Takhrij hadis adalah menelusuri sumber asli suatu hadis pada berbagai kitab hadis. Tujuannya antara lain mengetahui keaslian dan kualitas suatu hadis. Metode takhrij meliputi menelusuri berdasarkan kata, tema, awal matan, sanad pertama, dan sifat hadis. Kitab-kitab penting untuk takhrij antara lain Hidayatul Bari, Mu'jam Al-Fadzi, Miftahus Sahihain, Al-Bugyatu, Al-Jami
2. Takhrij Hadits
(Pengertian, Tujuan, Manfaat,
Metode, dan Kitab-Kitab yang
Diperlukan dalam Men-Takhrij
Hadits)
Dosen Pengampu
M. Noor Fuady, M.Ag
ULUMUL HADITS (LANJUTAN)Kelompok 1
Laila Rahmatina : 1201210417
Mahmudah : 1201210422
Noperini Merinita: 1201210437
Winadira : 1201210486
Uswatun Nisa : 1311211583
3. Definisi Takhrij
Kata
takhrij ( (يجرخت Berasal dari
kata
جّخر-جّخير-خترجيا
‘tampak’ atau
‘jelas’
mengeluarkan
sesuatu dari
tempatnya.
4. Takhrij ( ريجْتخ ) dalam bahasa arab
memiliki beberapa arti, yaitu:
• al-istinbath ( طَابْنِتْساال )
mengeluarkan
• al-tadrib ( ْبي ِرْدَّتل )ا
melatih/pembiasaan
• al-tarjih ( يح ِج رَّتال ) artinya
menghadap.
5. Hakikat dari takhrij hadis adalah:
penelusuran atau pencarian hadis
pada berbagai kitab hadis sebagai
sumbernya yang asli yang didalamnya
dikemukakan secara lengkap matan
dan sanadnya.
8. Tujuan Takhrij :
1. Mengetahui eksistensi suatu hadits apakah
benar suatu hadits yang ingin diteliti terdapat
dalam buku-buku hadits atau tidak.
2. Mengetahui sumber otentik suatu hadits dari
buku hadits apa saja didapatkan.
3. Mengetahui ada berapa tempat hadits tersebut
dengan sanad yang berbeda di dalam sebuah
buku hadits atau dalam beberapa buku induk
hadits.
4. Mengetahui kualitas hadits (maqbuul/diterima
atau marduud/ditolak).
11. 6. Mengetahui bagaimana para imam hadits menilai
suatu kualitas hadits dan bagaimana kritikan yang
disampaikan.
7. Seseorang yang melakukan takhrij dapat
menghimpun beberapa sanad dan matan suatu
hadits.
8. Dapat memperjelas arti kalimat asing yang terdapat
dalam satu sanad.
9. Dapat menghilangkan unsur syaz.
10. Dapat membedakan hadis yang mudraj.
11. Dapat membedakan antara periwayatan secara lafal
dengan periwayatan secara makna.
12. Dapat menjelaskan waktu dalam turunnya hadis, dan
lain-lain
12. Metode Takhrij
1. Takhrij hadits dengan kata (bi-l-lafhdzi)
Metode takhrij ini, pertama kali menelusuri hadits
melalui kata atau lafal matan hadits tersebut, baik
dari permulaan, pertengahan, dan atau akhiran.
Kamus yang diperlukan metode takhrij ini salah
satunya yang paling mudah adalah kamus Al-
Mu’jam Mufahras Li Alfadzh Al-Hadits An-Nabawi
yang disusun oleh A.J. Wensinck dan kawan-
kawannya sebanyak 8 jilid.
13. 2. Takhrij hadits dengan tema (maudhu’)
Arti takhrij kedua ini adalah penelusuran
hadits yang didasarkan pada topik
(maudhu’i), misalnya bab tentang al-
khatam, al-khadim, al-ghusl, ad-dhahiyah
dan lain-lain. Seorang peneliti hendaknya
sudah mengetahui topik suatu hadits
kemudian ditelusuri melalui kamus tematik.
Salah satu kamus tematik yang populer
adalah Miftah Min Kunuuz As-Sunnah oleh
Dr. Fuad Abdul Baqi, terjemahan dari aslinya
berbahasa Inggris A Handbook of Early
Muhammadan karya A.J. Wensinck pula.
14. 3. Takhrij hadits dengan permulaan matan (bi
awwali-l-matan)
Takhrij menggunakan permulaan matan
dari segi hurufnya, misalnya awal suatu
matan dimulai dengan huruf mim makan
dicari pada bab mim, jika suatu matan
diawali dengan huruf ba maka dicari pada
bab ba dan begitu seterusnya. Takhrij
seperti ini di antaranya dengan
menggunakan kitab Al-Jami’ As-Shagiir
atau Al-Jami’ Al-Kabiir, karangan As-
Suyuthi dan Mu’jam Jami’ Al-Ushul Fii
Ahaadits Ar-rasuul, karya Ibnu Al-Atsir.
15. 4. Takhrij hadits dengan melalui sanad pertama
(bi arraawi al-a’alaa)
Takhrij ini menelusuri hadits melalui sanad
yang pertama atau yang paling atas yakni
para sahabat (mutashil isnaad) atau thabi’in
dalam hadits mursal. Berarti peneliti harus
mengetahui terlebih dahulu siapa sanadnya
di kalangan sahabat atau thabi’in, kemudian
dicari dalam buku hadits Musnad atau Al-
Athraf.
Di antara kitab yang digunakan dalam
metode ini adalah seperti kitab musnad
Ahmad bin Hanbal, Tuhfat As-Asyraf bi
Ma’rifat Al-Athraf karya Al-Mizzi dan lain
sebagainya.
16. 5. Takhrij hadits dengan sifat (bi as-shiffah)
Jika suatu hadits telah dapat diketahui sifatnya,
misalnya maudhu’, shahih, qudsi, mursal, masyhur,
mutawatir, dan lain sebagainya. Sebaiknya di-takhrij
melalui kitab-kitab yang telah menghimpun sifat-
sifat tersebut, misalnya hadits maudhu’ akan lebih
mudah di-takhrij melalui buku-buku himpunan
hadits maudhu’, seperti maudhuu’aat karya ibnu Al-
Jauzi. Mencari hadits mutawatir melalui kitab Al-
Azhar Al-Mutanatsirah an Al-Akhbar Al-
Mutawatirah, karya As-Suyuthi, dan lain-lain.
17. Kitab-kitab yang diperlukan
• Hidayatul bari ila tartibi Ahadisil
Bukhari
Penyusun kitab ini adalah Abdur
Rahman Ambar Al-Misri At-Tahtawi.
• Mu’jam Al-Fadzi wala Siyyama Al-
Gariibu Minha atau Fuhris litartibi
Ahaditsi Shahihi Muslim
Kitab teersebut salah satu juz, yaitu juz
ke-5 dari Kitab Shahih Muslim yang
disunting oleh Muhammad Abdul Baqi
18. • Miftahus Sahihain
Kitab ini disusun oleh Muhammad Syarif bin
Mustafa Al-Tauqaih. Kitab ini dapat digunakan
untuk mencari hadis-hadis yang diriwayatkan
oleh Muslim.
• Al-Bugyatu fi Tartibi Ahaditsi Al-Hilyah
Kitab ini disusun oleh Sayyid Abdul Aziz bin Al-
Sayyid Muhammad bin Sayyid Siddiq
AlQammari. Kitab hadis tersebut memuat dan
menerangkan hadis-hadis yang tercantum
dalam kitab yang disusun Abu Nuaim Al-
Asabuni (w. 430 H) yang berjudul Hilyatul
Auliyai wathabaqatul Asfiyai
19. • Al-Jami’us Shagir
Kitab ini disusun oleh Iman Jalaludin Abdurrahman
As-Suyuthi (w. 91 H). Kitab kamus hadis ini
memuat hadis-hadis yang terhimpun dalam kitab
himpunan kutipan hadis yang disusun oleh As-
Suyuthi juga, yakni kitab Jam’um Jawami’i.
• Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfazdil Hadis
Nabawi
Penyusun kitab ini adalah sebuah tim dari kalangan
orientalis. Di antara anggota tim yang paling aktif
dalam kegiatan proses penyusunan adalah Dr.
Arnold John Wensinck (w. 939 M),