3. Peta Konsep
Akhlak Terpuji
Pengertian Bentuk Akhlak Terpuji
Akhlak Berpakaian
Akhlak Berhias
Akhlak Perjalanan
Akhlak Bertamu
Akhlak Menerima Tamu
Membiasakan Akhlak
Terpuji
4. A. Akhlak Berpakaian
Menurut istilah, pakaian adalah segala
sesuatu yang dikenakan seseorang dalam
berbagai ukuran dan modenya, berupa (baju,
celana, sarung, jubah ataupun yang lainnya)
yang disesuaikan dengan kebutuhan
pemakainya untuk suatu tujuan yang bersifat
khusus ataupun umum.
Menurut ketentuan agama lebih mengarah
pada keperluan menutup aurat sesuai
ketentuan hukum syara’ dengan tujuan untuk
beribadah dan mencari keridhaan Allah swt.
1. Pengertian dan pentingnya akhlak berpakaian
5. Dalam pandangan Islam, pakaian dapat
diklasifikasikan dalam dua bentuk, yaitu:
pertama, pakaian untuk menutupi aurat
tubuh sebagai realisasi dari perintah Allah
swt. Bagi wanita seluruh tubuhnya kecuali
muka dan telapak tangan. Bagi pria
menutupi bagian yang di bawah pusar dan
di atas lutut. Standar pakaian seperti ini
dalam perkembangannya telah melahirkan
kebudayaan berpakaian bersahaja, sopan,
dan santun, serta menghindarkan manusia
dari gangguan dan eksploitasi aurat.
2. Bentuk akhlak berpakaian
A. Akhlak Berpakaian
6. Agama Islam mengajarkan kepada
pemeluknya agar berpakaian yang baik
dan bagus sesuai dengan kemampuan
masing-masing. Dalam pengertian bahwa
pakaian tersebut dapat memenuhi hajat
tujuan berpakaian, yaitu menutupi aurat
dan keindahan. Terutama apabila kita
akan melakukan ibdah shalat,
seyogyanya pakaian yang kita pakai itu
adalah pakaian yang baik dan bersih
(bukan berarti mewah), sesuai dengan
firman Allah swt. surah Al-A‘rāf ayat 31.
3. Nilai positif akhlak berpakaian
ِز ا ْوُذُخ َمَدٰا ْْٓيِنَبٰيْنِع ْمُكَتَنْيِلُك َد
ْشا َو ا ْوُلُك َّو ٍد ِجْسَمْسُت ََل َو ا ْوُبَرا ْوُف ِر
ج
ْسُمْال ُّب ِحُي ََل ٗهَّنِاََ ْيِف ِر
ع
Artinya: “Wahai anak cucu Adam! pakailah
pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan
berlebihan. sungguh, Allah tidak menyukai orang
yang berlebih-lebihan.” (Q.S. Al-A‘rāf/7: 31)
A. Akhlak Berpakaian
7. Agama Islam memerintahkan pemeluknya agar
berpakaian yang baik dan bagus, sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Dalam pengertian yang
baik dan bagus, sesuai dengan kemampuan masing-
masing. Dalam pengertian bahwa pakaian tersebut
dapat memenuhi tujuan berpakaian, yaitu menutupi
aurat dan keindahan. Terutama apabila kita hendak
melaksanakan ibadah shalat, sayangnya pakaian
yang kita pakai itu suci, baik, dan bersih. Islam
mengajak manusia untuk hidup secara wajar,
berpakaian secara wajar, makan minum juga jangan
kurang dan jangan berlebihan.
4. Membiasakan akhlak berpakaian
A. Akhlak Berpakaian
8. 1. Pengertian dan pentingnya akhlak berhias
B. Akhlak Berhias
Menurut istilah, berhias dapat dimaknai sebagai
upaya setiap orang untuk memperindah diri bagi
pemakainya, sehingga memunculkan kesan
indah bagi yang menyaksikan serta menambah
rasa percaya diri bagi yang mengenakan
perhiasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pada hakikatnya berhias itu dapat dikategorikan
sebagai akhlak terpuji, sebagai perbuatan yang
dibolehkan bahkan dianjurkan, selama tidak
bertentangan dengan prinsip Islam.
9. 2. Bentuk akhlak berhias
a. Niat yang lurus, yaitu
berhias hanya untuk
beribadah
b. Dalam berhias tidak
dibenarkan
menggunakan bahan-
bahan yang dilarang
agama
c. Dilarang berhias
dengan menggunakan
simbol-simbol
nonmuslim
d. Tidak berlebih-lebihan
e. Dilarang berhias
seperti cara berhiasnya
orang-orang jahiliyyah
f. Berhias menurut
kelaziman dan
kepatutan dengan
memperhatikan jenis
kelamin
g. Dilarang berhias untuk
keperluan berfoya-foya
ataupun riya’
B. Akhlak Berhias
10. 3. Nilai positif akhlak berhias
ْيَّشال اَمُهَل َس َوْس َوَفٰطَيِدْبُيِل َُ اَم اَمُهَل
ٗوْوَس َْ ِم اَمُهْنَع َي ِرٰاَم َلاَق َو اَمِهِتا
َٰهنٰه َْ َع اَمُكُّبَر اَمُكِا ِةَرَجَّشال ِهِذْٓ ََّلَْ َا
َت ْوَا َِ ْيَكَلَم َان ْوُكَتٰخْال ََ ِم َان ْوُكََ ْيِدِل
Artinya: Kemudian setan membisikkan
pikiran jahat kepada mereka agar
menampakkan aurat mereka (yang selama
ini) tertutup. Dan (setan) berkata, “Tuhanmu
hanya melarang kamu berdua mendekati
pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi
malaikat atau tidak menjadi orang yang
kekal (dalam surga).” (Q.S. Al-A‘rāf/7: 20)
Berhias secara Islami akan memberikan pengaruh
positif dalam berbagai aspek kehidupan, karena
berhias yang dilakukan, diniatkan sebagai ibadah.
Segala aktifitas berhias yang dilakukan seorang
muslim, akan menjadi jalan untuk mendapatkan
berkah dan pahala dari Allah swt. Namun,
sebaliknya apabila seorang yang berhias
mengabaikan norma Islam, segala hal yang
dilakukan dalam berhias, akan menjadi
pendorong untuk melakukan kemaksiatan,
kemungkaran bahkan menjadi sarana memasuki
perangkap setan.
B. Akhlak Berhias
11. 4. Membiasakan akhlak berhias
Islam mengajak manusia untuk hidup secara
wajar, berpakaian secara wajar, berhias secara
wajar pula, tidak kurang dan lebih. Oleh karena
itu, setiap pribadi muslim harus membiasakan
diri berpenampilan yang baik, bagus, indah,
dan meyakinkan, tidak menyombongkan diri,
tidak angkuh, tetapi tetap sederhana dan
penuh kebersahajaan sebagai wujud
konsistensi terhadap ajaran agama Islam.
B. Akhlak Berhias
12. 1. Pengertian akhlak perjalanan
C. Akhlak Perjalanan
Perjalanan dalam bahasa Arab, disebut dengan kata
“Riḥlah atau safar”. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, perjalanan diartikan “Perihal (cara,
gerakan) berjalan atau bepergian dari suatu tempat
menuju tempat lain untuk suatu tujuan.” sedang
menurut istilah “Perjalanan sebagai suatu aktivitas
seseorang untuk keluar ataupun meninggalkan
rumah dengan berjalan kaki ataupun menggunakan
sarana transportasi yang mengantarkan sampai
pada tujuan dengan maksud tertentu.”
13. 2. Bentuk akhlak perjalanan
Islam mengajarkan agar setiap perjalanan yang
dilakukan bertujuan untuk mencari ridha Allah
swt. Di antara jenis perjalanan yang dianjurkan
dalam Islam yaitu pergi haji, umrah
silaturahmi, menuntut ilmu, berdakwah,
berperang di jalan Allah swt., mencari karunia
Allah swt., dan lain sebagainya.
Perjalanan juga berfungsi untuk menyehatkan
dan refreshing kondisi jasmani dan rohani dari
kepenatan dan kelelahan dalam menjalani
aktivitas keseharian.
C. Akhlak Perjalanan
14. 3. Nilai positif akhlak perjalanan
a. Perjalanan dapat menghibur diri dari kesedihan.
b. Perjalanan bisa menjadi sarana bagi seseorang
untuk mencari hasil usaha (mata pencaharian).
c. Perjalanan dapat mengantarkan seseorang untuk
memperoleh tambahan pengalaman dan ilmu
pengetahuan, baik yang ia peroleh dari hasil
pengamatannya selama dalam perjalanan
ataupun ketika dia sudah di tempat tujuan dan
bertemu dengan seseorang yang dapat
memberikan wawasan ataupun tambahan
pengetahuan bagi dirinya.
C. Akhlak Perjalanan
15. 4. Membiasakan akhlak perjalanan
Sebaiknya, seseorang yang akan menempuh
perjalanan, memikirkan terlebih dahulu secara
matang segala hal yang berkenaan dengan perjalanan
yang akan dilakukan, apakah niat dalam melakukan
perjalanan sudah benar, yaitu untuk beribadah atau
suatu hal yang bermanfaat. Jika niat melakukan
perjalanan untuk suatu hal yang tidak jelas, sebaiknya
ditangguhkan bahkan bila dalam melakukan safar
tersebut banyak mudharatnya bahkan cenderung
pada kemaksiatan, safar harus dibatalkan.
C. Akhlak Perjalanan
16. 1. Pengertian akhlak bertamu
D. Akhlak Bertamu
Bertamu dalam bahasa Arab disebut dengan kata
atā lizziyarati – istaḍāfa - yastaḍīfu. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, bertamu diartikan
datang berkunjung ke rumah seorang teman
ataupun kerabat untuk suatu tujuan ataupun
maksud. Menurut Istilah, bertamu merupakan
kegiatan mengunjungi rumah sahabat, kerabat
ataupun orang lain dengan tujuan untuk menjalin
persaudaraan ataupun untuk keperluan lain
dalam rangka menciptakan kebersamaan dan
kemaslahatan bersama.
17. 2. Bentuk akhlak bertamu
Selain meminta izin dan mengucap salam, hal lain yang perlu
diperhatikan oleh setiap orang yang bertamu antara lain
sebagai berikut.
a. Jangan bertamu sembarang waktu, bertamulah pada saat
yang tepat, saat yang diperkirakan tuan rumah tidak
terganggu.
b. Jika bertamu jangan terlalu lama sehingga merepotkan
tuan rumah, setelah urusan selesai segeralah pamit.
c. Jangan melakukan kegiatan yang tuan rumah merasa
terganggu.
d. Kalau disuguhi minuman atau makanan, hormatilah
jamuan itu.
e. Hendaklah pamit pada waktu mau pulang.
D. Akhlak Bertamu
18. 3. Nilai Positif Akhlak Bertamu
a. Bertamu secara baik dapat menumbuhkan sikap
toleran terhadap orang lain, dan menjauhkan sikap
paksaan, tekanan, intimidasi, dan lain-lain.
b. Bertamu sebagai pendekatan terhadap semua orang
yang berada dalam wilayah konflik tertentu, dengan
bertamu orang akan semakin terbuka dan bertegur
sapa untuk mencari titik temu atas segala konflik yang
sedang dihadapi.
c. Bertamu sebagai media berdakwah, akan
meningkatkan kualitas diri setiap muslim.
D. Akhlak Bertamu
19. 4. Membiasakan akhlak bertamu
Al-Qur’an memberikan isyarat yang tegas, betapa
pentingnya setiap orang yang bertamu dapat menjaga
diri agar tetap menghormati tuan rumah. Setiap tamu
harus berusaha menahan segala keinginan dan kehendak
baiknya sekalipun, jika tuan rumah tidak berkenan
menerimanya. Ketika tuan rumah telah siap menerima
kedatangan tamu, seorang tamu hendaknya tetap
konsisten menjaga sikap yang baik, dan harus selalu
mengikuti kehendak tuan rumah.
D. Akhlak Bertamu
20. 1. Pengertian Akhlak Menerima Tamu
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menerima
tamu diartikan kedatangan orang yang bertamu. Secara
istilah, menerima tamu dimaknai menyambut tamu
dengan berbagai cara penyambutan yang lazim (wajar)
dilakukan menurut adat ataupun agama, dengan maksud
untuk menyenangkan atau memuliakan tamu, atas dasar
keyakinan untuk mendapatkan rahmat dan ridha dari
Allah swt. Setiap muslim wajib hukumnya untuk
memuliakan tamunya, tanpa memandang siapa pun
orangnya yang bertamu dan apa pun tujuannya dalam
bertamu.
E. Akhlak Menerima Tamu
21. 2. Bentuk akhlak menerima tamu
Menerima tamu dilakukan antara lain dengan
menyambut kedatangannya dengan muka manis dan
tutur kata yang lemah lembut, mempersilahkan duduk
di tempat yang baik, dan kalau perlu disediakan
ruangan khusus untuk menerima tamu yang selalu
dijaga kerapiannya. Selain itu, perlu juga disediakan
jamuan walau sekedar air untuk minum.
E. Akhlak Menerima Tamu
22. 3. Nilai positif akhlak menerima tamu
a. Menerima tamu dapat meningkatkan kesabaran,
seringkali kesibukan menjadikan diri melupakan
tanggung jawab terhadap sesamanya.
b. Menerima tamu dapat mengembangkan kepribadian,
setiap orang memiliki kepentingan untuk menegaskan
kepribadiannya.
c. Memuliakan tamu dapat juga dijadikan sebagai
sarana untuk mendapatkan kemaslahatan dari Allah
swt. ataupun makhluk-Nya.
E. Akhlak Menerima Tamu
23. 4. Membiasakan akhlak menerima tamu
Seyogyanya setiap muslim harus menunjukkan sikap
yang baik terhadap tamunya, mulai dari keramahan diri
dalam menyambut tamu, menyediakan sarana dan
prasarana penyambutan yang memadai, serta
memberikan jamuan makanan ataupun minuman yang
memenuhi selera tamu. Syukur sekali kalau bisa
menyuguhkan hidangan lezat yang menjadi kesukaan
tamu yang datang.
E. Akhlak Menerima Tamu
24. Rangkuman
Pakaian merupakan
kebutuhan dasar bagi setiap
orang untuk menutup dan
melindungi tubuh.
Berhias adalah bentuk ekspresi
pribadi untuk memperindah diri
dengan berbagai busana,
aksesoris ataupun yang lain.
Perjalanan yang dilakukan
hendaknya direncanakan dengan
agenda yang jelas.
Bertamu sebagai
pendekatan terhadap
semua orang, dengan
bertamu akan semakin
terbuka dan bertegur sapa.
Setiap muslim harus
membiasakan diri untuk
menyambut setiap tamu
yang datang dengan
penyambutan sukacita.