diatas
simpisis
350
Enam minggu Bertambah kecil 50-60
Delapan
minggu
Sebesar normal 30
(Dewi dkk, 2011; h. 57)
k) Genetalia
Untuk memeriksa perineumterhadap penyembuhan
luka, pengeluaran lochea dan bau pengeluarannya.
l) Ekstremitas
Untuk memeriksa adanya tromboplebitis, oedema
dan menilai adanya pembesaran varises atau tidak
(Anggraini, 2010;h.124-131)
5) pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
Melakukan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan
yakni protein urine, glukosa urine dan hemoglobin
1) Pemeriksaan HB dilakukan pada kunjungan ibu
hamil yang pertama kali, lalu diperiksa lagi
menjelang persalinan.
72
2) Pemeriksaan protein urine
Untuk mengetahui adanya protein dalam urine
ibu hamil. Protein urine ini untuk mendeteksi ibu
hamil kearah pre-eklamsi
7. Data penunjang
Riwayat Persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis
kelamin anak, keadaan bayi meliputi JK, BB,
penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah proses persalinan
mengalami kelainan atau tidak yang bisa
berpangaruh pada masa nifas saat ini.
(Ambarwati dkk, 2009; h. 134).
3) Pengkajian fisik bayi baru lahir
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir dilakukan dalam
dua tahap. Pertama, pengkajian segera setelah lahir.
Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi
baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar
uterus yaitu dengan penilaian APGAR. Pengkajian sudah
dimulai sejak kepala tampak crowning di depan vulva.
Kedua, pengkajian keadaan fisik. Setelah pengkajian
segera setelah lahir untuk memastikan bayi dalam
keadaan normal, atau mengalami penyimpangan.
(Muslihatun, 2010; h.33-34 )
73
2.2.2.2 Interpretasi Data Dasar
Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diintepretasikan
menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan
karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa
tetapi membuthkan penanganan yang dituangkan dalam rencana
asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan
pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan.
1. Diagnosa Kebidanan
Diagnosis dapat di tegakkan berkaitan dengan para,abortus,anak
hidup,umur ibu,dan keadaan nifas.
2. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.
(Ambarwati dkk, 2010; h. 141)
3. Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahny. Masalah sering
berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami
kenyataan terhadapdiagnosinya.
(Sulistyawati, 2009;h.192)
2.2.2.3 Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
Mengidentifikasikan masalah atau masalah. Potensial yang
mungkin akan terjadi. Langkah ini membutuhkan
diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial, berdasarkan
74
rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan
antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu
mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar
terjadi.
(Ambarwati dkk, 2010; h. 142)
2.2.2.4 Tindakan Segera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain
sesuai dengan kondisi pasien.
(Ambarwati dkk, 2010; h. 143).
Tindakan segara untuk bendungan ASI adalah perawatan
payudara dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi rasa sakit
pada payudara dengan berikan kompres dingin dan hangat
dengan handuk secara bergantian kiri dan kanan. Lalu berikan
kompres sebelum menyusui bayi agar memudahkan bayi dalam
menghisap dan menangkap putting susu. Untuk mengurangi
bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara
lakukan pengurutan yang dimulai dari puting kearah kopus
mamae. Ibu harus rileks, dan dipijat leher dan punggung
belakang.
(Rukiyah dkk, 2010; h. 347)
75
2.2.2.5 Merencanakan Asuhan
Perencanaan asuhan kebidanan yang dapat dilakukan dalam 6
hari post partum adalah memastikan involusi uterus berjalan
normal seperti uterus berkontraksi, funus dibawah umbilicus,
tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. Menilai adanya
tanda-tanda demam, infeks, atau perdarahan abnormal.
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat.Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
mmperlihatkan tanda tanda penyulit.Memberikan konseling
pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.
(Sulistyawati, 2009; h.133 )
Perencanaan asuhan kebidanan ibu nifas dengan bendungan ASI
yang dilakukan adalah :
Beritahu ibu hasil pemeriksaan keadaan ibu dan hasil
pemeriksaan fisik ibu.
b. Berikan penjelasan kepada ibu tentang masalah bahwa ibu
mengalami bendungan ASI
c. Lakukan penanganan pada ibu dengan bendungan ASI
d. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk melihat apakah
keadaan membaik atau tidak
e. Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang
diberikan.
(Rukiyah dkk, 2010; h. 349).
76
2.2.2.6 Melaksanakan Asuhan
Langkah ini merupakn pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan
pada klien dan keluarga. Mengarahkan dan melaksanakn
rencana asuhan secara efesien dan aman.
2.2.2.7 Evaluasi
Dalam langkah ini dilakukan evaluasi keefektivan dari asuhan
yang sudah diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan
benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan
tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum
terlaksana.
(Ambarwati dkk, 2010; h. 147).
2.3 LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
1. Kewenangan normal:
b. Pelayanan kesehatan ibu
c. Pelayanan kesehatan anak
d. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter
4. Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh
bidan.
77
Kewenangan ini meliputi:
1. Pelayanan kesehatan ibu
2. Ruang lingkup
m)Pelayanan ibu nifas normal
n) Pelayanan ibu menyusui
3. Kewenangan:
a. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
b. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu
ibu (ASI) eksklusif
(http://www.kesehatanibu.depkes.go.id.)
78
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.R USIA 22 TAHUN P1A0
POST PARTUM 3 HARI DENGAN BENDUNGAN ASI
DI BPS NENY SUZANNAWATI, Amd.Keb
KEMILING BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
1.1 PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Ruli Desta Pratiwi
Tanggal : 07 April 2015
Jam : 10.00 WIB
1.1.1 Data subjektif
1.1.1.1 Identitas pasien
Istri Suami
Nama : Ny. R Nama : Tn.R
Umur : 22 tahun Umur : 24 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Pramuka, Gg Purna Irawan 1 No. 07
Bandar Lampung
1.1.1.2 Keluhan utama
Ibu mengatakan payudaranya terasa penuh, panas, berat dan
keras serta nyeri, ASI keluar tidak lancar sejak 3 hari setelah
persalinan
78
79
1.1.1.3 Riwayat Obstetri
1. Riwayat haid
Menarche : 12 Tahun
Siklus : 28 Hari
Volume : 3 kali/hari ganti pembalut
Keluhan : Ada
2. Riwayat kehamilan sekarang
HPHT : 20-06-2014
TP : 27-04-2015
3. Riwayat kehamilan, persalainan dan nifas yang lalu
N
o
Tahun
persalin
an
Tempat
persalinan
Umur
Kehamilan
Jenis
persalinan
Penol
ong
Penyulit Keadaan Ket
Nifas Anak
1 Nifas
ini
1.1.1.4 Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Hipertensi : Tidak ada
Dm : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
b. Riwayat kesehatan dahulu
Hipertensi : Tidak ada
80
Dm : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
c. Riwayat kesehatan keluarga
Hipertensi : Tidak ada
Dm : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
1.1.1.5 Riwayat KB
Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
1.1.1.6 Pola kebutuhan sehari-hari
1. Nutrisi
Saat Hamil : Ibu makan 3x/hari, porsi cukup,
dengan menu nasi, lauk (ikan,
tahu, tempe, telur), sayur (bayam,
kangkung, daun singkong), minum
susu 2x/hari, dan minum air putih
±8 gelas/hari
81
Saat Nifas : Ibu makan 3x/hari dengan menu 2
centong kecil nasi, 1 mangkok
sayur bening, 1 potong ikan, 1
potong tempe, dan 1 biji buah-
buahan
2. Pola Eliminasi
Saat Hamil : BAB 1x/hari, BAK 6-7 x/hari,
warna kuning jernih, bau khas.
Saat Nifas : BAB 1x/ sehari, BAK 4-5
x/hari,warna kuning jernih, bau
khas.
3. Pola Istirahat
Saat Hamil : Ibu tidur siang ±1 jam/hari, tidur
malam ±8 jam/hari, nyenyak, tidak
ada keluhan
Saat nifas : Tidur siang 1-2 jam dan tidur
malam 5-6 jam.
4. Pola Aktifitas
Ibu mengatakan dari setelah melahirkan belum melakukan
aktifitas apapun masih berbaring di tempat tidur, pada 2
jam post partum ibu dapat miring kiri miring kanan dan 6
jam post partum ibu sudah mampu berjalan-jalan seperti ke
kamar mandi.
82
5. Personal hygiene
Saat hamil : Ibu mandi 2x/hari, gosok gigi
2x/hari, keramas 1x/hari, ganti
baju 2x/hari, dan ganti celana
dalam ketika terasa lembab
Saat nifas : Ibu mandi 2x/hari, gosok gigi
2x/hari, keramas 2 hari sekali, dan
ganti baju 1x/hari, dan ganti celana
dalam ketika terasa lembab, dan
ganti pembalut 3x/hari.
6. Pola Seksual
Saat hamil : Ibu mengatakan melakukan
hubungan suami istri 1x/minggu
dengan hati-hati
Saat nifas : Ibu mengatakan belum melakukan
hubungan suami istri karena
sedang masa nifas
1.1.1.7 Psikososial
a. Tanggapan ibu terhadap dirinya
Ibu mengatakan bahagia setelah dia mampu melahirkan secara
normal
83
b. Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya
Ibu mengatakan kurang mengetahui tentang keadaan nya saaat
ini.
c. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi
Keluarga mengatakan bahagia dengan kelahiran bayi Ny. R
d. Pengambilan keputusan
Ibu mengatakan pengambilan keputusan dalam keluarga
dilakukan secara musyawarah bersama
3.1.1 Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan emosional : Stabil
TTV :
TD : 110/80 mmHg
Pernafasan : 22 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 37,80
C
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala:
Warna rambut : Hitam
Ketombe : Tidak Ada
84
Benjolan : Tidak Ada
b. Wajah
Cloasma : Tidak Ada
Hiperpigmentasi : Tidak Ada
Pucat : Tidak ada
Edema : Tidak Ada
c. Mata
Simetris : Kanan dan kiri
Kelopak mata : Tidak oedema
Konjungtiva : Tidak pucat
Sklera : Putih
d. Hidung
Simetris : Kanan dan kiri
Polip : Tidak ada pembengkakan
Kebersihan : Bersih
e. Mulut
Warna bibir : Merah
Pecah- pecah : Tidak Ada
Sariawan : Tidak Ada
Gusi berdarah : Tidak Ada
Gigi : Tidak berlubang
f. Telinga
Simetris : Kanan dan kiri
Gangguan pendengaran : Tidak ada
85
g. Leher
Simetris : Kanan dan kiri
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak Ada
Pembesaran vena juguralis : Tidak Ada
h. Dada
Retraksi : Ada
Bunyi mengi dan ronchi : Tidak Ada
i. Payudara
Simetris : Tidak simetris kanan kiri
Pembesaran : Ada, sebelah kiri lebih besar
Puttingg susu : Menonjol
Hiperpigmentasi areola mamae : Ada
Benjolan : Tidak Ada
Konsistensi : Keras
Pengeluaran : ASI tidak lancar
j.Punggung dan pinggang
Simetris : Kanan dan kiri
Nyeri ketuk : Tidak Ada
k. Abdomen
Pembesaran : Tidak Ada
Konsistensi : Lunak
Kandung kemih : Kosong
Uterus
TFU : 2 cm dibawah pusat
86
Kandung kemih : Kosong
Kontraksi : Baik
l. Anogenital
Vulva : Tidak Ada hematoma
Perineum : Luka jahitan tampak masih
basah
Pengeluaran vaginam : Lochea rubra
Anus : Tidak Ada hemoroid
m. Ekstermitas bawah
Oedema : Tidak Ada
Kemerahan : Tidak Ada
Varices : Tidak Ada
Reflek patella : (+) Kanan dan kiri
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboraturium
Tidak dilakukan
4. Data Penunjang
a. Riwayat persalinan sekarang
1. IBU
Tempat melahirkan : BPS Neny Suzannawati
Penolong : Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Lama persalinan :
Catatan waktu
87
Kala I : 10 jam 15 menit
Kala II : 1 jam 15 menit
Kala III : 0 jam 15 menit
Kala IV : 2 jam
Lama : 13 jam 45 menit
Ketuban pecah: Spontan
Plasenta
Lahir secara : Normal
Diameter : 18 cm
Berat : 500 gram
Panjang tali pusat : 45 cm
Perineum : Ada Laserasi derajat 2
2. Bayi
Lahir tanggal/pukul : 05 April 2015/ 16.50 WIB
Berat badan : 3500 gram
Panjang badan : 48 cm
Nilai apgar : 8/9
Jenis kelamin : Perempuan
Cacat bawaan : Tidak Ada
Masa gestasi : 40 minggu
88
MATRIKS BAB III
Tgl/Jam Pengkajian Interpretasi Data
(Diagnose
Masalah Dan
Kebutuhan)
DX
Potensial/
Masalah
Potensial
Antisipasi/
Tindakan
Segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
7 April
2015,
pukul
10.00
wib
DS:
1. Ibu
mengatakan
telah
melahirkan
pada tanggal
05 april
2015 pkl 16.
50 wib.
2. Ibu
mengatakan
payudaranya
terasa
penuh,
panas, berat
dank eras
serta nyeri,
ASI tidak
lancar sejak
3 hari
setelah
persalinan
DO:
- TTV:
TD:110/80
mmHg,
N:80
x/menit,
Dx : Ny.R usia 22
tahun P1A0 post
partum 3 hari
dengan bendungan
ASI
Dasar:
DS:
1. Ibu mengatakan
telah melahirkan
pada tanggal 05
april 2015 pkl
16. 50 wib.
2. Ibu mengatakan
saat ini payudara
terasa bengkak
disertai nyeri
pada saat
menyusui
DO:
- TTV:
TD:110/80
mmHg, N:80
x/menit, RR:
22x/menit, S:
37.80
C
- Payudara
tampak
Payudara
bengkak
a.Perawatan
payudara
b.Teknik
menyusui
1. Beritahu hasil
pemeriksaan
2. Beritahu ibu
mengenai keluhan
yang ibu rasakan
1. Memberitahu ibu hasil
pemeriksaan saat ini
bahwa ibu dalam keadaan
kurang baik, dengan hasil
pemeriksaan yaituTTV,
TD: 110/80 mmhg,N: 80
x/menit, RR: 22 x/menit,
S: 37,8°C
2. Memberitahu ibu
mengenai keluhan yang
ibu rasakan bahwa ibu
mengalami bendungan
ASI yaitu terjadinya
pembengkakan pada
payudara karena
peningkatan aliran vena
yang diakibatkan dari
beberapa faktor:
a. Pengosongan payudara
yang tidak sempurna,
b. Hisap bayi yang tidak
aktif,
c. Factor menyusui bayi
yang tidak benar,
putting susu terbenam
d. Putting susu terlalu
panjang.
Ini merupakan masalah
1. Ibu sudah mengetahui
tentang kondisinya
saat ini
2. Ibu sudah mengerti
tentang keluhan yang
dirasakan
89
RR:
22x/menit,
S: 37.80
C
- Payudara
tampak
bengkak
dan
mengkilat,
serta
terdapat
nyeri tekan
pada
payudara
ibu.
- Pengeluara
n ASI
sedikit
bengkak dan
mengkilat,
serta terdapat
nyeri tekan
pada payudara
ibu.
- Pengeluaran
ASI sedikit
Masalah :
bendungan ASI
Kebutuhan :
a. Perawatan
payudara
b. Teknik
menyusui
3. Ajarkan kepada
ibu cara
perawatan
payudara
yang tidak berbahaya bagi
ibu namun jika tidak
ditangani akan
menyebabkan infeksi pada
payudara.
3. Mengajarkan kepada ibu
cara perawatan payudara
yaitu:
a. Mencuci tangan
b. Mempersilahkan untuk
duduk dengan
tenang,jika
memungkinkan
dengan diikitu oleh
suami yang
memberikan
dukungan.
c. Berikan kompres
kapas yang berisikan
baby oil pada putting
susu selama dua menit
d. Bersihkan putting susu
pada kotoran
e. Kemudian oleskan
baby oil pada kedua
tangan pemeriksa
f. Kompres payudara
kanan dan kiri dengan
kompres hangat dan
kompres dingin secara
bergantian sebanyak 5
langkah diakhiri
dengan kompres
3. bu telah mengetahui
cara perawatan
payudara dan mau
melakukan
perawatan payudara
90
4. Ajarkan pada ibu
tehnik menyusui
yang benar.
hangat (kompres
hangat 2 menit,
kompres air dingin
selama 1 menit)
g. Keringkan payudara
dengan handuk
h. Bantu ibu mengenakan
pakaian dan bereskan
alat-alat
i. Cuci tangan
4. Mengajarkan kepada ibu
tehnik menyusui yang
banar yaitu :
a. Sebelum
menyusui,ASI
dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan
pada putting susu dan
areola sekitarnya. Cara
ini mempunyai
manfaat sebagai
desinfektan dan
menjaga kelembapan
putting susu.
b. Bayi diletakkan
menghadap perut
ibu/payudara.
c. Ibu duduk/berbaring
santai. Bila duduk
lebih baik
menggunakan kursi
yang rendah agar kaki
ibu tidak bergantung
dan punggung ibu
4. Ibu bersedia untuk
menerapkan cara
tehnik menyususi
yang benar
91
besandar pada
sandaran kursi.
d. Bayi dipegang dengan
satu lengan , kepala
bayi terletak pada
lengkung siku ibu dan
bokong bayi terletak
pada lengan. Kepala
bayi tidak boleh
tertengadah dan
bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan
ibu.
e. Satu tangan bayi
diletakkan dibelakang
badan ibu, dan yang
satu didepan.
f. Perut bayi menempel
badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara (
tidak hanya
membelokkan kepala
bayi).
g. Telinga dan lengan
bayi terletak pada satu
garis lurus.
h. Ibu menatap bayi
dengan kasih sayang.
i. Payudara dipegang
dengan ibu jari diatas
dan jari yang lain
menopang dibawah.
Jangan menekan
putting susu dan
areolanya saja.
92
5. Pastikan involusi
uteri berjalan
dengan normal,
j. Bayi diberi
rangsangan untuk
membuka mulut
(rooting reflek)
dengan cara:
Menyentuh pipi
dengan putting susu
atau menyentuh ssi
mulut bayi.
k. Setelah bayi membuka
mulut dengan cepat
kepala bayi didekatkan
kepayudara ibu
dengan putting serta
areola dimasukkan
kemulut bayi.
l. Usahakan sebagian
besar areola dapat
masuk kedalam mulut
bayi, sehingga putting
susu berada dibawah
langit-langit dan lidah
bayi akan menekan
ASI keluar dari tempat
penampungan ASI
yang terletak dibawah
areola.
m. Setelah bayi mulai
menghisap, payudara
tidak perlu dipegang
atau disangga lagi.
5. Memastikan involusi
uterus berjalan dengan
normal dengan cara
palpasi abdomen,
5. Kontraksi uterus
berjalan dengan
lnormal,
TFU ibu 2 cm
93
6. Anjurkan ibu
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
7. Anjurkan pada
ibu untuk
istirahat yang
cukup
8. Beritahu ibu
untuk melakukan
personal hygiene
mengukur TFU, serta
melihat pengeluaran dari
kemaluan ibu
6. Menganjurkan ibu untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi yaitu dengan
makan 3x/hari dengan
menu 2 centong kecil
nasi, 1 mangkok sayur,
bening, 1 potong ikan, 1
potong tempe, dan 1 biji
buah-buahan
7. Menganjurkan ibu untuk
istirahat yang cukup yaitu
6-8 jam pada malam hari
dan 1-2 jam pada siang
hari karna bila ibu kurang
istirahat akan
mempengarui ibu dalam
beberapa hal antara lain
mengurangi jumlah asi
yang diproduksi dan
memperlambat proses
involusi uteri.
8. Memberitahu ibu untuk
melakukan personal
hygiene yaitu dengan
cara:
a. setelah BAK/BAB
dibawah pusat dan
pengeluaran
berwarna merah
segar.
6. Ibu mengerti
penjelasan yang
diberikan dan ibu
akan mengatur pola
nutrisinya.
7. Ibu mengerti
penjelasan yang
diberikan dan ibu
akan mengatur pola
istirahatnya sesuai
kondisi ibu dan bayi
nya
8. Ibu bersedia
melakukan anjuran
yang telah diberikan
94
keringkan dengan tissu
atau handuk kecil agar
tidak lembab.
b. Rajin mengganti
celana dalam minimal
3-4x sehari.
c. Usahakan ibu untuk
mengganti softek
minimal 4 jam sekali
d. Memberitahu ibu agar
tidak memberikan
apapun pada luka
jahita
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi
Pratiwi

More Related Content

What's hot (17)

Kti linda wati
Kti linda watiKti linda wati
Kti linda wati
 
Kti habibah
Kti habibahKti habibah
Kti habibah
 
Kti amalia febriyani
Kti amalia febriyaniKti amalia febriyani
Kti amalia febriyani
 
Kti rukmaini
Kti rukmainiKti rukmaini
Kti rukmaini
 
Kti geta anggawa
Kti  geta anggawaKti  geta anggawa
Kti geta anggawa
 
Kti reni yunila sari
Kti reni yunila sariKti reni yunila sari
Kti reni yunila sari
 
Kti qintan ozi fauzia
Kti qintan ozi fauziaKti qintan ozi fauzia
Kti qintan ozi fauzia
 
Kti bella citra andara
Kti bella citra andaraKti bella citra andara
Kti bella citra andara
 
Kti eka wahyuni
Kti eka wahyuniKti eka wahyuni
Kti eka wahyuni
 
Kti risa yulia listyani
Kti risa yulia listyaniKti risa yulia listyani
Kti risa yulia listyani
 
Kti siti maysaroh
Kti siti maysarohKti siti maysaroh
Kti siti maysaroh
 
Kti armayani
Kti armayaniKti armayani
Kti armayani
 
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhaniKti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
 
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputriKti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
 
Kti iis
Kti iisKti iis
Kti iis
 
Kti ika 4 AKBID YKN BAU BAU
Kti ika 4 AKBID YKN BAU BAUKti ika 4 AKBID YKN BAU BAU
Kti ika 4 AKBID YKN BAU BAU
 
Kti meldawati
Kti meldawatiKti meldawati
Kti meldawati
 

Viewers also liked

Comunicado de prensa grupo proindustria 16 05-13
Comunicado de prensa grupo proindustria 16 05-13Comunicado de prensa grupo proindustria 16 05-13
Comunicado de prensa grupo proindustria 16 05-13Aurelio Suárez
 
Aprendizaje Colaborativo
Aprendizaje ColaborativoAprendizaje Colaborativo
Aprendizaje ColaborativoPedro Delvalle
 
Психологическое сопровождение детей, находящихся на длительном лечении в стац...
Психологическое сопровождение детей, находящихся на длительном лечении в стац...Психологическое сопровождение детей, находящихся на длительном лечении в стац...
Психологическое сопровождение детей, находящихся на длительном лечении в стац...Vad Jun
 
Alutech C43
Alutech C43Alutech C43
Alutech C43Vad Jun
 
03 10-07 la-tonalite-d-un-texte
03 10-07 la-tonalite-d-un-texte03 10-07 la-tonalite-d-un-texte
03 10-07 la-tonalite-d-un-texteinstitutstlo
 

Viewers also liked (10)

Comunicado de prensa grupo proindustria 16 05-13
Comunicado de prensa grupo proindustria 16 05-13Comunicado de prensa grupo proindustria 16 05-13
Comunicado de prensa grupo proindustria 16 05-13
 
Aprendizaje Colaborativo
Aprendizaje ColaborativoAprendizaje Colaborativo
Aprendizaje Colaborativo
 
Психологическое сопровождение детей, находящихся на длительном лечении в стац...
Психологическое сопровождение детей, находящихся на длительном лечении в стац...Психологическое сопровождение детей, находящихся на длительном лечении в стац...
Психологическое сопровождение детей, находящихся на длительном лечении в стац...
 
riooo
rioooriooo
riooo
 
Strong enough
Strong  enoughStrong  enough
Strong enough
 
Jere y facu
Jere y facuJere y facu
Jere y facu
 
Alutech C43
Alutech C43Alutech C43
Alutech C43
 
03 10-07 la-tonalite-d-un-texte
03 10-07 la-tonalite-d-un-texte03 10-07 la-tonalite-d-un-texte
03 10-07 la-tonalite-d-un-texte
 
Programac de d
Programac de dProgramac de d
Programac de d
 
shital_resume
shital_resumeshital_resume
shital_resume
 

Similar to Pratiwi (20)

Kti istik analiza
Kti istik analizaKti istik analiza
Kti istik analiza
 
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandariKti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
 
Kti wayan seli novela
Kti wayan seli novelaKti wayan seli novela
Kti wayan seli novela
 
Merza alpionita
Merza alpionitaMerza alpionita
Merza alpionita
 
Kti desty hery dyana
Kti desty hery dyanaKti desty hery dyana
Kti desty hery dyana
 
Kti mayasari
Kti mayasariKti mayasari
Kti mayasari
 
Kti popy
Kti popyKti popy
Kti popy
 
Kti nelsa
Kti nelsaKti nelsa
Kti nelsa
 
Kti setiawati
Kti setiawatiKti setiawati
Kti setiawati
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti ayu safitri
Kti ayu safitriKti ayu safitri
Kti ayu safitri
 
Kti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sariKti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sari
 
Kti suci nala
Kti suci nalaKti suci nala
Kti suci nala
 
Kti eti widia
Kti eti widiaKti eti widia
Kti eti widia
 
Kti reni sapitria
Kti reni sapitriaKti reni sapitria
Kti reni sapitria
 
Kti hesti kirana
Kti hesti kiranaKti hesti kirana
Kti hesti kirana
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 

Recently uploaded

Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 

Recently uploaded (20)

Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 

Pratiwi

  • 1. i ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.R USIA 22 TAHUN P1A0 POST PARTUM 3 HARI DENGAN BENDUNGAN ASI DI BPS NENY SUZANNAWATI, Amd.Keb KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satus yarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Disusun Oleh: N a m a : RULI DESTA PRATIWI Nim : 201207117 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
  • 2. ii LEMBAR PENGESAHAN Di terima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila pada: Hari : Selasa Tanggal : 07 Juli 2015 Penguji I Penguji II Adhesty Novita Xanda, S.ST, M.Kes Anggun Prajaningrum, S.ST NIK : 11402052 NIK :2015021068 Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dr. Wazni Adila, MPH NIK : 201041008 ii
  • 3. iii ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.R USIA 22 TAHUN P1A0 POST PARTUM 3 HARI DENGAN BENDUNGAN ASI DI BPS NENY SUZANNAWATI, Amd.Keb KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Ruli Desta Pratiwi, Adhesty Novita Xanda, S.ST.,M.Kes, Anggun Prajaningrum, S.ST INTISARI Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan Apabila Masalah Bendungan ASI tidak ditangani dapat berpotensi terjadinya payudara bengkak. Permasalahan tersebut mendasari rumusan masalah Bagaimanakah asuhan kebidanan pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum 3 hari dengan Bendungan ASI di BPS Neny Suzannawati,Amd. Keb Bandar Lampung tahun 2015” Tujuan penulisan yaitu dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. R usia 22 tahun P1A0 post partum 3 hari dengan Bendungan ASI di BPS Neny Suzannawati, Amd. Keb Bandar Lampung sesuai dengan standar yang berlaku dan dengan pendekatan manajemen kebidanan tahun 2015 sesuai dengan 7 langkah varney. metode penelitian yang di gunakan adalah metode deskriptif. Teknik memperoleh data yang di gunakan antara lain yaitu data primer dan data sekunder. Studi kasus ini adalah Ny. R usia 22 tahun tempat penelitian bidan Neny Suzannawati Amd. Keb waktu pengambilan data dari tanggal 07 april-11 april 2015. Hasil dari studi kasus terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus yaitu pada istirahat dan penulis mampu melakukan penatalaksanaan menggunakan pendekatan 7 langkah varney dengan hasil evaluasi payudara ibu sudah tidak mengalami bengkak, tidak merasakan nyeri, dan ASI sudah keluar dengan lancar.saran yang di berikan agar ibu segera memeriksakan diri apabila ada tanda-tanda gejala yang tidak normal segera dating ketenaga kesehatan untuk mendapatkan tindakan segera atau penanganan secara dini. Kata kunci : Ibu Nifas, Bendungan ASI Kepustakaan : 20 referensi (2005-2015) Jumlah halaman: 137 Hamalan iii
  • 4. iv CURRICULUM VITAE Nama : Ruli Desta Pratiwi Nim : 201207117 Tempat/Tanggal lahir : Sukaraja, 18 Desember 1994 Alamat : Sukaraja Semaka, Kab. Tanggamus Institusi : Akademi Kebidanan Adila Angkatan : VII Riwayat pendidikan : 1. SDN 1 Sukaraja Semaka Tanggamus lulus Tahun 2006. 2. SMPN 2 Semaka, Tanggamus lulus Tahun 2009 3. SMA N 1 Gedong Tataan, Pesawaran lulus Tahun 2012 4. Saat ini Penulis Sedang Menyelesaikan Pendidikan di Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung iv
  • 5. v MOTO “Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik di hari tua” By. Ruli Desta Pratiwi v
  • 6. vi PERSEMBAHAN ِ‫ﻢ‬‫ِﯿ‬‫ﺣ‬‫ﱠ‬‫ﺮ‬‫اﻟ‬ ِ‫ﻦ‬َ‫ﻤ‬ْ‫ﺣ‬‫ﱠ‬‫ﺮ‬‫اﻟ‬ ِ‫ﮫ‬‫ﱠ‬‫ﻠ‬‫اﻟ‬ ِ‫ﻢ‬ْ‫ﺴ‬ِ‫ﺑ‬ Saya persembahkan karya kecil saya ini untuk orang- orang yang sangat saya sayangi Ibu saya (Rokayah) dan Ayah saya tersayang (Saidi) yang dengan ikhlas mendo’akan, mengorbankan tenaga dan fikirannya serta memberikan dukungan baik moral, material dan spiritual selama saya menempuh Program Study Diploma III di Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. Semua Kasih sayng Ibu dan Ayah tiada mungkin dapat saya balas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia, karena kusadar selama ini belum bisa berbuat yang lebih untuk Ibu dan Ayah yang selalu membuat saya termotivasi dan selalu member saya kasih sayang, selalu mendoakan saya, selalu menasehati saya untuk menjadi lebih baik, Terima Kasih Ibu dan Ayah... Saya persembahkan pula untuk ketiga kakak saya Rudi Septyawan, SE, Rifki Milano,SE dan Febri Santoni, S.COM tiada yang paling mengharukan saat berkumpul bersama kalian, terimakasih atas doa dan dukungan kalian selama ini hanya karya kecilku ini yang dapat saya persembahkan, maaf saya belum bisa jadi panutan seutuhnya tapi saya akan barusaha jadi yang terbaik untuk kalian. Untuk Dosen pembimbing tugas akhir saya Ibu Ninik Masturiah, SST, MKES, Ibu Tri Riwayati Ningsih, SST terimakasih telah membimbing dengan sabar hingga karya kecil saya ini terselesaaikan Untuk seluruh dosen pengajar Akademi Kebidanan Adila terimakasih untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yang talah kalian berikan, penulis menyadari tiada mungkin dapat membalas jasa-jasa kalian. Hanya karya kecil dan sederhana ini yang dapat penulis persembahkan sebagai tanda terima kasih atas semua yang telah kalian berikan. Dan tak lupa pula saya persembahakan untuk teman-taman angkatan VII, terima kasih atas bantuan dan kerja samanya selama ini. By: Ruli Desta Pratiwi vi
  • 7. vii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk Studi Kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.R Umur 22 Tahun P1A0 Post Partum 3 Hari dengan Bendungan ASI di BPS Neny Suzannawati, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2015”. Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan Karya Tulis Ilmiah ini, dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. dr. Wazni Adila, MPH selaku direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. 2. Ninik Masturiah , S.ST, M.Kes selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah. 3. Tri Riwayati Ningsih, S.ST selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah. 4. Neny Suzannawati, Amd.Keb selaku pemilik BPS yang telah memberikan. izin untuk melakukan penelitian di BPS Neny Suzannawati, Amd.Keb Bandar Lampung. 5. Seluruh Staf dan Dosen Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis vii
  • 8. viii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPULi HALAMAN JUDUL...................................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................iii INTISARI....................................................................................................iv CURICULUM VITAE................................................................................v MOTTO .....................................................................................................vi PERSEMBAHAN .......................................................................................vii KATA PENGANTAR.................................................................................viii DAFTAR ISI...............................................................................................ix DAFTAR TABEL .......................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................xii DAFTAR GAMBAR...................................................................................xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ............................................................................1 1.2.Rumusan Masalah .......................................................................3 1.3.Tujuan Penulis.............................................................................4 1.4.Ruang Lingkup ...........................................................................5 1.5.Manfaat Penulisan .......................................................................6 1.6.Metodelogi Dan Tehnik Memperoleh Data..................................7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Medis .................................................................9 2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan..............................................56 2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan.........................................76 viii
  • 9. ix BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian.................................................................................78 3.2 Matriks......................................................................................88 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian.................................................................................96 4.2 Interpretasi Data........................................................................128 4.3 Antisipasi Masalah Potensial .....................................................129 4.4 Tindakan Segera........................................................................130 4.5 Intervensi ..................................................................................130 4.6 Implementasi.............................................................................133 4.7 Evaluasi.....................................................................................135 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...............................................................................138 5.2 Saran.........................................................................................139 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix
  • 10. x DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Program Masa Nifas......................................................................13 Tabel 2.2 Involusi Uterus..............................................................................15 Tabel 3.1 Matriks..........................................................................................88 x
  • 11. xi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Izin Permohonan Pengambilan Data Lampiran 2 : Surat Balasan Pengambilan Data Serta Melakukan Asuhan Lampiran 3 : Jadwal Penelitian Lampiran 4 : SAP dan Leaflet Lampiran 5 : Dokumentasi Lampiran 6 : Lembar konsul xi
  • 12. xii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Anatomi Payudara ..................................................................... 32 Gambar 2.2 Bentuk Puting Susu ................................................................... 34 xii
  • 13. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpuriam dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 1). Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. Asi mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhan (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 22). ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian asi saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. Asi dapat diberikan sampai bayi usia 2 tahun. Pemberian ASI selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun Negara. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 25). Presentasi pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia ada tahun 2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 79,74%, sedangkan persentase pemberian ASI eksklusif terendah terdapat di Provinsi Maluku sebesar 25,21% (Supriyantoro dkk, 2014; h. 95)
  • 14. 2 Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari sarana kesehatan di Provinsi Lampung, pemberian Air Susu (ASI) pada bayi usia 0-1 tahun mempunyai arti sangat penting, terutama menyangkut pemenuhan kebutuhan zat gizi dan zat lain pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit. Cakupan bayi mendapatkan ASI Eksklusif di Provinsi Lampung tahun 2012 sebesar 29,24% dimana angka ini masih ada dibawah target yang diharapkan yaitu 60% (Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2012). Salah satu kelainan atau keadaan abnormal payudara pada masa nifas adalah bendungan ASI (Prawiroharjo, 2008). Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Rukiyah dkk, 2010; h. 345). Faktor-faktor penyebab bendungan ASI adalah pengosongan mamae yang tidak sempurna, apabila Masalah Bendungan ASI tidak ditangani dapat berpotensi terjadinya payudara bengkak (Rukiyah dkk, 2010; 346). Penanganan yang dilakukan yang paling penting adalah susukan bayi segera setelah lahir, susukan bayi tanpa jadwal keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI, laksanakan perawatan payudara setelah melahirkan.
  • 15. 3 Berdasarkan hasil pre survey di BPS. Neny Suzannawati,Amd.Keb Bandar Lampung dari awal bulan April sampai tanggal 07 April Tahun 2015 di peroleh hasil 15 ibu bersalin ada 9 yang primipara dan mengalami Bendungan ASI karena itu penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum 3 Hari dengan Bendungan ASI’’ untuk meminimalkan Kurangnya pemberian ASI eksklusif pada bayi yang diakibatkan oleh bendungan ASI. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan rumusan masalah yaitu ”Bagaimanakah asuhan kebidanan pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum 3 hari dengan Bendungan ASI di BPS Neny Suzannawati,Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015” 1.3 Tujuan penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum 3 hari dengan bendungan ASI di BPS. Neny Suzannawati,Amd.Keb Bandar Lampung dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan varney. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian pada ibu nifas khususnya pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum 3
  • 16. 4 hari dengan bendungan ASI di BPS. Neny Suzannawati, Amd.Keb Bandar Lampung. 1.3.2.2 Diharapkan penulis dapat menentukan interpretasi data pada ibu nifas khususnya pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum 3 hari dengan bendungan ASI di BPS. Neny Suzannawati, Amd. Keb Bandar Lampung. 1.3.2.3 Diharapkan penulis dapat menentukan diagnosa potensial pada ibu nifas khususnya pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum 3 hari dengan bendungan ASI di BPS. Neny Suzannawati, Amd. Keb Bandar Lampung. 1.3.2.4 Diharapkan penulis dapat melakukan tindakan segera pada ibu nifas khususnya pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum 3 hari dengan bendungan ASI di BPS. Neny Suzannawati, Amd.Keb Bandar Lampung. 1.3.2.5 Diharapkan penulis dapat menentukan rencana asuhan pada ibu nifas khususnya pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum 3 hari dengan bendungan ASI di BPS. Neny Suzannawati, Amd.Keb Bandar Lampung. 1.3.2.6 Diharapkan penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas khususnya pada Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum 3 hari dengan bendungan ASI di BPS. Neny Suzannawati, Amd.Keb Bandar Lampung. 1.3.2.7 Diharapkan penulis dapat melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada ibu nifas khususnya pada Ny.R usia 22 tahun
  • 17. 5 P1A0 Post Partum 3 hari dengan bendungan ASI di BPS. Neny Suzannawati, Amd.Keb Bandar Lampung. 1.4 Ruang lingkup 1.4.1 Sasaran Subyek yang diambil dalam Karya Tulis Ilmiah ini ialah satu orang ibu nifas yaitu Ny.R usia 22 tahun P1A0 Post Partum 3 hari dengan bendungan ASI di BPS. Neny Suzannawati, Amd. Keb Bandar Lampung 1.4.2 Tempat Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengambil kasus di BPS.Neny Suzannawati, Amd. Keb Bandar Lampung 1.4.3 Waktu Pelaksanaan asuhan kebidanan dalam Karya Tulis Ilmiah dilaksanakan dari tanggal 07 April 2015 sampai 11April 2015. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam menerapkan ilmu dan sebagai acuan penelitian berikutnya 1.5.2 Bagi lahan praktek Sebagai bahan masukkan dan bahan informasi untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan pada kasus Bendunga ASI pada ibu nifas di BPS. Neny Suzannawati, Amd. Keb Bandar Lampung
  • 18. 6 1.5.3 Bagimasyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang penatalaksanaan pada ibu dengan bendungan ASI 1.5.4 Bagi Penulis Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang ibu nifas dengan Bendungan ASI dan sebagai bahan perbandingan antara teori yang diperoleh dibangku kuliah dengan dilahan praktek. 1.6 Metodologi dan Teknik Memperoleh Data 1.6.1 Metode Penulisan Dalam penyusunan study kasus ini dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah, misalnya keracunan, atau sekelompok masyarakat di suatu daerah (Notoatmodjo, 2005;h. 139). 1.6.2 Teknik memperoleh data 1.6.2.1 Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti secara langsung dari sumber datanya. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkan secara langsung. a. Wawancara Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana penelitian mendapatkan
  • 19. 7 keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden). (Natoatmodjo, 2012; h. 139). b. PengkajianFisik Adalah suatu pengkajian yang dapat dipandang sebagai bagian tahap pengkajian pada proses keperawatan atau tahap pengkajian atau pemeriksaan klinis dari sistem pelayanan terintegrasi, yang prinsipnya menggunakan cara–cara yang sama dengan pengkajian fisik kedokteran, yaitu inspeksi, palpasi, dan auskultasi (Prihardjo, 2006;h. 13). 1.6.2.2 Data Sekunder Adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber Biro Pusat Statistik (BPS), buku laporan, jurnal, dan lain-lain. a. Studi Pustaka Penulis mencari, mengumpulkan, dan mempelajari referensi yang relevan berdasarkan kasus yang dibahas.. (Notoatmodjo, 2005; h. 63) b. Studi Dokumentasi Study dilkukan dengan mempelajari status klien bersumber dari catatan dokter, bidan, dan sumber lain
  • 20. 8 yang menunjang seperti hasil pemeriksaan diagnostik.. (Notoatmodjo, 2005; h. 62)
  • 21. 9 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS 2.1.1 Pengertian Masa Nifas Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlansung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009; h. 1). Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (Rukiayah dkk, 2011; h. 2). 2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk: 1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi Dengan diberikan asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan dalam upayanya untuk menyusuaikan peran barunya sebagai ibu (pada kasus ibu dengan kelahiran anak pertama) dan pendampingan keluaga dalam membuat bentuk dan pola baru dengan anak kelahiran berikutnya. Jika ibu dapat melewati masa ini dengan baik maka kesejahteraan fisik dan psikologis ibupun akan meningkat. 9
  • 22. 10 2. Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu. Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan munculnya permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga penangananpun dapat lebih maksimal. 3. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli jika perlu. Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehatan pada ibu nifas yang memerlukan rujukan, namun tidak semua keputusan yang diambil tepat, misalnya mereka lebih memilih untuk tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan karena pertimbangan tertentu. Jika bidan senantiasa mendampingi pasien dan keluarga maka keputusan tepat dapat diambil sesuai dengan kondisi pasien sehingga kejadian mortalitas dapat dicegah. 4. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus. Pada saat memberikan asuhan nifas, keterampilan seseorang bidan sangat dituntut dalam memberikan pendidikan kesehatan terhadap ibu dan keluarga. Keterampilan yang harus dikuasai oleh bidan, antara lain berupa materi pendidikan yang sesuai dengan kondisi pasien, teknik penyampaian, media yang digunakan, dan pendekatan psikologis yang efektif sesuai dengan budaya setempat. Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena banyak pihak yang beranggapan bahwa jika bayi telah lahir dengan selamat, serta secara fisik ibu dan bayi tidak ada masalah maka tidak perlu lagi
  • 23. 11 dilakuakn pendampingan bagi ibu. Padahal bagi para ibu(terutama ibu baru), beradaptasi dengan peran barunya sangatlah berat dan membutuhkan suatu kondisi mental yang maksimal. 5. Imunisasi ibu terhadap tetanus. Dengan pemberian asuhan maksimal pada ibu nifas, kejadian tetanus dapat dihindari, meskipun untuk saat ini angka kejadian tetanus sudah banyak mengalami penurunan. 6. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak. Saat bidan memberikan asuhan pada masa nifas, materi dan pemantauan yang diberikaan tidak hanya sebatas pada lingkup permasalah ibu, tapi bersifat menyeluruh terhadap ibu dan anak. Kesempatan untuk berkonsultasi tentang kesehatan, termasuk kesehatan anak dan keluarga akan sangat terbuka. Bidan akan mengkaji pengetahuan ibu dan keluarga mengenai upaya mereka dalam rangka peningkatan kesehatan keluarga. Upaya pengembangan pola hubungan psikologis yang baik antara ibu, anak, dan keluarga juga dapat ditingkatkan melalui pelaksanaan asuhan ini.
  • 24. 12 2.1.3 Tahapan Masa Nifas Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini, puerpurium intermadial,dan remote puerperium. Dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Puerperium dini Pueperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu tetap diperbolehkan berdiri dan berjalan- jalan. Dalam agam islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2. Puerperium intermedial Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat- alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu. 3. Remote puerperium Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlansung selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
  • 25. 13 2.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Table 2.1. Program Masa Nifas Kunjungan Waktu Tujuan 1 6-8 jam setelah persalinan Pencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan;rujuk jika perdarahan berlanjut. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Pemberian ASI awal Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil. 2 6 hari setelah persalinan Memastikan involusi uterus berjalan normal:uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. Menilai adanya tanda-tanda demam,infeks, atau perdarahan abnormal. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak mmperlihatkan tanda tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari. 3 2 minggu setelah prsalinan Sama seperti diatas 4 6 minggu setelah persalinan Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ia atau bayinya alami. Memberikan konseling Kb secara dini (Sulistyawati, 2009; h. 6)
  • 26. 14 2.1.5 Perubahan Fisiologis Masa Nifas 2.1.5.1 Perubahan sisitem reproduksi 1. Uterus a. Pengerutan rahim (involusi) Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic(layu/ mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba TFU-nya. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut : 1) Autolysis Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebihan akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastis dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan. 2) Atrofi jaringan Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi
  • 27. 15 sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot – otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru. 3) Efek oksitosin (kontraksi) Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi suplai darah keuterus. (Sulistyawati, 2009; h. 71-75) Tabel 2.2 Involusi Uterus Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus (gr) Keadaan Serviks Bayi lahir Setinggi pusat 1000 Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 Lembek Satu minggu Pertengahan pusat dan simpisis 500 Beberapa hari setelah postpartum dapat dilalui 2 jari. Akhir minggu pertama dapat dimasuki 1 jari. Dua minggu Tak teraba diatas simpisis 350 Enam minggu Bertambah kecil 50-60 Delapan minggu Sebesar normal 30 (Dewi dkk, 2011; h. 57) Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri dengan cara:
  • 28. 16 a) Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira- kira 1 cm setiap hari. b) Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat. Pada hari ketiga sampai hari keempat tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat. Pada hari kelima sampai hari ketujuh tinggi fundus uteri pertengahan antara pusat dan simpisis. Pada hari kesepuluh tinggi fundus uteri tidak teraba (Ambarwati dkk, 2010; h. 77) 2. Lochea Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau yang amis, meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Berikut Ini Adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada wanita pada masa nifas yaitu : a) Lochea rubra (cruenta) Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ke empat post partum. Cairan yang keluar berwarna merah
  • 29. 17 karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium b) Lochea sanguilenta Berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlansung, dari hari keempat dan hari ketujuh post partum. c) Lochea serosa Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidah berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pascapersalinan. d) Lochea alba Lokia ini mengandung leukosit sel, desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokia alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. e) Lochea Purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk f) Lochiostatis lochea yang tidak lancar keluarnya. (Sulistyawati, 2009; h. 77)
  • 30. 18 3. Perubahan di serviks dan Segmen Bawah Uterus Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus yang sangat menipis berkontraksi dan bertraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin 4. Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina (Rukiyah dkk, 2011; h. 61) 5. Perenium Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya terenggang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari kelima, perineum
  • 31. 19 sudah mendapatkan kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap kendur daripada keadaan sebelum hamil (Sulistyawati, 2009; h. 78-79) Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Biasanya setelah melahirkan, perineum menjadi agak bengkak / edema dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi, yaitu sayatan untuk memperluas pengeluaran bayi (Maryuyani, 2009; h. 15 ) 2.1.5.2 Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan,kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktifitas tubuh Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan.
  • 32. 20 2.1.5.3 Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlansung.Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam /postpartum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “dieresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu. 2.1.5.4 Perubahan Sistem Muskulos keletal Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. (Sulistyawati, 2009; h. 79) 2.1.5.5 Perubahan Sistem Endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut. 1. Oksitosin Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon
  • 33. 21 oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal. 2. Prolaktin Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. 3. Estrogen dan Progesteron Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Di samping itu, progesteron memengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat memengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina. (Saleha, 2009; h. 60). 2.1.5.6 Perubahan Tanda-Tanda Vital 1. Suhu Badan Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2derajat Celsius. sesudah partus dapat naik kurang dari 0,5 derajat Celsius dari keadaan normal, namun tidak akan
  • 34. 22 melebihi 8 derajat Celsius. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu ibu lebih dari 38 derajat Celsius, mungkin terjadi infeksi pada klien. 2. Nadi dan pernafasan Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit setelah partus, dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula. 3. Tekanan darah Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit – penyakit lain yang menyertai dalam ½ bulan tanpa pengobatan. (Saleha, 2009; h. 61). 2.1.5.7 Perubahan Sistem Kardiovaskuler Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun
  • 35. 23 kadarnya masih tetap lebih tinggi dari pada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini. 2.1.5.8 Perubahan Sistem Hematologi Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume plasma dari pada sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel darah pada waktu kehamilan diasosikan dengan peningkatan hematokrit dan haemoglobin pada hari ketiga sampai tujuh hari setelah persalinan. (Rukiyah dkk, 2011; h. 71) 2.1.5.9 Perubahan Payudara Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologi, yaitu produksi susu dan sekresi susu atau let down..Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta lalu mengeluarkan hormon prolaktin. Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap putting,
  • 36. 24 refleks saraf meransang untuk mengsekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada putting. Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama. (Saleha, 2009; h. 58) 2.1.6 Adaptasi Psikologi Pada Masa Nifas 2.1.6.1 Taking in period Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan. Ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, focus terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang di alami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat. 2.1.6.2 Taking hold period Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang di alami ibu.
  • 37. 25 2.1.6.3 Letting go period Dialami setelah tiba ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya. 2.1.7 Kebutuhan dasar ibu masa nifas 2.1.7.1 Nutrisi Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut. a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
  • 38. 26 d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca persalinan. e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. (Saleha, 2009; h. 71-72). 2.1.7.2 Ambulasi Dini Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24 - 48 jam postpartum. Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut : a. Ibu merasa lebih sehat, dan lebih kuat b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik c. Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat anaknya selama ibu masih dalam perawatan d. Early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk,
  • 39. 27 tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka diperut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus. (Saleha, 2009; h.72). 2.1.7.3 Eliminasi a. Buang Air Kecil Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi. (Saleha, 2009; h. 73). b. Buang Air Besar Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah). (Saleha, 2009; h.73)
  • 40. 28 2.1.7.4 Kebersihan Diri (Personal Hygiene) Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. Langkah – langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut : a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum. b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, kemudian Bersihkan daerah sekitar anus. c. Anjurkan ibu untuk membersihkan vulva setiap setelah BAK dan BAB. d. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya e. Sarankan ibu mengganti pembalut minimal 2 kali sehari.
  • 41. 29 f. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka. (Saleha, 2009; h. 73 – 74). 2.1.5.5 Istirahat Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya antara lain: a. Anjurkan ibu untuk cukup istirahat. b. Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan. c. Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur. Kurang istirahat dapat menyebabkan: a. Jumlah ASI berkurang. b. Memperlambat proses involusi uteri. c. Menyebabkan defresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi. (Yanti damai dkk, 2011; h. 84).
  • 42. 30 2.1.5.6 Seksual Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat berikut ini. a. Secara fisik aman untuk melakukan hubungan suami istri bagitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. b. Banyak budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai masa waktu tertentu misalnya setalah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan (Saleha, 2009; h. 75). 2.1.5.7 Keluarga Berencana Program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah nifas selesai atau 40 hari (6 minggu), dengan tujuan menjaga kesehatan ibu. Pada saat melakukan hubungan seksual sebaiknya perhatikan waktu, penggunaan kontrasepsi, dispareuni, kenikmatan, dan kepuasan pasangan suami istri (Yanti damai dkk, 2011; h. 86).
  • 43. 31 2.1.5.8 Senam Nifas Organ-organ tubuhwanita akan kembali seperti semula sekitar 6 minggu. Oleh karena itu, ibu akan berusaha memulihkan dan mengencangkan bentuk tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara latihan senam nifas. Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan sampai dengan hari ke sepuluh. Beberapa faktor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam nifas antara lain: a. Tingkat kebugaran ibu. b. Riwayat persalinan. c. Kemudahan bayi dalam pemberian asuhan. d. Kesulitan adaptasi post partum. Tujuan Senam Nifas adalah sebagai berikut: a. Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu. b. Mempercepat proses involusi uteri. c. Membantu memulihkan dan mengencangkan otot panggul, perut, dan perineum. d. Memperlancar pengeluaran lochea. e. Membantu mengurangi rasa sakit. f. Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan.
  • 44. 32 g. Mengurangi kelainan dan komplikasi masa nifas. (Yanti damai dkk, 2011; h. 86). 2.1.8 Laktasi dan Menyusui 2.1.8.1 Anatomi Payudara Payudara yang matang adalah salah satu tanda pertumbuhan sekunder dari seorang perempuan dan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu, untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama kehidupan, karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting. Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia yang mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram. Gambar. 2.1 Anatomi Payudara
  • 45. 33 1. Letak setiap payudara terletak pada sternum yang meluas setinggi kosta kedua dan keenam. Payudara ini terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada yang disangga oleh ligamentum sospensorium 2. Bentuk bentuk masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas keketiak atau aksila 3. Ukuran ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar dari pada yang lain. a. Struktur Makroskopis Struktur makroskopis payudara adalah sebagai berikut 1) Cauda Aksilaris Adalah jaringan payudara yang meluas ke arah aksila. 2) Areola Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2.5 cm. Letaknya mengelilingi puting susu
  • 46. dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. 3) Papila Mamae Terletak setinggi interkosta IV, tetapi ber adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan otot-otot yang Longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut. Bentuk puting ada 4 macam yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam. (Dewi dkk, 2011; h. 7 Gambar. 2.2 Jenis-jenis Puting Susu 34 dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat- s yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi, otot yang Longitudinal akan Bentuk puting ada 4 macam yaitu bentuk yang al, pendek/datar, panjang dan terbenam. (Dewi dkk, 2011; h. 7-9
  • 47. 35 b. Struktur Mikroskopis 1) Alveoli Alveolus merupakan tempat air susu diproduksi. 2) Ductus lactifer Saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactiferus. 3) Ampulla Bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat menyimpan air susu. Letaknya di bawah areola. 4) Lanjutan setiap duktus laktiferus meluas dari ampula sampai muara papilla mammae. (Dewi dkk, 2011; h. 9) 2.1.9 Manfaat pemberian ASI 2.1.9.1 Bagi bayi 1. Komposisi sesuai kebutuhan 2. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan 3. ASI mengandung zat pelindung 4. Perkembangan psikomotorik lebih cepat 5. Menunjang perkembangan kognitif 6. Menunjang perkembangan penglihatan 7. Memperkuat ikatan batin ibu dan anak
  • 48. 36 8. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat dasar untuk perkembangan kepribadian dan percaya diri 2.1.9.2 Bagi ibu 1. Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat kembalinya rahim kebentuk semula 2. Mencegah anemia defisiensi besi 3. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil 4. Menunda kesuburan 5. Menimbulkan perasaan dibutuhkan 6. Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium 2.1.9.3 Manfaat bagi keluarga 1. Mudah dalam proses pemberiannya 2. Mengurangi biaya rumah tangga 3. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat 2.1.9.4 Manfaat bagi Negara Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat obatan 1. Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan menyusui 2. Mengurangi populasi 3. Mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas (Saleha, 2009; h. 31-33)
  • 49. 37 2.1.10 Komposisi ASI Asi adalah makanan terbaik untuk bayi. kandungan gizi dan ASI sangat khusu dan sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. Berikut ini beberapa Komposisi gizi dalam ASI yaitu: 1. Protein Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio protein whey : kasein = 60 : 40, dibanding dengan susu sapi yang rasionya 20 : 80. ASI mengandung alfa – laktabumin, sedangkan air susu sapi mengandung beta – laktoglobulin dan bovine serum albumin. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi. Kadar metiolin dalam ASI lebih rendah dari pada susu sapi, sedangakan sisten lebih tinggi. Kadar tirosin dan fenalanin pada asi rendah. Kadar poliamin dan nukleotid yang untuk sintesis protein pada asi lebih tinggi dibandingkan air susu sapi. 2. Karbohidrat ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari air susu sapi (6,5 – 7 gram). Karbohidrat yang pertama adalah laktosa 3. Lemak Bentuk emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih besar dari air susu sapi. Asam lemak rantai panjang berperan dalam perkembangan otak. Kolesterol yang diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan diperkirakan juga berfungsi dalam perkembangan pembentukan enzim.
  • 50. 38 4. Mineral ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. ASI memiliki kalsium, fosfor, sodium potasium, dalam tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi. Bayi yang diberikan ASI tidak akan menerima pemasukan suatu muatan garam yang berlebihan sehingga tidak memrlukan air tambahan dibawah kondisi – kondisi umum. 5. Air Kira – kira 88 % ASI terdiri atas air yang berguna melarutkan zat – zat yang terdapat didalamnya sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus dari bayi. 6. Vitamin Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D, C cukup. Sementara itu golongan vitamin B kecuali ribofin dan asam penthothenik lebih kurang. a) Vitamin A Air susu manusia yang sudah masak (dewasa mengandung 280 IU) vitamin A dan kolostrum mengandung sejumlah dua kali itu. Susu sapi hanya mengandung 18 IU b) Vitamin D Vitamin D larut dalam air dan lemak, terdalam air susu manusia
  • 51. 39 c) Vitamin E Kolostrum manusia kaya vitamin E, fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia, akan tetapi juga membantu melindungi paru – paru dan retina dari akibat oxide d) Vitamin K Diperlukan untuk sintesis faktor – faktor pembekuan darah, bayi yang mendapatkan ASI mendapatkan vitamin K lebih banyak e) Vitamin B komplek Semua vitamin B ada pada tingkat yang diyakinkan memberikan kebutuhan harian yang diperlukan f) Vitamin C Vitamin C sangat penting dalam sintesis kolagen, ASI mengandung 43 mg/100 ml vitamin C dibanding dengan susu sapi. 2.1.11 Stadium ASI ASI dibandingkan dalam 3 stadium yaitu sebagai berikut : 1) Kolostrum Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah kolostrum yang mengandung campuran kaya akan protein, mineral, antibodi daripada ASI yang telah matang. ASI dimulai ada kira – kira pada hari ke 3 atau hari ke 4. Kolostrum berulah menjadi ASI yang matang kira – kira 15 hari sesudah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan dengan viskosis kental, lengket, dan berwarna kekuningan.
  • 52. 40 2) ASI transisi ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Selama 2 minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat. 3) ASI matur ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. ASI matur tanpa warna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak mengumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan lemak rendah, tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan air. 2.1.12 Masalah Dalam pemberian ASI Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering diangap masalah pada anak saja. Dan hal ini akan menjadi masalah menyusui pada masa nifas dini yaitu sebagai berikut: 1. Puting Susu Lecet Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. beberapa penyebab puting susu lecet adalah :
  • 53. 41 a. Teknik menyusui yang tidak benar b. Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting susu c. Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu d. Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue) e. Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi puting susu lecet adalah: a. Cari penyebab putting lecet b. Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan,dan tidak di anjurkan menggunakan pompa karena nyeri atau bayi disusukan lebih dulu pada putting susu yang normal atau lecetnya sedikit. c. Olesi puting dengan ASI akhir (hind milk), tidak menggunakan sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat membersihkan payudara. d. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam) e. Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waaktu 2x24 jam. f. Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk mengunakan sabun.
  • 54. 42 g. Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai kalang payudara dan susukan secara bergantian di antara kedua payudara. h. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan kering i. Pergunakan bra yang menyangga. j. Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit k. Jika penyebab monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin. (Dewi dkk, 2011; h. 39-40) 2. Puting melesak (masuk ke dalam) Jika puting susu melesak diketahui sejak hamil, hendaknya puting susu ditari-tarik dengan menggunakan minyak kelapa setiap mandi 2-3 kali sehari. Jika puting susu melesak diketahui setelah melahirkan, dapat dibantu dengan tudung puting (nipple hoot). (Dewi dkk, 2011; h. 40) 3. Payudara Bengkak Bedakan antara payudara penuh karena berisi ASI dengan payudara bengkak. Pada payudara penuh terasa berat pada payudara, panas, dank eras, bila diperiksa ASI keluar dan tidak demam. Pada payudara bengkak; payudara udem, sakit, putting kencang, kulit mengkilap walau tidak merah, dan bila
  • 55. 43 diperiksa/dihisap ASI tidak keluar, badan bias demam setelah 24 jam. Penyebab payudara bengkak : Menyusui yang tidak kontinu sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini terjadi karena antara lain produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang baik, mungkin kurang sering ASI dikeluarkan, dan mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui. Hal ini dapat terjadipada hari ke 3 setelah melahirkan. Selain itu penggunaan bra yang ketat serta keadaan putting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus. Cara mengatasinya hal di atas adalah : b. Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar c. Menyusui bayi tanpa jadwal (nir-jadwal dan on demand) d. Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi e. Jangan memberikan minuman lain pada bayi f. Lakukan perawatan payudara pasca-persalinan (Dewi dkk, 2011; h. 40) 4. Bendungan Asi Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
  • 56. 44 suhu badan. Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila ibu memiliki kelainan puting susu( misalnya puting susu datar, terbenam dan cekung). Sesudah bayi dan plasenta lahir, kadar estrogen dan progestron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya prolaktin waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hypopisis. Hormon ini menyebabkan alveolus- alveolus kelenjar mamae terisi dengan air susu, tetapi untuk mangeluarkannya dibutuhkan reflex yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Pada permulaan nifas apabila bayi belum mampu menyusun dengan baik, atau kemudian apabila terjadi kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu. (Rukiyah dkk, 2010; h. 345) Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun dipayudara sudah terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan antibiotik pembunuh kuman. (Saleha, 2009; h. 11).
  • 57. 45 - Faktor-faktor penyebab Bendungan ASI 1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya berlebihan, apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, dan payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI didalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI). 2. Faktor hisap bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI). 3. Faktor menyusui bayi yang tidak benar ( teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI). 4. Puting susu terbenam ( putting susu terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI). 5. Puting susu terlalu panjang (putting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan meransang sinus
  • 58. 46 laktiferus untuk megeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI). (Rukiyah dkk, 2010; h. 346) - Tanda dan gejala bendungan ASI Tanda dan gejala bendungan ASI antara lain dengan ditandainya dengan: mamae panas serta keras pada perabaan dan nyeri, putting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusui, pengeluaran susu kadang terhalang oleh duktus laktiferi yang menyempit, payudara bengkak, keras, panas, Nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan,suhu tubuh mencapai 380 c. (Rukiyah dkk, 2010; h. 346) - Pencegahan bendungan ASI Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah: 1) Menyusui dini 2) Susui bayi sesegera mungkin setelah dilahirkan 3) Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand 4) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa 5) Bila produksi melebihi kebutuhan bayi 6) Perawatan payudara pasca persalinan (Rukiyah dkk, 2010; h. 347)
  • 59. 47 - Pananganan Bendungan ASI Salah satu cara yang dapat kita lakukan dalam pananganan bendungan ASI adalah dengan melakukan tindakan perawatan payudara. Alat-alat yang diperlukan melakukan tindakan perawatan payudara adalah kapas dalam kom kecil 1) 2 buah waskom yang berisi air hangat dan air dingin 2) baby oil 3) waslap 2 buah 4) handuk besar 2 buah 5) bengkok 1 buah 6) dan baju ganti set. Langkah-langkah tindakan perawatan payudara adalah 1) Bantu ibu untuk membuka pakaian bagian atas dan dalam secara sopan. 2) Berikan kompres kapas yang berisikan baby oil pada putting susu selama dua menit. 3) Bersihkan putting susu pada kotoran. 4) Kemudian oleskan baby oil pada kedua tangan pemeriksa. 5) Kompres payudara kanan dan kiri dengan kompres hangat dan kompres dingin secara bergantian sebanyak 5 langkah diakhiri dengan kompres hangat (kompres hangat selama 2 menit, kompres air dingin selama 1 menit). 6) Keringkan payudara dengan handuk. 7) Bantu ibu mengenakan pakaian dan bereskan alat- alat.
  • 60. 48 8) Cuci tangan. Lakukan teknik menyusui, dengan langkah- langkah sebagai berikut: 1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola disekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu. 2) Bayi diletakan menghadap perut ibu/ payudara 3) Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (kaki tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. 4) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh mengenadah) dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. 5) Satu tangan bayi diletakan dibelakang badan ibu, dan yang satu didepan 6) Perut bayi menempel perut ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi). 7) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
  • 61. 49 Catatan : ibu menatap bayi dengan kasih sayang. 1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang dibawah, jangan menekan putting susu atau areola saja. 2) Bayi diberi ransangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan cara: a) Menyentuh pipi dengan putting susu b) Menyentuh sisi mulut bayi 3) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan putting susu serta areola dimasukan kemulut bayi. 4) Usahakan sebagian areola dapat masukan kedalam mulut bayi sehingga putting susu ibu berada dibawah langit- langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampung ASI yang terletak dibawah areola. 5) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disanggah lagi. 6) Untuk mengetahui bayi telah menyusui dengan teknik yang benar dan tepat. Dapat dilihat : a) Bayi tampak tenang (1) Badan bayi menempel dengan perut ibu (2) Mulut bayi membuka dengan lebar (3) Sebagain areola masuk kedalam mulut bayi
  • 62. 50 (4) Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan (5) Putting susu ibu tidak terasa nyeri (6) Telinga dan lengan sejajar terletak pada garis lurus (7) Kepala tidak menengadah b) Melepaskan isapan bayi Setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong, sebaiknya ganti payudara yang lain. Cara melepaskan isapan bayi : (1) Jari kelingking ibu dimasukan kemulut bayi melalui sudut mulut. (2) Dagu bayi ditekan kebawah (3) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitar. Biarkan kering dengan sendirinya. (Daftar tilik kebidanan, AKBID ADILA) (4) Bagi ibu menyusui, dan bayi tidak menetek, bantulah memerah air susu dengan tangan dan pompa, jika ibu menyusui dan bayi mampu menetek, bantu ibu meneteki lebih sering pada kedua payudara tiap kali meneteki, berikan penyuluhan cara meneteki yang baik. Mengurangi sebelum menetek: berikan kompres hangat pada dada sebelum meneteki atau mandi air hangat, pijat
  • 63. 51 punggung dan leher, memeras susu secara manual sebelum meneteki dan basahi putting susu agar bayi mudah menetek. Mengurangi nyeri setelah meneteki: gunakan bebet atau kutang, kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak, terapi paresetamol 500 mg per oral. (5) Bagi ibu tidak menyusui, berikan bebet atau kutang ketat, kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak dan nyeri, hindari pijat dan kompres hangat, berikan paresetamol 500 mg per oral, evaluasi 3 hari. (Rukiyah dkk, 2010; h. 347-348) 5. Mastitis Atau Abses Payudara Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak kadang kala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Didalam terasa ada masa padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Tindakan yang dapat dilakukan : a. Kompres hangat/panas dan pemijatan. b. Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu stimulasi putting susu, pijat leher punggung, dll.
  • 64. 52 c. Pemberian antibiotik : Flucloxacilin atau erythromycin selama 7-10 hari. d. Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri. e. Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin perlu tindakan bedah. (Ambarwati dkk, 2010; h. 49-50) 6. Kelainan anatomi pada putting Pada ibu yang mengalami kelainan pada putting bila sudah di ketahui selama hamil harus dilakukan masase dengan tehnik hofman secara teratur jika sampai melahirkan putting masih mengalami intervensi setelah bayi lahir lakukan hal berikut a. Jika hanya satu putting yang mengalami intervensi susui bayi pada putting yang normal agar kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi, sehingga bayi mau mencoba menyusu pada putting yang mengalami intervensi b. Kompres dingin pada putting yang sakit sebelum menyusu akan menambah protaktilitas putting c. Lakukan tehnik Hoffman 7. Bayi enggan menyusu Bayi yang enggan menyusu harus mendapatkan perhatian khusus karna kadang-kadang merupakan gejala dari penyakit yang membahayakan jiwa bayi. Misalnya pada bayi neonaturum,
  • 65. 53 meningitis, hiperbilirubinemia dan sebagainya. Penyebab lain dari bayi enggan menyusu adalah : a. Bayi pilek sehinggasaat menyusui bayi sulit bernafas b. Bayi sariawan/moniliasis sehingga nyeri pada saat menghisap c. Bayi tidak dirawat gabung sehingga bayi sudah mendapat susu botol d. Bayi di tinggal lama karna ibunya mengalami komplikasi e. Bayi bingung putting f. Bayi dengan lidah pendek (freenulum linguae) g. Teknik menyusui yang salah h. Asi yang kurang lancar i. Pemberian makan tambahan 8. Kegagalan menyusui Beberapa ibu merasa bahwa ia tidak cukup memiliki ASI, padahal tidak ada masalah sama sekali pada ASI nya. Tanda bayi cukup ASI a. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minngu pertama b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir c. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali perhari d. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi mendengarkan ASI e. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis
  • 66. 54 f. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal g. Pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan h. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motorik sesuai dengan rentang usianya) i. Bayi kelihatan puas, sewaktu waktu saat lapar akan bangun dan tidur dengan cukup j. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian melemah dan tertidur puas. (Dewi dkk, 2011; h. 24) 9. Langkah-langkah menyusui yang benar a. Duduk dengan posisi santai dan tegak b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya c. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu d. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan e. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara f. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus g. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
  • 67. 55 h. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari menekan payudara bagian atas areola i. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi j. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke mulut bayi k. Melepas isapan bayi Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi : 1) Jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui sudut mulut 2) Dagu bayi ditekan kebawah l. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya. (Ambarwati, 2010; h. 38-40) m.Mengajarkan kepada ibu tentang cara menyendawakan bayi Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh) setelah menyusui.
  • 68. 56 Cara menyendawakan bayi : a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan b. Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa. (Ambarwati dkk, 2010; h. 40) 2.2 TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN 2.2.1 Pengertian Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus terhadap klien. Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik (Soepardan, 2008; h. 96).
  • 69. 57 Varney menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses manajemen kebidanan ini terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan setiap langkah disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke-tujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan klien (Saminem, 2010; h. 39). 2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney 2.2.2.1 Pengumpulan data dasar (Pengkajian) Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. a) Data subjektif 1) Identitas pasien a. Nama pasien dikaji agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. b. Umur pasien dikaji untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
  • 70. 58 matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. c. Agama pasien dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. d. Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan sehari- hari. e. Pendidikan pasien dikaji karena berpengarauh terhadap tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikan. f. Pekerjaan passien dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (Ambarwati, 2010; h. 131-132) g. Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan (Ambarwati, 2010; h. 131) 2) Keluhan utama dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mulas, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum.
  • 71. 59 (Rukiyah, 2011;h. 141) 1) Riwayat obstetric a) Riwayat haid Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya (1) Menarche Usia pertama kali mengalami menstruasi. Untuk wanita Indonesia pada usia sekitar 12- 16 tahun. (2) Siklus Jarak antara menstruasi yang di alami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, biasanya sekitar 23-32 hari. (3) Volume Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstrusi yang di keluarkan. (4) Keluhan Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang di rasakan ketika mengalami menstruasi misalnya sakit yang sangat pening sampai pingsan,atau jumlah darah yang banyak. (Sulistyawati dkk, 2009; h. 112)
  • 72. 60 (5) HPHT Bidan ingin mengetahui tanggal hari pertama dari menstruasi terakhir klien untuk memperkirakan kapan kira-kira bayi akan lahir (Walyani, 2015: h. 120) (6) Tapsiran Persalinan Gambaran riwayat menstruasi klien yang akurat biasanya membantu penetapan tanggal perkiraan kelahiran yang disebut tapsiran partus (Walyani, 2015:h. 121) (7) Gangguan kesehatan alat reproduksi Ada beberapa penyakit organ reproduksi yang berkaitan erat dengan personal hygiene pasien atau kebiasaan lain yang tidak mendukung kesehatan reproduksinya. (Sulistyawati, 2009; h. 113) 2) Riwayat kesehatan a) Sekarang Data-data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang di derita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
  • 73. 61 b) Yang Lalu Data yang di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini. c) Keluarga Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu bila ada penyakit keluarga yang menyertainya. (Ambarwati, 2010; h. 133) b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu. (Ambarwati, 2010;h. 134) d) Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa. (Ambarwati. 2010 ;h. 134)
  • 74. 62 3) Pola kebutuhan Sehari-hari a) Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan. (Ambarwati, 2010; h. 136). b) Eliminasi Ibu diminta untuk miksi 6 jam pst partum. Jika dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi, ibu post partum diharapkan dapat defekasi setelah hari kedua post partum ( Saleha, 2009; h. 73) c) Istirahat Istirahat Ibu nifas memeerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan satu jam pada siang hari. d) Personal Hygine Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lokia.
  • 75. 63 e) Aktivitas sehari hari Bidan perlu mengkaji aktivitas sehari-hari pasien karena data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat aktifitas yang biasa dilakukan pasien dirumah. (Sulistyawati, 2009; h. 116) f) Aktivitas seksual Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat berikut ini. 1. Secara fisik aman untuk melakukan hubungan suami istri bagitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. 2. Banyak budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai masa waktu tertentu misalnya setalah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan. (Saleha, 2009; h. 75).
  • 76. 64 g) Data psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi / psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai post partum blues. Post partum blues sebagian besar merupakan perwujudanfenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah factor. Penyebab yang paling menonjol adalah: - Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan - Rasa sakit masa nifas awal - Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan post partum - Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit. - Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
  • 77. 65 Menjelaskan pengkajian psikologis: - Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya - Respon ibu terhadap bayinya - Respon ibu terhadap dirinya b) Data objektif Untuk melengkapi data untuk menegakkan diagnosis. Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan penunjang yang di lakukan secara berurutan. a. Pemeriksaan Umum Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai berikut: 1) Keadaan umum Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara keseluruhan, hasil pengamatan yang di laporkan kriterianya baik atau lemah. 2) Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang ke sadaran pasien,kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan compos mentis sampai dengan koma. (Sulistyawati, 2009; h. 121) 3) Tanda-tanda vital
  • 78. 66 a) Tekanan darah Pada beberapa kasus di temukan keadaan hipertensi post partum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit- penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan. (Ambarwati, 2010; h. 139). Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. (Rukiyah dkk, 2011;h. 69) b) Nadi Berkisar antara 60- 80x/menit denyut nadi di atas 100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebih. c) Suhu
  • 79. 67 Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama pada masa nifas pada umumnya di sebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga di sebabkan karena istirahat dan tidur yang di perpanjang selama awal persalinan. (Ambarwati dkk, 2010; h. 138). Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu di atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum. (Rukiyah dkk, 2011;h. 68) d) Pernafasan Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,yaitu sekitar 20-30 x/menit.
  • 80. 68 (Ambarwati, 2010; h. 139) Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok. (Rukiyah dkk, 2011; h.69) e) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi : pemeriksaan khusus ( terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya ( Soepardan, 2008; h. 97-98). 4) Pemeriksaan fisik a) Kepala Organ tubuh yang perlu dikaji karena pada kepala terdapat organ –organ yang sangat penting pengkajian diawali dengan inspeksi lalu palpasi (Tambunan, 2011;h. 66)
  • 81. 69 b) Wajah Pada daerah wajah kesimetrisan muka, apakah kulitnya normal, pucat,. Ketidak simetrisan muka menunjukan adanya gangguan pada saraf ke tujuh (Tambunan, 2011;h. 66) c) Mata Untuk mengetahui dan fungsi mata, teknik yang di gunakan inspeksi dan palpasi (Tambunan, 2011;h. 67) d) Hidung Di kaji untuk mengetahiui keadaan bentuk dan fungsi hidung, bagian dalam, lalu sinus-sinus (Tambunan, 2011;h.79) e) Mulut Untuk mengetahui bentuk dan adanya kelainan pada mulut atau tidak (Tambunan, 2011;h.81) f) Telinga Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga,/membrane timpani, dan pendengaran. Teknik yang digunakan adalah inspeksi dan palpasi (Tambunan,2011;h.73)
  • 82. 70 g) Leher Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ-organ lain yang berkaitan. Teknik yang digunakan adalah inspeksi dan palpasi h) Dada Untuk mengkaji kesehatan pernafasan dan untuk mengetahui adanya kelainan atau tidak (Tambunan, 2011; h. 66-68) i) Payudara Inspeksi bentuk payudara, benjolan pigmentasi putting susu, palpasi adanya benjolan (tumor mamae) dan kolostrum (Walyani, 2015; h.87) Simetris/ tidak, konsistensi, ada pembengkakan atau tidak, putting menonjol/tidak (Ambarwati dkk, 2010:h. 139) j) Abdomen Untuk memeriksa apakah ada komplikasi post partum pada abdomen ibu atau tidak dengan melihat bentuk, palpasi untuk mengetahui TFU. (Anggraini, 2010; h.126-127)
  • 83. 71 TFU : Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus (gr) Keadaan Serviks Bayi lahir Setinggi pusat 1000 Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 Lembek Satu minggu Pertengahan pusat dan simpisis 500 Beberapa hari setelah postpartum dapat dilalui 2 jari. Akhir minggu pertama dapat dimasuki 1 jari. Dua minggu Tak teraba diatas simpisis 350 Enam minggu Bertambah kecil 50-60 Delapan minggu Sebesar normal 30 (Dewi dkk, 2011; h. 57) k) Genetalia Untuk memeriksa perineumterhadap penyembuhan luka, pengeluaran lochea dan bau pengeluarannya. l) Ekstremitas Untuk memeriksa adanya tromboplebitis, oedema dan menilai adanya pembesaran varises atau tidak (Anggraini, 2010;h.124-131) 5) pemeriksaan penunjang a) Pemeriksaan laboratorium Melakukan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan yakni protein urine, glukosa urine dan hemoglobin 1) Pemeriksaan HB dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan.
  • 84. 72 2) Pemeriksaan protein urine Untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil. Protein urine ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah pre-eklamsi 7. Data penunjang Riwayat Persalinan sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi JK, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpangaruh pada masa nifas saat ini. (Ambarwati dkk, 2009; h. 134). 3) Pengkajian fisik bayi baru lahir Pengkajian fisik pada bayi baru lahir dilakukan dalam dua tahap. Pertama, pengkajian segera setelah lahir. Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus yaitu dengan penilaian APGAR. Pengkajian sudah dimulai sejak kepala tampak crowning di depan vulva. Kedua, pengkajian keadaan fisik. Setelah pengkajian segera setelah lahir untuk memastikan bayi dalam keadaan normal, atau mengalami penyimpangan. (Muslihatun, 2010; h.33-34 )
  • 85. 73 2.2.2.2 Interpretasi Data Dasar Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diintepretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membuthkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan. 1. Diagnosa Kebidanan Diagnosis dapat di tegakkan berkaitan dengan para,abortus,anak hidup,umur ibu,dan keadaan nifas. 2. Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. (Ambarwati dkk, 2010; h. 141) 3. Kebutuhan Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahny. Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadapdiagnosinya. (Sulistyawati, 2009;h.192) 2.2.2.3 Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial Mengidentifikasikan masalah atau masalah. Potensial yang mungkin akan terjadi. Langkah ini membutuhkan diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial, berdasarkan
  • 86. 74 rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. (Ambarwati dkk, 2010; h. 142) 2.2.2.4 Tindakan Segera Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. (Ambarwati dkk, 2010; h. 143). Tindakan segara untuk bendungan ASI adalah perawatan payudara dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi rasa sakit pada payudara dengan berikan kompres dingin dan hangat dengan handuk secara bergantian kiri dan kanan. Lalu berikan kompres sebelum menyusui bayi agar memudahkan bayi dalam menghisap dan menangkap putting susu. Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara lakukan pengurutan yang dimulai dari puting kearah kopus mamae. Ibu harus rileks, dan dipijat leher dan punggung belakang. (Rukiyah dkk, 2010; h. 347)
  • 87. 75 2.2.2.5 Merencanakan Asuhan Perencanaan asuhan kebidanan yang dapat dilakukan dalam 6 hari post partum adalah memastikan involusi uterus berjalan normal seperti uterus berkontraksi, funus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeks, atau perdarahan abnormal. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak mmperlihatkan tanda tanda penyulit.Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari. (Sulistyawati, 2009; h.133 ) Perencanaan asuhan kebidanan ibu nifas dengan bendungan ASI yang dilakukan adalah : Beritahu ibu hasil pemeriksaan keadaan ibu dan hasil pemeriksaan fisik ibu. b. Berikan penjelasan kepada ibu tentang masalah bahwa ibu mengalami bendungan ASI c. Lakukan penanganan pada ibu dengan bendungan ASI d. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk melihat apakah keadaan membaik atau tidak e. Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan. (Rukiyah dkk, 2010; h. 349).
  • 88. 76 2.2.2.6 Melaksanakan Asuhan Langkah ini merupakn pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan dan melaksanakn rencana asuhan secara efesien dan aman. 2.2.2.7 Evaluasi Dalam langkah ini dilakukan evaluasi keefektivan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana. (Ambarwati dkk, 2010; h. 147). 2.3 LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: 1. Kewenangan normal: b. Pelayanan kesehatan ibu c. Pelayanan kesehatan anak d. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah 3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter 4. Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan.
  • 89. 77 Kewenangan ini meliputi: 1. Pelayanan kesehatan ibu 2. Ruang lingkup m)Pelayanan ibu nifas normal n) Pelayanan ibu menyusui 3. Kewenangan: a. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas b. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif (http://www.kesehatanibu.depkes.go.id.)
  • 90. 78 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.R USIA 22 TAHUN P1A0 POST PARTUM 3 HARI DENGAN BENDUNGAN ASI DI BPS NENY SUZANNAWATI, Amd.Keb KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 1.1 PENGKAJIAN Nama Mahasiswa : Ruli Desta Pratiwi Tanggal : 07 April 2015 Jam : 10.00 WIB 1.1.1 Data subjektif 1.1.1.1 Identitas pasien Istri Suami Nama : Ny. R Nama : Tn.R Umur : 22 tahun Umur : 24 Tahun Agama : Islam Agama : Islam Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa Pendidikan : SMK Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Jl. Pramuka, Gg Purna Irawan 1 No. 07 Bandar Lampung 1.1.1.2 Keluhan utama Ibu mengatakan payudaranya terasa penuh, panas, berat dan keras serta nyeri, ASI keluar tidak lancar sejak 3 hari setelah persalinan 78
  • 91. 79 1.1.1.3 Riwayat Obstetri 1. Riwayat haid Menarche : 12 Tahun Siklus : 28 Hari Volume : 3 kali/hari ganti pembalut Keluhan : Ada 2. Riwayat kehamilan sekarang HPHT : 20-06-2014 TP : 27-04-2015 3. Riwayat kehamilan, persalainan dan nifas yang lalu N o Tahun persalin an Tempat persalinan Umur Kehamilan Jenis persalinan Penol ong Penyulit Keadaan Ket Nifas Anak 1 Nifas ini 1.1.1.4 Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Hipertensi : Tidak ada Dm : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada b. Riwayat kesehatan dahulu Hipertensi : Tidak ada
  • 92. 80 Dm : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada c. Riwayat kesehatan keluarga Hipertensi : Tidak ada Dm : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada 1.1.1.5 Riwayat KB Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi 1.1.1.6 Pola kebutuhan sehari-hari 1. Nutrisi Saat Hamil : Ibu makan 3x/hari, porsi cukup, dengan menu nasi, lauk (ikan, tahu, tempe, telur), sayur (bayam, kangkung, daun singkong), minum susu 2x/hari, dan minum air putih ±8 gelas/hari
  • 93. 81 Saat Nifas : Ibu makan 3x/hari dengan menu 2 centong kecil nasi, 1 mangkok sayur bening, 1 potong ikan, 1 potong tempe, dan 1 biji buah- buahan 2. Pola Eliminasi Saat Hamil : BAB 1x/hari, BAK 6-7 x/hari, warna kuning jernih, bau khas. Saat Nifas : BAB 1x/ sehari, BAK 4-5 x/hari,warna kuning jernih, bau khas. 3. Pola Istirahat Saat Hamil : Ibu tidur siang ±1 jam/hari, tidur malam ±8 jam/hari, nyenyak, tidak ada keluhan Saat nifas : Tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 5-6 jam. 4. Pola Aktifitas Ibu mengatakan dari setelah melahirkan belum melakukan aktifitas apapun masih berbaring di tempat tidur, pada 2 jam post partum ibu dapat miring kiri miring kanan dan 6 jam post partum ibu sudah mampu berjalan-jalan seperti ke kamar mandi.
  • 94. 82 5. Personal hygiene Saat hamil : Ibu mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 1x/hari, ganti baju 2x/hari, dan ganti celana dalam ketika terasa lembab Saat nifas : Ibu mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 2 hari sekali, dan ganti baju 1x/hari, dan ganti celana dalam ketika terasa lembab, dan ganti pembalut 3x/hari. 6. Pola Seksual Saat hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan suami istri 1x/minggu dengan hati-hati Saat nifas : Ibu mengatakan belum melakukan hubungan suami istri karena sedang masa nifas 1.1.1.7 Psikososial a. Tanggapan ibu terhadap dirinya Ibu mengatakan bahagia setelah dia mampu melahirkan secara normal
  • 95. 83 b. Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya Ibu mengatakan kurang mengetahui tentang keadaan nya saaat ini. c. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi Keluarga mengatakan bahagia dengan kelahiran bayi Ny. R d. Pengambilan keputusan Ibu mengatakan pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan secara musyawarah bersama 3.1.1 Data Objektif 1. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis Keadaan emosional : Stabil TTV : TD : 110/80 mmHg Pernafasan : 22 kali/menit Nadi : 80 kali/menit Suhu : 37,80 C 2. Pemeriksaan fisik a. Kepala: Warna rambut : Hitam Ketombe : Tidak Ada
  • 96. 84 Benjolan : Tidak Ada b. Wajah Cloasma : Tidak Ada Hiperpigmentasi : Tidak Ada Pucat : Tidak ada Edema : Tidak Ada c. Mata Simetris : Kanan dan kiri Kelopak mata : Tidak oedema Konjungtiva : Tidak pucat Sklera : Putih d. Hidung Simetris : Kanan dan kiri Polip : Tidak ada pembengkakan Kebersihan : Bersih e. Mulut Warna bibir : Merah Pecah- pecah : Tidak Ada Sariawan : Tidak Ada Gusi berdarah : Tidak Ada Gigi : Tidak berlubang f. Telinga Simetris : Kanan dan kiri Gangguan pendengaran : Tidak ada
  • 97. 85 g. Leher Simetris : Kanan dan kiri Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak Ada Pembesaran vena juguralis : Tidak Ada h. Dada Retraksi : Ada Bunyi mengi dan ronchi : Tidak Ada i. Payudara Simetris : Tidak simetris kanan kiri Pembesaran : Ada, sebelah kiri lebih besar Puttingg susu : Menonjol Hiperpigmentasi areola mamae : Ada Benjolan : Tidak Ada Konsistensi : Keras Pengeluaran : ASI tidak lancar j.Punggung dan pinggang Simetris : Kanan dan kiri Nyeri ketuk : Tidak Ada k. Abdomen Pembesaran : Tidak Ada Konsistensi : Lunak Kandung kemih : Kosong Uterus TFU : 2 cm dibawah pusat
  • 98. 86 Kandung kemih : Kosong Kontraksi : Baik l. Anogenital Vulva : Tidak Ada hematoma Perineum : Luka jahitan tampak masih basah Pengeluaran vaginam : Lochea rubra Anus : Tidak Ada hemoroid m. Ekstermitas bawah Oedema : Tidak Ada Kemerahan : Tidak Ada Varices : Tidak Ada Reflek patella : (+) Kanan dan kiri 3. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Laboraturium Tidak dilakukan 4. Data Penunjang a. Riwayat persalinan sekarang 1. IBU Tempat melahirkan : BPS Neny Suzannawati Penolong : Bidan Jenis persalinan : Spontan Lama persalinan : Catatan waktu
  • 99. 87 Kala I : 10 jam 15 menit Kala II : 1 jam 15 menit Kala III : 0 jam 15 menit Kala IV : 2 jam Lama : 13 jam 45 menit Ketuban pecah: Spontan Plasenta Lahir secara : Normal Diameter : 18 cm Berat : 500 gram Panjang tali pusat : 45 cm Perineum : Ada Laserasi derajat 2 2. Bayi Lahir tanggal/pukul : 05 April 2015/ 16.50 WIB Berat badan : 3500 gram Panjang badan : 48 cm Nilai apgar : 8/9 Jenis kelamin : Perempuan Cacat bawaan : Tidak Ada Masa gestasi : 40 minggu
  • 100. 88 MATRIKS BAB III Tgl/Jam Pengkajian Interpretasi Data (Diagnose Masalah Dan Kebutuhan) DX Potensial/ Masalah Potensial Antisipasi/ Tindakan Segera Intervensi Implementasi Evaluasi 7 April 2015, pukul 10.00 wib DS: 1. Ibu mengatakan telah melahirkan pada tanggal 05 april 2015 pkl 16. 50 wib. 2. Ibu mengatakan payudaranya terasa penuh, panas, berat dank eras serta nyeri, ASI tidak lancar sejak 3 hari setelah persalinan DO: - TTV: TD:110/80 mmHg, N:80 x/menit, Dx : Ny.R usia 22 tahun P1A0 post partum 3 hari dengan bendungan ASI Dasar: DS: 1. Ibu mengatakan telah melahirkan pada tanggal 05 april 2015 pkl 16. 50 wib. 2. Ibu mengatakan saat ini payudara terasa bengkak disertai nyeri pada saat menyusui DO: - TTV: TD:110/80 mmHg, N:80 x/menit, RR: 22x/menit, S: 37.80 C - Payudara tampak Payudara bengkak a.Perawatan payudara b.Teknik menyusui 1. Beritahu hasil pemeriksaan 2. Beritahu ibu mengenai keluhan yang ibu rasakan 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini bahwa ibu dalam keadaan kurang baik, dengan hasil pemeriksaan yaituTTV, TD: 110/80 mmhg,N: 80 x/menit, RR: 22 x/menit, S: 37,8°C 2. Memberitahu ibu mengenai keluhan yang ibu rasakan bahwa ibu mengalami bendungan ASI yaitu terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena yang diakibatkan dari beberapa faktor: a. Pengosongan payudara yang tidak sempurna, b. Hisap bayi yang tidak aktif, c. Factor menyusui bayi yang tidak benar, putting susu terbenam d. Putting susu terlalu panjang. Ini merupakan masalah 1. Ibu sudah mengetahui tentang kondisinya saat ini 2. Ibu sudah mengerti tentang keluhan yang dirasakan
  • 101. 89 RR: 22x/menit, S: 37.80 C - Payudara tampak bengkak dan mengkilat, serta terdapat nyeri tekan pada payudara ibu. - Pengeluara n ASI sedikit bengkak dan mengkilat, serta terdapat nyeri tekan pada payudara ibu. - Pengeluaran ASI sedikit Masalah : bendungan ASI Kebutuhan : a. Perawatan payudara b. Teknik menyusui 3. Ajarkan kepada ibu cara perawatan payudara yang tidak berbahaya bagi ibu namun jika tidak ditangani akan menyebabkan infeksi pada payudara. 3. Mengajarkan kepada ibu cara perawatan payudara yaitu: a. Mencuci tangan b. Mempersilahkan untuk duduk dengan tenang,jika memungkinkan dengan diikitu oleh suami yang memberikan dukungan. c. Berikan kompres kapas yang berisikan baby oil pada putting susu selama dua menit d. Bersihkan putting susu pada kotoran e. Kemudian oleskan baby oil pada kedua tangan pemeriksa f. Kompres payudara kanan dan kiri dengan kompres hangat dan kompres dingin secara bergantian sebanyak 5 langkah diakhiri dengan kompres 3. bu telah mengetahui cara perawatan payudara dan mau melakukan perawatan payudara
  • 102. 90 4. Ajarkan pada ibu tehnik menyusui yang benar. hangat (kompres hangat 2 menit, kompres air dingin selama 1 menit) g. Keringkan payudara dengan handuk h. Bantu ibu mengenakan pakaian dan bereskan alat-alat i. Cuci tangan 4. Mengajarkan kepada ibu tehnik menyusui yang banar yaitu : a. Sebelum menyusui,ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan putting susu. b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara. c. Ibu duduk/berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak bergantung dan punggung ibu 4. Ibu bersedia untuk menerapkan cara tehnik menyususi yang benar
  • 103. 91 besandar pada sandaran kursi. d. Bayi dipegang dengan satu lengan , kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. e. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu didepan. f. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara ( tidak hanya membelokkan kepala bayi). g. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. h. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang. i. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah. Jangan menekan putting susu dan areolanya saja.
  • 104. 92 5. Pastikan involusi uteri berjalan dengan normal, j. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan cara: Menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh ssi mulut bayi. k. Setelah bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi didekatkan kepayudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan kemulut bayi. l. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga putting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola. m. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi. 5. Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal dengan cara palpasi abdomen, 5. Kontraksi uterus berjalan dengan lnormal, TFU ibu 2 cm
  • 105. 93 6. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi 7. Anjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup 8. Beritahu ibu untuk melakukan personal hygiene mengukur TFU, serta melihat pengeluaran dari kemaluan ibu 6. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu dengan makan 3x/hari dengan menu 2 centong kecil nasi, 1 mangkok sayur, bening, 1 potong ikan, 1 potong tempe, dan 1 biji buah-buahan 7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu 6-8 jam pada malam hari dan 1-2 jam pada siang hari karna bila ibu kurang istirahat akan mempengarui ibu dalam beberapa hal antara lain mengurangi jumlah asi yang diproduksi dan memperlambat proses involusi uteri. 8. Memberitahu ibu untuk melakukan personal hygiene yaitu dengan cara: a. setelah BAK/BAB dibawah pusat dan pengeluaran berwarna merah segar. 6. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan ibu akan mengatur pola nutrisinya. 7. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan ibu akan mengatur pola istirahatnya sesuai kondisi ibu dan bayi nya 8. Ibu bersedia melakukan anjuran yang telah diberikan
  • 106. 94 keringkan dengan tissu atau handuk kecil agar tidak lembab. b. Rajin mengganti celana dalam minimal 3-4x sehari. c. Usahakan ibu untuk mengganti softek minimal 4 jam sekali d. Memberitahu ibu agar tidak memberikan apapun pada luka jahita