2. Pembahasan :
• Biografi Imam Hambali
• Murid-murid Imam Hambali
• Dasar yang digunakan dalam menetapkan hukum
• Kitab-kitab yang ditulis
• Hukum permasalahan
3. Biografi Imam Hambali
• Nama lengkap : Abu Abdullah atau Ahmad bin Muhammad bin Hanbal
• Lahir : di Baghdad pada tahun 164 H/780 M
• Wafat : pada tahun 241 H/855 M
• Dalam hidupnya banyak waktu yang digunakan untuk melakukan
pengembaraan ilmiah guna menuntut ilmu dari ulama yang terkenal pada
saat itu.
4. Murid-Murid Imam Hambali
Imam Bukhari
Imam Muslim
Abu Daud
An-Nasa’i
Tirmidzi
Ibnu Majah
Imam Asy-
Syafi’i
Shalih bin
Imam Ahmad
bin Hambal
Abdullah bin
Imam Ahmad
bin Hambal
Hambal bin
Ishaq
5. Da
sar
yang
di
guna
kan
dalam
mene
tap
kan
hu
kum
Al-qur’an
dan As-
Sunnah
• Imam Hambali menggunakan Al-qur’an dan As-sunnah dalam berfatwa, sebelum menggunakan pendapat
sahabat atau amalan penduduk madinah atau yang lainnya.
Fatwa
Sahabat
• Imam Hambali menjadikan fatwa sahabat sebagai sumber hukum ke tiga karena meurut Imam bin Hambal
fatwa sahabat diambil dari hadist shohih.
Qiyas
• Setelah dari yang ketiga diatas beliau tidak menemukan nash yang beliau cari, maka beliau baru
mengambil qiyas yaitu qiyas dari umat terdahulu.
Istishab • Melangsungkan keberlakuan ketentuan hukum yang ada sehingga terdapat ketentuan dalil yang
merubahnya, baik aqli maupun syar’i.
Syad Adz-
Zara’i
• Tujuannya yaitu untuk menarik kemaslahatan dan menjauhi kerusakan.
Istihsan
• Berdasarkan hal-hal yang diketahui bahwa hukum itu sesuai dengan tujuan Allah SWT
dalam menciptakan syara’ dan sesuai dengan kaidah-kaidah syara’ yang umum.
Amalu ahli
Madinah
• Dari sunnah-sunnah Rasulullah dengan taukil yang berlanjutan pada masa Rasulullah baik
dari segi dalil maupun pendapat.
6. Kitab Karya Imam Hambali
Imam
Hambali
Kitab Al-
Musnad
Kitab At-
Tafsir
kitab An-
Nasikh
Kitab At-
Tarikh
Kitab Hadist
Syu’bah
Kitab Al-
Muqaddam
wa Al-
Muakhar fi
Al-Qur’an
Kitab
Jawabah Al-
Qur’an
Kitab Al-
Manasik Al-
KAbir
Kitab Al-
Manasik As-
Shagir
7. Hukum Permasalahan
Qunut Subuh Menurut Pandangan Imam Hambali
Menurut ulama di kalangan Madzhab Hambali dan Imam Al-
Tsauri bahwa doa qunut itu di dalam sholat subuh tidak
disyari’atkan (tidak diperintahkan), yaitu sesuai hadist :
شهرا قنت وسلم عليه هللا صلى هللا رسول أن.على يدعو
العرب أحياء من أحياء.تركه ثم
Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
pernah melakukan qunut selama sebulan mendoakan
kejelekan kepada sebagian orang-orang ‘Arab, kemudian
beliau meninggalkannya” [Diriwayatkan oleh Muslim no.
677 (304). Diriwayatkan pula oleh Al-Bukhaariy no. 4089].
8. Menyentuh Mushaf Menurut Pandangan Imam Hambali
Orang yang berhadats (hadats besar atau hadats kecil) tidak boleh menyentuh
mushaf seluruh atau sebagiannya. Inilah pendapat para ulama empat
madzhab. Dalil dari hal ini adalah firman Allah Ta’ala,
اونُراهاطُمْال اَلِإ ُه ُّاسماي اَل
“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan” (QS. Al Waqi’ah: 79)
Begitu pula sabda Nabi ‘alaihish sholaatu was salaam,
رِهااط اتْنااأو اَلِإ آنْرُالق ُّسُمات اَل
“Tidak boleh menyentuh Al Qur’an kecuali engkau dalam keadaan suci.”
Bagaimana dengan membaca Al Qur’an? Para ulama empat madzhab sepakat
bolehnya membaca Al Qur’an bagi orang yang berhadats kecil selama tidak
menyentuhnya.
9. Bersentuhan Dengan Laki-Laki Menurut Pandangan Imam Hambali
Jika Imam Syafi’I berpendapat bahwa persinggungan kulit yang membatalkan
wudhu’ adalah pesinggungan kulit laki-laki dan perempuan yang boleh nikah bagi
kedunya, dengan demikian persinggungan kulit laki-laki perempuan yang masih
mempunyai hubungan dara, hubungan rodho’ dan hubungan musaharo tidak
membatalkan wudhu’, seperti anatara anak dan orang tuanya, saudara
kandungnya, kake dan neneknya, menantu dan mertua , dan juga saudara rodho’
dan orang tua rodho’ maka tidak membatalkan wudhu’.
Maka berbeda dengan pandangan Imam Maliki dan Imam Hambali yang
mengatakan bahwa menyentuh dan mencium sebagaimana yang di lakukan Nabi
tidak membatalkan wudhu’ selama tidak sahwat[4]. Yang di maksud mereka
dengan lamsu adalah Al-jassu Bil yad (merabah denagan tangan). Hal ini sesuai
dengan arti lamsu sebagaimana dalam firman Allah
بايديهم فلمسوه قرطس في كتاب عليك ولونزلنا
yang mana lafadz lamsu di artikan Al-jassu. Selain mereka mengartiakan lamsu
seperti pada firman Allah ini.
10. Jumlah Raka’at Sholat Tarawih Menurut Pandangan Imam Hambali
Imam Hambali menjelaskan dalam Al-Mughni satu masalah, ia berkata :
“Sholat malam Ramadhan itu 20 raka’at yakni sholat tarawih.”, sampai
mengatakan, “yang terpilih bagi Abu Abdillah (Ahmad Muhammad bin
Hambal) mengenai tarawih adalah 20 rakaat.”
Menurut Imam Hambali bahwa Khalifah Umar ra, setelah kaum
muslimin dikumpulkan (berjama’ah) bersama Ubay bin Ka’ab, dia Sholat
bersama mereka 20 rakaat. Dan Al-Hasan bercerita bahwa Umar
mengumpulkan kaum muslimin melalui Ubay bin Ka’ab. Lalu dia sholat
bersama mereka 20 rakaat dan tidak memanjangkan sholat bersama
mereka kecuali pada separo sisanya. Maka 10 hari terakhir Ubay
tertinggal lalu sholat di rumahnya maka mereka mengatakan “Ubay lari.”
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan as-Saib bin Yazid.