Dokumen tersebut membahas tentang tasawuf dalam Islam, mulai dari pengertian tasawuf, asal usul, dasar-dasar dalam Al-Quran dan hadits, esensi, sejarah perkembangan, maqam-maqam tasawuf, dan beberapa istilah lain yang terkait dengan tasawuf."
4. A. Pengertian Tasawuf
• Secara bahasa, kata tasawuf diambil dari
kata “Taṣawwafa”, artinya memakai baju
wol, karena para sufi populer dengan
orang-orang yang memakai pakaian
berbulu (wol) dengan satu keyakinan
bahwa pakaian tersebut merupakan
pakaian Rasulullah saw. Diceritakan dalam
hadits, bahwa Rasulullah saw. memakai wol
dan menunggang keledai serta memenuhi
undangan salah seorang umatnya.
• Adapun pengertian tasawuf yaitu
pengembaraan jiwa bersama Allah swt.
atas apa yang menjadi kehendak-Nya.
ْْرِبْصا َوَْكَسْفَنَْعَمْالَْْنيِذَْن ْوُعْدَيْبَرْْمُه
َْدغْالِبوِْةِْيِشَعْال َوِْرُيَْن ُْودْيْهَهْج َوَْل َوُْدْعَت
ْْنيَعَْكْْمُهْنَع
ج
ُْدْي ِرُتِْزَْةَنْيْيَحْالِْةْْنُّدالاَي
ج
َْل َو
ْْعِطُتْْنَمَانْلَفْغَاَْبْلَقْهْْنَعَان ِرْكِذْات َوَْعَبْوَهُْه
َْانَك َوْهُرْمَااًطُرُف
Artinya: “Dan bersabarlah engkau (Muhammad)
bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi
dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya;
dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
(karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia;
dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya
telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta
menuruti keinginannya dan keadaannya sudah
melewati batas.” (Q.S. Al-Kahf/18: 28)
5. B. Dasar-Dasar Tasawuf dalam Al-Qur’an dan Hadits
َْْونِاْ ُاساْالنَهُّيَاْأَيَْفٌّْقَحِْهللاَْدْعْ ََل
ُْةاَيَحْْالُمُكنرُغَتُْغَيْ َل َاْوَيْنُّدالِْللاِبْْمُكنر
ُْر ْوَُرغْال
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, janji
Allah itu benar, maka janganlah kehidupan
dunia memperdayakan kamu dan janganlah
(setan) yang pandai menipu, memperdayakan
kamu tentang Allah.” (Q.S. Fāṭir: 5)
6. ْْنَعْْيِبَأْْديِعَسِْي ِرْدُخْال،ِْنَعِْيِبالنﷺَْلاَق:ْنِإ
اَيْنُّدالْة َوْلُح،ةَر َِضخَْوْنِإَْهللاِْلْخَتْسُمْْمُكُف،اَهْيِف
ُْرُظْنَيَفَْْفيَكَْن ْوُلَمْعَت،واُقاتَفاَيْنُّدالَْوواُقات
،َءاَسِالنْنِإَفَْلوَأْْتِفِْةَنْْيِنَبِْئٓاَرْسِإَْلْيَْْتناَكىِف
ِْءٓاَسِالن(رواهمسلم)
Artinya: Abu Sa’id Al-Khudri berkata, Nabi Muhammad
saw. bersabda, “Sesungguhnya dunia itu merupakan
keindahan yang mempesona dan Allah menjadikan
kalian khalifah di muka bumi serta melihat bagaimana
kalian beramal. Maka takutlah kalian kepada dunia dan
perempuan, karena sesungguhnya pertama kalinya
fitnah yang terjadi pada Bani Israil disebabkan oleh
perempuan.” (H.R. Muslim)
B. Dasar-Dasar Tasawuf dalam Al-Qur’an dan Hadits
7. C. Esensi Tasawuf
• Esensi dari ajaran tasawuf adalah tekun
beribadah kepada Allah swt., menjauhkan diri
dari kemewahan dan kemegahan dunia, tidak
suka pada apa yang diburu orang banyak
mulai dari kenikmatan, harta benda, dan
kedudukan, serta menyendiri dalam kesunyian
untuk beribadah kepada Allah swt.
• Salah satu indikator kesufian adalah
senantiasa menghidupkan sunah Rasul dan
menyucikan jiwa dari sifat-sifat kedengkian.
8. D. Sejarah Perkembangan Tasawuf
• Fase abad 1 H dan 2 H belum bisa
sepenuhnya disebut sebagai fase tasawuf
tetapi lebih tepat disebut sebagai fase
kezuhudan. Bentuk amaliah itu seperti
memperbanyak ibadah, menyedikitkan
makan dan minum, menyedikitkan tidur,
dan lain sebagainya.
• Pada fase ini, terdapat fenomena
kehidupan spiritual yang cukup menonjol
yang dilakukan oleh sekelompok sahabat
Nabi Muhammad saw. yang disebut
dengan ahlus Suffah.
1. Fase abad 1 H dan 2 H
• Abad 3 H dan 4 H disebut sebagai fase
tasawuf. Pada permulaan abad 3 H
mendapat sebutan sufi. Hal itu dikarenakan
tujuan utama kegiatan mereka beribadah
tidak semata-mata ingin disanjung makhluk,
akan tetapi untuk menikmati hubungan
langsung dengan Allah swt. yang didasari
dengan cinta.
• Di antara tokoh pada fase ini adalah Abu
Yazid Al-Bustami dengan konsep ittiḥādnya,
Abu Al-Mughits Al-Husain, Abu Manshur
Al-Hallaj yang lebih dikenal dengan Al-Hallaj
dengan ajaran ḥulūlnya.
2. Fase abad 3 H dan 4 H
9. • Fase ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni
memperkuat tasawuf dengan dasarnya yang
asli yaitu Al-Qur’an dan hadits atau yang
sering disebut dengan tasawuf sunni yakni
tasawuf yang sesuai dengan tradisi (sunah)
Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya.
• Tokoh tasawuf pada masa ini adalah Abu
Hamid Al-Ghazali atau yang lebih dikenal
dengan Al-Ghazali. Tokoh lainnya adalah Abu
Al-Qasim Abd Al-Karim bin Hawazin bin Abd
Al-Malik bin Thalhah Al-Qusyairi atau yang
lebih dikenal dengan Al-Qusyairi.
3. Fase abad 5 H 4. Fase abad 6 H
D. Sejarah Perkembangan Tasawuf
• Fase ini ditandai dengan munculnya tasawuf
falsafi yaitu tasawuf yang memadukan antara
rasa (dzauq) dan rasio (akal), tasawuf bercampur
dengan filsafat terutama filsafat Yunani.
• Tokoh-tokoh pada fase ini adalah Muhyiddin Ibn
Arabi atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Arabi
(560-638 H). Dengan konsep waḥdah Al-
Wujūdnya. Ibnu Arabi yang dilahirkan pada
tahun 560 H. Dikenal dengan sebutan As-Syaikh
Al-Akbar (Syekh Besar).
10. E. Maqāmat dalam Tasawuf
• Taubat secara bahasa artinya
kembali, sementara taubat yang
dimaksud oleh kalangan sufi adalah
memohon ampun atas segala dosa
dan kesalahan disertai janji yang
sungguh-sungguh dan tidak akan
mengulangi perbuatan dosa
tersebut, kemudian diikuti dengan
melakukan amal kebajikan.
1. Taubat 2. Wara’
• Wara’ berarti shalih, menjauhkan diri
dari perbuatan dosa atau menjauhi
hal-hal yang tidak baik. Dalam
pengertian sufi, wara’ adalah
meninggalkan segala yang di dalamnya
terdapat keragu-raguan antara yang
halal dan haram (syubhat).
11. • Zuhud berarti tidak ingin terhadap
sesuatu yang bersifat
keduniawian. Orang yang zuhud
lebih mengutamakan kebahagiaan
hidup akhirat yang kekal dan
abadi dari pada mengejar
kehidupan dunia yang fana.
3. Zuhud 4. Fakir
• Fakir (faqr) biasanya diartikan sebagai
orang yang berhajat, butuh, atau orang
miskin. Sementara dalam pandangan
sufi, fakir adalah tidak meminta lebih
dari pada yang menjadi hak kita, tidak
meminta rezeki kecuali hanya untuk
menjalankan kewajiban-kewajiban, dan
jiwanya lebih tertambat pada Allah swt.
E. Maqāmat dalam Tasawuf
12. 5. Sabar 6. Tawakal
• Sabar berarti menjauhkan diri dari hal-hal
yang bertentangan dengan kehendak
Allah swt., tenang ketika mendapat
cobaan, dan menampakkan sikap cukup
walaupun sebenarnya dalam kefakiran
secara ekonomi. Di kalangan para sufi,
sabar terdiri atas sabar dalam
menjalankan perintah-perintah Allah swt.
• Secara harfiah tawakal berarti
menyerahkan diri. Sedang menurut istilah
tawakal adalah menyerahkan diri kepada
qada dan keputusan Allah swt., selamanya
dalam keadaan tenteram. Jika mendapat
pemberian berterimakasih, jika mendapat
ujian bersikap sabar dan menyerahkan
kepada qada dan qadar Tuhan.
E. Maqāmat dalam Tasawuf
13. 7. Ridha
• Ridha berarti rela, suka, senang.
Mengeluarkan perasaan benci dari hati
sehingga yang tinggal di dalamnya hanya
senang dan gembira meskipun mendapat
cobaan. Pengembaraan spiritual yang
dilakukan seorang sufi untuk menemukan
hakikat dan ma’rifat tersebut seringkali
memiliki kecenderungan yang berbeda,
sehingga muncullah beberapa tokoh Sufi yang
menonjol dalam pengalaman ruhani tertentu
seperti dalam Zuhud, Mahabbah, Fana, Hulūl,
Waḥdatul Wujūd, dan lain sebagainya.
E. Maqāmat dalam Tasawuf
14. F. Contoh Perilaku Sufistik
Perilaku hidup Rasulullah saw. yang hanya
mengedepankan dan menempatkan Allah swt.
dalam setiap aspeknya merupakan cerminan dari
perilaku sufistik yang oleh banyak para sahabat
dijadikan teladan dalam kehidupan mereka.
Sebagian ulama mengatakan bahwa gambaran
perilaku sufistik itu telah dilakukan beliau sebelum
menjadi Nabi dan Rasul yang kemudian mencapai
puncaknya setelah beliau melakukan
taḥannus/kontemplasi di Gua Hira’, karena disinilah
Rasulullah saw. setelah perenungan yang luas dan
mendalam atas besarnya kekuasaan Allah swt. yang
digambarkan lewat jagad raya dan berbagai
fenomena yang ditampakkan di muka bumi ini.
15. G. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak
• Akhlak seseorang yang baik, senantiasa baik pula
hatinya. Tidak mungkin seorang penjahat, penjudi
atau kriminalis, hatinya mulia, atau sebaliknya, orang
yang menjaga dirinya dari kemaksiatan dan rendah diri
lalu hatinya busuk. Bagaimanapun suasana batin akan
mempengaruhi suasana lahir, itu tidak bisa
dipisahkan.
• Ada hubungan kausalitas yang erat antara akhlak dan
tasawuf seperti hubungan ibu dengan anak di mana
masing-masing memberi peran yang sangat vital
terhadap yang lain, di mana tasawuf memberikan nilai
dasar terhadap akhlak dan akhlak mewarnai
pembentukan nilai-nilai sufistik manusia.
16. F. Tasawuf dalam Kehidupan Modern
1. Probematika masyarakat modern
a. Disintegrasi ilmu pengetahuan
b. Kepribadian yang terpecah (Split Personality)
c. Penyalahgunaan IPTEK
d. Pendangkalan iman
e. Pola hubungan materialistik
f. Menghalalkan segala cara
g. Stress dan frustasi
h. Kehilangan harga diri dan masa depan
17. 2. Bentuk dan perhatian masyarakat modern terhadap mistisme dan tasawuf
Pada era yang penuh kompetitif dan cenderung
materialistis seperti saat ini, ternyata
masyarakat kita, yang selanjutnya lebih tepat
disebut masyarakat modern mulai mencoba
membuka diri dengan keterkaitannya dengan
masalah-masalah mistisisme dan tasawuf.
Mereka rindu akan kebahagiaan hakiki yang
ternyata tidak dapat dipenuhi oleh kekayaan
materi dan prestasi sosial.
F. Tasawuf dalam Kehidupan Modern
18. Rangkuman
1. Tasawuf menurut istilah yaitu
pengembaraan jiwa bersama Allah swt.
atas apa yang menjadi kehendak-Nya.
2. Menurut sejarah perkembangan
tasawuf dimulai pada fase 1 H, ditandai
dengan munculnya tasawuf falsafi
pada fase 6 H.
3. Maqāmat merupakan cara atau jalan
yang panjang yang dilakukan oleh
seorang sufi untuk mencapai
kedekatan dengan Allah swt.
4. Nabi Muhammad saw. dan para
Khulafa’urrasyidin adalah contoh
sufistik yang paling baik untuk kita
teladani.
5. Tasawuf memberikan dasar dan
mewarnai pembentukan akhlak
seseorang.
6. Dalam kehidupan masyarakat modern
tasawuf sangat besar peran dan
fungsinya.