Dokumen tersebut membahas tentang adzan, iqamah, shalat jamaah. Adzan dan iqamah adalah seruan yang menandai waktu shalat, sedangkan shalat jamaah adalah mengerjakan shalat secara bersama-sama dengan orang lain. Dokumen ini juga menjelaskan tata cara melaksanakan masing-masing unsur tersebut.
3. Pengertian Adzan & Iqamah
• Adzan secara bahasa = pemberitahuan atau seruan.
Sebagaimana Allah berfirman dalam surat At
Taubah ayat 3
• Secara istilah adalah seruan yang menandai
masuknya waktu shalat lima waktu dan dilafazhkan
dengan lafazh-lafazh tertentu.
• Iqamah secara istilah adalah pemberitahuan atau
seruan bahwa shalat akan segera didirikan dengan
menyebut lafazh-lafazh khusus.
• Iqamah bisa disebut juga sebagai Adzan kedua.
4. Hukum Adzan & Iqamah
Hukum Adzan
Sebagian ulama= sunah
muakkad;
Hukum
Iqamah Fardhu Kifayah
Pendapat lebih kuat= fardhu
kifayah (berlaku untuk laki-laki
7. Pengertian Shalat Jama’ah
• Shalat jama’ah mengerjakan shalat wajib/
shalat lainnya yang dilakukan secara bersama-
sama yang terdiri dari beberapa orang muslim
baik perempuan maupun laki-laki yang sekurang-
kurangnya terdiri dari 2 orang dan maksimal tidak
terbatas.
• Shalat secara jama’ah ini juga sering dikenal
dengan sebutan shalat makmum.
• untuk mengerjakannya dapat dilakukan di
manapun seperti masjid, rumah, dan tanah
lapang dan lain-lain.
8. Hukum Shalat Jama’ah
Hukum shalat jam’ah bagi kaum laki-laki
ataupun perempuan hukumnya adalah sunah
dan shalat memang lebih baik dilakukan
dengan berjama’ah dari pada sendiri-sendiri.
hal ini seperti sabda nabi Muhammad Saw
yang membahas tentang keutamaan shalat
berjama’ah seperti,” shalat berjama’ah itu lebih
baik dari pada shalat sendirian.
9. Dalil tentang shalat jama’ah
1. Perintah Allah Ta’ala untuk Ruku’ bersama orang-orang
yang Ruku’ (Al-Baqarah:43).
2. Tidaklah perintah melaksanakan shalat berjama’ah dalam
keadaan biasa saja, bahkan Allah telah memerintahkannya
hingga dalam keadaan takut.
(An-Nisa`:102).
3. Perintah Nabi untuk melaksanakan shalat berjama’ah
(Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 628, 2/110 dan Muslim
semakna dengannya no. 674, 1/465-466).
10. Syarat menjadi Imam & Makmum
Syarat-syarat menjadi imam, antara lain sebagai
berikut:
• Syarat untuk menjadi imam adalah sebagai berikut:
• Lebih banyak mengerti dan paham masalah ibadah
shalat
• Lebih banyak hafal surat-surat Alqur’an
• Lebih senior/tua daripada jamaah lainnya
• Laki-laki, tetapi jika semua makmumadalah wanita,
maka imam boleh perempuan.
11. Sedangkan untuk syarat-syarat makmum adl Sbb:
• Niat untuk mengikuti imam dan mengikuti gerakan imam
• Berada satu tempat dengan imam
• Laki-laki dewasa tidak syah jika menjadi makmum imam
perempuan
• Jika imam batal, maka seorang makmum menggantikan imam
• Jika imam lipa jumlah raka’at atau salah gerakan shalat,
makmum mengingatkan dengan membaca SubhanAllah
dengan suara yang dapat didengar imam. Untuk makmum
perempuan dengan cara bertepuk tangan.
• Makmum dapat melihat dan mendengar imam
• Makmum berada di belakang imam
• Mengerjakan ibadah shalat yang sama dengan imam
12. Tata Cara Membuat Shaf dalam Berjama’ah
Adapun shaf dalam shalat jama’ah yaitu:
Dimulai dari tengah, lurus dengan imam
kemudian isi sebelah kanan terlebih dahulu
setelah itu kiri secara bergantian hingga satu shaf
penuh. Kemudian ganti ke shaf berikutnya
dengan cara yang sama.
Dianjurkan bagi para jama’ah untuk meluruskan
shafnya didalam shalat, tidak sebagiannya lebih
maju dari sebagian lainnya (bengkok) dan tidak
meninggalkan celah didalamnya.
13. Pengertian Makmum Masbuq
Pendapat jumhur Ulama = makmum yang
terlambat satu raka’at atau lebih bersama imam
disaat shalat berjama’ah.
Namun sebagian ulama yang berpendapat =
makmum masbuq adl makmum yang tertinggal
bacaan Al-fatihahnya dari imam.
imam Syafi’i = orang yang tidak mengikuti atau
tidak mengetahui takbiratul ihromnya imam maka
dia di kategorikan makmum masbuq.
14. Cara Shalat Makmum Masbuk
Cara shalat berjama’ah makmum masbuq memiliki ketentuan-ketentuan seperti,
1. Apabila makmum masbuq ketika takbiratul ihram mendapati imam mau atau
sedang melakukan ruku’ maka dia harus membaca Fatihah sedapatnya (meskipun
tidak sempurna), Namun apabila menurut perkiraan jika dia membaca fatihah
tapi telat rukuk bersama imam, maka dia harus langsung ruku’ setelah melakukan
takbiratul ihram.
2. Apabila makmum masbuq ketinggalan satu raka’at atau lebih dari imam, maka
ketika dia hendak menyempurnakan sholatnya harus mengikuti ketentuan-
ketentuan shalat yang berlaku dalam shalat itu (qunut dalam raka’at ke dua shalat
subuh, tahiyyat awal di setiap dua raka’at selain subuh dan tahiyyat akhir di setiap
akhir raka’at shalat.
3. Apabila seorang musholli (orang yang shalat)terlambat satu raka’at dalam shalat
subuh kemudian dia ingin menyempurnakaan raka’at yang kedua, maka
hendaknya ia membaca qunut lagi meskipun pada raka’at sebelumnya dia sudah
membaca qunut bersama imam.
4. Apabila dia ketinggalan dua raka’at dalam shalat maghrib, lalu dia ingin
menyempurnakan dua raka’at tersebut maka hendaknya ia membaca tahiyyat
awal pada raka’at pertama (dari rakaat yang tertinggal) dan harus membaca
tahiyyat akhir pada raka’at terakhir
15. Cara2 Mengingatkan Imam Yang Lupa/ Batal
• Jika imam lupa dalam bacaan atau ayat, cara mengingtkannya
dalah dengan meneruskan bacaan atau ayat tersebut yang benar,
jika imam terus saja maka makmum hendaknya tetap mengikuti
imamnya.
• Jika imam keliru dalam gerakannya maka hendaklah makmum
mengingatkannya, caranya adalah dengan makmum mengucapkan
tasbih (subhanAllah) bagi makmum laki-laki dan bagi makmum
perempuan dengan menepukkan punggung telapak tangan kiri
pada bagian dalam telapak tangan kanan. Kedua cara tersebut,
baik ucapan tasbih ataupun tepuk tangan harus bisa terdengar
oleh imam. Apabila kekeliruan itu adalah bacaannya hendaklah
makmum membenarkannya.
• Bila imam lupa meninggalkan rukun salat seperti sujud dan ruku’,
dan makmum telah mengingatkannya dengan tasbih, ia wajib
segera melaksanakannya dan setelah itu melaksanakan sujud
sahwi.
16. • Khusus pada masalah imam lupa
melaksanakan tashahhud awal, bila imam
telah terlanjur berdiri tegak ketika makmum
mengingatkannya, maka imam tidak perlu
kembali duduk, namun melanjutkan salat
melakukan sujud sahwi.
• Namun bila imam belum berdiri tegak,
misalnya masih dalam keadaan jongkok, ia
harus kembali duduk dan melakukan sujud
sahwi. Jadi hanya dalam masalah
lupameninggalkan amalan sunnah shalat,
imam boleh melanjutkan salat dan tidak
menggubris peringatan dari makmum.
17. Apabila Imam batal ditengah-tengah shalat maka,
(1) imam mundur dari barisan dan memegang tangan makmum yang
ditunjuk supaya maju ke depan. Inilah cara yang dilakukan Umar bin
Khattab saat beliau ditusuk ditengah shalat, kemudian ia memegang
tangan Abdurrahman bin ‘Awf agar menggantikan beliau berlaku
sebagai imam (HR. Al- Bayhaqy).
(2) imam mundur dari tempatnyatanpa menunjuk pengganti, dalam situasi
ini maka makmum terdekat dapat mengambil inisiatif untuk maju atau
menunjuk teman di sampingnya untuk maju,
(3) kalau ternyata imam ngeloyor pergi, sedangkan makmum tidak ada
yang maju mengganti imam, maka seluruh makmum harus niat
mufaroqoh atau niat keluar dari shalat jama’ah dan shalat sendiri-
sendiri.
Apabila imam batal saat sujud, maka ia mundur dan menunjuk pada
makmum terdekat untuk menjadi imam dan meneruskan shalat
berjama’ah. Makmum yang ditunjuk lalu maju dan mengulangi sujud
yang tidak sah. Pergantian imam oleh makmum disebut istikhlaf
sedangkan makmum yang mengganti imam disebut khalifah.